Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak Julia Betty1, Riza Linda1, Irwan Lovadi 1 1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak email korespondensi: [email protected] Abstract Ferns (Pteridophytes) are one of the sources of germ plasm that play an important role in forest ecosystem and in human’s life as well. However, due to forest conversion, ferns gradually decrease in number especially the terrestrial species. This study aims to identify all terrestrial ferns found in the forest area of Tauk Village, Air Besar District, Landak Regency. The study applied Cruise Method and lasted for four months period of time, started from March to June 2014. The findings from the inventory, there are 18 species of terrestrial ferns found in the area and identified as members of class Polypodiopsida and 13 families of ferns. Most of the species of ferns found in the area come from the family of Lygodiaceae, whereas the species with the least number come from the families of Aspleniaceae, Gleicheniacea, Nephrolepidaceae, Thelypteridaceae, Lindsaeaceae, Tectariaceae, Davalliaceae, Lycopodiaceae, and Dennstaedtiaceae. Keywords : Inventory, Terrestrial Fern, Forest Area of Tauk Village PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan tertinggi di dunia. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak hidup di hutan Indonesia adalah tumbuhan paku. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan cormophyta berspora yang dapat hidup diberbagai habitat baik secara epifit, terestrial, maupun aquatic (Ekoyani, 2007). Tumbuhan paku memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pembentukan humus, melindungi tanah dari erosi, menjaga kelembaban tanah, dan salah satu tumbuhan pionir pada tahap awal suksesi ekosistem hutan. Selain itu, tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama pada keindahanya sebagai tanaman hias (Rismunandar dan Ekowati, 1991). Beberapa penelitian tentang keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Kalimantan Barat sudah dilakukan. Fitriani (2006), kawasan Hutan Baning Kabupaten Sintang menemukan 13 jenis tumbuhan paku dengan famili terbanyak Polypodiaceae. Ekoyani (2007), kawasan Hutan Lindung Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang menemukan 20 jenis tumbuhan paku dengan famili terbanyak Dennstaedtiaceae. Amalia (2009), kawasan Hutan Antibar Kecamatan Mempawah Timur menemukan 29 jenis tumbuhan paku dengan famili terbanyak Dennstaedtiaceae dan Purnawati et al. (2014), kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak menemukan 21 jenis tumbuhan paku dengan famili terbanyak yaitu Polypodiaceae. Kawasan Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak merupakan kawasan yang sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan. Pembukaan lahan untuk pembuatan jalan, ladang pertanian, dan perkebunan menyebabkan luas hutan semakin berkurang. Kondisi ini dapat menyebabkan berkurangnya jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan tersebut salah satunya tumbuhan paku terestrial. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai inventarisasi jenisjenis tumbuhan paku terestrial di daerah tersebut untuk menghindari ancaman kepunahan terhadap tumbuhan paku terestrial yang memungkinkan untuk dilestarikan dan dimanfaatan secara optimal. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan dari bulan Maret hingga Juni 2014. Penelitian dilakukan di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. 94 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Secara geografis Hutan Dusun Tauk terletak pada koordinat N 000 51’12.7” E 1100 08’36.3” (Gambar 1). Secara administrasi Kecamatan Air Besar berbatasan dengan Kecamatan-kecamatan sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jagaoi Babang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ngabang dan N Skala 1 : 500.000 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Meranti, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Menyuke, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kembayan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kamera digital, GPS (Global Positioning System), jarum, benang, alkohol 70%, kardus, tally sheet, kertas karton, ketas koran, plastik bening, selotip, gunting tanaman, kayu penahan, anemometer digital, hygrometer digital, termometer digital dan buku identifikasi yaitu Flora of Malaya (Holtum, 1967), Flora (Steenis et al., 2005) Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), klasifikasi dan nomenklatur mengikuti Roskov et al.(2014). Cara Kerja Pengambilan sampel tumbuhan paku dilakukan di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak melalui observasi lapangan secara langsung dengan metode jelajah (Cruise Method), yaitu dengan menjelajahi setiap sudut lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe ekosistem ataupun vegetasi di kawasan yang ditelit untuk mendapatkan jenis-jenis tumbuhan paku (Khoiriyah, 2004). Identifikasi Tumbuhan Identifikasi dilakukan dengan melihat karakter morfologi vegetatif dan generatif. Tumbuhan paku yang meliputi bagian akar, batang, daun (vegetatif) dan spora (generatif). Apabila pada suatu jenis tumbuhan paku tidak ditemukan spora, maka identifikasi hanya dilakukan pada karakter morfologi vegetatifnya saja. Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies. Pembuatan Herbarium Pembuatan herbarium dilakukan pada tumbuhan paku yang belum diketahui jenisnya sedangkan tumbuhan paku yang sudah umum atau yang sudah diketahui jenisnya diambil fotonya, dicatat nama ilmiahnya dan nama daerahnya. Tahapantahapan pembuatan herbarium mengikuti Tjitrosoepomo, (2003); Steenis et al. (2005). Pembuatan Kunci Identifikasi Kunci determinasi dibuat menggunakan kunci dikotom dengan mengikuti Tjitrosoepomo (1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak ditemukan 18 jenis tumbuhan paku terestrial yang terdiri dari 1 Kelas Polypodiopsida dan 13 famili Gleicheniaceae, Dennstaedtiaceae, Aspleniaceae, Nephrolepidaceae, Selaginellaceae, 95 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 Blechnaceae, Davalliaceae, Thelypteridaceae Lindsaeaceae, Lycopodiaceae, Lygodiaceae, Tectariaceae, dan Pteridaceae. Jenis-jenis tumbuhan paku terestrial yang terdapat di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Tumbuhan Paku Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak Kelas Famili Spesies Nama Lokal Polypodiopsida Aspleniaceae Asplenium longissimum BI. Paku rumput Habitat Ternaungi Polypodiopsida Blechnaceae Blechnum indicum Burm Paku hijau Tidak ternaungi Polypodiopsida Blechnaceae Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd Lumiding Polypodiopsida Davalliaceae Paku tertutup Polypodiopsida Dennstaedtiaceae Davallia denticulate (Burm. f.) Mett. ex kuhn Histiopteris incisa (Thunb.) J.Sm. Ternaungi dan tidak ternaungi Tidak ternaungi Paku tulang Tidak ternaungi Polypodiopsida Gleicheniaceae Resam Tidak ternaungi Polypodiopsida Lindsaeaceae Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Lindsaea doryphora Kramer Paku bening Polypodiopsida Lycopodiaceae Paku kawat Polypodiopsida Lygodiaceae Ribu-ribu Tidak ternaungi Polypodiopsida Lygodiaceae Palhinhaea cernua (L.) Carv. Vasc. & Franco Lygodium circinatum (Burm. f.) Sw. Lygodium flexuosum (L.) Sw. Ternaungi dan tidak ternaungi Tidak ternaungi Tidak ternaungi Polypodiopsida Lygodiaceae Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br. Sw. Ribu-ribu Garege Paku ribu-ribu garege halus Polypodiopsida Nephrolepidaceae Nephrolepis biserrata (Sw) Schott. Paku uban Tidak ternaungi Polypodiopsida Pteridaceae Pityrogramma calomelanos (L.) Link. Paku perak Tidak ternaungi Polypodiopsida Pteridaceae Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. Paku ringin Ternaungi Polypodiopsida Selaginellaceae Selaginella intermedia (BI.) Spring Ternaungi Polypodiopsida Selaginellaceae Polypodiopsida Tectariaceae Selaginella plana (Desv. ex Poir) Hieron. Heterogonium giganteum (BI.) Holtt. Paku rane Halus Paku rane - Ternaungi - Ternaungi Polypodiopsida Thelypteridaceae Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt. Tidak ternaungi Ternaungi Kunci Identifikasi Tumbuhan Paku Kunci Identifikasi 1. Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora terletak di ujung batang membentuk strobilus.......................................................... 2 Tumbuhan paku berdaun besar. Spora berbentuk strobilus atau tidak ................................................................................. 4 2. Daun tersusun dalam bentuk spiral. Percabangan memiliki rhizofor ...................................................... Palhinhaea cernua Daun pada batang tersusun dalam 4 baris. Percabangan batang tidak memiliki rhizofor ..................................................... 3 3. Batang merayap. Daun tersusun jarang............................................................................................... Selaginella intermedia Batang tegak. Daun tersusun tersusun rapat................................................................................................ Selaginella plana 4. Sporangium tersusun dalam dua baris pada tepi daun............................................................................................................5 Sporangium tidak tersusun dalam dua baris pada tepi daun ................................................................................................. 7 5. Cabang ranting pertama mengalami perpanjangan...........................................................................Lygodium microphyllum Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan ...................................................................................................... 6 6. Daun hanya berlobus di bagian basalnya...............................................................................................Lygodium circinatum Daun berbagi menjadi 2 sampai 5 lobus yang dalam. .......................................................................... Lygodium flexuosum 7. Percabangan batang pseudodikotomi....................................................................................................Dicranopteris linearis Percabangan batang tidak pseudodikotomi.............................................................................................................................8 96 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 8. Sporangium tebal dan membentuk garis panjang.................................................................................................................9 Sporangium tidak tebal dan tidak membentuk garis panjang..............................................................................................10 9. Sporangium memanjang membentuk 2 baris yang terdapat di kanan dan kiri costa............................Taenitis blechnoides Sporangium memanjang menutupi sepanjang costa................................................................................Blechnum indicum 10. Rimpang panjang .................................................................................................................................................................11 Rimpang panjang atau pendek..............................................................................................................................................13 11. Rimpang memanjat. Tepi pina bergerigi, daun muda berwarna merah..............................................Stenochlaena palustris Rimpang tidak memanjat. Tepi pina bergelombang, daun muda berwarna putih................................................................12 12. Daun majemuk tunggal dengan pina panjang.....................................................................................Nephrolephis bisserata Daun majemuk menyirip ganda tiga dengan pina berukuran kecil............................................................Histiopteris insica 13. Sorus dengan indusium ........................................................................................................................................................14 Sorus dengan atau tanpa indusium........................................................................................................................................16 14. Batang berwarna hitam. Daun bertekstur tipis dan licin, ujung pina membulat.................................... Lindsaea doryphora Batang berwarna coklat. Daun bertekstur tebal, ujung pina meruncing...............................................................................15 15. Permukaan daun di tutupi oleh rambut-rambut halus. Sporangium berbentuk bulat, berwarna kuning............................................................................................................................................ Heterogonium giganteum Permukaan daun licin. Sporangium berbentuk lonjong berwarna hitam.........................................Pronephrium triphyllum 16. Daun bergerigi dalam sehingga terlihat jelas..........................................................................................Davallia denticulata Daun bergerigi dangkal sehingga tidak terlihat jelas............................................................................................................17 17. Daun majemuk tunggal berhadapan. Sporangium berbentuk garis-garis kecil, tersusun berdempet-dempet pada percabangan tulang daun di bagian abaksial daun...........................................................................Asplenium longissimum Daun majemuk tunggal berseling. Sporangium berbentuk serbuk putih yang terdapat di bagian abaksial daun....................................... .....................................................................................................Pityrogramma calomelanos Pembahasan Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tumbuhan paku terestrial yang ditemukan berjumlah 18 jenis. Famili Lygodiaceae memiliki jumlah jenis yang banyak, yaitu Lygodium circinatum, L. microphyllum, dan L. flexuosum. Famili Lygodiaceae merupakan famili tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Menurut Holtum (1967), sebagian besar anggota dari Famili Lygodiaceae hidup di tempat-tempat yang terbuka sehingga mudah ditemukan. Famili dengan anggota spesies yang sedikit dijumpai yaitu Thelypteridaceae Aspleniaceae, Lycopodiaceae, Tectariaceae, Nephrolepidaceae, Lindsaeaceae, Gleicheniacea, Dennstaedtiaceae, dan Davalliaceae. Sedikitnya jumlah spesies yang ditemukan dikarenakan famili ini memliki subfamili yang sedikit dan sebagian besar spesies yang ditemukan berasal dari jenis yang sama. Famili ini hidup pada daerah terbuka yang cenderung panas dan daerah yang lembab. Jumlah jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Hutan Dusun Tauk berbeda dengan jumlah jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan Hutan Baning Kabupaten Sintang berjumlah 13 jenis (Fitriani, 2006), kawasan Hutan Lindung Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang berjumlah 15 jenis (Ekoyani, 2007), kawasan Hutan Antibar Kecamatan Mempawah Timur berjumlah 29 jenis (Amalia, 2009), dan kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak berjumlah 14 jenis (Purnawati et al., 2014). Adanya perbedaan jumlah jenis tumbuhan paku terestrial yang ditemukan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Tumbuhan paku pada umumnya sangat menyukai daerah-daerah terbuka untuk pertumbuhannya. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1967), pertumbuhan suatu tumbuhan dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh. Banyaknya jumlah tumbuhan paku tersetrial yang ditemukan di Hutan Dusun Tauk dibandingkan dengan ketiga lokasi pada penelitian sebelumnya dikarenakan daya dukung kawasan yang cukup luas dan kondisi faktor lingkungan yang berbeda sehingga tumbuhan paku yang ditemukan lebih bervariasi. Sutrisna (1981) menyatakan bahwa faktor lingkungan dan kemampuan beradaptasi terhadap suatu habitat akan mempengaruhi jumlah jenis yang ditemukan pada suatu kawasan. Sebagian besar tumbuhan paku terestrial yang ditemukan berada di daerah yang tidak ternaungi. Tumbuhan paku yang ditemukan dikarenakan sebagian besar tumbuhan paku hidup di daerah dengan kondisi vegetasi yang terbuka dan mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya. 97 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 Deskripsi Tumbuhan Paku Asplenium longissimum BI. Synonyms: Asplenium acutiusculum Bl. A. longissimum memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, dan berwana hitam. Batang ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna coklat yang tersebar di sepanjang batang. Tumbuhan paku ini memiliki daun berwarna hijau tua dengan pina tersusun rapat. pina memiliki tangkai yang sangat pendek. Tepi pina bergerigi tumpul, ujung meruncing, pangkal berlekuk dan ibu tulang daun (costa) nyata. Pina yang paling bawah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang berada di atasnya. Pina yang memiliki ukuran panjang terletak di bagian tengah daun. Sporangium terletak pada bagian abaksial daun fertil, berwarna putih membentuk garis-garis pendek mengikuti tulang daun. Menurut Holtum (1967), A. longissimum merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah-daerah ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki batang yang pendek dan sporangium berupa garis-garis pendek di sepanjang pertulangan daun. Blechnum indicum Burm. Synonyms: Blechnopsis denticulata (Sw.) Presl B. indicum memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, berwarna coklat, dan ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun berwarna hijau muda, permukaan daun licin, tekstur daun keras dan kaku. Pina tersusun menyirip ganjil berhadapan dan tersusun sangat rapat. Ibu tulang daun (costa) nyata. Daun muda memiliki ibu tulang daun (costa) berwarna hijau muda sedangkan daun tua memiliki ibu tulang daun (costa) berwarna hijau kekuningan. Ujung pina runcing, pangkal rata, dan tepinya rata. Sporangium berwarna coklat yang terletak pada bagian abaksial daun. Sporangium tersusun membentuk garis yang tebal yang menutupi seluruh ibu tulang daun (costa). Menurut Holtum (1967), B. indicum merupakan tumbuhan paku yang tumbuh merumpun di daerah-daerah terbuka dan memiliki sporangium berwarna coklat yang menutupi ibu tulang daun (costa). Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd. Synonyms: Acrostichum scandens (Sw.) Hook. S. palustris memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, berwarna hijau, dan beralur. Tumbuhan paku ini memiliki dua jenis daun yang berbeda (dimorfisme) yaitu daun steril dan fertil. Daun steril tersusun menyirip genap. Daun yang muda berwarna merah, berteskstur lembut dan tipis, setelah dewasa daun bertekstur keras, kaku, tebal dan berwarna hijau tua. Ujung pina runcing, basal membulat, tepinya bergerigi. Pina terletak berhadapan. Daun fertil tersusun menyirip seperti daun steril, berbentuk seperti garis panjang. Sporangium tersusun berkelompok, terletak diantara ibu tulang daun, berbentuk bubuk halus berwarna coklat, dan mudah lepas. Menurut Holtum (1967), S. palustris hidup di daerah dataran rendah yang terbuka maupun tertutup. Tumbuhan paku ini merupakan jenis tumbuhan paku memanjat. Hartini (2011) juga menjelaskan bahwa S. palustris merupakan tumbuhan paku yang memiliki daun menyirip dan memiliki daun muda berwarna merah. Davallia denticulata (Burm.f.) Mett.ex kuhn Synonyms: Davallia attenuata Lodd. D. denticulate memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang penjang. Batang berbentuk bulat, tegak, licin, dan berwarna hijau. Daun berwarna hijau tua dan permukaan adaksial daun yang licin. Pina berbentuk segitiga, ujung pina runcing, basal meruncing, dan tepinya beringgit. Ibu tulang daun (costa) nyata. Anak daun yang terdapat di bagian bawah berukuran lebih besar dibandingan dengan yang berada di atasnya. Sporangium terletak di bagian adaksial sub marginal daun fertil, berbentuk bulat, dan berwarna coklat. Menurut Holtum (1967), D. denticulate merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran rendah yang terbuka. Tumbuhan paku ini memiliki sporangium yang terdapat pada bagian marginal daun fertil. Suryana (2009) juga menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini memiliki daun berbentuk segitiga dan sorus terletak pada setiap lekukan tepi pina. Sporangium berbentuk seperti piala. Histiopteris incisa (Thunb.) J. Sm. Synonyms: Histiopteris aurita (Bl.) J. Sm. H. incisa memiliki akar serabut berwarna coklat dan besar yang melekat kuat di tanah. Batang berbentuk bulat, tegak, beralur, dan berwarna kuning kecoklatan. Daun memiliki bentuk, ukuran, dan susunan yang bervariasi. Daun berwarna hijau tua, daun muda memiliki tekstur yang lembut sedangkan daun tua bertekstur kaku dan kasar. Daun muda yang masih menggulung umumnya berwarna hijau keputihan dan ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna putih. Pina memiliki ujung yang runcing, basal tumpul, bagian tepinya bergerigi. Sporangium terletak pada bagian abaksial daun fertil. Menurut Holtum (1967), tumbuhan paku ini mempunyai pina yang 98 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 kecil. Sporangium terletak di bagian tepi dan memiliki ruas rimpang yang besar dan melekat kuat di dalam tanah. Tumbuhan ini hidup di dataran rendah pada tanah yang lembab dan tempat-tempat terbuka. Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw. Synonyms: Dicranopteris discolor (Schrad.) Nakai D. linearis mempunyai akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, dan berwarna kuning kecoklatan. Percabangan batang pseudodikotomi. Cabang terakhir mempunyai banyak daun yang tersusun berpasangan. Daun berwarna hijau tua dengan pina berukuran kecil dan terusun rapat dengan letak berhadapan. Daun muda yang masih menggulung berwarna hijau muda dan umumnya ditutupi oleh rambut halus berwarna putih. Pasangan pina yang paling bawah biasanya terletak pada percabangan batang dan berukuran lebih kecil dari pasangan pina sebelumnya. Pina memiliki ujung yang tumpul, basal rata, dan tepi rata. Sporangium terletak di bagian abaksial daun fertil berwarna kuning dan tersebar tidak beraturan. Menurut Holtum (1967), D.linearis merupakan tumbuhan paku yang memiliki batang tegak, panjang, merambat, dan berukuran kecil. Sporangium berada dekat dengan ibu tulang daun (costa). Tumbuhan paku ini hidup di daerahdaerah yang terbuka. Lindsaea doryphora Kramer Synonyms: Lindsaea scandens var. terrestris Holtum L. doryphora memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang pendek. Batang bercabang menggarpu, berbentuk segitiga, berwarna hitam, dan ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna coklat. Daun berwarna hijau tua, bertekstur tipis, licin, dan terlihat mengkilap. Ibu tulang daun (costa) tidak nyata, tepi pina menggulung ke bawah membentuk gulungan yang terputus-putus. Ujung pina membulat dan pangkalnya tumpul. Sporangium terletak di bagian abaksial daun fertil, berwarna coklat berbentuk gulungan di sepanjang marginal daun sehingga bentuknya mengikuti gulungan daun tersebut. Menurut Holtum (1967), L. doryphora merupakan tumbuhan paku terestrial yang memiliki pina berukuran kecil, helaian daun tipis dan kuat. Daun menggulung ke belakang membentuk garis putusputus sebagai tempat melekatnya sporangium. Tumbuhan paku ini hidup di daerah dataran rendah yang tertutup. Palhinhaea cernua (L.) Carv. Vasc. & Franco Synonyms: Lycopodium cernuum L. P. cernua memiliki akar serabut berwarna coklat yang terdapat di dalam tanah. Batang berbentuk bulat, berwarna hijau, berukuran kecil, bercabangcabang tidak beraturan. Bagian pangkal batang lurus tidak bercabang sedangkan bagian atas batang bercabang banyak dan tidak beraturan. Daun pada tumbuhan paku ini kecil seperti jarum, tidak betangkai, berwarna hijau muda, dan tersusun mengelilingi batang dalam bentuk yang tidak beraturan. Daun pada bagian batang biasanya berukuran lebih panjang, tersusun lebih jarang, dan kasar dibandingkan dengan daun yang terdapat pada bagian cabang tersusun rapat dan bertekstur lembut. Tumbuhan paku ini memiliki dua tipe daun yang dapat dibedakan dengan jelas yaitu daun fertil dan daun steril. Sporangium terdapat pada ujung cabang yang tersusun dalam bentuk strobilus. Apabila masih muda strobilus akan berwarna hijau muda sedangkan yang sudah tua akan berwarna putih kekuningan. Menurut Suryana (2009), P. cernua merupakan tumbuhan paku terestrial yang hidup di daerah datran rendah yang tidak ternaungi. Tumbuhan paku ini tumbuh tegak dan memiliki daun seperti jarum yang merata di sepanjang batang dan cabang. Lygodium circinatum (Burm. f.) Sw. Synonims: Lygodium basilanicum Christ L. circinatum memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, licin, berukuran kecil, dan berwarna coklat, dapat memanjat tinggi dan merambat pada tumbuhan lain yang berada didekatnya. Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan. Daun berwarna hijau muda, bertekstur tipis dan licin. Ujung pina membulat, basal meruncing, dan tepi daun rata. Tumbuhan paku ini mempunyai percabangan yang tidak berkembang atau mengalami perpanjangan. Ibu tulang daun (costa) mempunyai warna yang mirip dengan warna daunnya. Daun hanya berlobus pada bagian basalnya. Menurut Holtum (1967), L. circinatum merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah-daerah terbuka dan memiliki rimpang panjang yang menjalar di tanah. Lygodium flexuosum (L.) Sw. Synonyms: Lygodium elegans Desv. L. flexuosum merupakan tumbuhan paku merambat dan membelit pada tumbuhan lain yang berada didekatnya. Tumbuhan paku ini memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang berbentuk bulat, licin, dan berwarna hijau. Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan. Daun 99 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 berwarna hijau tua dan tersusun menyirip berseling. Setiap sisi cabang terdapat 3-4 anak daun. Bentuk pina memanjang, memiliki ujung yang meruncing, pangkal membulat, dan bagian tepinya bergerigi dalam. Pina memiliki tangkai yang pendek berwarna coklat muda. Permukaan daun licin dan mengkilap. Daun berbagi menjadi 2-5 lobus yang dalam. Sporangium terdapat di bagian marginal daun fertil, berbentuk panjang, tersusun dalam dua baris pada tepi daun, dan berwana hijau. Menurut Holtum (1967), L. flexuosum merupakan tumbuhan paku yang memiliki daun berukuran kecil, hidup di daerahdaerah terbuka, dan merambat pada tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br. Synonyms: Lygodium scandens (L.) Sw. L. microphyllum memilik akar serabut berwarna coklat. Tumbuhan paku ini memiliki batang berbentuk bulat, kecil, licin, dan berwana hijau. Paku ini tumbuh merambat, memiliki cabang berwarna coklat kehijauan, cabang ranting pertama mengalami perpanjangan, daun membelit pada tumbuhan lain yang berada di dekatnya. Daun berwarna hijau muda, tipis, dan kedua permukaannya licin. Pina berbentuk segitiga seperti jantung dan tersusun menyirip berseling dengan 4-8 anak daun. Ujung pina tumpul, basalnya rata, dan tepinya bergerigi halus. Ibu tulang daun (costa) tidak terlihat jelas karena warnanya hampir sama dengan warna daun. Daun steril memiliki ukuran yang lebih lebih kecil dibandingkan dengan daun fertil. Daun fertil memiliki bentuk yang lebih lebar sehingga bentuknya hampir membulat serta memiliki gerigi yang lebih dalam. Sporangium berwarna hijau muda tersusun dalam dua baris pada tepi daun fertil. Menurut Holtum (1967), L. microphyllum merupakan tumbuhan paku yang memiliki daun berukuran kecil, hidup di daerah-daerah terbuka, dan merambat pada tumbuhan lain yang berada di seiktarnya. Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott. Synonyms: Aspidium acuminatum Willd N. biserrata memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, kuat, dan berwana hijau kecoklatan. Batang ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna coklat muda yang tersebar di sepanjang batang. Tumbuhan paku ini memiliki daun berwarna hijau muda dan tersusun menyirip tunggal berhadapan. Pina tersusun sangat rapat. Pina yang paling bawah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang berada di atasnya. Pina yang berukuran panjang terletak di bagian tengah daun. Ujung pina meruncing, basal membulat, tepinya rata, dan ibu tulang daun (costa) nyata. Permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus yang tersebar merata diseluruh permukaan daun. Daun muda yang masih menggulung ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna putih. Sporangium terletak di bagian abaksial sub marginal daun fertil, berwarna coklat, berbentuk bulat, dan tersusun merata. Holtum (1967), menyatakan bahwa N. biserrata memiliki sporangium yang terdapat di bagian sub marginal daun fertil. Tumbuhan paku ini hidup di daerah dataran rendah yang terbuka. Pityrogramma calomelanos (L.) Link. Synonyms: Acrostichum album Vell. P. calomelanos memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang berbentuk bulat dan berwarna hitam mengkilap. Bagian depan batang beralur semakin ke atas alur semakin dalam. Daun berwana hijau muda dan tersusun majemuk berseling. Pina lanset dengan ujung runcing, pangkal runcing, dan bagian tepinya bergerigi halus. Tekstur daun lembut dan tipis. Ibu tulang daun (costa) tidak nyata. Bagian abaksial daun berwarna hijau muda sedangkan bagian adaksial daun ditutupi oleh serbuk berwarna putih yang mudah lepas. Spora terletak di seluruh bagian abaksial daun fertil, berbentuk serbuk, dan berwarna putih. Menurut Holtum (1967), P. calomelanos merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah pada daerah terbuka. Tumbuhan paku ini memiliki rimpang pendek, batang tegak, dan spora berupa serbuk berwarna putih. Sunarmi dan Sarwono (2004) juga menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini memiliki rimpang tegak dan sorus yang menutupi permukaan bawah sporofil tanpa indusium. Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. Synonyms: Taenitis chinensis Desv. T. blechnoides memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang berbentuk bulat, keras, berwarna coklat, dan titutupi oleh rambut-rambut halus yang tersebar dalam jumlah sedikit. Bagian depan batang beralur semakin ke atas alur semakin dalam. Daun berwarna hijau tua dan tersusun majemuk berhadapan. Pina memiliki ujung yang runcing, pangkal meruncing, dan bagian tepinya rata. Permukaan daun licin, tekstur daun kaku, dan tebal. Ibu tulang daun (costa) nyata. Daun fertil memiliki bentuk yang sama dengan daun steril namun berukuran lebih panjang. Spora terletak di bagian abaksial sub marginal daun fertil, 100 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 berbentuk panjang tidak terputus, berwarna coklat muda, dan tersusun dalam dua baris memanjang pada bagian tepi daun. Menurut Holtum (1967), T. blechnoides merupakan tumbuhan paku terestrial yang hidup di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi pada daerah yang ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki sporangium tebal dan panjang pada bagian sub marginal daun fertil. Selaginella intermedia (BI.) Spring Synonyms: Selaginella atrovirens (Wall.) Spring S. intermedia memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang berbentuk bulat, kecil, berwarna coklat, dan tumbuh merayap. Percabangan batang menggarpu, batang ditutupi oleh daun-daun kecil yang tersusun dalam empat baris, dan tersusun jarang sehingga batang telihat pipih. Tumbuhan paku ini memiliki daun berukuran kecil, tersusun menyirip, berwarna hijau tua, tidak memiliki tangkai, tersebar merata di seluruh bagian batang. Daun tersusun rapat, semakin ke atas ukuran daun semakin besar dan nyata. Ujung daun terbelah. Tepi daun bergerigi halus, permukaan daun halus dan licin. Sporangium terkumpul dalam bentuk strobilus yang terletak di ujung cabang. Strobilus berwarna hijau muda dan memiliki ujung yang lancip. Menurut LBN-LIPI (1980), S. intermedia merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerahdaerah ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki batang kecil yang tumbuh merayap. Sporangium berbentuk strobilus yang terletak di ujung cabang. Selaginella plana (Desv. ex Poir.) Hieron. Synonyms: Lycopodium planum Desv. ex Poir. S. plana memiliki akar serabut berwarna coklat. Batang tumbuh tegak, bulat, kecil, berbentuk seperti sisik, dan berwarna coklat muda. Percabangan batang menggarpu. Daun berukuran kecil, berwarna hijau muda, tersebar merata di seluruh bagian batang dan tersusun menyirip. Bagian abaksial daun halus sedangkan bagian adaksial kasar. Tepi daun bergerigi halus dan tata letak daun pada batang bersilangan. Sporangium tersusun dalam bentuk strobilus yang terletak di ujung batang atau cabang. Strobilus berbentuk lancip, berukuran panjang, dan berwarna hijau tua. Menurut LBN-LIPI (1980), S. plana merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah-daerah ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki batang berbentuk seperti sisik dan sporangium berbentuk strobilus yang terletak di ujung cabang. Heterogonium giganteum (Bl.) Holtt. Synonyms: Aspidium giganteum Bl. H. giganteum memiliki akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang pendek. Batang berbentuk bulat, berwarna coklat muda, dan ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun berwarna hijau muda, tersusun menyirip berhadapan dan terdiri dari 9-10 pasang pina. Pina memiliki ujung yang meruncing, pangkal berlekuk, dan bagian tepinya beringgit. Ibu tulang daun (costa) nyata. Daun steril memiliki bentuk yang sama dengan daun fertil, namun berukuran lebih kecil dan sempit. Sporangium terletak pada bagian abaksial sub marginal daun fertil, tersusun sejajar dengan costula berwarna coklat, dan berbentuk bulat. Menurut Holtum (1967), H. giganteum merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi yang ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki daun dengan lobus yang dalam. Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt. Synonyms: Abacopteris triphylla (Sw.) Ching P. triphyllum memiliki akar berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang berukuran kecil, berbentuk bulat, dan berwarna coklat. Daun berwarna hijau tua, ujung daun runcing, tepi daun bergelombang, dan pangkalnya membulat. Daun fertil memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan daun steril. Permukaan daun licin dan mengkilap. Ibu tulang daun (costa) nyata. Spora terdapat di seluruh bagian abaksial daun diantara ibu tulang daun (costa) berbentuk lonjong dan berwarna kehitaman. Menurut Lubis (2009), tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan paku terestrial yang memiliki rimpang panjang dan berwarna hitam. Spora terdapat di bagian abaksial daun, berwarna hitam, dan terletak diantara ibu tulang daun. DAFTAR PUSTAKA Amalia, RS, 2009, Inventarisasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Terestrial di Desa Antibar Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Pontianak, Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak Ekoyani, 2007, Keanekaragaman jenis paku-pakuan (Pteridophyta) di kawasan Hutan Lindung Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang, Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak Fitriani, 2006, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Kawasan Hutan Baning Kabupaten Sintang, Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak Hartini, S, 2011, “Tumbuhan Paku di Beberapa Kawasan Hutan Di Taman Nasional Kepulauan Togean dan Upaya Konservasinya Di Kebun Raya Bogor”, Berk. Penelitian. Hayati Edisi Khusus, vol. 7A, hal. 35–40 Holtum, RE., 1967, Flora of Malaya vol II (fern of malaya), Government Printing office, Singapore 101 Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102 Khoiriyah, M, 2004, “Inventarisasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Sebagai Sumber Belajar di Kawasan Coban Talun Batu”, http://digilib.ti.itb.ac.ai/go.php Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Lubis, SR, 2009, Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan Purnawati, U, Turnip, M, & Lovadi, I, 2014, “Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak”, Protobiont, vol .3, no. 2, hal. 155-165 Rismunandar & Ekowati, M, 1991, Tanaman Hias Paku-Pakuan, Panebar Swadaya, Jakarta Roskov, Y, Kunze, T, Orell, T, Abucay, L, Panglinawan, L, Culham, A, Bailly, N, Kirk, P, Bourgoin, T, Baillargeon, G, Decock, De wever, A, Didziulis, V, 2014, Species 2000 Dan Itis Catalogue Of Life, Naturalis Leiden, Netherlands Soerianegara, I., & Indrawan, 1980, Ekologi Hutan Indonesia, IPB, Bogor. Sunarmi & Sarwono, 2004, “Inventarisasi Tumbuhan Paku Di Daerah Malang”, Berk. Penelitian, Hayati Edisi Khusus, vol. 10, hal. 71-74 Steenis, CGGJ, Hoed, G, & Eyma, PJ, 2005, Flora Untuk Sekolah Indonesia, Cetakan Kesepuluh, Pradnya Paramita, Jakarta Suryana, 2009, “Keanekaragaman Tumbuhan Jenis Paku Terestrial Dan Epifit Di Kawasan Pltp Kamojang Kabupaten Garut Jawa Barat”, Biotika, vol. 7, no. 1, hal. 20-26 Sutrisna, 1981, Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika, Gadjah Mada University Press, Yoygakarta Tjitrosoepomo, G, 1986, Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus), Bhatara, Karya Aksara, Jakarta Tjitrosoepomo, G, 2003, Taksonomi Tumbuhan, Bhatara Karya Aksara, Jakarta 102