STOCK PRICE REACTION TO THE ANNOUNCEMENT OF STOCK

advertisement
STOCK PRICE REACTION TO THE ANNOUNCEMENT OF STOCK
SPLIT AT MANUFACTURING COMPANIES IN JAKARTA STOCK
EXCHANGE: ABNORMAL RETURN ANLYSIS USING BETA
CORECTION
R. Sadha Pamungkas, Drs. Supardi, MM
ABSTRACT
Stock split is phenomenon that still becoming puzzle in economics. Stock split usually
occur after a significance increase in stock price and usually elicit a positive stock price reaction
upon announcement. The reason for this reaction has not been clearly understood.
According to the problem, this study is designed to examines the stock price reaction to
the announcement of stock split, initially doing a correction toward bias beta uses four lags and
four leads Fowler and Rorke method.
The collecting data uses purposive sampling. Sample consists of 30 stocks performing
the stock split during the period of 1998 to 2003. The test done using kolmogorov-smirnov test
to determine data’s normality, and paired sample t-test to test signification abnormal return
before and after announcement.
From the result, can be conclude that no significant differences in company’s abnormal
return, before and after announcement. Whereas from the result reaction stock price shown that
stock split announcement give a significant reaction in the first day after announcement, but the
reaction is negative.
Key words : Stock split, abnormal return, stock price, beta correction.
PERILAKU REAKSI HARGA SAHAM TERHADAP PENGUMUMAN
STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
JAKARTA: ANALISIS ABNORMAL RETURN MENGGUNAKAN BETA
KOREKSI
R. Sadha Pamungkas, Drs. Supardi, MM
ABSTRAKSI
Stock split masih merupakan fenomena yang menjadi teka-teki dalam ekonomi. Stock
split biasanya terjadi setelah kenaikan yang signifikan pada harga saham dan biasanya
mendatangkan reaksi harga saham yang positif terhadap pengumuman. Alasan dari reaksi ini
tidak dapat dimengerti dengan jelas.
Bertitik tolak dari masalah itu, Penelitian ini bertujuan untuk menguji reaksi harga
saham terhadap pengumuman stock split dengan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap
bias estimasi beta dengan menggunakan metode koreksi beta saham Fowler dan Rorke, empat
lead dan empat lag.
Pengambilan data menggunakan purposive sampling. Sampel terdiri dari 30 perusahaan
antara tahun 1998-2003. Pengujian dilakukan menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk
menentukan normalitas data, dan paired sampel t-test untuk menguji abnormal return
perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman.
Sedangkan hasil uji reaksi harga saham menunjukkan bahwa pengumuman stock split
memberikan reaksi signifikan pada hari pertama setelah pengumuman, tetapi hasilnya negatif.
Kata kunci : Stock Split, Abnormal return, Harga Saham, Beta Koreksi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengertian klasik pasar modal adalah suatu sarana dengan mana surat-surat berharga
yang berjangka panjang diperjual belikan. Dalam pengertian ini pasar modal memiliki tujuan
normatif mencapai keuntungan yang optimal. Namun demikian sebagai salah satu pelaku
ekonomi nasional pasar modal memiliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani antara pihak
yang membutuhkan modal dengan pihak yang kelebihan modal. Pasar modal mempunyai
peran penting bagi pembangunan ekonomi sebagai salah satu sumber pembiayaan exsternal
bagi dunia usaha. Selain itu pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi investor
dalam maupun luar negeri, yang tujuannya untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan
investasi usaha.
Dalam pasar modal terdapat pihak yang berkepentingan, yaitu pemodal atau investor
dan emiten atau penerbit saham. Pasar modal yang telah berkembang baik merupakan sarana
investasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (investor). Investor yang
menanamkan modal dalam bentuk saham berharap untuk memperoleh deviden dan capital
gain. Deviden adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang
saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Sedangkan capital gain adalah selisih antara nilai jual dengan nilai beli saham.
Dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual, seorang investor akan
mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi merupakan kebutuhan
yang
mendasar bagi para investor untuk melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan
dengan tingkat resiko tertentu. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi,
sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Informasi memegang peranan penting terhadap transaksi perdagangan di pasar modal.
Para pelaku di pasar modal sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi
naik turunnya harga surat berharga di pasar modal. Ada berbagai informasi yang
dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang mempengaruhi sebagian perusahaan
maupun memiliki pengaruh terhadap seluruh perusahaan yang ada di pasar modal. Beberapa
informasi atau fakta material yang terdapat di pasar modal misalnya adalah penggabungan
usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation), pemecahan
saham (stock split), pembagian deviden saham (stock deviden) dan masih banyak lagi.
Hubungan antara informasi dan pasar modal terdapat dalam pasar modal yang efisien.
Secara umum pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga-harga
sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Menurut Foster (dalam Hidayah
dan Triatmoko, 2002), menyatakan bahwa efisiensi pasar modal berkaitan dengan item
informasi tertentu. Pasar modal bersifat efisien terhadap item informasi jika infestor tidak
mungkin memperoleh abnormal return yang lebih besar dari return yang diharapkan investor
dalam suatu investasi pada kondisi normal.
Syarat utama yang diinginkan oleh para infestor untuk bersedia menyalurkan dananya
melalui pasar modal adalah perasaan aman akan infestasinya. Perasaan aman ini diantaranya
diperoleh karena para infestor memperoleh informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu,
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan infestasinya.
Suatu informasi dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut
menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam
perubahan harga saham dan indikator lainnya.
Menurut Husnan (dalam Hidayah dan Triatmoko,2002), menyebutkan bahwa
beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia sudah efisien dalam bentuk
lemah.
Beaver (dalam Ewijaya dan Indriantoro, 1999), mengatakan bahwa harga saham
menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan
harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor. Perubahan kesejahteraan
akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh oleh investor dimasa depan. Secara umum
perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi
investor.
Berdasarkan argumen diatas, penulis berpendapat bahwa variabel harga saham
merupakan variabel yang sangat penting dan mencerminkan berbagai informasi yang terjadi
di pasar modal dengan asumsi pasar modal efisien.
Wiggins (dalam Kurniawati, 2003), dalam penelitiannya juga mengukur reaksi pasar
terhadap pengumuman suatu informasi dengan menggunakan koreksi beta.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan kembali mencoba mengamati
variabel harga saham untuk mengukur reaksi pasar dengan analisis abnormal return
menggunakan beta koreksi. Sedangkan peristiwa atau event yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah peristiwa pemecahan saham (stock split).
Menurut Brigham dan Gapenski (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), stock split adalah
suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan go publik untuk menaikkan jumlah saham
yang beredar. Aktifitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi
sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua
jenis stock split yang dapat dilakukan yakni split-up (pemecahan naik), dan split-down
(pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Sedangkan split-down adalah
peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar.
Masih menurut Brigham dan Gapenski, stock split ini merupakan suatu fenomena
yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki dibidang ekonomi. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya ketidakcocokan antara teori dan praktik. Secara teoritis, stock split ini hanya
meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah kesejahteraan para
investor dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan atau tidak secara
langsung mempengaruhi cash-flow perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan
bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan ada beberapa
penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek split tersebut.
Brennan dan Hughes (dalam Kurniawati, 2003), dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa pengumuman stock split memiliki kandungan informasi yang direaksi secara positif
oleh pelaku di pasar modal. Sementara fama et. al. dan Wiggins (dalam Kurniawati, 2003),
justru menunjukkan hasil yang berlawanan yakni pasar tidak melakukan reaksi terhadap
pengumuman stock split.
Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap harga saham
dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (dalam Kurniawati, 2003). Temuan yang diperoleh
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split berpengaruh secara negatif terhadap
perubahan harga saham secara signifikan. Sementara itu Fatmawati (dalam Kurniawati,
2003), menganalisis bid ask spread diseputar pengumuman stock split. Temuannya
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, volume turn
over dan bid ask spread pada saat sebelum dan sesudah stock split.
Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal berikut:
1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati,
2003). Penelitian ini akan difokuskan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan
aktifitas split yang termasuk dalam sektor industri manufaktur, karena dalam sektor
industri manufaktur terdapat banyak perusahaan yang melakukan peristiwa stock split,
juga biasanya perusahaan bersaing dengan perusahaan lain dalam satu sektor industri
yang sama.
2. Penelitian ini juga mengambil sampel yang berbeda, yaitu dengan mengambil sampel
perusahaan yang melakukan split dari tahun 1998-2003.
Hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham
yang ditunjukkan peneliti sebelumnya masih sangat membingungkan. Artinya ada yang
sebagian peneliti menyimpulkan bahwa pemecahan saham tidak mempunyai dampak
terhadap harga saham, namun ada sebagian peneliti yang menyimpulkan bahwa pemecahan
saham ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka penelitian ini akan kembali mencoba
menguji pengaruh publikasi informasi stock split terhadap harga saham, dengan terlebih
dahulu melakukan koreksi terhadap beta, dengan menggunakan metode koreksi beta saham
Fowler dan Rorke (dalam Kurniawati, 2003), empat lead dan empat lag.
Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul: “PERILAKU REAKSI HARGA
SAHAM
TERHADAP
PENGUMUMAN
STOCK
SPLIT
PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA : ANALISIS ABNORMAL RETURN
MENGGUNAKAN BETA KOREKSI”.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa penelitian yang terdahulu mengenai pengaruh pengumuman stock split
terhadap harga saham, masih terdapat hasil yang bertentangan antara satu penelitian dengan
penelitian yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah menguji
kembali apakah stock split akan direaksi oleh para pelaku pasar modal, khususnya di Bursa
Efek Jakarta.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai reaksi pasar disekitar
tanggal pengumuman stock split dengan terlebih dahulu melakukan koreksi terhadap bias
estimasi beta, dengan menggunakan metode koreksi bias beta saham Fowler dan Rorke
(dalam Kurniawati, 2003), empat lead dan empat lag, yang telah terbukti secara empiris
paling mampu mengurangi bias beta di Bursa Efek Jakarta (Hartono dan Surianto, 1999).
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut ini :
1. Memberikan informasi kepada emiten atau penerbit saham tentang reaksi pasar seperti apa
yang akan dihadapi jika melakukan stock split. Dengan adanya informasi ini diharapkan
keputusan yang diambil emiten berkaitan stock split akan lebih akurat.
2. Memberikan informasi kepada investor tentang reaksi pasar dari saham-saham yang
mengalami pemecahan (split). Informasi ini bermanfaat bagi infestor dalam mengambil
keputusan terhadap saham-saham tersebut.
3. Memberikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya mengenai fenomena stock split yang
masih dianggap sebagai “puzzle phenomenon”, dan menambah khasanah penelitian di
Bursa Efek Jakarta.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika yang akan dijabarkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisi: A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi: A. Pasar Modal Indonesia
B. Efisiensi Pasar
C. Stock Split
D. Kandungan Informasi Stock Split
E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split
F. Perubahan Harga Saham
G. Abnormal Return
H. Beta Koreksi
I. Penelitian Terdahulu
J. Kerangka piker
K. Perumusan Hipotesis
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi: A. Ruang Lingkup Penelitian
B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
C. Sumber Data, dan Tehnik Pengumpulan Data
D. Variabel Penelitian, dan Pengukurannya
E. Tehnik Analisis Data
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi: A. Deskripsi Data
B. Pengujian Hipotesis
C. Analisis Pembahasan
BAB V
: PENUTUP
Bab ini berisi: A. Kesimpulan
B. Keterbatasan
C. Implikasi Penelitian yang akan Datang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal Indonesia
Dalam beberapa tahun belakangan ini, pasar modal Indonesia merupakan satu bentuk
pasar dalam pasar keuangan. Pasar ini telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya
masyarakat bisnis. Hal ini terutama dikarenakan oleh kegiatan pasar modal yang semakin
berkembang dan efisien disatu pihak dan dilain pihak meningkatkan keinginan masyarakat
untuk mencari alternatif pembiayaan usaha selain bank dan lembaga keuangan bukan bank.
Pasar modal sebagai media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan
menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi investor.
Seluruh dunia mengakui bahwa pasar modal dapat menjadi sarana yang handal untuk
memobilisasi dana apabila ia dikelola secara profesional. Pasar modal akan menjadi jalur
sumber pembiayaan jangka menengah atau panjang yang semakin penting bagi dunia usaha,
disamping jalur-jalur pembiayaan yang sudah ada dimana perkembangan pasar modal ini
tidak terlepas dari arah perkembangan perekonomian secara makro serta dukungan peraturan
atau ketentuan ke arah efisiensinya pasar modal.
Dengan potensinya yang semakin besar untuk memobilisasi dana, pasar modal
memiliki arti yang strategis bagi pembangunan perekonomian nasional.
Manfaat pasar modal dalam pembangunan nasional secara langsung menurut Ary
Suta (dalam Natarsyah, 2000), adalah:
1. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
2. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana.
3. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat.
4. Meningkatkan penerimaan negara, dan
5. Dapat mengurangi utang luar negeri swasta.
Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal menurut
Husnan (dalam Natarsyah, 2000), adalah :
1. Penawaran sekuritas. Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia untuk
menerbitkan sekuritas di pasar modal.
2. Permintaan akan sekuritas. Faktor ini berarti luas yaitu banyak masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang dipergunakan untuk membeli sekuritas yang ditawarkan baik yang
berasal dari individu, perusahaan non keuangan maupun lembaga keuangan.
3. Kondisi politik dan ekonomi. Kondisi politik yang stabil akan membantu pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada
akhirnya akan mempengaruhi penawaran dan permintaan akan sekuritas.
4. Masalah hukum dan peraturan. Pembeli sekuritas pada dasarnya sangat bergantung pada
informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan
5. Emiten sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan
menyesatkan menjadi mutlak diperlukan.
6. Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal, lembaga-lembaga seperti BAPEPAM,
Bursa Efek, Akuntan Publik, Underwriter, Wali Amanat, Notaris, Konsultan Hukum,
Lembaga Kliring, dan lain-lain perlu bekerja dengan profesional dan bisa diandalkan
sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa efek berjalan dengan cepat, efisien dan
bisa dipercaya.
Pasar modal mempunyai definisi yang berbeda dengan bursa efek. Definisi pasar
modal menurut Sunariyah (2000), adalah tempat yang disediakan untuk melakukan kegiatan
yang bersangkutan dengan perdagangan efek.
Sedangkan definisi bursa efek menurut UU No.8, Tahun 1995, Bab I, Pasal I, No.4
(dalam Fatmawati dan Asri, 1999), adalah pihak yang melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Penjamin Emisi Efek (PEE), yakni pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk
melakukan penawaran perdana kepada masyarakat umum bagi kepentingan emiten
dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tak terjual.
2. Perantara perdagangan efek (PPE), yakni pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli
efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain, dan
3. Manajer Investasi (MI), yakni pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek
untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri
kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari definisi keduanya, dapat disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya
tampak dalam hal pasar modal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan efek,
sedangkan bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan sistem dan atau sarana
perdagangan efek. Efek yang dimaksud disini adalah surat berhutang, yaitu surat pengakuan
hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Pasar modal atau bursa efek yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta
(BEJ), yang dalam istilah asing dikenal dengan Jakarta Stock Exchange (JSX), sedangkan
bursa efek terbesar kedua setelah Bursa Efek Jakarta adalah Bursa Efek Surabaya (BES), atau
lebih dikenal dalam istilah asing yaitu Surabaya Stock Exchange (SSX).
B. Efisiensi Pasar
Menurut Kuntorowati dan Agustanto (2000), secara umum pasar modal yang efisien
didefinisikan
sebagai
pasar
yang
harga-harga
sekuritas
pada
saat-saat
tertentu
“mencerminkan secara penuh” (fully reflect), semua informasi yang relevan dan tersedia,
baik secara umum (dengan publikasi) maupun yang tersirat (melalui berbagai analisis).
Menurut Hartono (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), menyatakan bahwa jika
pasar efisien, suatu pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis tidak akan
menyebabkan reaksi pasar atas pengumuman peristiwa tersebut. Sebaliknya jika pasar
bereaksi untuk pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, berarti pasar tersebut
belum efisien karena tidak dapat membedakan pengumuman yang berisi informasi ekonomis
dengan yang tidak.
Pengertian fully reflect menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat
mencerminkan informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien jika dengan menggunakan
informasi yang tersedia (information available), investor secara akurat dapat mengekspektasi
harga dari sekuritas yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Foster (dalam Hidayah dan Triatmoko, 2002), efisiensi pasar
modal terkait dengan suatu item informasi tertentu. Pasar modal efisien terhadap suatu item
informasi jika investor tidak mungkin memperoleh abnormal return yang lebih besar dari
yang diharapkan investor dalam suatu investasi dalam kondisi normal secara konsisten
dengan memanfaatkan item informasi tersebut.
Hartono (dalam Setyawan, 2002), menyatakan bahwa bentuk efisiensi pasar dapat
ditinjau dari dua segi berikut:
1. Efisiensi Pasar Secara Informasi (Informationally Efficient Market).
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga
sekuritas dengan informasi. Fama (dalam Setyawan, 2002), menyajikan tiga macam
bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan tiga bentuk informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yang sedang dipublikasikan dan informasi privat sebagai berikut:
a. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form).
Dikatakan demikian apabila harga-harga sekuritas tercermin secara penuh
(fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang
sudah terjadi, yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang,
sehingga investor tidak dapat menggunakannya untuk mendapatkan keuntungan yang
tidak normal.
b. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form).
Dikatakan
demikian
apabila
harga-harga
sekuritas
secara
penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly
available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan
perusahaan emiten.
c. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form).
Dikatakan
demikian
apabila
harga-harga
sekuritas
secara
penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang
privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau
grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal
return) karena mempunyai informasi privat.
2. Efisiensi Pasar Secara Keputusan (Decisionally Efficient Market)
Efisiensi pasar dilihat berdasarkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah
informasi untuk pengambilan keputusan, atau jika semua informasi tersedia dan semua
pelaku pasar dapat mengambil keputusan dengan canggih dan tepat.
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah
kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan.
Perbedaannya adalah jika efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient
market) hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka
efisiensi secara keputusan (decisionally efficient market) mempertimbangkan dua buah
faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Dengan demikian
efisiensi pasar secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang
lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi.
Fatmawati (1999), mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia sudah memenuhi
efisiensi bentuk setengah kuat yang dilakukan dengan mengamati pengaruh informasi
laporan keuangan terhadap volume perdagangan saham.
Penelitian yang menunjukkan efisiensi pasar juga dilakukan oleh Pettit (dalam
Kuntorowati dan Agustantoro, 2000), memperoleh hasil bahwa harga-harga saham
menyesuaikan secara tepat dan cepat pada hari pengumuman deviden dan hari sesudahnya.
Hal ini berarti bahwa pasar modal berada pada tingkat efisien bentuk setengah kuat.
Sedangkan Amsari (dalam Kuntorowati dan Agustantoro, 2000), melakukan
penelitian tentang pengaruh pengumuman deviden terhadap harga saham harian dan indeks
harga saham harian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman deviden tidak
berpengaruh terhadap harga saham di BEJ. Hal ini berarti bahwa BEJ belum efisien dalam
bentuk setengah kuat.
C. Stock Split
Pemecahan saham atau stock split merupakan perubahan nilai nominal per lembar
saham dan menambah jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split
faktor). Aktifitas pemecahan saham tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai
terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada
dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik), dan
split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham
dengan split faktor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per
lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split
faktor 1:2, 1:3, 1:4. Di Indonesia para emiten saat ini hanya melakukan pemecahan saham
naik (stock split-up) dan belum pernah terjadi kasus pemecahan saham turun (stock splitdown).
Mc Gough (dalam Fatmawati dan Asri, 1999), mengatakan bahwa pasar modal
Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan
mengenai stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua yaitu partial stock split
(pemecahan saham sebagian) dan full stock splits (pemecahan saham penuh). Partial stock
split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih kurang dari
100% dari jumlah saham beredar yang lama. Full stock split adalah tambahan distribusi
saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama.
Menurut Kurniawati (2003), stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh para manajer-manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham
yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split faktor.
Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock
split memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah:
1. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor
untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd
lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1 lot) menjadi investor
round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar.
2. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi.
3. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid.
4. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki
prospek yang baik. Sementara itu, pihak lain mempunyai keyakinan lain yang
bertentangan dengan beberapa manfaat diatas.
Pihak lain merasa bahwa :
a. Tingkat harga saat ini belum dapat menjamin keberhasilan stock split karena
ketidakpastian pada lingkungan bisnis.
b.
Tingkat harga saham setelah stock split akan mengubah posisi perusahaan pada
kelompok yang memiliki nilai saham rendah sehingga mengakibatkan kepercayaan
investor terhadap saham tersebut menurun.
c. Peningkatan jumlah pemegang saham akan menaikkan biaya pelayanan (servicing
cost) bagi pemegang saham.
Apabila harga suatu saham semakin tinggi, maka kemungkinan saham tersebut dapat
dibeli oleh masyarakat semakin kecil. Manajemen perusahaan yakin bahwa apabila
kepemilikan saham semakin luas maka hubungan dengan masyarakat akan lebih baik,
sehingga adanya stock split dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan
menarik mayoritas potensi investasi. Alasan lain perusahaan melakukan stock split adalah :
1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat
lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut.
2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah
saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau.
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna
setelah stock split tersebut (Kieso dan Weygandt (dalam Kurniawati, 2003)).
D. Kandungan Informasi Stock Split
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio
investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Informasi dapat
mengurangi ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Suatu pengumuman yang masuk ke bursa saham akan mempengaruhi pasar untuk
bereaksi. Jika suatu pengumuman mengandung informasi (Information content), maka pasar
akan melakukan reaksi pada waktu pengumuman tersebut. Reaksi pasar ini tercermin dari
harga pasar yang berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena pasar memproses pengumuman
yang masuk dan akan mengevaluasi kandungan informasi yang terdapat pada pengumuman
tersebut.
Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik
informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi
yang ada adalah pengumuman stock split. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika
keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal
yang akan tercermin dalam perubahan harga saham dan indikator pasar lainnya.
Pengumuman stock split mengandung informasi (information content), jika informasi
tersebut menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi
pasar ini dapat diukur dengan adanya abnormal return yang diterima oleh para pelaku pasar.
Sebaliknya jika pengumuman stock split tidak memiliki kandungan informasi maka tidak ada
abnormal return pada pasar.
Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi
para pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam, dan IAI. Para
pelaku pasar modal khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga pasar suatu
perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut.
Kim et. al. (dalam Chandradewi, 2000), menyatakan bahwa informasi yang
diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat keputusan yang
rasional mengenai resiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten. Ia memuat
rincian informasi serta fakta material mengenai penawaran umum emiten baik berupa
informasi keuangan maupun non-keuangan.
Penelitian mengenai kandungan informasi stock split telah banyak dilakukan, dengan
hasil yang tidak konsisten. Fama et. al. (dalam Kurniawati, 2003), mempelajari semua kasus
distribusi saham sebesar 25% atau lebih dari NYSE mulai tahun 1927 sampai 1959 dengan
menggunakan sampel sebanyak 940 perusahaan yang melakukan stock split. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 30 bulan sebelum pengumuman stock split terdapat abnormal return.
Sedangkan pada saat pengumuman stock split dan hari-hari setelah stock split tidak terdapat
abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak melakukan rekasi terhadap
pengumuman stock split.
Aktivitas split yang dilakukan perusahaan akan diinterpretasikan oleh investor
sebagai sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif disekitar pengumuman split. Model
tersebut juga memprediksi adanya peningkatan informasi yang diberikan analis, yang
tercermin pada peningkatan volatilitas harga saham, spread yang semakin besar, dan
bertambahnya jumlah pemegang saham.
E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split
Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman stock split dilihat perubahan
harga saham dari sekuritas yang bersangkutan selama periode pengamatan. Reaksi ini diukur
dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman stock split mengandung informasi
maka akan memberikan abnormal return kepada pasar.
Aktifitas split dapat mempengaruhi pasar dalam bentuk kesejahteraan atau
keuntungan bagi pemegang saham, perubahan resiko saham, tingkat likuiditas, dan sinyal
yang diberikan kepada pasar.
Dalam Fatmawati dan Asri (1999), dampak split terhadap keuntungan investor
dijelaskan oleh Grinblatt, Masulis, dan Titman (1984) serta Ohlon dan Penman (1985),
bahwa di sekitar pengumuman split menunjukkan adanya perilaku harga saham yang
abnormal. Diyakini pula bahwa peningkatan harga yang terjadi tidak disebabkan karena
adanya pengumuman deviden yang meningkat seperti yang dikemukakan oleh Fama dkk.
(dalam Fatmawati dan Asri, 1999). Disisi lain, Lamoareux dan Poon, masih (dalam
Fatmawati dan Asri, 1999), menyimpulkan bahwa pasar memberikan nilai positif terhadap
split karena adanya tax-option impact. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang
dihadapi investor (tax-exempt investor) sehingga investor tersebut memperoleh keuntungan
lebih.
Bila ditinjau kaitan antara split dengan resiko saham, Bar-Yosef dan Brown, (dalam
Fatmawati dan Asri, 1999), menyimpulkan bahwa resiko sistematik dari stock split
mengalami penurunan pada bulan-bulan setelah split. Hal ini disebabkan karena pada saat
menjelang stock split, investor diliputi ketidakpastian mengenai kestabilan laba dan prospek
deviden di masa yang akan datang. Sedangkan Brennan dan Copeland masih (dalam
Fatmawati dan Asri, 1999), menemukan adanya resiko sistematik yang lebih besar di hari
pengumuman split dan ex-date daripada di hari-hari sekitar pengumuman split (the
surrounding days). Diyakini pula bahwa resiko sistematik di hari ex-date cenderung
mengalami peningkatan yang permanen.
Split dapat memberikan sinyal yang informatif mengenai prospek perusahaan yang
menguntungkan. Seperti yang dikemukakan oleh Brennan dan Copeland (dalam Fatmawati
dan Asri, 1999), bahwa apabila aktifitas split dapat meningkatkan biaya likuiditas kepada
investor, maka split yang terjadi menunjukkan sinyal yang valid.
Reaksi pasar terhadap pemecahan saham telah banyak diteliti oleh beberapa peneliti
dengan sudut pandang yang berbeda. Ada sebagian peneliti yang mengukur reaksi pasar
terhadap stock split berdasarkan likuiditas saham tersebut, diantaranya adalah Copeland dan
Demsetz (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999). Selain itu, ada peneliti lain yang mengukur
reaksi pasar pemecahan saham melalui perubahan beta saham, yaitu Bar dan Brown dan
Fama et al. (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999). Sedangkan reaksi pasar yang
berhubungan dengan harga saham telah dilakukan oleh Johnson, Barker, dan Fama et al.
(dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999).
Di Indonesia, beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang reaksi pasar terhadap
pengumuman stock split, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarso (2003),
yang menemukan adanya abnormal return di sekitar stock split yang menunjukkan reaksi
pasar. Sedangkan Anggraini dan Hartono (2000), menyimpulkan bahwa reaksi pasar yang
terjadi pada saat pengumuman pemecahan saham disebabkan adanya harapan pembayaran
dividen kas dalam waktu dekat setelah pemecahan saham.
F. Perubahan Harga Saham
Sebelum melakukan stock split, harga saham yang terlalu tinggi akan menurunkan
permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan karena para investor terutama investor kecil
tidak dapat membeli saham tersebut atau kemampuan daya belinya rendah, sehingga salah
satu tujuan perusahaan melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham kedalam
suatu range tertentu sehingga perdagangan saham bisa lebih optimal dan dapat aktif
diperdagangkan serta dapat menimbulkan daya tarik investor kecil untuk membeli sejumlah
saham yang lebih besar.
Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan para investor untuk membeli
saham tersebut. Hukum permintaan dan penawaran kembali berlaku, dan sebagai
konsekuensinya harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta posisi
keseimbangan yang baru. Cara yang dilakukan oleh emiten untuk mempertahankan agar
sahamnya tetap pada rentang perdagangan yang optimal, sehingga daya beli investor
meningkat terutama untuk investor kecil, yakni dengan melakukan pemecahan saham.
Informasi yang sepenuhnya tercermin pada harga saham akan sangat berharga bagi
para pelaku pasar modal dan institusi yang berkaitan seperti BEJ, Bapepam, dan IAI. Para
pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham
suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut.
Beaver (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), mengatakan bahwa harga saham
menjadi sangat penting bagi investor, karena mempunyai konsekuensi ekonomi. Perubahan
harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor. Perubahan kesejahteraan
akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh oleh investor di masa depan. Secara umum,
perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi
investor.
Apabila pasar menilai bahwa harga saham tersebut terlalu rendah, maka jumlah
permintaan akan meningkat. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split dimaksudkan
untuk mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1
lot) menjadi investor round lot yakni investor yang membeli saham minimal 500 lembar.
Bertambahnya investor round lot dan meningkatnya jumlah pemegang saham karena investor
kecil dapat melakukan investasi pada harga yang lebih murah.
Banyak penelitian telah membuktikan adanya reaksi pasar dilihat dari harga
sahamnya. Kenapa harga saham bisa mengalami perubahan di seputar hari pengumuman?
Copeland (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), menyatakan bahwa alasan dilakukannya
pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “optimal range”
harga saham.
Pendapat senada juga diberikan oleh Mc. Nichols dan Dravids (dalam Khomsiyah dan
Sulistyo, 2001), yang menyatakan bahwa tujuan pemecahan saham adalah untuk menggeser
harga saham perusahaan ke dalam suatu “optimal trading range”.
Angel (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), mengatakan bahwa pemecahan saham
merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga
tertentu.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Ikenberry et. al. (dalam Khomsiyah dan Sulistyo,
2001), yang menemukan bukti bahwa pemecahan saham menyebabkan terjadinya penataan
kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham
pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipan pasar akan terlibat dalam
perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.
Sedangkan penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro
(1999), tentang pengaruh pemecahan saham terhadap harga saham, menunjukkan bahwa
pemecahan saham berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan harga saham relatif.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Bar dan Brown (dalam Ewijaya dan Indriantoro, 2001),
yang menyimpulkan bahwa harga saham bereaksi positif setelah ada pengumuman
pemecahan saham.
G. Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap
return normal. Return normal merupakan return ekspektasi atau return yang diharapkan.
(dalam Kuntorowati dan Agustanto, 2000).
Pengujian statistik terhadap abnormal return bertujuan untuk mengetahui signifikansi
abnormal return yang ada diperiode peristiwa. Signifikansi ini adalah ditunjukkan secara
statistik abnormal return tersebut tidak sama dengan nol yaitu positif untuk berita yang baik
dan negatif untuk berita yang tidak menyenangkan.
Aktifitas split yang dilakukan oleh perusahaan akan diinterpretasikan oleh investor
sehingga sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif disekitar pengumuman split.
Untuk mengetahui reaksi pasar terhadap pengumuman split dilihat perubahan harga
saham dari sekuritas yang bersangkutan saham periode pengamatan. Reaksi ini diukur
dengan menggunakan abnormal return. Jika pengumuman split mengandung informasi maka
akan memberikan abnormal return kepada pasar. Abnormal return merupakan selisih antara
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return
ekspektasi (return yang diharapkan investor).
Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya reaksi pasar yang ditunjukkan dengan
adanya abnormal return disekitar peristiwa adalah yang dilakukan oleh Mc Nichols dan
David (dalam Khomsiyah dan Sulistyo, 2001), serta Winarso (2003), di Indonesia.
H. Beta Koreksi
Elemen terpenting dari pasar modal adalah beta. Beta merupakan suatu pengukur
volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta
sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas
ke-i dengan return pasar. Beta
portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta
merupakan pengukur resiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap resiko pasar.
Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas
atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu.
Penelitian mengenai pengujian estimasi Beta yang paling tepat untuk kondisi pasar
modal di Indonesia dilakukan oleh Hartono dan Surianto (1999). Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah metode koreksi beta yang paling tepat untuk Bursa Efek Jakarta adalah
metode Fowler dan Rorke (dalam Kurniawati, 2003), dengan menggunakan empat lag dan
empat lead, sehingga metode koreksi beta yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode koreksi beta Fowler dan Rorke dengan empat lag dan empat lead. Metode koreksi
bias beta ini merupakan metode yang telah terbukti secara empiris paling mampu mengurangi
bias beta di Bursa Efek Jakarta.
I. Penelitian Terdahulu
Ada banyak penelitian mengenai reaksi pasar terhadap suatu peristiwa atau publikasi
informasi yang diukur dari harga saham dengan analisis abnormal return.
Penelitian yang dilakukan oleh Fama et. al. (dalam Kurniawati, 2003), berhasil
mendokumentasikan abnormal return yang mengiringi stock split. Dengan menggunakan
market model yang sederhana, Fama et. al. menghitung cumulative abnormal return (CAR)
dari 940 stock split yang terjadi antara tahun 1927-1959 selama 60 bulan yaitu 30 bulan
sebelum dan setelah stock split. Ia menemukan abnormal return positif sebelum dilakukan
stock split tetapi tidak terjadi pada hari pengumuman stock split dan hari-hari setelahnya.
Konsisten dengan temuan Barker (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), pengujian
yang dilakukan Fama et. al. tidak terbatas dari pengaruh pengumuman deviden sebanyak
71,5% dari sampel yang mereka gunakan mengumumkan kenaikan deviden setelah
pengumuman stock split. Hasilnya mendukung hipotesis bahwa pengumuman stock split
yang diikuti oleh peningkatan deviden ditafsirkan pasar sebagai predictor adanya
peningkatan deviden sehingga tidak mengejutkan jika harga saham justru meningkat pada
periode menjelang pengumuman stock split. Namun yang digarisbawahi dalam penelitian
Barker adalah kenaikan harga saham tersebut bukan disebabkan oleh pemecahan saham. Ia
menyimpulkan sebenarnya harga saham lebih dipengaruhi oleh pengumuman deviden oleh
perusahaan yang melakukan split.
Dowen dan Liljeblom (dalam Kurniawati, 2003), yang menganalisis apakah terdapat
informasi yang bisa dipakai investor (informasi positif) dalam pengumuman stock split
maupun stock dividen mendapatkan bukti bahwa ada reaksi perbedaan harga yang signifikan.
Sementara penelitian yang dilakukan Wiggins, Fama (dalam Kurniawati, 2003),
justru menunjukkan hasil yang berlawanan yaitu pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman
stock split.
Penelitian yang dilakukan oleh Mc.Nichols dan Dravids (dalam Marwata, 2001),
memberikan kesimpulan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk
menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu dengan tujuan agar semakin banyak
partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Makin banyak partisipan dalam pasar
akan meningkatkan likuiditas saham di bursa. Mereka juga memberikan bukti bahwa
perusahaan mensinyalkan investasi privat tentang laba masa depan melalui faktor pemecahan
(split factors) yang mereka pilih. Korelasi antara perubahan harga dengan faktor pemecahan
yang mereka temukan menunjukkan bahwa pilihan faktor pemecahan yang dilakukan
manajemen mensinyalkan privat tersebut.
Penelitian mengenai stock split dengan menggunakan koreksi beta hanya sedikit,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati, 2003). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
beta sebelum dan sesudah stock split baik dengan menggunakan data return harian maupun
bulanan.
Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap perubahan harga
saham yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), menunjukkan hasil bahwa stock
split berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham relatif secara signifikan.
Sedangkan penelitian Winarso (2003), menyimpulkan adanya reaksi pasar yang
positif signifikan terhadap pengumuman stock split pada hari sebelum dan sesudah
pengumuman, yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif pada hari
pengumuman dan sehari sebelum pengumuman.
J. Kerangka Pikir
Dari beberapa penelitian terdahulu diketahui telah banyak dilakukan pengujian
mengenai reaksi pasar terhadap suatu publikasi informasi, yang diukur
menggunakan
indikator harga saham yang diukur dengan abnormal return-nya.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu, maka penelitian ini
akan menggunakan kerangka pemikiran sebagai berikut.
STOCK SPLIT
HARGA SAHAM
Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu studi peristiwa (event study), maka penelitian ini
akan meneliti pengumuman stock split sebagai peristiwa (event) yang akan diteliti.
Sedangkan untuk mengamati reaksi pasar yang terjadi, akan diukur dengan variabel harga
saham, yaitu dengan melihat perubahan yang terjadi di sekitar hari pengumuman.
K. Perumusan Hipotesis
Barker (dalam Indriantoro dan Ewijaya, 1999), dalam penelitiannya menemukan
bahwa setelah stock split dilakukan, harga saham meningkat. Sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Wiggins (dalam Kurniawati, 2003), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta saham sebelum dan
sesudah stock split.
Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap perubahan harga
saham yang dilakukan oleh Ewijaya dan Indriantoro (1999), menunjukkan hasil bahwa stock
split berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham relatif secara signifikan.
Fatmawati (1999), mengadakan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas
saham, yang hasil penelitiannya yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap harga saham, volume turn over, dan spread pada saat sebelum dan sesudah stock
split. Sedangkan perubahan harga saham sebelum dan sesudah stock split tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Bertitik tolak pada hasil yang menunjukkan ketidak konsistenan bahkan cenderung
kontroversi mengenai reaksi pasar disekitar tanggal pengumuman stock split dan adanya
ketidakcocokan antara teori dan praktek mengenai kandungan informasi stock split tersebut,
serta kemungkinan belum adanya penelitian di Indonesia yang melakukan koreksi beta
berkenaan dengan stock split tersebut, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum
pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman
stock split.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah suatu studi peristiwa (event study) yaitu studi yang mempelajari
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman. Studi peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi
(information content) dari suatu peristiwa pengumuman serta dapat juga untuk menguji
efisiensi pasar bentuk setengah kuat.
Studi peristiwa sangat baik digunakan untuk menghitung seberapa cepat suatu
informasi berpengaruh, dalam penelitian ini ditunjukkan dengan harga saham dan volume
perdagangan yang berubah atau bahkan semakin meningkat di sekitar hari pengumuman.
Adapun peristiwa atau event yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini adalah peristiwa
pengumuman stock split. Sedangkan pengaruhnya akan dilihat dari perubahan yang terjadi
pada harga saham.
Pengamatan akan dilakukan selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum event date (pre
event) dan 5 hari sesudah event date (post event).
B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan individu yang akan diteliti dan paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama yang karakteristiknya hendak diduga. Sebagai populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go publik yang sahamnya
terdaftar dan diperdagangkan di BEJ pada periode 1998-2003.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan
dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi sampel dalam penelitian, yaitu perusahaanperusahaan yang dipilih dengan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.
Oleh karena itu, metode yang dipakai dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
Adapun kriteria suatu perusahaan emiten yang dapat dimasukkan sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah :
1.
Perusahaan yang dijadikan sampel adalah yang termasuk dalam sektor industri
manufaktur.
2. Perusahaan yang aktif diperdagangkan, artinya pada tahun dilakukannya stock split,
saham perusahaan tersebut aktif diperdagangkan, yaitu mempunyai frequensi
perdagangan minimal 300 kali.
3. Perusahaan yang mengumumkan stock split pada tahun 1998-2003.
4. Tidak melakukan company action lain selain stock split pada periode pengamatan, yaitu
selama 105 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman stock split, seperti stock
deviden, right offering, merger, akuisisi, bonus share dan pengumuman lain. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari misspesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang
selanjutnya dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian.
C. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui sumber yang baru ada atau data yang sudah siap, tidak dikumpulkan
sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2000).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diambil dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) periode 2000-2003, JSX Statistik tahun 2000-2003, dan
Data Base Pojok BEJ.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Nama perusahaan dan tanggal listing.
2. Tanggal pengumuman stock split.
3. Daftar harga saham harian selama 5 hari sebelum stock split dan 5 hari sesudah stock split.
3. Daftar estimasi harga saham harian selama 100 hari sebelum pengumuman stock split.
4. Daftar beta saham harian diseputar tanggal pengumuman stock split.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Pengumuman stock split, akan diukur berdasarkan tanggal sebelum pengumuman, dan
tanggal setelah pengumuman, dengan “windows periods” hari perdagangan, yaitu lima
hari sebelum pengumuman dan lima hari sesudah pengumuman. Pemilihan windows 11
hari untuk menghindari confounded effect. Jika menggunakan lebih dari 11 hari, maka
ada unsur-unsur lain atau pengumuman lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
ini, sebaliknya jika menggunakan windows lebih pendek dari 11 hari maka ada
kemungkinan belum ada.
2. Pengujian abnormal return saham
a. Return saham dan return pasar dihitung dengan formulasi sebagai berikut :
Rt =
Pt − Pt −1
Pt −1
Notasi :
Rt = Return saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t,
Pt = Harga saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t,
Pt −1 = Harga saham dan atau indeks pasar pada hari ke-t,
Perhitungan beta masing-masing saham dengan metode OLS.
Beta dapat dihitung dengan cara meregresikan return saham dengan market return
berdasarkan single index model atau model indek tunggal.
R it = α i + β i R Mt + ε it
Notasi :
Rit = Return saham perusahaan ke-i dan hari ke-t,
α i = Intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i,
β i = Beta untuk masing-masing perusahaan ke-i,
RMt = Return indeks pasar pada hari ke-t, dan
ε it = Kesalahan residu untuk persamaan-persamaan regresi tiap-
tiap
perusahaan ke-i pada hari ke-t.
b. Estimasi beta dengan metode koreksi Fowler dan Rorke
Metode koreksi beta yang digunakan adalah metode koreksi beta Fowler dan
Rorke dengan empat lead dan empat lag. Metode koreksi beta ini merupakan metode
koreksi beta yang telah terbukti secara empiris paling mampu mengurangi bias beta di
Bursa Efek Jakarta (Hartono dan Surianto, 1999) :
Rit = α i + β − 4 Rmt − 4 + β −3 Rmt −3 + β − 2 Rmt − 2 + β −1 Rmt −1 + β 0 Rmt +
β 4 Rmt + 4 + β 3 Rmt +3 + β 2 Rmt + 2 + β 1 Rmt +1 + ε it
Besarnya beta perusahaan ke-i yang telah dikoreksi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Arif dan Johnson (dalam Setyawan, 2002)):
β i = W4 β i −4 + W3 β i −3 + W2 β i 2 + W1 β i −1 + β 0 + W1 β i +1 + W2 β i +2 +
W3 β i
+3
+ W4 β i
+4
Bobot yang digunakan untuk mengalikan koefisien-koefisien regresi untuk empat lead
dan empat lag dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arif dan Johnson (dalam
Setyawan, 2002):
W1 =
W
W
W
2
3
4
=
=
=
1+ 2
ρ1
+ 2
ρ 2
+ 2
ρ 3
+ 2
ρ 4
1+ 2
ρ1
+ 2
ρ 2
+ 2
ρ 3
+ 2
ρ 4
1+ 2
1+ 2
ρ 2
ρ1
1+ 2
1+ 2
+ 2
ρ1
ρ1
+
ρ 2
ρ 2
+
+ 2
ρ1
1+
1+ 2
+ 2
ρ 2
ρ 2
+ 2
+
ρ3
+
ρ3
+ 2
+ 2
ρ3
+
ρ 2
+
+ 2
ρ 2
+ 2
ρ1
+
ρ3
ρ 3
ρ 4
ρ 4
+ 2
+
ρ 3
ρ 4
ρ 4
ρ 4
+ 2
ρ 4
Besarnya ρ 1 , ρ 2 , ρ 3 , ρ 4 , diperoleh dari persamaan regresi sebagai berikut (Hartono
dan Surianto, 1999):
R mt = α i + ρ 1 R mt −1 + ρ 2 R mt − 2 + ρ 3 R mt − 3 + ρ 4 R mt − 4 + ε t
Abnormal return sering disebut sebagai excess return untuk suatu saham pada periode
tertentu. Abnormal return ini merupakan selisih return yang sesungguhnya terjadi pada
suatu periode dengan return yang diharapkan (expected return) pada periode tersebut.
Persamaan matematisnya sebagai berikut :
AR it = R it − E ( R it )
Notasi :
ARit = Abnormal return saham i pada periode peristiwa ke-t,
Rit
= Return yang sesungguhnya yang terjadi untuk saham i pada
periode untuk peristiwa ke-t, dan
E ( Rit ) = Return ekspektasi saham ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Penentuan besarnya return saham yang diharapkan E ( Rit ) memakai market model yang
digunakan Brown dan Warner (dalam Hartono M, 1999), dalam event study.
E ( Rit ) = αi + β i Rm
Notasi ;
E ( Rit ) = Return saham individual yang diharapkan pada periode ke-t.
αi
= Besarnya return saham individual yang tidak dipengaruhi oleh
return pasar, dan
βi
=
Tingkat kepekaan return saham individual sebagai akibat
berubahnya return pasar.
eriode estimasi pada penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Brown
Dan Warner (dalam Harono M, 1999), yaitu 100 hari. Periode Windows adalah h-5 dan
h+5.
Estimasi α dan β diperoleh dari perhitungan persamaan regresi menggunakan Ordinary
Least Square (OLS). Dengan menggunakan α dan β selama estimation period, maka
return yang diharapkan (expected return) dapat dihitung untuk menentukan abnormal
return selama event period. Abnormal return dan average abnormal return selama 11
hari sekitar tanggal pengumuman stock split digunakan untuk menilai ada tidaknya
kandungan informasi stock split.
Selanjutnya dilakukan perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) yang
merupakan penjumlahan abnormal return saham selama periode pengamatan yaitu 11
hari. Adapun perhitungan CAR adalah :
n
CARit = ∑ ARit
t =1
Notasi :
CARit = Cumulative Abnormal Return sekuritas ke-i (selama periode
windows 11 hari), dan
ARit = Abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t.
Pengujian signifikansi abnormal return selama periode windows menggunakan
pengujian statistik uji t (t-test) yang secara umum dapat diformulasikan sebagai berikut
:
t=
β
KSE
Notasi :
t
= t-hitung,
β
= rata-rata abnormal return, dan
KSE = Kesalahan Standar Estimasi.
Tujuan pengujian signifikansi abnormal return ini adalah untuk melihat signifikansi
abnormal return secara statistik. Signifikansi tidak sama dengan nol apabila bertanda
positif berarti dianggap sebagai berita baik, sedangkan apabila memiliki tanda negatif
dianggap sebagai berita yang buruk. T-test ini dilakukan dengan cara mencari
standarisasi dari nilai abnormal return dengan nilai kesalahan standar estimasinya
(standar eror of the estimate) untuk masing-masing sekuritas, sedangkan cara yang
digunakan untuk menentukan kesalahan standar estimasinya berdasarkan defiasi
standar return harian pada periode estimasi. Adapun model tersebut dapat dirumuskan
seperti berikut ini:
t2
KSE
i
=
∑ (Rij
− Rt
)2
j = t1
T − 2
Notasi:
KSEi = Kesalahan Standar Estimasi.
Rij = Return sekuritas ke-i untuk hari ke-j selama periode estimasi,
Ri
= Rata-rata return sekuritas ke-I selama periode estimasi, dan
T
= Jumlah dari periode estimasi dari hari ke-t2.
Setelah kesalahan standar estimasi untuk tiap-tiap perusahaan diperoleh, maka
abnormal return standarisasi untuk sekuritas ke-i dapat dilihat sebagai berikut :
t t = RTNSi j , t =
RTN , t
KSE , i
Notasi :
tt
= t hitung untuk masing-masing hari ke-t di periode peristiwa.
RTNSi,t = Abnormal return standarisasi sekuritas ke-i,
RTNi,t = Abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t sebuah periode
peristiwa, dan
KSE,i
= Kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-i.
T-test tersebut umumnya dilakukan untuk return portofolio (rata-rata return semua ksekuritas) pada hari-t diperiode peristiwa. Portofolio sekuritas ini terdiri atas k-sekuritas
yang terpengaruh oleh pengumuman stock split. Besarnya abnormal return standarisasi
untuk portofolio k-buah sekuritas ini untuk hari ke-t selama periode windows atau
peristiwa adalah sebesar :
k
RTNSt =
∑ RTNSi
t
t =1
k
Notasi:
RTNSt = abnormal return standarisasi portofolio untuk hari ke-t di
periode peristiwa.
RTNSi,t = abnormal return standarisasi sekuritas ke-i untuk hari ke-t di
periode peristiwa, dan
k
= jumlah sekuritas.
E. Tehnik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistik parametrik
sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dilakukan supaya asumsi tersebut
terpenuhi. Pengujian normalitas data untuk seluruh rata-rata abnormal return dilakukan
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah,
yaitu membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang ditentukan
yaitu 0,05. Apabila p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji statistik t-test bertujuan untuk
melihat signifikansi abnormal return yang ada diperiode peristiwa sebelum dan sesudah
stock split, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis Nol adalah hipotesis yang menyatakan nilai populasi atau sama dengan
nilai yang dihipotesiskan (nilai yang diduga).
Hipotesis Alternatif adalah hipotesis yang berisi pernyataan yang menerima semua
nilai yang tidak dimasukkan dalam hipotesis nol.
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum
pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman
stock split.
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum
pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman
stock split.
Perumusannya:
H0 = RRTN sblm = RRTN sdh
Ha = RRTN sblm ≠ RRTN sdh
b. Menentukan level of significance sebesar 5%, α = 0,05
c. Menentukan kriteria pengujian :
H0 Diterima jika: –t Tabel ≤ t hitung atau t hitung ≤ t Tabel atau apabila
probabilitasnya > 0,05, dan
H0 Ditolak jika: t Hitung < -t Table atau t hitung > t Tabel atau apabila
probabilitasnya < 0,05.
H0 Ditolak
H0 Diterima
-t Tabel
H0 Ditolak
t Tabel
Gambar III. 1
(Daerah Penerimaan H0)
d. Perhitungan nilai t hitung dari sampel
t2
KSEi =
∑ ( Rij − Rt )
2
j = t1
T −2
Notasi :
KSE = Kesalahan Standar Estimasi untuk sekuritas ke-i.
Rij = Return sekuritas ke-i untuk hari ke-j selama periode estimasi,
T
= Jumlah hari di periode estimasi dan hari ke-t2.
k
t t = RTNSt =
∑ RTNSi, t
t =1
k
Notasi :
tt
= t hitung untuk masing-masing hari ke-t diperiode peristiwa.
RTNSt = Return tidak normal standarisasi portofolio untuk
hari ke-t
diperiode peristiwa.
RTNSi,t = Abnormal return standarisasi sekuritas ke-t untuk hari ke-t
diperiode peristiwa, dan
k
= Jumlah sekuritas.
Untuk menguji hipotesis dengan bantuan SPSS for windows 11,0 sehingga langsung
dapat dilihat nilai signifikansinya tanpa harus membandingkan t hitung dan t tabel.
BAB IV
ANALISIS DATA
Penelitian ini menganalisis perilaku reaksi harga saham terhadap pengumuman stock
split. Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, pengujian hipotesis dan analisis
pembahasan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS for windows 11.0 untuk
mengetahui signifikansi setiap perbedaan nilai rata-rata masing-masing variabel pada periode
pengujian yang sebelumnya telah dilakukan penghitungan dengan bantuan microsoft excel.
A. Deskripsi Data
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling
dengan tujuan agar dapat mewakili populasinya. Sampel diambil dari perusahaan/ emiten
yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Adapun periode tahun amatan adalah dari tahun
1998-2003. Dari semua emiten yang melakukan stock split selama periode tahun tersebut,
kemudian dilakukan penyaringan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan
penyaringan, diperoleh 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir bagi penelitian ini.
Berikut disajikan perincian prosedur pengambilan sampel berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditetapkan.
Tabel IV. 1.
Prosedur Pengambilan Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel
Perusahaan manufaktur yang mengumumankan stock split
Jumlah
41
Perusahaan manufaktur yang belum listing pada periode amatan (110 hari sebelum-5 hari sesudah pengumuman)
(2)
39
Perusahaan manufaktur yang tidak aktif pada tahun dilakukannya pengumuman stock split
(4)
35
Perusahaan yang melakukan company action lain selain stock
split dalam periode amatan (110 hari sebelum dan 5 hari
sesudah pengumuman)
(5)
Perusahaan yang memenuhi kriteria
30
Sumber: JSX Statistik, ICMD 1998-2003
Dari 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir dari penelitian ini, kemudian
akan dilakukan pengamatan terhadap data transaksi harian dengan fokus pada harga saham
yang diperdagangkan. Adapun periode pengamatan yang akan dilakukan adalah 11 hari,
yaitu mulai 5 hari sebelum pengumuman stock split sampai 5 hari sesudah pengumuman
stock split. Pengamatan terhadap harga saham harian dilakukan selama 111 hari, yang terdiri
dari 11 hari pengamatan (windows period) ditambah dengan 100 hari periode estimasi, yang
dimulai 105 hari sebelum stock split sampai hari ke 6 sebelum stock split.
Berikut disajikan daftar 30 perusahaan atau emiten sebagai sampel akhir penelitian ini
beserta dengan kode perusahaan serta tanggal melakukan pengumuman stock split.
Tabel IV. 2
Daftar Perusahaan Sampel
No.
Nama Perusahaan
Andhi Chandra Automative P Tbk
Kode
ACAP
Tgl Pengumuman
3 Januari
2002
2. PT Astra Graphia Tbk
ASGR
6 Maret
2000
3. PT Budi Acid Jaya Tbk
BUDI
27 September1999
4. PT Dankos Laboratories Tbk
DKNS
17 September 1999
5. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk
DPNS
9 Oktober
1998
6. PT Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
DSUC
15 Oktober
1999
7. PT Ekadharma Tape Industry Tbk
EKAD
8. PT Fortune Mate Indonesian Tbk
FMII
28 Juni
2002
9. PT Hexindo Adiperkasa Tbk
HEXA
26 Juli
2002
10. PT HM Sampurna Tbk
HMSP
20 September 2001
11. PT Igar Jaya Tbk
IGAR
13 Agustus
12. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
28 September 2000
13. PT Intraco Penta Tbk
INTA
2 November 2000
14. PT Kurnia Kapuas Utama Tbk
KKGI
28 September 1998
3 September 1999
1999
1. PT
Tabel IV.3
Daftar Perusahaan Sampel Lanjutan
15. PT Kalbe Farma Tbk
KLBF
24 September 1999
16. PT Lautan Luas Tbk
LTLS
5 November 1999
17. PT Metrodata Electronics Tbk
MTDL
8 Desember 1999
18. PT Hanson Industri Utama Tbk
MYRX
30 Oktober 1998
19. PT Surya Intrindo Makmur Tbk
SIMM
29 Agustus 2001
20. PT Summitplast Interbenua Tbk
SMPL
30 Juli
21. PT Sarasa Nugraha Tbk
SRSN
22. PT Sunson Textile Manufactur Tbk
SSTM
24 September 1999
23. PT Siantar Top Tbk
STTP
19 Desember 2001
24. PT Suba Indah Tbk
SUBA
5 Januari
2001
25. PT Surya Dumai Industry Tbk
SUDI
20 Oktober
1999
26. PT Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
28 Oktober
2001
27. PT Tunas Ridean Tbk
TURI
28. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk
ULTJ
11 Januari
29. PT Unilever Indonesia Tbk
UNVR
3 November 2002
30. PT Voksel Electric Tbk
VOKS
Sumber: JSX Statistk, ICMD 1998-2003
3 Agustus
5 Juli
14 Maret
2001
2001
2001
2001
2002
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian statistik terhadap abnormal return bertujuan untuk melihat signifikansi
abnormal return (rata-rata abnormal return) untuk periode pengamatan sebelum dan sesudah
pengumuman serta untuk menguji signifikansi abnormal return keseluruhan saham pada
periode amatan (t-5 sampai t+5).
Berikut disajikan hasil perhitungan dari rata-rata Abnormal Return saham dan
Cumulative Abnormal Return dalam periode peristiwa. (Lihat Lampiran I)
Tabel IV.4
Rata-Rata Abnormal Return Saham dan Cumulative Abnormal Return
Periode Peristiwa
Abnormal Return Saham
Cumulative Abnormal Return
t-5
-0,0003
-0,0087
t-4
0,0124
0,3729
0,0024
0,0711
t-2
-0,0057
-0,1715
t-1
0,0087
0,2611
t0
0,0144
0,4306
t+1
-0,1774
-5,3211
t+2
-0,0615
-1,8442
t+3
-0,0647
-1,9412
t+4
-0,0062
-0,1867
t+5
-0,0016
-0,0484
Sumber: Hasil Pengolahan Data
t-3
1
0
-1
t-5 t-4 t-3 t-2 t-1
t0
t+1 t+2 t+3 t+4 t+5
-2
AR
CAR
-3
-4
-5
-6
Grafik.IV.1
(Abnormal Return dan Cumulative Abnormal Return)
Dari tabel dan grafik dari hasil penelitian di atas selama 11 hari yaitu 5 hari sebelum
pengumuman sampai 5 hari sesudah pengumuman stock split menunjukkan bahwa
pengumuman stock split menimbulkan rata-rata abnormal return yang negatif. Pada hari t-5
terdapat abnormal return negatif, kemudian pada hari t-4 dan t-3 terdapat abnormal return
yang positif. Hari t-2 kembali turun, tetapi naik lagi hari t-1. Pada hari t0 (Pengumuman stock
split) terjadi abnormal return positif, akan tetapi hari t+1 sampai t+5 return saham bergerak
turun dengan ditandai terjadinya abnormal return yang negatif. Rata-rata abnormal return
yang negatif mengindikasikan bahwa sebagian besar investor memperoleh return saham yang
lebih rendah dari yang diharapkan. Abnormal return saham yang negatif paling besar terjadi
pada hari pertama sesudah pengumuman.
Setelah rata-rata abnormal return diketahui, kemudian dilakukan pengujian untuk
menjawab hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum
pengumuman stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split.
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan antara reaksi harga saham sebelum pengumuman
stock split dengan reaksi harga saham sesudah pengumuman stock split.
Pengujian yang akan dilakukan adalah uji paired samples t-test. Namun, sebelum
melakukan pengujian tersebut perlu diketahui normalitas data yang akan diuji tersebut
apakah sudah termasuk berdistribusi normal atau bukan. Adapun uji yang dipakai untuk
menentukan normalitas data adalah dengan uji non parametrik one sample kolmogorov-
smirnov. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas data dengan uji kolmogorov-smirnov.
(Lihat Lampiran II)
Tabel IV.5
Hasil Pengujian Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Nilai K-S Z
Asymp Sig. (2-tailed)
Distribusi
RRTN Sebelum
0,369
0,999
Normal
RRTN Sesudah
0,640
0,807
Normal
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian normalitas data yang digunakan
dalam pengujian ini adalah data berdistribusi normal. Ini terlihat dari nilai Asymp,Sig. sebesar
0,999 untuk rata-rata return tidak normal sebelum pengumuman dan 0,807 untuk rata-rata
return tidak normal sesudah pengumuman, yang keduanya menunjukkan hasil yang lebih
dari level of significance sebesar 0,05.
Setelah data berdistribusi normal kemudian dapat dilakukan pengujian hipotesis yaitu
dengan uji paired samples t-test. Berikut disajikan hasil pengujian data dengan paired
samples t-test. (Lihat Lampiran III)
Tabel IV.6
Hasil Pengujian Paired Samples T-Test
Variabel
t hitung
Asymp Sig.(2-tailed)
2,032
0,112
RRTN Sebelum dan Sesudah
Interpretasi
H0 Diterima
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengujian Paired Samples T-Test di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Dengan menggunakan perbandingan statistik t hitung dengan t tabel didapatkan hasil
yaitu t hitung sebesar 2,032 adalah jauh lebih besar dari t tabel sebesar –2,05 yang berarti
H0 diterima. Untuk mencari t tabel dengan menggunakan data tabel Uji t (t-test).
Perhitungannya yaitu:
⎡α
⎤
T tabel = ⎢ ; n − 2⎥
⎣2
⎦
⎡ 0,05
⎤
;30 − 2⎥
T tabel = ⎢
⎣ 2
⎦
T tabel = (0,025 ; 28)
T tabel = 2,05 (Lihat Lampiran IV)
2. Sedangkan dengan berdasarkan probabilitasnya didapat nilai asymp sig. sebesar 0,112
adalah jauh lebih besar dari level of significance sebesar 0,05 yang berarti menerima H0.
Kedua hasil tersebut mengindikasikan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum pengumuman stock
split dan abnormal return sesudah pengumuman stock split.
Sedangkan untuk mencari ada tidaknya reaksi pasar yang signifikan di seputar hari
pengumuman, dapat dilihat dari t hitungnya. Nilai t hitung ini dicari dengan rata-rata
abnormal return standarisasi.
Berikut disajikan hasil pengujian uji t berdasarkan standarisasi abnormal return pada
hari ke t selama periode peristiwa. (Lihat Lampiran V)
Tabel IV.7
Hasil Uji T Rata-Rata Abnormal Return Standarisasi
Periode Amatan Rata-Rata Abnormal Return
t-5
-0,0003
t hitung
Interpretasi
-0,1940
tidak signifikan
Tabel IV.8
Hasil Uji Rata-Rata Abnormal Return Standarisasi Lanjutan
t-4
0,0124
0,0560
tidak signifikan
t-3
0,0024
-0,1410
tidak signifikan
t-2
-0,0057
-0,2890
tidak signifikan
t-1
0,0087
-0,0170
tidak signifikan
t0
0,0144
0,0910
tidak signifikan
t+1
-0,1774
-2,0520
signifikan
t+2
-0,0615
-0,8560
tidak signifikan
t+3
-0,0647
-1,1800
tidak signifikan
t+4
-0,0062
-0,3030
tidak signifikan
t+5
-0,0016
-0,2340
tidak signifikan
Sumber: Hasil Pengalahan Data
Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik t-test bertujuan untuk melihat
signifikansi abnormal return secara statistik tidak sama dengan nol. Apabila signifikansi
tersebut memiliki tanda positif berarti informasi yang masuk ke pasar itu dianggap sebagai
berita yang baik (good news) dan apabila signifikansi tersebut bertanda negatif berarti
informasi yang masuk ke pasar itu dianggap sebagai berita yang tidak menyenangkan (bad
news).
Hasil pengolahan menunjukkan bahwa secara keseluruhan pasar bereaksi secara
negatif atas pengumuman stock split, yang ditunjukkan dengan adanya mean abnormal
return yang kebanyakan negatif. Artinya, pada hari-hari perdagangan tersebut investor
memperoleh return saham yang lebih rendah dari return yang diharapkan. Akan tetapi mean
abnormal return secara statistik signifikan hanya terjadi pada hari pertama sesudah
pengumuman, yaitu pada t+1. Besar t hitung pada hari tersebut adalah –2,0520. Hasil ini
lebih kecil dari t tabel yaitu -2,05. Ini berarti bahwa reaksi pasar yang signifikan hanya
terjadi pada hari pertama sesudah pengumuman.
Signifikansi abnormal return di sekitar hari pengumuman stock split menunjukkan
bahwa pengumuman tersebut mengandung informasi yang direaksi oleh pasar.
C. Analisis Pembahasan
Sesuai dengan definisi dari efisiensi pasar modal, maka apabila terdapat suatu
pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, suatu pasar modal yang sudah termasuk
efisien tidak akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Sebaliknya, jika pasar bereaksi
untuk pengumuman yang tidak mempunyai nilai ekonomis, ini berarti pasar tersebut belum
efisien karena tidak dapat membedakan pengumuman yang bernilai informasi ekonomis
dengan yang tidak.
Penelitian ini menguji ada tidaknya abnormal return di seputar hari pengumuman
stock split. Didapatkan hasil bahwa ada abnormal return yang signifikan pada hari pertama
setelah pengumuman stock split. Hasil ini mengindikasikan bahwa pasar modal Indonesia
termasuk sebagai pasar modal bentuk setengah kuat. Dalam efisiensi pasar bentuk ini hargaharga sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect) semua informasi yang
dipublikasikan. Namun, tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan
informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka
waktu yang lama.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fatmawati (1999), yang menyimpulkan
bahwa pasar modal Indonesia termasuk dalam bentuk pasar efisiensi setengah kuat.
Peristiwa stock split sebenarnya tidak mempunyai nilai ekonomis, namun banyak
emiten atau perusahaan yang melakukannya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan
dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan sinyal yang akan
disampaikan oleh perusahaan ke publik. Alasan yang pertama adalah perusahaan melakukan
stock split supaya harga sahamnya tidak terlalu tinggi sehingga akan meningkatkan likuiditas
perdagangannya. Sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2003), yang menyatakan bahwa
emiten berpendapat stock split bermanfaat untuk menarik investor untuk membeli saham
yang lebih besar dengan harga yang lebih rendah sehingga menarik investor yang odd lot
menjadi round lot dan meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar menjadi lebih
likuid.
Meskipun stock split sebenarnya tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi tetap
dilakukan adalah karena pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena
manajer perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan ke
publik yang belum mengetahuinya. Namun, hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai
kondisi yang sesuai dengan yang disinyalkan saja yang akan mendapatkan reaksi positif.
Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapatkan reaksi yang negatif.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat rata-rata abnormal return yang
negatif sesudah pengumuman stock split. Ini berarti investor memperoleh return yang lebih
rendah daripada yang diharapkan. Selain itu dilihat dari return abnormal standarisasi
menunjukkan adanya abnormal return yang negatif signifikan pada hari pertama sesudah
pengumuman stock split. Ini berarti bahwa sinyal yang disampaikan emiten yang melakukan
stock split adalah sinyal yang tidak valid. Perusahaan tidak mempunyai prospek yang baik
serta tidak mampu menanggung biaya tersebut.
Hasil penelitian ini mengindikasikan terjadinya reaksi harga yang terlihat dari adanya
abnormal return standarisasi yang signifikan pada hari pertama sesudah pengumuman.
Namun secara rata-rata pasar tidak memberi reaksi yang signifikan antara abnormal return
sebelum dan sesudah pengumuman.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dan
disertai dengan modifikasi kurun waktu pengamatan, maka ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara umum stock split tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan antara abnormal
return sebelum pengumuman dan sesudah pengumuman stock split. Ini bisa dilihat dari
hasil uji Paired Samples T-Test untuk menentukan ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Hasil
uji ini menunjukkan:
a. Dengan menggunakan perbandingan statistik t hitung dengan t tabel didapat nilai t
hitung sebesar 2,032 yang jauh lebih besar dari nilai t tabel yaitu –2,05 yang berarti
menerima H0.
b. Dengan berdasarkan probabilitas didapat hasil asymp sig.sebesar 0,112 yang juga
jauh lebih besar dari level of significance sebesar 0,05 yang berarti menerima H0.
2. Peristiwa pengumuman stock split mengandung informasi yang kemudian direaksi oleh
pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return di seputar hari pengumuman.
Reaksi pasar yang terjadi terlihat dari rata-rata abnormal return yang negatif sesudah
pengumuman stock split. Namun secara detail dengan melihat reaksi di seputar hari
pengumuman, dapat dilihat dalam uji terhadap abnormal return standarisasi yang
menunjukkan bahwa terdapat reaksi yang negatif signifikan pada hari pertama sesudah
pengumuman stock split.
Kesimpulan diatas menunjukkan bahwa dengan adanya abnormal return disekitar
hari pengumuman juga mengindikasikan bahwa stock split berpengaruh terhadap harga
saham. Hal ini senada dengan hasil yang ditunjukkan oleh Fatma dan Asri (1999), yang
menguji sampel 30 perusahaan yang melakukan split di BEJ selama bulan Juli 1995-Juli
1997, secara keseluruhan aktifitas split berpengaruh terhadap tingkat harga saham. Hasil
penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian Winarso dan penelitian Nayar (2003),
yang menyatakan adanya abnormal return diseputar hari pengumuman, namun dalam
penelitian ini abnormal yang terjadi adalah negatif.
B. Keterbatasan
Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Desain penelitian ini tidak menggunakan control group, yaitu perusahaan yang tidak
melakukan stock split, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan jelas reaksi pasar dalam
merespon pengumuman tersebut.
2. Kemungkinan terjadi miss specification model yang digunakan untuk mengukur reaksi
harga saham terhadap stock split. Penyebabnya yaitu banyak model lain yang dapat
digunakan untuk mengukur reaksi harga saham terhadap stock split.
3. Penelitian ini belum mengelompokkan perusahaan berdasarkan asset, size atau yang
lainnya.
4. Sampel yang digunakan adalah diambil secara “purposive-sampling” dan hanya meneliti
30 buah perusahaan saja, serta menggunakan “event windows” yang relatif pendek
sehingga mungkin menimbulkan beberapa masalah dalam ketidak cukupan statistikal.
B. Implikasi Penelitian yang akan Datang
Penelitian ini bersifat awal, sehingga memerlukan penelitian lanjutan yang lebih
dalam dan
lebih
luas.
Beberapa
pertimbangan
yang
perlu
diperhatikan
dalam
mengembangkan, memperluas dan mengkonfirmasi hasil penelitian ini antara lain:
1. Penelitian selanjutnya supaya menerapkan desain penelitian pada suatu control group,
sehingga dapat dibandingkan reaksi pasar antara yang melakukan dan yang tidak
melakukan stock split.
2. Melihat pengaruh secara lebih rinci terhadap sampel penelitian. Artinya bahwa pengaruh
stock split dapat diuraikan menjadi beberapa kelompok sampel sesuai dengan
penggolongan berdasarkan asset, size dan kelompok industri lainnya.
3. Supaya penelitian selanjutnya menggunakan model yang lain supaya bisa dibandingkan.
4. Untuk penelitian berikutnya, sebaiknya menggunakan sampel secara “random sampling”
dari semua sektor agar hasil mampu menjadi dasar kesimpulan umum. Juga sebaiknya
menggunakan periode “windows” yang lebih panjang dan menggunakan sampel yang
relatif lebih banyak, yang mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik.
Download