PANGGUNG HUKUM Vol.1, No.2, Juni 2015 Pola - AIFIS

advertisement
Pola Kebijakan Penanggulangan dan Penularan
Terhadap Perkembangan Virus HIV/AIDS
dan Peran Bagi Pekerja Sosial
By: Abdul Najib **
Abstract
Contemporary social issues is constantly increasing both quality and quantity.
One of the problems of contemporary world problems and require serious attention is the
problem of HIV / AIDS. In addition to HIV / AIDS, other issues faced by society
is the limited financial resources for its activities, the deterioration of character,
promiscuity, drugs, rape, exploitation of child labor, sosia riots, etc. To overcome these
problems required efforts to mitigate them. O ne of them by applying a variety of
existing policies, which berp eran important of these policies are p enanggulangan
national AIDS commissions and have a big share in minimizing the progression of
HIV. To support all of the above policy required an expert who is able to handle such
problems one of which is the figure of a professional social worker. To support that all
necessary b ifferent methods, one of which is the management of cases. This method is an
important principle in all preventative measures against the development of HIV /
AIDS.
Abstrak
Permasalahan sosial kontemporer semakin hari semakin meningkat baik
kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu permasalahan kontemporer yang menjadi
masalah dunia dan memerlukan penanganan serius adalah masalah HIV/AIDS.
Selain HIV/AIDS, persoalan lain yang dihadapi kalangan masyarakat adalah
keterbatasan sumber daya pembiayaan bagi kegiatannya, kemerosotan karakter,
pergaulan bebas, narkoba, pemerkosaan, eksploitasi pekerja anak, kerusuhan sosia,
dll. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan upaya-upaya untuk
menanggulanginya. Salah satunya dengan menerapkan berbagai kebijakan-kebijakan
yang ada, yang berperan penting dari kebijakan ini adalah komisi penanggulangan
AIDS nasional dan memiliki andil yang besar dalam meminimalisir perkembangan
HIV. Untuk menunjang segala kebijakan di atas diperlukan seorang ahli yang
mampu menangani masalah tersebut salah satunya adalah figur seorang pekerja sosial
profesional. Untuk menunjang itu semua diperlukan berbagai metode, salah satunya
**Mahasiswa
Fakultas Dakwah IAIN Mataram Nusa Tenggara Barat. Email:
[email protected]
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
190
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
adalah manajemen kasus. Metode ini merupakan asas penting dalam segala tindakantindakan preventatif terhadap perkembangan HIV /AIDS.
Kata Kunci: HIV/AIDS, Kebijakan dan Penanggulangan.
A. Pendahuluan
Permasalahan sosial kontemporer semakin hari semakin meningkat
baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu permasalahan kontemporer
yang menjadi masalah dunia dan memerlukan penanganan serius adalah
masalah HIV/AIDS. Selain HIV/AIDS, persoalan lain yang dihadapi
kalangan masyarakat adalah keterbatasan sumber daya pembiayaan bagi
kegiatannya, kemerosotan karakter, pergaulan bebas, narkoba,
pemerkosaan, eksploitasi pekerja anak, kerusuhan sosial, pembunuhan,
menurunnya solidaritas social, dan masalah lainnya.1
Dalam kurun waktu lima belas tahun, epidemi Human
Immunodeficiency virus (HIV) memasuki kesadaran kita sebagai suatu bencana
yang tidak dapa dipahami, sudah menelan beribu-ribu korban,
menimbulkan banyak kesedihan dan kepeedihan yang sangat mendalam,
menimbulkan ketidakpastian serta kekhwatiran dan ketakutan, serta
kehancuran ekonomi yang mengancam.2
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yaitu suatu kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh virus kekebalan tubuh
manusia. Virus tersebut dinamakan HIV (Human Immunodeficiency virus).
Sistem kekebalan tubuh biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari
penyakit-penyakit yang akan masuk, tetapi bila tubuh telah terinfeksi oleh
HIV secara otomatis kekebalan tubuh akan berkurang dan menurun
sampai suatu saat tubuh tidak lagi mempunyai daya tahan terhadap
penyakit, bila itu terjadi, penyakit yang biasanya tidak berbahayapun akan
dapat membuat orang tersebut menderita atau bahkan meninggal.3
Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk
menyembuhkan AIDS. Orang yang telah terifeksi HIV dapat menularkan
virus tersebut kepada orang lain selama hidupnya, walaupun tidak merasa
sakit dan tampak sehat. HIV terutama banyak terdapat di dalam darah,
sperma dan cairan vagina. Kepala secretariat penanggulangan ADIS
1Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008), h. 10.
2 Elizabeth Reid, HIV & AIDS Interkoneksi Global, tetrj. Elly Wiriawan (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm. xvii.
3 Edi Suharto. Analisis Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2012). hlm. 201-202.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
191
Nasional dr. Suharto SpkO, DPh, mengungkapakan bahwa hamper di
semua Negara angka HIV/AIDS mengalami peningkatan. Karena sifat
epidemic penyakit ini, pada orang terkena tidak ada tandanya, tidak
kelihatan sakit bahkan kelihatan normal. Jadi seperti fenomena gunung es,
jumlah yang kelihatan hanya sedikit dari jumlah yang sebenarnya. Selain
itu, kemampuan untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS selama ini masih
sangat terbatas.4 Namun hingga saat ini pemerintah dan berbagai lembaga
yang dinaunginya mulai menyusun berbagai strategi guna untuk melakukan
penekanan terhadap perkembangan virus tersebut. Berbagai langkah
kebijakan telah diambil, namun pemerintah masih membutuhkan
partsipasi dari masyarakat, tokoh agama, dan LSM. Sehingga dapat
mempermudah proses kampanye, sosialisa, dan berbagai kegiatan yang
dapat menekan penularan terkait sengan virus HIV/AIDS.
Tujuan dari paper ini adalah ingin mendeskripsikan berbagai upaya
yang dilakukan guna untuk meminimalisir gejala-gejala penularan dan
perkembangan virus HIV yang saat ini menjadi bumeram bagi khalayak
umum. Serta mengetahui pola penanggulangan dan actor dibalik segala
tindakan preventative yang digunakan saat ini.
B. Gambaran Umum tentang Human Immunodeficiency Virus dan
dan Acquired Immune Deficiency Syndrome
1. Pengertian Human Immunodeficiency Virus dan AIDS dan
Acquired Immune Deficiency Syndrome
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang
dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum
membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat
menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan
seks berisiko dan berbagi alat suntik dengan orang lain.
AIDS merupakan singkatan dari “Acquired Immune Deficiency
Syndrome” adalah wabah penyakit yang terjangkit diakhir pertengahan
abad ke dua puluh.5 Aids adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh
infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang
4
Ibid., hlm. 202.
May, dkk, Etika Terapan: Sebuah Pengantar Multikultural II, terj. Imron Risyidi
dan Zahra Nihayati (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001), hlm. 169.
5Larry
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
192
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC,
berbagai radang pada kulit, paru, otak dan kanker. Stadium AIDS
membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan
jumlah virus HIV di dalam tubuh.6
Sementara perbedaan antara HIV dan AIDS adalah bahwa
setiap orang penderita AIDS pasti terinfeksi HIV, namun tidak
semua orang dengan infeksi HIV menderita AIDS.7
2. Prevalensi Masalah Human Immunodeficiency Virus dan dan
Acquired Immune Deficiency Syndrome
Setelah kasus pertama HIV/AIDS ditemukan pada tahun
1981, dewasa ini telah merupakan pandemi, menyerang jutaan
penduduk di setiap negara di dunia dan menyerang pria, wanita serta
anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang
dewasa dan anak-anak di dunia telah terinfeksi dan setiap hari
sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut estimasi, pada
tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk akan hidup dengan
AIDS, 8 juta diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada
wanita akan jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi
HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutama di Asia,
negara yang paling parah terkena antara lain: Thailand diperkirakan
antara 500 ribu dan 800 ribu penduduknya telah terinfeksi, India
sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay sudah 50%
pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil sudah terinfeksi virus
HIV.
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS
Nasional untuk wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana
epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan
provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta,
Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk
Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan
adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua,
di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara
6Neni Endriani, dalam seminar, Bahaya HIV AIDS di Lingkungan Sekitar, di
Pondok Pesantren Nurul Haramain Putra 26 Juli 2010.
7Joel Gallant, MD. MPH, 100 Tanya Jawab Mengenai HIV dan AIDS (Jakarta: PT
Indeks, 2010), hlm. 20.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
193
penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan pelindung.8 Jumlah kasus kematian akibat AIDS di
Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut
terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui
jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung
dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang
melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni
2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui
hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat
terlarang.9 Jadi dapat disimpulkan bahwa secara kumulatif HIV &
AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2014, adalah: Jumlah HIV 142.950
dan AIDS 55.623.10
Permasalahan
HIV/AIDS
semakin
menunjukkan
kecendrungan meningkat, sehingga perlu tindakan untuk
mengantisipasi peningkatan permasalahan HIV/AIDS. Banyak
penyebab dari tertularnya seorang oleh HIV/AIDS antara lain:
1) Mereka yang mempunyai banyak pasangan seksual, baik
homo maupun hetero.
2) Penerima transfuse darah.
3) Bayi yang dilahirkan dari ibu yang positif HIV.
4) Pecandu narkotika secara suntikan.
5) Pasangan dari pengidap AIDS atau yang positif HIV.
6) Prilaku seks beresiko tinggi dan makin maraknya industry
seks.
7) Kurangnya informasi tentang penularan HIV/AIDS dan
masalah budaya.11
Faktor lain yang menyebabkan terus meningkat kasus AIDS di
Indonesia adalah kurangnya informasi tentang penularan
HIV/AIDS dan dan masalah budaya. Kultur kita masih belum
terbuka untuk membicarakan masalah yang sensitive. Seks masih
dianggap tabu untuk dibicarakan. Di satu sisi kita tidak bias
8Data
Dan Informasi Lengkap Tentang AIDS di Indonesia serta link-link yang Membantu
www.1.rad.net.id/aids/-2k- Cached – Simi - Lar Pages). Diakses 22-10-2014.
9KOMPAS. Penyakit Menluar: Penanganan HIV/AIDS Terhambat Stigma. Senin, 22
Juli 2013. hlm. 13.
10Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI
11Edi Suharto. Analisis Kebijakan Publik (Bandung: Alfabeta, 2012). hlm. 204.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
194
mengubah masyarakat, masyarakat punya kultur sendiri, punya cara
dan budaya unik.12
Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul
dewasa ini dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik”
tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering melakukan
hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh
budaya permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya
serta tidak mempunyai bargaining position (posisi rebut tawar)
terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak memiliki
pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya.
Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menanggulangi masalah HIV/AIDS Selama ini adalah melaksanakan
bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling
dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu.
Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah
antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat
ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial
dengan baik dalam kehidupanya.13
3. Teori-Teori Tentang HIV/AIDS
Dalam tulisan ini penulis mencoba mendeskripsikan beberapa
teori terkait asal-usul HIV/AIDS yang beredar dan menjadi isu
kontemporer terkait dengan kebenarannya. Di sini setidaknya ada
lima teori terkait dengan asal-usul AIDS, diantaranya:
1. Teori kera hijau, menurut teori yang dikemukakan oleh Dr.
Robert Gallo, peneliti AIDS terkemuka di dunia, dan
diikuti oleh para ahli virus kanker terpandang dan ahli
epidemiologi pemerintah AS, HIV berasal dari kera hijau
Afrika. Dengan resmi dinyatakan bahwa virus kera
tersebutmelakukan “lompatan spesies dan masuk ketubuh
bangsa kulit hitam. Dari semua ini bermigrasi ke Haiti dan
Manhattan. Setelah virus tersebut masuk ke dalam
lingkungan masyarakat heteroseksual kulit hitam di akhir
tahun 1970an, ia secara cepat menyebar kepada jutaan
penduduk kulit hitam melalu transfuse darah yang
12
13
Ibid., hlm. 204-205.
Ibid., hlm. 205-206.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
2.
3.
4.
5.
195
terinfeksi HIV, jarum suntik yang kotor hubungan seks
dengan banyak orang.14
Teori Chimpanse, pada tanggal 1 Februari 1991, Lawrence
K. Altman, dokter yang sudah lama bekerja sebagai penulis
di New York Times, melaporkan dengan penuh tanggung
jawab bahwa “silang sengketa tentang asal usul Virus
AIDS tampaknya telah teratasi:. Sebuah tim peneliti
Universitas Alabama diketuai oleh Beatrice Hahn,
melakukan penelitian virus terhadap tiga chimpanse di
hutan Afrika dan telah pula meneliti bagian-bagian tubuh
yang dibekukan dari seekor chimpanse bernama Marilyn,
yang ditemukan secara kebetulan di sebuah lemari es.
Chimpanse tersebut telah di tes positif HIV pada tahun
1985. Atas dasar keseluruhan riset ini Hanh mengatakan
bahwa sebuah subspecies umum dari chimpanse adalah
sumber virus yang paling dekat hubungan dengan HIV.15
Teori Pencemaran Vaksin, teori asal usul AIDS lainnya
adalah yang menyatakan bahwa HIV berasal dari vaksin
polio terkontaminasi dengan virus-virus kera dan
chimpanse, yang diberikan pada penduduk Afrika di akhir
dasawarsa 1950an.16
Teori Penyakit Buatan Manusia, di tahun 1985, Unisoviet
menimbulkan kecemasan internasional dengan menyatakan
bahwa AIDS muncul sebaga hasiil percobaan yang
dilakukan di Amerika sebaga bagian dari pengembanganpengembangan senjata-senjata biologi baru. Charles Pillar
mengakui bahwa meskipun tidak ada bukti yang diajukan
untuk mendukung kebenaran pernyataan tersebut,
memanipulasi gen untuk mengalahkan sistem kekebalan
tubuh adalah sangat mungkin dilakukan.17
Teori Konspirasi. Beberapa orang mengatakan bahwa
virus HIV adalah rekayasa manusia. Dari survey yang
dilakukan di Amerika Serikat, didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden berkulit hitam mempercayai
14Alan Cantwell, dkk, Bom AIDS, terj. Ahmad Said (Semarang: Yayasan Nurani,
2008), hlm. 9.
15 Ibid., hlm. 12.
16 Ibid., hlm. 16.
17 Ibid., hlm. 21.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
196
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
bahwa virus HIV memang diciptakan untuk memusnahkan
sebagian besar orang berkulit hitam serta para
homoseksual. Beberapa bahkan meyakini bahwa virus HIV
disebarkan di seluruh dunia melalui program imunisasi
campak maupun melalui uji coba program vaksinasi
Hepatitis B kepada kaum homosexsual. Sejauh ini, masih
belum ada satu teoripun yang mampu menjelaskan dengan
memuaskan bagaimana SIV pada binatang bisa
menyeberang menjadi HIV pada manusia.18
Menyinggung mengenai beberapa konsep teori yang
digambarkan oleh beberapa ahli penulis melihat bahwa teori yang
beredar selama ini masih sangat umum dan belum bersifat
komprehensif sehingga masih terjadi simpang siur terkait masalah
kebenarannya. Berbicara tentang teori asal-usul HIV/AIDS sangat
sulit untuk bisa ditemukan titik akhirnya, karena sebagian para
ilmuwan memiliki pendapat yang berbeda tentang isu epidemik ini.
diantara ilmuawan tersebut; Dr. Robert Gallo, Lawrence K. Altman,
Edward Hooper, Charlrs Pillar, dan Keith Yamamoto.
Asal-usul AIDS tidak akan dapat ditentukan secara pasti tanpa
adanya penjelasan yang masuk akal. walaupun ditolak sepenuhnya
oleh kebanyakan ilmuwan, teori AIDS sebagai ciptaan manusia
adalah sebuah penjelasan rasional tentang asal-usul HIV. Teori ini
sebagiannya di dasarkan atas sebuah kesadaran akan adanya aktivitas
pencemaran gen dan eksperimen virus yang menjebol dinding
spesies oleh para ilmuwan tak bertanggung jawab selama dua decade
sebelum terjadinya epidemi.19
4. Perubahan Teori dan Implikasinya Terhadap Perubahan
Persepsi serta Pendekatan dalam HIV/AIDS
Perubahan teori yang ada selama ini yang berimplikasi pada
bagaimana perubahan persepsi atau pendekatan dalam isu HIV
seperti yang diungkapkan dalam buku 100 Tanya Jawab Tentang HIV
dan AIDS, bahwa di tahun-tahun awal epidemik AIDS, tidak lama
setelah penemuan HIV, ada beberapa ilmuwan yang menyatakan
bahwa AIDS tidak disebabkan oleh infeksi HIV. Mereka
mengemukakan sejumlah penjelasan alternatif, menduga bahwa
18Abhe Antara. Teori Konspirasi, Peristiwa Kasus Isu Politik Indonesia dan Dunia,
(Jakarta: Mediakita , 2013). hlm. 188.
19 Ibid., hlm.79.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
197
AIDS disebabkan oleh penyalagunaan obat terlarang dan
zidovudine. Para ilmuwan ini menyatakan bahwa Postulat Koch
belum terpenuhidan memperingatkan bahwa antiretroviral, bukanya
menyelamatkan jiwa, justru mengakhiri hidup secara prematur.
Mereka yang disebut “ilmuwan” yang berpegang teguh kepada
hipotesis mereka yang dudah tidak dapat dipercayai melupakan salah
satu prinsip dasar dari ilmu pengetahuan. Para pengikut pengikut
mereka yang sudah menyusut jauh (sebagian besar meninggal secara
prematur) sekarang menganggap “penyangkalan HIV” lebih sebagai
kutukan daripada sebagai hipotesis ilmiah. Mereka mempengaruhi
kebijakan paling sedikit satu pemerintah yang mencari cara agar
tidak perlu membayar terapi antiretroviral dan mereka mempunyai
orang-orang yang mudah ditipu agar tidak mencari pengobatan
untuk penyakit yang fatal.20
Stigma dan diskriminasi bagi orang dengan HIV/AIDS tidak
hanya dapat dihilangkan dengan program pembagian obat ARV
secara gratis saja model pendekatan seperti ini merupakan hanya
satu cara di anatara sekian cara. Dalam hal ini, stigma dan
diskriminasi juga menyangkut masalah psikis dan struktur sosial
masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan ide atau program yang
dapat memproyeksikan keselarasan pikiran yang logis serta hati
nurani yang mencerminkan empati terhadap pemenuhan kebutuhan
mendasar bagi ODHA. Dalam hal ini, persepsi terhadap orang
dengan HIV-AIDS harus tampil secara manusiawi dan menghargai
eksistensi ODHA sebagai salah satu bagian dari kelompok
masyarakat yang ikut memberikan dampak bagi pola
penanggulangan HIV-AIDS.
Stigma adalah persoalan khas yang masih terus terjadi pada
ODHA, terutama stigma sebagai pendosa, tidak bermoral. Padahal
proses pemaparan HIV tidak hanya berlatar belakang pada
persoalan tersebut. Masalah ODHA tidak sebatas pada proses
bagaimana ODHA terinfeksi. Masalah ODHA ini juga semakin
kompleks ketika ia harus menjalani kehidupan sehari-hari. Berbagai
persoalan terus membuntuti, seperti stigma. Jadi beban ODHA
tidak hanya terkait masalah medis, tetapi juga masalah kultur sosial
bagaimana masyarakat menempatkan posisi ODHA, termasuk
20Joel
Gallant, MD. MPH, 100 Tanya Jawab Mengenai HIV dan AIDS (Jakarta: PT
Indeks, 2010), hlm. 190-200.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
198
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
stigmatisasi yang terjadi pada masyarakt. Kesalahpahaman atau
kurang lengkapnya pengetahuan masyarakt tentang HI/AIDS
seringkali berdampak pada stigmatisasi (sangka buruk) terhadap
ODHA.21 Adapaun perlakuan yang didapatkan oleh ODHA
adakalanya tidak empati dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan:
1. Diskriminasi, diperlakukan secara berbeda-beda dan tanpa alas an
yang jelas, misalnya ras, agama, gender.
2. Kekerasan, pada kasus pemberitaan terhadap seorang pekerja
seks misalnya, media melakukan kekerasan karena telah
mengekspose seorang pekerja sekstanpa minta izin akibatnya ia
dikucilkan.
3. Sensasional, dalam pemberitaan HIV/AIDS, seringkali judul
berita menampilkan sesuatu sangat bombastis, tidak sesuai
dengan realitas yang ada.22
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih
berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan
lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS
(ODHA).
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat masih belum bisa
menerima keberadaan ODHA. Stigma terhadap ODHA masih
cukup banyak ditambah lagi dengan sikap yang menghakimi,
menjauhkan, mengucilkan, mendiskriminasi, bahkan sampai
perlakuan yang tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga
kriminal. Kondisi seperti ini membuat ODHA hampir tidak bisa
mendapatkan pelayanan langsung. Hasil pemantauan pelanggaran
HAM terhadap ODHA yang dilakukan oleh yayasan spiritual
menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun ODHA masih sulit
mendapatkan akses pelayanan langsung, bukan saja dari layanan
umum akan tetapi juga dari keluarga dan lingkungan terdekatnya.
Perlakuan yang manusiawi ini sebagian besar disebabkan karena
ketidaktahuan informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan
penularannya, apalagi cara-cara merawat dan memberi dukungan
terhadap ODHA.
21Zubairi Djoerban, Membidik AIDS: Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA
(Yogyakarta: Galang Press, 1999), hlm. 11.
22 Irwan Julianto, 11 langkah Memahami AIDS (Yogyakarta LP3Y, 1996), hlm. 8.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
199
Situasi seperti ini tidak akan memberikan jalan apapun untuk
mencegah penyebaran virus tersebut, justru hanya memperburuk
keadaan. Masalah HIV/AIDS mempunyai dampak yang sangat luas
tidak hanya di bidang kesehatan saja tetapi juga di bidang sosial,
budaya, ekonomi, sehingga merupakan masalah nasional yang
kompleks dan menjadi tanggung jawab semua sektor baik
pemerintah maupun masyarakat. Jadi masalah HIV/AIDS bukan
semata-mata masalah kesehatan tetapi sudah mencakup semua
bidang baik pendidikan, agama, hukum, pariwisata, keuangan,
maupun ketahanan nasional. Dalam konteks ke Indonesiaan penulis
mencoba memaparkan beberapa implikasinya terhadap ODHA yang
ada di Negara ini diantaranya:
1) Dampak Demografi
Salah satu efek jangka panjang endemi HIV dan AIDS
yang telah meluas seperti yang telah terjadi di Papua adalah
dampaknya pada indikator demografi. Karena tingginya proporsi
kelompok umur yang lebih muda terkena penyakit yang
membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akan
menurunkan angka harapan hidup. Karena semakin banyak
orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang lebih
pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi
nasional dan perkembangan sosial menjadi semakin kecil dan
kurang dapat diandalkan. Hal ini menjadi masalah yang penting
karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak
akan mudah dapat digantikan. Pada tingkat makro, biaya yang
berhubungan dengan kehilangan seperti itu, seumpama
meningkatnya pekerja yang tidak hadir, meningkatnya biaya
pelatihan, pendapatan yang berkurang, dan sumber daya yang
seharusnya dipakai untuk aktivitas produktif terpaksa dialihkan
pada perawatan kesehatan, waktu yang terbuang untuk merawat
anggota keluarga yang sakit, dan lainnya,juga akan meningkat.23
2) Dampak Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Tingginya tingkat penyebaran HIV dan AIDS pada
kelompok manapun berarti bahwa semakin banyak orang
menjadi sakit, dan membutuhkan jasa pelayanan kesehatan.
Perkembangan penyakit yang lamban dari infeksi HIV berarti
23Draft
Final, Artikel: Strategi Penanggulangan HIV dan AIDS, dalam Komisis
Penanggulangan HIV dan AIDS.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
200
bahwa pasien sedikit demi sedikit menjadi lebih sakit dalam
jangka aktu yang panjang, membutuhkan semakin banyak
perawatan kesehatan. Biaya langsung dari perawatan kesehatan
tersebut semakin lama akan menjadi semakin besar.
Diperhitungkan juga adalah waktu yang dihabiskan oleh anggota
keluarga untuk merawat pasien, dan tidak dapat melakukan
aktivitas yang produktif. Waktu dan sumber daya yang diberikan
untuk merawat pasien HIV dan AIDS sedikit demi sedikit dapat
mempengaruhi program lainnya dan menghabiskan sumber daya
untuk aktivitas kesehatan lainnya.24
3) Dampak Terhadap Ekonomi Nasional
Mengingat bahwa HIV lebih banyak menjangkiti orang
muda dan mereka yang berada pada umur produktif utama (94%
pada kelompok usia 19 sampai 49 tahun), epidemi HIV dan
AIDS memiliki dampak yang besar pada angkatan kerja, terutama
di Papua. Epidemi HIV dan AIDS akan meningkatkan terjadinya
kemiskinan dan ketidakseimbangan ekonomi yang diakibatkan
oleh dampaknya pada individu dan ekonomi. Dari sudut pandang
individu HIV dan AIDS berarti tidak dapat masuk kerja, jumlah
hari kerja yang berkurang, kesempatan yang terbatas untuk
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik dan umur
masa produktif yang lebih pendek.
Dampak individu ini harus diperhitungkan bersamaan
dengan dampak ekonomi pada anggota keluarga dan komunitas.
Dampak pada dunia bisnis termasuk hilangnya keuntungan dan
produktivitas yang diakibatkan oleh berkurangnya semangat
kerja, meningkatnya ketidakhadiran karena izin sakit atau
merawat anggota keluarga, percepatan masa penggantian pekerja
karena kehilangan pekerja yang berpengalaman lebih cepat dari
yang seharusnya, menurunnya produktivitas akibat pekerja baru
dan bertambahnya investasi untuk melatih mereka. HIV dan
AIDS juga berperan dalam berkurangnya moral pekerja (takut
akan diskriminasi, kehilangan rekan kerja, rasa khawatir) dan juga
pada penghasilan pekerja akibat meningkatnya permintaan untuk
biaya perawatan medis dari pusat pelayanan kesehatan para
24
Ibid., hlm. 3.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
201
pekerja, pensiun dini, pembayaran dini dari dana pensiun akibat
kematian dini, dan meningkatnya biaya asuransi.25
4) Dampak Terhadap Tatanan Sosial
Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada
tatanan sosial masyarakat. Penderita HIV dan AIDS dapat
kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan sosial.
Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan
yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. Sebagaian
mengalami keretakan rumah tangga sampai perceraian. Jumlah
anak yatim dan piatu akan bertambah yang akan menimbulkan
masalah tersendiri. Oleh sebab itu keterbukaan dan hilangnya
stiga dan diskriminasi sangat perlu mendapat perhatian dimasa
mendatang.26
5) Dampak Sosial Ekonomi
Dampak ekonomi yang akibat dari HIV/AIDS sendiri
terjadi bukan hanya semata-mata karena dikarenakan jumlah
orang yang terinfeksi HIV yang tinggi, tetapi juga karena orang
yang terinfeksi kebanyakan berada pada usia yang produktif yaitu
antara 15-40 tahun. Dalam rentan usia yang produktif tersebut,
terdapat ODHA yang tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk
mencari nafkah, membesarkan anak, memberikan pendidikan
terhadap anak dan lain-lain. Dampak sosial ini tidak hanya terjadi
pada saat orang yang terinfeksi HIV berupa kehilangan
pekerjaan, tetapi juga mempunyai dampak ekonomi karena
memerlukan biaya perawatan dan biaya pengobatan yang cukup
besar. Demikian juga untuk masa yang akan datang dampak ini
akan terasa pada generasai penerus yakni akan terjadi kemiskinan
yang lebih berat bagi keluarga maupun bagi negara. Anak-anak
dari orang tua yang terinfeksi HIV akan menjadi yatim piatu,
kehilangan pendidikan dan sebagainya.27
C. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS (Pilihan-Pilihan
Kebijakan)
Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk
setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh
pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan
Ibid., hlm. 4.
Ibid., hlm. 5.
27 Ibid., hlm. 6.
25
26
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
202
lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar
dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi
dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5
Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994.
Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip
dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung
jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan
AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang
diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya
meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan
penyuluhan. Adapun sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS,
terutama:
a. Kelompok resiko tinggi yaitu: Wanita tuna susila (WTS),
karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik, waria,
narapidana, kelompok gay, penderita penyakit menular seksual.
b. Kelompok resiko rendah yaitu: Donor darah, ibu hamil, calon
tenaga kerja indonesia (TKI), pelajar/mahasiswa, karyawan.
Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS yang dilaksanakan selama ini
seperti melaksanakan bimbingan social pencegahan HIV/AIDS,
pemberian konseling dan pelayanan social bagi penderita HIV/AIDS yang
tidak mampu serta pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah
antisipatif agar kematian dapat dihindari belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan khususnya di Indonesia jumlah penderita HIV/AIDS
cendrung meningkat terutama yang menggunaka jarum suntik dan melalui
prilaku seksual.28 Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
menekan meningkatnya tertularnya virus HIV/ antara lain:
1. Melakukan pencegahan-pencegahan pada lingkungan agar tidak
terkena penularan virus HIV/AIDS melalui kampanye dan
penyuluhan penggunaan jarum suntik yang steril. Kampanye dan
penyuluhan penggunaan jarum suntik dan penggunaan kondom
dapat dilakukan:
a) Peningkatan kesadaran kelompok resiko tinggi pecandu
narkoba yang menggunakan jarum suntik dan masyarakat
tentang penularan bahaya HIV/AIDS
b) Penyuluhan di sekolah-sekolah (SLTP, SMA, dan
Perguruan Tinggi)
28Edi
Suharto, Analisis Kebijakan Sosial Model dan Panduan Praktis (Bandung: STKS
Prees, 2004). hlm. 178.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
203
c) Cakupan penyuluhan harus luas yang meliputi seluruh
masyarakat termasuk masyaraakat yang ada di pedesaan
d) Kampanye dilakukan melalui pendekatan agama.29
2. Melakukan pengobatan, untuk mereka yang sudah positif terkena
HIV/AIDS, tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan obat yang efeknya hanya untuk penderitaan dan
meningkatkan kemungkinan hidup si penderita, sehingga si
penderita tetap melakukan aktivitasnya. Obat tersebut ARV
merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang
dapat menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh.
3. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai
agama dan budaya yang ada di Indonesia.
4. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan
memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta
sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk
melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap
menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV
penderita AIDS dan keluarganya.
7. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung
dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan
HIV/AIDS di semua tingkat.30
8. Memberikan sanksi hukum yang tinggi kepada penyala guna
narkotika yang menggunakan jarum suntik. Sedangkan program
strategis yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional antara lain:
a. Program Pencegahan.
b. Program Dukungan, Perawatan dan Pengobatan.
c. Program Pengurangan Dampak Buruk.31
Neni Endriani, dalam seminar, Bahaya HIV/AIDS di Lingkungan Sekitar, di
Pondok Pesantren Nurul Haramain Putra 26 Juli 2010.
30 KPAN. Pemodelan Matematik Epidemi HIV di Indonesia, 2010-2025, dalam.
http://www.aidsindonesia.or.id/contents/13/69/Strategi-dan-Program#sthash.ZFjU7R83. dpuf Diakses 22-10-2014.
31 Waspada AIDS: Kasus HIV/AIDS di Indonesia Lima Tahun ke Depan Akan
Terus Bertambah (www.mediaindo.co.id). Diakses 22-10-2014.
29
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
204
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
Jadi Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk
mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV
dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan
masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan.
Skenario strategi dan rencana aksi ini pada tahun 2014 adalah bahwa 80%
populasi kunci terjangkau oleh program yang efektif dan 60% populasi
kunci berperilaku aman. Kesimpulan tentang strategi pencegahan HIV
melalui program nasional dapat dikategorikan menjadi dua macam di
antaranya:
a. Kebijakan Umum
1. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus memperhatikan nilai-nilai
agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan kegiatannya
diarahkan untuk mempertahankan dan memperkokoh ketahanan
dan kesejahteraan keluarga;
2. Mengingat luasnya respon dan permasalahan, maka upaya
penanggulangan AIDS harus dilakukan melalui suatu gerakan secara
nasional bersama sektor dan komponen lain;
3. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus menghormati harkat dan
martabat manusia serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan
gender;
4. Upaya pencegahan HIV AIDS pada anak sekolah, remaja dan
masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih sehat;
5. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom
100% pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk
memutus rantai penularan HIV;
6. Upaya penanggulangan HIV AIDS merupakan upaya-upaya terpadu
dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,
pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta
dukungan terhadap ODHA
7. Upaya penanggulangan HIV AIDS diselenggarakan oleh
masyarakat, pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan.
Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah
berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana
yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV
AIDS;
8. Upaya penanggulangan HIV AIDS diutamakan pada kelompok
masyarakat berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
205
memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang
berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap
penularan HIV AIDS.
b. Kebijakan Operasional
1. Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi
secara nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi
ODHA
2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai
azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat
manajemen program;
3. Pemerintah berkewajiban menjamin tersedianya ARV maupun
reagen pemeriksaan secara berkesinambungan;
4. Pengembangan layanan bagi ODHA dilakukan melalui
pengkajian menyeluruh dari berbagai aspek yang meliputi :
situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan,
komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas,
SDM dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya
pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan.
5. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV AIDS harus
didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat
persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling yang
memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan,
dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan
tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain;
6. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan
tanpa diskriminasi kepada ODHA.
7. Keberpihakan kepada ODHA dan masyarakat (patient and
community centered); Upaya mengurangi infeksi HIV pada
pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan dampak
buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan
juga mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan napza;
8. Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi
peningkatan mutu pelayanan, dan kemudahan akses terhadap
pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi ODHA.
9. Layanan bagi ODHA dilakukan secara holistik, komprehensif
dan integratif sesuai dengan konsep layanan perawatan yang
berkesinambungan.
10. Pengembangan layanan dilakukan secara bertahap pada seluruh
pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi dan strata pelayanan
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
206
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana,
tenaga dan dana.
11. Pencapaian target program nasional juga memperhatikan
komitmen dan target internasional.
D. Peran Pekerja Sosial Dalam Kasus Human Immunodeficiency
Virus dan dan Acquired Immune Deficiency Syndrome
1. Pola Pendekatan dalam Mengatasi Permasalahan Human
Immunodeficiency Virus
dan dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome
Melihat eksistensi pekerja sosial di Indonesia saat ini yang masih
tergolong muda pekerja sosial memiliki peran yang cukup sentral dalam
memecahkan masalah-masalah sosial dalam hal ini kaitannya dengan
masalah HIV/AIDS. Berbagai macam pendekatan dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, biasanya penanganan masalah merupakan
langkah yang mengikuti definisi atau identifikasi masalah dan diagnosis
masalah. Di antara masalah tersebut, sering kali dikatakan bahwa
mendefinisikan masalah relatif lebih muda dibandingkan langkah-langkah
berikutnya. Langkah ini lebih banyak bersifat menyatakan kepada khalayak
akan adanya masalah sosial yang perlu pemecahan.32 Sebagaimana
diketahui, masalah sosial adalah kondisi yang tidak diharapkan, dianggap
dapat merugikan kehidupan sosial dan bertentangan dengan standar sosial
yang telah disepakati. Untuk mengetahui keberadaan masalah sosial dalam
kehidupan masyarakat diperlukan identifikasi. Dilihat dari fokus perhatian
dalam identifikasi masalah social dapa dibedakan dalam dua pendekatan
individual dan sistem.
Dalam pendekatan individual masalah sosial atau kondisi yang
dianggap bermasalah lebih dilihat pada level individu sebagai warga
masyarakat. Sudah tentu yang dilihat sebagai masalah adalah prilaku
individu. Sedangkan dalam pendekatan sistem, yang dianggap bermasalah
bukan prilaku orang perorangan sebagai individu, tetapi masyarakat sebagi
totalitas, masyarakat sebagai sistem.33 Pendekatan-pendekatan di bawah ini
dapat mempengaruhi nilai-nilai di dalam melakukan intervensi seorang
pekerja sosial. Berikut adalah pendekatan untuk permasalahan HIV-AIDS
di Indonesia. Secara umum, berbagai pendekatan tersebut diantaranya:
32Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 361-362.
33Ibid., hlm. 152-153.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
207
1) Pendekatan Agama
Pendekatan ini bersifat individual dalam arti sangat
berhubungan dengan keyakinan masing-masing orang terhadap
ajaran agamanya. Semakin orang yakin akan ajaran agamanya,
semakin pendekatan ini efektif kegunaannya. Melalui pendekatan
agama diajarkan bahwa masalah sosial timbul bila terjadi
pelanggaran terhadap norma-norma agamanya.
Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapat sanksi
yang kadang sifatnya sangat abstrak dan sangat tergantung
kepada keyakinan para penganutnya (keyakinan tentang adanya
sorga bagi yang berbuat baik dan neraka bagi orang “jahat”)
Pendekatan ini lebih terasa keeffektifannya dalam kerangka
preventif dengan cara penanaman nilai nilai agama sejak dini dari
tiap keluarga dalam masyarakat.
Internalisasi nilai-nilai agama pada tiap individu anggota
masyarakat diharapkan ia bisa menjadi benteng ataupun juga
filter dalam menyaring pengaruh negatif dari sekelilingnya atau
dengan kata lain dapat mencegah terjadinya pelanggaranpelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma agama yang pada
gilirannya mencegah terhadap terjadinya masalah-masalah sosial.
2) Pendekatan Hukum
Antara pendekatan hukum dan pendekatan agama ada
kesamaan segi historis, dalam arti pendekatan hukum dalam
memandang fenomena masalah sosial bisa bersumber pada
pendekatan agama. Hanya pada pendekatan hukum biasanya ia
berlaku bagi semua anggota masyarakat dimana ia bertempat
tinggal dan hukum tersebut diberlakukan.
Pendekatan ini bisa besifat preventif dalam arti masalah
sosial dapat dicegah melalui upaya sosialisasi norma-norma
hukum yang berlaku dalam masyarakat maupun bersifat kuratif
atau rehabilitatif dalam arti terhadap pelaku pelanggar norma
hukum akan diberikan sanksi tertentu dan diadakan pembinaan
agar dia tidak lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
norma hukum. Mereka yang berperan dalam pendekatan ini
antara lain adalah para penegak hukum maupun aparat
pemerintah yang berwajib.
3) Pendekatan Jurnalistik
Dengan pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha
penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
208
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
melalui tulisan-tulisan di media cetak. Melalui pendekatan ini
masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada masyarakat
baik dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat
serta cara-cara menghadapinya. Sampai saat ini majalah, surat
kabar masih menjadi sarana yang berharga dalam membangkitkan
kesadran masyarakat akan bahaya narkoba, Prostitusi,
HIV/AIDS dan masalah-masalah sosial lain.
4) Pendekatan Seni
Pendekatan seni adalah suatu upaya yang dilakukan para
seniman (seni drama, musik, tari, lukis, sastra dsb) untuk
membangun simpati kemanusiaan sehubungan dengan sistuasi
sosial yang bermasalah. Dalam pendekatan ini juga harus
memperhitungkan kelompok yang jadi sasaran.(misal melalui
musik, apabila yang jadi sasaran pendekatan adalah anak muda,
maka musik yang digunakan juga musik yang sesuai dengan selera
anak muda, begitu juga dengan ksenian lainnya, misalnya wayang
cocok untuk digunakan pada masyarakat desa di Jawa dst).
5) Pendekatan Ekologi
Yaitu suatu metode pendekatan yang yang didasarkan atas
konsep dan prinsip ekologi ,dalam arti menelaah masalah sosial
sebagai hasil interrelasi antara masyarakat manusia dengan
lingkungannya pada suatu ekosistem. pada pendekatan ini kita
tidak memisahkan komponen masyarakat manusia dari
komponen lingkungannya.
Melalui pendekatan ekologi, pertumbuhan masyarakat
manusia di tempat-tempat tertentu, baik di perkotaan maupun di
pedesaan dengan segala aspeknya dipelajari dan dikaji
pengaruhnya tehadap lingkungan setempat. Diteliti pengaruhnya
tadi apakah tetap seimbang ataukah menimbulkan ketimpangan,
sampai sejauh mana ketimpangan tadi menyebabkan terjadinya
masalah sosial bagi masyarakat setempat.
Melalui pendekatan ekologi dikaji kemampuan daya
tampung lingkungan alam tehadap kehidupan masyarakat
manusia di tempat tertentu. Sedangkan daya tampung lingkungan
yaitu suatu ukuran tertentu yang menunjukkan jumlah individu
yang dapat ditunjang oleh lingkungan tersebut. Manusia
merupakan bagian dari alam, bukan penguasa alam oleh karena
itu perbuatan manusia yang serampangan tidak terencana yang
menimbulkan ketimpangan lingkungan akhirnya merugikan dan
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
209
mengancam kehidupan ,manusia itu sendiri. Sejak tahun 1960an
hingga saat ini, perspektif ekosistem telah menjadi pendekatan
yang paling berpengaruh dalam sejarah dan perkembangan
pekerjaan social di dunia.34
6) Pendekatan Interdisipliner dan Multidispliner
Karena subsistem masalah sosial banyak jumlahnya, kita
harus menggunakan disiplin ilmu sosial yang juga lebih dari satu.
Dengan demikian, pada pendekatan ini kita gunakan disiplin ilmu
sosial yang sesuai dengan jumlah subsistem masalah yang kita
analisa dan kita kaji, disebut pendekatan interdisipliner. Pada
pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan dikaji dari
berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang
sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem
masalahnya diunngkapkan dari berbagai disiplin akademis seperti:
Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik, Geografi, Psikologi,
Sejarah dst, bahkan mungkin dari disiplin akademis diluar ilmu
sosial.
Dalam mengkaji masalah sosial yang kompleks melalui
pendekatan interdisipliner atau pendekatan sistem, perlu memiliki
kemampuan interdisipliner dan sistem. Kemampuan tersebut
baik yang ada dalam diri kita, maupun kerjasama dengan berbagai
keahlian dari berbagai bidang keilmuan. Selain pendekatan secara
umum tersebut, terdapat pendekatan yang biasa digunakan oleh
pemerintah dan praktek pekerjaan sosial. Pendekatan tersebut
terbagi dua yaitu pendekatan praktis dan pragmatis. Pendekatan
praktis dan pragmatis selama ini sudah sering dilakukan oleh
pemerintah dan para penggiat pekerjaan sosial.
2. Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Masalah HIV/AIDS
Ketika menyinggung peran pekerja sosial maka yang menjadi
tantangan kedepan seorang pekerja sosial adalah mengembangkan sebuah
program intervensi yang secara sinergis dapat memadukan pendekatan
praktis dan pragmatis dalam sebuah kerangka intervensi yang
komprehensif dan berkelanjutan. Model serta peran pekerja sosial dalam
penanganan dan memecahkan masalah HIV/AIDS dengan melakukan
pendekatan bersama pemerintah secara pragmatis dan praktis tadi terdapat
juga pendekatan lain yang memang secara khusus lebih sering dilakukan
34Edi
Suharto, dkk. Pekerjaan Sosial Di Indonesia Sejarah dan Dinamika Perkembangan
(Yogyakarta: Samudra Biru, 2011), hlm. 67.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
210
untuk memecahkan masalah sosial, dalam hal ini HIV-AIDS melalui
pendekatan manajemen kasus, seorang pekerja sosial memiliki peranan
yang besar dalam hal ini. Peranan adalah sekumpulan kegiatan altruistis
yang dilakukan guna tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama
antara penyedia dan penerima pelayanan. peranan merupakan cara yang
dilakukan oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya dalam
situasi tertentu.35
Menyinggung mengenai peran pekerja sosial maka tidak akan
terlepas dengan model Manajemen kasus (Case mangement) adalah salah satu
pendekatan yang dilakukan oleh pekerja sosial. Manajemen kasus
merupakan pelayanan terpadu dan berkesinambungan yang diberikan
kepada ODHA untuk dapat menghadapi permasalahan dalam hidupnya.
Masalah kesinambungan Manajemen Kasus HIV baru bisa diatasi jika
Manager kasus HIV menjadi pegawai fasilitas layanan kesehatan yang juga
menerima gaji.36 Jadi manajemen kasus adalah jasa atau layanan yang
mengaitkan dan mengkoordinasi bantuan dari berbagai lembaga dan
badan penyedia dukungan medis, psikososial, dan praktis bagi orang-orang
yang membutuhkan bantuan itu.
Manajemen kasus adalah salah satu metode pelayanan yang biasa
dipergunakan untuk mambantu ODHA. Pelayanan manajemen kasus oleh
pekerja sosial ini menggunakan pendekatan pada individu secara holistik
dan terpadu yang mengkoordinasikan sistem-sistem sumber yang ada di
lingkungannya ( lembaga pemerintah atau non pemerintah, keluarga dan
sebagainya untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalahnya.
Manajemen Kasus adalah pelayanan yang mengkaitkan dan
mengkoordinasi bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia
pendekatan dan dukungan pekerja sosial, pekerja sosial medis, medis,
psikososial, dan praktis bagi individu-individu yang membutuhkan
bantuan itu. Pendekatan itu mempunyai tiga sisi utama yaitu Bio, Psiko dan
Sosial. Manajemen kasus ini berkonsentrasi pada upaya meningkatkan
kondisi kesehatan pasien berdasarkan intervensi keperawatan yang
spesifik, dalam kegiatannya manajemen kasus dilakukan oleh manajer
kasus. Jadi Manajemen kasus HIV-AIDS merupakan pelayanan yang
berkesinambungan yang melibatkan atau bekerjasama dengan dengan
sektor lain.
35Edi
36
Suharto, dkk. Pekerjaan Sosial Di Indonesia Sejarah,….. hlm. 154.
Fleishman, Manajemen Kasus (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 37.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
211
Manajemen kasus telah menjadi sarana yang efektif untuk
membantu ODHA sejak 1980-an. Dengan meningkatnya tahun, maka
pelayanan manajemen kasus berkembang lebih baik. Pada tahun-tahun
awal epidemik HIV telah dikembangkan sejumlah program manajemen
kasus di pusat – pusat penanganan wabah HIV di daerah perkotaan untuk
memenuhi makin banyaknya kebutuhan medis dan psikososial ODHA.
Selain dari beberapa pernyataan di atas maka ada beberapa peran pekerja
sosial dalam manajemen kasus selaku menejer, diantaranya:
1) Pekerja Sosial sebagai manager kasus, bertujuan untuk mencapai
kesinambungan pemberian pelayanan keluraga dan invidu melalui
proses penghubungan antara klien dan pelayanan yang diinginkan
dan pengkoordinaran pemanfaatan pelayanan tersebut. Peran
pekerja sosial sebagai manager kasus mempunyai arti penting
bagi klien yang menggunakan pelayanan yang disajikan oleh agenagen pelayanan. Sebagai manager kasus, pekerja sosial
mempunyai cakupan yang luas dalam aktvitasnya. Pekerjaannya
dimulai dengan mengidentifikasikan jenis bantuan yang
diperlukan, melakukan penyelidikan terhadap faktor yang
menjadi penghalang dalam mengatasi masalah, mendukung klien
untuk mencoba mengeksplorasikan semua potensinya,
memberikan kesempatan kepada klien untuk memperoleh
pelayanan langsung. Rumusan suatu kasus mungkin merupakan
perencanaan pelayanan yang menunjukkan kebutuhan-kebutuan
yang diperlukan klien.
2) Pekerja Sosial Sebagai seorang professional, bertujuan untuk
mulai bekerja dengan kode etik pekerja sosial dan praktekprakteknya yang kompetensi sangat berperan dalam
pengembangan profesi pekerjaan sosial. Pada dasarnya tindakan
seorang profesional adalah penuh etika dan bertanggung jawab
serta bijaksana. Pekerja sosial harus secara konsisten
mengembangkan ketrampilan dan pengetahuannya untuk
meningkatkan mutu pelayanannya.
3) Bertanggungjawab atas terjaminnya kerahasiaan informasi yang
terkait dengan anak dan keluarganya, selama maupun setelah
proses layanan manajemen kasus. Dapat membuka atau
memberikan informasi kepada pihak lain yang berkepentingan
dengan penyelenggaraan layanan atas sepengetahuan dan setelah
mendapatkan persetujuan dari ODHA atau orang tua atau
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
212
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
walinya yang sah.37 Untuk lebih spesifiknya tahapan manajemen
kasus, menurut DEPSOS proses manajemen kasus HIV dan
AIDS dibagi dalam lima tahapan:
a. Penerimaan Awal
Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan
wawancara awal dan dalam banyak situasi dikombinasikan
dengan penerimaan. Tujuan utama wawancara awal adalah
membangun hubungan yang menyenangkan yang
memfasilitasi pengembangan hubungan kerja kolaboratif
dan membangun citra pekerja sosial sebagai penghubung
yang aman. Dalam pertemuan pertama ini, peran sebagai
penyuluh krisis mungkin akan penting karena memasuki
suatu sistem penyampaian pelayanan seringkali terdorong
oleh adanya krisis yang memerlukan intervensi segera.
Informasi tentang cakupan pelayanan yang tersedia juga
dipadukan dalam wawancara awal.
Selama penerimaan itu, dilakukan penilaian awal
kebutuhan klien dengan tujuan menjembatani kesenjangan
antara kebutuhan pelayanan dan sumber daya sistem.
Dalam tahap ini dilakukan tinjauan hak – hak dan
kewajiban klien serta prosedur mengajukan keluhan bila
terjadi pelayanan yang tidak sesuai dan diperoleh
persetujuan klien untuk mendaftarkannya dalam sistem
penyediaan pelayanan.
b. Pengkajian
Proses pengumpulan informasi yang mencakup
wawancara tatap muka serta pengumpulan data sekunder
dari petugas pelayanan kesehatan dan pelayanan
masyarakat. Ini adalah proses kerjasama dan interaktif
dimana klien dan manajer kasus mengumpulkan,
menganalisis dan memprioritaskan informasi yang
mengidentifikasi kebutuhan dan sumberdaya, potensi klien
untuk menyusun rencana menangani kebutuhan yang
diidentifikasi.
37Benny Sujanto dan Agus Ibraim, Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Kemeterian Republik
Indonesia, 2010), hlm. 50.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
213
c. Perencanaan
Rencana pelayanan sangat penting dalam upaya
manajemen kasus dan rencana ini disusun berdasarkan
informasi yang dihimpun dalam tahap penilaian. Manajer
kasus dan klien bekerja sama untuk menyusun daftar
masalah dan isu serta untuk merumuskan sasaran jangka
panjang dan jangka pendek yang mendukung tujuan
menyeluruh pemeliharaan kesehatan dan kemandirian.
Diperlukan perencanaan spesifik, yang berpedoman pada
sasaran realistik, untuk memprioritaskan kegiatan dan
mengidentifikasi cara perolehan, pemantauan, dan
pengkoordinasian pelayanan di kalangan lembaga penyedia
pelayanan dan sistem perawatan kesehatan.
Perlu diidentifikasi dengan jelas tanggung jawab
semua pihak dan batas waktu realistik untuk mencapai
sasaran melalui kegiatan yang relevan. Jika pilihan
pelayanan tidak tersedia untuk memenuhi kebutuhan,
manajer kasus mungkin perlu mempertimbangkan pilihan
antara upaya membantu pencarian pilihan dan mendesain
solusi antara. Hal ini lebih mungkin terjadi jika nilai – nilai
budaya atau praktik klien tidak sejalan dengan program
yang ada, jika klien didiagnosis mengidap lebih dari satu
penyakit seperti HIV, penyalahgunaan obat -obatan, dan
kelainan mental. Atau jika klien bertempat tinggal di
daerah pedesaan yang sedikit tersedia pelayanan yang
khusus menangani HIV.
d. Pelayanan Pengkaitan dan Rujukan
Dalam tahap implementasi, Pekerja Sosial dan klien
berupaya melaksanakan rencana pelayanan. Jika
persetujuan untuk merujuk telah diperoleh, manajer kasus
dapat memainkan beberapa peran untuk memfasilitasi
klien menerima pelayanan, termasuk sebagai perantara,
pemantau, pendukung, dan pembimbing. Sebagai
perantara, manajer kasus menghubungi penyedia pelayanan
lainnya untuk memudahkan perujukan klien dan mungkin
juga mengatur pelayanan tambahan seperti pengantaran
klien ke tempat rujukan pada waktu yang ditentukan.
Setelah klien dirujuk ke tempat pelayanan, manajer kasus
tetap berhubungan dengan klien secara teratur untuk
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
214
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
memastikan bahwa klien telah menerima pelayanan dan hal
itu dilakukan dengan cara yang tepat. Adakalanya manajer
kasus mungkin perlu mengatasnamakan klien, untuk
memastikan penerimaan pelayanan yang diperlukan.
Sebagai pembimbing, manajer kasus mendorong klien
untuk mengantisipasi hambatan dalam mengakses dan
menggunakan pelayanan dan, jika perlu, bekerja sama
dengan klien untuk menanggulangi hal itu.
Rencana
pelayanan
biasanya
dilaksanakan
mendokumentasi kemajuan klien secara seksama, termasuk
tanggal hubungan, informasi tentang siapa yang pertama
kali menghubungi dan tindakan apapun yang dilakukan
sebagai tindak lanjut dari hubungan itu. Hambatan
pelaksanaan rencana juga harus dicatat, termasuk kepuasan
klien dalam pelaksanaan rencana, perubahan yang terjadi
dalam pelaksanaannya, dan kemajuan yang diraih dalam
upaya mencapai tujuan dan sasaran. Dalam kaitan ini yang
sering membantu dalam menanggulangi kesulitan
implementasi adalah supervisi pekerjaan sosial profesional,
dukungan rekan sejawat, dan konferensi kasus antar dan
intra lembaga.
d. Monitoring dan Evaluasi
Upaya untuk memastikan mutu program manajemen
kasus, termasuk evaluasi hasil, semakin penting. Bukan
hanya karena penyandang dana menghendaki informasi
lebih banyak tentang efektivitas program manajemen kasus
dalam memenuhi kebutuhan klien, tetapi juga karena
bidang manajemen kasus HIV - AIDS berubah dengan
cepat, sehingga staf dan administrator harus dapat
menggunakan waktu yang tersedia secara efektif.
Kegiatan evaluasi dapat mencakup penilaian
kepuasan klien terhadap pelayanan yang disediakan,
penentuan apakah populasi yang terjangkit dalam wilayah
tertentu mengetahui ketersediaan pelayanan, dan
pelaksanaan
survey
penyedia
pelayanan
dalam
hubungannya dengan kepuasan mereka dengan pelayanan
manajemen kasus.
Selain metode evaluasi tradisional itu, sebagian
program mengkaji evaluasi berdasarkan hasil. Contoh
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
215
evaluasi hasil dapat mencakup apakah manajemen kasus
membantu klien untuk mentaati perawatan atau apakah
manajemen kasus meningkatkan kadar aksesibilitas
perawatan. Penting diperhatikan bahwa proses peningkatan
mutu berlangsung pada tataran mikro dan makro kondisi
pelayanan, upaya memenuhi kebutuhan klien, serta
masyarakat yang terpengaruh. Segala kegiatan yang
bersangkutan diatas meruapak tanggung jawab penuh bagi
seorang pekerja sosial professional.
E. Penutup
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang
sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Semantara AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya
kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. Sejarah asal usul
HIV/AIDS Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat
tahun 1981 dan terus mengalami perkembangan seiring dengan
berjalannya waktu. Terkait dengan asal-usul HIV beberapa teori telah
menyampaikan berbagai argumennya seperti, teori kera hijau, chimpanse,
teori pencemaran vaksin, teori penyakit pembuatan manusia, dan teori
konspirasi.
Berdasarkan hasil pemaparan di atas terhadap alternatif-alternatif
kebijakan yang diajukan dapat dipahami bahwa alternatif kebijakan yang
terbaik adalah melakukan pencegahan pada lingkungan agar tidak terkena
penularan virus HIV/AIDS melalu kampanya atau sosialisasi dan
penyuluhan jarum suntik yang steril. Dalam pelaksanaannya dapat
melibatkan berbagai pihak seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Sosial, LSM, Tokoh agama dan Tokoh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan, Bandung: Humaniora, 2008.
Abhe Antara, Teori Konspirasi, Peristiwa kasus isu politik Indonesia dan Dunia,
Jakarta: Mediakita, 2013.
Alan Cantwell, dkk, Bom AIDS, terj. Ahmad Said (Semarang: Yayasan
Nuran, 2008.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
216
Abdul Najib: Pola Kebijakan Penanggulangan ...
Benny Sujanto dan Agus Ibraim, Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan
Anak, Jakarta: Direktorat jenderal pelayanan dan rehabilitasi social
kemeterian republic Indonesia, 2010.
Data dan informasi lengkap tentang AIDS di Indonesia serta link-link yang
Membantu www.1.rad.net.id/aids/-2k- Cached – Simi - Lar Pages
Departmen Sosial RI, Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Depsos
RI, 2013.
Irwan Julianto, 11 langkah Memahami AIDS. Yogyakarta: LP3Y, 1996.
KOMPAS. Narkotika Suntik Akana Picu Ledakan HIV/AIDS di
Yogyakarta. Jum’at 23 September 2013.
Larry May, dkk, Etika Terapan: Sebuah Pengantar Multikultural II,
Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001.
Joel Gallant, MD. MPH, 100 Tanya Jawab Mengenai HIV dan AIDS,
Jakarta: PT Indeks, 2010.
KOMPAS. Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus Meningkat. Selasa 15
Februari 2005.
KOMPAS. Penyakit Menluar: Penanganan HIV/AIDS Terhambat Stigma.
Senin, 22 Juli 2013. Hal 13.
Miftachul Huda, 2009. Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharto, Edi Analisis Kebijakan Sosial Model dan Panduan Praktis. Bandung:
STKS Prees, 2004.
Sutaat, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume
8 Nomor 04 Desember 2003. Jakarta: Puslitbang Usaha
Kesejahteraan Sosial Departmen Sosial RI.
Waspada AIDS: Kasus HIV/AIDS di Indonesia Lima Tahun ke Depan Akan
Terus Bertambah (www.mediaindo.co.id)
http://aidsyogya.or.id/2014/data-hiv-aids/data-kasus-triwulan-i2014/July 11, 2014 by kpadiy Posted on July 11, 2014 by kpadiy.
Zubairi Djoerban, Membidik AIDS: Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA.
Yogyakarta: Galang Press, 1999.
PANGGUNG HUKUM
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia
Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta
Vol.1, No.2, Juni 2015
Download