Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta)

advertisement
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) Terestrial di Hutan
Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak
Julia Betty1, Riza Linda1, Irwan Lovadi 1
1Program
Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
email korespondensi: [email protected]
Abstract
Ferns (Pteridophytes) are one of the sources of germ plasm that play an important role in forest ecosystem
and in human’s life as well. However, due to forest conversion, ferns gradually decrease in number
especially the terrestrial species. This study aims to identify all terrestrial ferns found in the forest area of
Tauk Village, Air Besar District, Landak Regency. The study applied Cruise Method and lasted for four
months period of time, started from March to June 2014. The findings from the inventory, there are 18
species of terrestrial ferns found in the area and identified as members of class Polypodiopsida and 13
families of ferns. Most of the species of ferns found in the area come from the family of Lygodiaceae,
whereas the species with the least number come from the families of Aspleniaceae, Gleicheniacea,
Nephrolepidaceae, Thelypteridaceae, Lindsaeaceae, Tectariaceae, Davalliaceae, Lycopodiaceae, and
Dennstaedtiaceae.
Keywords : Inventory, Terrestrial Fern, Forest Area of Tauk Village
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan
tertinggi di dunia. Salah satu jenis tumbuhan yang
banyak hidup di hutan Indonesia adalah tumbuhan
paku. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan
cormophyta berspora yang dapat hidup diberbagai
habitat baik secara epifit, terestrial, maupun
aquatic (Ekoyani, 2007).
Tumbuhan paku memiliki beberapa peranan
penting yaitu dalam pembentukan humus,
melindungi tanah dari erosi, menjaga kelembaban
tanah, dan salah satu tumbuhan pionir pada tahap
awal suksesi ekosistem hutan. Selain itu,
tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi terutama pada keindahanya sebagai
tanaman hias (Rismunandar dan Ekowati, 1991).
Beberapa penelitian tentang keanekaragaman jenis
tumbuhan paku di Kalimantan Barat sudah
dilakukan. Fitriani (2006), kawasan Hutan Baning
Kabupaten Sintang menemukan 13 jenis
tumbuhan paku dengan famili terbanyak
Polypodiaceae. Ekoyani (2007), kawasan Hutan
Lindung Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang
menemukan 20 jenis tumbuhan paku dengan
famili terbanyak Dennstaedtiaceae. Amalia (2009),
kawasan Hutan Antibar Kecamatan Mempawah
Timur menemukan 29 jenis tumbuhan paku
dengan famili terbanyak Dennstaedtiaceae dan
Purnawati et al. (2014), kawasan Cagar Alam
Mandor Kabupaten Landak menemukan 21 jenis
tumbuhan paku dengan famili terbanyak yaitu
Polypodiaceae.
Kawasan Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air
Besar Kabupaten Landak merupakan kawasan
yang sebagian besar wilayahnya masih berupa
hutan. Pembukaan lahan untuk pembuatan jalan,
ladang pertanian, dan perkebunan menyebabkan
luas hutan semakin berkurang. Kondisi ini dapat
menyebabkan berkurangnya jenis-jenis tumbuhan
yang terdapat di kawasan tersebut salah satunya
tumbuhan paku terestrial. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian mengenai inventarisasi jenisjenis tumbuhan paku terestrial di daerah tersebut
untuk menghindari ancaman kepunahan terhadap
tumbuhan paku terestrial yang memungkinkan
untuk dilestarikan dan dimanfaatan secara optimal.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan dari
bulan Maret hingga Juni 2014. Penelitian
dilakukan di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air
Besar Kabupaten Landak. Identifikasi dilakukan
di Laboratorium Biologi Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura Pontianak.
94
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Hutan Dusun Tauk terletak pada
koordinat N 000 51’12.7” E 1100 08’36.3”
(Gambar 1).
Secara administrasi Kecamatan Air Besar
berbatasan dengan Kecamatan-kecamatan sebagai
berikut: sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Jagaoi Babang, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Ngabang dan
N
Skala 1 : 500.000
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Kecamatan Meranti, sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Menyuke, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Kembayan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kamera digital, GPS (Global Positioning System),
jarum, benang, alkohol 70%, kardus, tally sheet,
kertas karton, ketas koran, plastik bening, selotip,
gunting tanaman, kayu penahan, anemometer
digital, hygrometer digital, termometer digital dan
buku identifikasi yaitu Flora of Malaya (Holtum,
1967), Flora (Steenis et al., 2005) Taksonomi
Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003), klasifikasi dan
nomenklatur mengikuti Roskov et al.(2014).
Cara Kerja
Pengambilan sampel tumbuhan paku dilakukan di
Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar
Kabupaten Landak melalui observasi lapangan
secara langsung dengan metode jelajah (Cruise
Method), yaitu dengan menjelajahi setiap sudut
lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe ekosistem
ataupun vegetasi di kawasan yang ditelit untuk
mendapatkan
jenis-jenis
tumbuhan
paku
(Khoiriyah, 2004).
Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi dilakukan dengan melihat karakter
morfologi vegetatif dan generatif. Tumbuhan paku
yang meliputi bagian akar, batang, daun (vegetatif)
dan spora (generatif). Apabila pada suatu jenis
tumbuhan paku tidak ditemukan spora, maka
identifikasi hanya dilakukan pada karakter
morfologi vegetatifnya saja. Identifikasi dilakukan
sampai tingkat spesies.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium dilakukan pada tumbuhan
paku yang belum diketahui jenisnya sedangkan
tumbuhan paku yang sudah umum atau yang
sudah diketahui jenisnya diambil fotonya, dicatat
nama ilmiahnya dan nama daerahnya. Tahapantahapan
pembuatan
herbarium
mengikuti
Tjitrosoepomo, (2003); Steenis et al. (2005).
Pembuatan Kunci Identifikasi
Kunci determinasi dibuat menggunakan kunci
dikotom dengan mengikuti Tjitrosoepomo (1998).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hutan
Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten
Landak ditemukan 18 jenis tumbuhan paku
terestrial yang terdiri dari 1 Kelas Polypodiopsida
dan 13 famili Gleicheniaceae, Dennstaedtiaceae,
Aspleniaceae, Nephrolepidaceae, Selaginellaceae,
95
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
Blechnaceae, Davalliaceae, Thelypteridaceae
Lindsaeaceae, Lycopodiaceae, Lygodiaceae,
Tectariaceae, dan Pteridaceae.
Jenis-jenis tumbuhan paku terestrial yang terdapat
di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar
Kabupaten Landak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Tumbuhan Paku Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak
Kelas
Famili
Spesies
Nama Lokal
Polypodiopsida
Aspleniaceae
Asplenium longissimum BI.
Paku rumput
Habitat
Ternaungi
Polypodiopsida
Blechnaceae
Blechnum indicum Burm
Paku hijau
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Blechnaceae
Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd
Lumiding
Polypodiopsida
Davalliaceae
Paku tertutup
Polypodiopsida
Dennstaedtiaceae
Davallia denticulate (Burm. f.)
Mett. ex kuhn
Histiopteris incisa (Thunb.) J.Sm.
Ternaungi dan
tidak ternaungi
Tidak ternaungi
Paku tulang
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Gleicheniaceae
Resam
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Lindsaeaceae
Dicranopteris linearis (Burm. f.)
Underw.
Lindsaea doryphora Kramer
Paku bening
Polypodiopsida
Lycopodiaceae
Paku kawat
Polypodiopsida
Lygodiaceae
Ribu-ribu
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Lygodiaceae
Palhinhaea cernua (L.) Carv. Vasc. &
Franco
Lygodium circinatum (Burm. f.)
Sw.
Lygodium flexuosum (L.) Sw.
Ternaungi dan
tidak ternaungi
Tidak ternaungi
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Lygodiaceae
Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br.
Sw.
Ribu-ribu
Garege
Paku ribu-ribu
garege halus
Polypodiopsida
Nephrolepidaceae
Nephrolepis biserrata (Sw) Schott.
Paku uban
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Pteridaceae
Pityrogramma calomelanos (L.) Link.
Paku perak
Tidak ternaungi
Polypodiopsida
Pteridaceae
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.
Paku ringin
Ternaungi
Polypodiopsida
Selaginellaceae
Selaginella intermedia (BI.) Spring
Ternaungi
Polypodiopsida
Selaginellaceae
Polypodiopsida
Tectariaceae
Selaginella plana (Desv. ex Poir)
Hieron.
Heterogonium giganteum (BI.) Holtt.
Paku rane
Halus
Paku rane
-
Ternaungi
-
Ternaungi
Polypodiopsida
Thelypteridaceae
Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt.
Tidak ternaungi
Ternaungi
Kunci Identifikasi Tumbuhan Paku
Kunci Identifikasi
1.
Tumbuhan paku berdaun kecil. Spora terletak di ujung batang membentuk strobilus.......................................................... 2
Tumbuhan paku berdaun besar. Spora berbentuk strobilus atau tidak ................................................................................. 4
2.
Daun tersusun dalam bentuk spiral. Percabangan memiliki rhizofor ...................................................... Palhinhaea cernua
Daun pada batang tersusun dalam 4 baris. Percabangan batang tidak memiliki rhizofor ..................................................... 3
3.
Batang merayap. Daun tersusun jarang............................................................................................... Selaginella intermedia
Batang tegak. Daun tersusun tersusun rapat................................................................................................ Selaginella plana
4.
Sporangium tersusun dalam dua baris pada tepi daun............................................................................................................5
Sporangium tidak tersusun dalam dua baris pada tepi daun ................................................................................................. 7
5.
Cabang ranting pertama mengalami perpanjangan...........................................................................Lygodium microphyllum
Cabang ranting pertama tidak mengalami perpanjangan ...................................................................................................... 6
6.
Daun hanya berlobus di bagian basalnya...............................................................................................Lygodium circinatum
Daun berbagi menjadi 2 sampai 5 lobus yang dalam. .......................................................................... Lygodium flexuosum
7.
Percabangan batang pseudodikotomi....................................................................................................Dicranopteris linearis
Percabangan batang tidak pseudodikotomi.............................................................................................................................8
96
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
8.
Sporangium tebal dan membentuk garis panjang.................................................................................................................9
Sporangium tidak tebal dan tidak membentuk garis panjang..............................................................................................10
9.
Sporangium memanjang membentuk 2 baris yang terdapat di kanan dan kiri costa............................Taenitis blechnoides
Sporangium memanjang menutupi sepanjang costa................................................................................Blechnum indicum
10. Rimpang panjang .................................................................................................................................................................11
Rimpang panjang atau pendek..............................................................................................................................................13
11. Rimpang memanjat. Tepi pina bergerigi, daun muda berwarna merah..............................................Stenochlaena palustris
Rimpang tidak memanjat. Tepi pina bergelombang, daun muda berwarna putih................................................................12
12. Daun majemuk tunggal dengan pina panjang.....................................................................................Nephrolephis bisserata
Daun majemuk menyirip ganda tiga dengan pina berukuran kecil............................................................Histiopteris insica
13. Sorus dengan indusium ........................................................................................................................................................14
Sorus dengan atau tanpa indusium........................................................................................................................................16
14. Batang berwarna hitam. Daun bertekstur tipis dan licin, ujung pina membulat.................................... Lindsaea doryphora
Batang berwarna coklat. Daun bertekstur tebal, ujung pina meruncing...............................................................................15
15. Permukaan daun di tutupi oleh rambut-rambut halus. Sporangium berbentuk bulat, berwarna
kuning............................................................................................................................................ Heterogonium giganteum
Permukaan daun licin. Sporangium berbentuk lonjong berwarna hitam.........................................Pronephrium triphyllum
16. Daun bergerigi dalam sehingga terlihat jelas..........................................................................................Davallia denticulata
Daun bergerigi dangkal sehingga tidak terlihat jelas............................................................................................................17
17. Daun majemuk tunggal berhadapan. Sporangium berbentuk garis-garis kecil, tersusun berdempet-dempet pada
percabangan tulang daun di bagian abaksial daun...........................................................................Asplenium longissimum
Daun majemuk tunggal berseling. Sporangium berbentuk serbuk putih yang terdapat di bagian abaksial
daun....................................... .....................................................................................................Pityrogramma calomelanos
Pembahasan
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
tumbuhan paku terestrial yang ditemukan
berjumlah 18 jenis. Famili Lygodiaceae memiliki
jumlah jenis yang banyak, yaitu Lygodium
circinatum, L. microphyllum, dan L. flexuosum.
Famili Lygodiaceae merupakan famili tumbuhan
paku yang hidup di daerah dataran rendah dan
dataran tinggi. Menurut Holtum (1967), sebagian
besar anggota dari Famili Lygodiaceae hidup di
tempat-tempat yang terbuka sehingga mudah
ditemukan. Famili dengan anggota spesies yang
sedikit
dijumpai
yaitu
Thelypteridaceae
Aspleniaceae, Lycopodiaceae,
Tectariaceae,
Nephrolepidaceae, Lindsaeaceae, Gleicheniacea,
Dennstaedtiaceae, dan Davalliaceae. Sedikitnya
jumlah spesies yang ditemukan dikarenakan famili
ini memliki subfamili yang sedikit dan sebagian
besar spesies yang ditemukan berasal dari jenis
yang sama. Famili ini hidup pada daerah terbuka
yang cenderung panas dan daerah yang lembab.
Jumlah jenis tumbuhan paku yang ditemukan di
kawasan Hutan Dusun Tauk berbeda dengan
jumlah jenis tumbuhan paku yang ditemukan di
kawasan Hutan Baning Kabupaten Sintang
berjumlah 13 jenis (Fitriani, 2006), kawasan
Hutan Lindung Gunung Bawang Kabupaten
Bengkayang berjumlah 15 jenis (Ekoyani, 2007),
kawasan Hutan Antibar Kecamatan Mempawah
Timur berjumlah 29 jenis (Amalia, 2009), dan
kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak
berjumlah 14 jenis (Purnawati et al., 2014).
Adanya perbedaan jumlah jenis tumbuhan paku
terestrial yang ditemukan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan tempat tumbuh yang berbeda.
Tumbuhan paku pada umumnya sangat menyukai
daerah-daerah terbuka untuk pertumbuhannya.
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1967),
pertumbuhan suatu tumbuhan dipengaruhi oleh
kondisi tempat tumbuh.
Banyaknya jumlah
tumbuhan paku tersetrial yang ditemukan di Hutan
Dusun Tauk dibandingkan dengan ketiga lokasi
pada penelitian sebelumnya dikarenakan daya
dukung kawasan yang cukup luas dan kondisi
faktor lingkungan yang berbeda sehingga
tumbuhan paku yang ditemukan lebih bervariasi.
Sutrisna (1981) menyatakan bahwa faktor
lingkungan dan kemampuan beradaptasi terhadap
suatu habitat akan mempengaruhi jumlah jenis
yang ditemukan pada suatu kawasan. Sebagian
besar tumbuhan paku terestrial yang ditemukan
berada di daerah yang tidak ternaungi. Tumbuhan
paku yang ditemukan dikarenakan sebagian besar
tumbuhan paku hidup di daerah dengan kondisi
vegetasi yang terbuka dan mendapatkan cahaya
matahari yang cukup untuk pertumbuhannya.
97
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
Deskripsi Tumbuhan Paku
Asplenium longissimum BI.
Synonyms: Asplenium acutiusculum Bl.
A. longissimum memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, dan berwana hitam.
Batang ditutupi oleh rambut-rambut halus
berwarna coklat yang tersebar di sepanjang batang.
Tumbuhan paku ini memiliki daun berwarna hijau
tua dengan pina tersusun rapat. pina memiliki
tangkai yang sangat pendek. Tepi pina bergerigi
tumpul, ujung meruncing, pangkal berlekuk dan
ibu tulang daun (costa) nyata. Pina yang paling
bawah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
yang berada di atasnya. Pina yang memiliki
ukuran panjang terletak di bagian tengah daun.
Sporangium terletak pada bagian abaksial daun
fertil, berwarna putih membentuk garis-garis
pendek mengikuti tulang daun. Menurut Holtum
(1967), A. longissimum merupakan tumbuhan
paku yang hidup di daerah-daerah ternaungi.
Tumbuhan paku ini memiliki batang yang pendek
dan sporangium berupa garis-garis pendek di
sepanjang pertulangan daun.
Blechnum indicum Burm.
Synonyms: Blechnopsis denticulata (Sw.) Presl
B. indicum memiliki akar serabut berwarna coklat
dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, berwarna coklat, dan
ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun berwarna
hijau muda, permukaan daun licin, tekstur daun
keras dan kaku. Pina tersusun menyirip ganjil
berhadapan dan tersusun sangat rapat. Ibu tulang
daun (costa) nyata. Daun muda memiliki ibu
tulang daun (costa) berwarna hijau muda
sedangkan daun tua memiliki ibu tulang daun
(costa) berwarna hijau kekuningan. Ujung pina
runcing, pangkal rata, dan tepinya rata.
Sporangium berwarna coklat yang terletak pada
bagian abaksial daun. Sporangium tersusun
membentuk garis yang tebal yang menutupi
seluruh ibu tulang daun (costa). Menurut Holtum
(1967), B. indicum merupakan tumbuhan paku
yang tumbuh merumpun di daerah-daerah terbuka
dan memiliki sporangium berwarna coklat yang
menutupi ibu tulang daun (costa).
Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd.
Synonyms: Acrostichum scandens (Sw.) Hook.
S. palustris memiliki akar serabut berwarna coklat
dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, berwarna hijau, dan beralur.
Tumbuhan paku ini memiliki dua jenis daun yang
berbeda (dimorfisme) yaitu daun steril dan fertil.
Daun steril tersusun menyirip genap. Daun yang
muda berwarna merah, berteskstur lembut dan
tipis, setelah dewasa daun bertekstur keras, kaku,
tebal dan berwarna hijau tua. Ujung pina runcing,
basal membulat, tepinya bergerigi. Pina terletak
berhadapan. Daun fertil tersusun menyirip seperti
daun steril, berbentuk seperti garis panjang.
Sporangium tersusun berkelompok, terletak
diantara ibu tulang daun, berbentuk bubuk halus
berwarna coklat, dan mudah lepas. Menurut
Holtum (1967), S. palustris hidup di daerah
dataran rendah yang terbuka maupun tertutup.
Tumbuhan paku ini merupakan jenis tumbuhan
paku memanjat. Hartini (2011) juga menjelaskan
bahwa S. palustris merupakan tumbuhan paku
yang memiliki daun menyirip dan memiliki daun
muda berwarna merah.
Davallia denticulata (Burm.f.) Mett.ex kuhn
Synonyms: Davallia attenuata Lodd.
D. denticulate memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang penjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, licin, dan berwarna hijau.
Daun berwarna hijau tua dan permukaan adaksial
daun yang licin. Pina berbentuk segitiga, ujung
pina runcing, basal meruncing, dan tepinya
beringgit. Ibu tulang daun (costa) nyata. Anak
daun yang terdapat di bagian bawah berukuran
lebih besar dibandingan dengan yang berada di
atasnya. Sporangium terletak di bagian adaksial
sub marginal daun fertil, berbentuk bulat, dan
berwarna coklat. Menurut Holtum (1967), D.
denticulate merupakan tumbuhan paku yang hidup
di daerah dataran rendah yang terbuka. Tumbuhan
paku ini memiliki sporangium yang terdapat pada
bagian marginal daun fertil. Suryana (2009) juga
menjelaskan bahwa tumbuhan paku ini memiliki
daun berbentuk segitiga dan sorus terletak pada
setiap lekukan tepi pina. Sporangium berbentuk
seperti piala.
Histiopteris incisa (Thunb.) J. Sm.
Synonyms: Histiopteris aurita (Bl.) J. Sm.
H. incisa memiliki akar serabut berwarna coklat
dan besar yang melekat kuat di tanah. Batang
berbentuk bulat, tegak, beralur, dan berwarna
kuning kecoklatan. Daun memiliki bentuk, ukuran,
dan susunan yang bervariasi. Daun berwarna hijau
tua, daun muda memiliki tekstur yang lembut
sedangkan daun tua bertekstur kaku dan kasar.
Daun muda yang masih menggulung umumnya
berwarna hijau keputihan dan ditutupi oleh
rambut-rambut halus berwarna putih. Pina
memiliki ujung yang runcing, basal tumpul,
bagian tepinya bergerigi. Sporangium terletak
pada bagian abaksial daun fertil. Menurut Holtum
(1967), tumbuhan paku ini mempunyai pina yang
98
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
kecil. Sporangium terletak di bagian tepi dan
memiliki ruas rimpang yang besar dan melekat
kuat di dalam tanah. Tumbuhan ini hidup di
dataran rendah pada tanah yang lembab dan
tempat-tempat terbuka.
Dicranopteris linearis (Burm. f.) Underw.
Synonyms: Dicranopteris discolor (Schrad.)
Nakai
D. linearis mempunyai akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, dan berwarna kuning
kecoklatan. Percabangan batang pseudodikotomi.
Cabang terakhir mempunyai banyak daun yang
tersusun berpasangan. Daun berwarna hijau tua
dengan pina berukuran kecil dan terusun rapat
dengan letak berhadapan. Daun muda yang masih
menggulung berwarna hijau muda dan umumnya
ditutupi oleh rambut halus berwarna putih.
Pasangan pina yang paling bawah biasanya
terletak pada percabangan batang dan berukuran
lebih kecil dari pasangan pina sebelumnya. Pina
memiliki ujung yang tumpul, basal rata, dan tepi
rata. Sporangium terletak di bagian abaksial daun
fertil berwarna kuning dan tersebar tidak beraturan.
Menurut Holtum (1967), D.linearis merupakan
tumbuhan paku yang memiliki batang tegak,
panjang, merambat, dan berukuran kecil.
Sporangium berada dekat dengan ibu tulang daun
(costa). Tumbuhan paku ini hidup di daerahdaerah yang terbuka.
Lindsaea doryphora Kramer
Synonyms: Lindsaea scandens var. terrestris
Holtum
L. doryphora memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang pendek. Batang
bercabang menggarpu, berbentuk segitiga,
berwarna hitam, dan ditutupi oleh rambut-rambut
halus berwarna coklat. Daun berwarna hijau tua,
bertekstur tipis, licin, dan terlihat mengkilap. Ibu
tulang daun (costa) tidak nyata, tepi pina
menggulung ke bawah membentuk gulungan yang
terputus-putus. Ujung pina membulat dan
pangkalnya tumpul. Sporangium terletak di bagian
abaksial daun fertil, berwarna coklat berbentuk
gulungan di sepanjang marginal daun sehingga
bentuknya mengikuti gulungan daun tersebut.
Menurut Holtum (1967), L. doryphora merupakan
tumbuhan paku terestrial yang memiliki pina
berukuran kecil, helaian daun tipis dan kuat. Daun
menggulung ke belakang membentuk garis putusputus sebagai tempat melekatnya sporangium.
Tumbuhan paku ini hidup di daerah dataran
rendah yang tertutup.
Palhinhaea cernua (L.) Carv. Vasc. & Franco
Synonyms: Lycopodium cernuum L.
P. cernua memiliki akar serabut berwarna coklat
yang terdapat di dalam tanah. Batang berbentuk
bulat, berwarna hijau, berukuran kecil, bercabangcabang tidak beraturan. Bagian pangkal batang
lurus tidak bercabang sedangkan bagian atas
batang bercabang banyak dan tidak beraturan.
Daun pada tumbuhan paku ini kecil seperti jarum,
tidak betangkai, berwarna hijau muda, dan
tersusun mengelilingi batang dalam bentuk yang
tidak beraturan. Daun pada bagian batang
biasanya berukuran lebih panjang, tersusun lebih
jarang, dan kasar dibandingkan dengan daun yang
terdapat pada bagian cabang tersusun rapat dan
bertekstur lembut. Tumbuhan paku ini memiliki
dua tipe daun yang dapat dibedakan dengan jelas
yaitu daun fertil dan daun steril. Sporangium
terdapat pada ujung cabang yang tersusun dalam
bentuk strobilus. Apabila masih muda strobilus
akan berwarna hijau muda sedangkan yang sudah
tua akan berwarna putih kekuningan. Menurut
Suryana (2009), P. cernua merupakan tumbuhan
paku terestrial yang hidup di daerah datran rendah
yang tidak ternaungi. Tumbuhan paku ini tumbuh
tegak dan memiliki daun seperti jarum yang
merata di sepanjang batang dan cabang.
Lygodium circinatum (Burm. f.) Sw.
Synonims: Lygodium basilanicum Christ
L. circinatum memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, licin, berukuran kecil, dan
berwarna coklat, dapat memanjat tinggi dan
merambat pada tumbuhan lain yang berada
didekatnya. Cabang ranting pertama tidak
mengalami perpanjangan. Daun berwarna hijau
muda, bertekstur tipis dan licin. Ujung pina
membulat, basal meruncing, dan tepi daun rata.
Tumbuhan paku ini mempunyai percabangan yang
tidak berkembang atau mengalami perpanjangan.
Ibu tulang daun (costa) mempunyai warna yang
mirip dengan warna daunnya. Daun hanya
berlobus pada bagian basalnya. Menurut Holtum
(1967), L. circinatum merupakan tumbuhan paku
yang hidup di daerah-daerah terbuka dan memiliki
rimpang panjang yang menjalar di tanah.
Lygodium flexuosum (L.) Sw.
Synonyms: Lygodium elegans Desv.
L. flexuosum merupakan tumbuhan paku
merambat dan membelit pada tumbuhan lain yang
berada didekatnya. Tumbuhan paku ini memiliki
akar serabut berwarna coklat. Batang berbentuk
bulat, licin, dan berwarna hijau. Cabang ranting
pertama tidak mengalami perpanjangan. Daun
99
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
berwarna hijau tua dan tersusun menyirip
berseling. Setiap sisi cabang terdapat 3-4 anak
daun. Bentuk pina memanjang, memiliki ujung
yang meruncing, pangkal membulat, dan bagian
tepinya bergerigi dalam. Pina memiliki tangkai
yang pendek berwarna coklat muda. Permukaan
daun licin dan mengkilap. Daun berbagi menjadi
2-5 lobus yang dalam. Sporangium terdapat di
bagian marginal daun fertil, berbentuk panjang,
tersusun dalam dua baris pada tepi daun, dan
berwana hijau. Menurut Holtum (1967), L.
flexuosum merupakan tumbuhan paku yang
memiliki daun berukuran kecil, hidup di daerahdaerah terbuka, dan merambat pada tumbuhan lain
yang berada di sekitarnya.
Lygodium microphyllum (Cav.) R. Br.
Synonyms: Lygodium scandens (L.) Sw.
L. microphyllum memilik akar serabut berwarna
coklat. Tumbuhan paku ini memiliki batang
berbentuk bulat, kecil, licin, dan berwana hijau.
Paku ini tumbuh merambat, memiliki cabang
berwarna coklat kehijauan, cabang ranting
pertama mengalami perpanjangan, daun membelit
pada tumbuhan lain yang berada di dekatnya.
Daun berwarna hijau muda, tipis, dan kedua
permukaannya licin. Pina berbentuk segitiga
seperti jantung dan tersusun menyirip berseling
dengan 4-8 anak daun. Ujung pina tumpul,
basalnya rata, dan tepinya bergerigi halus. Ibu
tulang daun (costa) tidak terlihat jelas karena
warnanya hampir sama dengan warna daun. Daun
steril memiliki ukuran yang lebih lebih kecil
dibandingkan dengan daun fertil. Daun fertil
memiliki bentuk yang lebih lebar sehingga
bentuknya hampir membulat serta memiliki gerigi
yang lebih dalam. Sporangium berwarna hijau
muda tersusun dalam dua baris pada tepi daun
fertil. Menurut Holtum (1967), L. microphyllum
merupakan tumbuhan paku yang memiliki daun
berukuran kecil, hidup di daerah-daerah terbuka,
dan merambat pada tumbuhan lain yang berada di
seiktarnya.
Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott.
Synonyms: Aspidium acuminatum Willd
N. biserrata memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berbentuk bulat, tegak, kuat, dan berwana hijau
kecoklatan. Batang ditutupi oleh rambut-rambut
halus berwarna coklat muda yang tersebar di
sepanjang batang. Tumbuhan paku ini memiliki
daun berwarna hijau muda dan tersusun menyirip
tunggal berhadapan. Pina tersusun sangat rapat.
Pina yang paling bawah berukuran lebih kecil
dibandingkan dengan yang berada di atasnya. Pina
yang berukuran panjang terletak di bagian tengah
daun. Ujung pina meruncing, basal membulat,
tepinya rata, dan ibu tulang daun (costa) nyata.
Permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut
halus yang tersebar merata diseluruh permukaan
daun. Daun muda yang masih menggulung
ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna putih.
Sporangium terletak di bagian abaksial sub
marginal daun fertil, berwarna coklat, berbentuk
bulat, dan tersusun merata. Holtum (1967),
menyatakan bahwa N. biserrata memiliki
sporangium yang terdapat di bagian sub marginal
daun fertil. Tumbuhan paku ini hidup di daerah
dataran rendah yang terbuka.
Pityrogramma calomelanos (L.) Link.
Synonyms: Acrostichum album Vell.
P. calomelanos memiliki akar serabut berwarna
coklat. Batang berbentuk bulat dan berwarna
hitam mengkilap. Bagian depan batang beralur
semakin ke atas alur semakin dalam. Daun
berwana hijau muda dan tersusun majemuk
berseling. Pina lanset dengan ujung runcing,
pangkal runcing, dan bagian tepinya bergerigi
halus. Tekstur daun lembut dan tipis. Ibu tulang
daun (costa) tidak nyata. Bagian abaksial daun
berwarna hijau muda sedangkan bagian adaksial
daun ditutupi oleh serbuk berwarna putih yang
mudah lepas. Spora terletak di seluruh bagian
abaksial daun fertil, berbentuk serbuk, dan
berwarna putih. Menurut Holtum (1967), P.
calomelanos merupakan tumbuhan paku yang
hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran
rendah pada daerah terbuka. Tumbuhan paku ini
memiliki rimpang pendek, batang tegak, dan spora
berupa serbuk berwarna putih. Sunarmi dan
Sarwono (2004) juga menjelaskan bahwa
tumbuhan paku ini memiliki rimpang tegak dan
sorus yang menutupi permukaan bawah sporofil
tanpa indusium.
Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.
Synonyms: Taenitis chinensis Desv.
T. blechnoides memiliki akar serabut berwarna
coklat. Batang berbentuk bulat, keras, berwarna
coklat, dan titutupi oleh rambut-rambut halus yang
tersebar dalam jumlah sedikit. Bagian depan
batang beralur semakin ke atas alur semakin
dalam. Daun berwarna hijau tua dan tersusun
majemuk berhadapan. Pina memiliki ujung yang
runcing, pangkal meruncing, dan bagian tepinya
rata. Permukaan daun licin, tekstur daun kaku, dan
tebal. Ibu tulang daun (costa) nyata. Daun fertil
memiliki bentuk yang sama dengan daun steril
namun berukuran lebih panjang. Spora terletak di
bagian abaksial sub marginal daun fertil,
100
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
berbentuk panjang tidak terputus, berwarna coklat
muda, dan tersusun dalam dua baris memanjang
pada bagian tepi daun. Menurut Holtum (1967), T.
blechnoides merupakan tumbuhan paku terestrial
yang hidup di daerah dataran rendah maupun
dataran tinggi pada daerah yang ternaungi.
Tumbuhan paku ini memiliki sporangium tebal
dan panjang pada bagian sub marginal daun fertil.
Selaginella intermedia (BI.) Spring
Synonyms: Selaginella atrovirens (Wall.) Spring
S. intermedia memiliki akar serabut berwarna
coklat. Batang berbentuk bulat, kecil, berwarna
coklat, dan tumbuh merayap. Percabangan batang
menggarpu, batang ditutupi oleh daun-daun kecil
yang tersusun dalam empat baris, dan tersusun
jarang sehingga batang telihat pipih. Tumbuhan
paku ini memiliki daun berukuran kecil, tersusun
menyirip, berwarna hijau tua, tidak memiliki
tangkai, tersebar merata di seluruh bagian batang.
Daun tersusun rapat, semakin ke atas ukuran daun
semakin besar dan nyata. Ujung daun terbelah.
Tepi daun bergerigi halus, permukaan daun halus
dan licin. Sporangium terkumpul dalam bentuk
strobilus yang terletak di ujung cabang. Strobilus
berwarna hijau muda dan memiliki ujung yang
lancip. Menurut LBN-LIPI (1980), S. intermedia
merupakan tumbuhan paku yang hidup di daerahdaerah ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki
batang kecil yang tumbuh merayap. Sporangium
berbentuk strobilus yang terletak di ujung cabang.
Selaginella plana (Desv. ex Poir.) Hieron.
Synonyms: Lycopodium planum Desv. ex Poir.
S. plana memiliki akar serabut berwarna coklat.
Batang tumbuh tegak, bulat, kecil, berbentuk
seperti sisik, dan berwarna coklat muda.
Percabangan batang menggarpu. Daun berukuran
kecil, berwarna hijau muda, tersebar merata di
seluruh bagian batang dan tersusun menyirip.
Bagian abaksial daun halus sedangkan bagian
adaksial kasar. Tepi daun bergerigi halus dan tata
letak daun pada batang bersilangan. Sporangium
tersusun dalam bentuk strobilus yang terletak di
ujung batang atau cabang. Strobilus berbentuk
lancip, berukuran panjang, dan berwarna hijau tua.
Menurut LBN-LIPI (1980), S. plana merupakan
tumbuhan paku yang hidup di daerah-daerah
ternaungi. Tumbuhan paku ini memiliki batang
berbentuk seperti sisik dan sporangium berbentuk
strobilus yang terletak di ujung cabang.
Heterogonium giganteum (Bl.) Holtt.
Synonyms: Aspidium giganteum Bl.
H. giganteum memiliki akar serabut berwarna
coklat dengan ruas rimpang yang pendek. Batang
berbentuk bulat, berwarna coklat muda, dan
ditutupi oleh rambut-rambut halus. Daun berwarna
hijau muda, tersusun menyirip berhadapan dan
terdiri dari 9-10 pasang pina. Pina memiliki ujung
yang meruncing, pangkal berlekuk, dan bagian
tepinya beringgit. Ibu tulang daun (costa) nyata.
Daun steril memiliki bentuk yang sama dengan
daun fertil, namun berukuran lebih kecil dan
sempit. Sporangium terletak pada bagian abaksial
sub marginal daun fertil, tersusun sejajar dengan
costula berwarna coklat, dan berbentuk bulat.
Menurut Holtum (1967), H. giganteum merupakan
tumbuhan paku yang hidup di daerah dataran
rendah maupun dataran tinggi yang ternaungi.
Tumbuhan paku ini memiliki daun dengan lobus
yang dalam.
Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt.
Synonyms: Abacopteris triphylla (Sw.) Ching
P. triphyllum memiliki akar berwarna coklat
dengan ruas rimpang yang panjang. Batang
berukuran kecil, berbentuk bulat, dan berwarna
coklat. Daun berwarna hijau tua, ujung daun
runcing, tepi daun bergelombang, dan pangkalnya
membulat. Daun fertil memiliki ukuran yang lebih
panjang dibandingkan dengan daun steril.
Permukaan daun licin dan mengkilap. Ibu tulang
daun (costa) nyata. Spora terdapat di seluruh
bagian abaksial daun diantara ibu tulang daun
(costa) berbentuk lonjong dan berwarna
kehitaman. Menurut Lubis (2009), tumbuhan paku
ini merupakan tumbuhan paku terestrial yang
memiliki rimpang panjang dan berwarna hitam.
Spora terdapat di bagian abaksial daun, berwarna
hitam, dan terletak diantara ibu tulang daun.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, RS, 2009, Inventarisasi Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) Terestrial di Desa Antibar
Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten
Pontianak, Skripsi, Universitas Tanjungpura,
Pontianak
Ekoyani, 2007, Keanekaragaman jenis paku-pakuan
(Pteridophyta) di kawasan Hutan Lindung
Gunung Bawang Kabupaten Bengkayang,
Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Fitriani, 2006, Keanekaragaman Jenis Paku-Pakuan
(Pteridophyta) di Kawasan Hutan Baning
Kabupaten Sintang, Skripsi, Universitas
Tanjungpura, Pontianak
Hartini, S, 2011, “Tumbuhan Paku di Beberapa
Kawasan Hutan Di Taman Nasional Kepulauan
Togean dan Upaya Konservasinya Di Kebun
Raya Bogor”, Berk. Penelitian. Hayati Edisi
Khusus, vol. 7A, hal. 35–40
Holtum, RE., 1967, Flora of Malaya vol II (fern of
malaya), Government Printing office, Singapore
101
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 94-102
Khoiriyah, M, 2004, “Inventarisasi Paku-Pakuan
(Pteridophyta) Sebagai Sumber Belajar di
Kawasan
Coban
Talun
Batu”,
http://digilib.ti.itb.ac.ai/go.php
Lembaga Biologi Nasional-LIPI, 1980, Jenis Paku
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Lubis, SR, 2009, Keanekaragaman dan Pola Distribusi
Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman
Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi
Sumatera Utara, Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan
Purnawati, U, Turnip, M, & Lovadi, I, 2014,
“Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) di
Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten
Landak”, Protobiont, vol .3, no. 2, hal. 155-165
Rismunandar & Ekowati, M, 1991, Tanaman Hias
Paku-Pakuan, Panebar Swadaya, Jakarta
Roskov, Y, Kunze, T, Orell, T, Abucay, L,
Panglinawan, L, Culham, A, Bailly, N, Kirk, P,
Bourgoin, T, Baillargeon, G, Decock, De wever,
A, Didziulis, V, 2014, Species 2000 Dan Itis
Catalogue Of Life, Naturalis Leiden,
Netherlands
Soerianegara, I., & Indrawan, 1980, Ekologi Hutan
Indonesia, IPB, Bogor.
Sunarmi & Sarwono, 2004, “Inventarisasi Tumbuhan
Paku Di Daerah Malang”, Berk. Penelitian,
Hayati Edisi Khusus, vol. 10, hal. 71-74
Steenis, CGGJ, Hoed, G, & Eyma, PJ, 2005, Flora
Untuk Sekolah Indonesia, Cetakan Kesepuluh,
Pradnya Paramita, Jakarta
Suryana, 2009, “Keanekaragaman Tumbuhan Jenis
Paku Terestrial Dan Epifit Di Kawasan Pltp
Kamojang Kabupaten Garut Jawa Barat”,
Biotika, vol. 7, no. 1, hal. 20-26
Sutrisna, 1981, Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika,
Gadjah Mada University Press, Yoygakarta
Tjitrosoepomo, G, 1986, Taksonomi Tumbuhan
(Taksonomi Khusus), Bhatara, Karya Aksara,
Jakarta
Tjitrosoepomo, G, 2003, Taksonomi Tumbuhan,
Bhatara Karya Aksara, Jakarta
102
Download