TANAMAN PEGAGAN UNTUK MENINGKATKAN

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
A. Akuntansi Biaya
1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya
Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem
informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi
untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas
dan pengambilan keputusan yang lain.
Menurut Carter (2012) Peranan Akuntansi Biaya dalam
pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai biaya
dan manfaat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas
berikut:
a) Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi
dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan
sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya
untuk memotivasi orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten
dengan tujuan perusahaan.
b) Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan
pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.
c) Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan
biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan
penetapan harga dan untuk evaluasi kinerja dari suatu produk,
departemen, atau divisi.
d) Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu
tahun atau untuk periode lain yang pendek. Hal ini termasuk
menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai
dengan aturan pelaporan eksternal.
e) Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau
jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
Menurut Mulyadi (2003) Kos (Cost) adalah kas atau nilai setara
kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang
diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi
organisasi. Sedangkan Biaya (Expense) adalah kos sumber daya yang
telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu.
1. Klasifikasi Biaya
Menurut Carter (2012) klasifikasi biaya yang paling umum
digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini:
a) Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa)
- Bahan Baku Langsung
Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari
produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan
biaya produk.
- Tenaga Kerja Langsung
Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku
langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak
ke produk tertentu.
- Overhead pabrik
Terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu, biasanya memasukkan semua biaya
manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung.
- Bahan Baku Tidak Langsung
Adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung
karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.
- Tenaga Kerja Tidak Langsung
Adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung ditelusuri ke
konstruksi atau komposisi produk jadi.
b) Volume Produksi
- Biaya Variabel
Adalah biaya yang totalnya meningkat secara proporsional
terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas.
- Biaya Tetap
Adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas
bisnis meningkat atau menurun.
- Biaya Semivariabel
Adalah
biaya
yang
memperlihatkan
baik
karakteristik-
karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel.
c) Departemen, proses, pusat biaya (cost driver), atau subdivisi lain
dari manufaktur
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang
memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen,
proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi
sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan
biaya serta membebankan tanggung jawab untuk pengendalian
biaya.
Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya dapat
diklasifikasikan dalam dua ketegori: departemen produksi dan
departemen jasa. Di departemen produksi, operasi manual dan
operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara
langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Di
departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain.
Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa
yang lain maupun departemen produksi. Meskipun departemen jasa
tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya
departemen ini merupakan bagian dari biaya overhead dan juga
merupakan biaya dari produk.
d) Periode Akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai belanja modal (capital
expenditure) atau sebagai belanja pendapatan (revenue expenditure).
Suatu belanja modal dimaksudkan untuk memberikan manfaat pada
periode-periode mendatang dan dilaporkan sebagai aset. Belanja
pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan
dilaporkan sebagai beban. Aset akhirnya akan menjadi beban ketika
dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya.
e) Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi
Ketika harus memilih di antara tindakan-tindakan atau
alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk
mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan
penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Pertimbangan
atas hal-hal yang tidak relevan merupakan pemborosan waktu dan
dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal yang relevan. Yang lebih
penting, faktor yang tidak relevan bisa saja disalahartikan sebagai
faktor yang relevan.
3. Peran Utama Akuntansi Biaya
Menurut Mulyadi (2003:38) Akuntansi biaya dalam manajemen
tradisional hanya dituntut untuk mampu mencatat biaya yang terjadi
sebagaimana adanya. Akuntansi biaya dalam manajemen komtemporer
tidak hanya diharapkan mampu mencatat biaya sebagaimana adanya,
namun dituntut untuk memotivasi manajemen dan karyawan di dalam
melakukan pengurangan biaya (cost reduction) agar perusahaan mampu
menghasilkan produk/jasa secara cost effective.
B. Harga Pokok Produksi
Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2006) “Harga Pokok
Produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli
untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode
akuntansi berjalan”. Selain itu, Garrison, Noreen, dan Brewer (2006)
menyebutkan “Harga Pokok Produksi berupa biaya produksi yang
berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu periode.”
Harga pokok produksi merupakan salah satu hal penting yang perlu
diperhatikan oleh perusahaan baik perusahaan manufaktur, perusahaan jasa
maupun perusahaan dagang. Karena dengan adanya penetapan harga
pokok produksi yang tepat maka akan memberikan manfaat bagi
perusahaan itu sendiri. Menurut Hariadi (2002) harga pokok per unit
adalah informasi yang sangat berharga bagi produsen karena informasi
tersebut merupakan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok
penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan penting lainnya.
Hariadi (2002) juga mengemukakan konsep different cost for
different purposes. Konsep ini mendasari arti harga pokok, yaitu
tergantung pada untuk kepentingan apa manajemen menggunakan
informasi tersebut. Atas dasar konsep tradisional yang dimaksudkan untuk
keperluan penyusunan laporan keuangan menyatakan bahwa yang disebut
harga pokok suatu produk hanya mencakup biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sementara itu atas dasar
konsep kontemporer, untuk kepentingan manajemen yang bersifat taktis
operasional maka yang dimaksud dengan harga pokok suatu produk adalah
selain meliputi biaya produksi tradisional juga mencakup pula biaya
pemasaran dan biaya pelayanan pada konsumen.
C. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Menurut
Mulyadi
(2003)
“Akuntansi
tradisional
adalah
akuntansi biaya yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang
berorientasi ke penentuan kos produk dengan fokus biaya pada tahap
produksi”.
Menurut Mulyadi (2012) harga pokok produk dapat dihitung
dengan dua pendekatan, yaitu dengan menggunakan full costing dan
variable costing.
a. Metode Harga Pokok Pesanan-Full Costing
1) Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut.
Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian
barang dagangan dan—tanpa melalui pengolahan lebih lanjut—
diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut.
Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai
dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dijual.
Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk
menyajikan informasi harga pokok barang dagangan yang dijual,
biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan
pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan
penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan
tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga
pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi,
dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta
berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang
diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi
biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan
informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang
diserahkan ke bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur
digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari
dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai
dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut.
Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi
biaya dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1.
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA
Penentuan harga
pokok
bahan
baku yang dibeli
Penentuan
Biaya
tenaga
kerja langsung
harga
pokok bahan baku
Biaya Overhead
yang dipakai
pabrik
Pengumpulan
biaya produksi
Penentuan
harga
pokok produk jadi
Sumber: Mulyadi (2012:36)
2) Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Karakteristik
usaha
perusahaan
yang
produksinya
berdasarkan pesanan berpengaruh terhadap pengumpulan biaya
produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan
metode harga pokok pesanan yang rmemiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai
dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokok produksinya secara individual.
b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya
dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak
langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.
d) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi
pesanan
tertentu
berdasarkan
biaya
yang
sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik
diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif
yang ditentukan dimuka.
e) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan
selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan
jumlah unit yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
3) Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan,
informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi
manajemen untuk:
a) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada
pemesan.
b) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
c) Memantau realisasi biaya produksi.
d) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
e) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca.
b. Metode Harga Pokok Proses
1) Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh
karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang
berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai
berikut:
a) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
b) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
c) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk
jangka waktu tertentu.
2) Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga
Pokok Pesanan
Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya
produksi tersebut terletak pada:
a) Pengumpulan biaya produksi.
b) Perhitungan harga pokok produksi per satuan.
c) Penggolongan biaya produksi.
d) Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead
pabrik.
3) Metode Harga Pokok Proses-Produk Diolah Melalui Satu
Departemen Produksi
Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk
dalam metode harga pokok proses, berikut ini diuraikan contoh
metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan
yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi
tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses
awal periode.
Biaya Bahan Baku
xx
Biaya Bahan Penolong
xx
Biaya Tenaga Kerja
xx
Biaya overhead pabrik
xx
Total biaya produksi
xx
D. Activity-Based Costing System
1. Pengertian Activity-Based Costing System (ABC System)
Menurut Mulyadi (2003:53) ABC System adalah sistem
informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi
personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang
melalui pengelolaan aktivitas.
Sedangkan
menurut
Carter
(2012:528)
ABC
System
didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat
penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu
dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor
yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).
Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan
penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya
produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sebaliknya, ABC
mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain pada kenyataannya dapat
ditelusuri tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan
untuk memproduksi output.
2. Mitos dan Realitas ABC System
ABC System telah mengalami perkembangan pesat sejak
diujicoba pada awal dekade 1990-an di U.S.A. Sudah lebih dari sepuluh
tahun ABC System diperkenalkan di Indonesia melalui seminar,
lokakarya, bahkan beberapa perusahaan telah mengimplementasikan
ABC System secara berhasil—yaitu mampu memanfaatkan informasi
yang dihasilkan oleh ABC System dalam pengurangan biaya.
Agar memperoleh konsep yang tepat mengenai ABC System,
Mulyadi (2003) telah menguraikan mengenai konsep yang salah dan
konsep semestinya mengenai ABC System. Tabel 2.1. melukiskan mitos
dan realitas tentang ABC System.
Tabel 2.1.
Mitos dan realitas tentang ABC System
Mitos
Realitas
1. ABC system merupakan sistem
analisis biaya berbasis aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan
personel dalam pengambilan
keputusan, baik yang bersifat
strategik, maupun operasional.
1. ABC
system
merupakan
sistem
pencatatan,
penggolongan,
peringkasan, penyajian,
dan penginterpretasian
informasi biaya.
2. ABC
system 2. ABC system merupakan sistem
merupakan
sistem
informasi biaya yang dapat
akuntansi
dengan
diterapkan dalam semua jenis
perusahaan manufaktur
perusahaan—manufaktur, jasa,
sebagai modelnya.
dan dagang.
3. ABC system berfokus 3. ABC system mencakup seluruh
ke biaya produksi.
biaya.
Dalam
perusahaan
manufaktur,
ABC
system
mencakup biaya desain dan
pengembangan, biaya produksi,
biaya dukungan intern, biaya
pemasaran, biaya distribusi, biaya
layanan purna jual.
4. ABC system berfokus ke 4. ABC system berfokus long-term
perhitungan kos produk
strategic cost reduction.
dan cost control.
5. ABC
system 5. ABC system menyediakan
menghasilkan
informasi bagi seluruh personel
informasi
bagi
organisasi
(manajer
dan
manajemen puncak.
karyawan).
6. ABC system dapat 6. ABC system hanya akan optimum
diselenggarakan secara
hasilnya jika diselenggarakan
manual.
dengan teknologi informasi.
7. ABC
system 7. ABC system mengubah cara
merupakan tanggung
menjalankan bisnis, oleh karena
jawab fungsi akuntansi.
itu
ABC
system
menjadi
tanggung jawab semua personel,
terutama operating personnel.
Sumber: Mulyadi (2003)
3. Falsafah yang Melandasi ABC System
Menurut Mulyadi (2003) ada dua keyakinan dasar yang
melandasi ABC system:
a. Cost is caused.
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas.
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas
yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan
personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya.
ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber
daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan
sekadar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
b. The causes of cost can be managed.
Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.
Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab
terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya.
Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi
tentang aktivitas.
Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system tersebut
dilukiskan lebih jelas pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Keyakinan Dasar yang Melandasi ABC System
Keyakinan Dasar ABC System: “Biaya ada Penyebabnya”
Titik Pusat ABC
Sumber
Daya
Cost
Object
Aktivitas
“Dan penyebab biaya dapat dikelola”
(melalui Activity-Based Management)
Sumber: Mulyadi (2003)
4. Tingkatan Biaya dan Pemicu
Menurut Carter (2012:528-532) Dalam ABC, dasar yang
digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai
penggerak atau pemicu (driver). Adapun pemicu tersebut adalah:
a) Pemicu sumber daya (resource driver)
Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas
berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut.
Istilah pemicu sumber daya adalah baru, tetapi idenya tidak.
Misalnya
saja,
kebanyakan
sistem
akuntansi
tradisional
mengalokasikan sebagian biaya tingkat pabrik ke departemendepartemen berdasarkan jumlah karyawan atau luas lantai yang
ditempati oleh masing-masing departemen. Satuan kaki persegi dan
jumlah karyawan disebut sebagai dasar alokasi dalam konteks
tersebut. Jika suatu sistem ABC mengalokasikan biaya dari suatu
sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan kaki persegi atau
jumlah karyawan yang didedikasikan untuk setiap aktivitas, maka
kaki persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai pemicu sumber
daya.
b) Pemicu aktivitas (activity driver)
Pemicu aktivitas adalah suatu dasar yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan,
atau objek biaya final (final cost object) lainnya. Kata final, mengacu
pada langkah terakhir dalam alokasi biaya. Sifat dan ragam pemicu
aktivitas membedakan ABC dari perhitungan biaya tradisional.
ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu
aktivitas pada tingkatan agregasi (level of agregation) yang berbeda
dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkatan yang umumnya
diidentifikasikan adalah unit, batch, produk, dan pabrik.
1) Tingkat Unit
Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang pasti
akan meningkat ketika satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satusatunya biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara
proporsional terhadap volume. Contoh dari biaya tingkat unit
mencakup biaya listrik, jika mesin-mesin bertenaga listrik
digunakan untuk memproduksi setiap unit, biaya pemanasan jika
setiap unit mengalami proses pemanasan, dan biaya petugas
inspeksi jika setiap unit memerlukan inspeksi.
Pemicu tingkat unit (unit-level driver) merupakan ukuran
aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan
dijual. Semua pemicu tingkat unit bersifat proporsional terhadap
volume output. Pemicu tingkat unit merupakan satu-satunya dasar
alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam
ABC. Contoh dari pemicu tingkat unit adalah jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan
baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah komponen
bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung, dan jumlah
unit yang diproduksi. Semua contoh tersebut juga digunakan
sebagai dasar alokasi di sistem perhitungan biaya tradisional.
2) Tingkat Batch
Tingkatan agregasi berikutnya yang lebih tinggi adalah
batch. Biaya tingkat bacth (batch-level cost) adalah biaya yang
disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh
dari biaya tingkat batch mencakup biaya persiapan dan sebagian
besar dari biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan
dari pemasok untuk batch tertentu, maka sebagian dari biaya
pembelian, penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan
biaya tingkat batch. Biaya pemasaran dan administrasi dalam
memperoleh dan memproses pesanan juga termasuk biaya tingkat
batch.
Pemicu tingkat batch (batch-level driver) adalah ukuran
aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi
dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat batch adalah persiapan,
jam persiapan, pesanan produksi, dan permintaan bahan baku.
3) Tingkat Produk
Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya
tingkat produk (product-level cost) adalah biaya yang terjadi
untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan.
Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya desain
produk, biaya pengembangan produk, biaya pengembangan
prototipe, dan biaya teknik produksi. Beberapa contoh lainnya:
a) Biaya pelatihan, jika pekerja memerlukan tambahan pelatihan
untuk memproduksi suatu produk tertentu.
b) Biaya pelatihan, jika diperlukan peralatan khusus dalam
memproduksi suatu produk tertentu, atau jika beberapa mesin
digunakan secara eksklusif untuk satu produk.
c) Biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi bahan baku, jika
beberapa bahan baku bersifat unik untuk satu produk tertentu
dan tidak dipesan secara terpisah untuk setiap batch yang
diproduksi.
Pemicu tingkat produk (produk-level driver) adalah
ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jenis produk yang
diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat produk adalah
perubahan
desain,
jam
desain,
komponen
berbeda
yang
diperlukan.
4) Tingkat Pabrik
Beberapa tingkatan biaya dan pemicu dapat terjadi diatas
tingkatan produk. Hal ini mencakup tingkat lini produk, tingkat
proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Hampir semua
penerapan ABC mengakui hanya salah satu dari ketegori-kategori
tersebut, yaitu tingkat produk. Biaya tingkat pabrik (plant-level
cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas di lokasi produksi.
Contoh dari biaya tingkat pabrik mencakup sewa, penyusutan,
pajak properti, dan asuransi untuk bangunan pabrik.
Luas lantai yang ditempati sering kali disebut dengan
pemicu tingkat pabrik (plant-level driver) untuk membebankan
biaya tingkat pabrik. Tetapi, hal ini memperluas gagasan
mengenai pemicu, karena jarang sekali luas lantai yang digunakan
untuk
setiap
produk
atau
unit
dapat
diidentifikasikan.
Perkecualian ditemukan di beberapa pabrik ke dalam sel kerja
atau sub pabrik. Pembagian ini kadang-kadang disebut sebagai
pengaturan flotilla atau pabrik di dalam pabrik. Jika suatu sel
kerja sepenuhnya didedikasikan untuk memproduksi satu produk
tunggal, maka bagian dari total luas lantai pabrik yang ditempati
oleh sel kerja tersebut tidak diragukan lagi dapat dibebankan ke
produk tadi, bersama-sama dengan sebagian dari biaya tingkat
pabrik.
5. Langkah-langkah dalam Mendesain ABC System
Menurut Hansen dan Mowen (2006) ada enam langkah dalam
mendesain Activity-Based Costing System, yaitu:
a) Activity identification, definition, and classification.
Identifikasi aktivitas adalah sebuah langkah pertama yang
logis dalam mendesain sistem ABC. Aktivitas berasal dari aksi yang
diambil satu atau dari pelaksanaan kerja dengan peralatan atau untuk
orang lain. Definisi aktivitas adalah sebuah aktivitas dari inventory.
Atribut aktivitas adalah informasi keuangan dan non-keuangan yang
menggambarkan
aktivitas
individual.
Klasifikasi
aktivitas
merupakan atribut yang digambarkan dan menjelaskan aktivitas dan
pada waktu yang sama menjadi basis pengklasifikasian aktivitas.
1) Assign cost to activities.
Setelah mendeskripsikan dan menjelaskan aktivitas, tugas
berikutnya adalah menentukan berapa banyak kos pada setiap
aktivitas. Kos dari sumber daya harus dilekatkan pada aktivitas
dengan pendekatan langsung atau dengan suatu pendorong.
Penggerak
aktivitas
adalah
faktor-faktor
yang
mengukur
pemakaian sumber daya oleh aktivitas.
b) Assigning secondary activity costs to primary activities.
Pembebanan biaya pada aktivitas selesai pada tingkat
pertama dari ABC. Dalam tingkat pertama ini, aktivitas
diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Jika ada aktivitas
sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada tahap berikutnya,
biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang
memadai outputnya.
c) Cost object and bills of activities.
Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya
tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu aktivitas
penggunaannya seperti dengan yang diukur oleh penggerak
aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan penghitungan
suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan
mengalikan tarif ini dengan menggunakan aktivitas yang
sebenarnya.
d) Activity rates and product costing.
Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap
aktivitas harus ditentukan. Guna membebankan biaya juga perlu
diketahui jumlah dari tiap aktivitas yang dipakai oleh produk.
Dalam memenuhi tujuan ini, akan diasumsikan bahwa kapasitas
praktis aktivitas adalah sebanding dengan total penggunaan
aktivitas oleh semua produk.
e) Classifying activities.
Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan,
aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori
umum aktivitas.
6. Manfaat Activity-Based Costing System
Manfaat ABC System menurut Mulyadi (2003:94) adalah:
a) Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan
oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
b) Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran
berbasis aktivitas (activity-based budget).
c) Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi
rencana pengurangan biaya.
d) Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan pada Sistem Tradisional
biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost
Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan
Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System,
Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada
banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu
mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat
berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Adapun ringkasan
penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini:
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
NO
JUDUL
HASIL PENELITIAN
1
Peranan
ActivityBased Costing System
Dalam
Perhitungan
Harga
Pokok
Terhadap Peningkatan
Profitabilitas
Perusahaan
(Studi
Kasus Pada PT.Retno
Muda Pelumas Prima
Tegal)
(Mathius
Tandiontong
dan
Ardisa Lestari:2011)
Hasil penelitian pada PT. Retno Muda
Pelumas
menunjukkan
bahwa
profitabilitas dengan metode ABC
labanya lebih besar dari pada metode
konvensional karena perhitungan harga
pokok dengan menggunakan metode
ABC menggunakan pemicu biaya jam
kerja, liter, luas tanah, banyaknya batch
dan
jumlah
produk
sedangkan
perhitungan harga pokok dengan
metode
konvensional
hanya
menggunakan jam kerja sebagai satusatunya dasar pengalokasian biaya
overhead.
Sehingga perhitungan menggunakan
metode ABC memberikan hasil yang
lebih akurat dibandingkan dengan
menggunakan metode konvensional.
NO
JUDUL
HASIL PENELITIAN
2
Peranan
ActivityBased Costing System
Dalam
Perhitungan
Harga Pokok Produksi
Kain
Yang
Sebenarnya
Untuk
Penetapan Harga Jual
(Studi Kasus Pada PT.
Panca Mitra Sandang
Indah) (Riki Martusa
dan Agnes Fransisca
Adie:2011)
PT. Panca Mitra Sandang Indah
menjalankan sistem pembebanan biaya
yang masih sangat sederhana, yaitu
hanya membebankan seluruh biaya
bahan baku yang digunakan, biaya
tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk
menetapkan
harga
pokok
tiap
produknya. Biaya non-bahan baku
yang dicatat oleh perusahaan hanya
digunakan
untuk
menghitung
keseluruhan laba akhir perusahaan.
PT. Panca Mitra Sandang Indah
menetapkan harga jual produk dengan
cara menambahkan harga pokok
produk yaitu biaya material per produk
dengan mark up yang sesuai dengan
kebijakan perusahaan untuk menutup
biaya
non-material
yang
tidak
ditelusuri pada tiap produk.
3
Peranan
ActivityBased Costing System
Untuk
Menentukan
Harga Pokok Produksi
Untuk
Menentukan
Harga Pokok Produksi
Pada PT. Industri
Sandang
Nusantara
Unit Patal Secang
(Ratna
Wijayanti
:2011)
Terjadinya perbedaan antara Harga
Pokok Produksi dengan menggunakan
Sistem Tradisional dengan ActivityBased Costing System disebabkan
karena pembebanan Biaya Overhead
Pabrik pada masing-masing produk.
Pada Sistem Tradisional biaya pada
masing-masing
produk
hanya
dibebankan pada satu Cost Driver saja.
Akibatnya cenderung terjadi distorsi
pada pembebanan Biaya Overhead
Pabrik. Pada metode Activity-Based
Costing System, Biaya Overhead
Pabrik pada masing-masing produk
dibebankan pada banyak Cost Driver,
sehingga
Activity-Based
Costing
System mampu mengalokasikan biaya
aktivitas ke setiap jenis produk secara
tepat berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas.
Sumber : Ardisa (2011), Agnes (2011), Wijayanti (2011)
Perbedaan penelitian dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian
yang dilakukan peneliti saat ini adalah pada perusahaan, tempat penelitian
dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada PT. Dasaplast
Nusantara yang bertempat di kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara dan
dilakukan pada tahun 2014.
Adapun persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan
penelitian terdahulu terletak pada perhitungan harga pokok produksi
dengan menggunakan ABC System.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang penting bagi
perusahaan
untuk
menentukan
harga
jual
dalam
meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan
dengan sistem akuntansi biaya tradisional maupun dengan Activity-Based
Costing System.
Sistem akuntansi biaya tradisional dalam menentukan kos produk
fokus pada unit produksi. Penentuan harga pokok produksi dengan sistem
akuntansi biaya tradisonal dipengaruhi oleh tiga elemen yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Sedangkan Activity-Based Costing System dalam menentukan kos
produk berfokus pada aktivitas. Penentuan harga pokok produksi dengan
Activity-Based Costing System terdiri dari empat elemen yaitu unit, batch,
produk dan pabrik.
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengajukan kerangka
pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.3.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Perhitungan HPP
PT. Dasaplast Nusantara
Pecangaan
Perhitungan HPP
Dengan ABC System
Membandingkan dan Menganalisis Hasil Perhitungan
Hasil Penelitian
Download