bab 3 visi profesional mbs

advertisement
Handout MBS, Yusdin M.Ed 30
BAB 3
VISI INSTITUSI PROFESIONAL
DALAM MBS
Standar Kompetensi
Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis visi kelembagaan
profesional dan manajemen berbasiskan sekolah.
Kompetensi Dasar
Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
menganalisis visi kelembagaan profesional dan manajemen berbasiskan sekolah. yang
meliputi :.

Visi baru menejemen sekolah

Multi Kelompok Kerja dalam MBS

Profesionalisme Guru

Profesionalisme Kepala Sekolah
Pembahasan
A. Visi baru menejemen sekolah
Komite sekolah, khususnya kepala sekolah, guru dan staf tata usaha mengembangkan
visi baru dalam manajemen sekolah. Tuas kepala sekolah disini adalah merumuskan visi dan
msisi sekolah. Visi pada intinya adalah pandangan jauh ke depan. Visi adalah daya pandanga
jauh kedepan, mendalam, dan luas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki
kekuatan amat dahsyat dan menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat.
Kesuksesan yang bermakna pada masa depan sangat ditentukan oleh kemampuan orang
dalam memandang lingkungan secara cermat. Faktor lingkungan itu amat menentukan
kesuksesan menggapai masa depan itu.
Menurut perspektif waktu, visi pada intinya menyoal tentang masa depan dengan
rentang waktu tertentu. Merujuk pada pendapat Mclaughlin (Danim. 72) bahwa visitidaklah
Handout MBS, Yusdin M.Ed 31
tepat apabila berganti kepala sekolah, berganti pula visi sekolah yang dipimpinnya. Dilihat
dari sudut pandang bisnis, visi tidak hanya berkaitan apa yang diinginkan oleh manusiamanusia organisasional, tetapi juga merujuk kepada nuansa-nuansa yang mewarnai gaya
kepemimpinan dan manajemen sebuah organisasi, termasuk organisasi sekolah. Manusia
organoisasional memiliki inters kuat (strong interest) pada bisnis. Visi diorientasikan secara
institusional kepada semua orang yang ada pada unit bisnis itu, orientasi yang dimaksud
menorobos pada pemenuhan kebutuhan pelanggan jasa pendidikan, baik siswa, masyarakat,
dunia kerja, penyangdang dana, maunpun pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan
pendidik.
Internasilisasi visi sangan esensial bagi orang yang menjalankan kepemimpinan,
terutama mereka yang menduduki posisi puncak, termasuk kepala sekolah pada tingkat mikro
harus memiliki visi yang jelas. Menurut Kotter (Danim: 72) visi merupakan komponen
sentral dari semua great leadership, dengan merujuk kepada dua hal:
1. orang-orang yanga duduk pada posisi yang benar-benar piawai dalam menjalankan
tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif, efesien
dan akuntabelitas tertentu.
2. posisi-posisi strategis yang diduduki oleh manusia organisasional, seperti eksekutif
puncak sampai kepada kepala sekolah.
Perumusan visi merupakan salah bentuk upaya mengkreasi masa depan, menurut
Kotter (Damin: 72) visi merupakan gambaran masa depan yang mana didalamnya
terkandung makna tentang hal-hal yang harus dikreasi oleh manusia organisasional pada
masa depan itu baik implisit maupun ekplisit.
Visi adalah suatu inovasi dalam manajemen modern, terutama manajemen strategic.
Istilah strategic merujuk kepada posisi pimpinan puncak sebuah organisasi. Visi dipandang
sebagai suatu inovasi dalam proses manajemen strategic karena visi amat dominant perannya
dalam proses pembuatan kepeutusan baik dalam pembuatan kebijakan, maupun penyusunan
strategi.
Visi merupakan atribut kunci kepemimpinan. Dilingkungan sekolah visi ditetapkan
oleh pimpinan lembaga pendidikan formal yang bersangkutan, meskipun proses
penetapannya dilakukan oleh guru-guru yang ada. Penentapan visi sekolah sanga esensial
Handout MBS, Yusdin M.Ed 32
karena lembaga itu bukanlah institusi akademik semata, melainkan bagian integral dari
entitas masyarakat dimana dia berada. Melalui visi warga sekolah dimotivasi, dipandu arah
kerjanya, dan diartikulasikan hal-hal yang mereka inginkan. Fokus orientasi adalah kegiatan
akademik sebagai inti yang harus didukung oleh warga sekolah dan pihak lain yang ikut
bertanggung jawab.
Visi sekolah pada intinya statemen paling fundamental (fundamental statement)
mengenai nilai, aspirasi, dan tujuan institusi sekolah, contoh visi sekolah adalah ”unggul
prestasi akademik dan ekstrakurikuler”. Dengan visi ini seluruh komunitas sekolah (kepala
sekolah, guru, staf tata usaha, laboran, teknisi sumber belajar dan sebagainya) harus tampil
secara unggul. Oleh itu visi mewarnai perilaku semua komunitas sekolah.
Visi harus dirumuskan secara sederhana dan fokus, dapat ditangkap maknanya oleh
staf dan tenaga pelaksana, mengambarkan kepastian, dan dilaksanakan serta realitas. Visivisi yang harus diperlukan adalah:
a. Visi yang mampu merangsang kreativitas dan bermakna secara fisik-psikologis bagi
kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan anggota komite sekolah.
b. Visi yang dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala
sekolag, guru, staf tata usaha dan anggota komite sekolah untuk tumbuh secara
profesional.
c. Visi yang mampu mereduksi sikap egpistik-individualistik atau egois-unit ke format
pikiran kolegialitas, komprehensif dan kerja sama dengan cara-cara yang diterima
oleh orang lain.
d. Visi yang mampu merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka ragam
perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan anggota komite sekolah,
sekaligus menghargai penbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai potensi untuk
maju secara sinergi.
e. Visi yang mampu ,erangsang seluruh anggota dari hanya berkerja secara pro formal
ke kinerja riil yang bermaslahat, efektif, efisien dan akuntabilitas tertentu (Damin: 7374)
Handout MBS, Yusdin M.Ed 33
B. Multi Kelompok Kerja dalam MBS
Akhir-akhir ini muncul variasi tipe organisasi sekolah yang tumbuh secara sukses
dengan memberdayakan kerja dengan jalan membentuk kelompok kerja, kelompok kerja ini
berdampak pada peningkatan kualitas, seperti kelompok kerja guru memberikan sumbangan
kepada perbaikan kelembagaan. Kelompok kerja ini dapat membentu tim pengajaran,
kelompok perencana, tim pengendali mutu, departementalisasi, divisi pekerjaan, program
unit pembelajaran terpadu atau kelompok pendudukung profesional. Kelompok kerja ini
dapat melatih fungsi kontrol kualitas dan memperbaiki basis profesional yang dapat
diidentifikasikan pada sosok guru guru ideal.
Dalam lingkungan lembaga pendidikan dan persekolahan kelompok kerja tersebut
dapat berupa kelompok kerja guru (KKG), kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),
kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS), musyawarah guru bidan studi atau musyawarah
guru mata pelajaran (MBBS/MGMP) dan lainnya. Melalui suasana bekerja tersebut iklim
profesional dapat diciptakan. Khusus pada guru fungsi dominan kelompok kerja adalah:
1) ajang silaturrahmi dan pertemuan rekan sejawat,
2) wadah tukar pikiran dan pengalaman,
3) wadah pemecahan masalah yang dihadapi,
4) wadah peningkatan kepamampuan profesional,
5) wadah menimba pengalaman, khususnya dari guru senior,
6) memupuk sikap kritis dan terbuka atas perubahan,
7) wahana koreksi atas segala kekurangan,
8) menambah pengetahaun dan kecakapan baru,
9) mengembangkan kreativitas,
10) memupuk rasa ingin tahu,
11) membanguan kepercayaan diri,
12) mengembangkan sikap menghargai terhadap orang lain,
13) membina rasa persatuan dan kesatuan antar sesama guru,
14) mengembangkan kemampuan memimpin,
15) mengurangi kebosanan/kejenuhan kerja,
16) menumbuhkan rasa cinta pada profesi.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 34
Keadaan masyarakat yang rumit dengan berbagai problem mendorong guru sebagai
tenaga profesional harus sering berdiskusi dengan para koleganya. Prinsip tentang perilaku
organisasi yang mendasari kelompok sekolah diadopsi dari Snyder dan Anderson (Damin :
81), adalah:
a) tim mata pelajaran dari rumpun ilmu,
b) tim kepemimpinan,
c) tim instruksional atau pengajaran,
d) tim keurikulum koordinatif,
e) kelompok penugasan,
f)
tim perencana,
g) Tim penentu tujuan,
h) Tim pelatihan staf,
i) Komiter fungsi sosial,
j) Kelompok ekstrakurikuler,
k) Kelompok evaluasi program,
l) Komite humas,
m) Kelompok dewan penasehat staf akademik.
Kelompok kerja ini dapat dikategorikan menjadi tigas jenis, yaitu tim pengajar
permanen, kelompok sementara dan kelompok kepemimpinan. Setiap orang ingin menjadi
bagian dari kelompok yang produktif. Produktivitas kelompok berdasarkan kepada bagian
berikut:
1) kemepimpinan yang efektif,
2) kejelasan tanggung jawab,
3) kelompok menyediakan status dan penghargaan,
4) evaluasi yang memuaskan oleh orang luar,
5) pembagian antar kelompok dapat membawa kedekatan antar anggota,
6) penyedeian kesempatan bertambahnya interaksi,
7) menjaga kelompok tetap kecil,
8) memahami siapa bertanggung jawab atas apa,
9) memahami dan membuat keputusan tentang cara/gaya membuat keputusan,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 35
10) melaporkan proses pada pimpinan.
Pertemuan Guru Dalam Pemecahan Masalah
Kelompok guru berskala kecil sangat diperlukan, sangat efektif dalam memecahkan
masalah, rintangan partisipasi dan memahami kerja dalam kelompok kecil mudah direduksi
dibandingkan kelompok besar. Pelatihan dalam kelompok kerja besar tidak bermanfaat
sebagaimana keluhan dari sebuah Balai Penataran Guru (BPG) “penataran seperti ini hanya
membuang-buang buang, habisan uang proyek.. nilai tambah nyaris tidak ada.....”(Danim:
86).
Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyewa konsultan dari luar ke sekolah untuk
menolong seluruh staf dalam proses kelompok kecil. Beberapa saran berkaitan dengan
kelompok kecil adalah sebagai berikut:
a)
pada perspektif sosial atai psikologikal, pertemuan secara keseluruhan harus
berorientasi kelomok,
b)
semua sumber menekankan bahwa seluruh partisipasi harus menjadi pendengar aktif,
c)
preses pengambilan keputusan yang terencana sangat diperlukan,
d)
waktu dan lamanya pertemuan harus diatur sesingkat mungkin,
e)
agenda yang disiapkan lebih disukai,
f)
baik proses pertemuan maupun kualitas keputusan perlu dievaluasi,
g)
partisipasi harus waspada terhadap masalah yang dipikirkan kelompok.
h)
Menentukan tujuan pertemuan dengan hati-hati,
i)
Gunalan brainstorming dengan benar, yaitu dengan menunda evaluasi dan pemutusan
tentang sesuatu pemikiran sampai beberapa waktu kemudian.
j)
Kelompok biasanya membutuhkan beberapa jenis rekaman data atau informasi dari
sekretaris,
C. Profesionalisme Guru
Kesiapan menerima peran baru selalu ada dalam diri pribadi orang-orang yang
mempunyai motif berprestasi tinggi. Kemampuan, keahlian dan keterampilan yang
sesungguhnya banyak diperoleh ketika peran-peran baru itu dijalankan, inilahlah makna
pembejalaran organisasi (learning organization), orang belajar secara terus menerus
Handout MBS, Yusdin M.Ed 36
bersamaan dengan tugas keorganisasian. Guru diharapkan menerima peran baru sebagai
berikut:
a) menentukan tujuan individu dan tujuan profesional yang tertulis dapat diukur dan
diterapkan pada tujuan unit, sekolah dan daerah.
b) membicarakan
dengan
kepala
sekolah
tentang
tujuan
ini
dan
dapat
meyakinkannya bahwa tujuan telah dilaksanakan.
c) menjadi kontak personal oleh orang tua anak di unitnya.
d) menjadi juru bicara untuk pekerjaan sekolah atau menjadi penghubung antara
sekolah dan publik.
e) bersiap untuk dalam pertemuan tim yang efektif dan efesien selain berpartisipasi
pada proses saling berbagi pekerjaan.
f) Membantu tim untuk mengambil keputusan di sekolah,
g) Menjadi tim penilai yang cakap atas materi kurikulum,
h) Menjadi spesialis masalah mata pelajaran pada satu atau lebih bidang,
i) Bertindak sebagai mentor bagi guru baru,
j) Menguasai IT
k) Dan lain-lain.
Dari aspek internal guru bahwa tidak semua guru dapat menaplikasikan pengetahuan
dan pengalamannya yang telah diterima dalam penataran, banyak diantara mereka tidak
melakukan tindak lanjut di sekolah mereka. Kondisi dan ransangan manajemen sekolah
menjadi penting bagi guru yang akan menerima tanggung jawab lebih daripada sebelumnya.
Agar mereka mampu mengaplikasikannya, pihak sekolah harus menyediakan hal-hal sebagai
berikut:
1) ada deskripsi kerja (job description) yang disetujui oleh guru dan mamajemen
dengan tim pengajar atau unit kerja,
2) guru harus mengetahui kemajuan tentang apa dan bagaimana mereka mengevaluasi
yang didasarkan kepada uraian tugas akademik atau administratif.
3) Harus ada filosofi pengajaran bagi sekolah dan taktik guru untuk unik kerja yang
memudahkan untuk berpartisipasi serta dapat didiskusikan.
Handout MBS, Yusdin M.Ed 37
4) Guru pada semua tingkatan perlu mengetahui jawaban mengenai apa yang
dilakukan oleh sejawat di kelas.
5) Harus ada sistem pengecekan pada pengetahuan guru terhadap mata pelajaran
utama yang ditugaskan, jika pengetahuan guru tidak bertambah perlu aktivitas
latihan.
6) Saat guru memiliki segala bentuk pengawasan dan peran kepemimpinan, perlu
klarifikasi peran itu.
Kata profesional berkaitan dengan orang yang melakukan pekerjaan secara otonom
yang mengabdikan diri pada jasa yang disertai dengan rasa tanggung jawab atas kemampuan.
Istilah otonom tidak menapikan kerja kolegialitas, otonomi bermakna berseri dimana
seseorang bekerja mulai dari proses rencana sampai kepada evaluasi. Kinerja memuat untuk
seni atau kiat yang dapat dilakukan berdasarkan latihan. Profesionalisme berasal dari bahasa
Inggris profesionalism artinya komitmen para anggota profesi untuk meningkatkan
kemampuan tugasnya secara terus menerus mencapai kriteria standar ideal yang dinginkan
oleh profesi itu. Elemen-elemen inti harus melekat secara integral dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil kajian para ahli bebera karakteristik profesi dapat disimpulkan (Danim:
93-94) adalah sebagai berikut:
1. kemampuan intelektual yang diperoleh melelui pendidikan akademik,
2. memiliki pengetahuan specialisasi.
3. memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klin.
4. memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan.
5. memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri.
6. mementingkan kepentingan orang lain.
7. memiliki kode etik.
Pendidik akan diperlakukan dengan hormat apabila menerapkan hal-hal sebagai
berikut:
a. secara relatif mereka dibayar lebih baik daripada apa yang mereka dapatkan sekarang
di mana pun mereka dipekerjakan,
b. mereka mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan
bekerja secara memandu sendiri,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 38
c. mereka mempunyai peluang untuk menyarakan secara lebih besar mengenai peran
dalam tugas mereka,
d. ada kejelasan mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka,
e. mereka mengawai peran mereka sendiri,
f. mereka membuat keputusan tentang siswa pada level unit kerja mereka,
g. mereka mempunyai rencana pembayaran jasa yang membedakan antara guru yang
mampu dengan guru yang kurang mampu,
h. pemberian tanggung jawab dan tambahan kesejahteraan dalam aneka bentuknya,
i. lingkungan memberikan suplai di mana disiplin tidak lagi fokus utama perilaku guru.
j. Ada [erlindungan kebebasan akademik bagi guru.
Guru bisa menjadi pendidik yang profesional, kuncinya adalah tersedianya wahana
pembinaan dan pengembangan secara terus-menerus dan ada dorongan internal bagi
mereka untuk terus tumbuh.
D. Profesionalisme Kepala Sekolah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi menuntut institusi
sekoalh harus menjadi center of excelence dalam keseluruhan wahana pengembangan sumber
daya manusia. Oleh sebab itu pengelola sekolah harus memberikan perhatian yang lebih
besar untuk menciptakan tanggung jawab utama. Kepala sekolah memegang peran penting
sebagai manajer profesional. Beberapa riset menunjukkan perbedaan sekolah yang
berprestasi tinggi dengan yang rendah disebabkan oleh adanya pengaruh kepala sekolah.
Pada akhir-akhir ini di Indonesia untuk menjadi kepala sekolah tidak perlu
pendidikan khusus, di Jepang kepala sekolah direkruit dari guru yang terbaik, sedangkan di
Indonesia kepala sekolah diambil dari kalangan loyalitas, senioritas, kinerja sebagai wakil,
ketimbang kompetensi, kualitas akedemik dan profesional. Kondisi ini tidak bisa
dipertahankan lagi dengan alasan sebagai berikut:
1. kepala sekolah adalah profesi yang menuntut penguasaan sejumlah kemampuan dan
kompetensi, harus mendapat pendidikan pra-jabatan secara saksama terlebih dahulu,
2. penilitian menunjukkan aspek paling
manajemen.
lemah dari penyelenggaraan adalah aspek
Handout MBS, Yusdin M.Ed 39
3. kepala sekolah harus membawa sekolah menghadapi kecenderungan: pendidikan akan
semakin dituntut trampil, oroentasi pada kemampuan nyata, akibat era globalisasi
mutu harus ditentukan oleh perbandingan antar negara, harapan masyarakat lebih besar
pada hasil pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. keterbatasan dana pemerintah sedangkan tuntutan sekolah makin meningkat, maka
perlunya konsep MBS,
Pada initinya untuk menjadi kepala sekolah merupakan pendidikan spesialis suatu
keharusan formal, dengan program pendidikan secara khusus, yaitu:
a) mampu mengantisipasi dan menghadapi perubahan yang cepat dan memberi solusi
yang tepat dalam rangka memberdayakan sekolah
menjadi center excellent dengan
menggunakan metode ilmiah yang bersandar pada pendekatan manajemen modern.
b) pendidikan yang memiliki konpetensi dalam merumuskan visi, misi, tujuan, program
dan strategi sekolah. Kompetensi dalam mengelola program sekolah secara
keseluruhan, kompenetasi dalam pengelola program pengajaran, pengelola murid,
pengelola personal sekolah, pengelolaan keuangan sekolah, pengelolaan sarana dan
prasara sekolah dan pengelolaan hubungan dengan masyarakat
Untuk mencapai konpetensi itu substansi progran pendidikan yang ditawarkan adalah
perencanaan, komunikasi, pengorganisasian, dan pengontrolan.
Aspek perencanaan meliputi:
a) visioning and formulating mission,
b) making ang goal setting
c) designing programmes
d) determining dan alocating reasource
e) modifying policy plans,
Aspek komunikasi meliputi:
1) comunication system,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 40
2) Consulting with individuals dan group,
3) Developing skills, dan
4) Overcoming problems
Aspek motivator, meliputi:
a) encouraging involment,
b) enhancing teaching condition,
c) supporting individuals and group, and
d) fostering climate and morale.
Aspek pengorganisasian, meliputi:
1) developing and modifying organizational structures,
2) orienting participation and establishing high expectation,
3) assigning and delegating authority,
4) coordinating contributions of individuals and groups.
Aspek pengontrolan meliputi:
a) establishing standard,
b) influencing performance,
c) monitoring and evaluation, and
d) initiating correction
Kelima perana itu satu sama lain saling berkaitan denga impelentasi dalam konteks
kelas, sekolah, masyarakat dan system pendidikan secara menyeluruh. Kompetensi tersebut
dikembangkan berdsarkan kondisi objektif yang dikelola dari masa kemasa dalam kaitan
MBS.
Berdasarkan Permen RI No. 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaran sekoah bertarap
Internasional pada jenjangan Sekolah Dasar dan Menegah, pasal 9, menyatakan Kepala
sekolah sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (1) wajib:
Handout MBS, Yusdin M.Ed 41
a. berkewarganegaraan Indonesia;
b. berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi atau dari perguruan tinggi negara lain yang diakui setara S2 di
Indonesia;
c. telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah
yang diakui oleh Pemerintah;
d. mampu berbahasa Inggris, dan/atau bahasa asing lainnya secara aktif;
e. memiliki skor TOEFL ≥ 7,5 atau bahasa asing lainnya secara aktif;
f. memiliki jiwa kewirausahaan.
g. kemampuan di bidang manajemen, organisasi, dan kepemimpinan pendidikan
serta kewirausahaan;
h. mampu membangun jejaring internasional;
i. kemampuan mengoperasikan komputer/teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya; dan
j. kemampuan mengembangkan rencana pengembangan sekolah (RPS)/rencana
kerja sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah bahwa kompetensi
kepala sekolah sangat menentukan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah dan kualitas
pendidikan pada umumnya, sehingga diperlukan upaya pengembangan dan pemberdayaan
kepala sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan; menyatakan tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi :
(1) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah yang selanjutnya dalam
Peraturan Menteri ini disebut LPPKS adalah unit pelaksana teknis di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional di bidang pengembangan dan pemberdayaan kepala
sekolah, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
(2) LPPKS dipimpin oleh seorang Kepala. LPPKS mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan kepala sekolah.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, LPPKS
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan program penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan kepala sekolah;
b. pengelolaan data dan informasi mutu dan kompetensi kepala sekolah;
c. fasilitasi dan pelaksanaan penyiapan dan peningkatan kompetensi kepala sekolah;
d. evaluasi program dan fasilitasi peningkatan kompetensi kepala sekolah; serta
e. pelaksanaan urusan administrasi LPPKS.
Susunan Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3, LPPKS berkoordinasi dengan unit utama dan unit pelaksana teknis di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
Handout MBS, Yusdin M.Ed 42
perguruan tinggi, dan instansi lain yang terkait. Setiap pimpinan satuan organisasi di
lingkungan LPPKS dalam melaksanakan tugasnya wajib:
a. menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi serta kerja sama baik di
lingkungan internal maupun eksternal;
b. melaksanakan akuntabilitas kinerja;
c. menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
d. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan secara berjenjang.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala LPPKS wajib menyampaikan laporan
kepada Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dengan
tembusan kepada pimpinan unit utama terkait. Kepala LPPKS menyampaikan hasil
pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah kepada pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dan instansi terkait.
F. Soal / Tugas
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Bagaimana prediksi implementasi visi baru dalam multi kelompok kerja
dalam MBS?
2. Bagaimana tantangan dan hambatan peningkatan mutu guru untuk menjadi
profesionalisme?
3. Bagaimana deskripsi fungsi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan
kepada kinerja profesionalisme?
Daftar Pustaka:
Bafadal, I. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Bumu
Aksara.
Balitbang, Depdiknas. 2004. Informasi Awal pelaksanaan Dewan pendidikan dan Komite
Sekolah: Kasus di beberapa Propinsi pada tahun 2003.
David, Jane L. Synthesis of Research on School-based Management. . Educational
Leadership. Volume 46. Number 8. May 1989.
Endri. 2007. Konsep ”Corporate Social Responsibility dan Prakteknya di Indonesia. (dlm)
Jurnal Ilmu dan Budaya. Vol. 28 No. 8. Oktober. Jakarta. Unas.
Ghazali, Abbas. Dr. 2000. Sistem pendidikan di Jepang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
No. 027, th-6-Nov.
Hadiyanto dan Subijanto. 2003. Pengembalian kebebasan Guru untuk Mengkreasi Kelas
dalam Manajemen berbasis Sekolah (MBS). (dlm) Jurnal pendidikan dan Kebudayaan.
No. 40. th. 9. Januari.
Http://www.ed.gov/databases/Eric Digestes/ed336845.html
Handout MBS, Yusdin M.Ed 43
Handoko, Hani. 2000. Manajemen. Jokyakarta. BP-FE.
Husin, Zulkifli dan Rahmat Nur Sasongko. 2003. Manata Manajemen Pendidikan, antara
Perbaikan Kualitas dan Gaji Guru di Era Otonomi Daerah. (dlm) Jurnal pendidikan
dan Kebudayaan. No. 43. th. 9 . Juli.
Jones, Jeff. 2005. Management Skills in Schools. London. A SAGA Publications Company.
Kurhami, S. Karim A. 2002. Mengubah Wawasan dan Peran Guru Dalam Era Kesejagatan.
(dlm) Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 035. Th. 8. Maret.
Mariati. 2007. Menyoal Profil sekolah Bertaraf Internasional. (dlm) Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. No. 67 – 13. Juli
Miller, Mary Susan, Ph.D. 2006. Save Our School: 57 langkah menyelamatkan sekolah.
Jokyakarta. Kanisius.
Mulyasa, E. Dr., M.Ed. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosda.
Sagala, Syaiful, Dr. M.Pd. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Schwarz, S. Marc & Carroll Archiv B. 2003. Corporate Social Responsibility : A three
domain approach (in) Business Ethics Quarterly. Vo. 13. Issu 4. pp : 503-530
SMK Kian Manarik Perhatian. 2008. Jakarta. Republika. 4 Juni.
Slamet PH. 2000. Manajemen Berbasis sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.
027, tahun ke-6. November 2000.
Soetjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta. Renika Cipta.
Suyatno, Thomas. 2004 Beberapa Faktor yang Menentukan Kualitas SMA. (dlm) Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. No. 46. Th. 10. Januari.
Takakura, Sho and Murata, Yokuo. 1997. Education in Jepan: Present System and
Tasks/Curriculum and Instruction. Tokyo: Institute of Education, University of
Tsukuba.
Tilaar, HAR. 2006. Standar Pendidikan Nasional. Jakarta. Renika Cipta.
Yazid, Abdullah. 2007. Halusinasi Mutu Pendidikan. Suara Karya. Jakarta. 18 May.
Yuniarsih, Tjutju. 2004. Reformasi kepemimpinan Pendidikan. (dlm) Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. No. 47 . th. 10. Maret.
Download