BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit Kanker 2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Kanker
2.1.1 Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor
adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua
golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.2 Patofisiologi Kanker
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan
karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Proses
transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui
mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karsinogenesis ini
terjadi melalui empat tahap (Campbell, Reece, Mitchell, 2007) yaitu:
1. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis yang bersifat
irreversible, dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi malignan. DNA
dirusak oleh zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas dapat mengganggu
proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada
kromosomnya. Kerusakan DNA ini diturunkan pada anak-anak sel dan seterusnya.
Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
2. Tahap Promosi
Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan
secara continue terus mengulang. Diteruskan dengan proses metastasis dimana
penyebab utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan
keganasan. Dalam berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi kompleks, tidak
hanya ditentukan oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks ekstraseluler,
membran basal, reseptor endotel serta respon kekebalan host yang berpartisipasi.
Mekanisme metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme pertahanan pasien
kanker gagal untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker. Setelah itu
terjadi lagi proses neoangiogenesis.
3. Tahap angiogenesis
Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang
terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti
pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga merupakan tahap
yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga
terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan
berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi
patologi angiogenesis ini diawali oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan
penghancuran sel normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dangan angiogenesis
fisiologis, angiogenesis patologi ini dapat berlangsung lama sampai beberapa
tahun dan biasanya berhubungan dengan beberapa gejala klinis.
4. Tahap Progresif
Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan
DNA mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas.
Terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul
perubahan benigna menjadi pra-malignan dan malignan. Metastasis kanker terjadi
akibat penyebaran sel kanker utama dan terjadi pembentukan tumor di tempat
baru yang jauh dari sel kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus memiliki
akses ke sirkulasi, baik melalui pembuluh darah maupun sistim limfatik, setelah
sel kanker mampu menembus saluran tersebut, sel kanker harus mampu bertahan
hidup dan pada akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan
membentuk jaringan baru. Selanjutnya sel kanker harus bisa memulai
pertumbuhan jaringan baru dengan membentuk vaskularisasi baru untuk suplay
oksigen dan nutrisi (Brunicardi, et al, 2010).
Dalam Brunicardi, et al (2010) terdapat faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker, yaitu bahan kimia yang terdapat pada asap
rokok dapat menyebabkan berbagai jenis kanker pada perokok dan perokok pasif
(orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain) dalam
jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung
senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri
menderita kanker. Penyinaran yang berlebihan dari sinar ultra violet yang berasal
dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif, sinar X yang
berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel
kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian
diketahui
bahwa
pemberian
hormon
tertentu
secara
berlebihan
dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara,
rahim, indung telur dan prostat. Selain itu, zat atau bahan kimia yang terdapat
pada makanan tertentu juga dapat menyebabkan timbulnya kanker misalnya
makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh aflatoxin.
Aflatoxin adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus yang dapat
meningkatkan resiko terkena kanker hati.
2.1.3 Jenis-jenis dan Manifestasi Kanker
Jenis-jenis kanker menurut Brunicardi, et al (2010), yaitu karsinoma,
limfoma, leukemia, sarcoma, dan glioma. Karsinoma adalah setiap kanker ganas
yang muncul dari sel-sel epitel. Limfoma adalah kanker yang dimulai di dalam
limfosit dari sistem kekebalan tubuh dan muncul sebagai tumor padat dari sel-sel
limfoid. Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit
dalam klasifikasi kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tidak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang umumnya terjadi
pada leukosit (sel darah putih). Sarkoma jarang terjadi tetapi tumor agresif muncul
dari subtipe jaringan primitif yang dikenal sebagai mesoderm, dan dengan
demikian dapat mempengaruhi berbagai jaringan dan organ dalam tubuh di
berbagai kelompok usia, dari anak kecil hingga orang tua. Glioma adalah jenis
tumor yang dimulai di otak atau tulang belakang, hal ini disebut glioma karena
muncul dari sel glial.
Gejala kanker secara umum yaitu nyeri yang dapat terjadi akibat tumor yang
meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan
peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan
karena ketakutan atau kecemasan. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak
wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus
menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan liang senggama yang
berdarah (diantara menstruasi/menopause), darah dalam tinja, darah dalam air
kemih. Selain gejala umum, gejala khusus juga biasanya dapat dilihat sesuai
dengan organ yang terkena kanker, seperti pada kanker otak gejala yang muncul
adalah sakit kepala pada pagi hari dan berkurang pada tengah hari, epilepsi,
lemah, mati rasa pada lengan dan kaki, kesulitan berjalan, mengantuk, perubahan
tidak normal pada penglihatan, perubahan pada kepribadian, perubahan pada
ingatan, sulit bicara. Hal ini diakibatkan sel kanker menyerang saraf di otak
(Brunicardi, et al, 2010).
Gejala yang muncul pada kanker mulut yaitu terdapat sariawan pada mulut,
lidah dan gusi yang tidak kunjung sembuh. Pada kanker saluran pernapasan gejala
yang terjadi biasanya batuk terus menerus, suara serak atau parau, dahak
bercampur darah, rasa sakit di dada. Pada kanker payudara gejala yang muncul
biasnya terdapat benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, gatal-
gatal, kemerahan, rasa sakit yang tidak berhubungan dengan menyusui atau
menstruasi. Pada kanker saluran pencernaan biasanya terdapat darah pada feses
yang ditandai dengan warna merah terang atau hitam, nyeri perut, benjolan pada
perut, rasa sakit setelah makan, penurunan berat badan, serta adanya perubahan
pola buang air besar (diare atau sulit buang air besar). Pada kanker saluran
reproduksi wanita biasanya akan terjadi perdarahan yang banyak saat periode
menstruasi, pengeluaran darah saat mens tidak seperti biasanya dan rasa sakit
yang luar biasa. Kanker pada saluran reproduksi juga dapat menyebabkan infertile
(kemandulan). Pada kanker saluran perkemihan kandung kemih atau ginjal gejala
yang muncul biasanya terdapat darah pada urin, rasa sakit atau perih pada saat
buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung
kemih, nyeri pada pinggang. Pada kanker testis biasanya terdapat benjolan pada
testis, ukuran penampungan pada testis yang membesar dan menebal secara
mendadak, nyeri pada perut bagian bawah. Pada leukemia gejala yang terjadi
adalah pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, sering terkena infeksi,
mudah terluka, rasa sakit pada tulang dan persendian, mimisan. Gejala pada
kanker kulit biasanya terdapat benjolan pada kulit yang menyerupai kutil
(mengeras seperti tanduk), infeksi yang tidak sembuh-sembuh, bintik-bintik
berubah warna dan ukuran, rasa sakit pada daerah tertentu, perubahan warna kulit
berupa bercak-bercak (Brunicardi, et al, 2010).
2.1.4 Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Kanker
1. Penatalaksanaan kanker
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis kanker, yaitu dengan penanda tumor, patologi anatomi, USG,
mammografi, pemeriksaan imaging (Smith, Cokkinides, & Brawley, 2009).
Penanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari penanda tumor
adalah untuk skrining kanker. Penanda tumor yang biasanya diperiksa adalah
Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur
yang akan menjadi sel hati pada janin. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah
protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi
dari tumor saluran cerna orang dewasa. Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan
Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam
serum. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk
membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar,
lambung dan usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 125) digunakan untuk indikator
kanker ovarium epitel non-mucinous. Human chorionic gonadotropin (HCG)
meningkat
pada
keganasan
seperti
mola
hidatidosa,
korioepitelioma,
koriokarsinoma testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) digunakan untuk
mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Prostat
Spesific Antigen (PSA) digunakan untuk diagnosis kanker prostat. Neuron Specific
Enolase (NSE) digunakan untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma.
Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel
skuamosa dari serviks uteri. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel
squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-1 digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti
pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema.
Patologi anatomi adalah pemeriksaan morfologi tumor baik secara makro
maupun mikro. Bahan yang digunakan dapat diperoleh dari biopsi. Ada beberapa
cara biopsi, diantaranya biopsi insisi, eksisi, truncut, aspirasi, ataupun endoskop.
Setelah bahan didapatkan, diproses melalui beberapa cara agar dapat terpotong
halus, diantaranya: sediaan beku, paraffine block, plastic coupe, dan dilakukan
pengecatan
sesuai
tujuan
pemeriksaan.
USG
adalah
singkatan
dari
Ultrasonography yang artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi. Penggunaan USG salah satunya dalam
mendiagnosis kanker adalah dalam melakukan pemeriksaan penunjang pada
tumor testis. Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier.
Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang dapat
memperlihatkan
kelainan
pada
payudara
dalam
bentuk
terkecil
yaitu
mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker payudara dapat dideteksi dengan
akurasi sampai 90%. Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu
menegakkan diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) terdapat banyak jenis mulai
dari yang konvensional hingga yang canggih. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan
staging dari tumor ganas.
2. Penatalaksanaan pasien kanker
Penanganan kanker tidak cukup dengan mengandalkan satu modalitas terapi.
Terapi kanker memerlukan multimodalitas terapi yang dapat dilakukan secara
bersama-sama atau tidak bersama-sama. Masing-masing modalitas terapi
memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila digunakan bersama maka apa yang
kurang dari terapi yang satu akan didapatkan dari terapi lainnya. Demikian juga
dalam hal efektivitas dan toxisitas terapi akan dapat dikendalikan dengan
melakukan terapi tersebut. Alasan penting lainnya adalah karena sel-sel kanker
adalah sel-sel dengan populasi yang heterogen. Masing masing sel kanker
memiliki kepekaan terhadap terapi masing-masing (Brunicardi, et al, 2010).
Berikut ini adalah beberapa terapi yang digunakan pada pasien kanker, yaitu
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, dan biological theraphy.
Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam penanganan kanker
solid. Pada semua level kanker (T,N,M) dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Pembedahan memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun, tidak semua keadaan
kanker dapat dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan sendiri juga memiliki
kelemahan yaitu rekurensi tumor karena tidak semua tepi dapat dieksisi dengan
benar. Oleh sebab itu, pembedahan sendiri harus diikuti dengan modalitas terapi
lainnya, khususnya pada kanker yang diperkirakan telah mengalami metastase.
Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari terapi primer atau
menjadi bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan atau kemoterapi.
Tidak semua kanker sensitif terhadap radioterapi. Radioterapi digunakan dalam
dosis yang terbatas dan tempat yang terbatas. Radioterapi pada seluruh bagian
tubuh tidak dapat dilakukan. Kemoterapi menggunakan obat-obat antikanker yang
bersifat cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang sensitif terhadap
kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau sesudah terapi
pembedahan. Pemberian obat ini harus melalui infus dan masuk RS. Kemoterapi
memiliki respon yang cepat dan dalam waktu yang singkat dapat dilihat
responnya. Efek samping dari kemoterapi biasanya akan menyebabkan pasien
mual hebat, pusing, kerontokan pada rambut, dan lain-lain. Pemberian terapi
hormonal ditujukan pada kanker-kanker yang tumbuh oleh karena rangsangan
hormonal. Pemberian obat ini dapat efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor
hormonal yang baik. Penggunaan terapi ini cukup baik pada kanker payudara
dengan cara memblok atau menurunkan produksi hormon estrogen dan
progesteron. Terapi hormonal bekerja pada sel kanker dengan respon terapi yang
cukup lama, berbeda dengan pemberian kemoterapi. Terakhir adalah Biological
Therapy, yaitu terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme pertahanan
tubuh secara natural yang berefek sebagai antitumor. Biological therapy
merangsang, menggunakan atau memodifikasi sistem imun tubuh untuk
mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif. Terapi ini penting untuk
pengobatan kanker, bersama-sama dengan pembedahan, radioterapi, maupun
kemoterapi. Terapi jenis ini masih dalam proses pengembangan dengan harga
yang cukup mahal (Schwartz, Seymour, 2000).
2.2 Asuhan Keperawatan Pasien Kanker
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan
spiritual yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan
masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Asmadi, 2008). Asuhan
keperawatan merupakan sebuah proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu
pengkajian,
menentukan
masalah
keperawatan,
membuat
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Proses tersebut berlangsung secara berkesinambungan
dan tidak dapat berdiri sendiri (Asmadi, 2008).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar atau langkah awal dari proses keperawatan.
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data atau informasi tentang pasien untuk
menganalisa masalah keperawatan. Manfaat pengkajian adalah untuk membantu
mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan pasien, kekuatan, dan
kebutuhan pasien (Wilkinson, 2007). Dalam Asmadi 2008, ada tiga metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data secara langsung
antara perawat dengan pasien. Data wawancara merupakan semua ungkapan
pasien, tenaga kesehatan, keluarga, teman, dan orang terdekat pasien yang
mungkin terlibat. Kemampuan utama yang harus dimiliki perawat selama
melakukan wawancara adalah komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya
dengan pasien.
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan
menggunakan panca indera. Hal penting dalam melakukan observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Seluruh data hasil observasi harus dicatat
dengan lengkap.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan menurut Carol V.A (1991) dalam Asmadi (2008), adalah proses
inspeksi tubuh dan system tubuh guna menentukan ada atau tidaknya penyakit
yang didasari oleh hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Tahap terakhir dari pengkajian adalah proses analisa data yang
merupakan suatu proses interpretasi data dan dilanjutkan dengan penarikan
kesimpulan.
Pola Gordon adalah pengkajian dengan 11 pola fungsional yang bertujuan
untuk mengkaji respon manusia dalam aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual baik berupa respon fungsional maupun disfungsional. Respon manusia
yang dikaji bukan hanya masalah aktual dan risiko tetapi juga masalah wellness
(promosi kesehatan), dan sindrom yang dialami individu, keluarga maupun
masyarakat. Pengkajian ini bisa dilakukan untuk melihat respon terhadap berbagai
penyakit baik akut maupun kronik. Setiap satu pola dalam pengkajian Gordon
akan memunculkan satu atau lebih diagnosis keperawatan. Pengkajian 11 pola
fungsional Gordon merupakan pengkajian yang digunakan dalam asuhan
keperawatan menggunakan NANDA, NOC, NIC. Berikut adalah tabel diagnosis
keperawatan sesuai hasil pengkajian dengan pola Gordon (NANDA 2012-2014):
Tabel 2.1 Pengkajian Pola Gordon dan Diagnosis Keperawatan NANDA
nPola Gordon
o
Komponen pengkajian
Diagnosis keperawatan
1
Pola persepsi dan
pemeliharaan
kesehatan
Definisi
sehat
menurut
pasien,
kebiasaan diet, olahraga, riwayat
penyakit keluarga, data genogram,
persepsi tentang sehat dan sakit,
screening
penyakit,
pelayanan
kesehatan/pertolongan yang digunakan
jika sakit, konsumsi obat-obatan
modern maupun konvensional, riwayat
kesehatan dahulu
Data pendukung: pemeriksaan fisik
umum
2
Pola nutrisi dan
metabolisme
Kebiasaan makan dan minum sebelum
MRS, diit RS, intake makanan, adanya
mual, muntah, kesulitan menelan,
keadaan yang mengganggu nutrisi,
status gizi yang berhubungan dengan
keadaan tubuh: postur tubuh, BB, TB,
IMT, pengetahuan tentang nutrisi
terkait penyakitnya, intake cairan,
tanda-tanda
kelebihan
cairan,
perubahan intake makanan terkait
penyakit, budaya, stress, adanya
kelainan psikologis terkait makan
Data
pendudkung
lain:
hasil
pemeriksaan system Gastrointestinal,
kulit, rambut, kuku
3
Pola eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK sebelum masuk
RS. Keluhan terkait BAB/BAK, urin
output, karakteristik BAB dan BAK,
pengggunaan
obat-obatan
untuk
melancarkan BAB.
Data pendukung: Hasil pemeriksaan
system genitourinary
4
Pola aktivitas dan
latihan
Aktivitas sehari-hari yang biasa
dilakukan, olahraga yang disenangi,
aktivitas
rekreasi,
kemampuan
perawatan diri, hygiene, makan, mandi,
toileting, dressing, penggunaan alat
bantu mobilitas, ROM, oksigenasi, alat
bantu nafas, gangguan aktivitas yang
dialami.
- Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif
- Manajemen kesehatan
diri tidak efektif
- Gangguan pemeliharaan
rumah
- Kesiapan
untuk
meningkatkan
status
imunisasi
- Manajemen terapeutik
keluarga tidak efektif
- Dan lain-lain
- Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
- Ketidakseimbangan
nutrisi
lebih
dari
kebutuhan tubuh
- Gangguan menelan
- Resiko kadar glukosa
darah tidak stabil
- Resiko kerusakan fungsi
hati
- Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit
- Deficit volume cairan
- Kelebihan
volume
cairan
- Resiko
ketidakeimbangan
volume cairan
- Dan lain-lain
- Inkontinensia urin
- Gangguan eliminasi urin
- Retensi urin
- Inkontinensia bowel
- Konstipasi
- Diare
- Gangguan
pertukaran
gas
- Dan lain-lain
- Gangguan
mobilitas
fisik
- Gangguan berjalan
- Keletihan
- Intoleransi aktivitas
- Pola nafas tidak efektif
- Penurunan
kardiak
output
Data pendukung: hasil pemeriksaan
kardiovaskuler,
respirasi,
muskuloskeletal, neurologi
5
Pola tidur
istirahat
dan
Kebiasaan tidur sebelum MRS,
penggunaan obat tidur, faktor budaya,
kebiasaan minum kopi, apakah ada
masalah dengan tidur saat ini, gangguan
tidur, lama tidur, keluhan penyakit yang
mengganggu tidur, masalah fisik dan
psikologi yang mempengaruhi tidur
Data pendukung: pemeriksaan fisik
umum
Tingkat kesadaran, orientasi, daya
penciuman, daya rasa, daya raba, daya
pendengaran, daya penglihatan, nyeri
(PQRST),
faktor
budaya
yang
mempengaruhi nyeri, cara-cara yang
dilakukan pasien untuk mengurangi
nyeri, pemakaian alat bantu lihat atau
dengar, proses berfikir, isi pikiran, daya
ingat, dan waham, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan
komunkasi, tingkat pendidikan, luka.
Data pendukung: Hasil pemeriksaan
neurologi
6
Pola persepsi dan
kognitif
7
Pola persepsi diri
dan konsep diri
Pekerjaan, situasi keluarga, kelompok
dukungan
sosial,
persepsi
diri,
kelemahan dan kekuatan diri pasien,
bagian tubuh yang disukai atau tidak
disukai, ancaman terhadap konsep diri
Data pendukung: pemeriksaan fisik
umum
8
Pola peran dan
hubungan
Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan
dan sosial, kepuasan peran, pengaruh
status kesehatan terhadap peran,
pentingnya
keluarga,
pengambil
keputusan dalam keluarga, orang-orang
terdekat pasien, pola hubungan orang
tua anak
Data
pendukung:
pemeriksaan
kesehatan umum
- Defisit perawatan diri
- Gangguan
ventilasi
spontan
- Dan lain-lain
- Insomnia
- Gangguan pola tidur
- Deprivasi tidur
- Kesiapan
untuk
mencapai tidur
- Resiko syok
- Resiko perfusi jaringan
kardiak tidak efektif
- Dan lain-lain
- Sindrom
gangguan
intrepretasi lingkungan
- Kebingungan akut
- Kebingungan kronik
- Kurang pengetahuan
- Gangguan memori
- Gangguan komunikasi
verbal
- Wandering
- Penurunan
kapasitas
adaptasi intracranial
- Resiko perfusi jaringan
serebral tidak efektif
- Resiko infeksi
- Kerusakan
integritas
kulit
- Kerusakan
integritas
jaringan
- Resiko
kerusakan
integritas kulit
- Nyeri akut
- Nyeri kronik
- Dan lain-lain
- Kehilangan harapan
- Gangguan
identitas
personal
- Harga diri rendah kronik
- Harga
diri
rendah
situasional
- Gangguan gambaran diri
- Keputusasaan
- Risk for loneliness
- Dan lain-lain
- Menyusui tidak efektif
- Fungsi
peran tidak
efektif
- Gangguan
interaksi
sosial
- Gangguan parenting
- Resiko
gangguan
kelekatan (attachment)
- Gangguan
fungsi
9
Pola seksualitas
dan reproduksi
10
Pola
toleransi
coping- stress
11
Pola tata nilai dan
kepercayaan
2.2.2
Masalah seksual, dekripsi prilaku
seksual, pengetahuan terkait seksualitas
dan reproduksi, efek status kesehatan
terhadap seksualitas, penggunaan alat
kontrasepsi.
Masalah
menstruasi,
riwayat gangguan fisik dan psikologis
terkait seksualitas,
Data pendukung: Hasil pemeriksaan
system reproduksi, payudara, rektal
Apakah memiliki stressor selama ini,
sifat stressor, apa yang dilakukan untuk
mengatasi, strategi koping yang dipakai
dan efektivitasnya, kehilangan dan
perubahan hidup yang pernah atau
sedang dialami, kaitan stress dengan
dinamika
keluarga,
pengetahuan
tentang strategi koping
Data
pendukung:
pemeriksaan
umum
Latar belakang etnik dan budaya pasien,
status ekonomi, prilaku kesehatan
terkait nilai atau kepercayaan, tujuan
hidup pasien, pentingnya agama bagi
pasien, akibat penyakit terhadap
aktivitas keagamaan
Data
pendukung:
pemeriksaan
umum
keluarga
- Proses
keluarga
disfungsional
- Dan lain-lain
- Disfungsi seksual
- Pola seksualitas tidak
efektif
- Kesiapan
untuk
melakukan
proses
persalinan
- Dan lain-lain
- Sindrom pasca trauma
- Cemas
- Ketidakmampuan
koping keluarga
- Koping tidak efektif
- Takut
- Sedih
- Stress berlebihan
- Berduka kronik
- Koping komunitas tidak
efektif
- Ineffective denial
- Dan lain-lain
- Gangguan
aktivitas
keagamaan
- Distress spiritual
- Distress moral
- Konflik
pengambilan
keputusan
- Resiko distress spiritual
Diagnosis Keperawatan
1. Definisi diagnosis keperawatan
Diagnosis
keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis keperawatan harus
didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan sebagai definisi
karakteristik. Definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda
adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan
oleh pasien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan
keperawatan untuk mencapai hasil. Hal ini juga terdapat dalam Wilkinson (2007),
bahwa
diagnosis
keperawatan
sangat
memengaruhi
rencana
tindakan,
implementasi, dan tahap evaluasi. Ketika perawat mampu menganalisa data secara
spesifik dan akurat, maka tujuan dan rencana tindakan dapat dibuat dengan tepat.
Tahap diagnosis terkadang berjalan seiring atau dipengaruhi oleh tahap
implementasi. Contohnya pada kasus-kasus kegawatdaruratan, saat pengkajian
tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dan harus diberikan tindakan yang cepat.
Diagnosis keperawatan juga dipengaruhi oleh tahap evaluasi, jika pada tahap
evaluasi ditemukan bahwa status kesehatan pasien berubah, maka perawat akan
melakukan diagnosis ulang untuk menyesuaikannya dengan kondisi kesehatan
pasien saat dilakukan evaluasi (Asmadi 2008).
Diagnosis keperawatan dibuat oleh perawat profesionsal yang memberikan
gambaran tentang keadaan pasien yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis harus singkat, jelas, dan
lugas terkait masalah kesehatan pasien, penyebab masalah, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasinya (Wilkinson, 2007).
2. Tujuan diagnosis keperawatan
Tujuan diagnosis keperawatan adalah untuk mengidentifikasi adanya masalah
aktual, faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, dan
kemampuan pasien mencegah atau menghilangkan masalah. Proses penetapan
diagnosis keperawatan dalam Wilkinson (2007), yaitu melakukan pengumpulan,
pengelompokkan, memvalidasi data dengan melakukan pemeriksaan pasien
maupun wawancara dengan keluarga pasien, dan membandingkan data dengan
nilai normal, sehingga dapat diketahui apakah data normal atau bermasalah.
Kedua, menentukan masalah keperawatan dan faktor-faktor yang menyebabkan
masalah, dan yang terakhir adalah memprioritaskan diagnosis keperawatan.
3. Perbedaan diagnosis medis dengan diagnosis keperawatan
Tabel 2.2 Perbedaan Diagnosis Medis dengan Keperawatan (Nursalam, 2008)
Diagnosis Medis
Diagnosis keperawatan
Fokus: faktor-faktor pengobatan penyakit
Fokus: respon pasien, tindakan medis, dan
faktor lain.
Orientasi: kebutuhan dasar manusia (KDM)
Berubah sesuai perubahan respon pasien
Orientasi: keadaan patologis
Cenderung tetap, mulai masuk sampai pasien
pulang
Mengarah tindakan medis (pengobatan) yang
sebagian dilimpahkan kepada perawat
Diagnosis medis melengkapi diagnois
keperawatan
Mengarah pada fungsi mandiri perawat
Diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis
medis
4. Taksonomi
Taksonomi adalah suatu sistem klasifikasi objek yang membedakannya dari
objek lainnya yang masih memiliki karakteristik yang sama. The Clinical Care
dan The Ohama menyebutkan bahwa sistem klasifikasi tersebut terdiri dari tiga
komponen, yaitu: diagnosis , tujuan dan kriteria hasi, serta intervensi (Wilkinson,
2007). Terdapat 13 domain pada taksonomi NANDA yang digunakan untuk
mengorganisir lebih dari 170 label diagnosis NANDA. NANDA telah bekerja
sama dengan American Nursing Association (ANA), World Health Organization
International Classification of Diseases (ICD) untuk menyertakan label NANDA
dalam sistem klasifikasi yang dimiliki oleh organisasi lainnya (Wilkinson, 2007).
Di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
fokus diagnosis menggunakan NANDA, maka hanya NANDA yang akan dibahas.
5. Komponen diagnosis NANDA
Setiap diagnosis NANDA mempunyai empat komponen, yaitu: label, definisi,
batasan karakteristik, faktor yang berhubungan atau faktor risiko (Wilkinson,
2007; Florin, Ehlenberg, & Ehnfors, 2005). Label adalah sebuah kata singkat yang
menjelaskan tentang kesehatan pasien. Label bisa digunakan sebagai masalah atau
etiologi dalam sebuah diagnosis , contohnya: Actual, Risk, Innefective, Impaired,
Increased. Definisi menunjukkan dengan jelas makna dari label diagnosis, yang
akan membedakan satu label dengan label lainnya. Contohnya, dengan definisi
dapat membedakan makna dari diagnosis
Intoleran Aktivitas dan Keletihan.
Batasan karakteristik merupakan hasil pengkajian yang berupa data subyektif
maupun obyektif. Untuk diagnosis aktual, batasan karakteristik adalah tanda dan
gejala yang terjadi pada pasien. Untuk diagnosis
risiko, batasan karateristik
adalah faktor risikonya. Faktor risiko atau faktor yang berhubungan adalah suatu
kondisi atau situasi yang menyebabkan, berkontribusi, mencetuskan masalah yang
dialami pasien. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor biologi, psikologi, social,
tumbuh kembang, pengobatan, dan lain-lain.
6. Format penulisan diagnosis
Sebuah diagnosis menjelaskan masalah pasien dan faktor yang berkaitan.
Dasar penulisan diagnosis adalah Problem+Etiology, namun juga tergantung dari
jenis diagnosis seperti diagnosis potensial, risiko, atau aktual (Wilkinson, 2007).
Apabila tanda dan gejala yang dialami oleh pasien sesuai dengan batasan
karakteristik, maka diagnosis aktual dapat ditegakkan. Penulisan diagnosis aktual
bisa memakai format Problem+Etiology atau dengan menggunakan format
Problem+Etiology+Symptoms. Problem menjelaskan status kesehatan pasien.
Etiology menjelaskan faktor penyebab atau yang berkontribusi terhaap status
kesehatan pasien. Symptoms adalah tanda gejala atau batasan karakteristik yang
dialami pasien. Ketika perawat tidak memiliki cukup data untuk memastikan suatu
masalah atau diagnosis aktual, atau ketika perawat menemukan masalah namun
tidak bisa memastikan etiologi, maka perawat dapat menegakkan diagnosis
keperawatan risiko. Format penulisan diagnosis risiko adalah Problem+Etiology.
Diagnosis promosi kesehatan/Wellness Diagnose digunakan apabila pasien telah
siap untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatannya. Diagnosis
ini
biasanya digunakan pada pasien yang sehat, misalnya pada anak usia sekolah atau
orang tua baru. Dalam diagnosis kesejahteraan tindakan yang biasanya dilakukan
adalah promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan lain-lain.
7. Prioritas diagnosis keperawatan
Memprioritaskan masalah dapat membantu untuk memastikan bahwa tindakan
keperawatan
diberikan
pertama
untuk
masalah
yang
lebih
penting.
Memprioritaskan masalah dapat menggunakan kriteria kegawatdaruratan. Sebuah
masalah sebagai prioritas utama apabila masalah tersebut mengancam nyawa
pasien, misalnya kehilangan cairan atau darah dalam jumlah yang banyak, atau
sumbatan jalan napas. Masalah sebagai prioritas sedang adalah masalah yang
tidak secara langsung dapat mengancam nyawa pasien, namun dapat
menyebabkan cacat fisik atau mental. Prioritas terakhir adalah masalah yang tidak
mengancam nyawa dan hanya membutuhkan sedikit intervensi keperawatan
(Wilkinson, 2007).
Memprioritaskan masalah keperawatan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kebutuhan dasar manusia Maslow. Prioritas utama masalah dimulai
dari kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan biologi dan fisiologi, kemudian
kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan harga diri,
dan terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri. Permintaan pasien juga dapat
digunakan untuk memprioritaskan masalah keperawatan. Prioritas masalah adalah
masalah yang dirasakan paling penting oleh pasien, namun perawat juga harus
tetap mengamati keadaan pasien secara umum (Wilkinson, 2007).
8. Masalah Keperawatan Pada Pasien Kanker
Diagnosis keperawatan pasien kanker berdasarkan pengkajian yang dilakukan
secara umum pada pasien, yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh, kerusakan integritas jaringan, nyeri kronis, keletihan, gangguan citra tubuh,
duka cita. Masalah kolaboratif atau potensial komplikasi (PK) yang mungkin
terjadi sesuai dengan pengkajian meliputi PK infeksi, PK perdarahan (NANDA,
2012; Smeltzer & Bare, 2010).
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang memiliki
definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Faktor
yang berhubungan: faktor biologis, faktor ekonomi, faktor psikologis,
ketidakmampuan
untuk
mengabsorpsi
makanan,
ketidakmampuan
untuk
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan. Batasan karakteristik:
menghindari makanan, diare, berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan
ideal, kurang informasi, kelemahan otot mengunyah, kelemahan otot menelan,
mengeluh gangguan sensasi rasa.
Kerusakan integritas kulit memiliki definisi perubahan atau gangguan
epidermis dan/atau dermis. Faktor yang berhubungan: zat kimia, usia yang
ekstrim, kelembapan, hipotermia, hipertermia, faktor mekanik, medikasi,
imobilisasi fisik, radiasi, perubahan status cairan, kondisi ketidakseimbangan
nutrisi, penurunan imunologis, penurunan sirkulasi, dan lain-lain. Batasan
karakteristik: kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit.
Nyeri kronis yang memiliki definisi pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial,
awitan yang tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, terjadi
secara konstan, dan berlangsung > 6 bulan. Faktor yang berhubungan:
ketunadayaan fisik kronis, ketunadayaan psikososial kronis. Batasan karakteristik:
keluhan nyeri, skala keluhan, depresi, perubahan pola tidur, anoreksia, gelisah,
letih, dan lain-lain.
Keletihan yang memiliki definisi: rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas
kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang biasanya secara terus-menerus. Faktor yang
berhubungan: psikologis (ansietas, depresi, stress), fisiologis (status penyakit,
malnutrisi, anemia, dan lain-lain), lingkungan, dan situasional. Batasan
karakteristik: lesu, kurang energi, mengantuk, penurunan performa, peningkatan
keluhan fisik, dan lain-lain.
Gangguan citra tubuh yang memiliki definisi: konfusi dalam gambaran mental
tentang diri-fisik individu. Faktor yang berhubungan: terapi, penyakit, trauma,
pembedahan, dan lain-lain. Batasan karakteristik: respon nonverbal terhadap
perubahan aktual pada tubuh, perubahan dalam keterlibatan sosial, perasaan
negatif tentang tubuh, dan lain-lain.
Dukacita yang memiliki definisi proses kompleks normal yang meliputi
respon dan perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual yakni
individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang aktual, adaptif,
atau dipersepsikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang berhubungan:
kematian orang terdekat, kehilangan objek penting, dan lain-lain. Batasan
karakteristik: menyalahkan, putus asa, distress psikologis, marah, gangguan pola
tidur, dan lain-lain.
2.2.3
Perencanaan
Rencana keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis yang dibuat oleh
perawat bersama pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Perencanaan keperawatan bersifat independent dan kolaboratif. Perencanaan
independen adalah perencanaan yang dilakukan secara mandiri oleh perawat tanpa
peran dari tenaga kesehatan lain, dan kompetensi tersebut memang masih dalam
area keperawatan mandiri. Perencanaan kolaboratif adalah rencana keperawatan
yang dberikan oleh perawat kepada pasien dalam bentuk kerjasama dengan
profesi lain. Sebelum masuk tahap perencanaan perawat dan pasien akan bersama-
sama membuat urutan atau prioritas diagnosis
keperawatan yang dianggap
penting (Asmadi, 2008).
Ada dua tahap yang dilakukan pada proses perencanaan (Wilkinson,
2007), yaitu merumuskan tujuan dan kriteria hasil, serta menyusun intervensi
keperawatan.
1. Merumuskan tujuan dan kriteria hasil
Setelah menyusun prioritas diagnosis keperawatan, tujuan ditetapkan dalam
bentuk tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah
untuk mengatasi masalah secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek
dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan keperawatan harus berbasis SMART, yaitu specific (rumusan
masalah harus jelas), measurable (dapat diukur), achievable (ditetapkan bersama
pasien), realistic (tujuan dapat tercapai dan nyata), timing (ada target waktu).
Setelah merumuskan tujuan, tahap selanjutnya adalah membuat kriteria hasil. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kriteria hasil terkait
dengan tujuan, bersifat khusus, dan konkret. Kriteria hasil harus dapat dilihat,
didengar, dan diukur oleh orang lain. Tujuan yang ingin dicapai pada pasien
kanker secara umum yaitu terpeliharanya integritas jaringan, pemeliharaan nutrisi,
peredaan nyeri dan keletihan, perbaikan citra tubuh, mampu melewati proses
berduka. Hal ini sesuai dengan masalah yang biasanya muncul pada pasien kanker
(Smeltzer & Bare, 2010).
2. Merumuskan intervensi keperawatan
Pada saat merumuskan intervensi keperawatan terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan oleh perawat terkait proses perencanaan, yaitu memakai kata
kerja yang tepat, dan bersifat spesifik. Perencanaan bersifat spesifik yaitu
didalamnya harus jelas tentang apa yang dilakukan, siapa yang melakukan,
dimana hal tersebut dilakukan, bagaimana cara melakukan, dan seberapa sering
hal tersebut dilakukan. Untuk intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien kanker tentunya mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, misalnya
melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik untuk memelihara integritas
jaringan, membantu melakukan personal hygiene bagi pasien yang tidak mampu
melakukan secara mandiri. Untuk masalah kerontokan rambut, perawat dapat
mendorong pasien untuk menggunakan wig atau topi selama proses pertumbuhan
rambut. Untuk masalah nutrisi, perawat dapat memodifikasi makanan yang
diberikan kepada pasien, misalnya rute pemberian, bentuk makanan. Kebersihan
mulut juga sangat penting untuk diperhatikan, karena akan mempengaruhi nafsu
makan pasien (Smeltzer & Bare, 2010).
Penatalaksaan nyeri merupakan salah satu intervensi yang biasanya diberikan
pada pasien kanker. Penatalaksanaan yang tepat dapat diberikan apabila perawat
mampu mengkaji nyeri secara menyeluruh. Penatalakasaan nyeri yang diberikan
adalah dengan pendekatan farmakologis maupun non farmakologis. Kontrol nyeri
sangatlah penting, karena apabila pasien tidak mampu mengontrol nyeri akan
dapat mengakibatkan ansietas, imobilitas, dan depresi. Intervensi selanjutnya
adalah untuk mengatasi masalah psikologis dan melewati proses berkabung.
Berduka merupakan respon normal terhadap ketakutan akan kehilangan dan
proses penyakit yang dialami oleh pasien kanker. Pasien dan keluarga yang telah
diinformasikan tentang diagnosis kanker biasanya akan berespon negatif. Peran
perawat pada situasi seperti ini adalah member dukungan dan membantu
mengidentifikasi sumber-sumber pendukung, menjadi pendengar untuk keluarga
dan pasien saat mereka ingin mengungkapkan rasa khawatir (Smeltzer & Bare,
2010).
2.2.4
Implementasi
Tahap implementasi merupakan proses pengaplikasian dari rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap
implementasi adalah validasi intervensi, penguasaan ketrampilan interpersonal,
intelektual, dan teknikal. Selain itu, keamanan dan kenyamanan pasien juga harus
diperhatikan pada tahap implementasi (Asmadi, 2008).
Implementasi terdiri dari tiga fase, fase pertama yaitu fase persiapan yang
mencakup kemampuan perawat tentang validasi perencanaan, pengaplikasian,
persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan orientasi implementasi
terhadap tujuan yang diharapkan, pada fase ini perawat menghubungkan dan
menyimpulkan antara tindakan yang diberikan dengan respon dari pasien. Fase
ketiga yaitu fase terminasi perawat dengan pasien setelah melakukan
implementasi keperawatan yang akan dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil
pelaksanaan dari rencana keperawatan (Asmadi, 2008)
2.2.5
Evaluasi
Secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang sistematik dimana
penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan
membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau standar sebelumnya. Dalam
proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana pasien, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan professional lainnya menilai kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai, mengkaji
penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Wilkinson, 2007).
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan, namun bukan
berarti akhir dari proses karena informasi digunakan untuk memulai siklus yang
baru.
Setelah
mengimplementasikan
asuhan
keperawatan,
perawat
membandingkan respon pasien terhadap kriteria hasil yang telah direncanakan dan
menggunakan informasi ini untuk melakukan kajian ulang asuhan keperawatan
jika tujuan belum tercapai (Asmadi, 2008). Dokumentasi keperawatan merupakan
bukti pelayanan keperawatan yang profesional, dengan dokumentasi semua aspek
baik pengobatan dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan
teratur sehingga dapat membuatkan gambaran kondisi kesehatan pasien secara
keseluruhan (Setyowati, 2008).
Menurut Christensen dan Kenney (2009) evaluasi terbagi atas dua jenis,
yaitu:
1. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif)
adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses
harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus
terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi Sumatif (hasil)
Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
pasien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna.
2.3 Pembelajaran
2.3.1 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya sehingga menjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik
(Kunandar, 2007). Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi
antara peserta belajar dengan pengajar/ instruktur dan atau sumber belajar pada
suatu ingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Hamzah, 2007).
Jadi pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh guru dan siswa
yang dipengaruhi oleh berbagai komponen belajar dengan penuh kesadaran dan
terencana. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan suatu proses yang aktif untuk
memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru sehingga menyebabkan
perubahan tingkah laku.
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor
internal seperti kemampuan yang meliputi minat dan bakat, kondisi fisik seperti
status kesehatan dan status perkembangan mental, kondisi psikologis seperti citacita mahasiswa, motivasi dari diri sendiri, dukungan orang-orang terdekat, dan
unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi pembelajaran, yaitu upaya pengajar dalam pembelajaran, dan
lingkungan belajar baik sosial maupun nonsosial (Yusuf, 2009). Profesionalisme
pengajar tidak cukup hanya dengan kemampuan mengajar peserta didik, namun
juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi
kegiatan belajar peserta didik. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar,
metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan
peserta didik belajar. Pengajar profesional dituntut mampu memilih dan
menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya sesuai
dengan perkembangan teknologi (Hamzah, 2007).
2.3.3 Media pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam
suatu sistem, maka media pembelajaran merupakan hal yang cukup penting
sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah untuk memudahkan interaksi antar pengajar dan peserta
didik sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien (Hamzah,
2007). Jenis media pembelajaran meliputi:
1. Media visual, yaitu media yang dapat dilihat seperti gambar, poster, grafik,
dan lain-lain.
2. Media audio, yaitu media yang dapat di dengar seperti radio, tape recorder,
Mp3, dan lain-lain.
3. Media realita, yaitu media yang menunjukkan secara nyata seperti contoh
tumbuhan, hewan, memperagakan.
4. Penggunaan multimedia, seperti internet dan komputer. Penggunaan media
internet dan komputer merupakan media pembelajaran baru yang dapat
melengkapi
media
pembelajaran
konvensional.
Penggunaan
media
multimedia biasanya lebih menarik dan fleksibel.
Istilah e-learning dalam dunia teknologi informasi memiliki arti yang sangat
luas, namun secara umum e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan
sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan media internet,
handphone, maupun Personal Computer/Laptop (Wahono, 2003). Materi atau
bahan ajar yang dapat digunakan dalam e-learning dapat berupa Multimediabased Content (materi berbentuk multimedia interaktif), atau Text-based Content
(materi berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa).
Pelaksanaan e-learning pada dasarnya sama dengan proses belajar
konvensional, dimana terdapat pengajar yang membimbing, peserta didik yang
menerima bahan ajar, dan administrator yang mengelola administrasi dan proses
belajar (Desislava & Yanislav, 2007). Penyampaian materi atau bahan ajar
melalui media online lebih mudah dan menarik bagi pengajar maupun peserta
didik, sehingga diharapkan dengan mengembangkan media pembelajaran dengan
menggunakan media sosial, tujuan dan hasil kegiatan belajar lebih maksimal.
Pembelajaran melalui sosial media merupakan salah satu pengaplikasian elearning. Salah satu situs jejaring sosial atau media sosial terpopuler di dunia
adalah Facebook (Eldon, 2010). Facebook sebagai media untuk pembelajaran
merupakan konsep yang relatif baru dan telah menjadi pusat perhatian pendidik
atau pengajar.
2.4 Jejaring Sosial
2.4.1
Pengertian Jejaring Sosial
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk oleh individu
maupun organisasi yang terikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti
nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain (Kindarto, 2006). Situs jejaring
sosial merupakan sebuah web berbasis jasa yang memungkinkan penggunanya
untuk membuat profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang
atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut (Boyd dan Ellison,
2007). Masing-masing website jejaring sosial menyediakan layanan yang berbeda.
Pada umumnya layanan yang ada pada jejaring sosial adalah chatting, email,
berbagi pesan (messaging), berbagi video atau foto, forum diskusi, blog, dan lainlain (Kindarto, 2006).
2.4.2
Jenis-jenis Jejaring Sosial
1. Twitter
Twitter adalah salah satu media social yang popular setelah facebook. Twitter
sangat popular di AS, Indonesia, Brazil, Jepang, Venezuela, dan Belanda.
Pengguna Twiiter dapat membagi tulisan sebanyak 140 karakter, yang disebut
“tweets”. Followers adalah orang yang menerima update status atau teks yang
anda bagikan. Following adalah orang-orang atau teman yang dapat menerima
hal-hal yang dibagikan oleh orang yang kita follow. Trending topics adalah topic
yang sedang ramai dibicarakan oleh pengguna twitter.
2. Youtube
Youtube adalah media social yang sangat popular, youtube berjenis video
sharing. Pengguna dapat mengunggah video dan bisa dilihat oleh orang-orang di
seluruh dunia yang membuka situs Youtube. Youtube tersedia dalam 54 bahasa.
Banyak orang biasa yang bisa terkenal karena menggunggah video mereka di
Youtube.
3. MySpace
MySpace didirikan tahun 2003 di California, AS. MySpace tersedia menjadi
situs paling sering dikunjungi bahkan lebih sering dibandingkan Google di tahun
2006, namun setelah kemunculan Facebook, pengunjung MySpace mulai
berkurang. Homepage MySpace menyediakan berita-berita hiburan, trending
topics, dapat dikoneksikan dengan Facebook serta fitur MySpaceIM.
4. Flickr
Flickr adalah sebuah hosting image (foto, gambar, video), serta memiliki
komunitas online. Flickr diciptakan pada tahun 2004 yang kemudian diakuisisi
oleh Yahoo. Flickr menjadi situs popular, dimana penggunanya dapat
menggunggah foto mereka dan di share ke seluruh dunia. Saat ini Flickr memiliki
lebih dari 51 juta anggota terdaftar dan 80 juta pengunjung, serta lebih dari 6
milyar foto.
5. Koprol
Koprol merupakan situs pertemanan yang dibuat oleh orang Indonesia. Koprol
didirikan dan dikembangkan oleh Satya Witoelar, Fajar Budiprasetyo, Daniel
Armanto yang juga sebagai Chief Executive Officer. Koprol telah diakuisii oleh
Yahoo, sehingga namanya menjadi Yahoo! Koprol. Terdapat 17 kota besar di
Indonesia yang dapat menikmati aplikasi Koprol, termasuk Papua, serta 3 kota
mancanegara yaitu Singapura, Houston, dan Indianapolis. Pengguna Koprol
mencapai lebih dari 80 ribu pengguna.
6. Friendster
Friendster sangat popular 10 tahun yang lalu dengan pengguna sebanyak 90
juta orang. Friendster didirikan pada tahun 2002 di Malaysia, sehingga Friendster
sangat popular di Asia Tenggara, namun tidak di Negara Barat. Friendster
awalnya adalah sebuah situs jejaring sosial, namun di tahun 2011 berubah menjadi
game sosial.
7. Google+
Google+ adalah sebuah situs jejaring social yang dioperasikan oleh Google
Inc dan diluncurkan pada 28 Juni 2011. Google+ bisa digunakan oleh semua
orang usia di atas 18 tahun. Tersedia lebih dari 40 bahasa, memilki tiga fitur
utama yaitu: circles, hangouts, dan mobile.
8. Facebook
Boyd dan Ellison (2007) mengungkapkan bahwa situs jejaring sosial bukan
hanya tentang daftar pertemanan saja, namun juga mengenai pembagian informasi
pribadi yang detail antar anggota-angotanya. Salah satu situs jejaring sosial
terpopuler di dunia adalah Facebook. Penggunanya telah mencapai angka 400 juta
orang. Menurut Taraszow, et al (2008), Facebook menawarkan hal-hal atraktif
tidak hanya mengenai pertemanan dan interaksi, namun juga menawarkan fitur
mengenai keamanan dan privasi. Facebook telah berkembang dengan cepat
sebagai situs jejaring sosial di dunia dan menjadi yang terpopuler dibanding yang
lainnya. Pengguna media sosial Facebook di Indonesia sendiri pertumbuhannya
merupakan yang tertinggi di dunia (Eldon, 2010).
Sebelum menggunkan Facebook para pengguna Facebook harus memulai
dengan tahap registrasi dan pengelolaan akun Facebook. Untuk bergabung di
Facebook sangat mudah dan tidak dipungut biaya. Registrasi dilakukan dengan
pengisisan identitas dan email. Untuk bisa melakukan registrasi, usia pengguna
adalah minimal 17 tahun. Pengelolaan Facebook terdiri dari Home/Beranda,
Profil, Wall/Dinding, Inbox/Pesan Masuk.
Home/Beranda merupakan halaman pribadi dimana pengguna dapat melihat
dan mengendalikan kegiatan dalam Facebook. Pada menu Home terdapat News
Feed yang berisi informasi perubahan terbaru dari profil teman-teman pengguna,
status update berisi tulisan yang dibuat oleh teman-teman Facebook, selain itu
terdapat aplikasi untuk mengunggah foto. Semuanya dapat diatur siapa saja yang
dapat melihat postingan anda. Permintaan pertemanan akan dikonfirmasikan di
menu beranda, pengguna akan diberikan hak untuk menerima atau menolak
permintaan pertemanan tersebut.
Profil menggambarkan semua hal tentang pengguna. Pengguna dapat
menampilkan informasi tentang dirinya di profil. Profil adaah halaman yang dapat
dilihat oleh teman pengguna Facebook. Wall/Dinding terdapat pada menu profil.
Wall merupakan media pertukaran informasi antara pengguna Facebook, baik
berupa teks, foto, video, maupun komentar. Inbox merupakan fitur untuk
melakukan chatting antara pengguna Facebook. Inbox digunakan jika pengirim
pesan tidak ingin pesannya terlihat oleh pengguna lain.
Facebook juga memiliki beberapa fasilitas yang biasanya digunakan oleh para
penggunanya, seperti chatting dan group. Salah satu keunggulan Facebook adalah
chatting. Pengguna dapat berkomunikasi secara langsung dengan teman pengguna
Facebook yang sedang online. Pada menu chatting, pengguna dapat mengirim
pesan teks, dokumen, video, dan foto. Fitur chatting juga dilengkapi dengan
berbagai sticker yang mampu mengekspresikan emosi dari pengguna. Facebook
juga menyediakan fitur Group, dimana penggunanya dapat membuat suatu Group
dengan menambahkan pengguna lain sebagai anggota Group. Group merupakan
suatu komunitas atau kumpulan orang yang memiliki aktivitas, maupun visi yang
sama, seperti Group kelas, Group organisasi, Group onlineshop, dan sebagainya.
Saat ini, group Facebook sering dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.
Penyebaran informasi melalui Facebook akan lebih menarik dan fleksibel, karena
bisa diakses kapan dan dimana saja.
Banyak orang memanfaatkan Facebook sebagai tempat untuk promosi,
berjualan baik barang maupun jasa. Melalui Facebook, transaksi jual beli dapat
dilakukan secara online (Julianita, 2012). Facebook juga memiliki kelebihan lain,
yaitu sebagai media edukasi. Facebook memiliki keunggulan dibandingkan
penyuluhan, leaflet, booklet, dan lain-lain, karena Facebook dapat diakses kapan
dan dimana saja. Pemberian informasi tidak akan menyita waktu pembelajaran,
karena dapat dilakukan saat waktu senggang. Pemberian informasi melalui
Facebook juga tidak membosankan seperti harus mendengarkan penyuluhan atau
ceramah yang biasanya lebih dari 30 menit (Julianita, 2012).
2.5 Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Facebook Terhadap Kemampuan
Mengenal Masalah Keperawatan Pasien Kanker
Pembelajaran
adalah
proses
interaksi
antara
peserta
didik
dengan
lingkungannya sehingga menjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik
(Kunandar, 2007). Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembelajaran,
yaitu faktor internal seperti: kemampuan, kondisi, cita-cita mahasiswa, dan unsurunsur dinamis dalam pembelajaran, maupun faktor eksternal, yaitu upaya pengajar
dalam pembelajaran, dan lingkungan belajar baik sosial maupun nonsosial (Yusuf,
2009). Media pembelajaran merupakan hal yang cukup penting sebagai salah satu
komponen dalam proses pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran adalah dengan memanfaatkan fasilitas internet.
Jejaring sosial merupakan salah satu media yang saat ini sering dimanfaatkan
untuk berbagai hal. Salah satu situs jejaring sosial terpopuler di dunia adalah
Facebook. Salah satu fitur dalam Facebook
adalah Group. Saat ini, group
Facebook sering dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Penyebaran
informasi melalui Facebook akan lebih menarik dan fleksibel, karena bisa diakses
kapan dan dimana saja. Pemberian informasi tidak akan menyita waktu
pembelajaran di kelas, karena dapat dilakukan saat waktu senggang (Julianita,
2012). Mahasiswa keperawatan merupakan calon perawat yang diharapkan
mampu untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup pasien.
Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam
mengenal masalah keperawatan melalui media pembelajaran baru yang lebih
menarik yaitu Facebook.
Penelitian lain yang mendukung tentang penggunaan media internet sebagai
media pembelajaran adalah sebuah penelitian dari Rose Marita pada tahun 2010
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Internet Sebagai Media Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa”. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat
pengaruh positif penggunaan internet sebagai media belajar terhadap prestasi
belajar mahasiswa pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2010. Selain itu, terdapat pula penelitian
lain tentang penggunaan media sosial Facebook sebagai media pembelajaran,
yaitu sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Jejaring Sosial Facebook
Terhadap Persepsi Remaja Mengenai Penyalahgunaan NAPZA Di SMA
Saraswati 1 Denpasar” oleh Dedy Surya Adi Tanaya. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pemberian informasi kesehatan melalui
Facebook terhadap persepsi remaja mengenai NAPZA di SMA Saraswati 1
Denpasar.
Download