BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek terdiri dari dua kata yaitu “Manajemen” dan “Proyek”. Menurut Husen (2009), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien. Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk memelihara, mengembangkan, mengendalikan, dan menjalankan program-program yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996). Sedangkan proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Dipohusodo, 1996). Menurut PMBOK Guide (2004) sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang terkandung didalamnya yaitu : Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek 6 Universitas Sumatera Utara berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unik artinya bahwa setiap proyek menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda satu dan lainnya. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpukan beberapa pengertian dari manajemen proyek. Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja (Husen, 2009). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek initiating, planning, executing, monitoring, dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint yaitu 7 Universitas Sumatera Utara lingkup pekerjaan (scope), waktu dan biaya. Dimana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. (PMBOK Guide, 2004). 2. 2 RISIKO Risiko merupakan kombinasi dari probabilitas suatu kejadian dan konsekuensi dari kejadian tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu konsekuensi untuk satu kejadian, dan konsekuensi bisa merupakan hal yang positif maupun negative (Shortreed, et al., 2003). Dalam konteks proyek, risiko adalah suatu kondisi atau peristiwa tidak pasti. Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi, akan ada konsekuensi. Setiap kegiatan tidak terlepas dari adanya risiko, sehingga risiko yang telah dapat diidentifikasi harus dibuatkan suatu perencanaan yang baik bahkan bila perlu dibuat suatu sistem untuk dapat mengurangi menjadi seminimal mungkin sampai pada batas yang dapat diterima (Asiyanto, 2009). Terdapat pula beberapa definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan (dalam Darmawi,2005) yaitu: a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah peluang terjadinya kerugian) Risiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat keterbukaan terhadap kerugian atau suatu peluang kerugian. b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Risiko seperti diatas menunjukkan bahwa risiko menimbulkan kerugian jika tidak segera diatasi. 8 Universitas Sumatera Utara c. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) Dalam hal ini ada pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian, adanya risiko disebabkan karena adanya ketidakpastian. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut sebenarnya merupakan bentuk ketidak pastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian risiko dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan, dalam terminologi kuantitatif, dari suatu kejadian bahaya yang didefinisikan. Terminologi kuantitatif yang dimaksud didapat dari pengukuran probabilitas terjadinya suatu kejadian dan dikombinasikan dengan pengukuran konsekuensi dari kejadian tersebut, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Kerzner, 2004) : Risk exposure = risk likelihood x risk impact Probabilitas terjadinya risiko sering disebut dengan risk likelihood, sedangkan dampak yang akan terjadi jika risiko tersebut terjadi dikenaldengan risk impact dan tingkat kepentingan risiko disebut dengan risk value atau risk exposure. Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah probabilitas. Dalam hali ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai risiko dapat dibandingkan antara 9 Universitas Sumatera Utara satu dengan yang lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing risiko. Menurut (IRM, 2002) Jenis-jenis risiko antara lain : 1. Risiko Operasional Kejadian risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi mencakuo risiko yang berhubungan dengan sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia. 2. Risiko finansial Risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkat suku bunga termasuk risiko pemberian kredit, likuiditas dan pasar. 3. Hazard Risk Risiko yang berhubungan dengan kecelakaan fisik seperti kejadian atau kerusakan yang menimpa harta perusahaan dan adanya ancaman perusahaan. 4. Strategic Risk Risiko yang berhubungan dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, perturan dan perundangan. Risiko yang berkaitan dengan reputasi organisasi kepemimpinan dan termasuk perubahan keinginan pelanggan. 2.3 MANAJEMEN RISIKO 2.3.1 Definisi Manajemen Risiko Manajemen risiko didefinisikan sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk 10 Universitas Sumatera Utara mengelola risiko tersebut Dalam hal ini manajemen risiko akan melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek maksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif dan minimasi probabilitas dan konsekuensi event yang berlawanan (Santoso, 2009). Dalam manajemen proyek, yang dimaksud dengan manajemen risiko proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek. Manajemen risiko proyek yang baik akan mampu memperbaiki keberhasilan proyek secara signifikan. Manajemen risiko bisa membawa pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek, membuat jadwal yang realistis dan estimasi biaya yang baik. Ada tiga kunci yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efektif : 1. Identifikasi, analisis dan penilaiaan risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan rencana untuk menanganinya. 2. Mengelokasikan tanggung jawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko. 3. Memastikan bahwa biaya penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya. Manajemen risiko juga berhubungan dengan alokasi resource secara tepat. Inilah yang disebut opportunity cost. Resource yang dihasbiskan untuk manajemen risiko bisa digunakan untuk aktivitas yang 11 Universitas Sumatera Utara lebih profitable. Jadi manajemen risiko yang ideal menghabiskan biaya paling rendah pada saat yang sama mengurangi sebesar mungkin efek negatif karena suatu risiko (Santoso, 2009). 2.3.2 Tujuan Manajemen Risiko Adapun tujuan dari manajemen risiko diantaranya sebagai berikut (Asiyanto, 2009): 1. Mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang telah teridentifikasi, dari “sering terjadi” hingga “tidak terjadi”. Disini artinya adalah mengatasi penyebab dari risiko yang bersangkutan. 2. Mengurangi besar dampak yang mungkin ditimbulkan dari risiko yang telah teridentifikasi, dari kondisi “fatal” sampai kondisi “tidak berarti”. Manajemen risiko mengenal tiga faktor, yaitu sebagai berikut (Asiyanto, 2009): 1. Risk even status, yaitu merupakan kriteria nilai risiko atau sering disebut peringkat risiko, misal high, significant, medium dan low. 2. Risk probability, yaitu merupakan tingkat kemungkinan terjadinya suatu risiko, biasanya dinyatakan dalam persen (%). 3. Risk Consequences, yaitu merupakan nilai pengaruhnya bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Ukuran ini tergantung risikonya, bisa berupa rupiah, persen, waktu, banyaknya kejadian dan lain-lain. 2.3.3 Proses Manajemen Risiko Manajemen risiko terdiri dari 4 tahapan proses (Asiyanto, 2009), yaitu sebagai berikut : 12 Universitas Sumatera Utara 1. Identifikasi Risiko 2. Analisis Risiko 3. Respons Risiko 4. Dokumentasi (Monitoring and Controling) Penentuan tingkat probability, sifatnya sangat subyektif, sulit diukur secara pasti, tetapi hal tersebut penting untuk dilakukan. Oleh karena itu ada beberapa teknik untuk menentukan tingkat probability, yaitu dengan cara sebagai berikut : a. Brainstorming b. Sensitivity Analysis c. Probability Analysis d. Delphi Method e. Monte Carlo f. Decision Tree Analysis g. Utility Theory h. Decision Theory Cara yang terbaik adalah ditentukan berdasarkan atas pengalaman dan pemikiran yang dalam melalui brainstorming para pakar yang terkait. Begitu juga untuk menentukan tingkat pengaruhnya. 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risko merupakan langkah awal dari proses manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi terhadap risikorisiko yang mungkin terjadi. Identifikasi risiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan secara 13 Universitas Sumatera Utara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan. Identifikasi risiko usaha kontraktor dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu berdasarkan sumbernya dan berdasarkan dampak (Asiyanto, 2009). Berikut ini adalah identifikasi risko berdasarkan sumbernya: a. Eksternal Terprediksi Dampak ini berupa bencana alam seperti gempa bumi, area proyek dan sekitarnya terkena banjir maupun longsor. b. Eksternal Terprediksi Dampak ini berupa inflasi, lingkungan dan cuaca. Misalnya seperti kenaikan harga yang melebihi estimasi awal dan curah hujan yang melebihi estimasi BMKG. c. Legal Dampak ini berupa proyek melanggar aspek hukum dan aspek lingkungan. d. Internal Teknis Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan metode pengerjaan, teknologi, tenaga kerja, material, subkontraktor dan supplier. Misalnya produktivitas tenaga kerja dan peralatan yang rendah, keterlambatan pengiriman material, material tidak sesuai spesifikasi, subkontraktor yang tidak berkualitas dan lain-lain. e. Internal Non Teknis Dampak ini berupa dampak yang berhubungan dengan manajemen, penjadwalan, biaya dan cash flow. Misalnya seperti Sistem 14 Universitas Sumatera Utara pengendalian biaya dan waktu yang lemah menyebabkan keterlambatan dan pembengkakan biaya, penyusunan rangkaian pekerjaan yang kurang baik dan lain-lain. Berikut gambar dibawah ini menunjukkan identifikasi risiko melalui pendekatan sumber (Asiyanto, 2009). Identifikasi Risiko Eksternal Tak Terpredi ksi Eksternal Terpredi ksi Internal Non Teknis Internal Teknis Legal Sumber: Asiyanto (2009) Gambar 2. 1 Identifikasi Risiko Proyek berdasarkan Sumber Berikut ini adalah identifikasi risiko melalui pendekatan dampak terhadap triple constraint dan keselamatan kerja. a. Dampak terhadap biaya Dampak ini berupa pembengkakan biaya biaya pelaksanaan terhadap anggarannya. Proyek harus diselesaikan dengan biaa yang tidak melebihi anggaran. b. Dampak terhadap waktu Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik parsial maupun secara keseluruhan (project delay). Proyek harus dikerjakan dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. 15 Universitas Sumatera Utara c. Dampak terhadap mutu Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhn pelanggan atau pemakai (customers). Produk dalam hal ini adalah hasil kegiatan proyek yang harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang disyaratkan. Dampak ini berupa penyimpangan mutu pekerjaan terhadap persyaratan yang ada. Risiko ini sudah diatur dalam sistem mutu ISO 9001 : 2000. d. Dampak terhadap kecelakaan kerja Dampak ini telah diatur dalam OHSAS 18001 Identifikasi Risiko Biaya Mutu Waktu Kecelakaan Kerja Sumber: Asiyanto (2009) Gambar 2. 2 Identifikasi Risiko Proyek berdasarkan Dampak Identifikasi risiko dilakukan agar variabel risiko yang dinilai dan dievaluasi dapat diketahui dan diidentifikasi. Teknik, sumber informasi dan alat yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko diantaranya adalah sebagai berikut (Husen, 2009): a. Check list, didasarkan atas pengalaman yang digunakan untuk situasi proyek yang sama dengan kejadian yang berulang-ulang. 16 Universitas Sumatera Utara b. Thinking prompts, menggunakan data check list kemudian diturunkan menjadi lebih spesifik dengan risiko penting tidak dihilangkan. c. HAZOP (Hazard and Operability), metode ini mengidentifikasi bahaya dan masalah operasional yang timbul. d. Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian yang sering terjadi, dengan menggunakan data masa lampau. e. Audits, bertujuan memonitor sistem, dengan mengidentifikasi dan menguji beberapa masalah, bukan mengidentifikasi risiko yang terjadi. f. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), hampir sama seperti HAZOP tetapi metode ini mengidentifikasi bagaimana kerugian bisa terjadi, bukannya apa yang terjadi jika ada kegagalan seperti identifikasi metode HAZOP. g. Critical Incident Analysis, dengan melakukan curah gagasan dalam tim lalu mengidentifikasi dan mencegah masalah agar tidak menjadi lebih rumit. h. Brainstorming, pendekatan yang sering dipakai untuk identifikasi risiko dalam suatu workshop kelompok. Brainstorming sangat bermanfaat sebagai identifikasi awal dari banyak risiko yang mungkin. Prosesnya bersifat iteraktif, bergantung pada keaktifan peserta dan fasilitatornya. i. Interviewing, melakukan interview dengan para stakeholder dari proyek. 17 Universitas Sumatera Utara j. Delphi Technique, mendengar masukan dari para pakar yang relevan dengan proyek. k. Bahan bacaan yang relevan l. Evaluasi individual dengan menggunakan kuisioner. Setelah mengidentifikasi risiko kemudian disusul dengan mencari kemungkinan peristiwa yang menyebabkan dampak terhadap sasaran tersebut. Beberapa penyebab risiko diantaranya sebagai berikut (Santoso, 2009): a. Lemahnya Manajemen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang ada, jika tidak diseleksi dengan baik, apalagi kalau perusahaan tidak memiliki sistem seleksi, maka dalam kegiatan pelaksanaan dapat memicu munculnya personel yang tidak mendukung pelaksanaan proyek secara maksimal. b. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Alat Sumber daya alat yang ada di proyek bisa saja memiliki produktivitas yang rendah sehingga tidak mampu bersaing. Produktivitas yang rendah tersebut bisa saja disebakan oleh usia alat yang sudah tidak layak. Bahkan menimbulkan kerugian karena depresinya saja tidak dapat dikembalikan yang disebabkan alat yang bersangkutan tidak memberikan konstribusi manfaat yang semestinya. c. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Material Material bahan bangunan tentunya mudah didapatkan, karena kontraktor biasanya sudah mempunyai rekanan penyedia material. 18 Universitas Sumatera Utara Tetapi masalah yang terkait dengan material bisa saja muncul, sepertimasalah pengaturan material beupa mobilisasi, penempatan dan pembayaran. d. Metode Pelaksanaan Konstruksi Yang Kurang Tepat Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target,biaya, waktu dan mutu sebagaimana diterapkan, dapat tercapai. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan dimana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan. e. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan berupa cuaca akan mempengaruhi risiko peningkatan biaya proyek, misalnya: salju, cuaca dingin dan banjir. Cuaca mempengaruhi produktivitas kerja baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 2. Analisis Risiko Analisis risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelagsungan proyek. Secara umum terdapat dua metodologi analisa risiko, yaitu (Santoso, 2009) : 19 Universitas Sumatera Utara a. Kuantitatif, analisa berdasarkan angka-angka nyata (nilai finansial) terhadap besarnya kerugian yang terjadi. b. Kualitatif, sebuah analisa yang menentukan risiko tantangan organisasi dimana penilaian tersebut dilakukan berdasarkan instuisi, tingkat keahlian dalam menilai jumlah risiko yang mungkin terjadi dan potensi kerusakannya. Menurut Godfrey (1996) analisis risiko yang dilakukan secara sistematis dapat membantu untuk: Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas. Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk). Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian. Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling jelek. Mengontrol aspek ketidakpastian. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang/badan yang terlibat dalam manajemen risiko. Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, perlu dicari tingkatannya untuk prioritas penanganannya. Kelompok tingkatan risiko dibagi menjadi empat, yaitu : high (H), significant (S), medium (M), dan low (L). penetapan tingkatan risiko (risk level) ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu : a. Frekuensi kejadian (probability) b. Dampak dari kejadian (impact/severity) 20 Universitas Sumatera Utara Setelah analisis risiko dilakukan, berikutnya adalah memutuskan prioritas atas risiko-risiko tersebut dalam pemberian tanggapan dan perlakuan. 3. Respons Risiko Risk response planning adalah proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnya (angka) hasil ukur yang diperoleh dari proses analisis risiko. Secara umum teknik yang ditetapkan untuk menangani risiko dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu: a. Menghindari Risiko (avoid) Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan aktivitas yang mendatangkan risiko. Dalam hal pengerjaan proyek bisa dilakukan dengan cara merubah rencana proyek untuk menghilangkan risiko meskipun tidak semua risiko bisa dihindari. Beberapa risiko yang mungkin terjadi di tahap awal proyek bisa dihindari dengan mengklarifikasi kebutuhan proyek (requirement), megumpulkan informasi, memperbaiki komunikasi atau memperbaiki kemampuan. Mengurangi lingkup proyek, menambah sumber daya atau waktu, menggunakan cara-cara yang mirip dari proyek sebelumnya daripada menggunakan cara-cara inovatif atau menghindari subkontraktor yang belum kita kenal baik adalah contoh-contoh cara menghindari risiko. Mungkin cara ini bisa 21 Universitas Sumatera Utara dilihat sebagai cara menangani semua risiko. Tetapi perlu diingat bahwa mengindari risiko juga berarti menghilangkan kesempatan mendapatkan profit yang potensial. Dalam kejadian yang berisiko tinggi biasanya akan melekat potensi profit yang besar. b. Reduksi Risiko (mitigate) Meliputi langkah-langkah untuk mengurangi peluang terjadinya risiko. Melakukan tindakan awal untuk mengurangi peluang terjadinya risiko pada proyek akan lebih efektif daripada memperbaiki setelah suatu kejadian berisiko terjadi. Cara ini sebenarnya paling baik sepanjang masih dalam batas kemampuan untuk mengendalikan risiko yang bersangkutan. Karena dengan cara-cara seperti ini, perusahaan akan terlatih menghadapi risiko sendiri, sehingga kemampuan perusahaan menjadi meningkat dalam mengendalikansuatu risiko. Namun demikian disarankan bila respons ini yang akan diambil, maka seluruh prosedur manajemen risiko harus dijalankan sepenuhnya, termasuk monitoring dan control. Memilih orang yang berkompeten untuk ditempatkan dalam tim proyek adalah contoh mengurangi risiko dari sisi manusia. c. Dialihkan (Transfer) Pemindahan penanganan risiko yang sifatnya negatif kepada pihak ketiga. Pemidahan tanggung jawab ini merupakan cara yang paling efektif jika mempertimbangkan biaya. Kontrak dapat dijadikan alat pembantu dalam pemindahan tanggung jawab. Respons 22 Universitas Sumatera Utara mengalihkan risiko pada dasarnya adalah memanfaatkan potensi dari luar perusahaan untuk dapat membantu perusahaan dalam menangani risiko yang telah terifentifikasi. Pihak ketiga tersebut diantaranya subkontraktor dan perusahaan asuransi. d. Menerima Risiko (Accept) Menerima kerugian jika kejadian yang berisiko terjadi. Ini bisa dilakukan jika risiko yang ditimbulkan kecil. Atau tidak ada cara lain lagi untuk menangani. Manajemen atau tim proyek sudah siap akan risiko yang terjadi dengan tidak merubah rencana proyek yang sekarang ada. Penerimaan risiko secara aktif bisa diwujudkan dengan menyiapkan rencana contingency atau cadangan jika risiko yang diperkirakan terjadi. 4. Memonitor dan Mengendalikan Risiko (Risk monitoring and control) Langkah ini adalah proses mengawasi risiko yang sudah diidentifikasi, memonitor risiko yang tersisa, dan mengidentifikasikan risiko baru, memastikan pelaksanaan risk management plan dan mengevaluasi keefektifannya dalam mengurangi risiko. Tujuan dari monitoring risiko adalah memastikan apakah : a. Respon terhadap risiko dijalankan sesuai rencana b. Tindakan untuk respon terhadap risiko seefektif yang diharapkan atau respon baru perlu dikembangkan c. Asumsi proyek masih valid d. Risk exposure sudah berubah e. Prosedur dan kebijaksanaan yang tepat sudah diikuti 23 Universitas Sumatera Utara f. Risiko-risiko tejadi tanpa teridentifikasi sebelumnya Beberapa hal yang diperlukan untuk monitoring dan pengendalian risiko adalah risk management plan, risk response plan, catatan lain tentang pelaksanaan dan kemajuan proyek analisis dan identifikasi risiko tambahan yang sebelumnya tidak dicatat. Secara garis besar manajemen risiko untuk kontraktor dapat ditunjukkan dengan gambar dibawah ini: Didokumentasikan (Monitoring and Control) Pekerjan tidak diambil Pekerjaan diambil tetapi risiko diserahkan pada owner Respons Risiko Dialihkan pada pihak lain Analisis Risiko Diambil Identifikasi Risiko Usaha Dikendalikan sendiri / diminimalkan Diterima dampaknya dan dimasukkan anggaran Sumber: Santoso (2009) Gambar 2. 3 Manajemen Risiko Kontraktor 24 Universitas Sumatera Utara Strategi / Sistem Penanganan Risiko Ditolak 2.4 BIAYA PROYEK Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan sejumlah besar biaya yang dikelompokkan menjadi modal (fixed capital) dan modal kerja (working capital), atau dengan kata lain biaya proyek = modal tetap + modal kerja (Soeharto, 1995). 2.4.1 Modal Tetap Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diingini, mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh. Modal tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Soeharto, 1995). 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Yang dimaksud dengan biaya langsung (direct cost) dalam biaya proyek adalah seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik proyek, yaitu meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan proyek (dari persiapan hingga penyelesaian) dan biaya mendatangkanseluruh sumber daya yang diperlukan oleh proyek tersebut. Komponen utama dari biaya langsung ini adalah material, tenaga kerja, sub-kontraktor dan alat. Ditinjau dari hasil kegiatan, maka yang termasuk dalam kelompok biaya langsung adalah biayabiaya untuk kegiatan pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan struktur atas, pekerjaan finishing, pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang di dalam item-iten pekerjaan tersebut pada dasarnya 25 Universitas Sumatera Utara terkandung biaya upah, biaya bahan dan biaya alat. Biaya overhead lapangan yang terdiri dari biaya pegawai proyek, biaya administrasi proyek, biaya telpon/listrik proyek dan lain-lain, juga dimasukkan kedalam kelompok biaya langsung (Soeharto, 1995). 2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Yang dimaksud biaya tidak langsung (indirect cost) dalam proyek adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan yang tidak berkaitan secara langsung dengan proyek yang bersangkutan, yang hasilnya tidak berbentuk fisik, melaikan bersifat mendukung pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu, besar kecilnya biaya ini kurang atau tidak dipengaruhi oleh kegiatan proyek. Hal ini berarti bila kegiatan pelaksanaan proyek tidak tinggi, biaya ini tidak membesar, melainkan relatif tetap, begitu pula sebaliknya. Biaya indirect cost bukanlah komponen biaya konstruksi yang aktual tetapi dapat menimbulkan problem bagi kontraktor dalam mendukung pekerjaan proyek, biaya ini biasanya dikategorikan sebagai biaya overhead (Soeharto, 1995). Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher, 1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek 26 Universitas Sumatera Utara berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995). 2.4.2 Modal Kerja Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi, yang meliputi antara lain: a. Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain untuk operasi. b. Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga kerja pada masa awal operasi. c. Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu tahun. Perbandingan jumlah modal kerja terhadap total biaya investasi berkisar antara 5 – 10% (Soeharto, 1995). 2.5 PEMBENGKAKAN BIAYA (COST OVERRUN) Pembengkakan biaya (cost overrun) adalah biaya konstruksi suatu proyek yang pada saat tahap pelaksanaan, melebihi (budget) anggaran proyek yang ditetapkan di tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi pihak kontraktor (Santoso, 2009). Cost overrun yang terjadi pada suatu proyek konstruksi dapat disebabkan oleh faktor intern maupun factor ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri. Pembengkakan biaya (cost overrun) itu sendiri dibagi dalam tiga tahap, yaitu: a. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Tahap Awal Proyek Konstruksi. b. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pada Saat Proses Proyek Konstruksi. 27 Universitas Sumatera Utara c. Pembengkakan Biaya (Cost Overrun) Pasca Konstruksi. 2.6 MANAJEMEN WAKTU PROYEK Penjadwalan konstruksi terkait dengan manajemen waktu yang diperlukan untuk memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK(Project Management Body of Knowledge) dalam proses manajemen waktu meliputi (PMBOK Guide, 2004): 2.6.1 Definisi Kegiatan Definisi kegiatan adalah identifikasi jadwal kegiatan spesifik yang diperlukan untuk menghasilkan berbagai deliverable proyek. Identifikasi jadwal kegiatan bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-kegiatan yang akan ada dalam pelaksanaan proyek. Dalam proses ini dihasilkan pengelompokkan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS). 2.6.2 Urutan Kegiatan Urutan kegiatan adalah identifikasi dan mendokumentasikan ketergantungan diantara jadwal kegiatan. Masing-Masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung pengembangan jadwal sehinga diperoleh jadwal yang realitis. 2.6.3 Perhitungan Sumber Daya Kegiatan Memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan masing – masing jadwal kegiatan. 2.6.4 Perhitungan Durasi Kegiatan 28 Universitas Sumatera Utara Durasi aktivitas adalah fungsi dari jumlah (kuantitas) pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja tiap satuan waktu (Production Rate) Kuantitas pekerjaan dapat diketahui dari lingkup/dokumen kontrak. Kegiatan ini merupakan perhitungan sejumlah periode-periode pekerjaan yang diperlukan untuk melengkapi jadwal kegiatan individual. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia. 2.6.5 Pengembangan Jadwal Analisa urutan kegiatan, durasi, kebutuhan sumber daya, dan batasan-batasan jadwal untuk membuat jadwal proyek. Pembuatan jadwal proyek merupakan proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek. 2.6.6 Pengendalian Jadwal Mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam jadwal proyek. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian jadwal adalah: a. Pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan perubahan jadwal dan memastikan perubahan yang terjadi disetujui. b. Menentukan perubahan dari jadwal. c. Melakukan tindakan bila pelaksanaan proyek berbeda dari perencaan awal proyek. 2.7 PENJADWALAN Setiap proyek konstruksi biasanya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaa tertentu, kapan pelakasanan proyek tersebut harus dimulai, kapan harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta 29 Universitas Sumatera Utara bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana dan jadwal pelaksanaan proyek selalu mengacu pada kondisi anggapan-anggapan dan prakiraan yang ada pada saat rencana dan jadwal tersebut dibuat. Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek yang menjadi urutan langkahlangkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai satu sasaran. Pendekatan yang dipakai jadwal adalah pembuatan jaringan kerja yang menggambarkan suatu grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan mana yang harus didahulukan dari pekerjaan yang lain harus diidentifikasikan secara jelas dalam kaitannya dengan waktu pelakasanaan pekerjaan (Soeharto, 1995). Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, di mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992). Unsur utama penjadwalan adalah peramalan (forecasting). Menjadwalkan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, menghasilkan suatu kegiatan yang lengkap, dan menulis bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Putri Lynna,2005) Output dari proses penjadwalan adalah suatu rencana pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek, yang berisi informasi antara lain tentang: a. Waktu dimulainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat) b. Waktu selesainya suatu kegiatan (paling cepat, paling lambat) c. Kegiatan-kegiatan kritis berikut lintasan kritisnya d. Waktu selesainya proyek secara kesuluruhan 30 Universitas Sumatera Utara e. Jadwal pemakaian sumber daya, teruatam tenaga kerja dan peralatan Jadwal Aliran kas/uang. Fungsi dari penjadwalan Menurut PMBOK(Project Management Body of Knowledge) adalah sebagai berikut (PMBOK Guide, 2004): a. Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dan untuk memberikan prioritas perhatian dalam pengawasan dan pengendalian, agar proyek dapat diselesaikan sesuai rencana, terhindar dari keterlambatan, kenaikan biaya, dan perselisihan-perselisihan kontraktual. b. Dipakai sebagai dasar penentuan progress payment, penyusunan cash flow proyek dan pembuatan pendanaan proyek. c. Merupakan dasar atau pedoman untuk pengendalian, baik yang berkaitan dengan waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran kemajuan pekerjaan, dapat diketahui apabila ada penyimpangan pelaksanaan terhadap rencana/jadwal, yang dengan bantuan alat-alat analisis tertentu, misalnya dengan trend analysis dan sensitivity analysis, dapat segera dilakukan tindakan-tindakan koreksi, untuk penyelesaian sisa proyek. d. Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing. e. Menghindari pengelolaan pelaksanaan proyek yang hanya mengandalkan naluri saja. f. Menghindari pemakaian sember daya dengan intensitas yang tinggi sejak awal proyek, dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya. 31 Universitas Sumatera Utara g. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek. Kepastian tersebut dapat menghindari pekerja berada ditempat kerja lebih lama dari waktu yang diperlukan, bergombol menanti penugasan, mondar-mandir tanpa tujuan, dan sebagainya. h. Dapat dipakai untuk mengevaluasi dampak akibat adanya perubahanperubahan pelaksanaan proyek, baik yang berkaitkan dengan waktu penyelesaian proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat dipakai sebagai dasar penyelesaian masalah kontraktual, seperti untuk menyelesaikan tuntutan-tuntutan (Claims) kenaikan biaya maupun perpanjangan waktu. i. Apabila jadwal di-update secara teratur, sehingga selain untuk tindakan koreksi, berfungsi pula sebagai dokumentasi adanya perubahan-perubahan didalam pelaksanaan pekerjaan, keterlambatan yang tidak diharapkan, perubahan waktu penyelesaian kegiatan, dan adanya change order, maka pedokumentasi-an jadwal awal berikut perubahan perubahannya dapat dipakai sebagai dokumen historis proyek. 2.8 KETERLAMBATAN Keterlambatan pada proyek adalah sebagaian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan pada pelaksanaan menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncankan (Ervianto, 2002). Keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor, karena dampak 32 Universitas Sumatera Utara keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, disamping adanya tuntunan waktu dan penambahan biaya. Keterlambatan merupakan fenomena yang umum terjadi dalam proyek konstruksi. Faktor yang berpotensi menjadi suatu risiko menyebabkan keterlambatan dapat diatasi dan dikontrol dengan cara mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berdasarkan sumber penyebabnya, hal ini sangat membantu kontraktor dalam menghadapi masalah keterlambatan pelaksanaan selama proyek konstruksi baik keterlambatan yang dapat ditoleransi (excusable delay), yang tidak dapat ditoleransi (non excusable delay), ataupun keduanya yang dapat terjadi secara bersamaan (concurrent delay). Pengklasifikasian keterlambatan ini dinyatakan oleh Poopeschu, C. M dan Charoegam, C.,(1995), serta Ellinwa, U dan Sillias, A. B, (1993). 1. Excusable Delay Excusable Delay terdiri dari 2, yaitu: a. Compensatory delay yaitu keterlambatan yang dapat ditoleransi dimana penyebab terjadinya bukan berasal dari pihak kontraktor melainkan dari owner. b. Non Compensatory delay yaitu tipe keterlambatan yang juga dapatditoleransi dan penyebab keterlambatan di luar dari kemampuan pihak kontraktor, seperti halnya bencana alam, cuaca, pemogokan tenaga kerja dan untuk tipe keterlambatan ini kontraktor hanya mendapat perpanjangan waktu. 33 Universitas Sumatera Utara 2. Nonexcusable Delay Tipe keterlambatan ini adalah keterlambatan yang tidak dapat ditoleransi, dan tidak mendapat perpanjangan waktu ataupun pengantian biaya karena keterlambatan bersumber pada kesalahan kontraktor dan menjadi tanggung jawab kontraktor secara penuh. 3. Concurrrent Delay Selain dua tipe keterlambatan di atas terdapat concurrent delay yaitu suatu keterlambatan yang terjadi secara bersamaan baik keterlambatan yang tidak dapat ditoleransi maupun keterlambatan yang dapat ditoleransi. Maka perlu diadakan suatu pengkajian yang lebih dalam oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek, apa dan siapa yang menyebabkan keterlambatan, untuk selanjutnya ditentukan tindakan selanjutnya. 2.9 PEMILIHAN STRATEGI PENELITIAN Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi penelitian, yaitu jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan. Tabel 2.1 Strategi Penelitian Untuk Masing-masing Situasi Faktor Terhadap Kendali Jenis Peristiwa yang Terhadap Strategi Pertanyaan Sedang Berjalan Perisitiwa Yang Digunakan atau Baru yang Diteliti Diselesaikan Bagaimana, Eksperimen Ya Ya Mengapa Siapa, Apa, Dimana, Berapa Survey Tidak Ya banyak, berapa besar 34 Universitas Sumatera Utara Strategi Jenis Pertanyaan Yang Digunakan Siapa, Apa, Dimana, Berapa banyak, Berapa besar Bagaimana, Sejarah Mengapa Bagaimana, Studi Kasus Mengapa Sumber: Yin (1994) Archival Analysis 2.10 Kendali Terhadap Perisitiwa yang Diteliti Faktor Terhadap Peristiwa yang Sedang Berjalan atau Baru Diselesaikan Tidak Ya/Tidak Tidak Tidak Tidak Ya DATA PENELITIAN Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Adapun data penelitian ini terdiri dari dua, yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama. Data primer diperoleh dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara memperoleh data dengan melakukan survey kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, jurnal, makalah, penelitian-penelitian yang berkaitan sebelumnya dan dapat juga disebut data yang sudah diolah. 35 Universitas Sumatera Utara 2.11 VARIABEL PENELITIAN Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). 2.12 INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun contoh-contoh instrument peneltian yaitu angket (quistionaire), daftar cocok (checklist), skala (scale), pedoman wawancara (interview guide) dan lainlain. 2.13 SKALA DAN UKURAN PENELITIAN Skala pengukuran adalah suatu instrument atau alat yang mewajibkan peneliti untuk menetapkan subjek kepada kategori dengan memberikan angka atau nomor pada kategori-kategori tersebut. Ada empat tipe skala pengukuran pada penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio. 2.14 ANALISIS DATA PENELITIAN 2.14.1 Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Termasuk tentang 36 Universitas Sumatera Utara hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komperatif (Moh. Nazir, 2003). Analisis ini memiliki kegunaan untuk menyajikan karakteristik suatu data dari sampel tertentu sehingga peneliti mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas dari data yang diperoleh. Analisis statistic ini dapat dikatakan pula sebagai analisis terhadap validitas dan reliabilitas dari pengumpulan data yang telah dilakukan. Deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat dilakukan dalam 2 bagian yaitu : a. Deskripsi dalam bentuk tulisan/teks. Deskripsi tulisan terdiri atas bagian-bagian yang penting yang menggambarkan isi data secara keseluruhan, seperti mean (rata-rata) data, standar deviasi, varians data, dan sebagainya. b. Deskripsi dalam bentuk gambar/grafik. Grafik sebuah data biasanya disajikan untuk melengkapi deskripsi berupa teks, agar data tampak lebih impresif dan komunikatif. 2.14.2 Uji Validitas Dan Reliabilitas Uji validitas dan uji reliabilitas digunakan untuk megetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel, dan untuk mengukur suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan 37 Universitas Sumatera Utara konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner (Nugroho, 2005). Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu test atau instrumen penelitian dapat dinyatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan angka r hasil Corrected Item Total Correlation melalui sub menu Scale pada pilihan Reliability Analysis (Pratisto , 2009) Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturas hasil pengukuran apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari suatu ukuran. Pengujian reliabilitas data dilakukan menggunakan alat bantu software SPSS dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%, dalam perhitungan ini nilai r diwakili oleh alpha, apabila alpha hitung 38 Universitas Sumatera Utara lebih besar dari pada r tabel atau alpha hitung bernilai positif, maka instrumen penelitian dapat disebut reliabel (Santoso Singgih, 2002). 2.14.3 Uji Normalitas Uji normalitas merupakan metode pengujian sampel untk mengetahui tingkat kenormalan suatu data jawaban dari responden. Tujannya adalah untuk mengetahui distribusi data dalam suatu variabel yang digunakan dalam penelitian, yang selanjutnya akan diambil keputusan apakah pengolahan data akan menggunakan parametric atau non parametric. Statistik parametric memerlukan terpenuhinya banyak asumsi, sehingga data yang akan dianalisa harus terdistribusi normal, sedangkan statistik non parametrik tidak menuntut terpenuhinya banyak asusmsi, sehingga dapat terdistribusi secara bebas (distribution free). 2.14.4 Analisis Non Parametrik Keuntungan dari analisis non parametkrik adalah: a. Metode non parametrik tidak mengharuskan data berdistribusi normal (distribution free test) sehingga penggunaannya lebih jelas. b. Metode non parametrik dapat digunakan untuk data nominal maupun ordinal. c. Metode non parametrik cenderung lebih sederhana dan mudah dipahami daripada metode parametrik. 2.14.5 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang profesor matematika dari University of Pittsburgh, Amerika 39 Universitas Sumatera Utara Serikat pada awal tahun 1970-an. Perkembangan Analytic Hierarchy Process berawal sebagai respons terhadap kebutuhan akan alokasi dan perencanaan sumber daya yang tidak mencukupi untuk militer. AHP merupakan suatu alat analisa yang dapat digunakan untuk membuat keputusan pada kondisi dengan faktor-faktor yang kompleks, terutama jika keputusan tersebut bersifat subjektif. AHP menghasilkan pendekatan terstruktur untuk menentukan nilai dan bobot untuk permasalahan multi-kriteria dan menstandarisasinya, sehingga dapat saling dibandingkan dan dapat diambil suatu keputusan. Pada dasarnya AHP bekerja dengan cara memberi prioritas kepada alternatif yang penting mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Lebih tepatnya, AHP memecah berbagai peringkat struktur hirarki berdasarkan tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan pilihan atau alternatif (decompotition). AHP juga memperkirakan perasaan dan emosi sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan. Suatu set perbandingan secara berpasangan (pairwise comparison) kemudian digunakan untuk menyusun peringkat elemen yang diperbandingkan. Penyusunan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. AHP menyediakan suatu mekanisme untuk meningkatkan konsistensi logika (logica consistency) jika perbandingan yang dibuat tidak cukup konsisten. (Saaty, 1986). Berbagai keuntungan AHP sebagai suatu pendekatan pemecahan persoalan dan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 40 Universitas Sumatera Utara AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. AHP memadukan metode deduktif dan metode berdasarkan sistem dalam memecahkan pesoalan kompleks. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan-memaksakan pemikiran linier. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan berbagai prioritas. AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. AHP menuntun suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuaan. AHP tidak memaksakan consensus tetapi mensintesa suatu hasil yang representative dan berbagai penilaian yang berbeda-beda. AHP memungkinkan perhalusan definisi pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian melalui pengulangan. Secara garis besar, ada empat tahapan AHP dalam penyusunan prioritas, yaitu: a. Dekomposisi dari masalah. Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus mampu didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan, 41 Universitas Sumatera Utara identifikasi pilihan-pilihan (options), dan perumusan kriteria (criteria) untuk memilih prioritas sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut: Sumber: Saaty (2008) Gambar 2.4 Dekomposisi Masalah b. Penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap penilaian atau membandingkan antar elemen yang ada, yaitu perbandingan antara kriteria dan perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria. Disisi lain, perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria. Dengan kata lain, penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa penting suatu pilihan jika dilihat dari kriteria tertentu. Untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan sutu elemen terhadap elemen lain, menetapkan skala nilai 1 sampai dengan 9 yang 42 Universitas Sumatera Utara ditunjukkan pada tabel berikut. Angka 1 - 9 ini digunakan atas dasar pertimbangan berupa perbedaan kualitatif menjadi jelas, perbedaan kualitatif sudah cukup tergambarkan hanya dengan lima atribut, sementara empat atribut lainnya dapat dinyatakan sebagai penilaian yang berada diantara dua atribut yang berdekatan, dan skala dengan Sembilan satuan secara psikologis mencerminkan derajat sampai batas manusia mampu membedakan intensitas tata hubungan antar elemen. Tabel 2.2 Skala Perbandingan Nilai Keterangan Nilai 1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan Kriteria/Aternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B 2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nlai yang bedekatan Sumber : Saaty (2008) c. Perhitungan bobot elemen dengan menggunakan Eigen Vector. Matriks hasil perbandingan berpasangan akan diolah untuk menentukan perbandingan relative antaa masing-masing pilihan yang dinamakan prioritas atau yang disebut juga dengan eigen vector. Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan itu sendiri harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut: Hubungan kardinal; Hubungan ordinal; : = maka 43 Universitas Sumatera Utara Jika elemen-elemen dari suatu tingkat dalam hierarki adalah dan bobot pengaruh mereka adalah / menunjukkan kekuatan , , ..., , . Misalkan jika dibandingkan dengan , ..., = . Matriks dari angka-angka ini dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison) yang diberi symbol A. berikut ini adalah formulasi matriks perbandingan berpasangan: i 𝑎𝑖𝑖 j 𝑎𝑖𝑗 k 𝑎𝑖𝑘 𝑎𝑗𝑖 𝑎𝑗𝑗 𝑎𝑗𝑘 k 𝑎𝑘𝑖 𝑎𝑘𝑗 𝑎𝑘𝑘 i j 𝐴 Dimana: ≥ 0 dan =1/ ; ij=1, ... , n / Selanjutnya matriks dinormalisasi dimana jumlah kolomnya menjadi sama dengan satu. d. Uji konsistensi hirarki. Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai diagonal bernilai satu dan konsisten. Konsistensi dari penilaian berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung consistency ratio (CR). Apabila nilai CR lebih kecil atau sama dengan 10%, maka hasil penelitia tersebut dikatakan konsisten. Jadi nilai eigen maksimum (λmaks) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen sisa harus mendekati nol. 44 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya matriks awal A dikalikan dengan matriks prioritas w yang menghasilkan nilai untuk tiap baris. Selanjutnya setiap nilai untuk baris tersebut dibagi kembali dengan matriks prioritas. Penjumlahan seluruh angka pada matriks tersebut dibagi dengan banyaknya elemen (n) akan menghasilka nilai eigen maksimum (λmaks). Formulasi yang digunaka dalam menghitung CR adalah: CR = CI/RI CI = (λmaks – n) / (n – 1) Dimana: CR = Rasio konsistensi hirarki CI = Indeks konsistensi hirarki RI = Indeks konsistensi random (dapat dilihat pada tabel 2.2) λmaks = Nilai maksimum dari nilai eigen n = Banyaknya Elemen 1 Order 0 R.I Sumber: Saaty (2008) 2.9.6 2 0 Tabel 2.3 Nilai RI 3 4 5 6 7 8 9 0.52 0.89 1.12 1.25 1.35 1.40 1.45 SPSS (Statistical Product and Service Solution) SPSS (Statistical Product and Service Solution) merupakan program aplikasi yang digunakan untuk melakukan penghitungan statistik menggunakan computer. Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistik dari yang 45 Universitas Sumatera Utara sederhana sampai yang rumit sekalipun, yang jika dilakukan secara manual akan memakan waktu lebih lama (Sarwono, 2006). Berikut gambaran cara kerja komputer dengan program SPSS dalam mengolah data adalah sebagai berikut: OUTPUT DATA Dengan OUTPUT NAVIGATOR Proses Dengan DATA EDITOR INPUT DATA Dengan DATA Gambar 2. 5 Cara Kerja SPSS (Statistical Product and Service Solution) Penjelasan proses statistik dengan SPSS: 3 Data yang akan diproses dimasukan lewat menu DATA EDITOR yang otomatis muncul dilayar saat SPSS dijalankan 4 Data yang telah diinput kemudian kemudian diproses, juga lewat menu DATA EDIT 5 Hasil pengolahan data muncul dilayar (Window) yang lain dari SPSS, yaitu OUTPUT NAVITGATOR Pada menu Output Navigator, informasi atau output statistic dapat ditampilkan secara: a. Teks atau tulisan. Pengerjaan (perubahan bentuk huruf, penambahan, pengurangan dan lainnya) yang berhubungan dengan output teks dapat dilakukan lewat menu Teks Output Editor. b. Tabel. Pengerjaan (pivoting label, penambahan, pengurangan label dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk label dapat dilakukan lewat menu Pivot table Editor. 46 Universitas Sumatera Utara c. Chart atau grafik, Pengerjaan (perubahan tipe grafik dan lainnya) yang berhubungan dengan output berbentuk grafik dapat dilakukan lewat menu Chart Editor. 2.15 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU 1. Menurut Mansyur Sjawal, I Putu Artama Wiguna (2009) dalam “Analisis Risiko Terhadap Biaya Pelaksanaan Pada Proyek Konstruksi Jembatan Di Provinsi Papua”, berdasarkan analisis dan pembahasan didapat kesimpulan sebagai berikut: a. Menurut Konsultan, risiko tertinggi adalah produktivitas tenaga kerja yang rendah dan risiko terendah adalah risiko Ketidakjelasan pada pasal-pasal dalam kontrak. Menurut Kontraktor, risiko tertinggi adalah Kondisi Cuaca dan risiko terendah adalah Kerusakan jaringan bawah tanah yang baru. Menurut Owner, risiko tertinggi adalah Tenaga kerja yang tidak punya kemampuan/skill dan risiko terendah adalah kesulitan penggunaan teknologi baru. b. Dari hasil uji statistik didapat bahwa antara Konsultan dan kontraktor tidak terlalu berbeda dalam menerima risiko, sedangkan antara Konsultan dan kontraktor dibandingkan dengan owner ada perbedaan dalam menerima risiko. Tetapi dari nilai uji statistik dapat dikatakan bahwa konsultan lebih besar menerima risiko biaya dan waktu, dibandingkan dengan kontraktor dan owner 2. Menurut Nadya Safira Asmarantaka (2014) dalam “Analisis Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Proyek Pada PembangunanHotel 47 Universitas Sumatera Utara Batiqa Palembang”, berdasarkan penelitian didapat kesimpulan sebagai berikut: a. Pelaksanaan kegiatan konstruksi yang dianalisis dari bulan JanuariMei 2014 mengalami keterlambatan penyelesaian dari waktu rencana. Pekerjan yang mengalami keterlambatan paling signifikan di awal pekerjaan adalah pekerjaan struktur basement yang terlambat lebih dari dua minggu. b. Penerapan ISO 9001:2008 oleh kontraktor PT. Pulauintan sudah sangat baik dengan nilai 100 %, sedangkan mutu dari sumber daya manusia atau tenaga kerjanya hanya memperoleh nilai 76 % dengan keterangan baik, dan realisasi produknya memperoleh nilai 87% dengan keterangan sangat baik. c. Berdasarkan analisis statistik deskriptif menggunakan program SPSS 22 faktor risiko dengan nilai mean paling tinggi adalah variabel FX30 yaitu faktor risiko terjadinya additonal work. d. Berdasarkan analisis menggunakan metode AHP dan penentuan kategori risiko dengan metode SNI, faktor risiko yang memperoleh nilai paling dominan dengan kategori risiko tinggi terdiri dari 6 variabel faktor risiko yaitu: 1) FX30 faktor risiko terjadinya additional work. 2) FX31 cuaca buruk pada saat aktifitas konstruksi. 3) FX1 kurangnya bahan konstruksi. 4) FX27 keterlambatan perizinan. 5) FX13 kurangnya tenaga kerja. 48 Universitas Sumatera Utara 6) FX7 kerusakan peralatan. 3. Menurut Bagus Yuntar Kurniawan (2011) dalam “Analisa Risiko Konstruksi Pada Proyek Pembangunan Apartemen Petra Square Surabaya” a. Didapatkan 58 variabel risiko yang relavan pada pengerjaan proyek Apartemen Petra square, variabel-variabel risiko tersebut terbagi dalam 7 kelompok, yaitu : 1) Risiko force majeure. 2) Risiko material dan peralatan. 3) Risiko tenaga kerja. 4) Risiko kontraktual. 5) Risiko pelaksanaan. 6) Risiko desain dan teknologi 7) Risiko manajemen. b. Risiko keterlambatan pembayaran oleh owner merupakan risiko yang mempunyai nilai paling besar terhadap biaya sedangkan risiko yang mempunyai nilai paling besar terhadap waktu adalah risiko adanya perubahan desain/spesifikasi. c. Respon risiko pada risiko keterlambatan pembayaran oleh owner yang merupakan risiko terhadap biaya pada proyek adalah dengan cara melakukan koordinasi dengan pihak owner tentang schedule pembayaran dan mendesak pihak owner agar segera membayar yang seharusnya sudah dibayarkan kepada pihak kontraktor. 49 Universitas Sumatera Utara