IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Kimia

advertisement
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kimia Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran cukup luas. Kandungan hara pada Ultisol umumnya rendah dikarenakan
pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah
karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi.
Berdasarkan hasil analisis awal Ultisol yang ditunjukkan pada Tabel 1
terlihat bahwa Ultisol yang digunakan sebagai bahan penelitian termasuk tanah
marjinal dan rendah akan kandungan unsur hara. Prasetyo dan Suriadikarta (2006)
berpendapat bahwa Ultisol memiliki kemasam tinggi, pH rata–rata < 4.5,
kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama unsur P, K, Ca, dan
Mg, dan rendahnya kandungan bahan organik.
Tabel 1. Hasil Analisis Awal Ultisol Jasinga
Jenis Analisis
Hasil Pengukuran
Jenis Analisis
Hasil Pengukuran
pH
4.1 - 4.13
Ca (me/100g)
1.13
Ec (µs/cm)
172.1
Mg (me/100g)
0.21
C (%)
2.41
KTK (me/100g)
28.57
N (%)
0.25
Fe (ppm)
5.3
P (ppm)
13.8
Cu (ppm)
2.2
K (me/100g)
0.53
Zn (ppm)
7.3
Na (me/100g)
0.42
Mn (ppm)
69.1
Tan (2000) berpendapat bahwa di Amerika Ultisol dapat menjadi cukup
produktif dengan cara pemberian kapur yang cukup, penambahan bahan organik,
pemberian pupuk, dan manajemen yang tepat.
4.2. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kandungan Hara N, P, dan K pada Tanah
Berdasarkan Tabel 2, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N dan P tanah
21
pada tanaman umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur N pada
tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR
sebesar 0.227 %, sedangkan kandungan unsur N tertinggi terdapat pada perlakuan
BTSM dan BTRS sebesar 0.253 %. Pada kandungan unsur N, hanya perlakuan
GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada analisis unsur P pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 16.8 ppm, sedangkan kandungan
unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 20.5 ppm. Pada kandungan
unsur P, hanya perlakuan BTSM, BTRS, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda
nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur K tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada
analisis unsur K pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan BTSMS sebesar 0.45 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.51 me/100g.
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah
tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur P
dan K tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur P pada tanah, didapatkan
kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 17.4 ppm,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 27.9
ppm. Pada kandungan unsur P, hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai
nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil analisis kandungan unsur K pada tanah, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 0.47 me/100g, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.59 me/100g.
Pada kandungan unsur K, hanya perlakuan BTR, GR, dan GRS yang mempunyai
nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
22
Tabel 2. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kandungan Hara N, P, K pada Tanah
Kadar N (%)
Perlakuan
Kadar P (ppm)
Kadar K (me/100g)
3 BST
6 BST
3 BST
6 BST
3 BST
6 BST
KT
0.247 ab*
0.24 a
16.8 d
25.9 a
0.49 a
0.59 a
BTSM
0.253 a
0.25 a
20.5 a
27.9 a
0.51 a
0.58 a
BTR
0.240 abc
0.24 a
17.5 cd
24.8 a
0.49 a
0.49 b
GR
0.227 c
0.25 a
17.7 bcd
17.4 b
0.47 a
0.47 b
BTSMS
0.243 ab
0.25 a
18.5 abcd
24.4 a
0.45 a
0.53 ab
BTRS
0.253 a
0.26 a
19.7 ab
24.1 a
0.49 a
0.52 ab
GRS
0.233 bc
0.25 a
19.3 abc
17.8 b
0.48 a
0.48 b
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N tanah 6 bulan.
Walaupun demikian hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
perbedaan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil
analisis kandungan unsur N pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTR dan KT sebesar 0.24 %, sedangkan kandungan
unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.26 %.
4.3. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah
Berdasarkan Tabel 3, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Cu, Zn, dan Mn
tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur Cu pada
tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT
sebesar 1.4 ppm, sedangkan kandungan unsur Cu tertinggi terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada kandungan unsur Cu, hanya perlakuan
BTSM yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada analisis kandungan unsur Zn 3 bulan didapatkan kandungan terendah
terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan unsur
tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 7.9 ppm. Pada kandungan unsur
23
Zn, hanya perlakuan GR yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan
kontrol. Pada analisis unsur Mn 3 bulan didapatkan kandungan terendah terdapat
pada perlakuan GR sebesar 56.5 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 70.1 ppm.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Fe tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi. Pada
analisis unsur Fe pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan KT sebesar 4.1 ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat
pada perlakuan BTSM sebesar 6.1 ppm.
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah
tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berbpengaruh nyata pada unsur
Fe, Cu, dan Mn tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Fe pada tanah,
didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 4.2
ppm, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS
sebesar 9.1 ppm.
Pada hasil analisis kandungan unsur Cu pada tanah, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 1.2 ppm, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.8 ppm. Pada
hasil analisis kandungan unsur Mn pada tanah, didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.2 ppm, sedangkan kandungan
unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.6 ppm.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Zn tanah 6 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSMS mempunyai nilai paling tinggi. Pada
hasil analisis kandungan unsur Zn pada tanah didapatkan kandungan unsur
terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar 7.1 ppm, sedangkan kandungan
unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 8.0 ppm.
24
Tabel 3. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kandungan Hara Fe, Cu, Zn, dan Mn pada Tanah
Fe (ppm)
Perlakuan
3 bulan
Cu (ppm)
6 bulan
4.3 a
4.2 b
1.6 ab
1.2 b
7.2 bc
7.2 a
63.3 abc
57.2 b
GR
4.9 a
7.0 ab
1.6 ab
1.4 ab
7.1 c
7.1 a
56.5 c
66.0 ab
BTSMS
4.2 a
9.1 a
1.6 ab
1.4 ab
7.3 abc
8.0 a
67.2 abc
74.6 a
abc
a
GRS
5.6 a
5.5
5.3 b
1.7
1.7 ab
1.8
a
1.3
b
1.4 b
7.8
7.9
a
7.4
7.2 bc
7.7
7.6
a
6 bulan
BTR
ab
1.5
a
3 bulan
6.1
4.7
1.8
a
ab
6 bulan
BTSM
ab
1.4
ab
3 bulan
a
BTRS
6.7
ab
b
6 bulan
4.1
a
5.8
3 bulan
Mn (ppm)
a*
KT
ab
Zn (ppm)
7.6
7.2 a
65.0
abc
66.2 ab
70.1
a
64.3 ab
ab
69.6 ab
56.9 bc
66.8 ab
69.7
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
4.4. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kandungan Hara Na, Ca, Mg, dan C–Organik pada
Tanah
Berdasarkan Tabel 4, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Ca dan C–
organik tanah pada tanah umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap unsur
Ca pada tanah 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan GR sebesar 0.97 me/100g, sedangkan kandungan unsur Ca tertinggi
terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.16 me/100g. Pada kandungan unsur Ca,
hanya perlakuan GR dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap
perlakuan kontrol.
Pada analisis unsur C–organik 3 bulan didapatkan kandungan terendah
terdapat pada perlakuan GRS sebesar 2.00 %, sedangkan kandungan unsur
tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 2.26 %. Pada kandungan unsur
C–organik, hanya perlakuan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap
perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Na dan Mg tanah 3 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTSM mempunyai nilai paling tinggi pada
kandungan unsur Na dan perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi pada
25
kandungan unsur Mg. Pada analisis unsur Na pada tanah didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan KT, BTSMS, dan BTRS sebesar 0.32
me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSM
sebesar 0.35 me/100g. Pada analisis kandungan unsur Mg, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 0.16 me/100g,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GRS dan BTRS
sebesar 0.19 me/100g.
Tabel 4. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kandungan Hara Na,Ca, Mg, dan C–organik pada Tanah
Na (me/100g)
Perlakuan
KT
3 bulan
0.32
BTSM
a
0.35 a*
a
Ca (me/100g)
6 bulan
0.44
ab
3 bulan
1.16
a
Mg (me/100g)
6 bulan
1.13
a
3 bulan
0.17
a
0.47 a
1.10 ab
1.16 a
0.17 a
c
ab
a
a
C-organik (%)
6 bulan
0.17
ab
0.17 ab
b
3 bulan
2.21
ab
2.26 a
6 bulan
2.38 ab
2.32 b
bc
2.43 ab
BTR
0.33
GR
0.34 a
0.39 c
0.97 b
1.09 a
0.17 a
0.20 a
2.09 bc
2.44 ab
BTSMS
0.32 a
0.40 bc
1.05 ab
1.04 a
0.16 a
0.16 b
2.16 ab
2.39 ab
BTRS
0.32 a
0.42 bc
1.05 ab
1.24 a
0.19 a
0.20 a
2.08 bc
2.47 a
GRS
0.33
a
0.38
0.39
c
1.10
0.98
b
1.04
1.16
a
0.16
0.19 a
0.14
0.20 a
2.12
2.00
c
2.38 ab
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Pada saat tanaman memasuki umur 6 bulan, pemberian bahan pembenah
tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur Na,
Mg, dan C–organik tanah. Berdasarkan hasil analisis kandungan unsur Na pada
tanah, didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar
0.38 me/100g, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan
BTSM sebesar 0.47 me/100g. Pada kandungan unsur Na, hanya perlakuan BTR,
GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil analisis kandungan unsur Mg pada tanah, didapatkan kandungan
unsur terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 0.14 me/100g, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS, GR, dan GRS sebesar
0.20 me/100g. Pada hasil analisis kandungan unsur C–organik pada tanah,
didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar
2.32 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS
sebesar 2.47 %.
26
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur Ca tanah 6 bulan.
Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap memberikan adanya
kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada statistik, namun
kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai paling tinggi. Pada hasil
analisis kandungan unsur Ca pada tanah didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTR dan BTSMS sebesar 1.04 me/100g, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.24 me/100g.
4.5. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap pH dan EC pada Tanah
Salah satu sifat fisiologik dari larutan tanah yang menyolok ialah reaksinya.
Jazad mikro dan tanaman memberikan respon nyata terhadap lingkungan kimia
tanah, reaksi tanah, dan faktor–faktor yang berkaitan dengan reaksi tersebut. Ada
dua faktor yang menyebabkan pH tanah dapat berubah, yaitu: (1) yang
menghasilkan tambahan hidrogen yang terjerap dan (2) yang menaikkan jumlah
basa terjerap (Soepardi, 1983).
Menurut data yang ditunjukkan pada Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan
pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap pH tanah, hal ini terlihat pada saat masa tanam umur
tanaman 3 bulan ataupun 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis dengan pH H2O pada
saat tanaman berumur 3 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.2 – 4.5 dan pada
saat tanaman memasuki umur 6 bulan didapatkan hasil berkisar pH 4.24 – 4.9.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan pH pada saat
tanaman berumur 3 bulan hingga mencapai umur 6 bulan walaupun nilainya
sangatlah rendah.
Berdasarkan data yang ditunjukkan Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan
pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD terhadap kadar
salinitas tanah yang ditunjukan melalui nilai EC memberikan pengaruh nyata pada
saat tanaman berumur 3 bulan dan 6 bulan. Pada analisis nilai EC tanah 3 bulan,
didapatkan kandungan nilai EC terendah terdapat pada perlakuan BTRS sebesar
77.833 µs/cm, sedangkan kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan
27
GR sebesar 195.853 µs/cm. Pada kandungan nilai EC perlakuan BTSM, BTR,
BTRS, GR, dan GRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan
kontrol.
Tabel 5. pH dan EC pada Tanah 3 BST dan 6 BST
pH
EC (µs/cm)
Perlakuan
3 BST
6 BST
3 BST
6 BST
KT
4.20 - 4.50
4.24 - 4.94
107.700 c*
66.223 ab
BTSM
4.34 - 4.45
4.28 - 4.52
128.967 b
64.260 ab
BTR
4.37 - 4.45
4.40 - 4.60
83.600 d
57.197 b
GR
4.21 - 4.23
4.29 - 4.54
195.853 a
66.034 ab
BTSMS
4.33 - 4.39
4.45 - 4.54
106.400 c
74.546 a
BTRS
4.44 - 4.46
4.33 - 4.59
77.833 d
69.591 ab
GRS
4.26 - 4.27
4.29 - 4.56
192.533 a
66.840 ab
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Pada analisis nilai EC tanah 6 bulan, didapatkan kandungan nilai EC
terendah terdapat pada perlakuan BTR sebesar 57.197 µs/cm, sedangkan
kandungan nilai EC tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 74.546
µs/cm.
4.6. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanaman yang terlihat baik pada
masa pertumbuhannya terdapat pada perlakuan BTRS dan BTR. Ini dikarenakan
perlakuan perlakuan BTRS dan BTR memiliki jumlah daun yang banyak, ukuran
lebih besar, dan perakaran yang baik.
28
Gambar 1.
Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD
terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 3 Bulan
Gambar 2.
Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD
terhadap Pertumbuhan Tanaman Umur 6 Bulan
Berdasarkan Gambar 2 dapat di lihat bahwa, tanaman yang terlihat baik
dalam pertumbuhannya adalah pada perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS. Pada
perlakuan GR, GRS, BTR, dan BTRS terlihat pertumbuhan daun dan akar terlihat
lebih baik dari perlakuan yang lain. Pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang
29
baik menurut Lubis (1992) dapat diukur dari pengukuran tinggi, lilit atau diameter
batang, banyak anak daun, dan pengukuran bobot basah atau kering pada organ
tanaman.
4.7. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Tinggi Tanaman
Menurut Pahan (2006), pada umumnya tanaman kelapa sawit mengalami
pertambahan tinggi pada batang bisa mencapai 35 – 75 cm per tahun.
Pertambahan tinggi tersebut tentunya bergantung pada kondisi lingkungan tumbuh
dan keragaman genetik pada tanaman kelapa sawit.
Berdasarkan Gambar 3, didapatkan grafik tinggi tanaman dari 1 BST hingga
6 BST. Hasil yang didapat adalah perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling
tinggi dari awal masa tanam hingga 6 BST, dan perlakuan yang lain menunjukan
hasil pertambahan tinggi yang tidak konsisten antar perlakuan pada tiap bulannya.
Kondisi pertambahan tinggi pada perlakuan GR memiliki pertumbuhan paling
cepat di antara perlakuan lain, akan tetapi tidak diikuti oleh tingginya serapan
kadar hara N, P, dan K pada akar dan daun.
Gambar 3. Tinggi Tanaman Umur 1 – 6 BST
30
4.8. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Panjang Akar Tanaman
Sistem perakaran tanaman kelapa sawit secara umum lebih banyak berada
dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu perakaran tersebut
dapat tumbuh dan menjelajah lebih dalam lagi. Kondisi perakaran tanaman kelapa
sawit sangat berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan, pemeliharaan
piringan, panen, pemberantasan gulma, dan hama (Lubis, 1992). Menurut
Widiastuti et al. (2003a) bahwa panjang akar merupakan peubah yang
menggambarkan lebih luasnya jangkauan tanaman dalam menyerap hara dalam
tanah.
Berdasarkan data pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perlakuan KT
mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu
40.63 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan
BTSMS senilai 29.39 cm.
Gambar 4. Panjang Akar Panen 3 BST
Perlakuan KT memperlihatkan adanya keanehan dikarenakan perlakuan KT
mempunyai panjang akar yang paling panjang di antara perlakuan lainnya, akan
tetapi tidak diikuti dengan tingginya serapan hara N, P, dan K yang terdapat pada
akar. Perlakuan KT memiliki hasil yang bertentangan dengan yang dikemukakan
31
oleh Sarief (1984) bahwa apabila tanaman mengalami kekurangan unsur P dapat
menyebabkan berkurangnya pertumbuhan akar, dimana akar akan kelihatan
menjadi lebih kecil. Namun, pernyataan Sarief (1984) tersebut berlaku pada data
yang ditunjukkan pada Tabel 7.
Berdasarkan data pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan GRS
mempunyai akar yang paling panjang jika dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu
57.19 cm dan yang memiliki panjang akar terendah terdapat pada perlakuan BTR
senilai 48.16 cm.
Perlakuan GRS dan GR mempunyai panjang akar paling panjang
disebabkan oleh efek dari asam humat yang terkandung pada pupuk cair GD yang
sesuai dengan pernyataan Brady dan Weil (2002) bahwa bahan humat akan
memberikan pengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah
mempercepat
perkecambahan
benih,
merangsang
pertumbuhan
akar,
mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberi dalam jumlah yang
tepat.
Gambar 5. Panjang Akar Panen 6 BST
4.9. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Bobot Kering Tanaman
Bobot kering pada suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa hal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah serapan unsur hara pada tanaman.
32
Menurut Widiastuti et al. (2003b) tingginya bobot kering pada akar mencerminkan
adanya aliran fotosintat ke bagian akar yang lebih besar pada tanaman. Suseno
(1974) berpendapat bahwa apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan
Mg dapat menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lemah dan jumlah akar
menjadi berkurang, dengan demikian akan mempengaruhi bobot kering tanaman.
Berdasarkan Tabel 6, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada nilai bobot kering
bagian atas tanaman pada umur 3 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap
bobot kering pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan bobot
kering terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 0.996 g, sedangkan nilai
bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.734 g.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian akar dan
bobot kering total 3 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh
tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data
pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTRS mempunyai nilai
paling tinggi pada nilai bobot kering bagian akar dan nilai bobot kering total.
Tabel 6. Bobot Kering Bagian Atas dan Akar pada Tanaman 3 BST dan 6 BST
3 BST
Perlakuan
6 BST
Bagian Atas
(g)
Akar (g)
Total (g)
Bagian Atas
(g)
Akar (g)
Total (g)
KT
1.221 ab*
0.386 a
1.607 a
10.516 a
3.391 a
13.907 a
BTSM
0.996 b
0.349 a
1.344 a
12.456 a
3.534 a
15.990 a
BTR
1.369 ab
0.430 a
1.798 a
13.024 a
3.889 a
16.913 a
GR
1.151 ab
0.337 a
1.489 a
15.230 a
4.340 a
19.570 a
BTSMS
1.069 ab
0.331 a
1.400 a
12.519 a
3.656 a
16.174 a
BTRS
1.734 a
0.514 a
2.248 a
13.529 a
3.366 a
16.894 a
GRS
1.261 ab
0.411 a
1.672 a
13.550 a
3.851 a
17.401 a
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Pada pengukuran nilai bobot kering bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 0.331 g, sedangkan nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 0.514 g. Pada pengukuran nilai
33
bobot kering bagian total tanaman 3 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 1.344 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar BTRS 2.248 g.
Pada saat tanaman memasuki usia 6 bulan, didapatkan bahwa pemberian
bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak memberikan pengaruh
nyata pada nilai bobot kering tanaman bagian atas, bagian akar, dan bobot kering
total 6 bulan. Walaupun demikian, hasil pengukuran yang diperoleh tetap
memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GR mempunyai nilai paling
tinggi pada nilai bobot kering bagian atas, akar dan nilai bobot kering total.
Pada pengukuran nilai bobot kering bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 10.516 g, sedangkan nilai
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 15.230 g. Pada pengukuran nilai
bobot kering bagian akar tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar 3.366 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan GR sebesar 4.340 g. Pada pengukuran nilai bobot kering bagian total
tanaman 6 bulan didapatkan nilai terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar
13.907 g, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 19.570 g.
Nilai bobot kering yang terdapat pada tanaman 6 BST dapat dijelaskan oleh
pernyataan Khaswarina (2001) bahwa semua perlakuan dari hasil percobaan tidak
berbeda nyata, hal ini disebabkan karena unsur–unsur yang terkandung di dalam
berbagai kombinasi pupuk yang digunakan dapat meningkatkan metabolisme
tanaman, sehingga cenderung terjadi penumpukan bahan organik dalam tanaman
dengan demikian dapat menambah berat kering tanaman. Data yang di dapat
sesuai dengan pernyataan Widiastuti et al. (2003a) bahwa peningkatan
pertumbuhan yang terjadi pada bagian atas dapat meningkat dikarenakan
pertumbuhan akar juga baik.
4.10. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Kadar Hara N, P, K pada Tanaman
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N, P, dan K pada tanaman
34
bagian atas umur 3 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap
memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GRS mempunyai nilai paling
tinggi pada kandungan unsur N dan P, serta perlakuan BTSMS mempunyai nilai
paling tinggi pada kandungan unsur K. Pada analisis unsur N bagian atas tanaman
3 BST yang ditunjukkan pada Tabel 7 didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.56 %, sedangkan kandungan unsur
tertinggi terdapat pada perlakuan GRS sebesar 1.78 %.
Menurut Widiastuti et al. (2003a) meningkatnya serapan unsur hara P
kemungkinan dapat menyebabkan keseimbangan hara baru dalam tanaman,
sehingga menginduksi serapan hara lain seperti N dan K. Pada analisis unsur P
bagian atas tanaman 3 BST didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan BTRS sebesar 0.15 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat
pada perlakuan GRS sebesar 0.17 %. Pada analisis unsur K bagian atas tanaman 3
BST didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR sebesar
2.07 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTSMS
sebesar 2.16 %.
Berdasarkan Tabel 7, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N, P, dan K
bagian akar tanaman terhadap tanaman umur 3 bulan. Berdasarkan hasil analisis
unsur N pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.41 %, sedangkan kandungan unsur N
tertinggi terdapat pada perlakuan GRS sebesar 0.95 %. Pada kandungan unsur N,
semua perlakuan mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada analisis unsur P pada bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan
kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.05 %, sedangkan
kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan GR 0.21 %. Pada kandungan
unsur P, hanya perlakuan BTR, GR, BTSMS, dan GRS yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
35
Tabel 7. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kadar Hara N, P, K pada Tanaman 3 BST
Kadar N (%)
Perlakuan
Kadar P (%)
Bagian Atas
Akar
Bagian Atas
KT
1.57 a*
0.41 b
0.16 a
BTSM
1.69 a
0.92 a
a
a
Kadar K (%)
Akar
Bagian Atas
Akar
0.05 c
2.10 a
0.71 c
0.16 a
0.10 bc
2.08 a
1.94 bc
a
ab
a
1.92 bc
BTR
1.62
GR
1.57 a
0.83 a
0.16 a
0.21 a
2.07 a
1.69 ab
BTSMS
1.76 a
0.90 a
0.16 a
0.17 ab
2.16 a
1.65 bc
BTRS
1.56 a
0.81 a
0.15 a
0.11 bc
2.08 a
1.68 ab
GRS
1.78 a
0.95 a
0.17 a
0.19 a
2.12 a
1.61 b
0.85
0.16
0.16
2.14
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Berdasarkan Tabel 8, bahwa hasil perlakuan bahan pembenah tanah Baode
dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata pada unsur N, P, dan K
bagian atas tanaman terhadap tanaman umur 6 bulan. Berdasarkan hasil analisis
unsur N pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan unsur terendah
terdapat pada perlakuan GR sebesar 1.89 %, sedangkan kandungan unsur N
tertinggi terdapat pada perlakuan BTR sebesar 2.25 %.
Pada analisis unsur P pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan
kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan GR dan BTRS sebesar 0.25 %,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan BTR 0.29 %.
Pada analisis unsur K pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan
kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan BTSMS sebesar 1.10 %,
sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan KT 1.26 %. Pada
kandungan unsur K, hanya perlakuan BTSMS, GR dan GRS yang mempunyai
nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pemberian bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan unsur N dan P pada tanaman
bagian akar 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang diperoleh tetap
memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan sesuai data pada
statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan BTR mempunyai nilai paling
tinggi pada kandungan unsur N dan perlakuan GRS mempunyai nilai paling tinggi
pada kandungan unsur P. Pada analisis unsur N bagian akar tanaman 6 BST yang
36
ditunjukkan pada Tabel 8 didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada
perlakuan KT sebesar 0.92 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada
perlakuan BTR sebesar 1.06 %. Pada analisis unsur P bagian akar tanaman 6 BST,
didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT dan GR
sebesar 0.15 %, sedangkan kandungan unsur tertinggi terdapat pada perlakuan
BTR dan GRS sebesar 0.18 %.
Tabel 8. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Kadar Hara N, P, K pada Tanaman 6 BST
Kadar N (%)
Perlakuan
KT
BTSM
Kadar P (%)
Kadar K (%)
Bagian Atas
Akar
Bagian Atas
Akar
Bagian Atas
Akar
2.16 a*
0.92 a
0.27 ab
0.15 a
1.26 a
0.89 b
2.17 a
1.05 a
0.28 ab
0.17 a
1.17 ab
0.98 ab
a
a
a
ab
a
1.09 a
BTR
2.25
GR
1.89 b
0.93 a
0.25 b
0.15 a
1.19 b
1.04 ab
BTSMS
2.03 ab
0.98 a
0.27 ab
0.16 a
1.10 b
1.00 ab
BTRS
2.03 ab
1.04 a
0.25 b
0.17 a
1.11 ab
1.04 ab
GRS
2.12 a
0.98 a
0.26 ab
0.18 a
1.12 b
1.03 ab
1.06
0.29
0.18
1.22
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Perlakuan bahan pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik
berbeda nyata pada unsur K bagian akar tanaman terhadap perlakuan umur 6
bulan. Berdasarkan hasil analisis unsur K pada bagian akar tanaman 6 bulan
didapatkan kandungan unsur terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.89
%, sedangkan kandungan unsur K tertinggi terdapat pada perlakuan BTR sebesar
1.09 %. Pada kandungan unsur K, hanya perlakuan BTR yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
4.11. Pengaruh Pemberian Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair
GD terhadap Serapan Hara N, P, K pada Tanaman
Serapan unsur hara pada tanaman adalah jumlah total kadar hara yang dapat
diserap oleh tanaman. Besarnya nilai serapan hara pada tanaman bergantung dari
junlah kadar hara pada tanaman dengan nilai dari bobot kering pada tanaman.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 9, bahwa hasil perlakuan bahan
pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik berpengaruh nyata
terhadap nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian atas, bagian akar, serta
37
serapan hara total 3 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan
serapan hara unsur N pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan
serapan hara terendah terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 16.333 mg,
sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar
30.806 mg. Pada nilai serapan hara unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS
yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur N pada
bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 1.591 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 4.901 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur N
tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSMS sebesar 19.161 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 35.709 mg. Pada nilai serapan hara unsur
N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P
pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 1.544 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 2.957 mg.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P pada
bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 0.181 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 1.040 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur P
tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 1.893 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 3.999 mg. Pada nilai serapan hara unsur P
38
bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata terhadap
perlakuan kontrol.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K
pada bagian atas tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan BTSM sebesar 20.333 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 37.430 mg. Pada nilai serapan
hara unsur K bagian atas hanya perlakuan BTR dan BTRS yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.
Tabel 9. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Serapan Hara N, P, K pada Bagian Atas dan Akar Tanaman Umur 3
BST
Serapan N (mg)
Perlakuan
Bagian
Atas
Akar
1.591 b
Serapan P (mg)
Total
Bagian
Atas
Akar
Total
Bagian
Atas
Akar
21.030 b
1.946 ab
0.181 b
2.126 b
25.674 ab
2.713 b
28.389 ab
20.333 b
6.454 ab
26.787 b
KT
19.441 b*
BTSM
16.333 b
3.329 ab
19.661 b
ab
ab
ab
2.804
ab
37.720 ab
20.677 b
1.763 ab
0.350 ab
2.109 b
23.724 ab
5.600 ab
29.324 ab
BTSMS
16.601 b
2.560 ab
19.161 b
1.739 ab
0.692 ab
2.431 ab
22.316 b
5.340 ab
27.656 ab
BTRS
30.806 a
35.709 a
2.957 a
3.999 a
37.430 a
9.639 a
47.069 a
ab
ab
22.457
3.873
26.327
2.134
0.767
ab
2.901
ab
26.834
ab
8.314
a
2.717 ab
1.040 a
29.407
ab
17.957 b
GRS
0.601
1.893 b
ab
GR
ab
2.206
0.350 ab
ab
22.041
4.901 a
25.636
1.544 b
Total
BTR
ab
3.597
Serapan K (mg)
6.620
ab
33.453 ab
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K pada
bagian akar tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 2.713 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 9.639 mg. Pada nilai serapan hara
unsur N bagian atas hanya perlakuan BTRS yang mempunyai nilai berbeda nyata
terhadap perlakuan kontrol.
Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total unsur K
tanaman 3 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada
perlakuan BTSM sebesar 26.787 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan BTRS sebesar 47.069 mg.
Perlakuan BTRS memiliki data serapan hara paling tinggi di antara
perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan perlakuan BTRS 3 BST memiliki nilai
39
bobot kering yang paling tinggi, meskipun tidak diiringi dengan jumlah nilai
kadar unsur hara yang terkandung pada perlakuan tesebut.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10, bahwa hasil perlakuan bahan
pembenah tanah Baode dan pupuk cair GD secara statistik tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian atas, bagian akar, serta
serapan hara total tanaman umur 6 bulan. Walaupun demikian, hasil analisis yang
diperoleh tetap memberikan adanya kecenderungan. Hal ini dapat ditunjukan
sesuai data pada statistik, namun kecenderungan bahwa perlakuan GR mempunyai
nilai paling tinggi pada kandungan nilai serapan hara N, P, dan K pada bagian
atas, bagian akar, serta serapan hara total 6 bulan.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur N
pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 229.44 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 308.74 mg. Pada hasil pengukuran
terhadap kandungan serapan hara unsur N pada bagian akar tanaman 6 bulan
didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar
31.843 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR
sebesar 45.134 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total
unsur N tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat
pada perlakuan KT sebesar 261.420 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan GR sebesar 353.88 mg.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur P
pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 28.420 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 38.524 mg. Pada hasil pengukuran
terhadap kandungan serapan hara unsur P pada bagian akar tanaman 6 bulan
didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan BTSMS
sebesar 5.147 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan
GR sebesar 7.380 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara
total unsur P tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 33.656 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 45.907 mg.
40
Tabel 10. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Baode dan Pupuk Cair GD terhadap
Serapan Hara N, P, K pada Bagian Atas dan Akar Tanaman Umur 6
BST
Perlakuan
Serapan N (mg)
Serapan P (mg)
Serapan K (mg)
Bagian
Atas
Akar
Total
Bagian
Atas
Akar
Total
Bagian
Atas
Akar
Total
KT
229.44 a*
31.843 a
261.29 a
28.420 a
5.239 a
33.656 a
132.15 a
29.541 a
161.69 a
BTSM
268.30 a
36.919 a
305.22 a
34.327 a
5.904 a
40.233 a
146.22 a
34.330 a
180.55 a
BTR
290.55 a
40.833 a
331.39 a
37.637 a
6.914 a
44.550 a
158.48 a
41.733 a
200.21 a
GR
308.74 a
45.134 a
353.88 a
38.524 a
7.380 a
45.907 a
169.97 a
43.567 a
213.53 a
BTSMS
239.35 a
34.114 a
273.47 a
31.577 a
5.147 a
36.724 a
152.39 a
38.993 a
191.38 a
BTRS
273.03 a
33.469 a
306.50 a
36.423 a
5.296 a
41.720 a
146.29 a
34.510 a
180.80 a
GRS
282.79 a
37.196 a
319.98 a
35.324 a
7.131 a
42.457 a
152.87 a
39.793 a
192.66 a
*Angka yang dikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut
uji lanjut Duncan taraf α = 0.05 %.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara unsur K
pada bagian atas tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah
terdapat pada perlakuan KT sebesar 132.15 mg, sedangkan nilai serapan hara
tertinggi terdapat pada perlakuan GR sebesar 169.97 mg. Pada hasil pengukuran
terhadap kandungan serapan hara unsur K pada bagian akar tanaman 6 bulan
didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat pada perlakuan KT sebesar
29.541 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi terdapat pada perlakuan GR
sebesar 43.567 mg. Pada hasil pengukuran terhadap kandungan serapan hara total
unsur K tanaman 6 bulan didapatkan kandungan serapan hara terendah terdapat
pada perlakuan KT sebesar 161.69 mg, sedangkan nilai serapan hara tertinggi
terdapat pada perlakuan GR sebesar 213.53 mg.
Perlakuan GR mempunyai nilai serapan unsur hara yang paling tinggi di
antara perlakuan yang lain dikarenakan perlakuan GR 6 BST mempunyai nilai
bobot kering yang paling tinggi, meskipun nilai kadar hara pada perlakuan GR
lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kondisi yang terjadi
pada perlakuan BTRS dan GR ini disebut dengan efek pengenceran (dillution
effect). Nilai kadar hara yang rendah pada efek pengenceran dikarenakan adanya
penguraian kadar unsur hara terhadap bobot kering pada tanaman.
41
4.12. Penentuan Metode Aplikasi yang Paling Efektif
Pada saat pemberian pupuk pada tanah dan tanaman kita mengenal berbagai
metode cara pemberian yang dilakukan. Berdasarkan beberapa metode yang ada,
di antaranya adalah dengan cara menggali lalu menimbun, penyiraman secara
langsung pada tanah dalam bentuk cair, merendam bibit, dan penyemprotan dalam
bentuk cairan langsung pada tanaman.
Dalam peneletian ini perlakuan yang diberikan terbagi dalam empat jenis
perlakuan, yaitu: disiram (BTSM), direndam (BTR dan GR), disiram dan
disemprot (BTSMS), lalu direndam dan disemprot (BTRS dan GRS).
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa untuk pemberian bahan
pembenah tanah Baode yang terbaik adalah dengan cara direndam dan disemprot
(BTRS), hal ini dapat didukung oleh hasil yang terdapat pada Tabel 9 di mana
perlakuan BTRS memiliki nilai serapan hara paling tinggi di antara perlakuan
lainnya. Sedangkan untuk metode aplikasi pupuk cair GD yang paling efektif
adalah dengan cara merendam (GR) bibitnya saja, hal ini dapat didukung oleh
hasil yang terdapat pada Tabel 10 di mana perlakuan GR memiliki nilai serapan
hara paling tinggi di antara perlakuan lainnya.
Tabel 11. Pengaruh Jenis Aplikasi Pemberian Perlakuan terhadap Bobot Kering
Tanaman pada 3 BST dan 6 BST
Bobot Kering Bagian Atas dan Akar
Jenis Aplikasi
Disiram
Direndam
Jenis Perlakuan
BTSM
BTR
Rata–rata 3 BST (g)
Rata–rata 6 BST (g)
1.344
15.990
1.644
18.242
1.400
16.174
1.960
17.148
GR
Disiram + Disemprot
Direndam + Disemprot
BTSMS
BTRS
GRS
4.13. Hama yang Menyerang pada saat Pembibitan
Hama penyakit pada pembibitan, pada tanaman muda belum menghasilkan
dan pada tanaman menghasilkan, pada penutup tanah perlu diketahui dengan
pasti. Di samping itu parasit pathogen, musuh alaminya beserta tanaman inangnya
42
perlu diketahui dan dikenali agar bioekologi terpelihara dengan baik untuk
pengembangannya.
Hama ulat Dasychira inclusa Walker banyak dijumpai menyerang bibit
tanaman kelapa sawit. Ulatnya berbulu banyak kelabu – merah kecoklatan, pada
punggung terdapat empat rumpun bulu halus yang sangat rapat. Siklus hidupnya
51 – 57 hari. Ulat memakan daun pada malam hari, dan siang hari mereka
bersembunyi pada pangkal pelepah atau pada lipatan daun muda yang belum yang
belum membuka sempurna. Tingkat populasi kritis 5 – 10 ulat/pelepah.
Pengandaliannya dapat dilakukan dengan mengutip ulat, atau penyemprotan
dengan insektisida (Rolettha et al., 2005).
Pada penelitian kali ini, jumlah hama ulat D. inclusa yang menyerang
tanaman tidak banyak dan tergolong sangatlah sedikit. Jumlah hama tersebut
hanya berjumlah 3 – 4 ekor saja, sehingga dalam penanggulangannya masih dapat
dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mengutipnya saja.
Gambar 6. Ulat Dasychira inclusa Walker dan Tanaman yang Terserang Hama
Ulat
Download