POLA KOMUNIKASI PETUGAS PENYULUH LAPANGAN (PPL

advertisement
POLA KOMUNIKASI PETUGAS PENYULUH LAPANGAN
(PPL) TERHADAP PETANI CENGKEH DI DESA WA ODE
BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN
BUTON UTARA
*Hariani ** La Ode Umran *** Masrul
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo
[email protected]
ABSTRAK
HARIANI (C1D1 12004)“ Pola Komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan (
PPL) Terhadap Petani Cengkeh Di Desa Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara”. Penelitian Jurusan IlmuKomunikasi, Universitas Halu
Oleo Kendari.PembimbingI yaitu Dr. H.., M.Si dan pembimbing II,S.Ag., M.Si.
Penelitian adalah untuk mengetahui Pola Komunikasi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) Terhadap Petani Cengkeh Di Desa Wa Ode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara. Teoriyang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teori Komunikasi Antar Pribadi oleh Devito (Dilla,2007).Dilaksanakan di
desa Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
Menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 4 orang. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner, wawancara dan observasi,
yang penelitiannya menggunakan deskriptif kualitatif.Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola komunikasi Petugas Penyulu Lapangan (PPL) terhadap
petani cengkeh di desa Wa Ode Buri Kecamatan kulisusu Utara Kabupaten Utara
adalah menggunakan pola komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan
komunikasi multi arah. Komunikasi satu arah yaitu lebih bersifat informative
kepada petani, komukasi dua arah yaitu adanya tukar pendapat antara penyuluh
dan petani (interaksi), sedangkan komunikasi multi arah yaitu adanya masukan
dari pihak lain yang bisa memberikan sarahan atau lebih bersifat transaksi.
Kata kunci : Pola Komunikasi, Penyuluhan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai salah
ekonomi petani memiliki peran
satu sistem pengembangan
strategis dalam peningkatan kesejahtraan
masyarakat. Komunikasi dalam pembangunan pertanian diarahkan untuk
mempengaruhi masyarakat agar menerima dan mampu mengembangkan nilainilai baru (adopsi inovasi) yang diperlukan bagi perbaikan kesejahtraan petani.
Upaya dalam mendiseminasikan inovasi pembangunan terutama dibidang
pertanian adalah dengan penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian merupakan
salah satu komunikasi interpersonal. komunikasi interpersonal dalam penyuluhan
pertanian dilakukan secara terencana ,sehingga interfensi pemerintah dalam
penyusunan pesan dan strategi adopsi inovasi sangat diperlukan. Yang dimaksud
hubungan interpersonal menurut Devito (1997) adalah penyampaian pesan oleh
satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecilorang
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
dengan segera.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaksi manusia satu
dengan manusia lain dan hal ini terjadi karena adanya ketertarikan, kesamaan,
kedekatan dan biasanya lebih sering terjadi pada situasi informal. Alasan kita
melakukan komunikasi interpersonal ini adalah karena kita makhluk sosial yang
tak dapat hidup sendiri sehingga dengan komunikasi interpersonal kita akan
memiliki suatu fungsi sosial tertentu dapat membina suatu hubungan dan menjadi
dasar bagi kita untuk membangun suatu hubungan yang lebih intim.
Penyuluahan membutuhkan polakomunikasi kepada manusia dalam
berinteraksi denganmanusia lainnyasebagaimakhluksocial. Demikian pula petugas
penyuluh lapanganmembutuhkan polakomunikasiyangefektifsehinggadapat mudah
menyampaikan informasimengenaipertanian kepadamasyarakat, sehingga dalam
hal ini petugas penyuluhan lapangan (PPL) pertanian sangat penting
menggunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami untuk menyampaikan
informasi yang tidak luput dari komunikasi Karena Bahasa merupakan hasil dari
sebuah kreatifitas, sehingga untuk mancapai pola komunikasi yang efektif terjadi
apabila setiap individu mencapai pemahaman bersama, merangsang untuk
melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir dengan cara baru.
Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah pengetahuan
yang baik bagi setiap individu, namun kebutuhan pola komunikasi ditunjang
dengan arus pola komunikasi, Karena tanpa adanya pola komunikasi yang
tersturktur penyampaian pesan pun tidak akan tersampaikan dengan baik.
Pengertian pola komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan
pesan dari satu orang ke orang lain.
Kegiatan Petugas Penyuluh lapangan (PPL) sebaiknya menggunakan pend
ekatan komunikasi. Pendekatan komunikasi interpersonl merupakan formulasi unt
uk mengubah perilaku petani, tidak hanya pada wilayah kognitifnya, tetapi lebih j
auh merupakan sikap petani, berupa tindakan dalam mengelolah usaha taninya.
Desa Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara merupakan Desa pertanian
dengan komuditi dihasilkan utamanya padi, umbi-umbian, kelapa
maupun
tanaman cengkeh dan lain-lain. Kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan
oleh pemerintah berupa penyuluhan tentang aspek teknik budidaya,
pemberantasan hama penyakit, sistem irigasi, pasca panen, permodalan,
analisis usaha tani dan pemasaran. Beberapa aspek penyuluhan di desa tersebut
sudah dapat diadopsi dan diaplikasikan oleh petani disana tetapi ada juga yang
belum.
Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu
masakan pedas di Negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek
khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik
Rakyat Cina dan Jepang.
Selain itu, kondisi pengetahuan tentang tanaman cengkeh di Desa Wa Ode
Buri Kec. Kulisusu Utara Kab. Buton Utara masih tergolong rendah
dikerenakan mulai dari cara pembibitan, pemeliharaan sampai masa pasca
panen masih tradisional. Sehingga informasi pertanian mengenai tanaman
cengkeh hanya dapat diakses melalui petugas penyuluh lapangan dan
pemerintah Desa.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani cengkeh dan PPL dalam proses
komunikasinya adalah perilaku yang berbeda-beda dari setiap petani. Hal ini
disebabkan
karena
perbedaan
karakteristiknya
berupa
umur,
pendidikan, tingkat pengalaman serta pengelolaan usahataninya
tingkat
yang
semuanya akan mempengaruhi perilaku komunikasinya dalam merespon
adopsi inovasi yang
diberikan oleh penyuluh sehingga umpan balik (feed
back) dari setiap petani tidak sama.
Makaberdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih
dalam dan menilai Balai PenyuluhanPertanian ini merupakan hal yang menarik
untuk diteliti, karena dapat mengetahui pola komunikasi yang mereka gunakan
dalam upaya penyebaran informasi pertanian yang belum kita ketahui.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu : Bagaimana Pola Komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan
Terhadap Petani Cengkeh di Desa Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah,
untuk mengetahui Pola Komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan Terhadap Petani
Cengkeh di Desa Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton
Utara.
Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujaun penelitian,maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu
komunikasi, khususnya masalah yang berkaitan dengan pola komunikasi
Petugas Penyulu Lapangan (PPL) terhadap petani cengkeh di Desa Wa
Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara.
2. Secara Praktis, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
masyarakat Wa Ode buri, dan khususnya petani cengkeh berkaitan
keberhasilan dalam berkebun melalui penyuluh pertanian.
3. Sacara metodelogis, maka hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan
sabagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mengkaji bidang yang
sama.
Teori
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
komunikasi antar pribadi yang bersifat dua arah (timbal balik) bentuk
komunikasi tersebut sesuai dengan pendapat Joseph A. Devito dalam (Dilla,
2007:43) yang mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau sekelompok
kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik. Teori ini mengasumsi
bahwa individu dapat ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan
individu yang lain.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif yaitu
data berupa penjelasan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan petani
cengkeh yang memberikan informasi baik tertulis maupun lisan sehubungan
dengan masalah penelitian.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait dan dapat
memberikan informasi mengenai data-data penelitian yang berkenaan, yaitu
beberapa Petugas Penyuluh Lapangan dan petani cengkeh di Desa Wa Ode Buri
yang terdiri dari 4 orang Petugas Penyuluh Lapangan dan petani yang
menggantungkan hidupnya di tanaman cengkeh yaitu 188 Kepala Keluarga (KK).
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi yaitu mengadakan pengamatan lansung yang berhubungan
dengan masalah penelitian di Desa Wa Ode Buri.
2. Wawancara yaitu dengan mengadakan pengumpulan data melalui tatap
muka dan tanya jawab dengan beberapa informan yang berkaitan dengan
rumusan masalah penelitian.
3. Dokumentasi yaitu mengadakan pengumpulan data tertulis melalui
dokumen perpustakaan yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian
Teknik Analisis Data
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yaitu teknik yang menjelasakan mengenai
pola komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang dilakukan melalui
pengamatan dan informasi data yang diperoleh adalah data yang aktual dan
dirangkum menjadi suatu keputusan dan kesimpulan serta pertimbangan yang
selanjutnya dihubumgkan dengan teori yang relevan, guna memperoleh hasil
penelitian yang akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola Komunikasi Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Desa Wa Ode Buri
a. Pola Komunikasi Satu Arah
Komunikasi satu arah yang digunakan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
dalam memberikan informasi kepada petani cengkeh di Desa Wa Ode Buri yaitu
baik melalui media maupun tanpa media . Melalui media yaitu dengan poster,
spanduk, pampflet, dan liflet sedangkan tanpa media yaitu pemberian informasi
secara langsung pada rapat forum resmi . Isi pesan yang akan disampaikan berupa
cara pembibitan, penanaman, pemberian pupuk dan pemeliharaan pada tanaman
cengkeh yang baik dan benar, sehingga masyarakat dapat mengetahuinya.
Berdasarkan hasil tersebut dipertegas oleh informan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) yang menyatakan bahwa:
“Untuk mempermudah petani cengkeh dalam mendapatkan informasi.
Kami juga memberikan selebaran (poster, spanduk, pampflet, dan liflet)
yang pastinya bisa berguna disaat-saat mereka membutuhkan dan bila
ada yang mereka tidak mengerti bisa dikomunikasikan disaat pertemuan
yaitu pada forum resmi nanti. (wawancara Ansarudin, 25 Desember 2016)
Pernyataan informan tersebut diatas di pertegas pula oleh informan lain
yang menyatakan bahwa:
“Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menerapkannya untuk mensosialisasi
kan beberapa program dalam hal pembibitan, penanaman dan
pemeliharaan tanaman cengkeh. Sehingga masyarakat sasaran dengan
mudah lebih memahami lebih baik dari pihak petani dalam langkahlangkah penanaman cengkeh yang baik. (wawancara Nurmala, 29
Desember 2016).
Dalam
menyampaikan
informasi
kepada
petani
cengkeh
baik
menggunakan media maupun tanpa menggunkan media, tanpa ada umpan balik
dari komunikan memang telah diterapkan oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
guna mempermudah petani cengkeh dalam mendapatkan informasi. Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL) berusaha memberikan pesan secara informal yang
betul-betul dibutuhkan masyarakat Wa Ode Buri. Isi pesan informasi sudah diatur
dalam program Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Isi pesan yang diberikan oleh
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dibuat dengan sangat sederhana, singkat dan
jelas. Hal ini dilakukan mengingat kemampuan menyerap informasi yang sangat
rendah. Selain itu, diharapkan agar masyarakat dapat dengan mudah mengingat
dan memahami pesan informarmasi tersebut. Informasi tentang isi pesan
informasi Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pada masyarakat sasaran.
Berdasarkan hasil tersebut dipertegas oleh informan petani cengkeh
yang
menyatakan bahwa:
“Materi yang disampaikan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) kepada
kami biasanya dalam bentuk kertas (poster, spanduk, pampflet, dan liflet).
Kemudian mereka menjelaskan sampai kami mengerti. Kalau ada yang
kami tidak mengerti kami diskusikan dengan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) semuanya berjalan dengan lancar karena apayang digunakan
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) mereka sangat pintar dalam
menyakinkan kami untuk mencari tahu”. (wawancara Murni 10 Januari
2007).
Pernyataan informan tersebut diatas di pertegas pula oleh informan lain
yang menyatakan bahwa:
“Kami diberi selebaran (poster, spanduk, pampflet, dan liflet) tentang
informasi cengkeh di akhir pertemuan. Ada banyak yang dijelaskan, mulai
dari penanaman sampai pada cara panen yang baik dan benar. Isi
pesannya tidak sulit sehingga kami mudah memahami penjelasan dari
setiap tahap demi tahap tanaman cengkeh. (wawancara La Muru, 20
Januari 2017).
Pernyataan informan tersebut diatas di pertegas pula oleh informan lain
yang menyatakan bahwa:
“Saya selalu menyimpan selebaran (poster, spanduk, pampflet, dan liflet)
tentang informasi cengkeh yang diberikan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) dengan baik karena saya anggap itu memang hal yang penting dan
perguna yang sesekali bisa saya lihat bila ada masalah pada tanaman
cengekeh dan memang benar isi pesan bisa membantuh saya dalam
memelihara tanaman cengkeh yang saya tanam semuanya tumbuh subur.
(wawancara Muhdin, 6 Januari 2017).
Pernyataan informan tersebut diatas di pertegas pula oleh informan lain
yang menyatakan bahwa:
“Informasi dalam selebaran (poster, spanduk, pampflet, dan liflet) yang
diberikan itu semuanya adalah hal yang penting yang berisi tentang
prosedur
tanaman
cengkeh
mulai
dari
pembibitan,
penanaman,
pemeliharaan sampai pada paska panen. Olehnya itu bila kami tidak
mmenyimpannya dengan baik maka akan menjadi hal yang rugi bagi kami
yang memang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada tanaman
cengekeh.” (wawancara ibu Wa Isa,13 Januari 2017).
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) melakukan komunikasi satu arah dengan
maksud agar petani cengkeh tidah mengalami kesulitan jika sesekali mencari
informasi tentang tanaman cengkeh mereka langsung bisa melihat melalui
selebaran (poster, spanduk, pampflet, dan liflet)yang di berikan.
Komunikasi yang diterapkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pada
masyarakat sasaran memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat
keberhasilan suatu informasi program. Mengingat kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan karakteristik pribadi yang lambat dalam menerima informasi.
Dengan mendapatkan informasi serta sarahan dari Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) melalui penyuluhan yang rutin, masyarakat jadi mudah mengerti
dan memahami tentang banyak informasi seputar tanaman cengkeh dari aktivitas
pekerjaan serta bagaimana mengolah dan mengembangkan hasil. Dengan adanya
penyuluhan ini masyarakat mendapat banyak pengetahuan, sehingga menjadi
sangat berguna bagi kehidupan mereke.
Dalam penyampaian informasi diperluhkan beberapa unsur agar
komunikasi itu bisa terjalin secara efektif. Keefektifan komunikasi penyuluh
mempengaruhi proses penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) pada masyarakat sasaran di Desa Wa Ode Buri.
b. Pola Komunikasi Dua arah atau timbal balik (two way traffic
comunication).
Komunikasi dua arah terjadi saling tukar fungsi dalam menjalankan
komunikasi antara Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dengan masyarakat sasaran.
Pada tahap pertama Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menjadi komunikator
memberikan informasi, masyarakat sasaran menjadi komunikan yang menerima
informasi dan setelah berlangsung proses kegiatan masyarakat sasaran menjadi
komunikator yang memberi sarahan dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
menjadi komunikan yang menerima sarahan maka komunikasi ini menimbulkan
interaksi yang efektif.
Komunikasi dua arah dikembangkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
dalam melakukan pendampingan untuk membina masyarakat sasaran, melalu
pemberian informasi secara komprehensif tentang program Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL), implementasi program, evaluasi dan pertanggungjawaban
program. Strategi yang digunakan tim Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) adalah
a) pemberian kesadaran kolektif masyarakat melalui pemerintah, tokoh
masyarakat dan tokoh pemudah dalam melaksanakan program, b) menumbuhkan
rasa solidaritas masyarakat sasaran sehingga lebih efektif dan efisien yang
menimbulkan saling interaksi. Bedasarkan hasil tersebut dipertegas oleh informan
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang menyatakan bahwa:
“Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di terapkannya dalam dua kondisi
yaitu pertama pada saat sosialisasi program dalam forum resmi dengan
masyarakat binaan, kedua pada saat penyampaian informasi langsung
kepada masyarakat binaan secara induvidu-induvidu dirumah mereka.
Hal tersebut dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) mengingat
daya serap masyarakat akan informasi terbatas serta banyaknya
permasalahan yang muncul dari informasi yang disampaikan pada forum
penyampaian informasi resmi dan tidak sempatnya masyarakat sasaran
untuk memberikan pertanyaan kepadaPetugas Penyuluh Lapangan
(PPL)”. (Wawancara Ansarudin, 25 Desember 2016).
Pernyataan informasi tersebut diatas dipertegas pula oleh informan lain
yang menyatakan bahwa:
“Salah satu komunikasi yang kami kembangkan selama pelaksanaan
program Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di Desa Wa Ode Buri adalah
komunikasi dua arah atau saling interaksi. Komunikasi ini sangat penting
karena dapat menjelaskan permasalahan yang dihadapi masyarakat serta
mempertajam informasi yang kami sampaikan . komunikasi dua arah
biasanya terjadi pada saat rapat dengan masyarakat sasaran yang
berhubungan
dengan
masalah
tanaman
cengkeh”.
(wawancara
Nurmala,29 Desember 2016).
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menyampaikan pesan kepada masyarakat
binaan baik menggunakan media maupun tanpa media, dengan adanya umpan
balik dari masyarakat binaan. Komunikasi ini dianggap sangat baik dalam
pemberian informasi kepada petani karena antara Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) dan petani cengkeh bisa menjalin komunikasi yang baik yang bisa
menimbulkan adanya saling tukar pendapat yang bisa berguna dalam
mengekfektifkannya sebuah informasi.
Untuk lebih memperkaya referensi tentang pola komunikasi dua arah dari
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), peneliti melakukan wawancara dengan
masyarakat sasaran. Dari hasil tersebut dipertegas oleh informan petani cengkeh
yang menyatakan bahwa:
“Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) selalu mengadakan dialog (interaksi)
dengan kami sebagai masyarakat sasaran. Akan tetapi tidak semua
pertemuan ruti dialognya. Biasanya ada dialog antara Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) kalau ada masalah tanaman cengkeh ”. (wawancara ibu
Wa Isa,13 Januari 2017).
Pernyataan informasi diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“Saya banyak kali berkomuikasi dengan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL), baik diruangan rapat atau pertemuan maupun dirumah saya kalau
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) berkunjung kelapangan. Informasi
bukan hanya dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) tetapi informasi
juga banyak yang saya berikan, apabila yang berhubungan dengan
tanggungjawab saya”. (wawancara La Muru, 20 Januari 2017).
Pernyataan informasi diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“Saya lebih senang bila Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) berkunjung
kerumah, saya lebih berani untuk berkomunikasi tentang informasi cengkeh
dengan lancar. Sehingga lebih banyak informasi yang saya dapatkan.
(wawancara ibu Murni, 10 Januari 2017).
Pernyataan informasi diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“Saya paling senang berkomunikasi dengan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) pada saat pertemuan. Dan informasi yang saya terima bisa
langsung didengar oleh sasaran lain. (wawancara Muhdin, 6 Januari
2017).
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menerapkan komunikasi dua arah dengan
berbagai kondisi serta merangsang motivasi masyarakat sasaran untuk konsisten
pada program yang direncanakan masyarakat sendiri. Meskipun masyarakat
belum memgetahui apa itu komunikasi dua arah, tetapi masyarakat sdah menerima
penerapan komunikasi dua arah dalam pelaksanaan program Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL).
Aktivitas Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) tidak hanya terjalin pada saat
adanya pertemuan dibalai desa ataupun pada saat acara-acara formal lainnya.
Namun aktivitas Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga sering terjadi pada saat
yang tidak formal, seperti dengan datang berkunjung kerumah-rumah masyarakat
(door to door). Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan penyuluh dalam
membimbing dan memberikan informasi kepada masyarakat. Aktivitas yang
dilakukan oleh penyuluh ini juga sangat membantu masyarakat yang memang
kurang paham dan agak susah dalam menerima informasi. Jadi dengan cara yang
tidak formal ini Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) biasanya memulai dengan
bercakap-cakap dan berbincag-bincang dengan masyarakat. Dan tentu saja bahasa
yang dipakainya pun bukan bahasa yang formal melainkan bahasa sehari-hari
masyarakat Desa Wa Ode Buri. Dengan demikian penyuluh bisa dirasakan efektif
oleh kedua belah pihak karena masyarakat maupun Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) bisa menyampaikan maksud dan tujuan masing-masing secara terbuka dan
akrab.
Penyuluhan yang dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
membawah perubahan pengetahuan masyarakat baik dalam aktifitas sehariharinya dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan masyarakat. Salah
satu masyarakat sasaran yang telah paham tentang informasi yang diberikan oleh
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) telah berhasil membuat dan merencanakan
program sendiri tentang pembudidayaan tanaman cengkeh yang produktif.
Tanaman cengkeh tersebut sudah bisa diekspor keluar daerah. Hal ini
membuktikan bahwa penyuluhan tersebut bisa mengubah dan membawah hal
yang baru bagi masyarakat di Desa Wa Ode Buri khususnya petani cengkeh yang
memiliki peluang bisnis yang sangat besar dibidang pembudidayaan tanaman
cengkeh.
Oleh karena itu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menganggap
penyuluhan ini berjalan efektif dengan menggunakan pola komunikasi dua arah.
Karena ada arus timbal balik antara penyuluh dan masyarakat terjadi ngan baik.
c. Pola komunikasi multi arah
Komunikasi multi arah yang digunakan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di
Desa Wa Ode Buri yaitu dengan membentuk kelompok kecil yang diketua oleh
satu orang sebagai penanggung jawab kelompok yang telah dibentuknya.
Komunikasi multi arah bukan saja melibatkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
dan petani cengkeh namun tokoh adat masyarakat seperti Kepala Desa Wa Ode
Buri juga bisa memberikan sarahan kepada petani cengkeh untuk lebih
bersungguh-sungguh dalam menerima informasi pertanian tentang tanaman
cengkeh. Komunikasi yang berlangsung ini biasanya dalam bentuk
saling
bertukar pikiran secara dialogis yang dikarenkan adanya lawan bicara atau teman
diskusi dalam bentuk kelompok.Olehnya itu, peneliti melakukan konfirmasi
dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Berdasarkan hasil tersebut dipertegas
oleh informan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang menyatakan bahwa:
“Salah satu pola komunikasi yang kami terapkan adalah komunikasi multi
arah. Hal ini kami lakukan mengingat masyarakat sasaran kami bentuk
dalam beberpa kelompok berdasarkan lingkungannya, sehingga dalam
pertemuan dengan kelompok tersebut terjadi proses dialog dengan baik”.
(wawancara Ansarudin, 25 Desember 2016).
Pernyataan informan diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“saya pribadi selalu melakukan proses dialog dengan kelompok
masyarakat binaan. Hal ini saya niali efektif dan produktif. Sekiranya ini
konsep komunikasi multi arah, berarti selama ini saya menerapkan juga
pola komunikasi multi arah ”. (wawancara Nurmala, 29 Desember 2016).
Salah satu komunikasi yang diterapkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
adalah komunikasi multi arah. Komunikasi multi arah terjadi karena adanya
kelompok binaan bentukan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Untuk
mempermudah realisasi program di bentuk kelompok masyarakat dan masingmasing kelompok di binaan dan di ketuai oleh satu orang yang akan memberikan
penanggungjawaban
kelompok.
Kondisi
tersebut
memungkinkan
adanya
komunikasi multi arah.Berdasarkan hasil tersebut diatas dipertegas oleh informan
petani cengkeh yang menyatakan bahwa:
“Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) aktif mengunjungin kelompok
binaannya dan melakukan proses dialog. Karena banyak kelompok binaan
sehingga dalam 1 bulan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) melakukan
proses dialog untuk mengetahui perkembangan hanya 2 kali pada
kelompok kami. Akan tetapi kami berdiskusi dengan tuntas dan kami juga
memanfaatkan kesempatan tersebut”. (wawancara ibu Murni, 10 Januari
2017).
Pernyatan informan diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“ Saya diberikan tugas untuk mengatur jadwal penyuluhan pada kelompok
kami dan setelah itu saya serahkan pada Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) untuk disesuaikan dengan jadwal kelompok lain. Tetapi
alhamdulillah, usulan saya untuk penyuluhan lapangan disetujui 1 kali
dalam sebulan. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menyuluh bergantian
menyuluh tidak dikuasai satu orang. Kami diberi berbagai macam
dorongan dan semangat begitu, sehingga dapat menerimah informasi
dengan baik”. (wawancara ibu Wa Isa, 13 Januari 2017)
Pernyataan informan diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“Penyuluh selalu dilakukan pada kami dan kalau tidak salah ingat sekitar
1-2 kali dalam sebulan dalam jadwal tetapnya. Tetapi Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) langsung kelapangan pada kelompok kami sekitar 1 kali
dalam sebulan. Di karena banyaknya kelompok yang mereka bina. Saya
lihat mereka berusaha untuk menyakinkan kami sampai kami yakin betul.
Alhamdulilalh kalau kami diskusi berjalan dengan baik dan lancar,
walaupun ada masalah pelaksanaannya seperti tidak tersediahnya obat
pertanian. Hanya saja maklumlah mereka tidak memiliki dana . jadi kami
agak susah dalam menerimah informasi tetapi tetap dibimbing dan
akhirnya kami bisa melakukan dengan baik”. (wawancara Muhdin, 6
Januari 2017).
Pernyataan informan diatas dipertegas pula oleh informan lain yang
menyatakan bahwa:
“Dalam pertemuan pada kelompok kami,langsung diberi arahan cara
penanaman cengkeh yang baik. Saya sangat semangat dalam mengikuti
diskusi materi yang diberikan yang sangat berguna. (wawancara La
Muru, 20 Januari 2017).
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) menerapkan komunikasi multi arah dengan
membentuk
sebuah
kelompok
yang diketua
oleh
satu
orang
sebagai
penanggungawab dengan pengaturan jadwal yang disesuaikan dengan banyaknya
kelompok maka penyuluhan dilakukan 1 kali dalam sebulan. Namun dalam
pertemuan itu penyuluh sangat bersungguh-sungguh dalam memberikan informasi
sesuai dengan apa yang menjadi masalah petani.
Dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat sasaran di Desa Wa Ode
Buri, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) memberikan penyuluhan secara rutin. Ini
diterapakan mengingat keadaan masyarakat di Desa Wa Ode Buri masih kurang
informasi pertanian serta daya serap yang kurang maksimal. Oleh karena itu,
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) melakukan penyuluhan pada seluruh
kelompok masyarakat sasaran dengan jadwal tetap 2 kali sebulan. Sementara
kunjungan lapangan tetap dilakukan dan dijadwalkan diskusi dengan dialog pada
setiap kelompok sasaran sekali dalam sebulan. Dan kadangkala apabila
masyarakat membutuhkan bantuan bimbingan lagi penyuluh bisa dilakukan 3 kali
sebualan.
Dari hasil wawancara dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), peneliti
mendeskripsikan bahwa penyuluhan berjalan intensif pada masyarakat sasaran
karena jumlah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) 4 orang yang PNS 1 orang dan
3 orang lain sehingga penyuluhan kepada masyarakat dilakukan bersama-sama.
Meskipun sering terjadi halangan pada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dalam
hal penyediaan dana atau alat (obat pertanian) yang mendukung dalam
penyampain informasi. Hal tersebut menjadiakan Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL) di Desa Wa Ode Buri semakin solit dalam palaksanaan tugas. Efektifitas
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) sangat tiggi didukung dengan sumberdaya
manusia serta adanya komitmen penyuluh yang kuat dalam menyembangkan
tugas mulia mengabdi pada masyarakat dan berbakti kepada Negara.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian Pola Komunikasi Petugas
Penyuluh Lapangan (PPL) terhadap Petani Cengkeh di Desa Wa Ode Buri
Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara yaitu, Pola komunikasi yang
diterapkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yaitu, komunikasi satu arah, dua
arah dan komunikasi multi arah. Setiap Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
menerpkan pola tersebut pada setiap melakukan penyuluhan pada masyarakat .
ketiga pola tersebut efektif dilakukan mengingat potensi sumberdaya manusia
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) sangat tinggi dengan kualitas pendidikan
minimal sarjana (S1) dan pengalaman dalam menyampaikan informasi kepada
masyarakat sangat tinggi.
Pola komunikasi satu arah dilakukan lebih menekankan pada media
contohnya
:
pembuatan
pamphlet
dan
pembuatan
spanduk
guna
menginformasikan cara dan berbagai macam hal menyangkut tanaman cengkeh.
Pola komunikasi satu arah lebih berbentuk komunikasi informative. Pola
komunikasi dua arah juga digunakan dalam penyuluhanan tanaman cengkeh di
Desa Wa Ode Buri yakni adanya interaksi yang baik antara penyuluh dan petani
cengkeh mulai dari pengenalan tanaman cengkeh maupun praktek penanaman
cengkeh, dalam proses komunikasi ini lebih menekankan komunikasi informative
dan interaktif. Hal ini dapat dilihat dengan adanya proses pemberian informasi
tentang tanaman cengkeh dengan adanya respon interaksi dari khalayak dan
terjadinya dialog (feed back). Dan yang paling sering terjadi adalah pola
komunikasi multi arah yakni pola komunikasi yang melibatkan pihak-pihak yang
terkait dalam penyuluhan tanaman cengkeh seperti : Petugas Penyuluh Lapangan
(PPL), petani cengkeh dan dinas pertanian. Pola komunikasi multi arah ini
selayaknya lebih ke komunikasi transaksi sehingga kejadian dilapangan seringkali
berbeda dengan yang diharapkan oleh karena itu jalan terakhir yang harus
ditempuh adalah komunikasi yang sifatnya saling tukar fungsi dalam memberidan
menerima pendapat.
Penyuluhan tanaman cengkeh di Desa Wa Ode Buri menggunakan pola
komunikasi yang dianggap mendukung terlaksananya dengan baik penyuluhan
tanaman cengkeh yaitu dengan pola komunikasi satu arah yang mana komunikasi
ini adalah komunikasi informasi yang memberika informasi untuk mewujudkan
tujuan agar dapat memberika pemahaman baik pada petani tentang tanaman
cengkeh. Pola komunikasi dua arah dilakukan dalam bentuk komunikasi interaksi
mengingat kurangnya pengetahuan petani cengkeh untuk mengembangbiakan
tanaman cengkeh yang benar dan baik sehingga antara Petugas Penyuluhan
Lapangan (PPL) dan petani cengkeh perluh adanya interaksi yang mendalam. Pola
komunikasi multi arah sangat dibutuhkan dan digunakan dalam penyuluhan
tanaman cengkeh di Desa Wa Ode Buri. Pola komunikasi multi arah dapat
membantu menyamakan persepsi antara pihak-pihak yang berhubungan dengan
penyuluhan tanaman cengkeh.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) terhadap Petani Cengkeh di Desa Wa Ode Buri Kecamatan
Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara sebagai berikut:
1. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)sebaiknya berkomunikasi nonformal,
agar merangsang masyarakat untuk lebih terbuka dalam menerima
masukan,dalam pencapaian tujuan program.
2. Dinas Pertanian Kabupaten Buton Utara sebaiknya lebih memperhatikan
lagi Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)utamanya dalam persediaan dana.
3. Petani diharapkan lebih aktif lagi dalam mencari pengetahuan pertanian
sendiri baik melalui buku maupun melalui handphone.
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, Dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anonim. 2009. Anak Generasi Bangsa.Jakarta:PT .BPK Gunung Mulia.
Arifin, Anwar. 2003. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung:
Armico
Aubrey Fisher B. 1982. Teori-teori Komunikasi Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya
Bakar, Basri.1998.Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya Perubahan
Di Daerah Pedesaan.Diktat Kuliah Strategi Komunikasi. Program Pasca
Sarjana IPB. Bogor
Cangara, Hafied.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
Diila, Sumadi. 2007. Komunikasi Pembangunan Pendekatan Terpadu. Bandung
:Simbiosa .Retakama Media
Devito, Joseph, A.1989.The Interpersonal Communication Book, professional
Book, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
Effendi,Onong Uchana. 2000. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi.Bandung:PT.
Citra Aditya Bakti
Hernanto, F. 1984. Petani Kecil Potensi dan Tantangan Pembangunan. Bandung
:Pt Gramedia..
Jamal Rizal. 2006. „Siapakah yang Disebut Petani Itu?. Dalam Sinar Tani. Badan
Litbangpertanian
Jaya, F. N. B. 1989. Tinjauan Yuridis Tentang Redistribusi Tanah Pertanian
dalam Rangka Pelaksanaan Landreform. Liberty. Yogyakarta.
Kincaid, Lawrence Schramm Wilbur.1981. Asas-asas Komunikasi Antar
Manusia. Jakarta,LP3ES.
Kriyantono, Rachmat, 2010. Teknis Praktis Riset Komunikasi, JakartaRajawali
Lansberger .2004. Pengolahan Petani dan Perubahan Sosial. Jakarta .Rajawali
Levis, Leta Rafael. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan.. Bandung: Penerbit
Pt Citra Aditya Bakti. Bandung
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: P.T Citra Aditya Bakti
Lionberger, H. F., dan Gwin, P. H. 1982. Communication Strategic: A Guide For
Agricultural Change Agents. The Interstate Printers and Publisher Inc.
Columbia Campus. Denville Illionis.
Mardikanto Dan Sri, S. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian dalamTeori dan
Praktek. Hapsara. Surakarta.
Mulyana. Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Moertopo, A. 1975. Buruh Tani dalam Pembangunan. Yayasan Proklamasi.
Jakarta.
Mosher, A. T. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-Syarat
Pokok Pembangunandan Modernisasi. Jakarta.Yasaguna.
Pambudi. 1996. Teknologi Hasil Pangan. Bandung :Remaja Rosdakarya
Rahmat . 1989. Psikologi komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Readon. 1987. Memahami Anggaran Publik. jakartaRajawali
Press. Rini . 2008. Teknologi Hasil Pangan. Jakarta : PT Macana Jaya
Robert, R. 1985. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta:CV Rajawali.
Samsudin, U. S. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian.
Bandung. Binacipta.
Siahaan . 1991. Adminitrasi dan Super Visi Pendidikan. Bandung .Pustaka
Pelajar.
Syahyuti. 2013. „Pemahaman Terhadap Petani Kecil Sebagai Landasan
Terhadap Kebijakan Pembangunan Pertanian‟. Dalam Forum Penelitian
Agro Ekonomi. No.1. Hal.15
Slamet, M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan
Pembangunan Dalam Pembangunan. http://ulunlampung.blogspot.2008.8.
/personal.margono slamet dan pembangunan.net. Diakses tanggal 20 Septe
mber 2008.
Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Download