STOCK PRICE REACTION TO THE ANNOUNCEMENT OF STOCK SPLIT AT MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK EXCHANGE: ABNORMAL RETURN ANLYSIS USING BETA CORECTION R. Sadha Pamungkas, Drs. Supardi, MM ABSTRACT Stock split is phenomenon that still becoming puzzle in economics. Stock split usually occur after a significance increase in stock price and usually elicit a positive stock price reaction upon announcement. The reason for this reaction has not been clearly understood. According to the problem, this study is designed to examines the stock price reaction to the announcement of stock split, initially doing a correction toward bias beta uses four lags and four leads Fowler and Rorke method. The collecting data uses purposive sampling. Sample consists of 30 stocks performing the stock split during the period of 1998 to 2003. The test done using kolmogorov-smirnov test to determine data’s normality, and paired sample t-test to test signification abnormal return before and after announcement. From the result, can be conclude that no significant differences in company’s abnormal return, before and after announcement. Whereas from the result reaction stock price shown that stock split announcement give a significant reaction in the first day after announcement, but the reaction is negative. Key words : Stock split, abnormal return, stock price, beta correction. PERILAKU REAKSI HARGA SAHAM TERHADAP PENGUMUMAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA: ANALISIS ABNORMAL RETURN MENGGUNAKAN BETA KOREKSI R. Sadha Pamungkas, Drs. Supardi, MM ABSTRAKSI Stock split masih merupakan fenomena yang menjadi teka-teki dalam ekonomi. Stock split biasanya terjadi setelah kenaikan yang signifikan pada harga saham dan biasanya mendatangkan reaksi harga saham yang positif terhadap pengumuman. Alasan dari reaksi ini tidak dapat dimengerti dengan jelas. Bertitik tolak dari masalah itu, Penelitian ini bertujuan untuk menguji reaksi harga saham terhadap pengumuman stock split dengan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap bias estimasi beta dengan menggunakan metode koreksi beta saham Fowler dan Rorke, empat lead dan empat lag. Pengambilan data menggunakan purposive sampling. Sampel terdiri dari 30 perusahaan antara tahun 1998-2003. Pengujian dilakukan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk menentukan normalitas data, dan paired sampel t-test untuk menguji abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman. Sedangkan hasil uji reaksi harga saham menunjukkan bahwa pengumuman stock split memberikan reaksi signifikan pada hari pertama setelah pengumuman, tetapi hasilnya negatif. Kata kunci : Stock Split, Abnormal return, Harga Saham, Beta Koreksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian klasik pasar modal adalah suatu sarana dengan mana surat-surat berharga yang berjangka panjang diperjual belikan. Dalam pengertian ini pasar modal memiliki tujuan normatif mencapai keuntungan yang optimal. Namun demikian sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional pasar modal memiliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang kelebihan modal. Pasar modal mempunyai peran penting bagi pembangunan ekonomi sebagai salah satu sumber pembiayaan exsternal bagi dunia usaha. Selain itu pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi investor dalam maupun luar negeri, yang tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan investasi usaha. Dalam pasar modal terdapat pihak yang berkepentingan, yaitu pemodal atau investor dan emiten atau penerbit saham. Pasar modal yang telah berkembang baik merupakan sarana investasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (investor). Investor yang menanamkan modal dalam bentuk saham berharap untuk memperoleh deviden dan capital gain. Deviden adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya. Sedangkan capital gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli saham. Dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual, seorang investor akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor untuk melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Informasi memegang peranan penting terhadap transaksi perdagangan di pasar modal. Para pelaku di pasar modal sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga surat berharga di pasar modal. Ada berbagai informasi yang dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang mempengaruhi sebagian perusahaan maupun memiliki pengaruh terhadap seluruh perusahaan yang ada di pasar modal. Beberapa informasi atau fakta material yang terdapat di pasar modal misalnya adalah penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian deviden saham (stock deviden) dan masih banyak lagi. Hubungan antara informasi dan pasar modal terdapat dalam pasar modal yang efisien. Secara umum pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Menurut Foster (dalam Hidayah dan Triatmoko, 2002), menyatakan bahwa efisiensi pasar modal berkaitan dengan item informasi tertentu. Pasar modal bersifat efisien terhadap item informasi jika infestor tidak mungkin memperoleh abnormal return yang lebih besar dari return yang diharapkan investor dalam suatu investasi pada kondisi normal. Syarat utama yang diinginkan oleh para infestor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan infestasinya. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para infestor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan infestasinya. Suatu informasi dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham dan indikator lainnya. Menurut Husnan (dalam Hidayah dan Triatmoko,2002), menyebutkan bahwa beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia sudah efisien dalam bentuk lemah. Beaver (dalam Ewijaya dan Indriantoro, 1999), mengatakan bahwa harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor. Perubahan kesejahteraan akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh oleh investor dimasa depan. Secara umum perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Berdasarkan argumen diatas, penulis berpendapat bahwa variabel harga saham merupakan variabel yang sangat penting dan mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal dengan asumsi pasar modal efisien. Wiggins (dalam Kurniawati, 2003), dalam penelitiannya juga mengukur reaksi pasar terhadap pengumuman suatu informasi dengan menggunakan koreksi beta. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan kembali mencoba mengamati variabel harga saham untuk mengukur reaksi pasar dengan analisis abnormal return menggunakan beta koreksi. Sedangkan peristiwa atau event yang akan diuji dalam penelitian ini adalah peristiwa pemecahan saham (stock split). Menurut Brigham dan Gapenski (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), stock split adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go publik untuk menaikkan jumlah saham yang beredar. Aktifitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yakni split-up (pemecahan naik), dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Masih menurut Brigham dan Gapenski, stock split ini merupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki dibidang ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ketidakcocokan antara teori dan praktik. Secara teoritis, stock split ini hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah kesejahteraan para investor dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash-flow perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan ada beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek split tersebut. Brennan dan Hughes (dalam Kurniawati, 2003), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman stock split memiliki kandungan informasi yang direaksi secara positif oleh pelaku di pasar modal. Sementara fama et. al. dan Wiggins (dalam Kurniawati, 2003), justru menunjukkan hasil yang berlawanan yakni pasar tidak melakukan reaksi terhadap pengumuman stock split. Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap harga saham dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (dalam Kurniawati, 2003). Temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga saham secara signifikan. Sementara itu Fatmawati (dalam Kurniawati, 2003), menganalisis bid ask spread diseputar pengumuman stock split. Temuannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, volume turn over dan bid ask spread pada saat sebelum dan sesudah stock split. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal berikut: 1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati, 2003). Penelitian ini akan difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan aktifitas split yang termasuk dalam sektor industri manufaktur, karena dalam sektor industri manufaktur terdapat banyak perusahaan yang melakukan peristiwa stock split, juga biasanya perusahaan bersaing dengan perusahaan lain dalam satu sektor industri yang sama. 2. Penelitian ini juga mengambil sampel yang berbeda, yaitu dengan mengambil sampel perusahaan yang melakukan split dari tahun 1998-2003. Hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham yang ditunjukkan peneliti sebelumnya masih sangat membingungkan. Artinya ada yang sebagian peneliti menyimpulkan bahwa pemecahan saham tidak mempunyai dampak terhadap harga saham, namun ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa pemecahan saham ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penelitian ini akan kembali mencoba menguji pengaruh publikasi informasi stock split terhadap harga saham, dengan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap beta, dengan menggunakan metode koreksi beta saham Fowler dan Rorke (dalam Kurniawati, 2003), empat lead dan empat lag. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul: “PERILAKU REAKSI HARGA SAHAM TERHADAP PENGUMUMAN STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA : ANALISIS ABNORMAL RETURN MENGGUNAKAN BETA KOREKSI”. B. RUMUSAN MASALAH Beberapa penelitian yang terdahulu mengenai pengaruh pengumuman stock split terhadap harga saham, masih terdapat hasil yang bertentangan antara satu penelitian dengan penelitian yang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah menguji kembali apakah stock split akan direaksi oleh para pelaku pasar modal, khususnya di Bursa Efek Jakarta. C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai reaksi pasar disekitar tanggal pengumuman stock split dengan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap bias estimasi beta, dengan menggunakan metode koreksi bias beta saham Fowler dan Rorke (dalam Kurniawati, 2003), empat lead dan empat lag, yang telah terbukti secara empiris paling mampu mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta (Hartono dan Surianto, 1999). D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut ini : 1. Memberikan informasi kepada emiten atau penerbit saham tentang reaksi pasar seperti apa yang akan dihadapi jika melakukan stock split. Dengan adanya informasi ini diharapkan keputusan yang diambil emiten berkaitan stock split akan lebih akurat. 2. Memberikan informasi kepada investor tentang reaksi pasar dari saham-saham yang mengalami pemecahan (split). Informasi ini bermanfaat bagi infestor dalam mengambil keputusan terhadap saham-saham tersebut. 3. Memberikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya mengenai fenomena stock split yang masih dianggap sebagai “puzzle phenomenon”, dan menambah khasanah penelitian di Bursa Efek Jakarta. E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika yang akan dijabarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi: A. LATAR BELAKANG MASALAH B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENELITIAN D. MANFAAT PENELITIAN E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi: A. Pasar Modal Indonesia B. Efisiensi Pasar C. Stock Split D. Kandungan Informasi Stock Split E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split F. Perubahan Harga Saham G. Abnormal Return H. Beta Koreksi I. Penelitian Terdahulu J. Kerangka piker K. Perumusan Hipotesis BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi: A. Ruang Lingkup Penelitian B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel C. Sumber Data, dan Tehnik Pengumpulan Data D. Variabel Penelitian, dan Pengukurannya E. Tehnik Analisis Data BAB IV : ANALISIS DATA Bab ini berisi: A. Deskripsi Data B. Pengujian Hipotesis C. Analisis Pembahasan BAB V : PENUTUP Bab ini berisi: A. Kesimpulan B. Keterbatasan C. Implikasi Penelitian yang akan Datang BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal Indonesia Dalam beberapa tahun belakangan ini, pasar modal Indonesia merupakan satu bentuk pasar dalam pasar keuangan. Pasar ini telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Hal ini terutama dikarenakan oleh kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan efisien disatu pihak dan dilain pihak meningkatkan keinginan masyarakat untuk mencari alternatif pembiayaan usaha selain bank dan lembaga keuangan bukan bank. Pasar modal sebagai media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi investor. Seluruh dunia mengakui bahwa pasar modal dapat menjadi sarana yang handal untuk memobilisasi dana apabila ia dikelola secara profesional. Pasar modal akan menjadi jalur sumber pembiayaan jangka menengah atau panjang yang semakin penting bagi dunia usaha, disamping jalur-jalur pembiayaan yang sudah ada dimana perkembangan pasar modal ini tidak terlepas dari arah perkembangan perekonomian secara makro serta dukungan peraturan atau ketentuan ke arah efisiensinya pasar modal. Dengan potensinya yang semakin besar untuk memobilisasi dana, pasar modal memiliki arti yang strategis bagi pembangunan perekonomian nasional. Manfaat pasar modal dalam pembangunan nasional secara langsung menurut Ary Suta (dalam Natarsyah, 2000), adalah: 1. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan. 2. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana. 3. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat. 4. Meningkatkan penerimaan negara, dan 5. Dapat mengurangi utang luar negeri swasta. Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut Husnan (dalam Natarsyah, 2000), adalah : 1. Penawaran sekuritas. Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia untuk menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Permintaan akan sekuritas. Faktor ini berarti luas yaitu banyak masyarakat yang memiliki jumlah dana yang dipergunakan untuk membeli sekuritas yang ditawarkan baik yang berasal dari individu, perusahaan non keuangan maupun lembaga keuangan. 3. Kondisi politik dan ekonomi. Kondisi politik yang stabil akan membantu pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran dan permintaan akan sekuritas. 4. Masalah hukum dan peraturan. Pembeli sekuritas pada dasarnya sangat bergantung pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan 5. Emiten sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. 6. Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal, lembaga-lembaga seperti BAPEPAM, Bursa Efek, Akuntan Publik, Underwriter, Wali Amanat, Notaris, Konsultan Hukum, Lembaga Kliring, dan lain-lain perlu bekerja dengan profesional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek berjalan dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya. Pasar modal mempunyai definisi yang berbeda dengan bursa efek. Definisi pasar modal menurut Sunariyah (2000), adalah tempat yang disediakan untuk melakukan kegiatan yang bersangkutan dengan perdagangan efek. Sedangkan definisi bursa efek menurut UU No.8, Tahun 1995, Bab I, Pasal I, No.4 (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), adalah pihak yang melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Penjamin Emisi Efek (PEE), yakni pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran perdana kepada masyarakat umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tak terjual. 2. Perantara perdagangan efek (PPE), yakni pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain, dan 3. Manajer Investasi (MI), yakni pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari definisi keduanya, dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya tampak dalam hal pasar modal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan efek, sedangkan bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan sistem dan atau sarana perdagangan efek. Efek yang dimaksud disini adalah surat berhutang, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Pasar modal atau bursa efek yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang dalam istilah asing dikenal dengan Jakarta Stock Exchange (JSX), sedangkan bursa efek terbesar kedua setelah Bursa Efek Jakarta adalah Bursa Efek Surabaya (BES), atau lebih dikenal dalam istilah asing yaitu Surabaya Stock Exchange (SSX). B. Efisiensi Pasar Menurut Kuntorowati dan Agustanto (2000), secara umum pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga-harga sekuritas pada saat-saat tertentu “mencerminkan secara penuh” (fully reflect), semua informasi yang relevan dan tersedia, baik secara umum (dengan publikasi) maupun yang tersirat (melalui berbagai analisis). Menurut Hartono (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), menyatakan bahwa jika pasar efisien, suatu pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis tidak akan menyebabkan reaksi pasar atas pengumuman peristiwa tersebut. Sebaliknya jika pasar bereaksi untuk pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, berarti pasar tersebut belum efisien karena tidak dapat membedakan pengumuman yang berisi informasi ekonomis dengan yang tidak. Pengertian fully reflect menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan informasi yang tersedia (information available), investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas yang bersangkutan. Sedangkan menurut Foster (dalam Hidayah dan Triatmoko, 2002), efisiensi pasar modal terkait dengan suatu item informasi tertentu. Pasar modal efisien terhadap suatu item informasi jika investor tidak mungkin memperoleh abnormal return yang lebih besar dari yang diharapkan investor dalam suatu investasi dalam kondisi normal secara konsisten dengan memanfaatkan item informasi tersebut. Hartono (dalam Setyawan, 2002), menyatakan bahwa bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari dua segi berikut: 1. Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient Market). Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Fama (dalam Setyawan, 2002), menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut: a. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form). Dikatakan demikian apabila harga-harga sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi, yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang, sehingga investor tidak dapat menggunakannya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form). Dikatakan demikian apabila harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. c. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form). Dikatakan demikian apabila harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. 2. Efisiensi Pasar Secara Keputusan (Decisionally Efficient Market) Efisiensi pasar dilihat berdasarkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan, atau jika semua informasi tersedia dan semua pelaku pasar dapat mengambil keputusan dengan canggih dan tepat. Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah jika efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market) hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi secara keputusan (decisionally efficient market) mempertimbangkan dua buah faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Dengan demikian efisiensi pasar secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Fatmawati (1999), mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia sudah memenuhi efisiensi bentuk setengah kuat yang dilakukan dengan mengamati pengaruh informasi laporan keuangan terhadap volume perdagangan saham. Penelitian yang menunjukkan efisiensi pasar juga dilakukan oleh Pettit (dalam Kuntorowati dan Agustantoro, 2000), memperoleh hasil bahwa harga-harga saham menyesuaikan secara tepat dan cepat pada hari pengumuman deviden dan hari sesudahnya. Hal ini berarti bahwa pasar modal berada pada tingkat efisien bentuk setengah kuat. Sedangkan Amsari (dalam Kuntorowati dan Agustantoro, 2000), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman deviden terhadap harga saham harian dan indeks harga saham harian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman deviden tidak berpengaruh terhadap harga saham di BEJ. Hal ini berarti bahwa BEJ belum efisien dalam bentuk setengah kuat. C. Stock Split Pemecahan saham atau stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split faktor). Aktifitas pemecahan saham tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik), dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split faktor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split faktor 1:2, 1:3, 1:4. Di Indonesia para emiten saat ini hanya melakukan pemecahan saham naik (stock split-up) dan belum pernah terjadi kasus pemecahan saham turun (stock splitdown). Mc Gough (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua yaitu partial stock split (pemecahan saham sebagian) dan full stock splits (pemecahan saham penuh). Partial stock split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih kurang dari 100% dari jumlah saham beredar yang lama. Full stock split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama. Menurut Kurniawati (2003), stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer-manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split faktor. Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah: 1. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar. 2. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. 3. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. 4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik. Sementara itu, pihak lain mempunyai keyakinan lain yang bertentangan dengan beberapa manfaat diatas. Pihak lain merasa bahwa : a. Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena ketidakpastian pada lingkungan bisnis. b. Tingkat harga saham setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada kelompok yang memiliki nilai saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan investor terhadap saham tersebut menurun. c. Peningkatan jumlah pemegang saham akan menaikkan biaya pelayanan (servicing cost) bagi pemegang saham. Apabila harga suatu saham semakin tinggi, maka kemungkinan saham tersebut dapat dibeli oleh masyarakat semakin kecil. Manajemen perusahaan yakin bahwa apabila kepemilikan saham semakin luas maka hubungan dengan masyarakat akan lebih baik, sehingga adanya stock split dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan menarik mayoritas potensi investasi. Alasan lain perusahaan melakukan stock split adalah : 1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut. 2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau. 3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah stock split tersebut (Kieso dan Weygandt (dalam Kurniawati, 2003)). D. Kandungan Informasi Stock Split Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Suatu pengumuman yang masuk ke bursa saham akan mempengaruhi pasar untuk bereaksi. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (Information content), maka pasar akan melakukan reaksi pada waktu pengumuman tersebut. Reaksi pasar ini tercermin dari harga pasar yang berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena pasar memproses pengumuman yang masuk dan akan mengevaluasi kandungan informasi yang terdapat pada pengumuman tersebut. Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam perubahan harga saham dan indikator pasar lainnya. Pengumuman stock split mengandung informasi (information content), jika informasi tersebut menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan adanya abnormal return yang diterima oleh para pelaku pasar. Sebaliknya jika pengumuman stock split tidak memiliki kandungan informasi maka tidak ada abnormal return pada pasar. Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi para pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam, dan IAI. Para pelaku pasar modal khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga pasar suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut. Kim et. al. (dalam Chandradewi, 2000), menyatakan bahwa informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten. Ia memuat rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa informasi keuangan maupun non-keuangan. Penelitian mengenai kandungan informasi stock split telah banyak dilakukan, dengan hasil yang tidak konsisten. Fama et. al. (dalam Kurniawati, 2003), mempelajari semua kasus distribusi saham sebesar 25% atau lebih dari NYSE mulai tahun 1927 sampai 1959 dengan menggunakan sampel sebanyak 940 perusahaan yang melakukan stock split. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 bulan sebelum pengumuman stock split terdapat abnormal return. Sedangkan pada saat pengumuman stock split dan hari-hari setelah stock split tidak terdapat abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak melakukan rekasi terhadap pengumuman stock split. Aktivitas split yang dilakukan perusahaan akan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif disekitar pengumuman split. Model tersebut juga memprediksi adanya peningkatan informasi yang diberikan analis, yang tercermin pada peningkatan volatilitas harga saham, spread yang semakin besar, dan bertambahnya jumlah pemegang saham. E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman stock split dilihat perubahan harga saham dari sekuritas yang bersangkutan selama periode pengamatan. Reaksi ini diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman stock split mengandung informasi maka akan memberikan abnormal return kepada pasar. Aktifitas split dapat mempengaruhi pasar dalam bentuk kesejahteraan atau keuntungan bagi pemegang saham, perubahan resiko saham, tingkat likuiditas, dan sinyal yang diberikan kepada pasar. Dalam Fatmawati dan Asri (1999), dampak split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh Grinblatt, Masulis, dan Titman (1984) serta Ohlon dan Penman (1985), bahwa di sekitar pengumuman split menunjukkan adanya perilaku harga saham yang abnormal. Diyakini pula bahwa peningkatan harga yang terjadi tidak disebabkan karena adanya pengumuman deviden yang meningkat seperti yang dikemukakan oleh Fama dkk. (dalam Fatmawati dan Asri, 1999). Disisi lain, Lamoareux dan Poon, masih (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), menyimpulkan bahwa pasar memberikan nilai positif terhadap split karena adanya tax-option impact. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang dihadapi investor (tax-exempt investor) sehingga investor tersebut memperoleh keuntungan lebih. Bila ditinjau kaitan antara split dengan resiko saham, Bar-Yosef dan Brown, (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), menyimpulkan bahwa resiko sistematik dari stock split mengalami penurunan pada bulan-bulan setelah split. Hal ini disebabkan karena pada saat menjelang stock split, investor diliputi ketidakpastian mengenai kestabilan laba dan prospek deviden di masa yang akan datang. Sedangkan Brennan dan Copeland masih (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), menemukan adanya resiko sistematik yang lebih besar di hari pengumuman split dan ex-date daripada di hari-hari sekitar pengumuman split (the surrounding days). Diyakini pula bahwa resiko sistematik di hari ex-date cenderung mengalami peningkatan yang permanen. Split dapat memberikan sinyal yang informatif mengenai prospek perusahaan yang menguntungkan. Seperti yang dikemukakan oleh Brennan dan Copeland (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), bahwa apabila aktifitas split dapat meningkatkan biaya likuiditas kepada investor, maka split yang terjadi menunjukkan sinyal yang valid. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham telah banyak diteliti oleh beberapa peneliti dengan sudut pandang yang berbeda. Ada sebagian peneliti yang mengukur reaksi pasar terhadap stock split berdasarkan likuiditas saham tersebut, diantaranya adalah Copeland dan Demsetz (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999). Selain itu, ada peneliti lain yang mengukur reaksi pasar pemecahan saham melalui perubahan beta saham, yaitu Bar dan Brown dan Fama et al. (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999). Sedangkan reaksi pasar yang berhubungan dengan harga saham telah dilakukan oleh Johnson, Barker, dan Fama et al. (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999). Di Indonesia, beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang reaksi pasar terhadap pengumuman stock split, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarso (2003), yang menemukan adanya abnormal return di sekitar stock split yang menunjukkan reaksi pasar. Sedangkan Anggraini dan Hartono (2000), menyimpulkan bahwa reaksi pasar yang terjadi pada saat pengumuman pemecahan saham disebabkan adanya harapan pembayaran dividen kas dalam waktu dekat setelah pemecahan saham. F. Perubahan Harga Saham Sebelum melakukan stock split, harga saham yang terlalu tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan karena para investor terutama investor kecil tidak dapat membeli saham tersebut atau kemampuan daya belinya rendah, sehingga salah satu tujuan perusahaan melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham kedalam suatu range tertentu sehingga perdagangan saham bisa lebih optimal dan dapat aktif diperdagangkan serta dapat menimbulkan daya tarik investor kecil untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar. Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali berlaku, dan sebagai konsekuensinya harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru. Cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap pada rentang perdagangan yang optimal, sehingga daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil, yakni dengan melakukan pemecahan saham. Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi para pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam, dan IAI. Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut. Beaver (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), mengatakan bahwa harga saham menjadi sangat penting bagi investor, karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor. Perubahan kesejahteraan akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh oleh investor di masa depan. Secara umum, perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Apabila pasar menilai bahwa harga saham tersebut terlalu rendah, maka jumlah permintaan akan meningkat. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split dimaksudkan untuk mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot) menjadi investor round lot yakni investor yang membeli saham minimal 500 lembar. Bertambahnya investor round lot dan meningkatnya jumlah pemegang saham karena investor kecil dapat melakukan investasi pada harga yang lebih murah. Banyak penelitian telah membuktikan adanya reaksi pasar dilihat dari harga sahamnya. Kenapa harga saham bisa mengalami perubahan di seputar hari pengumuman? Copeland (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range” harga saham. Pendapat senada juga diberikan oleh Mc. Nichols dan Dravids (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), yang menyatakan bahwa tujuan pemecahan saham adalah untuk menggeser harga saham perusahaan ke dalam suatu “optimal trading range”. Angel (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), mengatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ikenberry et. al. (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), yang menemukan bukti bahwa pemecahan saham menyebabkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Sedangkan penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), tentang pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham, menunjukkan bahwa pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif. Hasil ini berbeda dengan penelitian Bar dan Brown (dalam Ewijaya dan Indriantoro, 2001), yang menyimpulkan bahwa harga saham bereaksi positif setelah ada pengumuman pemecahan saham. G. Abnormal Return Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi atau return yang diharapkan. (dalam Kuntorowati dan Agustanto, 2000). Pengujian statistik terhadap abnormal return bertujuan untuk mengetahui signifikansi abnormal return yang ada diperiode peristiwa. Signifikansi ini adalah ditunjukkan secara statistik abnormal return tersebut tidak sama dengan nol yaitu positif untuk berita yang baik dan negatif untuk berita yang tidak menyenangkan. Aktifitas split yang dilakukan oleh perusahaan akan diinterpretasikan oleh investor sehingga sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif disekitar pengumuman split. Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman split dilihat perubahan harga saham dari sekuritas yang bersangkutan saham periode pengamatan. Reaksi ini diukur dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman split mengandung informasi maka akan memberikan abnormal return kepada pasar. Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya reaksi pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return disekitar peristiwa adalah yang dilakukan oleh Mc Nichols dan David (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), serta Winarso (2003), di Indonesia. H. Beta Koreksi Elemen terpenting dari pasar modal adalah beta. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap resiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Penelitian mengenai pengujian estimasi Beta yang paling tepat untuk kondisi pasar modal di Indonesia dilakukan oleh Hartono dan Surianto (1999). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah metode koreksi beta yang paling tepat untuk Bursa Efek Jakarta adalah metode Fowler dan Rorke (dalam Kurniawati, 2003), dengan menggunakan empat lag dan empat lead, sehingga metode koreksi beta yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode koreksi beta Fowler dan Rorke dengan empat lag dan empat lead. Metode koreksi bias beta ini merupakan metode yang telah terbukti secara empiris paling mampu mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta. I. Penelitian Terdahulu Ada banyak penelitian mengenai reaksi pasar terhadap suatu peristiwa atau publikasi informasi yang diukur dari harga saham dengan analisis abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh Fama et. al. (dalam Kurniawati, 2003), berhasil mendokumentasikan abnormal return yang mengiringi stock split. Dengan menggunakan market model yang sederhana, Fama et. al. menghitung cumulative abnormal return (CAR) dari 940 stock split yang terjadi antara tahun 1927-1959 selama 60 bulan yaitu 30 bulan sebelum dan setelah stock split. Ia menemukan abnormal return positif sebelum dilakukan stock split tetapi tidak terjadi pada hari pengumuman stock split dan hari-hari setelahnya. Konsisten dengan temuan Barker (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), pengujian yang dilakukan Fama et. al. tidak terbatas dari pengaruh pengumuman deviden sebanyak 71,5% dari sampel yang mereka gunakan mengumumkan kenaikan deviden setelah pengumuman stock split. Hasilnya mendukung hipotesis bahwa pengumuman stock split yang diikuti oleh peningkatan deviden ditafsirkan pasar sebagai predictor adanya peningkatan deviden sehingga tidak mengejutkan jika harga saham justru meningkat pada periode menjelang pengumuman stock split. Namun yang digarisbawahi dalam penelitian Barker adalah kenaikan harga saham tersebut bukan disebabkan oleh pemecahan saham. Ia menyimpulkan sebenarnya harga saham lebih dipengaruhi oleh pengumuman deviden oleh perusahaan yang melakukan split. Dowen dan Liljeblom (dalam Kurniawati, 2003), yang menganalisis apakah terdapat informasi yang bisa dipakai investor (informasi positif) dalam pengumuman stock split maupun stock dividen mendapatkan bukti bahwa ada reaksi perbedaan harga yang signifikan. Sementara penelitian yang dilakukan Wiggins, Fama (dalam Kurniawati, 2003), justru menunjukkan hasil yang berlawanan yaitu pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman stock split. Penelitian yang dilakukan oleh Mc.Nichols dan Dravids (dalam Marwata, 2001), memberikan kesimpulan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu dengan tujuan agar semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyak partisipan dalam pasar akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Mereka juga memberikan bukti bahwa perusahaan mensinyalkan investasi privat tentang laba masa depan melalui faktor pemecahan (split factors) yang mereka pilih. Korelasi antara perubahan harga dengan faktor pemecahan yang mereka temukan menunjukkan bahwa pilihan faktor pemecahan yang dilakukan manajemen mensinyalkan privat tersebut. Penelitian mengenai stock split dengan menggunakan koreksi beta hanya sedikit, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati, 2003). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta sebelum dan sesudah stock split baik dengan menggunakan data return harian maupun bulanan. Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap perubahan harga saham yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), menunjukkan hasil bahwa stock split berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham relatif secara signifikan. Sedangkan penelitian Winarso (2003), menyimpulkan adanya reaksi pasar yang positif signifikan terhadap pengumuman stock split pada hari sebelum dan sesudah pengumuman, yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif pada hari pengumuman dan sehari sebelum pengumuman. J. Kerangka Pikir Dari beberapa penelitian terdahulu diketahui telah banyak dilakukan pengujian mengenai reaksi pasar terhadap suatu publikasi informasi, yang diukur menggunakan indikator harga saham yang diukur dengan abnormal return-nya. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu, maka penelitian ini akan menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut. STOCK SPLIT HARGA SAHAM Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu studi peristiwa (event study), maka penelitian ini akan meneliti pengumuman stock split sebagai peristiwa (event) yang akan diteliti. Sedangkan untuk mengamati reaksi pasar yang terjadi, akan diukur dengan variabel harga saham, yaitu dengan melihat perubahan yang terjadi di sekitar hari pengumuman. K. Perumusan Hipotesis Barker (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), dalam penelitiannya menemukan bahwa setelah stock split dilakukan, harga saham meningkat. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati, 2003), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta saham sebelum dan sesudah stock split. Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap perubahan harga saham yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), menunjukkan hasil bahwa stock split berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham relatif secara signifikan. Fatmawati (1999), mengadakan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham, yang hasil penelitiannya yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham, volume turn over, dan spread pada saat sebelum dan sesudah stock split. Sedangkan perubahan harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Bertitik tolak pada hasil yang menunjukkan ketidak konsistenan bahkan cenderung kontroversi mengenai reaksi pasar disekitar tanggal pengumuman stock split dan adanya ketidakcocokan antara teori dan praktek mengenai kandungan informasi stock split tersebut, serta kemungkinan belum adanya penelitian di Indonesia yang melakukan koreksi beta berkenaan dengan stock split tersebut, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split. BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah suatu studi peristiwa (event study) yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu peristiwa pengumuman serta dapat juga untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Studi peristiwa sangat baik digunakan untuk menghitung seberapa cepat suatu informasi berpengaruh, dalam penelitian ini ditunjukkan dengan harga saham dan volume perdagangan yang berubah atau bahkan semakin meningkat di sekitar hari pengumuman. Adapun peristiwa atau event yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini adalah peristiwa pengumuman stock split. Sedangkan pengaruhnya akan dilihat dari perubahan yang terjadi pada harga saham. Pengamatan akan dilakukan selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum event date (pre event) dan 5 hari sesudah event date (post event). B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel Populasi adalah jumlah dari keseluruhan individu yang akan diteliti dan paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama yang karakteristiknya hendak diduga. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go publik yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di BEJ pada periode 1998-2003. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi sampel dalam penelitian, yaitu perusahaanperusahaan yang dipilih dengan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Oleh karena itu, metode yang dipakai dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Adapun kriteria suatu perusahaan emiten yang dapat dimasukkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah yang termasuk dalam sektor industri manufaktur. 2. Perusahaan yang aktif diperdagangkan, artinya pada tahun dilakukannya stock split, saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan, yaitu mempunyai frequensi perdagangan minimal 300 kali. 3. Perusahaan yang mengumumkan stock split pada tahun 1998-2003. 4. Tidak melakukan company action lain selain stock split pada periode pengamatan, yaitu selama 105 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman stock split, seperti stock deviden, right offering, merger, akuisisi, bonus share dan pengumuman lain. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari misspesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. C. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui sumber yang baru ada atau data yang sudah siap, tidak dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2000). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diambil dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode 2000-2003, JSX Statistik tahun 2000-2003, dan Data Base Pojok BEJ. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Nama perusahaan dan tanggal listing. 2. Tanggal pengumuman stock split. 3. Daftar harga saham harian selama 5 hari sebelum stock split dan 5 hari sesudah stock split. 3. Daftar estimasi harga saham harian selama 100 hari sebelum pengumuman stock split. 4. Daftar beta saham harian diseputar tanggal pengumuman stock split. D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Pengumuman stock split, akan diukur berdasarkan tanggal sebelum pengumuman, dan tanggal setelah pengumuman, dengan “windows periods” hari perdagangan, yaitu lima hari sebelum pengumuman dan lima hari sesudah pengumuman. Pemilihan windows 11 hari untuk menghindari confounded effect. Jika menggunakan lebih dari 11 hari, maka ada unsur-unsur lain atau pengumuman lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini, sebaliknya jika menggunakan windows lebih pendek dari 11 hari maka ada kemungkinan belum ada. 2. Pengujian abnormal return saham a. Return saham dan return pasar dihitung dengan formulasi sebagai berikut : Rt = Pt − Pt −1 Pt −1 Notasi : Rt = Return saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t, Pt = Harga saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t, Pt −1 = Harga saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t, Perhitungan beta masing-masing saham dengan metode OLS. Beta dapat dihitung dengan cara meregresikan return saham dengan market return berdasarkan single index model atau model indek tunggal. R it = α i + β i R Mt + ε it Notasi : Rit = Return saham perusahaan ke-i dan hari ke-t, α i = Intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i, β i = Beta untuk masing-masing perusahaan ke-i, RMt = Return indeks pasar pada hari ke-t, dan ε it = Kesalahan residu untuk persamaan-persamaan regresi tiap- tiap perusahaan ke-i pada hari ke-t. b. Estimasi beta dengan metode koreksi Fowler dan Rorke Metode koreksi beta yang digunakan adalah metode koreksi beta Fowler dan Rorke dengan empat lead dan empat lag. Metode koreksi beta ini merupakan metode koreksi beta yang telah terbukti secara empiris paling mampu mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta (Hartono dan Surianto, 1999) : Rit = α i + β − 4 Rmt − 4 + β −3 Rmt −3 + β − 2 Rmt − 2 + β −1 Rmt −1 + β 0 Rmt + β 4 Rmt + 4 + β 3 Rmt +3 + β 2 Rmt + 2 + β 1 Rmt +1 + ε it Besarnya beta perusahaan ke-i yang telah dikoreksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arif dan Johnson (dalam Setyawan, 2002)): β i = W4 β i −4 + W3 β i −3 + W2 β i 2 + W1 β i −1 + β 0 + W1 β i +1 + W2 β i +2 + W3 β i +3 + W4 β i +4 Bobot yang digunakan untuk mengalikan koefisien-koefisien regresi untuk empat lead dan empat lag dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arif dan Johnson (dalam Setyawan, 2002): W1 = W W W 2 3 4 = = = 1+ 2 ρ1 + 2 ρ 2 + 2 ρ 3 + 2 ρ 4 1+ 2 ρ1 + 2 ρ 2 + 2 ρ 3 + 2 ρ 4 1+ 2 1+ 2 ρ 2 ρ1 1+ 2 1+ 2 + 2 ρ1 ρ1 + ρ 2 ρ 2 + + 2 ρ1 1+ 1+ 2 + 2 ρ 2 ρ 2 + 2 + ρ3 + ρ3 + 2 + 2 ρ3 + ρ 2 + + 2 ρ 2 + 2 ρ1 + ρ3 ρ 3 ρ 4 ρ 4 + 2 + ρ 3 ρ 4 ρ 4 ρ 4 + 2 ρ 4 Besarnya ρ 1 , ρ 2 , ρ 3 , ρ 4 , diperoleh dari persamaan regresi sebagai berikut (Hartono dan Surianto, 1999): R mt = α i + ρ 1 R mt −1 + ρ 2 R mt − 2 + ρ 3 R mt − 3 + ρ 4 R mt − 4 + ε t Abnormal return sering disebut sebagai excess return untuk suatu saham pada periode tertentu. Abnormal return ini merupakan selisih return yang sesungguhnya terjadi pada suatu periode dengan return yang diharapkan (expected return) pada periode tersebut. Persamaan matematisnya sebagai berikut : AR it = R it − E ( R it ) Notasi : ARit = Abnormal return saham i pada periode peristiwa ke-t, Rit = Return yang sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada periode untuk peristiwa ke-t, dan E ( Rit ) = Return ekspektasi saham ke-i untuk periode peristiwa ke-t. Penentuan besarnya return saham yang diharapkan E ( Rit ) memakai market model yang digunakan Brown dan Warner (dalam Hartono M, 1999), dalam event study. E ( Rit ) = αi + β i Rm Notasi ; E ( Rit ) = Return saham individual yang diharapkan pada periode ke-t. αi = Besarnya return saham individual yang tidak dipengaruhi oleh return pasar, dan βi = Tingkat kepekaan return saham individual sebagai akibat berubahnya return pasar. eriode estimasi pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Brown Dan Warner (dalam Harono M, 1999), yaitu 100 hari. Periode Windows adalah h-5 dan h+5. Estimasi α dan β diperoleh dari perhitungan persamaan regresi menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Dengan menggunakan α dan β selama estimation period, maka return yang diharapkan (expected return) dapat dihitung untuk menentukan abnormal return selama event period. Abnormal return dan average abnormal return selama 11 hari sekitar tanggal pengumuman stock split digunakan untuk menilai ada tidaknya kandungan informasi stock split. Selanjutnya dilakukan perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) yang merupakan penjumlahan abnormal return saham selama periode pengamatan yaitu 11 hari. Adapun perhitungan CAR adalah : n CARit = ∑ ARit t =1 Notasi : CARit = Cumulative Abnormal Return sekuritas ke-i (selama periode windows 11 hari), dan ARit = Abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t. Pengujian signifikansi abnormal return selama periode windows menggunakan pengujian statistik uji t (t-test) yang secara umum dapat diformulasikan sebagai berikut : t= β KSE Notasi : t = t-hitung, β = rata-rata abnormal return, dan KSE = Kesalahan Standar Estimasi. Tujuan pengujian signifikansi abnormal return ini adalah untuk melihat signifikansi abnormal return secara statistik. Signifikansi tidak sama dengan nol apabila bertanda positif berarti dianggap sebagai berita baik, sedangkan apabila memiliki tanda negatif dianggap sebagai berita yang buruk. T-test ini dilakukan dengan cara mencari standarisasi dari nilai abnormal return dengan nilai kesalahan standar estimasinya (standar eror of the estimate) untuk masing-masing sekuritas, sedangkan cara yang digunakan untuk menentukan kesalahan standar estimasinya berdasarkan defiasi standar return harian pada periode estimasi. Adapun model tersebut dapat dirumuskan seperti berikut ini: t2 KSE i = ∑ (Rij − Rt )2 j = t1 T − 2 Notasi: KSEi = Kesalahan Standar Estimasi. Rij = Return sekuritas ke-i untuk hari ke-j selama periode estimasi, Ri = Rata-rata return sekuritas ke-I selama periode estimasi, dan T = Jumlah dari periode estimasi dari hari ke-t2. Setelah kesalahan standar estimasi untuk tiap-tiap perusahaan diperoleh, maka abnormal return standarisasi untuk sekuritas ke-i dapat dilihat sebagai berikut : t t = RTNSi j , t = RTN , t KSE , i Notasi : tt = t hitung untuk masing-masing hari ke-t di periode peristiwa. RTNSi,t = Abnormal return standarisasi sekuritas ke-i, RTNi,t = Abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t sebuah periode peristiwa, dan KSE,i = Kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-i. T-test tersebut umumnya dilakukan untuk return portofolio (rata-rata return semua ksekuritas) pada hari-t diperiode peristiwa. Portofolio sekuritas ini terdiri atas k-sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman stock split. Besarnya abnormal return standarisasi untuk portofolio k-buah sekuritas ini untuk hari ke-t selama periode windows atau peristiwa adalah sebesar : k RTNSt = ∑ RTNSi t t =1 k Notasi: RTNSt = abnormal return standarisasi portofolio untuk hari ke-t di periode peristiwa. RTNSi,t = abnormal return standarisasi sekuritas ke-i untuk hari ke-t di periode peristiwa, dan k = jumlah sekuritas. E. Tehnik Analisis Data 1. Uji Normalitas Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistik parametrik sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dilakukan supaya asumsi tersebut terpenuhi. Pengujian normalitas data untuk seluruh rata-rata abnormal return dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah, yaitu membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05. Apabila p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal. 2. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji statistik t-test bertujuan untuk melihat signifikansi abnormal return yang ada diperiode peristiwa sebelum dan sesudah stock split, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha) Hipotesis Nol adalah hipotesis yang menyatakan nilai populasi atau sama dengan nilai yang dihipotesiskan (nilai yang diduga). Hipotesis Alternatif adalah hipotesis yang berisi pernyataan yang menerima semua nilai yang tidak dimasukkan dalam hipotesis nol. H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split. Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split. Perumusannya: H0 = RRTN sblm = RRTN sdh Ha = RRTN sblm ≠ RRTN sdh b. Menentukan level of significance sebesar 5%, α = 0,05 c. Menentukan kriteria pengujian : H0 Diterima jika: –t Tabel ≤ t hitung atau t hitung ≤ t Tabel atau apabila probabilitasnya > 0,05, dan H0 Ditolak jika: t Hitung < -t Table atau t hitung > t Tabel atau apabila probabilitasnya < 0,05. H0 Ditolak H0 Diterima -t Tabel H0 Ditolak t Tabel Gambar III. 1 (Daerah Penerimaan H0) d. Perhitungan nilai t hitung dari sampel t2 KSEi = ∑ ( Rij − Rt ) 2 j = t1 T −2 Notasi : KSE = Kesalahan Standar Estimasi untuk sekuritas ke-i. Rij = Return sekuritas ke-i untuk hari ke-j selama periode estimasi, T = Jumlah hari di periode estimasi dan hari ke-t2. k t t = RTNSt = ∑ RTNSi, t t =1 k Notasi : tt = t hitung untuk masing-masing hari ke-t diperiode peristiwa. RTNSt = Return tidak normal standarisasi portofolio untuk hari ke-t diperiode peristiwa. RTNSi,t = Abnormal return standarisasi sekuritas ke-t untuk hari ke-t diperiode peristiwa, dan k = Jumlah sekuritas. Untuk menguji hipotesis dengan bantuan SPSS for windows 11,0 sehingga langsung dapat dilihat nilai signifikansinya tanpa harus membandingkan t hitung dan t tabel. BAB IV ANALISIS DATA Penelitian ini menganalisis perilaku reaksi harga saham terhadap pengumuman stock split. Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis dan analisis pembahasan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS for windows 11.0 untuk mengetahui signifikansi setiap perbedaan nilai rata-rata masing-masing variabel pada periode pengujian yang sebelumnya telah dilakukan penghitungan dengan bantuan microsoft excel. A. Deskripsi Data Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan agar dapat mewakili populasinya. Sampel diambil dari perusahaan/ emiten yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Adapun periode tahun amatan adalah dari tahun 1998-2003. Dari semua emiten yang melakukan stock split selama periode tahun tersebut, kemudian dilakukan penyaringan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir bagi penelitian ini. Berikut disajikan perincian prosedur pengambilan sampel berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Tabel IV. 1. Prosedur Pengambilan Sampel Kriteria Pemilihan Sampel Perusahaan manufaktur yang mengumumankan stock split Jumlah 41 Perusahaan manufaktur yang belum listing pada periode amatan (110 hari sebelum-5 hari sesudah pengumuman) (2) 39 Perusahaan manufaktur yang tidak aktif pada tahun dilakukannya pengumuman stock split (4) 35 Perusahaan yang melakukan company action lain selain stock split dalam periode amatan (110 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman) (5) Perusahaan yang memenuhi kriteria 30 Sumber: JSX Statistik, ICMD 1998-2003 Dari 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir dari penelitian ini, kemudian akan dilakukan pengamatan terhadap data transaksi harian dengan fokus pada harga saham yang diperdagangkan. Adapun periode pengamatan yang akan dilakukan adalah 11 hari, yaitu mulai 5 hari sebelum pengumuman stock split sampai 5 hari sesudah pengumuman stock split. Pengamatan terhadap harga saham harian dilakukan selama 111 hari, yang terdiri dari 11 hari pengamatan (windows period) ditambah dengan 100 hari periode estimasi, yang dimulai 105 hari sebelum stock split sampai hari ke 6 sebelum stock split. Berikut disajikan daftar 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir penelitian ini beserta dengan kode perusahaan serta tanggal melakukan pengumuman stock split. Tabel IV. 2 Daftar Perusahaan Sampel No. Nama Perusahaan Andhi Chandra Automative P Tbk Kode ACAP Tgl Pengumuman 3 Januari 2002 2. PT Astra Graphia Tbk ASGR 6 Maret 2000 3. PT Budi Acid Jaya Tbk BUDI 27 September1999 4. PT Dankos Laboratories Tbk DKNS 17 September 1999 5. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS 9 Oktober 1998 6. PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk DSUC 15 Oktober 1999 7. PT Ekadharma Tape Industry Tbk EKAD 8. PT Fortune Mate Indonesian Tbk FMII 28 Juni 2002 9. PT Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA 26 Juli 2002 10. PT HM Sampurna Tbk HMSP 20 September 2001 11. PT Igar Jaya Tbk IGAR 13 Agustus 12. PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 28 September 2000 13. PT Intraco Penta Tbk INTA 2 November 2000 14. PT Kurnia Kapuas Utama Tbk KKGI 28 September 1998 3 September 1999 1999 1. PT Tabel IV.3 Daftar Perusahaan Sampel Lanjutan 15. PT Kalbe Farma Tbk KLBF 24 September 1999 16. PT Lautan Luas Tbk LTLS 5 November 1999 17. PT Metrodata Electronics Tbk MTDL 8 Desember 1999 18. PT Hanson Industri Utama Tbk MYRX 30 Oktober 1998 19. PT Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM 29 Agustus 2001 20. PT Summitplast Interbenua Tbk SMPL 30 Juli 21. PT Sarasa Nugraha Tbk SRSN 22. PT Sunson Textile Manufactur Tbk SSTM 24 September 1999 23. PT Siantar Top Tbk STTP 19 Desember 2001 24. PT Suba Indah Tbk SUBA 5 Januari 2001 25. PT Surya Dumai Industry Tbk SUDI 20 Oktober 1999 26. PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 28 Oktober 2001 27. PT Tunas Ridean Tbk TURI 28. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk ULTJ 11 Januari 29. PT Unilever Indonesia Tbk UNVR 3 November 2002 30. PT Voksel Electric Tbk VOKS Sumber: JSX Statistk, ICMD 1998-2003 3 Agustus 5 Juli 14 Maret 2001 2001 2001 2001 2002 B. Pengujian Hipotesis Pengujian statistik terhadap abnormal return bertujuan untuk melihat signifikansi abnormal return (rata-rata abnormal return) untuk periode pengamatan sebelum dan sesudah pengumuman serta untuk menguji signifikansi abnormal return keseluruhan saham pada periode amatan (t-5 sampai t+5). Berikut disajikan hasil perhitungan dari rata-rata Abnormal Return saham dan Cumulative Abnormal Return dalam periode peristiwa. (Lihat Lampiran I) Tabel IV.4 Rata-Rata Abnormal Return Saham dan Cumulative Abnormal Return Periode Peristiwa Abnormal Return Saham Cumulative Abnormal Return t-5 -0,0003 -0,0087 t-4 0,0124 0,3729 0,0024 0,0711 t-2 -0,0057 -0,1715 t-1 0,0087 0,2611 t0 0,0144 0,4306 t+1 -0,1774 -5,3211 t+2 -0,0615 -1,8442 t+3 -0,0647 -1,9412 t+4 -0,0062 -0,1867 t+5 -0,0016 -0,0484 Sumber: Hasil Pengolahan Data t-3 1 0 -1 t-5 t-4 t-3 t-2 t-1 t0 t+1 t+2 t+3 t+4 t+5 -2 AR CAR -3 -4 -5 -6 Grafik.IV.1 (Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return) Dari tabel dan grafik dari hasil penelitian di atas selama 11 hari yaitu 5 hari sebelum pengumuman sampai 5 hari sesudah pengumuman stock split menunjukkan bahwa pengumuman stock split menimbulkan rata-rata abnormal return yang negatif. Pada hari t-5 terdapat abnormal return negatif, kemudian pada hari t-4 dan t-3 terdapat abnormal return yang positif. Hari t-2 kembali turun, tetapi naik lagi hari t-1. Pada hari t0 (Pengumuman stock split) terjadi abnormal return positif, akan tetapi hari t+1 sampai t+5 return saham bergerak turun dengan ditandai terjadinya abnormal return yang negatif. Rata-rata abnormal return yang negatif mengindikasikan bahwa sebagian besar investor memperoleh return saham yang lebih rendah dari yang diharapkan. Abnormal return saham yang negatif paling besar terjadi pada hari pertama sesudah pengumuman. Setelah rata-rata abnormal return diketahui, kemudian dilakukan pengujian untuk menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu: H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split. Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split. Pengujian yang akan dilakukan adalah uji paired samples t-test. Namun, sebelum melakukan pengujian tersebut perlu diketahui normalitas data yang akan diuji tersebut apakah sudah termasuk berdistribusi normal atau bukan. Adapun uji yang dipakai untuk menentukan normalitas data adalah dengan uji non parametrik one sample kolmogorov- smirnov. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas data dengan uji kolmogorov-smirnov. (Lihat Lampiran II) Tabel IV.5 Hasil Pengujian Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Variabel Nilai K-S Z Asymp Sig. (2-tailed) Distribusi RRTN Sebelum 0,369 0,999 Normal RRTN Sesudah 0,640 0,807 Normal Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian normalitas data yang digunakan dalam pengujian ini adalah data berdistribusi normal. Ini terlihat dari nilai Asymp,Sig. sebesar 0,999 untuk rata-rata return tidak normal sebelum pengumuman dan 0,807 untuk rata-rata return tidak normal sesudah pengumuman, yang keduanya menunjukkan hasil yang lebih dari level of significance sebesar 0,05. Setelah data berdistribusi normal kemudian dapat dilakukan pengujian hipotesis yaitu dengan uji paired samples t-test. Berikut disajikan hasil pengujian data dengan paired samples t-test. (Lihat Lampiran III) Tabel IV.6 Hasil Pengujian Paired Samples T-Test Variabel t hitung Asymp Sig.(2-tailed) 2,032 0,112 RRTN Sebelum dan Sesudah Interpretasi H0 Diterima Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hasil pengujian Paired Samples T-Test di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dengan menggunakan perbandingan statistik t hitung dengan t tabel didapatkan hasil yaitu t hitung sebesar 2,032 adalah jauh lebih besar dari t tabel sebesar –2,05 yang berarti H0 diterima. Untuk mencari t tabel dengan menggunakan data tabel Uji t (t-test). Perhitungannya yaitu: ⎡α ⎤ T tabel = ⎢ ; n − 2⎥ ⎣2 ⎦ ⎡ 0,05 ⎤ ;30 − 2⎥ T tabel = ⎢ ⎣ 2 ⎦ T tabel = (0,025 ; 28) T tabel = 2,05 (Lihat Lampiran IV) 2. Sedangkan dengan berdasarkan probabilitasnya didapat nilai asymp sig. sebesar 0,112 adalah jauh lebih besar dari level of significance sebesar 0,05 yang berarti menerima H0. Kedua hasil tersebut mengindikasikan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum pengumuman stock split dan abnormal return sesudah pengumuman stock split. Sedangkan untuk mencari ada tidaknya reaksi pasar yang signifikan di seputar hari pengumuman, dapat dilihat dari t hitungnya. Nilai t hitung ini dicari dengan rata-rata abnormal return standarisasi. Berikut disajikan hasil pengujian uji t berdasarkan standarisasi abnormal return pada hari ke t selama periode peristiwa. (Lihat Lampiran V) Tabel IV.7 Hasil Uji T Rata-Rata Abnormal Return Standarisasi Periode Amatan Rata-Rata Abnormal Return t-5 -0,0003 t hitung Interpretasi -0,1940 tidak signifikan Tabel IV.8 Hasil Uji Rata-Rata Abnormal Return Standarisasi Lanjutan t-4 0,0124 0,0560 tidak signifikan t-3 0,0024 -0,1410 tidak signifikan t-2 -0,0057 -0,2890 tidak signifikan t-1 0,0087 -0,0170 tidak signifikan t0 0,0144 0,0910 tidak signifikan t+1 -0,1774 -2,0520 signifikan t+2 -0,0615 -0,8560 tidak signifikan t+3 -0,0647 -1,1800 tidak signifikan t+4 -0,0062 -0,3030 tidak signifikan t+5 -0,0016 -0,2340 tidak signifikan Sumber: Hasil Pengalahan Data Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik t-test bertujuan untuk melihat signifikansi abnormal return secara statistik tidak sama dengan nol. Apabila signifikansi tersebut memiliki tanda positif berarti informasi yang masuk ke pasar itu dianggap sebagai berita yang baik (good news) dan apabila signifikansi tersebut bertanda negatif berarti informasi yang masuk ke pasar itu dianggap sebagai berita yang tidak menyenangkan (bad news). Hasil pengolahan menunjukkan bahwa secara keseluruhan pasar bereaksi secara negatif atas pengumuman stock split, yang ditunjukkan dengan adanya mean abnormal return yang kebanyakan negatif. Artinya, pada hari-hari perdagangan tersebut investor memperoleh return saham yang lebih rendah dari return yang diharapkan. Akan tetapi mean abnormal return secara statistik signifikan hanya terjadi pada hari pertama sesudah pengumuman, yaitu pada t+1. Besar t hitung pada hari tersebut adalah –2,0520. Hasil ini lebih kecil dari t tabel yaitu -2,05. Ini berarti bahwa reaksi pasar yang signifikan hanya terjadi pada hari pertama sesudah pengumuman. Signifikansi abnormal return di sekitar hari pengumuman stock split menunjukkan bahwa pengumuman tersebut mengandung informasi yang direaksi oleh pasar. C. Analisis Pembahasan Sesuai dengan definisi dari efisiensi pasar modal, maka apabila terdapat suatu pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, suatu pasar modal yang sudah termasuk efisien tidak akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Sebaliknya, jika pasar bereaksi untuk pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, ini berarti pasar tersebut belum efisien karena tidak dapat membedakan pengumuman yang bernilai informasi ekonomis dengan yang tidak. Penelitian ini menguji ada tidaknya abnormal return di seputar hari pengumuman stock split. Didapatkan hasil bahwa ada abnormal return yang signifikan pada hari pertama setelah pengumuman stock split. Hasil ini mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia termasuk sebagai pasar modal bentuk setengah kuat. Dalam efisiensi pasar bentuk ini hargaharga sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan. Namun, tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatmawati (1999), yang menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia termasuk dalam bentuk pasar efisiensi setengah kuat. Peristiwa stock split sebenarnya tidak mempunyai nilai ekonomis, namun banyak emiten atau perusahaan yang melakukannya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan ke publik. Alasan yang pertama adalah perusahaan melakukan stock split supaya harga sahamnya tidak terlalu tinggi sehingga akan meningkatkan likuiditas perdagangannya. Sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2003), yang menyatakan bahwa emiten berpendapat stock split bermanfaat untuk menarik investor untuk membeli saham yang lebih besar dengan harga yang lebih rendah sehingga menarik investor yang odd lot menjadi round lot dan meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar menjadi lebih likuid. Meskipun stock split sebenarnya tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi tetap dilakukan adalah karena pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan ke publik yang belum mengetahuinya. Namun, hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi yang sesuai dengan yang disinyalkan saja yang akan mendapatkan reaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapatkan reaksi yang negatif. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat rata-rata abnormal return yang negatif sesudah pengumuman stock split. Ini berarti investor memperoleh return yang lebih rendah daripada yang diharapkan. Selain itu dilihat dari return abnormal standarisasi menunjukkan adanya abnormal return yang negatif signifikan pada hari pertama sesudah pengumuman stock split. Ini berarti bahwa sinyal yang disampaikan emiten yang melakukan stock split adalah sinyal yang tidak valid. Perusahaan tidak mempunyai prospek yang baik serta tidak mampu menanggung biaya tersebut. Hasil penelitian ini mengindikasikan terjadinya reaksi harga yang terlihat dari adanya abnormal return standarisasi yang signifikan pada hari pertama sesudah pengumuman. Namun secara rata-rata pasar tidak memberi reaksi yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dan disertai dengan modifikasi kurun waktu pengamatan, maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Secara umum stock split tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum pengumuman dan sesudah pengumuman stock split. Ini bisa dilihat dari hasil uji Paired Samples T-Test untuk menentukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Hasil uji ini menunjukkan: a. Dengan menggunakan perbandingan statistik t hitung dengan t tabel didapat nilai t hitung sebesar 2,032 yang jauh lebih besar dari nilai t tabel yaitu –2,05 yang berarti menerima H0. b. Dengan berdasarkan probabilitas didapat hasil asymp sig.sebesar 0,112 yang juga jauh lebih besar dari level of significance sebesar 0,05 yang berarti menerima H0. 2. Peristiwa pengumuman stock split mengandung informasi yang kemudian direaksi oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return di seputar hari pengumuman. Reaksi pasar yang terjadi terlihat dari rata-rata abnormal return yang negatif sesudah pengumuman stock split. Namun secara detail dengan melihat reaksi di seputar hari pengumuman, dapat dilihat dalam uji terhadap abnormal return standarisasi yang menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang negatif signifikan pada hari pertama sesudah pengumuman stock split. Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa dengan adanya abnormal return disekitar hari pengumuman juga mengindikasikan bahwa stock split berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini senada dengan hasil yang ditunjukkan oleh Fatma dan Asri (1999), yang menguji sampel 30 perusahaan yang melakukan split di BEJ selama bulan Juli 1995-Juli 1997, secara keseluruhan aktifitas split berpengaruh terhadap tingkat harga saham. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian Winarso dan penelitian Nayar (2003), yang menyatakan adanya abnormal return diseputar hari pengumuman, namun dalam penelitian ini abnormal yang terjadi adalah negatif. B. Keterbatasan Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Desain penelitian ini tidak menggunakan control group, yaitu perusahaan yang tidak melakukan stock split, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan jelas reaksi pasar dalam merespon pengumuman tersebut. 2. Kemungkinan terjadi miss specification model yang digunakan untuk mengukur reaksi harga saham terhadap stock split. Penyebabnya yaitu banyak model lain yang dapat digunakan untuk mengukur reaksi harga saham terhadap stock split. 3. Penelitian ini belum mengelompokkan perusahaan berdasarkan asset, size atau yang lainnya. 4. Sampel yang digunakan adalah diambil secara “purposive-sampling” dan hanya meneliti 30 buah perusahaan saja, serta menggunakan “event windows” yang relatif pendek sehingga mungkin menimbulkan beberapa masalah dalam ketidak cukupan statistikal. B. Implikasi Penelitian yang akan Datang Penelitian ini bersifat awal, sehingga memerlukan penelitian lanjutan yang lebih dalam dan lebih luas. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan, memperluas dan mengkonfirmasi hasil penelitian ini antara lain: 1. Penelitian selanjutnya supaya menerapkan desain penelitian pada suatu control group, sehingga dapat dibandingkan reaksi pasar antara yang melakukan dan yang tidak melakukan stock split. 2. Melihat pengaruh secara lebih rinci terhadap sampel penelitian. Artinya bahwa pengaruh stock split dapat diuraikan menjadi beberapa kelompok sampel sesuai dengan penggolongan berdasarkan asset, size dan kelompok industri lainnya. 3. Supaya penelitian selanjutnya menggunakan model yang lain supaya bisa dibandingkan. 4. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya menggunakan sampel secara “random sampling” dari semua sektor agar hasil mampu menjadi dasar kesimpulan umum. Juga sebaiknya menggunakan periode “windows” yang lebih panjang dan menggunakan sampel yang relatif lebih banyak, yang mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik.