BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sinyal Teori sinyal

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan terdorong untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal. Hal ini disebabkan karena terdapat asimetri informasi
antara perusahaan dan pihak eksternal.
Dalam asimetri informasi, perusahaan diasumsikan
mengetahui lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dan prospek masa depan perusahaan
dibandingkan dengan pihak luar, yaitu investor dan kreditor. Agar dapat mengurangi asimetri
informasi yang terjadi, manajemen perusahaan akan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada
pemilik atau pihak yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Teori pensinyalan menunjukkan
pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan terhadap keputusan bisnis
dan investasi dari investor dan kreditor.
Menurut Hartono (2010), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman
tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku
pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan
dalam volume perdagangan saham.
7
2.2 Relevansi Nilai
Para investor memiliki kebutuhan untuk dapat memprediksi serta mengetahui nilai dari
sebuah perusahaan untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk
memberikan capital gain kepada investor yang berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Kemampuan informasi akuntansi dalam menjelaskan nilai dari sebuah perusahaan berdasarkan
nilai pasarnya dikenal sebagai relevansi nilai informasi akuntansi. Menurut Puspatiningtyas
(2012), relevansi nilai lebih menekankan pada bagaimana informasi akuntansi relevan bagi para
investor dalam menjelaskan nilai perusahaan di pasar modal. Dengan kata lain sebuah informasi
dikatakan relevan jika informasi tersebut dapat dipakai sebagai dasar bagi pengambilan
keputusan bisnis (Barth, et al., 2001).
Relevansi nilai memiliki kaitan yang erat dengan kualitas informasi akuntansi
(Cahyonowati dan Dwi Ratmono, 2012). Barth, et al. (2008) menjelaskan bahwa perusahaan
dengan kualitas informasi yang tinggi memiliki relevansi nilai laba bersih dan nilai buku yang
tinggi. Francis dan Schipper (1999) mendefinisikan relevansi nilai informasi akuntansi sebagai
kemampuan angka-angka akuntansi untuk merangkum informasi yang mendasari harga pasar
saham perusahaan. Oleh karena itu, kualitas informasi akuntansi yang tinggi dapat
mengindikasikan hubungan yang kuat antara harga/return saham dengan laba dan nilai buku
karena kedua informasi akuntansi tersebut mencerminkan kondisi ekonomik perusahaan (Barth,
et al., 2008). Penelitian mengenai relevansi nilai informasi akuntansi sangatlah penting dan terus
berkembang karena dapat digunakan sebagai dasar dalam pengukuran nilai perusahaan di pasar
modal.
Model perhitungan yang sering digunakan untuk mengukur relevansi nilai informasi
akuntansi adalah dengan menggunakan model harga dan model return. Berdasarkan penelitian
8
Lev dan Zarowin (1999) dan Ota (2001), model harga untuk mengukur relevansi nilai informasi
akuntansi adalah: Pt = β0 + β1Xt + εt, dimana Pt adalah harga saham perusahaan pada waktu t, xt
adalah laba akuntansi pada periode t. εt adalah error term. Model return yang digunakan dalam
pengukuran relevansi nilai adalah: Rt = β0 + β1ΔXt/Pt-1 + εt, dimana Rt adalah return saham pada
waktu t, ΔXt adalah perubahan laba pada periode t, dan ε adalah error. Model harga dan return
mewakili dua pendekatan utama pada penelitian pasar modal di dalam akuntansi.
Holthausen dan Watts (2001) mengklasifikasikan penelitian tentang relevansi nilai ke
dalam 3 kategori. Pertama, relative association studies, yaitu membandingkan nilai atau
perubahan nilai harga pasar saham dengan alternatif pengukuran angka akuntansi. Penelitian ini
biasanya menggunakan R2 dari model regresi. Angka akuntansi yang memiliki R2 lebih besar
digambarkan memiliki relevansi nilai yang tinggi. Kedua adalah incremental association studies,
yaitu meneliti apakah angka akuntansi yang diuji sangat membantu dalam menjelaskan nilai atau
return dari variabel tertentu. Angka akuntansi tersebut dianggap memiliki relevansi jika
koefesien regresinya secara signifikan berbeda dari nol. Sedangkan yang ketiga, marginal
information content studies, yaitu meneliti apakah angka akuntansi tertentu dapat menambah
informasi yang dibutuhkan oleh investor. Kategori ini biasanya dipakai dalam penelitian
peristiwa untuk menentukan apakah angka akuntansi yang dipublikasikan memiliki hubungan
terhadap perubahan nilai. Dalam pengujian ini, reaksi harga pasar dipertimbangkan sebagai bukti
adanya relevansi nilai.
2.3 Kontinuitas Usaha (Going Concern)
Dalam Suwardjono (2008:222), konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut
menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang
bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa
9
kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Dalam
menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep kontinuitas usaha
atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum (normal expectation) pendirian
perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang, bukan mati dan dilikuidasi.
Suwardjono (2008:223) memaparkan bahwa perusahaan tidak didirikan untuk usaha-usaha yang
sporadik dan berjangka pendek dan begitu hasil yang diinginkan tercapai kemudian perusahaan
dilikuidasi.
Hal ini dikarenakan likuidasi bukan merupakan harapan yang umum dalam pendirian
perusahaan, tetapi hal yang logis justru adalah kontinuitas usaha. Konsep kontinuitas usaha
memberikan implikasi terhadap makna laporan periodik, fungsi statemen laba-rugi dalam
menentukan daya melaba (earning power) jangka panjang dan fungsi neraca dalam penilaian aset
atau sumber ekonomik perusahaan. Going Concern atau kontinuitas usaha sebuah entitas dapat
dikaji dari kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan dimasa depan. Suatu entitas
dianggap going concern apabila entitas tersebut dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi
kewajibannya. Kemampuan entitas untuk melanjutkan operasi dan memenuhi kewajibannya akan
tergambar dalam laporan keuangan. Semakin baik kelangsungan hidup perusahaan (going
concern) maka pelaporan informasi keuangan akan semakin baik.
2.4 Penelitian Terdahulu Mengenai Relevansi Nilai
Penelitian mengenai relevansi nilai telah dilakukan oleh beberapa peneliti di Indonesia.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, et al. (2012) mengenai pengaruh komponen
laba rugi komprehensif dalam menjelaskan harga dan return saham. Pratiwi, et al. (2012)
menemukan bahwa komponen laba rugi komprehensif yang memiliki relevansi nilai atau
berpengaruh terhadap return saham adalah investasi yang tersedia untuk dijual. Sedangkan
10
Agusti, et al. (2011) melakukan penelitian untuk menguji peran pengungkapan Corporate Social
Responsibility dan Dewan Komisaris Independen terhadap relevansi nilai laba dan nilai buku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR menurunkan relevansi nilai laba
namun meningkatkan relevansi nilai nilai buku.
Dwimulyani (2010) melakukan penelitian mengenai relevansi nilai akuntansi di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2003-2007. Variabel terikat yang dipakai adalah harga saham,
sedangkan variabel bebasnya adalah nilai buku dan laba bersih operasi. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa relevansi nilai dari informasi akuntansi sangat penting bagi para investor
dan kreditor dalam pengambilan keputusan dengan rata-rata R2 atau kemampuan nilai buku dan
laba bersih operasi dalam menjelaskan harga saham sebesar 0,8458 atau 84,58%.
Rahman, et al. (2010) menguji pengaruh manajemen laba terhadap relevansi nilai laba
dan nilai buku. Variabel terikat dalam penelitian adalah harga per lembar saham perusahaan,
sedangkan variabel bebasnya adalah laba per lembar saham, nilai buku ekuitas, dan manajemen
laba. Hasil pengujian menunjukkan bahwa manajemen laba menurunkan relevansi nilai
informasi akuntansi, baik untuk laba maupun nilai buku.
Subekti, et al. (2009) melakukan penelitian mengenai dampak Integrated Earnings
Management terhadap relevansi nilai laba dan nilai buku. Variabel terikat penelitian adalah
harga saham sedangkan variabel bebasnya adalah laba per lembar saham, nilai buku ekuitas per
lembar saham, dan Integrated Earnings Management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Integrated Earnings Management menurunkan relevansi nilai laba dan nilai buku ekuitas.
Hariani dan Nashih (2006) meneliti mengenai relevansi nilai laporan keuangan di
Indonesia dan kaitannya dengan beban iklan dan promosi. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah harga saham sedangkan variabel bebasnya adalah laba per lembar saham, nilai buku per
11
lembar saham, serta beban iklan dan promosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relevansi
nilai laporan keuangan di Indonesia tidak mengalami penurunan, justru mengalami peningkatan
selama periode 1993-2003. Relevansi nilai juga tidak berhubungan negatif dengan besarnya
beban iklan dan promosi.
Suwardi (2005) melakukan penelitian mengenai relevansi nilai laba residual dan nilai
buku pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 19932001. Variabel terikat yang digunakan adalah harga saham sedangkan variabel bebasnya adalah
nilai buku per lembar saham dan laba residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relevansi
nilai dari kombinasi laba residual dan nilai buku mengalami peningkatan dengan stabil selama
periode 1993-2001.
Indra, et al. (2004) melakukan studi mengenai relevansi nilai akuntansi pada hubungan
laba akuntansi, nilai buku, dan total arus kas. Variabel terikat adalah harga dan return saham,
sedangkan variabel bebasnya adalah laba akuntansi, nilai buku, total arus kas, dan return on
equity. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Nilai R2 yang sedang menunjukkan bahwa para
investor tidak hanya menggunakan informasi akuntansi dalam penilaian perusahaan, tetapi juga
menggunakan informasi makro ekonomi dan informasi perubahan dalam lingkungan bisnis
sebagai dasar ekspektasi.
Pinasti (2004) melakukan penelitan mengenai faktor-faktor yang menjelaskan variasi
relevansi nilai informasi akuntansi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga per lembar
saham dan return saham. Varibel bebasnya adalah nilai buku per lembar saham dan laba per
lembar saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pasar modal Indonesia, telah terjadi
penurunan relevansi-nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh
perubahan respon pelaku pasar terhadap informasi akuntansi. Penurunan ini sebagai akibat dari
12
tersedianya dan digunakannya informasi-informasi alternatif selain informasi dari laporan
keuangan dalam penilaian perusahaan.
Sementara itu, di luar negeri, penelitian mengenai relevansi nilai juga telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Collins, et al. (1999) menguji peran nilai buku ekuitas dalam penilaian
perusahaan dan laba negatif. Collins, et al. (1999) menggunakan harga saham sebagai variabel
terikat dan laba per lembar saham serta nilai buku ekuitas per lembar saham sebagai variabel
bebas dalam penelitiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika nilai buku ekuitas
dimasukkan ke dalam perhitungan relevansi nilai laba, maka nilai buku dapat menghilangkan
hubungan negatif yang muncul ketika menggunakan simple earnings capitalization model. Nilai
buku dapat dipakai sebagai proksi relevansi nilai untuk laba masa depan yang diharapkan bagi
perusahaan yang melaporkan laba negatif.
Chandra dan Ro (2008) melakukan penelitian mengenai peran pendapatan dalam
penilaian perusahaan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham dan variabel
bebasnya adalah pendapatan per lembar saham serta laba per lembar saham. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan memiliki kemampuan inkremental dalam menambah relevansi
nilai laba. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah dalam hal
perbandingan kontribusi antara pendapatan dengan nilai buku dalam menambah relevansi nilai
laba.
13
Download