BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas dan pengambilan keputusan yang lain. Menurut Carter (2012) Peranan Akuntansi Biaya dalam pengumpulan, penyajian, dan analisis dari informasi mengenai biaya dan manfaat membantu manajemen untuk menyelesaikan tugas-tugas berikut: a) Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya. Suatu aspek penting dari rencana adalah potensinya untuk memotivasi orang agar berkinerja dengan cara yang konsisten dengan tujuan perusahaan. b) Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas. c) Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi. d) Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun atau untuk periode lain yang pendek. Hal ini termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan sesuai dengan aturan pelaporan eksternal. e) Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka panjang, yang dapat mengubah pendapatan atau biaya. Menurut Mulyadi (2003) Kos (Cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi. Sedangkan Biaya (Expense) adalah kos sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. 1. Klasifikasi Biaya Menurut Carter (2012) klasifikasi biaya yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: a) Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa) - Bahan Baku Langsung Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. - Tenaga Kerja Langsung Adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. - Overhead pabrik Terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu, biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. - Bahan Baku Tidak Langsung Adalah bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. - Tenaga Kerja Tidak Langsung Adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung ditelusuri ke konstruksi atau komposisi produk jadi. b) Volume Produksi - Biaya Variabel Adalah biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. - Biaya Tetap Adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun. - Biaya Semivariabel Adalah biaya yang memperlihatkan baik karakteristik- karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. c) Departemen, proses, pusat biaya (cost driver), atau subdivisi lain dari manufaktur Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya serta membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Departemen-departemen dalam suatu pabrik biasanya dapat diklasifikasikan dalam dua ketegori: departemen produksi dan departemen jasa. Di departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Di departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain. Dalam beberapa kasus, jasa ini juga dinikmati oleh departemen jasa yang lain maupun departemen produksi. Meskipun departemen jasa tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, biaya departemen ini merupakan bagian dari biaya overhead dan juga merupakan biaya dari produk. d) Periode Akuntansi Biaya dapat diklasifikasikan sebagai belanja modal (capital expenditure) atau sebagai belanja pendapatan (revenue expenditure). Suatu belanja modal dimaksudkan untuk memberikan manfaat pada periode-periode mendatang dan dilaporkan sebagai aset. Belanja pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Aset akhirnya akan menjadi beban ketika dikonsumsi atau kehilangan kegunaannya. e) Suatu keputusan, tindakan, atau evaluasi Ketika harus memilih di antara tindakan-tindakan atau alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan, adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan pendapatan, pengurangan biaya, dan penghematan) yang relevan terhadap pilihan tersebut. Pertimbangan atas hal-hal yang tidak relevan merupakan pemborosan waktu dan dapat mengalihkan perhatian dari hal-hal yang relevan. Yang lebih penting, faktor yang tidak relevan bisa saja disalahartikan sebagai faktor yang relevan. 3. Peran Utama Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2003:38) Akuntansi biaya dalam manajemen tradisional hanya dituntut untuk mampu mencatat biaya yang terjadi sebagaimana adanya. Akuntansi biaya dalam manajemen komtemporer tidak hanya diharapkan mampu mencatat biaya sebagaimana adanya, namun dituntut untuk memotivasi manajemen dan karyawan di dalam melakukan pengurangan biaya (cost reduction) agar perusahaan mampu menghasilkan produk/jasa secara cost effective. B. Harga Pokok Produksi Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2006) “Harga Pokok Produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan”. Selain itu, Garrison, Noreen, dan Brewer (2006) menyebutkan “Harga Pokok Produksi berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu periode.” Harga pokok produksi merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan baik perusahaan manufaktur, perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Karena dengan adanya penetapan harga pokok produksi yang tepat maka akan memberikan manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Menurut Hariadi (2002) harga pokok per unit adalah informasi yang sangat berharga bagi produsen karena informasi tersebut merupakan dasar untuk menilai persediaan, harga pokok penjualan, perhitungan laba dan sejumlah keputusan penting lainnya. Hariadi (2002) juga mengemukakan konsep different cost for different purposes. Konsep ini mendasari arti harga pokok, yaitu tergantung pada untuk kepentingan apa manajemen menggunakan informasi tersebut. Atas dasar konsep tradisional yang dimaksudkan untuk keperluan penyusunan laporan keuangan menyatakan bahwa yang disebut harga pokok suatu produk hanya mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sementara itu atas dasar konsep kontemporer, untuk kepentingan manajemen yang bersifat taktis operasional maka yang dimaksud dengan harga pokok suatu produk adalah selain meliputi biaya produksi tradisional juga mencakup pula biaya pemasaran dan biaya pelayanan pada konsumen. C. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Menurut Mulyadi (2003) “Akuntansi tradisional adalah akuntansi biaya yang didesain untuk perusahaan manufaktur dan yang berorientasi ke penentuan kos produk dengan fokus biaya pada tahap produksi”. Menurut Mulyadi (2012) harga pokok produk dapat dihitung dengan dua pendekatan, yaitu dengan menggunakan full costing dan variable costing. a. Metode Harga Pokok Pesanan-Full Costing 1) Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai dengan pembelian barang dagangan dan—tanpa melalui pengolahan lebih lanjut— diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran. Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi yang diserahkan ke bagian gudang. Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi sampai dengan dihasilkannya produk jadi dari proses produksi tersebut. Hubungan antara siklus pembuatan produk dan siklus akuntansi biaya dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. SIKLUS AKUNTANSI BIAYA Penentuan harga pokok bahan baku yang dibeli Penentuan Biaya tenaga kerja langsung harga pokok bahan baku Biaya Overhead yang dipakai pabrik Pengumpulan biaya produksi Penentuan harga pokok produk jadi Sumber: Mulyadi (2012:36) 2) Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang rmemiliki karakteristik sebagai berikut: a) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual. b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. c) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik. d) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. e) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. 3) Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk: a) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. b) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. c) Memantau realisasi biaya produksi. d) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan. e) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. b. Metode Harga Pokok Proses 1) Karakteristik Metode Harga Pokok Proses Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut: a) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. b) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. c) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. 2) Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada: a) Pengumpulan biaya produksi. b) Perhitungan harga pokok produksi per satuan. c) Penggolongan biaya produksi. d) Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik. 3) Metode Harga Pokok Proses-Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi Untuk dapat memahami perhitungan harga pokok produk dalam metode harga pokok proses, berikut ini diuraikan contoh metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi tanpa memperhitungkan adanya persediaan produk dalam proses awal periode. Biaya Bahan Baku xx Biaya Bahan Penolong xx Biaya Tenaga Kerja xx Biaya overhead pabrik xx Total biaya produksi xx D. Activity-Based Costing System 1. Pengertian Activity-Based Costing System (ABC System) Menurut Mulyadi (2003:53) ABC System adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Sedangkan menurut Carter (2012:528) ABC System didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor). Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sebaliknya, ABC mengakui bahwa banyak biaya-biaya lain pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. 2. Mitos dan Realitas ABC System ABC System telah mengalami perkembangan pesat sejak diujicoba pada awal dekade 1990-an di U.S.A. Sudah lebih dari sepuluh tahun ABC System diperkenalkan di Indonesia melalui seminar, lokakarya, bahkan beberapa perusahaan telah mengimplementasikan ABC System secara berhasil—yaitu mampu memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh ABC System dalam pengurangan biaya. Agar memperoleh konsep yang tepat mengenai ABC System, Mulyadi (2003) telah menguraikan mengenai konsep yang salah dan konsep semestinya mengenai ABC System. Tabel 2.1. melukiskan mitos dan realitas tentang ABC System. Tabel 2.1. Mitos dan realitas tentang ABC System Mitos Realitas 1. ABC system merupakan sistem analisis biaya berbasis aktivitas untuk memenuhi kebutuhan personel dalam pengambilan keputusan, baik yang bersifat strategik, maupun operasional. 1. ABC system merupakan sistem pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian, dan penginterpretasian informasi biaya. 2. ABC system 2. ABC system merupakan sistem merupakan sistem informasi biaya yang dapat akuntansi dengan diterapkan dalam semua jenis perusahaan manufaktur perusahaan—manufaktur, jasa, sebagai modelnya. dan dagang. 3. ABC system berfokus 3. ABC system mencakup seluruh ke biaya produksi. biaya. Dalam perusahaan manufaktur, ABC system mencakup biaya desain dan pengembangan, biaya produksi, biaya dukungan intern, biaya pemasaran, biaya distribusi, biaya layanan purna jual. 4. ABC system berfokus ke 4. ABC system berfokus long-term perhitungan kos produk strategic cost reduction. dan cost control. 5. ABC system 5. ABC system menyediakan menghasilkan informasi bagi seluruh personel informasi bagi organisasi (manajer dan manajemen puncak. karyawan). 6. ABC system dapat 6. ABC system hanya akan optimum diselenggarakan secara hasilnya jika diselenggarakan manual. dengan teknologi informasi. 7. ABC system 7. ABC system mengubah cara merupakan tanggung menjalankan bisnis, oleh karena jawab fungsi akuntansi. itu ABC system menjadi tanggung jawab semua personel, terutama operating personnel. Sumber: Mulyadi (2003) 3. Falsafah yang Melandasi ABC System Menurut Mulyadi (2003) ada dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system: a. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekadar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. b. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system tersebut dilukiskan lebih jelas pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Keyakinan Dasar yang Melandasi ABC System Keyakinan Dasar ABC System: “Biaya ada Penyebabnya” Titik Pusat ABC Sumber Daya Cost Object Aktivitas “Dan penyebab biaya dapat dikelola” (melalui Activity-Based Management) Sumber: Mulyadi (2003) 4. Tingkatan Biaya dan Pemicu Menurut Carter (2012:528-532) Dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (driver). Adapun pemicu tersebut adalah: a) Pemicu sumber daya (resource driver) Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut. Istilah pemicu sumber daya adalah baru, tetapi idenya tidak. Misalnya saja, kebanyakan sistem akuntansi tradisional mengalokasikan sebagian biaya tingkat pabrik ke departemendepartemen berdasarkan jumlah karyawan atau luas lantai yang ditempati oleh masing-masing departemen. Satuan kaki persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai dasar alokasi dalam konteks tersebut. Jika suatu sistem ABC mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke beberapa aktivitas berdasarkan kaki persegi atau jumlah karyawan yang didedikasikan untuk setiap aktivitas, maka kaki persegi dan jumlah karyawan disebut sebagai pemicu sumber daya. b) Pemicu aktivitas (activity driver) Pemicu aktivitas adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek biaya final (final cost object) lainnya. Kata final, mengacu pada langkah terakhir dalam alokasi biaya. Sifat dan ragam pemicu aktivitas membedakan ABC dari perhitungan biaya tradisional. ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (level of agregation) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkatan yang umumnya diidentifikasikan adalah unit, batch, produk, dan pabrik. 1) Tingkat Unit Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang pasti akan meningkat ketika satu unit diproduksi. Biaya ini adalah satusatunya biaya yang selalu dapat dengan akurat dibebankan secara proporsional terhadap volume. Contoh dari biaya tingkat unit mencakup biaya listrik, jika mesin-mesin bertenaga listrik digunakan untuk memproduksi setiap unit, biaya pemanasan jika setiap unit mengalami proses pemanasan, dan biaya petugas inspeksi jika setiap unit memerlukan inspeksi. Pemicu tingkat unit (unit-level driver) merupakan ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Semua pemicu tingkat unit bersifat proporsional terhadap volume output. Pemicu tingkat unit merupakan satu-satunya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam ABC. Contoh dari pemicu tingkat unit adalah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah komponen bahan baku, total biaya utama, total biaya langsung, dan jumlah unit yang diproduksi. Semua contoh tersebut juga digunakan sebagai dasar alokasi di sistem perhitungan biaya tradisional. 2) Tingkat Batch Tingkatan agregasi berikutnya yang lebih tinggi adalah batch. Biaya tingkat bacth (batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh dari biaya tingkat batch mencakup biaya persiapan dan sebagian besar dari biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan dari pemasok untuk batch tertentu, maka sebagian dari biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi barang masuk merupakan biaya tingkat batch. Biaya pemasaran dan administrasi dalam memperoleh dan memproses pesanan juga termasuk biaya tingkat batch. Pemicu tingkat batch (batch-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat batch adalah persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, dan permintaan bahan baku. 3) Tingkat Produk Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya tingkat produk (product-level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Beberapa contoh dari biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, biaya pengembangan produk, biaya pengembangan prototipe, dan biaya teknik produksi. Beberapa contoh lainnya: a) Biaya pelatihan, jika pekerja memerlukan tambahan pelatihan untuk memproduksi suatu produk tertentu. b) Biaya pelatihan, jika diperlukan peralatan khusus dalam memproduksi suatu produk tertentu, atau jika beberapa mesin digunakan secara eksklusif untuk satu produk. c) Biaya pembelian, penerimaan, dan inspeksi bahan baku, jika beberapa bahan baku bersifat unik untuk satu produk tertentu dan tidak dipesan secara terpisah untuk setiap batch yang diproduksi. Pemicu tingkat produk (produk-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan jenis produk yang diproduksi dan dijual. Contoh dari pemicu tingkat produk adalah perubahan desain, jam desain, komponen berbeda yang diperlukan. 4) Tingkat Pabrik Beberapa tingkatan biaya dan pemicu dapat terjadi diatas tingkatan produk. Hal ini mencakup tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen, dan tingkat pabrik. Hampir semua penerapan ABC mengakui hanya salah satu dari ketegori-kategori tersebut, yaitu tingkat produk. Biaya tingkat pabrik (plant-level cost) adalah biaya untuk memelihara kapasitas di lokasi produksi. Contoh dari biaya tingkat pabrik mencakup sewa, penyusutan, pajak properti, dan asuransi untuk bangunan pabrik. Luas lantai yang ditempati sering kali disebut dengan pemicu tingkat pabrik (plant-level driver) untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Tetapi, hal ini memperluas gagasan mengenai pemicu, karena jarang sekali luas lantai yang digunakan untuk setiap produk atau unit dapat diidentifikasikan. Perkecualian ditemukan di beberapa pabrik ke dalam sel kerja atau sub pabrik. Pembagian ini kadang-kadang disebut sebagai pengaturan flotilla atau pabrik di dalam pabrik. Jika suatu sel kerja sepenuhnya didedikasikan untuk memproduksi satu produk tunggal, maka bagian dari total luas lantai pabrik yang ditempati oleh sel kerja tersebut tidak diragukan lagi dapat dibebankan ke produk tadi, bersama-sama dengan sebagian dari biaya tingkat pabrik. 5. Langkah-langkah dalam Mendesain ABC System Menurut Hansen dan Mowen (2006) ada enam langkah dalam mendesain Activity-Based Costing System, yaitu: a) Activity identification, definition, and classification. Identifikasi aktivitas adalah sebuah langkah pertama yang logis dalam mendesain sistem ABC. Aktivitas berasal dari aksi yang diambil satu atau dari pelaksanaan kerja dengan peralatan atau untuk orang lain. Definisi aktivitas adalah sebuah aktivitas dari inventory. Atribut aktivitas adalah informasi keuangan dan non-keuangan yang menggambarkan aktivitas individual. Klasifikasi aktivitas merupakan atribut yang digambarkan dan menjelaskan aktivitas dan pada waktu yang sama menjadi basis pengklasifikasian aktivitas. 1) Assign cost to activities. Setelah mendeskripsikan dan menjelaskan aktivitas, tugas berikutnya adalah menentukan berapa banyak kos pada setiap aktivitas. Kos dari sumber daya harus dilekatkan pada aktivitas dengan pendekatan langsung atau dengan suatu pendorong. Penggerak aktivitas adalah faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktivitas. b) Assigning secondary activity costs to primary activities. Pembebanan biaya pada aktivitas selesai pada tingkat pertama dari ABC. Dalam tingkat pertama ini, aktivitas diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Jika ada aktivitas sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada tahap berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang memadai outputnya. c) Cost object and bills of activities. Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu aktivitas penggunaannya seperti dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan penghitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan mengalikan tarif ini dengan menggunakan aktivitas yang sebenarnya. d) Activity rates and product costing. Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap aktivitas harus ditentukan. Guna membebankan biaya juga perlu diketahui jumlah dari tiap aktivitas yang dipakai oleh produk. Dalam memenuhi tujuan ini, akan diasumsikan bahwa kapasitas praktis aktivitas adalah sebanding dengan total penggunaan aktivitas oleh semua produk. e) Classifying activities. Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas. 6. Manfaat Activity-Based Costing System Manfaat ABC System menurut Mulyadi (2003:94) adalah: a) Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. b) Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget). c) Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya. d) Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu menunjukkan pada Sistem Tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2. dibawah ini: Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu NO JUDUL HASIL PENELITIAN 1 Peranan ActivityBased Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus Pada PT.Retno Muda Pelumas Prima Tegal) (Mathius Tandiontong dan Ardisa Lestari:2011) Hasil penelitian pada PT. Retno Muda Pelumas menunjukkan bahwa profitabilitas dengan metode ABC labanya lebih besar dari pada metode konvensional karena perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode ABC menggunakan pemicu biaya jam kerja, liter, luas tanah, banyaknya batch dan jumlah produk sedangkan perhitungan harga pokok dengan metode konvensional hanya menggunakan jam kerja sebagai satusatunya dasar pengalokasian biaya overhead. Sehingga perhitungan menggunakan metode ABC memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. NO JUDUL HASIL PENELITIAN 2 Peranan ActivityBased Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual (Studi Kasus Pada PT. Panca Mitra Sandang Indah) (Riki Martusa dan Agnes Fransisca Adie:2011) PT. Panca Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku yang digunakan, biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan harga pokok tiap produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh perusahaan hanya digunakan untuk menghitung keseluruhan laba akhir perusahaan. PT. Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk menutup biaya non-material yang tidak ditelusuri pada tiap produk. 3 Peranan ActivityBased Costing System Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga Pokok Produksi Pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang (Ratna Wijayanti :2011) Terjadinya perbedaan antara Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Sistem Tradisional dengan ActivityBased Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada Sistem Tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas. Sumber : Ardisa (2011), Agnes (2011), Wijayanti (2011) Perbedaan penelitian dari ketiga penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah pada perusahaan, tempat penelitian dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan pada PT. Dasaplast Nusantara yang bertempat di kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara dan dilakukan pada tahun 2014. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu terletak pada perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan ABC System. 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk menentukan harga jual dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan sistem akuntansi biaya tradisional maupun dengan Activity-Based Costing System. Sistem akuntansi biaya tradisional dalam menentukan kos produk fokus pada unit produksi. Penentuan harga pokok produksi dengan sistem akuntansi biaya tradisonal dipengaruhi oleh tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sedangkan Activity-Based Costing System dalam menentukan kos produk berfokus pada aktivitas. Penentuan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System terdiri dari empat elemen yaitu unit, batch, produk dan pabrik. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis Perhitungan HPP PT. Dasaplast Nusantara Pecangaan Perhitungan HPP Dengan ABC System Membandingkan dan Menganalisis Hasil Perhitungan Hasil Penelitian