HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH.1 Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi pemiliknya. Rumah sebagai aset, maka rumah mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat dinilai dengan uang. Oleh karena rumah mempunyai nilai ekonomis, maka rumah dapat dijadikan jaminan utang oleh pemiliknya. Rumah yang dapat dijadikan jaminan utang adalah rumah yang sifatnya dimiliki. Hak milik atas rumah tanpa tanah dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia. Dokumen yang diserahkan sebagai jaminan Fidusia adalah surat tanda bukti pemilikan rumah. Jaminan Fidusia dibuktikan dengan Akta Pembebanan Fidusia yang dibuat oleh Notaris. Lahirnya Jaminan Fidusia adalah sejak Akta Pembebanan Fidusia didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Sebagai tanda bukti Jaminan Fidusia diterbitkan Sertipikat Fidusia oleh Kantor Pendaftaran Fidusia. Kata kunci : Hak milik, rumah, fidusia, akta, sertipikat Pendahuluan Pengertian rumah disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 1 Tahun 2011, yaitu bangunan Pada mulanya, ketentuan tentang perumahan diatur gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1964 tentang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. 6 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan Rumah yang ditempati atau dihuni diharapkan tidak (Lembaran Negara Tahun 1962 No. 40, Tambahan sekedar rumah, tetapi rumah yang layak huni dalam lembaran Negara Republik Indonesia No. 2476) menjadi lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 No. 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. Pasal 21 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 2611). Undang-undang No. 41 Tahun 1964 dinyatakan menetapkan jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku tidak berlaku lagi oleh Undang-undang No. 4 Tahun pembangunan dan penghunian yang meliputi: 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran a. Rumah komersial Negara Tahun 1992 No. 23, Tambahan Lembaran Negara Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan Republik Indonesia No. 3469). Undang-undang No. 4 dengan tujuan mendapatkan keuntungan sesuai Tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi kebutuhan masyarakat. oleh Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang b. Rumah umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan Tahun 2011 No. 7, Tambahan Lembaran Negara Republik untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat Indonesia No. 5188). berpenghasilan rendah. Rumah umum dapat mendapatkan bantuan dan 1 Dosen Hukum Agraria dan Hukum Perumahan Pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga kemudahan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. 55 Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 c. Rumah swadaya fungsional, baik dalam arah horizontal atau vertikal, Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing prakarsa dan upaya masyarakat. dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama Rumah swadaya diselenggarakan atas prakarsa dan untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun bersama, benda bersama, dan tanah bersama. berkelompok. Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan Pasal 43 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 kemudahan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah menetapkan bahwa pembangunan rumah tunggal, rumah Daerah. deret, dan/atau rumah susun dapat di atas tanah: d. Rumah khusus a. Hak Milik Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan khusus. terpenuh, yang dapat dipunyai orang atas tanah Yang dimaksud dengan “kebutuhan khusus”, antara dengan mengingat ketentuan Pasal 6 Undang-undang lain adalah kebutuhan untuk perumahan transmigrasi, No. 5 Tahun 1960 atau Undang-undang Pokok Agraria permukiman kembali korban bencana alam, dan rumah sosial untuk menampung orang lansia, masyarakat (UUPA). b. Hak Guna Bangunan, baik di atas tanah negara miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta termasuk maupun di atas tanah Hak Pengelolaan juga untuk pembangunan rumah yang lokasinya Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan terpencar dan rumah di wilayah perbatasan wilayah dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan negara. Rumah khusus disediakan oleh Pemerintah miliknya, dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga dan/atau Pemerintah Daerah. puluh) tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu e. Rumah negara paling lama 20 (duapuluh) tahun, dan diperbaharui Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara haknya untuk jangka waktu paling lama 30 (tigapuluh) dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian tahun. dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang c. Hak Pakai atas tanah negara pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. Hak Pakai adalah hak untuk mempergunakan dan/atau Rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung Pemerintah Daerah. oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 2011 keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang menetapkan bentuk rumah, yaitu: memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik a. Rumah tunggal tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau Rumah tunggal adalah rumah yang mempunyai perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak kaveling sendiri dan salah satu dinding bangunan bertentangan dengan jiwa dan ketentuan Undang- tidak dibangun tepat pada batas kaveling. undang No. 5 Tahun 1960. b. Rumah deret Rumah deret adalah beberapa rumah yang satu atau Rumah berfungsi sebagai aset (kekayaan) bagi pemiliknya, lebih dari sisi bangunan menyatu dengan sisi satu artinya rumah tersebut mempunyai nilai ekonomis bagi atau lebih bangunan lain atau rumah lain, tetapi pemiliknya. Hak yang dimiliki pemilik rumah terhadap masing-masing mempunyai kaveling sendiri. rumahnya, adalah: c. Rumah susun Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara 56 a. Menempati atau menggunakan rumah sesuai dengan fungsinya; b. Memberikan hak kepada orang lain untuk menghuni rumahnya dengan cara bukan sewa menyewa; Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 c. Menyewakan rumahnya kepada orang lain; Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, dan Jaminan d. Menjual rumahnya kepada orang lain; Fidusia apabila yang dijadikan jaminan utang adalah e. Menghibahkan rumahnya kepada orang lain; rumah tidak beserta tanahnya, yang diatur dalam Undang- f. Menukarkan rumahnya dengan rumah milik orang Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. lain; g. Melelang rumahnya dalam kaitannya dengan pelunasan utang; Permasalahan yang hendak dikaji dalam tulisan ini adalah pengaturan hak milik atas rumah sebagai jaminan Fidusia h. Menjaminkan rumahnya ke dalam utang piutang; dan mekanisme pembebanan hak milik atas rumah i. Mewariskan rumahnya kepada ahli warisnya. sebagai jaminan Fidusia. Rumah sebagai aset (kekayaan) bagi pemiliknya dan Pembahasan mempunyai nilai ekonomis dapat dijadikan jaminan utang oleh pemiliknya. Utang dengan jaminan rumah dapat 1. Pengaturan Jaminan Fidusia Atas Rumah dijadikan bagi pemiliknya untuk mengembangkan usaha Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan (bisnis) atau keperluan lainnya. dan Kawasan Permukiman tidak mengatur hak milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia. Berdasarkan Bentuk rumah yang dapat dijadikan jaminan utang ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 1 adalah rumah tunggal, rumah deret, dan rumah susun. Tahun 2011, rumah sebagai aset bagi pemiliknya yaitu Tidak setiap jenis rumah dapat dijadikan jaminan utang. rumah mempunyai nilai ekonomis bagi pemiliknya Jenis rumah yang dapat dijadikan jaminan utang adalah sehingga dapat dijadikan jaminan utang dengan rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum, dibebani Jaminan Fidusia. sedangkan jenis rumah yang tidak dapat dijadikan jaminan utang adalah rumah khusus dan rumah negara. Pertama kali diatur, bahwa rumah susun dan hak Rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum milik atas satuan rumah susun dapat dijadikan jaminan dapat dijadikan jaminan utang sebab rumah tersebut utang dengan dibebani Jaminan Fidusia adalah Pasal dapat diperjualbelikan oleh pemilik rumah kepada orang 12 Undang-undang No. 16 Tahun 1985 tentang lain. Rumah khusus tidak dapat dijadikan jaminan utang Rumah Susun, yaitu: sebab rumah tersebut dibangun dalam rangka memenuhi (1) Rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu kebutuhan untuk transmigrasi, permukiman kembali berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu korban bencana alam, dan rumah sosial untuk kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijadikan menampung orang lansia, masyarakat miskin, yatim jaminan utang dengan : piatu, dan anak terlantar, serta termasuk juga untuk a. dibebani hipotik, jika tanahnya tanah Hak Milik pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan lokasinya dan rumah di wilayah perbatasan negara. Demikian pula, rumah negara juga tidak dapat dijadikan atau Hak Guna Bangunan; b. dibebani fidusia, jika tanahnya tanah Hak Pakai atas tanah negara. jaminan utang sebab rumah negara sifatnya bukan untuk (2) Hipotik atau fidusia dapat juga dibebankan atas dimiliki, akan tetapi hanya dihuni oleh pegawai negeri tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan/atau pejabat negara atau pejabat Pemerintah. beserta rumah yang akan dibangun sebagai jaminan pelunasan kredit yang dimaksudkan untuk Lembaga jaminan yang mewadahi hak milik atas rumah membiayai pelaksanaan pembangunan rumah sebagai jaminan utang adalah Hak Tanggungan apabila susun yang telah direncanakan di atas tanah yang yang dijadikan jaminan utang adalah rumah beserta hak bersangkutan dan yang pemberian kreditnya atas tanahnya, yang diatur dalam Undang-Undang No. dilakukan secara bertahap sesuai dengan 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta pelaksanaan pembangunan rumah susun tersebut. 57 Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 Pembebanan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun b. pembebanan hipotek atas rumah beserta tanah diatur dalam Pasal 13 Undang-undang No. 16 Tahun yang haknya dimiliki oleh pihak yang sama 1985, yaitu: “Dengan tidak mengurangi ketentuan dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Pasal 12, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Tanah sesuai dengan peraturan perundang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dapat undangan yang berlaku. dijadikan jaminan utang dengan: a. dibebani hipotik, jika tanahnya tanah Hak Milik Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 4 atau Hak Guna Bangunan; Tahun 1992 menyatakan bahwa pemilikan rumah b. dibebani fidusia, jika tanahnya tanah Hak Pakai oleh bukan pemilik hak atas tanah, dengan persetujuan atas tanah negara. tertulis pemilik hak atas tanah, dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia. Pemilikan rumah oleh Berdasarkan ketentuan Pasal 12 dan Pasal 13 Undang- pemilik hak atas tanah, rumahnya dapat dijadikan undang No. 16 Tahun 1985 dapat dijelaskan bahwa: jaminan utang dengan dibebani fidusia. Pemilikan a. rumah susun dan hak milik atas satuan rumah rumah oleh pemilik hak atas tanah, rumah beserta susun dapat dibebani hipotik jika tanahnya Hak tanahnya dapat dijadikan jaminan utang dengan Milik atau Hak Guna Bangunan; dibebani hipotek. b. rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun dapat dibebani fidusia jika tanahnya Hak Undang-undang No. 16 Tahun 1985, Undang-undang Pakai atas tanah negara. No. 4 Tahun 1992, dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 mengatur bahwa rumah susun, hak milik Undang-undang No. 16 Tahun 1985 dilaksanakan atas satuan rumah susun, dan rumah dapat dijadikan oleh Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang jaminan utang dengan dibebani fidusia, tetapi tidak Rumah Susun. Pembebanan rumah susun atau hak memberikan pengertian tentang fidusia dan tidak milik atas satuan rumah susun dengan dibebani hipotik mengatur tata cara (prosedur) pembebanan fidusia. atau fidusia diatur dalam Pasal 43 nya, yaitu: “Dalam hal terjadi pembebanan atas rumah susun, pendaftaran 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya Undang-undang hipotik atau fidusia yang bersangkutan dilakukan No. 4 Tahun 1992 diundangkan Undang-undang No. dengan menyampaikan: 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, tanggal 30 a. sertipikat hak milik atas satuan rumah susun yang September 1999. Fidusia merupakan istilah yang bersangkutan; sudah lama dikenal di Indonesia, namun Undang- b. akta pembebanan hipotik atau fidusia; undang yang mengatur tentang fidusia baru ada c. surat-surat lainnya yang diperlukan untuk tahun 1999 dengan Undang-undang No. 42 Tahun pembebanan. 1999. Fidusia menurut Munir Fuady, juga disebut dengan istilah “Penyerahan Hak Milik Dengan Pasal 15 Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Kepercayaan”. Dalam terminologi Belandanya disebut Perumahan dan Permukiman mengatur hak milik atas dengan istilah lengkapnya Fiduciare Eigendom rumah dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Overdracht, sedangkan dalam Bahasa Inggrisnya Fidusia, yaitu : disebut dengan istilah lengkapnya Fiduciary Transfer (1) Pemilikan rumah dapat dijadikan jaminan utang. of Ownership.2 (2) a. pembebanan fidusia atas rumah dilakukan dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 58 2 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, h. 151. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 42 pemilik tanah. Objek Jaminan Fidusia adalah rumah Tahun 1999, yang dimaksud fidusia adalah hak saja tanpa hak atas tanah. Dari aspek hak atas tanah kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan yang di atasnya berdiri bangunan rumah dapat dengan ketentuan bahwa benda yang hak dijelaskan: kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam a. Rumah yang berdiri di atas tanah haknya penguasaan pemilik benda. Selanjutnya, dalam Pasal sendiri 1 angka 2 nya dinyatakan bahwa jaminan fidusia Rumah yang berdiri di atas tanah haknya sendiri, adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang yaitu rumah tersebut berdiri di atas tanah berstatus berwujud maupun yang tidak berwujud dan tidak Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai. bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat b. Rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud orang lain dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik orang Hak Tanggungan yang telah berada dalam penguasaan lain, yaitu rumah tersebut berdiri di atas tanah Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan berstatus Hak Guna Bangunan atas tanah Hak utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang Milik, Hak Pakai atas tanah Hak Milik, atau Hak diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor Sewa Untuk Bangunan. lainnya. Syarat rumah tidak beserta tanah, baik yang berdiri Dari ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. di atas tanahnya sendiri atau berdiri di atas tanah Hak 42 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa objek Jaminan Milik orang lain yang menjadi objek Jaminan Fidusia Fidusia, adalah : adalah rumah yang sifatnya dimiliki bukan rumah a. Benda bergerak, meliputi : sewa. Jenis rumah yang dapat dijadikan objek Jaminan 1. benda bergerak berwujud; Fidusia adalah rumah komersial, rumah swadaya, dan 2. benda bergerak tidak berwujud. rumah umum, sedangkan rumah khusus dan rumah b. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang negara tidak dapat menjadi objek Jaminan Fidusia. tidak dibebani dengan Hak Tanggungan. Pemilikan rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik Bangunan termasuk rumah yang menjadi objek orang lain, yang pembangunan rumahnya atas Jaminan Fidusia disebutkan dalam Penjelasan Pasal persetujuan dari pemilik tanah merupakan penerapan 15 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1992, yaitu: asas pemisahan horizontal (horizontale scheiding a. Pemilikan rumah oleh bukan pemilik hak atas beginsel). Menurut Djuhaendah Hasan, dinyatakan tanah, dengan persetujuan dengan tertulis pemilik bahwa dalam asas pemisahan horizontal, pemilikan hak atas tanah dapat dijadikan jaminan utang atas tanah dan benda atau segala sesuatu yang berdiri dengan dibebani Fidusia; di atas tanah itu adalah berbeda. Asas pemisahan b. Pemilikan rumah oleh pemilik hak atas tanah, horizontal memisahkan tanah dengan benda lain yang rumahnya dapat dijadikan jaminan utang dengan melekat pada tanah itu.3 Ter Haar yang pendapatnya dibebani Fidusia. dikutip oleh Iman Sudiyat menyatakan bahwa, tanah adalah terpisah dari segala sesuatu yang melekat Rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat padanya atau pemilikan atas tanah terlepas dari benda berdiri di atas tanah haknya sendiri, atau berdiri di atas tanah Hak Milik orang lain. Kalau rumah yang mau dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia berada di atas tanah milik orang lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari 3 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 76. 59 Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 yang berada di atas tanah itu. Sehingga pemilik atas jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud tanah dan bangunan yang berada di atasnya dapat maupun yang tidak berwujud dan tidak bergerak berbeda.4 Dalam asas pemisahan horizontal, bangunan khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak dan tanaman yang ada di atas tanah bukan merupakan Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang- satu kesatuan, pemilikan atas tanah tidak selalu undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak memiliki bangunan atau tanaman yang ada di atasnya, Tanggungan yang telah berada dalam penguasaan dan perbuatan hukum mengenai tanah tidak selalu Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan meliputi bangunan atau tanaman yang ada di atasnya utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang kecuali diperjanjikan lain Di samping asas pemisahan diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor horizontal, terdapat asas perlekatan (accessie beginsel), lainnya. Berdasarkan ketentuan ini, bangunan rumah yaitu bangunan atau tanaman di atas tanah merupakan yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan dapat satu kesatuan, pemilikan atas tanah termasuk memiliki dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia bangunan atau tanaman yang ada di atasnya, dan dengan syarat bangunan rumah tersebut merupakan perbuatan hukum mengenai tanah meliputi pula rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum, bangunan atau tanaman yang ada di atas tanah bukan rumah negara atau rumah khusus, baik yang kecuali diperjanjikan lain. berdiri di atas tanah haknya sendiri maupun di atas tanah Hak Milik orang lain yang sifat penguasan Dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun rumahnya adalah dimiliki bukan sewa. 1996 diterapkan asas pemisahan horizontal, yaitu: a. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Ketentuan hak milik atas rumah sebagai Jaminan Pengelolaan Fidusia dapat disebutkan, yaitu: Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus a. Pemberi Fidusia adalah pemilik rumah yang juga Hak Guna Bangunan yang berasal dari tanah Hak pemegang hak atas tanah atau pemilik rumah Pengelolaan. yang bukan pemilik tanah sebagai debitor atau b. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik pihak yang berutang; Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus b. Penerima Fidusia adalah perseorangan atau badan Hak Guna Bangunan yang berasal dari tanah Hak hukum yang memberikan utang kepada Pemberi Milik. Fidusia sebagai kreditor atau pihak yang c. Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Pakai yang berasal dari tanah Hak Pengelolaan. d. Hak Pakai atas tanah Hak Milik Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Pakai yang berasal dari tanah Hak Milik. e. Hak Sewa Untuk Bangunan Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Sewa yang berasal dari tanah Hak Milik. berpiutang; c. Objek Jaminan Fidusia adalah bangunan rumah saja tidak beserta tanahnya yang sifat penguasaan rumahnya dimiliki bukan sewa; d. Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang berupa perjanjian utang piutang antara Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia; e. Secara riil, Penerima Fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan, bukan sebagai pemilik Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 dinyatakan bahwa jaminan fidusia adalah hak yang sebenarnya; f. Hak milik atas rumah tidak beserta tanahnya sebagai objek Jaminan Fidusia diserahkan secara yuridis oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima 4 Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981, h. 54. 60 Fidusia yang dibuktikan dengan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat oleh dan dihadapan notaris; Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 g. Untuk memenuhi keterbukaan, Jaminan Fidusia Utang Pemberi Fidusia atau debitor kepada wajib didaftarkan oleh Penerima Fidusia ke Kantor Penerima Fidusia atau kreditor dengan jaminan Pendaftaran Fidusia, yaitu Kantor Wilayah berupa hak milik atas rumah yang dimiliki oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Pemberi Fidusia atau debitor. Provinsi untuk dicatat dalam Daftar Buku Fidusia dan diterbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia sebagai Utang piutang antara Pemberi Fidusia atau debitor tanda bukti Jaminan Fidusia; dan Penerima Fidusia atau kreditor yang dituangkan h. Setiap janji yang memberi kewenangan kepada dalam bentuk perjanjian tertulis merupakan Penerima Fidusia untuk memiliki rumah yang perjanjian pokok dalam Jaminan Fidusia. menjadi objek Jaminan Fidusia apabila debitor cidera janji adalah batal demi hukum; b. Adanya Akta Jaminan Fidusia i. Hak Penerima Fidusia untuk mengeksekusi hak Untuk memberikan jaminan utang Pemberi Fidusia milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia jika ada atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor, wanprestasi dari pihak Pemberi Fidusia sebagai Pemberi Fidusia atau debitor menyerahkan secara debitor; yuridis hak milik atas rumah tidak beserta hak atas j. Apabila hutang Pemberi Fidusia dilunasi, maka tanahnya kepada Penerima Fidusia atau kreditor. hak milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia Penyerahan hak milik atas rumah tidak beserta harus dikembalikan kepada Pemberi Fidusia; hak atas tanahnya sebagai jaminan utang k. Jika hasil penjualan hak milik atas rumah sebagai merupakan perjanjian ikutan atau perjanjian Jaminan Fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka tambahan atau bersifat accessoir dari perjanjian sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada pokok berupa perjanjian utang piutang. Pemberi Fidusia. Menurut Pasal 4 Undang-undang No. 42 Tahun 2. Mekanisme Pembebanan Hak Milik Atas Rumah 1999, jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan Sebagai Jaminan Fidusia dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan Syarat sahnya Jaminan Fidusia atas pemilikan rumah kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu harus memenuhi 3 (tiga) tahapan yang bersifat prestasi. Yang dimaksud perjanjian ikutan kumulatif, yaitu: (perjanjian accessoir) adalah perjanjian yang a. Adanya Perjanjian Utang Piutang mengikuti perjanjian lain yang disebut perjanjian Pemilik rumah membutuhkan uang untuk suatu pokok, dan berakhir apabila perjanjian pokoknya keperluan atau pengembangan usaha (bisnis). berakhir.5 Untuk memenuhi kebutuhan itu, ia berhutang kepada pihak lain, misalnya bank. Utang piutang Pada Jaminan Fidusia terdapat 2 (dua) perjanjian, itu dituangkan dalam perjanjian utang piutang yaitu perjanjian utang piutang sebagai perjanjian antara pemilik rumah sebagai Pemberi Fidusia pokok, dan penyerahan secara yuridis jaminan atau debitor dan pihak bank sebagai Penerima berupa objek Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia Fidusia atau kreditor. atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor sebagai perjanjian ikutan atau perjanjian tambahan Perjanjian utang piutang ini sebagai perjanjian yang bersifar accessoir. pokok dalam Jaminan Fidusia. Perjanjian utang piutang ini dapat dibuat dengan akta autentik yaitu aktanya dibuat oleh notaris, atau dibuat dengan akta di bawah tangan, yaitu aktanya dibuat oleh Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia. 5 Sutan Remy Syahdeni, “Komentar Pasal Demi Pasal Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia”, Majalah HUKUM BISNIS, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999, h. 42. 61 Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 Untuk menjamin pelunasan utang Pemberi Fidusia (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat bukti atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor, kepemilikan bangunan gedung diatur dengan maka dilakukan penyerahan secara yuridis hak Peraturan Presiden. milik atas rumah tidak beserta hak atas tanahnya oleh Pemberi Fidusia atau debitor kepada Penerima Hak milik atas rumah yang diserahkan secara yuridis Fidusia atau kreditor. sebagai Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia adalah surat tanda bukti Penyerahan secara yuridis hak milik atas rumah kepemilikan rumah. Hambatan dan permasalahan sebagai Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia penyerahan yuridis hak milik atas rumah sebagai kepada Penerima Fidusia adalah surat bukti Jaminan Fidusia adalah sampai sekarang belum kepemilikan bangunan gedung rumah. Pengaturan ada surat tanda bukti kepemilikan rumah. surat tanda bukti kepemilikan bangunan gedung diatur dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Penyerahan secara yuridis hak milik atas rumah tentang Bangunan Gedung dan Peraturan sebagai jaminan utang dibuktikan dengan Akta Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Jaminan Fidusia yang dibuat oleh dan dihadapan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun notaris. 2002 tentang Bangunan Gedung. Dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Pengertian notaris disebutkan dalam Pasal 1 angka ditetapkan bahwa setiap bangunan gedung harus 1 Undang-undang No. 2 Tahun 2014 tentang memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun a) status hak atas tanah, dan/atau izin 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu pejabat umum pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; yang berwenang untuk membuat akta otentik b) status kepemilikan bangunan gedung; dan dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud c) izin mendirikan bangunan gedung, sesuai dalam Undang-undang ini. Produk dari tugas ketentuan peraturan perundang-undangan notaris adalah akta notaris, pengertian akta notaris yang berlaku. disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 2 Tahun 2014, yaitu akta otentik yang dibuat Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan mengatur status kepemilikan bangunan gedung, tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang yaitu: ini. (1) Status kepemilikan bangunan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan Akta otentik menurut Pasal 1868 Burgerlijk bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Wetboek (BW), adalah akta di dalam bentuk yang Pemerintah Daerah, kecuali bangunan gedung ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh dan fungsi khusus oleh Pemerintah, berdasarkan dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa hasil kegiatan pendaftaran bangunan gedung. untuk itu, di tempat dimana akta itu dibuatnya.6 (2) Kepemilikan bangunan gedung dapat dialihkan Unsur utama yang merupakan essensialia agar kepada pihak lain. terpenuhi syarat formal bahwa suatu akta (3) Dalam hal pemilik bangunan gedung bukan merupakan akta otentik, yaitu: pemilik tanah, pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan pemilik tanah. 6 62 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia Burgerlijk Wetboek, Paradnja Paramita, Jakarta, 1985, h. 419. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 a. di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undangundang; akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan b. dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum; akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau c. akta itu dibuat oleh dan dihadapan pejabat dikecualikan kepada pejabat lain atau orang umum yang berwenang untuk itu dan di lain yang ditetapkan oleh Undang-undang. tempat dimana akta itu dibuat.7 (2) Notaris berwenang pula: Pendapat yang sama tentang unsur-unsur akta a. mengesahkan tanda tangan dan otentik dikemukakan oleh Wawan Setiawan, yaitu: menetapkan kepastian tanggal surat di a. bentuk akta harus ditentukan oleh Undang- bawah tangan dengan mendaftar dalam undang, artinya tidak boleh ditentukan oleh perangkat peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang; b. dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum; c. akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum dalam wilayah jabatannya.8 buku khusus; b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; c. membuat kopi dan asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; Berdasarkan ketentuan Pasal 1868 BW, suatu akta dinyatakan sebagai akta otentik apabila memenuhi 3 (tiga) unsur yang bersifat kumulatif, yaitu: d. melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat aslinya; e. memberikan penyuluhan hukum a. bentuk akta ditentukan oleh Undang-undang; sehubungan dengan pembuatan akta; b. akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum f. membuat akta yang berkaitan dengan yang diberi kewenangan untuk membuat akta; c. akta dibuat oleh pejabat umum dalam daerah pertanahan; atau g. membuat akta risalah lelang; (wilayah) kerjanya. (3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud Kewenangan notaris untuk membuat akta pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai ditetapkan dalam Pasal 15 Undang-undang No. kewenangan lain yang diatur dalam peraturan 2 Tahun 2014, yaitu: perundang-undangan. (1) Notaris berwenang membuat akta otentik Pasal 6 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan menetapkan bahwa Akta Jaminan Fidusia yang ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dibuat oleh notaris sekurang-kurangnya memuat: perundang-undangan dan/atau yang a) identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia; dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk b) data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia; dinyatakan dalam akta otentik, menjamin c) uraian mengenai benda yang menjadi objek kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan Jaminan Fidusia; d) nilai penjaminan; dan e) nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. 7 8 Irawan Soerodjo, Kepastian Hak Atas Tanah di Indonesia, Apollo, Surabaya, 2003, h. 250. Wawan Setiawan, “Kedudukan dan Keberadaan Pejabat Umum Serta PPAT Dibandingkan Dengan Kedudukan Pejabat Tata Usaha Negara Menurut Sistem Hukum Nasional”, Makalah, Surabaya, 1 Juni 1996, h. 12. c. Adanya Pendaftaran Jaminan Fidusia Untuk terwujudnya tertib administrasi, asas publisitas, dan jaminan kepastian hukum bagi kreditor terhadap kreditor lainnya, maka hak milik 63 Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 atas rumah yang dibebani dengan Jaminan Fidusia Sebagai tanda bukti terjadinya Jaminan Fidusia, wajib didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia dan menyerahkan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup Penerima Fidusia pada tanggal yang sama dengan tugas Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan untuk pertama Sertipikat Jaminan Fidusia merupakan salinan dari kali di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup Buku Daftar Fidusia. Jaminan Fidusia lahir pada seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya secara bertahap didirikan di setiap wilayah ibukota Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia. provinsi. Dalam hal Kantor Pendaftaran Fidusia belum didirikan di tiap kabupaten/kota, maka Dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 42 wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia di ibukota Tahun 1999 ditetapkan bahwa dalam Sertipikat provinsi meliputi seluruh kabupaten/kota yang Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata “DEMI berada di lingkungan wilayahnya. Saat ini, Kantor KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG Pendaftaran Fidusia baru didirikan di ibukota MAHA ESA”. Berdasarkan kata-kata ini, Sertipikat provinsi. Kantor Pendaftaran Fidusia adalah Kantor Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi yang sama dengan putusan pengadilan yang telah Manusia Provinsi. memperoleh kekuatan hukum tetap. Yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial adalah Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan pengadilan dan bersifat final serta mengikat para melampirkan pernyataan pendaftaran Jaminan pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.9 Fidusia. Pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia Apabila Pemberi Fidusia wanprestasi, eksekusi memuat: terhadap hak milik atas rumah yang menjadi objek a. identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia; Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara: b. tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, a) pelaksanaan title eksekutorial oleh Penerima dan tempat kedudukan notaris yang memuat Fidusia; akta Jaminan Fidusia; b) penjualan rumah yang menjadi objek Jaminan c. data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia; Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri d. uraian mengenai benda yang menjadi objek melalui pelelangan umum serta mengambil Jaminan Fidusia; pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; e. nilai penjaminan; dan c) penjualan di bawah tangan yang dilakukan f. nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. berdasarkan kesepakatan Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan dapat diperoleh harga tertinggi yang Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal menguntungkan para pihak. yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, Penerima Fidusia wajib mengembalikan kelebihan Pendaftaran Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia tersebut kepada Pemberi Fidusia. Apabila hasil ke Kantor Pendaftaran Fidusia menjadi tanda eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang lahirnya Jaminan Fidusia. 9 64 Sutan Remy Syahdeni, Op.cit., h. 45. Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013 debitor tetap bertanggung jawab atas utang yang Penutup belum terbayar. Rumah mempunyai fungsi sebagai aset bagi pemiliknya, Hapusnya hak milik atas rumah sebagai Jaminan maka rumah mempunyai nilai ekonomis yang dapat Fidusia berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal dinilai dengan uang, sehingga rumah dapat dijadikan 26 Undang-undang No. 42 Tahun 1999, yaitu: jaminan utang. Apabila yang dijadikan jaminan utang a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia adalah rumah tidak beserta hak atas tanahnya, maka berupa hak milik atas rumah; b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; dan lembaga jaminannya adalah Fidusia. Rumah yang dijadikan jaminan utang dengan dibebani Jaminan Fidusia adalah rumah yang sifatnya dimiliki bukan bukan rumah sewa. c. rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia musnah. Mekanisme pembebanan jaminan Fidusia adalah rumah adalah adanya perjanjian utang piutang antara pemilik Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor rumah sebagai debitur dengan pihak lain (bank) sebagai Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya Jaminan kreditur, adanya Akta Pembebanan Fidusia yang dibuat Fidusia dengan melampirkan pernyataan mengenai oleh notaris, dan pendaftaran Jaminan Fidusia kepada hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya Kantor Pendaftaran Fidusia. Sebagai tanda bukti Jaminan rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia Fidusia diterbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia oleh Kantor tersebut. Dengan hapusnya Jaminan Fidusia, Pendaftaran Fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Daftar Buku Fidusia. Kantor Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah agar hak Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan milik atas rumah dapat dijadikan jaminan utang dengan yang menyatakan Sertipikat Jaminan Fidusia yang dibebani Jaminan Fidusia, maka Pemerintah Daerah harus bersangkutan tidak berlaku lagi. melaksanakan perintah Undang-undang No. 28 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Hambatan dan permasalahan yuridis yang muncul untuk menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur berkaitan dengan hak milik atas rumah tidak surat tanda bukti kepemilikan bangunan. beserta tanahnya dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia adalah sampai sekarang belum ada surat tanda bukti kepemilikan bangunan rumah yang menjadi perintah Undang-undang No. 28 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005. Atas dasar hambatan dan permasalahan ini, dalam pelaksanaan hak milik atas rumah tidak beserta tanahnya yang menjadi objek Jaminan Fidusia akan menemui kesulitan penjaminannya, yaitu rumah yang diserahkan secara yuridis oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia sebagai Jaminan Fidusia tidak ada surat tanda bukti kepemilikannya. 65 DAFTAR PUSTAKA Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008. Hasan, Djuhaendah, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Setiawan, Wawan, “Kedudukan dan Keberadaan Pejabat Umum Serta PPAT Dibandingkan Dengan Kedudukan Pejabat Tata Usaha Negara Menurut Sistem Hukum Nasional”, Makalah, Surabaya, 1 Juni 1996. Soerodjo, Irawan, Kepastian Hak Atas Tanah di Indonesia, Apollo, Surabaya, 2003. Subekti dan R. Tjitrosudibio, R., Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia Burgerlijk Wetboek, Paradnja Paramita, Jakarta, 1985. Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981. Syahdeni, Sutan Remy, “Komentar Pasal Demi Pasal Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia”, Majalah HUKUM BISNIS, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999. Undang-undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. 66