1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia, yang menganut Pancasila sebagai dasar dan pedoman negara mengamanatkan bahwa Indonesia merupakan negara hukum. Sebagai salah satu manifestasi negara hukum tersebut, maka pemerintah sebagai kepanjangan tangan dari masyarakat adalah melakukan pembangunan nasional yang dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan terencana sehingga menciptakan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan nyaman sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Berkaitan dengan tujuan diatas maka salah satu faktor penting guna mensukseskan pembangunan nasional adalah dari sektor pembiayaan. Pembangunan nasional tidak mungkin dapat sukses terlaksana apabila tidak ada pemasukan Negara yang cukup guna menunjang pembangunan nasional. Untuk melaksanakan tugas negara yang sesuai dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara sangat membutuhkan pembiayaan yang bersumber dari penerimaan Negara, antara lain penerimaan Negara dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan penerimaan Negara dari hibah, baik dalam negeri maupun di luar negeri.1 1 Muhammad Djafar Saidi dan Rohana Huseng, 2008, Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 10 2 Salah satu model pembangunan ekonomi di era globalisasi adalah maju pesatnya pasar modal di suatu negara. Pasar Modal sebagai alternatif pendanaan bagi pengembangan dunia usaha mempunyai peranan strategis dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, juga berfungsi sebagai salah satu sarana investasi bagi pemodal yang mempunyai kelebihan dana. Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini berjalan amat pesat, sehingga diharapkan dapat bersaing secara sehat dan menyejajarkan diri dengan pasar modal negara lain di dunia.2 Pasar Modal sebagai suatu kegiatan dalam penawaran umum dan perdagangan efek modal dari perusahaan publik adalah salah satu lembaga pembiayaan atau wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan alternatif sarana investasi bagi masyarakat (investor). Banyak perusahaan memanfaatkan pasar modal untuk memenuhi kebutuhan akan dananya. Keadaan ini memberi kesempatan kepada para pihak investor untuk dapat melakukan portofolio investasi modalnya dengan tingkat keuntungan yang bervariasi sesuai dengan pilihan investasi yang diminatinya.Sebagai upaya dalam mendukung terwujudnya Pasar Modal Indonesia menjadi penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan berdaya saing global sebagaimana tertuang dalam cetak biru pasar modal Indonesia, perlu dilakukan secara terus menerus untuk menyempurnakan dan mengembangkan infrastruktur pasar modal menuju ke arah yang lebih baik lagi. 2 Abdul Manan,2009, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia,Penerbit Perdana Media Grup, Jakarta, hlm. 36 3 Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Ada beberapa pilihan investasi yang ditawarkan saat ini, yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal, misalnya: saham, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, right, waran, reksadana, kontrak berjangka indeks saham, surat utang negara, instrumen syariah (obligasi dan reksadana syariah).3 Salah satu faktor bagi terciptanya pasar modal Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global dimaksud adalah dengan tersedianya fasilitas dan instrumen pasar modal Indonesia yang mampu bersaing dengan pasar modal negara-negara lain. Sehubungan dengan itu, ditengah kemerosotan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, yang juga berimbas ke sektor pasar modal selaku subsistem dari perekonomian nasional Indonesia, kini industri pasar modal Indonesia mulai melirik pengembangan penerapan prinsip-prinsip syariah Islam sebagai alternatif instrumen investasi dalam kegiatan pasar modal di Indonesia.4 3 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin,2006, Pasar Modal Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Salemba Empat, Jakarta, hlm. 6. 4 Tim Studi tentang Investasi Syariah di Indonesia, 2004, Studi tentang Investasi Syariah di Pasar Modal, Indonesia, Bapepam, hlm.1 4 Kalangan pengembang pasar modal menyadari potensi penghimpun dana umat Islam cukup besar dan perlu di investasikan di tempat yang benar. Dalam rangka itu, Bapepam meluncurkan Pasar Modal Syariah pada tanggal 14-15 Maret 2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI). Dewan Syariah Nasional juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan PT Danareksa Investment Management yang selanjutnya membentuk Jakarta Islamic Index (JII) untuk kepentingan investasi syariah. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomenayang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal. Hadirnya pasar modal syariahakanmenjadi tonggak sejarah baru seperti saat Bank Muamalat Indonesia pertamakali dibuka lebih dari dua dasawarsa lalu. Instrumen dan perangkat untukmenjaring datangnya para investorpun telah dilengkapi.Salah satunya kinimuncul perdagangan obligasi syariah. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan produk investasi yang memberikan kepastian hukum, kehadiran investasi syariah sangat ditunggu oleh banyak investor di Indonesia. Selama ini investasi pada pasar modal (konvensional) adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan 5 tingkat bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada waktu tertentu, serta melunasi utang pokok pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi obligasi berdasarkan konsep syariah. Adapun konsep ini mempunyai prinsip memberikan penghasilan bagi investor. Penghasilan ini berasal dari bagi hasil usaha tersebut.5 Obligasi syariah adalah salah satu instrumen investasi syariah yang mampu mengembangkan pasar modal syariah. Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi- institusikeuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi. Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar investasi halal.Oleh karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.6 Obligasi syariah yang juga dikenal dengan sukuk yang merupakan efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset 5 6 Adrian Sutedi,2009, Aspek Hukum Obligasi Dan Sukuk, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 126. Ibid. hlm. 127. 6 berwujud tertentu, nilai manfaat dan jasa aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.7 Obligasi syariah dinilai prospektif. Namun, perkembangannya masih terhambat dalam masalah teknis dan pemahaman masyarakat tentang obligasi syariah. Sosialisasi yang belum cukup dan masyarakat yang belum begitu terbiasa dengan sistem bagi hasil maupun sistem syariah lainnya, sehingga masyarakat masih berpandangan bahwa obligasi syariah dan obligasi konvensional adalah sama, maka diperlukan pemahaman yang benar tentang obligasi syariah. Dasar hukum dalam pelaksanaan transaksi obligasi syariah di Indonesia baru berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional. Di dalam peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, belum terdapat peraturan yang dibuat khusus untuk mengatur tentang obligasi syariah, sehingga untuk pengenaan pajak penghasilan atas transaksi obligasi syariah ini masih mengacu pada UndangUndang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaan obligasi secara umum (konvensional), yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Jo. Undang-Undang Nomor Tahun 2008 tentangPajakPenghasilanPasal 4 ayat (2). Undang-Undang Pajak Penghasilan yang ada di Indonesia, serta peraturan pelaksanaan obligasi yang telah ada ini tidak mengatur tentang pengaturan obligasi syariah, yang pada hakikatnya berbeda dengan obligasi konvensional. Obligasi konvensional yang lebih menekankan pada prinsip utang berbunga, jelas sangat berbeda dengan prinsip transaksi obligasi syariah, yang lebih menonjolkan prinsip bagi hasil. 7 Andri Soemitra, 2009, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana,Jakarta, hlm. 141. 7 Untuk menciptakan sistem perpajakan yang memberikan rasa aman kepada investor dan para pelaku pasar, serta mendukung iklim investasi syariah yang tengah berkembang pesat di Indonesia, maka asas-asas pemungutan pajak harus dipegang teguh oleh pemerintah Indonesia.Dengan tidak adanya peraturan khusus yang mengatur tentang pemungutan pajak penghasilan atas obligasi syariah, maka jelas hal tersebut tidak sesuai dengan salah satu asas pemungutan pajak, yaitu asas kepastian hukum.Asas tersebut menekankan bahwa setiap aspek dari pembayaran pajak harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. B. PERUMUSAN MASALAH Bertolak dari paparan latar belakang yang telah disampaikan diatas, masalah yang dirumuskan sebagai isu sentral dalam penelitian penulisan hukum yaitu: Pengenaan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia yang kemudian diungkapkan dalam judul penelitian penulisan hukum yakni: “ Pengenaan Pajak Penghasilan atas Obligasi Syariah di Indonesia Ditinjau dari Asas Kepastian” Isu sentral tersebut mengandung berbagai permasalahan, yaitu permasalahan secara empiris dan secara normatif, yakni pada lapisan permasalahan hukum. Dengan demikian masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut: 8 1. Permasalahan hukum empiris, yakni: Bagaimana realisasi pemungutan Pajak Penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia jika dibandingkan dengan pemungutan pajak penghasilan atas obligasi konvensional ? 2. Permasalahan hukum normatif, yakni: Apakah pemungutan Pajak Penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia telah sesuai dengan asas kepastian menurut teori Adam Smith ? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui realisasi pemungutan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia jika dibandingkan dengan pemungutan pajak penghasilan atas obligasi konvensional b. Mengetahui apakah pemungutan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia telah sesuai dengan asas kepastian menurut teori Adam Smith D. KEASLIAN PENELITIAN Untuk mengetahui keaslian penelitian ini penulis telah melakukan penelusuran penelitian pada berbagai referensi baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik, serta dengan pencarian penelitian serupa dalam mesin pencarian di internet dan sepengetahuan penulis, penelitian yang berkaitan dengan 9 pemungutan pajak penghasilan atas obligasi syariah telah ada sebelumnya yaitu : Nina Wanda, 2011, “Aspek hukum obligasi syariah sebagai instrument pasar modal Syariah”, Tugas Akhir program perkuliahan strata 1, Program studi hukum, Universitas Sumatra Utara, Medan. dengan rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana pengaturan tentang obligasi syariah di Indonesia, 2) Bagaimanakah bentuk – bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui obligasi syariah, 3) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam obligasi syariah. Penulis dalam kesempatan ini menulis tentang “Pengenaan Pajak Penghasilan atas Obligasi Syariah di Indonesia Ditinjau dari Asas Kepastian Hukum”, walaupun ada persamaan dalam hal penelitan sama-sama menekankan tentang obligasi syariah, namun terdapat perbedaan dalam hal penulis meneliti tentang pemungutan pajak penghasilan dalam obligasi syariah, sehingga dengan demikian penelitian ini adalah asli. E. MANFAAT PENELITIAN Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan sosiologis berupa: 1. Manfaat akademis 1.1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai pengenaan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia ditinjau dari asas kepastian hukum. 10 1.2.Sebagai salah satu kelengkapan dalam persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada 2. Manfaat Praktis Sosiologis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan memberikan kontribusi pikiran kepada Pemerintah Pusat dan Daerah khususnya dalam menelaah masalah yang berkaitan dengan pengenaan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia. Secara sosiologis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi seluruh Wajib Pajak (WP) dan Fiskus, serta investor dalam mengerti dan memahami tentang pengenaan pajak penghasilan atas obligasi syariah di Indonesia.