BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA

advertisement
BAB II
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN
TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR
A. Teori-teori Kriminologi Penyebab Terjadinya Kejahatan
Didalam kriminologi dikenal adanya beberapa teori yang dapat dipergunakan
untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kejahatan.
Teori-teori tersebut pada hakekatnya berusaha untuk mengkaji dan menjelaskan halhal yang berkaitan dengan penjahat dengan kejahatan,dan sebab – sebab terjadinya
kejahatan, namun dalam menjelaskan hal tersebut terdapat hal-hal yang berbeda
antara satu teori dengan teori lainnya . beberapa teori kriminologi yaitu:
1. Teori Kriminal yang Berpusat Pada Keanehan dan Keabnormalan
Pelaku (Teori – Teori Tipe Fisik )
Teori tipe ini berlandaskan pada terdapat perbedaan – perbedaan biologis pada
tingkah laku manusia . seseorang bertingkah laku berbeda , karena ia memiliki
struktur yang berbeda. Menurut teori ini tingkah laku jahat dari seseorang merupakan
cacat atau inferioritas . Adapun yang termasuk kedalam teori – teori tipe fisik adalah :
a. Fisiognomi Theory
Teori fisiognomi merupakan teori yang berhubungan dengan raut muka dengan
Universitas Sumatera Utara
dengan kelakuan manusia . Adapun ciri dari orang yang kurang baik menurut teori ini
adalah:
1. Laki – laki tidak berkumis
2. Perempuan berkumis
3. Mata yang gelisah
Teori fisiognomi ini mendorong lahirnya teori frenologi theory
b. Frenologi Theory20
Teori ini berlandaskan pada otak yang merupakan alat atau pun organ pada akal .
teori ini mendalilkan , bentuknya tengkorak sesuai dengan isinya , akal terdiri dari
kecakapan – kecakapan dan fungsi nya , dan kecakapan – kecakapan
tersebut
bersangkutan dengan bentuk otak dan tengkorak . Beberapa kecakapn yang dimiliki
seseorang yaitu :
1. Cinta birahi
2. Cinta keturunan
3. Keramahan
4. Sifat perusak 21
Sedangkan kecakapan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1. Naluri – naluri aktif atau rendah
2. Sentiment – sentiment moral
21
Wahju Muljono , Pengantar Teori Kriminologi (Jakarta , PT Buana Raya ,2010), hal 47
Universitas Sumatera Utara
3. Kecakapan – kecakapan intelektual
Menurut teori Frenologi ini , kejahatan disebabkan oleh naluri – naluri rendah ,
seperti :
1. Cinta birahi
2. Cinta keturunan
3. Sifat militant
4. Sifat rahasia
c. Antropolologi Kriminal
Teori ini berdasarkan bahwa penjahat merupakan inferior secara organis .
sementara kejahatan adalah hasil pengaruh dari lingkungan terhadap organisme
manusia yang rendah tingkatannya . Bagi penjahat hanya dapat dilakukan melalui
cara eliminasi mutlak atau penumpasan secara total pada orang – orang secara fisik ,
mental , dan moral.
d. Teori Interioritas dan Teori tipe fisik
Menurut Kretschmer – Sheldon
22
, teori interioritas berlandaskan pada
anggapan tentang adanya interioritas / cacat dasar yang telah diperkuat dengan
pernyataan – pernyataan , bahwa macam – macam sifat yang dapat dilihat
mencerminkan suatu kekurangan dengan mana orang yang dilahirkan di dunia ini
bersifat konstitusional. Teori tipe fisik ini berlandaskan kepada tiga tipe yaitu :
22
Wahju Muljono ,Op.Cit hal 54
Universitas Sumatera Utara
1. Astenik yaitu orang yang memiliki badan kurus , ramping dan berbahu kecil
2. Atletik yaitu orang yang bentuk badan nya menengah tinggi , kuat , berotot
dan bertulang kasar
3. Piknik yaitu orang yang memiliki badan tinggi sedang , figure yang tegap ,
leher besar , wajah halus
e. Teori Tipe Tes Mental dan Kelemahan Jiwa
Teori ini berlandaskan pada pendapat bahwa penjahat adalah tipe orang – orang
yang memiliki cap tertentu .
f. Teori Kewarisan
Teori ini berlandaskan pada pendapat bahwa orang tua yang berperilaku jahat
akan diturunkan kepada anak nya .
g. Teori Psikopati
Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa kejahatan merupakan kelainan dari
pelaku nya .
2. Teori – Teori yang Berpusat Kepada Pengaruh – Pengaruh Kelompok
atau Pengaruh Kebudayaan
Ajaran teori ini dapat dilihat dari dua hal yaitu :
Hubungan antara kondisi ekonomi dengan kriminalitas. Teori ini berlandaskan pada
pendapat bahwa kejahatan dapat terukur melalui statistic.
Universitas Sumatera Utara
a. Kejahatan sebagai tingkah laku yang dipelajari secara normal .
Teori ini berlandaskan pada pendapat bahwa kejahatan merupakan tingkah laku
yang dipelajari , seperti kegiatan manusia yang selalu mencerminakn sesuatu dari
kepribadian nya dan dari kecakapan – kecakapan nya namun berlawanan dengan
hukum dan bertentangan dengan kesusilaan masyarakat. Sedangkan teori - teori yang
berpusat kepada pengaruh kelompok atau kebudayaan dapat dibagi menjadi tiga
yaitu:
A. Interaksionisme Simbolik dan Pembelajaran social
Yang dibagi kedalam lima tipe yaitu :
1. Pluralism of Selves ( Kemajemukan diri ) teori ini berpendapat bahwa
seseorang mempunyai rasa diri social , kesadaran diri dianggap bergantung
kepada bebrbagai reaksi terhadap berbagai individu.
2. The Looking Glass Self teori ini berpendapat bahwa citra tentang penampilan
kepada orang lain, citra terhadap penilaian nya tentang penampilan , dan
beberapa macam perasaan diri ( self Feeling ) seperti kebanggaan
3. Definition of the Stuation
teori ini berpendapat bahwa bila seseorang
mendefenisikan situasi sebagai suatu kenyataan , maka akan nyata dalam
akibat nya.
4. Interaksionisme Simbolik teori ini berpendapat bahwa tingkah laku yang
dimiliki seseorang merupakan perwujudan dari tingkah laku masyarakat
sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Aktualisasi Penyimpangan teori berpendapat bahwa belajar menjadi
penyimpangan melibatkan suatu proses sosialisasi di mana instruksi
rancangan , persetujuan , kebersamaan , perbincangan gaya hidup bahwa
pelaku penyimpangan sendiri mulai mendefenisikan sebagai hal biasa dalam
kehidupan sehari- hari.
B. Teori Labeling
Teori ini berdasarkan bahwa kriminalitas adalah sebuah kata , dan bukan
perbuatan atau tindakan . Kriminalitas di defenisikan secara sosial dan orang – orang
kriminal dihasilkan secara sosial dalam suatu proses yang mendorong orang banyak
memberikan cap pada kelompok minioritas , di mana dalam banyak hal bahkan
mungkin mereka melaksanakan konsekuensi daripada labeling tersebut . Akibatnya
orang yang diberi cap cacat mungkin tidak bisa berbuat lain daripada peranan yang
telah diberikan kepadanya.
Teori ini diartikan dari segi pandangan pemberian nama yaitu bahwa sebab utama
kejahatan dapat dijumpai dalam pemberian nama atau pemberian label dalam
masyarakat untuk mengidentifikasi anggota masyarakat tertentu. Berdasarkan
perspektif ini pelanggaran hukum tidak bisa dibedakan dari mereka yang tidak
melanggar hukum, terkecualikan bagi adanya pemberian nama atau label terhadap
mereka yang ditentukan demikian, oleh sebab itu maka criminal dipandang oleh
teoritisi pemberian nama sebagai korban lingkunngannya dan kebiasaan pemberian
nama oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
C. Teori Kriminologi dalam Berbagai Perspektif Biologi dan Psikologi
Di dalam teori ini terdapat para tokoh dengan pendapat masing – masing, adapaun
para tokoh itu yaitu :
1. Aguste Comte ( 1978 – 1857 )
Aguste Comte memberikan pengaruh penting bagi para tokoh mashab positivism,
meurut Aguste Comte yaitu :
“ There could be no real knowledge of social phenomena unless it was based
on a positivist “.
2. Cesare Lambroso
Lambroso di dalam teori nya menghubungkan teori positivism Comte dengan
evolusi Darwin . Adapun ajaran inti dari teori nya menjelaskan tentang penjahat
mewakili satu tipe keanehan fisik yang berbeda dengan non criminal . Lambroso
mengklaim bahwa para penjahat mewakili suatu bentuk kemerosotan yang
termanifestasi dalam kraakter fisik yang merefleksikan suatu bentuk awal dari
evolusi.
Ternyata tentang born criminal penjahat yang dilahirkan
meyatakan bahwa
penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan , lebih mendekatkan
nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat bawaan dan watak dibandingkan
mereka yang bukan penjahat .
Universitas Sumatera Utara
Mereka dapat dibedakan dari non criminal melalui beberapa atavistic stigmata
ciri – ciri fisik dari mahluk pada tahap awal perkembangan, sebelum mereka benar –
benar menjadi manusia. Lambroso berasalan sering kali para penjahat memiliki
rahang yang besar dan gigi taring yang kuat , suatu sifat yang pada umumnya dimiliki
hewan carnivore untuk merobek makanan dan melahap daging mentah. Menurut
Lambroso , seorang individu yang lahir dengan lima stigmata adalah seorang born
criminal ( penjahat yang dilahirkan ).
3. Enrico Ferri
Ferri berpendapat bahwa kejahatan dapat dijalankan melalui studi – studi
pengaruh – pengaruh interaktif di Antara faktor fisik dan faktor social . Dijelaskan
melalui faktor faktor fisik ( seperti ras , geografis, serta tempratur ), dan faktor sosial
(umur,jenis kelamin,variable psikologis).Ferri juga berpendapat bahwa kejahatan
dapat dikontrol dengan perubahan social . Misalnya subsidi perumahan, control
kelahiran,kebebasan menikah dan bercerai,fasilitas rekreasi.
4. Raffaela Garofalo
Rafaela di dalam teori nya23 mengatakan bahwa kejahatan – kejahatan alamiah
ditemukan di dalam seluruh masyarakat manusia ,tidak peduli pandangan pembuat
hukum dan tidak ada masyarakat yang beradab dapat mengabaikan .
23
Wahju Muljono, Op.Cit, hal 53
Universitas Sumatera Utara
5. Charles Buchman Goring
Menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan – perbedaan signifikan Antara
penjahat dan non penjahat kecuali di dalam tinggi dan berat tubuh . Para penjahat
pada umumnya memiliki bentuk tubuh lebih kecil dan ramping . Goring menafsirkan
temuan ini sebagai bentuk penegasan dari hipotesisnya bahwa para penjahat secara
biologis lebih inferior.
3. Body Types Theorie
Dikenal beberapa pendapat ahli didalam teori body types Theorie diantaranya yaitu :
a. Ernst Kretchmer ( 1888 – 1964 )
Ernst mendefenisikan ada empat teori fisik yaitu :
1. Asthenic yaitu orang yang memiliki badan kurus , raming dan bebbahu kecil
2. Athletic yaitu orang yang bentuk badan nya menengah tinggi , kuat , berotot
dan bertulang kasar
3. Pyknic yaitu orang yang memiliki badan tinggi sedang , figure yang tegap ,
leher besar , wajah halus
4. tipe
campuran
yaitu
orang
yang
tidak
terklasifikasi.
Kretschmer
menghubungkan tipe – tipe fisik tersebut dengan variasi – variasi
Universitas Sumatera Utara
ketidakteraturan fisik , pyhnic berhubungan dengan depresi , asthenics dan
athletics dan schizophrenia .24
b. Ernest A . Hooten
Hooten adalah seorang antropolog fisik . perhatinnya terhadap kriminalitas yang
secara biologis ditentukan
dengan publikasinya yang membandingkan penghuni
penjara di Amerika dengan suatu control group dari non criminal .
c. William H. Sheldon
Sheldon memformulasika sendiri – sendiri kelompok somatotypes .
the
endomorph yaitu orang yang memiki tubuh gemuk , the mesomorph yaitu orang yang
memilii tubuh berotot dan bertubuh atletis,the ectomorph orang yang memiliki fisik
tinggi , kurus , dan memiliki fisik yang rapuh ).Menurut Sheldon , “ solid flesh and
bone of the individual daging padat dan tulang seorang individu merupakan basis for
the study dasar untuk melakukan kajianyang memberikan suatu frame of refrence.jadi
menurut Sheldon , orang didominasi sifat bawaan yang mesomorph yang secara fisik
kuat , agresif , dan atletis cenderung lebih dari orang lain untuk terlibat dalam
perbuatan illegal .
d. Sheldon Glueck
Glueck melakukan studi komparatif Antara laki – laki delinquent dengan non
delinquent . pria delinquent didapati memiliki wajah yang lebih sempit ( kecil ) , dada
24
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa , Kriminologi ( Jakarta : Raja Grafindo Persada ,2003 ) , hal 43
Universitas Sumatera Utara
yang lebar , pinggang yang lebih besar dan luas , lengan bawah dan lengan atas lebih
besar daripada non delinquent.
4. Penjelasan Psikologi atas Kejahatan
a. Teori Psikoanalisa
Sigmund Freud dalam teori ini menghubungkan delinquent dan perilaku criminal
dengan suatu conscience yang baik yang begitu menguasai sehingga menimbulkan
perasaan yang begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau
conccience begitu lemah sehingga tidak dapat mengontol dorongan individu dan bagi
kebutuhan yang harus dipenuhi . Seseorang melakukan perilaku yang terlarang karena
hati nurani atau superego nya begitu lemah atau tidak sempurna sehingga ego nya (
yang berperan sebagai penegah antara super ego dan id ) tidak mampu mengontrol
dorongan – dorongan dari id ( bagian dari kepribadian yang mengandung keinginan
dan dorongan yang kuat untuk dipuaskan dan dipenuhi ).
b. Moral Development Theory
Lawrence Kohlberg seorang psikolog menemukan bahwa pemikiran moral
tumbuh di dalam tiga tahap , yaitu :
1. Preconventional stage yaitu tahap pra konvensional , di dalam hal ini
moral dan nilai – nilai moral anak terdiri atas “ lakukan “ dan “ jangan
lakukan “untuk menghindari hukuman, menurut teori ini anak yang
Universitas Sumatera Utara
berusia 9 sampai 11 tahun biasa nya berpikir pada tingkat pra
konvensional.
2. Conventional level yaitu tingkatan yang meyakini dan mengadopsi nilai
– nilai dan aturan masyarakat, dan masyarakat itu menegakkan aturan –
aturan itu missal nya mencuri itu dilarang maka tidak seharusnya mencuri
dalam kondisi apa pun.
3. Postconventional
yaitu individu secara kritis menguji kebiasaan –
kebiasaan dan aturan – aturan social sesuai dengan perasaan mereka
tentang hak asasi universal, prinsip moral dan kewajiban . menurut
Kohlberg kebanyakan delinquent dan penjahaht berpikir pada tingkatan
pra konvensional.
Sedangkan John Bowlhy , mengajukan Theory of Attachment yang mempelajari
kebutuhan akan kehangatan dan afeksi lahir dan konsekuensi bila tidak mendapat kan
hal tersebut . Ia mengajukan theory of attachment ( teori kasih sayang ) yang terdiri
atas tujuh hal penting yaitu : Specifity yaitu kasih sayang itu sifat nya selektif ,
Duration yaitu kasih sayang berlangsung lama dan bertahan, Engagement of emotion
yaitu melibatkan emosi ,Ontogeny yaitu rangkaian perkembangan anak membentuk
kasih sayang pada figure utama, Learning yaitu kasih sayang hasil dari interaksi
social yang mendasar,Organization yaitu kasih sayang mengikuti suatu organisasi
perkembangan, Biological function yaitu perilaku kasih sayang memiliki fungsi
Universitas Sumatera Utara
bioloigis yang survival . Menurut Bowlby orang yang sudah biasa menjadi penjahat
pada umumnya memiliki ketidakmampuan membentuk ikatan – ikatan kasih sayang.
c. Social Learning Theory
Teori ini mengemukakan bahwa perilaku delinquent ini dipelajari melalui proses
psikologis yang sama sebagaimana semua perilaku non delinquent. Tokoh – tokoh
yang mendukung teori ini adalah :
1. Albert Bandura
Ia berpendapat bahwa individu – individu yang mempelajari kekerasan dan agresi
melalui suatu behavioral modeling . Anak belajar bertingkah laku melalui peniruan
tingkah laku orang lain .
2. Gerard Peterson
Ia melakukan pengujian bagaimana agrasi dipelajari melalui pengalaman –
pengalaman langsung .Gerard Peterson melihat bahwa anak – anak yang bermain
secara pasif sering menjadi korban anak – anak lain nya tetapi kadang – kadang
berhasil mengatasi serangan itu dengan agresi balasan . Dengan berlalunya waktu
anak – anak ini maka ia akan belajar membela diri dan akhirnya menjadi suka
berkelahi .
Universitas Sumatera Utara
3. Ernesnt Burgess dan Ronald Akers
Mereka menggabungkan Learning Theory dari Badura yang berdasarkan
psikologi dengan teori Differential Association dari Erwin Sutherland yang
berdasarkan sosiologi dan kemudian menghasilkan teori Differential Association Rein
Forcemment .
5. Teori Kriminologi dari Perspektif Sosiologis
Teori sosiologis sendiri mencari perbedaan dari angka kejahatan di dalam
lingkungan social . Teori ini dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Strain ;
b. Culture Deviance ;
c. Social Control .
a. Strain Theories
Strain theories merupakan theory anomie dari Emile Durkheim. Durkheim
meyakini jika sebuah masyarakat sederhana berkembang menuju surtu masyaraka
yang modern dan kota , maka kedekatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan satu set
norma akan merosot , di mana kelompok – kelompok akan terpisah dan dalam
ketiadaan dalam satu set aturan – aturan umum , tindakan – tindakan dan harapan
orang lain dengan tidak dapat diperediksi perilaku sistem tersebut secara bertahap
akan runtuh dan masyarakat itu dalam keadaan anomi. Durkheim mempercayai
Universitas Sumatera Utara
bahwa hasrat manusia adalah tidak terbatas , karena alam tidak mengatur batas –
batas yang kketat untuk kemampuan manusia .
b. Cultural Deviance Theories
Teori ini juga disebut dengan teori – teori penyimpangan budaya. Ada tiga jenis
teori penyimpangan budaya yaitu :
1. Social Disorganization Theory
Teori ini terfokus pada perkembangan disintegrasi nilai konvensional yang
disebabkan industrialisasi yang cepat , peningkatan imigrasi , dan urbanisasi. Adapun
tokoh yang terkenal di dalam teori Social Disorganization Theory yaitu,
W.I Thomas dan Florian Znanieck didalam buku mereka yang berjudul The
Polish Peasant in Ueropa and America menggambarkan pengalaman sulit yang
dialami para petani Polandia ketika mereka meninggalkan dunia lamanya yaitu
pedesaan untuk menuju dunia baru kota industry . Selain itu mereka menyelidiki
asimilasi dari para imigran dimana para imigran tua tidak begitu terpengaruh akan
kepindahan itu meskipun berada di daerah kumuh , tetapi dengan adanya generasi
muda mereka memliki sedikit tradisi lama tetapi tidak terasimilalsi dengan tradisi
dunia baru, adapun tokoh lain nya yaitu Robert Park dan Ernest Burgess yang
mengembangkan teori Social Disorganization dari Thomas dan Znanieck yang
mengintrodusir analisis ekologi dari masyarakat dunia, yang meniliti karakter daerah
dan bukan meneliti para penjahat untuk penjelasan tentang tingginya angka kejahatan
Universitas Sumatera Utara
Mereka mengembangkan pemikiran tentang Natural Urban Areas yang terdiri atas
zona – zona konsentrasi yang memanjang keluar dari distrik pusat bisnis dan kota,
tokoh lain nya yaitu Clifford Shaw dan Hendri Mc kay ang mmengatakan bahwa
angka tertinggi dari delinquent berlangsung terus di area yang sama dari kota Chicago
meskipun komposisi etnis berubah. Penemuan ini memberi kesimpulan bahwa faktor
yang paling menentukan bukanlah etnisitas melainkan posisi kelompok di dalam
penyebaran status ekonomi dan nilai – nilai budaya .
2. Culture Conflick Theory
Teori ini menegaskan bahwa kelompok – kelompok yang berlainan belajar
conduct norm yang berbeda dan bahwa banyak conduct norm dari suatu kelompok
mungkin berbenturan dengan aturan konvensional kelas menegah. Tokoh yang
terkenal dari teori ini adalah Thorsten Sellin di mana ia mengatakan bahwa conduct
norm merupakan aturan yang merefleksikan sikap – sikap dari kelompok yang
masing – masing dari kita memilikinya .
3. Differential Association Theory
Teori ini berpendapat bahwa orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat
dari hubungan dengan nilai – nilai dan sikap anti social serta pola tingkah laku
criminal. Jadi kejahatan terjadi karena hasil peniruaan terhadap kejahatan yang ada di
dalam masyarakat . Adapun tokoh dari teori ini adalah Edwin H. Sutherland.
Universitas Sumatera Utara
Sobural sebagai akronim dari nilai – nilai social , aspek budaya dan faktor
structural dari suatu sistem masyarakat tertentu. Tujuan dari teori sobural bukan
semata – mata mencegah kejahtan , melainkan merekayasa hukum dalam kebenaran
dan keadilan agar tercipta kedamaian dan kesejahteraan , maka hanya Polri lah yang
dapat memberitahukan kepada semua aparat pemerintah baik pusat maupun daerah
bahwa timbulnya dan semakin meningkatnya kejahatan atau tindak pidana.
c. Social Control
Teori control sosial memfokuskan diri pada teknik – teknik dan strategi yang
mengatur tingkah laku manusia dan membawanya kepada penyesuaian atau ketaataan
kepada aturan – aturan masyarakat .
25
Konsep control sosial lahir pada peralihan
abad dua puluh dalam satu volume buku dari E.A.Ross, salah seorang bapak
sodiologi Amerika.Menurut Ross,sistem keyakinanlah yang membimbing orang –
orang yang secara universal mengontrol tingkah laku , tidak peduli apa pun bentuk
keyakinan yang dipilih.Sejak saat itu ,konsep ini diambil dalam arti yang semakin
luas . Kontrol sosial telah di konseptualisasikan sebagai : “all – encompassing ,
representingpractically any phenomenon that leads to conformity to norms “ istilah
ini dapat ditemukan pada studi – studi hukum, kebiasaan,moral , ideology, dan adat.
Control sosial dikaji dari perspektif makro maupun mikro. Macrosociological
studies menjelajah sistem – sistem formal untuk mengontrol kelompok – kelompok.
25
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa ,Op.Cit, hal 87
Universitas Sumatera Utara
Sistem formal itu diantara nya , sistem hukum undang – undang penegak
hukum,kelompok – kelompok kekuatan masyarakat ,arahan –arahan sosial ekonomi
dari pemerintah atau kelompok swasta.Jenis control ini dapat menjadi positif maupun
negative.positif apabila dapat merintangi orang dari melakukan tingkah laku yang
melanggar hukum. Negatif apabila mendorong penindasan, membatasi, atau
melahirkan korupsi dari mereka yang memiliki kekuasaan. Micrososiological studies
memfokuskan perhatian kepada sistem control secara informal . teori teori dari
control sosial antara lain :
1. Travis Hirschi ( sosial Bonds)
Hirschi menyebut empat sosial bonds yang mendorong socialization (sosialisasi)
dan conformity ( Penyesuaian diri , yaitu attachment , commitment , involvement,
dan belief. Menurut Hirschi “ the stronger these bonds,the less likelihood of
delinquency (semakin kuat ikatan ikatan ini ,semakin kecil kemungkinan terjadi
delinquency atau kenakalan )dalam penelitiannya ia mendapati bahwa “ weakness in
any of the bonds was asocited with delinquent behavior “ ( kelemahan di setiap ikatan
– ikatan itu berkaitan dengan tingkah laku delinquent ).
2.
Michael Gotfreason dan Travis Hirschi
Gotfredson dan hirschi dalam buku nya A General Theory Of Crime menemukan
satu penjelasan yang signifikan dengan karya hirschi terdahulu. Social bonds dari
hirschi menolak usaha menjelaskan kejahtan melalui internalized control dan ia justru
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pendekatan sosiologis . Kontrol tersebut menurut teori Hirschi
sebelumnya, dihasilkan oleh hubungan berlanjut si individu dengan conventional orde
yaitu oleh ikatan ikatan dengan keluarga ,sekolah , pekerjaan,aktivitas sehari – hari,
dan kepercayaan . Mereka meninggalkan pemikiran bahwa berlanjutnya social bonds
merupakan pencegahan terhadap keterlibatan perbuatan
illegal. Mereka justru
menegaskan dalil bahwa self control , yang terpendam dalam awal kehidupan
seseorang menentukan siapa yang jatuh sebagai pelaku kejahahtan. Jadi control
merupakan suatu keadaan integral yang permanen disbanding dari hasil perjalanan
faktor sosiologis. Menurut mereka , self control merupakan pencegah yang membuat
orang menolak kejahtan dan pemuasaan sesaat.
3. David Matza ( techniques of neutralization)
David matza mengembangkan suatu perspektif yang berbeda secara signifikan
pada sosial control dengan menjelaskan mengapa sebagian remaja hanyut ke dalam
atau keluar dari delinquency. Menurut nya remaja merasakan suatu kewajiban moral
untuk menaati atau terikat dengan hukum . “ikatan “ atau “ bond “ antara seseorang
dengan hukum sesuatu yang menciptakan tanggung jawab dan control sosial akan
tetap di tempat nya sepanjang waktu .
Apabila ia tidak ditempatnya lagi , remaja itu mungkin masuk ke dalam drift ,
atau periode di mana delinquent sementara hadir dalam keadaan linglung ( terlantar
atau terombang ambing ) antara convention dan crime , merespon permintaan dari
Universitas Sumatera Utara
masing– masing , kadang dekat dengan yang satu kadang dengan yang lain , tetapi
menunda komitmen , menghindari putusan . Jadi ia drift antara tindakan criminal dan
konvensional.
4. Albert J.Reiss ( Personal and Social Control )
Personal control didefinisikan sebagai “ the ability of the individual to refrain
from meeting needs in ways which conflict with the norms and rules of the
community “ kemampuan individu umtuk menolak memenuhi kebutuhan dengan cara
yang berlawanan dengan norma – norma atau aturan masyarakat . Sedangkan social
control di defenisikan sebagai “ the ability of sosial groups or institusion to make
norms or rules effective ( kemampuan kelompok – kelompok atau lembaga – lembaga
sosial untuk membuat norma norma atau aturan – aturanya dipatuhi ) . Menurut Reiss
penyesuaian diri dengan norma mungkin dihasilkan dari penerimaan ( acceptance )
individu atas aturan dan peranan atau semata- mata dari ketundukan kepada norma.
5. Walter C. Reckless ( Containment Theory )
Containment theory menurut Reckless adalah menjelaskan mengapa di tengah
berbagai dorongan dan tarikan – tarikan kriminogenik yang beraneka macam , apa
pun itu bentuknya, conformity ( penerimaan kepada norma ) tetaplah menjadi sifat
yang umum . Menurut Reckless untuk melakukan kejahatan atau delinquency
mempersyaratkan si indivdu memecahkan atau menerobos suatu kombinasi dari outer
containment ( pengurungan luar ) dan inner containment ( pengurangan dalam) yang
Universitas Sumatera Utara
bersama – sama cenderung mengisolasikan seseorang baik dari dorongan ataupun
tarikan itu .
Menurut Reckless kemungkinan terjadi penyimpangan berhubungan secara
langsung dengan sejauh mana dorongan – dorongan internal ( seperti kebutuhan harus
dipenuhi , keresahan ,) tekanan eksternal ( kemiskinan , pengganguran ) tekanan –
tekanan eksternal dikontrol dengan inner containment atau outer containment .
B. Faktor – Faktor
Penyebab Tindak Pidana Pemerkosaan
Terhadap
Anak
Kejahatan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur yang sering terjadi di
sekitar kita baik dilakukan oleh keluarga anak tersebut atau pun dengan orang lain.
Tulisan ini mengangkat satu kasus mengenai pemerkosaan yang dilakukan terhadap
anak .pelaku dari pemerkosaan ini adalah Purmanto Panjaitan , berusia 20 tahun , dan
bekerja sebagi petani. Melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap Natalia
Simatupang berusia 15 tahun. Dimana Natalia alias Nia merupakan teman dekat dari
Purmanto.
Dimana pada saat terjadi nya peristiwa pemerkosaan Nia mendapat pesan singkat
dari Purmanto untuk datang ke rumah tersangka di Jalan Jamin Ginting Gang Roga
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ,di mana tersangka melakukan sejumlah bujuk
rayu terhadap korban untuk melakukan persetubuhan dengan nya, meskipun korban
alias Nia mengetahui jika tersangka atau Purmanto memiliki istri bernama Mak Rina.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam hal ini pelaksana utama dari terjadi nya suatu pemerkosaan bukan saja
datangya dari pelaku semata – mata tetapi juga dari faktor faktor yang ada di luar dari
diri si pelaku sendiri. Namun secara umum faktor – faktor terjadinya suatu
pemerkosaan adalah sebagai berikut :26
1. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika
berpakaian yang menutup aurat , yang dapat merangsang pihak lain untuk
berbuat tidak senonoh dan jahat.
2. Gaya hidup atau metode pergaulan di antara laki – laki dengan perempuan
yang semakin bebas , tidak atau kurang bisa lagi membedakan antara yang
seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang dalam hubungan nya
dengan kaedah akhlak mengenai hubungan antara laki – laki dan perempuan .
3. Rendah nya pengalaman dan penghayatan terhadap norma – norma
keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat . Nilai – Nilai keagamaan yang
semakin terkikis di masyarakat atau pola relasi horizontal yang cenderung
makin meniadakan peran agama merupakan hal yang potensial untuk
seseorang berbuat jahat dan merugikan orang lain.
4. Tingkat control masyarakat ( Social Control ) yang rendah artinya berbagai
perilaku yang diduga sebagi penyimpangan , melanggar hukum dan norma
keagamaan kurang mendapatkan response dan pengawasan dari unsur – unsur
masyarakat .
26
Rena Yulia , Op.Cit, hal 20
Universitas Sumatera Utara
5. Putusan Hakim yang merasa tidak adil , seperti putusan yang cukup ringan
yang dijatuhkan pada pelaku . Hal ini dimungkinkan dapat mendorong
anggota – anggota masyarakat untuk berbuat keji dan jahat . Artinya mereka
yang melakukan perbuatan kejahatan tidak lagi merasa takut terhadap sangsi
hukum yang dijatuhkan kepada nya .
6. Ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan nafsu seksual dan emosi nya .
Nafsu seksual yang dibiarkan mengembara yang menuntunnya untuk
melakukan pelampisasan terhadap oranng lain yang bukan istrinya.
7. Keinginan pelaku untuk melakukan pelampiasan terhadap korban sebagai
bentuk balas dendam akibat dari perbuatan korban yang dianggap merugikan
pelaku.
Pelaku merupakan faktor utama dari terjadinya tindak pidana pemerkosaan tetapi
bukan juga semata – mata pemerkosaan terjadi karena perilaku menyimpang dari
pelaku . Faktor terjadinya suatu tindak pidana kejahatan pemerkosaan dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat di dalam diri si pelaku sendiri sehingga
ia melakukan pemerkosaan dapat dibagi menjadi :
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor kejiwaan
Manusia terlahir terdiri atas roh , jiwa , dan raga yang sepatutnya dapat berfungsi
secara seimbang . Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek yaitu :
Kognisi ( pikiran ) , afeksi ( emosi , pikiran ) , dan konasi ( kehendak ,
kemauan,psikomotor ). Manusia mengalami pertumbuhan fisik dan pertumbuhan
kejiwaan . Di dalam masa perkembangan kejiwaan maka seiring itu akan terbentuk
lah faktor kejiwaan yang dipengaruhi oleh diri nya sendiri . perkembangan ini akan
berbeda setiap individu, oleh sebab itu maka sikap manusia berbeda satu dengan yang
lain nya.
Keadaan dimana seseorang terlahir tidak normal mendorong seseorang untuk
melakukan kejahatan . Misalnya nafsu sex yang abnormal , sehingga melakukan
perkosaan terhadap wanita, dimana korban tidak mengetahui jika pelaku mengalami
sakit jiwa , psyco patologi dan aspek psikologis.
Penderita sakit jiwa memiliki kelainan mental yang di dapat dari faktor
keturunan maupun dari dalam diri penderita tersebut, sehingga seorang pelaku
pemerkosaan yang sakit jiwa nya sulit menetralisir rangsangan seksual yang ada di
dalam diri nya dan rangsangan seksual sebagai energy psikis tersebut bila tidak
diarahkan akan menimbulkan hubungan – hubungan yang menyimpang dan dapat
menimbulkan korban .
Universitas Sumatera Utara
Psycho patologi merupakan hal yang terkandung dalam diri seseorang tertentu
yang memungkinkan orang tersebut ,melakukan kejahatan dan perbuatan yang
menyimpang meskipun ia tidak sakit jiwa.
Di dalam aspek psikologis merupakan salah satu aspek dari hubungan seksual
adalah aspek yang mendasari puas atau tidak puas nya dalam melakukan hubungan
seksual dengan segala eksesnya . dalam hal ini bukan berarti setiap hubungan seksual
memberikan kepuasan oleh karena itu kemungkinan ada nya ekses ekses nya
merupakan aspek psikologis yang muncul akibat dari ketidakpuasaan dalam
melakukan hubungan seks.dan aspek inilah yang dapat menyebabkan penyimpangan
hubungan seksual dengan pihak lain yang menjadi korbannya.
Setiap orang memiliki kelainan jiwa, pada umunya akan melakukan
pemerkosaan sadis, sadism yang dimaksud dapat juga diberi pengertian pemerkosaan
yang dilakukan dihadapan pihak ketiga , dan dapat juga dilakukan bersamaaan
dengan pihak ketiga. Atau pun dibawah pengaruh alcohol dan penggunaan narkotika
yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan perbuatan yang tidak normal.
b. Faktor biologis
Di dalam menjalani kehidupan nya manusia memiliki berbagai macam kebutuhan
yang harus dipenuhi termasuk juga kebutuhan biologis. Sejak kecil manusia memiliki
dorongan – dorongan seks . dorongan tersebut merupakan dasar dari dalam diri
manusia sebagai akibat dari zat zat hormone seks yang ada di dalam diri manusia.
Universitas Sumatera Utara
Dorongan seks dari dalam diri manusia tersebut menuntut untuk selalu dipenuhi ,
apabila seorang manusia tidak dapat mengendalikan maka akan mengakibatkan
ketidakseimbangan sehingga mempengaruhi pola perilaku manusia, dan apabila
dorongan seks tersebut tidak dapat dikontrol maka akan menyebabkan pemerkosaan.
c. Faktor Moral
Moral merupakan faktor pentinng di dalam terbentuk nya kejahatan . moral dapat
juga menjadi filter terhadap perilaku manusia yang menyimpang , oleh karena itu
moral merupakan ajaran tingkah laku mengenai kebaikan – kebaikan dan merupakan
hal vital dalam bertingkah laku . apabila seseorang memiliki maka ia akan terhindar
dari perbuatan tercela.
Munculnya kasus – kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur ,
disebabkan karena pelaku nya tidak memiliki moral. Dari kasus tersebut pelaku dari
pemerkosaan tersebut adalah pacar korban sendiri yang sudah beristri, dimana apabila
pelaku Purmanto memiliki moral maka ia tidak akan melakukan pemerkosaan
terhadap anak dibawah umur, sementara Purmanto merupakan suami dari mak Rina.
Faktor yang mempengaruhi merost nya moral seseorang adalah merost nya
pendidikan agama seseorang . agama merupakan unsur pokok dalam kehidupan
manusia dan merupakan kebutuhan spiritual dari seseorang . hal lain yang
mempengaruhi moral seseorang adalah , kehidupan religius dari suatu keluarga,
apabila ia dilahirkan dari keluarga yang memiliki religius tinggi maka seseorang akan
Universitas Sumatera Utara
mendapat pelajaran agama secara baik dan benar sehingga kemungkinan untuk jjatuh
kedalam dosa kecil, dan sebalik nya apabila seseorang lahir dari keluarga yang tidak
bereligius maka kemungkinan ia akan mendapat pengajaran moral yang rendah.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri pelaku tersebut .
faktor yang mempengaruhi dari luar diri pelaku pemerkosaan terhadap anak yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Tinggi nya kasus – kasus pemerkosaan yang terjadi pada masa sekarang ini erat
kaitan nya dengan aspek sosial budaya . Karena dalam kenyataan nya faktor sosial
budaya mempengaruhi turun nya moralitas sehingga terjadi kasus pemerkosaan.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi pesat nya perkembangan zaman , teknologi ,
dan ilmu pengetahuan maka disadari akan memberikan dampak negative dalam diri
manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akibat dari proses moderenisasi tersebut
menyebabkan berkembanglah budaya – budaya yang terbuka , pergaulan semakin
bebas , cara berpakaian seorang wanita semakin merangsang, sering memakai
perhiasan mahal , sering berpergian sendiri sehingga dapat menjadi peluang terjadi
nya pemerkosaan.
Salah satu faktor sosial budaya yang mendukung timbul nya pemerkosaan adalah
remaja yang masih termasuk di dalam kategori belum dewasa berpacaran dengan
Universitas Sumatera Utara
lawan jenis nya , sambal menonton film porno , sehingga dapat mempengaruhi anak
tersebut untuk menirukan adengan dalam film porno tersebut.
b. Faktor ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang , akan mempengaruhi seseorang dalam mendaptkan
pendidikan , jika seseorang sulit mendaptkan pendidikan maka ia tidak akan
mendapat pekerjaan yang layak , keadaan ini akan menyebabkan orang tersebut akan
kehilangan kepercayaan diri dan menimbulkan jiwa yang apatis , frustasi , dan tidak
respek terhadap norma dan aturan masyarakat sekitar nya.
Keadaan perekonomian merupakan fakktor yang secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi pokok – pokok kehidupan masyarakat hal ini akan
mempengaruhi pola kehidupan seseorang . Pada umumnya orang yang tidak memiliki
pekerjaan, pengangguran tidak dapat dipungkiri ia juga pasti memiliki hasrat biologis
yang harus tersalurkan , orang yang cenderung miskin dan penganguran yidak dapat
melampiaskan hasrat seksualnya kepada wanita tuna susila karena tidak memiliki
uang , sebaliknya dapat dilakukan dengan onani , sebagian melakukan dengan cara
memperkosa orang yang sudah di intai nya sebagai pelampiasan hasrat biologis nya.
Sebaliknya bagi golongan yang berada tidak lepas dari tindakan criminal
kejahatan asusila , perkosaan terjadi di hotel dan penginapan penginapan yang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan tidak jarang pula orang yang termasuk
golongan berada tersebut menggunakan alat perangsang yang diperoleh dengan biaya.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Media Massa
Media massa merupakan sarana untuk memperoleh informasi, media massa dapat
berupa koran , majalah , televise , media sosial di internet , biasanya hal tersebut akan
berisi informasi mengenai kejadian – kejadian , peristiwa , hal yang utama dari surat
kabar biasanya adalah tindak pidana .
Media massa sendiri tidak dapat kita pungkiri bahwa ia memberikan dampak
besar terhadap kasus – kasus pemerkosaan terhadap anak, pemuturan video porno di
situs online , gambar di majalah yang mengundang hasrat akan mempengaruhi pola
piker seseorang dan melakukan pemerkosaan terhadap anak dibawah umur.
Menurut teori kriminologi faktor lain terjadinya kejahatan pemerkosaan , dapat
terjadi karena faktor penyebab yang berasal dari dalam diri si pelaku
pemerkosaan(faktor intern ), faktor dari luar diri pelaku ( faktor ekstern)
1. Faktor Intern
Faktor intern merupakan faktor yang dilihat dari individu – individu yang
memiliki hubungan dengan pemerkosaan. Pada faktor intern ini melihat suatu
kejahatan dari dalam diri si pelaku,banyak terdapat teori yang menggambarkan
keadaan ini,namun hanya difokuskan kedalam teori yang menjelaskan pemerkosaan
ari perspektif biologis dan perspektif psikologis.
Universitas Sumatera Utara
A. Teori Perspektif Biologis
perspektif biologis ini dipelopori oleh C.Lambrosso . C.Lambrosso berpendapat
bahwa para criminal secara fisik berbeda dengan warga yang taat hukum dan
perbedaan ini menunjukkan penyebab – penyebab biologis dari tindakan criminal .
Lambrosso memberikan perhatian kepada perilaku individu yang menyimpanng, hal
ini diuraikan dalam buku nya “ L’uamo Deliquente “. Menurut Lambrosso ada ada
dua tipe orang yang ditakdirkan melakukan kejahatan yaitu orang yang ditakdirkan
melakukan kejahatan ,orang yang tidak dapat tidak ,suatu saat akan melakukan
kejahatan. Orang – orang yang terlahir sebagai criminal merupakan tipe manusia 40
persen dari populasi criminal .
Lambroso menggabungkan positivism Comte , evolusi dari Darwin , serta banyak
lagi pioneer dalam studi tentang hubungan kejahhatan dan tubuh manusia.
Kriminologi beralih secara permanen dari filosofi abstrak tentang penanggulangan
melalui legilisasi menuju suatu studi modern penyelidikan sebab – sebab kejahatan.
Lambroso menggeser konsep free will dengan determinisme , bersma – sama dengan
pengikutnya Enrico Ferri dan Raffaele Garofalo . Lambrosso membangun suatu
orientasi baru yakni mazhab italia atau mazhab positif , yang mencari penjelasan atas
tingkah laku kriminik melalui eksperimen dan penelitian ilmiah.
Inti dari ajaran lambroso tentang kejahatan adalah penjahat mewakili suatu tipe
keanehan/ keganjilan fisik yang berbeda dengan non kriminil. Lambroso mengklaim
Universitas Sumatera Utara
para penjahat mewakili bentuk kemerosotan yang termanifestasi dalam karakter fisik
yang merefleksikan suatu bentuk awal revolusi
Teori lambroso tentang born criminal ( penjahat yang dilahirkan ) menyatakan
bahwa para penjahat merupakan suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan.
Penjahat lebih mendekati nenek moyang mereka yang berbentuk kera dalam hal sifat
bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan penjahat. Mereka dapat dibedakan
dari non kriminil melalui beberapa ciri – ciri fisik dari manusia pada tahap awal
perkembangan , sebelum mereka benar – benar menjadi manusia. Lambroso
berasalan bahwa seringkalli para penjahat memiliki rahang yang besar dan gigi taring
yang kuat, suatu sifat yang pada umumnya dimiliki mahluk karnivora yang merobek
dan melahap daging mentah .27
Menurut Lambroso seorang individu yang lahir dengan salah saatu dari lima
stigmata adalah seorang born criminal ( penjahat yang dilahirkan ) . Kategori ini
mencakup kurang lebih sepertiga dari seluruh pelaku kejahatan .Sementara itu
penjahat perempuan menurutnya berbeda dengan penjahat laki – laki . Ia adalah
pelacur yang memiliki born criminal. Penjahat perempuan memiliki banyak
kesamaan sifat dengan anak – anak , moral sense mereka berbeda , penuh dendan,
cemburu.
Sebagai
konsekuensi
penjahat
perempuan
merupakan
suatu
monster.disamping kategori born criminal , lambroso menambahkan tiga kategori lain
nya yaitu insane criminals yaitu penjahat sebagai hasil dari berbagai perubahan
27
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa ,Op.Cit ,hal 38
Universitas Sumatera Utara
dalam otak mereka mengganggu kemampuan untuk membedakan antara benar dan
salah. Criminoloids mencakup suatu kelompok ambiguous termasuk penjahat
kambuhan ( habiatul criminals ) , pelaku kejahatan karena nafsu . Meskipun teori
Lambroso sederhana , namun ia memberi kontribusi yang signifikanbagi penelitian
mengenai kejahatan. Fakta bahwa Lambroso memulai melakukan penelitian terhadap
pengukuran ribuan narapidana yang hidup dan mati , dalam upaya menemukan
penentu kejahatan, perhatiannya pada multifactor dalam menjelaskan kejahatan.
Charles Buchman Goring , perbedaan antara para penjahat dengan non penjahat
dapat dilihat dari tinggi dan berat badan . Para penjahat didapati lebih kecil dan
ramping , dan dalam temuannya ditafsirkan bahwa penjahat secara biologis lebih
inferior.
B. Perspektif psikologis
Faktor intern yang menyebabkan seseorang melakukan pemerkosaan dari
perspektif psikologis ini dipelopori oleh Raffaele Gorofalo . Ia menelusuri kejahatan
bukan kepada bentuk – bentuk fisik tetapi kepada kesamaan – kesamaan psikologis
yang dapat juga dikatakan sebagai kekacauan moral ( moral anomalies ).
Teori moral anomalies mengunngkapkan bahwa secara alami kejahahtan –
kejahatan yang ditemukan dalam diri manusia . Kejahatan yang dilakukan akan
mendatangkan penderitaan kepada orang lain. Kelemahan organic dalam sentiment
Universitas Sumatera Utara
moral , tidak menjadikan moral dasar sebagai halaman untuk melakukan kejahatan.
Penjahat yang memiliki anomaly moral ini terjadi karena faktor keturunan .
Tokoh lain adalah Sigmund Freud (1856 – 1939) yang terkenal melalui teori
psikoanalisa. Ia menyatakan bahwa kejahatan dihasilkan dari suatu kesadaran yang
berlebihan atas perasaan bersalah pada diri seseorang. Terdapat tiga prinsip dasar
pada teori psikoanalisa dalam hubungan nya dengan terjadinya kejahatan yaitu :
1. Tindakan orang dewasa dapat dipahami dari perkembangan masa anak –
anaknya.
2. Tindakan dan motif bawah sadar merupakan suatu interaksi yang saling
berhubungan , sehinggaharus diuraikan untuk memahami kejahatan.
3. Kejahatan pada dasar nya merupakan repersentasi dari konflik psikologis.
Faktor lain terjadi nya kejahatan pemerkosaan dapat dilihat dari faktor ekstern.
Faktor ekstern yaitu Kejahatan pemerkosaan timbul berpangkal pada lingkungan dan
rohani. Faktor ekstern merupakan faktor terjadinya kejahatan karena adanya faktor
dan pengaruh dari luar pelaku kriminal. Faktor ekstern terjadinya pemerkosaan
berbeda dengan faktor intern yang melihat dari faktor biologis dan psikologis yang
dipelopori oleh Lambroso dan tokoh – tokoh lain nya,dalam faktor ekstern mengarah
kepada faktor sosiologis nya, pelopor dari teori ini adalah Lacassagne, Ia merupakan
seorang ahli kedokteran di Perancis yang menganut mazhab Prancis atau mazhab
lingkungan. Menurut Lacassagne yang terpenting adalah keadaan sosial di sekeliling
Universitas Sumatera Utara
kita, yang merupakan suatu pembinaan untuk melakukan kejahatan. Penjahat di
ibaratkan sebagai kuman, dan suatu unsur yang baru mempunyai arti apabila
menemukan pembenihan yang akan membuat nya berkembang .
Lacassagne dan Manouvrier yang merupakan para ahli kedokteran di Prancis
yang menekankan peran penting faktor eksogen. Menurut mereka, penjahat
merupakan hasil bentukan atau ciptaan lingkungan dalam arti seluas-luasnya. Mereka
memfokuskan pada lingkungan runah tangga yang buruk, kurangnya pendidikan dan
pengajaran, kelahiran anak diluar nikah, kemiskinan, ketergantungan minuman keras,
penderitaan akibat perang, godaan hidup perkotaan. Singkatnya, semua hal yang
eksternal berpengaruh terhadap manusia dan mereka juga memberikan landasan bagi
pemikiran aliran Marxis yang menambahkan suasana pemikiran bahwa penyebab
kejahatan dapat ditemukan dalam atau bagaimana sistem ekonomi disusun dalam
mekanisme produksi kapitalis.28
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern menurut W.A.Bonger ( 1834 – 1924 ), Ia berpendapat bahwa yang
menyebabkan terjadinya kejahatan adalah fluktuasi ekonomi ( keadaan ekonomi yang
tidak tetap ). Menurut Bonger adanya orang – orang yang karena struktur
kepribadiannya mempunyai kecenderungan criminal , namun persentase mereka tidak
banyak. Keadaan ekonomi yang membuat meluasnya kriminalitas, maka haruslah
28
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Policy
Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan,(Medan: Pustaka Bangsa Press,2008), hal 103
Universitas Sumatera Utara
dipandang sebagai akibat faktor yang berada di kuar individu, yaitu faktor kejahatan.
Kriminalitas yang meningkat berarti keadaan lingkungan sangat jelak, sehingga
kecenderungan melakukan kriminalitas diwujudkan. Kriminalitas yang menurun
menunjukkan keadaan ekonomi yang semakin baik. Keadaan demikian membuat
orang – orang yang berpotensi criminal tidak melakukan perbuatan criminal.
Tokoh lain nya adalah G.Tarde ( 1843 – 1904 ), seorang ahli hukum dan
sosiologi, menurut pendapatnya kejahatan bukan suatu gejala antropologis tetapi
kejahatan merupakan suatu gejala sosiologis. Kejahatan sama halnya dengan kejadian
– kejadian yang terjadi di dalam masyarakat yang dikarenakan oleh adanya peniruan.
Ada beberapa teori yang melegitimasi pengaruh lingkungan sosial terjadinya
kejahatan :
a. Teori anomi
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Emile Durkheim ( 1858-1917 ) sebelum
akhir abad ke 19,menurut Durkheim menjelaskan tingkah laku manusia yang salah
maupun benar, maka tidak bisa hanya dilihat dari pribadi seseorang, melainkan harus
dilihat pada kelompok masyarakatnya. Menurut Durkheim istilah anomi , jika
diterjemahkan berarti tidak ditaatinya aturan – aturan yang terdapat di dalam
masyarakat sebagai akibat dari hilangnya nilai – nilai dan standar – standar.
Menurut Robert K.Merton , namun konsepnya berbeda dengankonsep
Durkheim,menurutnya permasalahan utama dari kejahatan adalah tidak diciptakan
Universitas Sumatera Utara
oleh perubahan yang mendadak dalam masyarakat,melainkan oleh adanya struktur
sosial yang masing- masing bertahan untuk mencapai tujuan yang sama bagi semua
anggota nya tanpa memberi saran atau sarana yang sama untuk mencapainya. Hal ini
menyebabkan tidak adanya kesesuaian antara apa yang diminta oleh kultur dan apa
yang dibolehkan oleh struktur.
Berdasarkan teori Merton , bahwa dalam setiap masyarakat selalu terdapat
struktur sosial yang berbentuk kelas – kelas. Perbedaan kelas ini menyebabkan
adanya perbedaan – perbedaan kesempatan dalam mencapai tujuan. Misalnya, mereka
yang mempunyai kelas rendah mempunyai kesempatan lebih kecil dibandingkan
dengan mereka yang mempunyai kelas tinggi. Perbedaan struktur kesempatan dan
tidak meratanya sarana – sarana akan menimbulkan frustasi di kalangan warga yang
tidak mempunyai kesempatan dalam mencapai tujuan tersebut. Situasi ini akan
menimbulkan keadaan dimana warga tidak lagi mempunyai ikatan yang kuat terhadap
tujuan dan sarana – sarana yang terdapat di dalam masyarakat.Merton
mengemukakan lima cara untuk mengatasi keadaan anomie, yaitu :
1. Konformitas ( conforming ) , merupakan suatu keadaan dimana warga
masyarakat tetap menerima tujuan dan sarana –sarana yang terdapat dalam
masyarakat karena adanya tekanan moral.
2. Inovasi (inovation) , merupakan suatu keadaan dimana tujuan yang terdapat
dalam masyarakat diakui dan dipelihara tetapi mereka mengubah sarana –
sarana yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Ritualisme (ritualism), merupakan suatu keadaan dimana warga masyarakat
menolak tujuan yang telah ditetapkan dan memilih
sarana yang telah
ditentukan.
4. Pemberontakan ( rebellion ) , merupakan suatu keadaan dimana tujuan dan
sarana – sarana yang terdapat dalam masyarakat ditolak dan berusaha untuk
mengganti atau mengubah seluruhnya.
5.
Retreatism ( Penarikan diri ) merupakan keadaan dimana para warga
masyarakat menolak tujuan dan sarana yang telah disediakan.
Albert K.Cohen berpendapat mengenai kenakalan yang dilakukan oleh anak, yang
tidak berbeda dengan Merton. Cohen berpendapat bahwa anak mempunyai masalah
dengan melakukan penyesuaian dengan orang lain. Kelas menengah lebih dominan
dari pada kelas bawah, sehingga anak mengalami frustasi karena ketidakmampuan
kels bawah berkompetisi dengan kelas menegah. Persaingan antara anak kelas bawah
dengan kelas menengah untuk mendapat penghargaan. Kegagalan dalam persaingan
akan bereaksi dengan kegagalan yang tidak dapat dihindari dengan menolak nilai –
nilai konvensional .
b. Teori Differential Assosiation
Edwin H.Sutherland (1939) menggambarkan konsep asosiasi diferensial untuk
menggambarkan proses belajar , seperti pemberian beasiswa sekolah Chichago.
Terdapat benturan dari dua kebudayaan di dalam bagian wilayah kota, yang pertama
Universitas Sumatera Utara
budaya pidana dan yang kedua budaya konvensional, kedua kebudayaan ini sangat
erat kaitannya dengan individu. Ia berpendapat :
…“that any person would inevitabily come into contact with “definitions
favorable to violation of law”and with “definition unfavorable to violation of
law”.the ratio of these definition or views of crime – whether criminal or
conventional influences are stronger in a person’s life determines whether the
person embraces crime as an acceptable way of life”…
Rasio ini mendefenisikan pandangan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh
seseorang berdampak positif terhadapnya atau tidak untuk melanggar hukum.
Kemudian rasio ini mendefenisikan apakah pengaruh dari hukum pidanamenentukan
apakah orang tersebut melakukan tindak pidana sesuai dengan gaya hidup yang dapat
diterima. Sutherland berpendapat bahwa setiap konsep differential association
menyatakan mengapa setiap individu ditarik ke dalam kejahatan. Pelanggaran hukum
yang terus berkembang sehingga orang lebih cenderung untuk belajajr dengan nilai –
nilai criminal.
Differential association mengakui berbagai ragam organisasi masyarakat yang
terpisah masing – masing satu sama lain, dengan norma dan nilainya sendiri di lain
pihak. Differential association hendak mencari dan menemukan bagaimana nilai dan
norma yang dimaksud dapat dikomunikasikan atau dialihkan dari kelompok
masyarakat yang satu kepada lainnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Teori konflik budaya ( culture conflict )
Menurut Thorsten Sellin , conduct norms ) norma – norma yang mengatur
kehidupan kita sehari – hari ) merupakan aturan – aturan yang merefleksikan sikap –
sikap dari kelompok – kelompok yang masing – masing kita miliki. Tujuannya ,
untuk mendefenisikan apa yang dianggap sebagai tingkah laku yang pantas atau
normal dan apa yang dianggap tingkah laku yang tidak pantas atau abnormal.
Menurut Sellin, setiap kelompok memiliki conduct norms nya sendiri dan bahwa
conduct norms dari suatu kelompok mungkin bertentangan dengan conduct norms
kelompok laon. Seorang individu yang mengikuti norma kelompoknya munngkin saja
dipandang telah melakukan suatu kejahatan apabila norma- norma kelompok itu
bertentangan dengan norma – norma dari masyarakat domonan. Perbedaan utama
antara seorang criminal dengan seorang non criminal adalah menganut perangkat
conduct norms yang berbeda.
Sellin menjelaskan bahwa kejahatan – kejahatan oleh para imigran disebabkan oleh :
1. Adanya konflik antara norma para pelaku yang lama dengan norma perilaku
yang baru
2. Perpindahan situasi dan kondisi lingkungan desa ke lingkungan perkotaan
3. Transisi dari kehidupan masyarakat homogeny yang terorganisir kepada
masyaraakat heterogen yang tidak terorganisir.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya sellin membedakan antara konflik primer dan konflik sekunder.
Konflik primer terjadi ketika norma – norma dari dua budaya bertentangan.
Pertentangan itu bisa terjadi di perbatasan antara area-area budaya yang berdekatan ,
apabila anggota dari satu kelompok berpindah ke kelompok lain. Konflik sekinder
muncul jika budaya berkembang menjadi budaya yang berbeda – beda , masing –
masing memiliki perangkat conduct norms nya sendiri. Konflik jenis ini terjadi ketika
satu masyarakat homogeny atau sendiri menjadi masyarakat – masyarakat yang
kompleks dimana sejumlah kelompok – kelompok sosial berkembang secara konstan
dan norma– norma sering kali tertinggal atau ditinggalkan. 29
Faktor intern dan ekstern ini lah yang menjadi dasar kenapa seseorang itu
melakukan kejahatan.Suatu kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kriminil , salah
satunya terdapat unsur kekerasan pada perbuatan tersebut.Tindak kekerasan seolah –
olah telah melekat dalam diri seseorang guna mencapai tujuannya.Tidak
mengherankan jika semakin hari kejahatan semakin meninngkat dalam berbagai
macam bentuk kejahatan.
29
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.Cit,hal 79
Universitas Sumatera Utara
Download