perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses
patogenesisnya, proses pembelahan sel menjadi tidak terkontrol karena gen yang
mengatur pertumbuhan sel mengalami inaktivasi (Marleen et al, 2009). Kanker
merupakan penyakit keganasan yang mempunyai angka mortalitas yang tinggi. Di
Indonesia, kanker menjadi masalah kesehatan di masyarakat dengan prevalensi
4,3 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2009). Menurut Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), kanker menempati urutan kelima sebagai penyebab kematian di
Indonesia, dan angka kematian akibat kanker meningkat dari tahun ke tahun
(SKRT, 2002).
Kanker serviks merupakan penyebab kematian ketiga akibat kanker pada
wanita dengan 529.000 kasus baru di dunia pada tahun 2008 (IARC,2010). Di
Indonesia, kanker serviks merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan
dan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga dasa warsa terakhir. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000
penduduk per tahun. Prevalensi kanker serviks di Provinsi Jawa Tengah dari tahun
ke tahun semakin meningkat, dari 0,02% pada tahun 2006, menjadi 0,03% pada
tahun 2007, dan pada tahun 2008 masih tetap 0,03%. Pada tahun 2007, prevalensi
tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,22% (Depkes, 2009). Hal ini sesuai
dengan data WHO, yang menyatakan Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi
commit to user
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan sekitar 8.000 kasus di antaranya
berakhir dengan kematian (Syaifullah, 2013).
Berbagai
strategi terapi pengobatan
kanker
serviks
telah
dilakukan
diantaranya dengan menggunakan terapi bedah, radioterapi, dan kemoterapi
maupun kombinasi ketiganya, namun hasilnya relatif belum optimal. Penanganan
kanker pada umumnya masih bergantung pada kemoterapi yang berasal dari
bahan kimia sintesis. Namun, senyawa kimia tersebut dapat menimbulkan efek
multidrug resistance, suatu fenomena dimana sel kanker yang diterapi dengan
obat tertentu akan menjadi resisten terhadap obat-obatan lain yang memiliki
struktur dan mekanisme kerja yang hampir sama. Selain itu antikanker dengan
senyawa kimia sintetis tidak hanya akan mempengaruhi sel target (sel kanker)
tetapi juga mempengaruhi sel sehat yang ada disekitarnya. (Baguley, 2010)
Penggunaan
antikanker
yang
ideal adalah
antikanker
yang memliliki
toksisitas selektif artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan
normal. Antikanker yang ada sekarang pada umumnya menekan pertumbuhan
atau proliferasi sel dan menimbulkan toksisitas karena menghambat pembelahan
sel normal yang proliferasinya cepat antara lain sumsum tulang, mukosa saluran
cerna,
folikel rambut dan jaringan limfosit (Kurnijasanti,
2008).
Perlunya
pengobatan kanker yang aman, efektif dan selektif pada sel kanker inilah yang
mendorong
dilakukannya
eksplorasi
bahan
dikembangkan sebagai antikanker.
commit to user
alam
yang
berpotensi
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Hubungan kejadian kanker serviks dengan HPV telah banyak dibuktikan,
dan terhitung sekitar 70% kejadian kanker serviks di dunia dikarenakan HPV,
khususnya tipe 16 dan 18 (Andrew S,2007). Atas dasar data epidemiologik virus
HPV dianggap mempunyai peran penting dalam terjadinya karsinoma serviks dan
stadium pendahuluannya (displasia). HPV 16 dan 18 mempengaruhi kejadian
kanker serviks dengan cara mengintegrasikan DNA-nya ke dalam genom sel,
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi dan gangguan regulasi pertumbuhan sel.
Selain itu, protein E6 dan E7 dari HPV 16 dan 18 dapat mengikatkan diri pada
dua protein yang dikode oleh tumor supressor gen. Protein tersebut yaitu P53
yang berikatan dengan E6 dan pRb yang berikatan dengan E7. Ikatan tersebut
membuat fungsi pRb dan p53 sebagai penekan tumor menjadi terganggu (inaktif),
sehingga protein tersebut tidak dapat mencegah terjadinya kanker(Van de Velde,
1999). Inaktivasi p53 telah dibuktikan dapat meningkatkan ekspresi protein Bcl-2.
Sehingga
hal ini diduga berhubungan erat dengan radioresistensi maupun
kemoresistensi pada kanker serviks( Wootipoom, 2004).
Salah satu protein yang berperan dalam mekanisme apoptosis adalah protein
Bcl-2. Protein ini merupakan protein anti-apoptosis dan diekspresikan secara
berlebihan pada berbagai jenis kanker. Ekspresi yang berlebihan ini menyebabkan
sel-sel kanker resisten terhadap obat-obat antikanker yang diberikan, sehingga
kemoterapi pada berbagai jenis kanker mengalami kegagalan. Ekspresi protein
Bcl-2 yang berlebihan tersebut dapat memperpanjang masa hidup sel dan
melindungi sel dari sinyal apoptosis dengan cara menghalangi keluarnya sitokrom
c dari mitokondria( Tannock ,2005). Dengan demikian, protein ini dapat dijadikan
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
salah satu target untuk terapi kanker baik dengan jalan menekan atau inaktivasi
melalui fosforilasi( Piro,2004). Informasi mengenai ekspresi protein Bcl-2 pada
kanker serviks masih terbatas. Namun telah dibuktikan bahwa inaktivasi p53
(suatu protein penekan tumor) seperti yang terjadi pada kanker serviks dapat
menyebabkan peningkatan ekspresi protein Bcl-2 (Piro,2004).
Salah satu produk alami yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai
antikanker adalah propolis. Secara umum, kandungan propolis adalah asam
lemak, asam alifatik,
asam aromatik, flavonoid, alkohol, terpene, gula, dan ester.
Komposisi senyawa kimiawi dan aktivitas biologi propolis bervariasi tergantung
lokasi geografi, asal tanaman, musim dan spesies lebah. Hal yang relatif
menjanjikan
dari propolis,
yaitu
terkait dengan aktivitas antikanker yang
dimilikinya. Propolis mempengaruhi protein proapoptosis (Bax, Bcl2, caspase 3,
cytochrome C), protein regulator diferensiasi sel (p38, p56, p21, cyclin dependent
kinase) dan target yang berperan pada inflamasi yang terkait dengan kanker,
seperti NFκB maupun cyclooxigenase two. (Paulino et al, 2009)
Sejak tahun 2003, berbagai penelitian menfokuskan pada pengaruh propolis
terhadap sinyal tranduksi intraseluler yang menunjukkan bahwa beberapa target
penting pada sel kanker dapat dimodulasi melalui pemberian propolis. Peran
propolis di dalam terapi keganasan terkait dengan kemampuannya dalam
menginduksi apoptosis dan aktivitas antiproliferasi. Penelitian yang dilakukan
oleh Motomura et al (2008) mengindikasikan bahwa ekstrak metanol dari propolis
meningkatkan apoptosis pada sel U937 akibat aktivasi caspase-3 dan penurunan
protein Bcl-2. Overaktivitas caspase-6 yang diinduksi oleh Ekstrak Etanol
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Propolis (EEP) lebih kuat dibandingkan aktivitas caspase-8 dan caspase-9 yang
terinduksi pada sel MCF-7 pada penilitian Vatansever et al (2007), yang
membuktikan adanya keterlibatan jalur caspase intrinsik dari apoptosis dan
aktivitas antitumor dari propolis.
Aktivitas antikanker propolis ini dipengaruhi
oleh geografis dan tumbuhan sebagai asal pengumpulan resin oleh lebah untuk
membentuk propolis. Dua faktor tersebut mempengaruhi komposisi dari propolis
(Syamsudin et al., 2009).
Berdasarkan bukti ilmiah yang diuraikan di atas, mendorong peneliti untuk
mengetahui pengaruh pemberian propolis yang berasal dari Kerjo, Karanganyar,
Indonesia terhadap induksi proses apoptosis dan aktivitas antiproliferasi, terutama
terkait dengan penekanan ekspresi protein Bcl 2 dan peningkatan aktivasi p21
pada kultur sel hela (cell line kanker servik). Penelitian ini sebagai upaya
penemuan dan pengembangan strategi baru dalam melawan kanker, khususnya
kanker servik dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya hayati lokal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Adakah pengaruh ekstrak propolis terhadap ekspresi protein Bcl2 pada
kultur sel hela
2.
Adakah pengaruh ekstrak propolis terhadap ekspresi p21 pada kultur
sel hela.
3.
Adakah pengaruh ekstrak propolis terhadap induksi apoptosis pada
kultur sel hela.
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Tujuan Penelitian :
1.
Tujuan umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak propolis
terhadap ekspresi protein Bcl2, ekspresi p21 dan induksi apoptosis
pada kultur sel hela.
2.
Tujuan khusus :
a. Mengkaji pengaruh ekstrak propolis terhadap ekspresi protein Bcl2
pada kultur sel hela
b. Mengkaji pengaruh ekstrak propolis terhadap ekspresi p21 pada
kultur sel hela.
c. Mengkaji pengaruh ekstrak propolis terhadap induksi apoptosis
pada kultur sel hela
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian
masukan
ini
dalam
diharapkan
ilmu
dapat
pengetahuan
memberikan
tentang
informasi
mekanisme
dan
aktivitas
antikanker propolis pada sel kanker servik.
2.
Manfaat Terapan
Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut
dalam pengembangan kajian ilmiah khasiat dan manfaat penggunaan
propolis sebagai strategi terapi komplementer untuk kanker, khususnya
kanker servik.
commit to user
Download