BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, hal ini disesuaikan dengan sifat masalah yang akan diteliti, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari masalah dan dinamika hubungan seksual pranikah. Penelitian kualitatif akan menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-pandangna dasar interpretative dan fenomenologis. Jenis pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Alsa, 2007, h. 33), pendekatan ini berusaha untuk memahami makna dari suatu peristiwa dan saling pengaruhnya dengan manusia dalam situasi tertentu. Fenomenologis menekankan pada aspek subjektif dari perilaku individu. Pendekatan ini berusaha masuk ke konseptual para subjek, sehingga dapat memberikan pengartian sesuai dengan yang dimaksudkan oleh subjek tersebut (Moleong, 2002, h. 9). 44 45 Dijelaskan lebih lanjut leh Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000, h.3) metode penelitian kualitatf adalah sebagai prosedur penelitan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu dan lingkungan secara holostik (meyeluruh). B. Tema yang diungkap Tema yang diungkap pada penelitian ini adalah : 1. Sebab-Proses-Akibat Hubungan Seksual Pranikah Ramaja 2. Aspek biologis, yaitu reaksi individu terhadap hasrat dorongan seksual, perubahan, perkembangan, dan pertumbuhan organ-organ seksual. 3. Aspek psikologis, yaitu proses belajar individu untuk mengungkap dorongan seksual dalam pikiran, peranan, dan tingkah laku individu. 4. Aspek sosial, yaitu dorongan seksual yang diungkapkan melalui atau dengan cara menjalin hubungan dengan orang lain yang lebih dalam. 5. Aspek moral, yaitu dorongan seksual yang diekspresikan berdasarkan norma-norma sosial dalam masyarakat. 6. Pengetahuan yakni kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua 45 46 mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah; 7. Meningkatnya libido seksual yakni seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik; 8. Mediainformasi yakni rangsangan seksual melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi, dan video; 9. Norma agama dimananorma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah; 10. Orang tua artinya ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak; 11. Pergaulan semakin bebas yakni yang banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. 46 47 C. Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif umumnya penenentuan subjek penelitian dilakukan dengan pendekatan purposive yaitu subjek penelitian yang dipilih erat kaitannya dengan perolehan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Prosedur pengambilan subjek dalam penelitaian kualitatif, umumnya menampilkan karakteristik a. Tidak pada jumlah sampel yang besar, elankan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan dalam penelitan b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tatapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam proses penelitian c. Tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan pada kecocokan konterks Penelitian kualitatif yang akan dilaksanakan penulis ini akan memilih subjek penelitian dengan kriteria sebagai berikut: 1. Remaja putra-putri yang pernah melakukan hubungan seksual 2. Pernah/sedang pacarandan belum menikah 3. Usia 18-23 tahun 4. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden 47 48 D. Metode Pengumpulan Data Poerwandari (1998, h. 40) menjelaskan bahwa metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sifatnya terbuka, luwes, dan sangat beragam, disesuaikan denan masalah, tujuan serta sifat objek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain observasi dan wawancara. 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Secara luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan secara langsung tetapi juga pengamatan yang dilakukan tidak secara langsung (Hadi, 1994, h. 136). Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan. Observasi ini umumnya digunakan dalam penelitian yang sifatnya eksploratif (Hadi, 1994, h. 141). Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Materi observasi Isi dari observasi ini tidak terlepas dari tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini perlu membuat observation guide (kerangka observasi) dan memusatkan perhatian pada kerangka ini. Hal-hal yang ingin 48 49 dilihat melalui observasi ini adalah gejala-gejala pada rasa cemas, rasa malu dan stres karena dampak psikologis ini yang dijelaskan mempunyai efek secara fisiologis terhadap subjek (Hadi, 1994, h. 142). Observasi dilakukan untuk mengamati ekspresi wajah, bahasa tubuh atau gerak tubuh tertentu yang muncul saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Peneliti akan mengamati gerakan tangan, gerakan mata dan ekspresi untuk melihat munculnya ciri-ciri cemas, malu dan stres. b. Cara pencatatan Cara pencatatan hasil observasi adalah salah satu hal yang penting dalam observasi ini. Pilihan yang paling baik adalah melakukan pencatatan segera setelah perilaku tersebut terjadi. Pencatatan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini akan dilakukan oleh penulis secara langsung. Pembuatan definisi operasional dari perilaku yang mungkin muncul perlu dilakukan agar terdapat persamaan persepsi dari penulis pada saat melakukan observasi di setiap subjek (Hadi, 1994, h. 144). 49 50 c. Hubungan antara observer dan observee Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi ini adalah mencegah adanya kecurigaan dari subjek, good rapport dan menjaga agar situasi tetap wajar (Hadi, 1994, h. 145). Alat observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anecdotal record atau biasa disebut daftar riwayat kelakuan. Alat ini merupakan alat untuk mencatat perilaku-perilaku luar biasa (typical behavior). Pencatatan dilakukan langsung setelah perilaku tersebut terjadi. Selain menggunakan anecdotal, penelitian ini juga menggunakan catatan berkala yang didasarkan pada definisi operasional (Hadi, 1994, h. 150). Observasi yang dilakukan terhadap subjek menggunakan pedoman observasi yang disusun sebagai berikut: 1. Keadaan fisik subjek: warna kulit, perawakan, serta penampilan 2. Keadaan lingkungan tempat tinggal: di perumahan, dikampung 3. Ekspresi subjek saat diwawancara: ceria, tidak suka, cemas, ketakutan, dan lain sebagainya. 4. Bahasa tubuh atau gerakan tubuh tertentu yang muncul saat diwawancara atau saat subjek menjawab pertanyaan dari peneliti: menghindari kontak mata saat menjawab, 50 mengerak-gerakan 51 tangan, memegang sesuatu, menghindari pertanyaan, berpikir lama untuk menjawab pertanyaan, dan lain sebagainya. 5. Cara menjawab apakah dalam menjawab ada dalam tekanan maupun penggulangan. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Tujuan mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2002, h. 135), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Wawancara adalah suatu proses tanya-jawab lisan, di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri (Hadi, 1994, h. 192). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang cirinya kurang terinterupsi dan arbiter. Wawancara 51 52 semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku dan informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan pengecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli atau perspektif tunggal. Jenis wawancara ini lebih bebas (fleksibel) dalam memberikan pertanyaan dan disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari subjek (Moleong, 2002, h. 139). Pencatatan dalam wawancara ini dilakukan melalui taperecorder dan pencatatan secara langsung oleh interviewer (pewawancara). Interviewer bertanya dengan membawa beberapa catatan pertanyaan (interview guide) serta dapat pula memberikan pertanyaan yang sehubungan dengan penelitian di luar interview guide. Setelah wawancara selesai dilakukan, maka interviewer perlu membuat transkrip atau salinan hasil wawancara ke dalam kertas (Moleong, 2002, h. 151). Hal-hal yang ingin diungkap melalui wawancara adalah sebagai berikut: a. Masa Balita: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sekitar rumah. 52 53 b. Masa remaja: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sekitar rumah, pengetahuan tentang seks sejak dini, media informasi, pergaulan bebas. c. Masa sekarang: pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan lingkungan rumah dan luar rumah, pendidikan seksual, pergaulan bebas, media informasi, waktu, tempat, kondisi melakukan hubungan seksual, motivasi melakukan, dorongan dari pasangan, hubungan seksual, conditioning. d. Relasi sosial; penerimaan lingkungan sekitar. e. Sosial ekonomi; f. Penyebab; g. Motivasi dalam keluarga; h. Dampak; dampak psikologis, dampak sosial, dampak fisik. E. Uji Keabsahan Data Keabsahan merupakan hal penting dalam penelitian kualitatif agar penelitian tersebut dapat diterima secara objektif. Uji keabsahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut: 53 54 1. Ketekunan Pengamat Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong, 2002, h. 177). 2. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pengecekan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan hasil pengamatan dan hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2002, h. 178). Penelitin ini menggunakan dua macam triangulasi data yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teori. a. Triangulasi Sumber: Untuk mengecek balik derajat kepercayaan info melalui wawancara dan dari orang lain atau dapat dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. b. Triagulasi Teori: Fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya degan satu teori atau lebih (Lincoln dan Cuba, dalam 54 55 Moleong (2000, h. 178), oleh karena itu dalam hal ini jika peneliti talah menganalisis uaraian pola, hubunganm dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting untuk mencari tema atau penjelasan pembanding, yaitu melalui buku-buku referensial. 3. Analisis Kasus Negatif Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Dengan demikian temuan penelitian menjadi lebih kredibel (Sugiyono, 2003, h.345) F. Analisis Data Prinsip pokok dari penelitian kualitatif adalah menemukan teori dan data. Berdasarkan prinsip pokok tersebut maka dapat dikatakan bahwa analisis data tersebut dilakukan dalam satu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan (Moleong, 2002, h. 104). 55 56 Secara umum proses analisis data kualitatif mencakup: 1. Reduksi data a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar supaya tetap dapat ditelusuri data/satuannya berasal dari sumber mana. 2. Kategorisasi a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. b. Setiap kategori diberi nama yang disebut “label”. 3. Pemeriksaan keabsahan data Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayaan. Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. 56 57 4. Penafsiran data Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangan dalam kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data. 5. Kesimpulan Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang keseluruhan data yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan atas permasalahan dalam penelitian. 57