PENGARUH LABA BERSIH TERHADAP PEMBAGIAN CASH DIVIDEND (Survey Pada Perusahaan Barang Konsumsi Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Erika Riana Jurusan akuntansi,Fakultas Ekonomi,Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya 46115,Tlp.(0265)323537 E-mail: [email protected] ABSTRAKS Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) laba bersih dan cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makananan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (2) pengaruh laba bersih terhadap cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makananan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan tingkat signifikansi () yang digunakan sebesar 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Laba bersih pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012 mengalami fluktuasi. Sedangkan cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012 pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. (2) terdapat pengaruh yang signifikan laba bersih terhadap pembagian cash dividend. Kata Kunci: Laba Bersih, Cash Dividend 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki tiga tujuan utama yaitu kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka panjang (profit), dan pengembangan atau perluasan (expansion).Dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dibutuhkan dana, baik yang berasal dari dana sendiri atau dana yang berasal dari luar. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu alternatif perolehan dana yang semakin lama semakin banyak digunakan oleh perusahaan. Jika suatu perusahaan mendapatkan dana dari Bursa Efek Indonesia maka akan muncul kewajiban perusahaan kepada pemegang saham yang disebut dividen. Terdapat berbagai macam dividen, salah satunya adalah dividen kas yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai. Pembayaran dividen kas lebih banyak disukai oleh investor karena dapat mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya. Dalam menetapkan kebijakan mengenai pendapatan dividen, faktor yang menjadi perhatian perusahaan adalah laba bersih yang pada dasarnya merupakan laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas seperti beban penyusutan dan amortisasi. . Laba bersih menjadi bahan kajian yang sangat penting untuk menganalisis kinerja perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham. Analisis fundamental menggunakan laba bersih adalah untuk memperkirakan apakah saham perusahaan tersebut layak dibeli. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah yaitu sebagai berikut: a. Bagaimana laba bersih dan cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Bagaimana pengaruh laba bersih pada pembagian cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Laba Bersih 2.1.1.1 Pengertian Laba Banyak literatur yang membahas mengenai laba diantaranya menurut Brigham dan Joel yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:50) yaitu:"Laba adalah perubahan suatu ekuitas dalam suatu periode setelah disesuaikan dengan modal (misalnya, investasi oleh pemilik) atau distribusi modal (misalnya, dividen) yang melebihi investasi.” Dan menurut Aliminsyah dan Padji (2009:222) mengemukakan bahwa: "Laba adalah setiap keuntungan keuangan, laba, atau manfaat / kelebihan pendapatan atas biaya.” Dari pengertian diatas, penulis berpendapat bahwa laba dari suatu perusahaan atau unit usaha dijadikan sebagai tujuan utama, maka laba merupakan alat yang tepat untuk mengukur prestasi dari manajemen perusahaan, atau dengan kata lain efektifitas dan efisiensi dari suatu perusahaan secara garis besar dilihat dari laba yang diperoleh walaupun tidak semua dari perusahaan atau organisasi menjadikan laba sebagai tujuan utamanya, tetapi tidak dapat dipungkiri pada organisasi non profit juga laba diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi tersebut. Untuk perusahaan yang bertujuan memaksimumkan laba, laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dalam opersional maupun kemampuan untuk memberikan dividen yang memuaskan para pemegang saham. Laba merupakan pos yang penting dan paling dasar dari ikhtisar keuangan yang memiliki beberapa kegunaan. Dalam berbagai konteks laba pada umumnya di pandang sebagai dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan, pembayaran dividen, pedoman investasi, pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. 2.1.1.2 Konsep Informasi Laba Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahan yang bertujuan selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, menaksir resiko dalam berinvestasi atau kredit, memprediksi arus kas masa depan serta memiliki pengaruh besar bagi penggunanya dalam pengambilan suatu keputusan. Disebutkan dalam Statement of Finansial Accounting Consept (SFAC) No.1 yang dikutip oleh Ahmed Raihi dan Belkouli (2006:230) yang dialihbahasakan oleh Akbar Yulianto dan Risnawati Dermauli yaitu : "Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan.” Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.25 (2009:2) manfaat dari informasi laba yaitu : "Informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya." 2.1.1.3 Jenis-jenis laba Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu : a. Laba kotor b. Laba dari operasi c. Laba bersih Adapun penjelasan jenis – jenis laba diatas sebagai berikut : 1. Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. 2. Laba dari operasi Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya. 3. Laba Bersih Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain. Dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai berikut : 1. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu. 2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum. 3. Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah. 4. Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi laba perseroan. 2.1.1.4 Laba Bersih Menurut Soemarso (2004:235) mengemukakan bahwa:“Laba bersih (net income) merupakan selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya kerugian.”Pengertian laba bersih menurut Ahmed Riohi Belkaoui (2004:279) yaitu:“Laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian dari perusahaan dari penjualan, pertukaran, atau konversi lainnya dari akiva.” Dari kedua pengertian laba bersih diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih didalamnya terdapat selisih antara semua pendapatan dan biaya.Informasi tentang laba atau tingkat return yang diperoleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan akan menimbulkan reaksi terhadap harga saham perusahaan. Apabila laba yang diperoleh perusahaan rendah, maka deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan rendah sehingga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan investasi di perusahaan. Dengan laba bersih (net income) adalah selisih antara pendapatan, harga pokok penjualan dan beban yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan. (Smith and Skousen 2000:132 yang dialihbahasakan oleh tim penerjemah penerbit Erlangga) 2.1.2 Cash Dividend 2.1.2.1 Pengertian Dividend Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. menurut Arief Suadi (2007:434) yaitu : ”Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.” 2.1.2.2 Jenis-jenis Dividend Terdapat berbagai jenis dividen yang dibagikan perusahaannya kepada pemegang saham. Hal ini tergantung dengan kebijakan yang diambil oleh perusahaan dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Adapun jenis – jenis dari dividen menurut Ahmed Raihi dan Belkouli yang dialihbahasakan oleh Akbar Yulianto dan Risnawati Dermauli (2006:265) yaitu Cash Dividend, Script Dividend, Property Dividend, Liquidating Dividend, dan Stock Dividend. 2.1.2.3 Teori Kebijakan Dividend Kebijakan deviden (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) didalam perusahaan. Kebijakan dividen didasarkan pada rentang pertimbangan atau kepentingan pemegang saham di satu sisi dan kepentingan perusahan disisi lain. Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). 2.1.2.4 Cash Dividend Dividen kas atau cash dividend merupakan salah satu dari jenis dividen. Dividen kas adalah dividen yang banyak disukai oleh para pemegang saham karena bersifat likuid. Dividen kas berasal dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan. menurut (Arief Suaidi, 2007: 442) mengemukakan bahwa Dividen kas adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham berupa uang dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Menurut Brigham dan Houston yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:74), Perusahaan yang sukses mendapatkan laba maka laba tersebut dapat diinvestasikan kembali dalam aktiva – aktiva operasi, digunakan untuk membeli sekuritas, digunakan untuk melunasi utang, atau didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, jika dalam bentuk dividen maka perusahaan akan membuat keputusan apakah sebaiknya dalam bentuk kas ataupun dividen dalam bentuk lain. 2.2 Kerangka Pemikiran Suatu perusahaan dikatakan berhasil apabila mampu menjalankan fungsi manajemen dengan baik termasuk manajemen keuangan. Pada umumnya tujuan dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan, yang salah satunya dapat dicapai dengan meningkatkan laba bersih perusahaan. Laba bersih merupakan kelebihan pendapatan yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan.(Niswonger Rollin 2000:27 yang dialihbahasakan oleh Hyignus Ruswinarto). Penulis menjadikan laba bersih sebagai operasional variabel independen (X). Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Informasi tentang laba atau tingkat return yang diperoleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan akan menimbulkan reaksi terhadap harga saham perusahaan. Apabila laba yang diperoleh perusahaan rendah, maka deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan rendah sehingga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan investasi di perusahaan. (Smith and Skousen 2000:132 yang dialihbahasakan oleh tim penerjemah penerbit Erlangga) . Konsep laba bersih (net income) yang digunakan penulis adalah selisih antara pendapatan, harga pokok penjualan dan beban yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan. Didalam konsep laba bersih yang digunakan penulis terdapat tiga indikator yaitu Pendapatan, harga pokok penjualan dan beban yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan pendapatan. Pendapatan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai pengeluaran perusahaan dan kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut : “Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan dalam satu periode, bila arus kas masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan salah satu unsur atau elemen dari Laporan laba-rugi suatu perusahaan dagang. Apabila perusahaan akan menyusun laporan keuangan khususnya laporan labarugi, maka harus dilakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan yang terjadi dalam periode berjalan. Ketepatan perhitungan HPP mempengaruhi keakuratan laba yang diraih perusahaan atau rugi yang ditanggung perusahaan. Dengan demikian semakin tepat perhitungan HPP yang dilakukan akan berakibat semakin akurat laporan laba atau rugi perusahaan. Unsur-unsur yang membentuk Harga Pokok Penjualan antara lain persediaan awal, persediaan ahir, dan pembelian bersih barang dagangan. Beban yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pendapatan disebut biaya. Biaya adalah kas atau setara kas yang dikeluarkan perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat atas biaya tersebut. manfaat tersebut biasanya berupa pendapatan yang di terima perusahaan akibat mengeluarkan biaya. Semakin kecil biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan maka semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, bila pendapatan yang diterima perusahaan pun besar. Besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan merupakan faktor yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam menetapkan kebijakan mengenai pembagian dividen. Setelah investor menganalisis dan membuat keputusan atau tertarik membeli saham sebuah perusahaan maka hal ini akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan terhadap pemegang saham yang disebut dengan dividen. Dividen berasal dari laba bersih yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan selama suatu periode. Terdapat beberapa jenis dividen yang dibagikan perusahaan yang salah satunya adalah dividen kas yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk uang atau tunai. Penulis menggunakan Dividen kas sebagai indikator operasional variabel dependen (Y). Menurut Arief Suaidi (2007: 442), dividen kas adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham berupa uang dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Didalam konsep cash dividend yang digunakan penulis terdapat dua indikator yaitu jumlah dividen kas dan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh perusahaan. Jumlah dividen kas yang diperoleh perusahaan dapat dilihat pada laporan arus kas perusahaan. Jumlah dividen kas menunjukkan jumlah dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham selama satu periode dalam bentuk tunai. Jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan berbeda-beda jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki oleh tiap-tiap pemegang saham. jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham adalah jumlah saham yang dibeli oleh pemegang saham dari perusahaan dalam rangka untuk mendapatkan dividen. Dari uraian diatas, dapat kita lihat adanya hubungan antara laba bersih dan dividen kas. Menurut Brigham dan Houston (2006:74), Perusahaan yang sukses mendapatkan laba maka laba tersebut dapat diinvestasikan kembali dalam aktiva – aktiva operasi, digunakan untuk membeli sekuritas, digunakan untuk melunasi utang, atau didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, jika dalam bentuk dividen maka perusahaan akan membuat keputusan apakah sebaiknya dalam bentuk kas ataupun dividen dalam bentuk lain. Cici Seliani Siregar (2012) dalam penelitiannya yang menganalisis pengaruh antara laba akuntansi, laba tunai dan likuiditas terhadap dividen kas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa laba akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas. 2.3 Hipotesis Penelitian Dengan melihat uraian diatas penulis menarik sebuah hipotesis yaitu "Laba bersih berpengaruh terhadap pembagian cash dividend". 3. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah tentang laba bersih dan dividen kas yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan pada lima perusahaan industri barang konsumsi makanan dan minuman yang telah terdaftar di BEI dimana perusahaan tersebut membagikan cash dividend (dividen kas) selama tiga tahun berturutturut pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yaitu PT. Delta Djakarta, Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Indofood CBP Sukses Makmur, PT. Mayora Indah, Tbk, dan PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. 3.2.1 Operasional Variabel Sesuai dengan hipotesis serta tujuan penelitian yang ada maka variable-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah : a. Laba bersih sebagai variabel independen (X) b. Cash dividend sebagai variabel dependen (Y) 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan b. Metode penelusuran online 3.2.3 Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran variabel yang diwakilinya. Dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012. 3.2.4 Populasi Sasaran Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik teretentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristi/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2003:90). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yaitu ada sebanyak 17 perusahaan. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Laba bersih pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa PT. Delta Djakarta, Tbk dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk., mendapatkan laba bersih yang meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan jumlah penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut setiap tahunnya pada periode 2010 sampai 2012. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk., PT Mayora Indah, Tbk., dan PT Multi Bintang Indonesia mendapatkan laba bersih yang fluktuasi. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2012 sebesar Rp 145.680.000.000 dari tahun 2011, meskipun penjualan neto perusahaan meningkat sebesar Rp 4.727.171.000.000 dari tahun sebelumnya, akan tetapi terdapat kerugian yang dialami oleh perusahaan sebesar Rp 18.619.000.000 dari aset keuangan yang dijual oleh perusahaan. PT Mayora Indah, Tbk mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2011 sebesar Rp 259.972.827 dari tahun 2010, meskipun penjualan neto perusahaan mengalami peningkatan akan tetapi hal tersebut diikuti dengan peningkatan beban yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. PT Multi Bintang Indonesia, Tbk mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2012 sebesar Rp 53.977.000.000 dari tahun 2011, hal ini disebabkan oleh adanya penurunan penjualan neto yang dialami perusahaan sebesar Rp 291.766.000.000 dari tahun 2010. Perusahaan yang mendapatkan laba bersih tertinggi adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yaitu sebesar Rp 5.017.425.000.000 pada tahun 2011. Sedangkan perusahaan yang mendapatkan laba bersih terendah adalah PT. Delta Djakarta, Tbk yaitu sebesar Rp 146.066.305.000 pada tahun 2010 4.2 Cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan tabel dan grafik 4.2 dapat dilihat bahwa perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman pada periode 2010 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan dalam pembagian cash dividend. Perusahaan cenderung berusaha menaikkan cash dividend yang dibagikan untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham. meskipun jumlah cash dividend yang dibagikan melebihi jumlah laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Seperti yang terjadi pada PT Delta Djakarta, Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia, Tbk. Hal tersebut terjadi karena adanya hutang dividen yang belum dibayarkan oleh kedua perusahaan tersebut pada tahun sebelumnya. Dan menurut hasil Rapat Umum Pemegang Saham kedua perusahaan tersebut bahwa hutang dividen yang masih belum dibayarkan kepada pemegang saham, dibagikan pada tahun berikutnya. Pembayaran cash dividend kedua perusahaan tersebut diambil dari seluruh laba bersih perusahaan dan kekurangan dana dalam pembagian cash dividen diambil dari masing-masing laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang membagikan cash dividend tertinggi adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk pada tahun 2012 sebesar Rp 2.139.678.000.000, Sedangkan perusahaan yang membagikan cash dividend terendah adalah PT Mayora Indah, Tbk pada tahun 2010 sebesar Rp 84.658.400.000.. Besar kecilnya cash dividend yang dibagikan oleh perusahaan berbeda-beda tergantung dari kebijakan perusahaan berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) masing-masing perusahaan. 4.3 Pengaruh Laba Bersih Terhadap Cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis bahwa hipotesis penelitian diterima karena dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan laba bersih dan cash dividend. Dengan melihat perhitungan diatas dan perhitungan SPSS 16.0 diperoleh nilai r = 0,916, menunjukkan adanya hubungan korelasi yang sangat kuat dan bersifat positif antara laba bersih dan cash dividend, artinya jika laba bersih mengalami kenaikan maka akan diikuti juga kenaikan cash dividend yang dibagikan perusahaan. Pengaruh laba bersih terhadap cash dividend dapat dilihat dengan menggunakan persamaan Y = 7.794 + 0,337 X, dengan penjabaran nilai b sebesar 0,377 artinya setiap kenaikan satu satuan laba bersih akan diikuti dengan kenaikan cash dividend sebesar 7.794 begitupun sebaliknya. Dan nilai a sebesar 7.794, artinya nilai ini mengidentifikasi cash dividend adalah sebesar 7.794 bila tidak terdapat laba bersih. Besarnya kontribusi pengaruh laba bersih terhadap cash dividend sebesar 83,9%. Angka tersebut menunjukkan bahwa 83,9% cash dividend yang dibagikan pada PT Delta Djakarta, Tbk, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT Mayora Indah, Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dipengaruhi oleh laba bersih. Sedangkan 16,1% cash dividend dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebijakan pembagian dividen perusahaan tersebut, laba ditahan, penawaran umum saham, harga saham dan lain-lain. Pemaparan tersebut diperkuat oleh konsep menurut Brigham dan Houston yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianyo (2006:74), perusahaan yang sukses mendapatkan laba maka laba tersebut dapat diinvestasikan kembali dalam aktiva-aktiva operasi, digunakan untuk membeli sekuritas, digunakan untuk melunasi utang, atau didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, jika dalam bentuk dividen maka perusahaan akan membuat keputusan apakah sebaknya dalam bentuk kas ataupun dividen dalam bentuk lain. Dengan melihat konsep tersebut, jika perusahaan membagikan dividen dalam bentuk kas (cash dividend), apabila perusahaan mengalami peningkatan laba bersih maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah cash dividend yang dibagikan perusahaan terhadap pemegang saham. Penarikan kesimpulan penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cici Seliani Siregar (2012). Dalam penelitiannya yang menganalisis pengaruh antara laba akuntansi dalam hal ini laba bersih, laba tunai dan likuiditas terhadap dividen kas, disimpulkan bahwa laba akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas. 5. SIMPULAN DAN PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh laba bersih terhadap cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: a. Laba bersih pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012 ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Perusahaan yang mendapatkan laba bersih tertinggi adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk., sedangkan perusahaan yang mendapatkan laba bersih terendah adalah PT Delta Djakarta, Tbk. Sedangkan cash dividend pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2012 pada umumnya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perusahaan yang membagikan cash dividend tertinggi adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk., sedangkan perusahaan yang membagikan cash dividend terendah adalah PT Mayora Indah, Tbk b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan laba bersih terhadap pembagian cash dividend. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberi manfaat yang berguna bagi semua pihak, diantaranya yaitu: a. Bagi Perusahaan Berdasarkan kesimpulan diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan laba bersih terhadap pembagian cash dividend. Pada PT Delta Djakarta, Tbk dan PT Multi Bintang Indonesia, Tbk sebaiknya harus mampu secara proposional dalam pendistribusian laba bersih yang dihasilkannya dengan menentukan kebijakan pembagian cash dividend yang stabil, fleksibel dan konstan yang artinya setiap ada kenaikan laba bersih maka diiringi pula dengan kenaikan pembagian cash dividend begitu juga jika ada penurunan laba akuntansi maka pembagian cash dividend juga menurun. b. Bagi Investor Untuk para investor diharapkan dalam melakukan penilaian diharapkan lebih akurat dan teliti terhadap perusahaan yang akan diberi investasi salah satunya dengan melihat pembagian cash dividend perusahaaan tersebut. c. Peneliti selanjutya Sehubungan penelitian ini hanya mencakup populasi pada perusahaan barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka diharapkan bagi para peneliti selanjutnya agar memperluas objek dan subjek penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anan, Malesa. 2010. Analisis Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Andi Supangat. 2005. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Non-Parametrik. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Arief Suaidi. 2007. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi ke-5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu YKPN. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta Belkoui. Ahmed Riahi. 2006. Accounting Theory. Edisi keenam. terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Consume, Indonesian. Http://indonesianconsume.blogspot.com/2013/01/daya-saing-industri-makananindonesia.html . 15 Maret 2013 Febriyanti, Nia. 2010. Dampak Laba Akuntansi Terhadap Pembagian Dividen Kas Pada Industri Barang Konsumsi Makanan dan Minuman Yang Telah GO Publik Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia. IDX, Statistik. 2012. Http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/statistik.aspx. 4 april 2013. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akauntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Informasi Desk. 2013. Http://www.setkab.go.id/berita-6970-bi-perkirakan-pertumbuhan-ekonomi-2013-bisa68.html. 15 Maret 2013. Jhonathan Sarwono. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi offset. Joel and Brigham. 2006. Manajemen Keuangan Dasar. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. edisi 5. Yogyakarta: BPFE. Masyhuri dan Zainuddin M. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Malang: PT Refika Aditama. Muqodim. 2006. Teori Akuntansi. Edisi ke-1. Yogyakarta: Ekonisia. Padji Aliminsyah. 2007. Akuntansi Keuangan. Jogjakarta: Ekonisia. Syarif Sofyan Harahap. 2008. Teori Akuntansi. Edisi revisi. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta .2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE.