BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi sekarang dapat mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider telepon selular. Saat ini masyarakat tidak hanya menggunakan internet untuk berinteraksi dengan orang lain, namun juga menggunakannya sebagai sebuah sarana sosialisasi, membentuk hubungan yang lebih bertahan lama, bahkan dapat berkembang secara nyata di dalam kehidupan sosial Tancer (dalam Juditha, 2011). Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email dan chatting, untuk mencari informasi melalui browsing dan googling, namun saat ini seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui, media sosial merupakan salah satu media online dimana para penggunanya dapat ikut serta dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan menjaring pertemanan, dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya seperti Blog, Facebook, dan Twitter. Kehadiran media sosial telah membawa pengaruh tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan oleh manusia saat ini (Setyani, 2013) 1 2 Keberadaan situs jejaring sosial ini memudahkan kita untuk berinteraksi secara mudah dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan biaya yang lebih murah dibandingkan menggunakan telepon selain itu, dengan adanya situs jejaring sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat Lin & Atkin ( dalam Juditha, 2010) Salah satu website yang sukses merebut perhatian banyak orang didunia adalah facebook. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School diluncurkan pertama kali pada 4 Februari 2004, dan awalnya hanya untuk siswa Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas di sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts). Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah termasuk dalam Lvy League. Pertumbuhan pemakai facebook di Indonesia sangat cepat. Facebook dikenalkan di Indonesia pada tahun 2008, sampai pada quartal ke-2 pada tahun 2009 pengguna facebook di Indonesia mencapai 6 juta pengguna. Facebook sangat digandrungi oleh berbagai lapisan masyarakat, berbagai umur dari muda sampai tua dengan berbagai kepentingan (Herdianto, 2011). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 100 responden yang terdiri dari orang remaja mengenai jejaring sosial yang sering digunakan diperoleh hasil sebagai berikut, sebanyak 25,26% remaja menggunakan facebook, sebanyak 23,96% remaja menggunakan e-mail, sebanyak 17,71% menggunakan jejaring sosial twitter, sebanyak 8,85% remaja menggunakan instagram, sebanyak 5,99% menggunakan path, sebanyak 3,91% menggunakan Yahoo Messenger dan 14,32% 3 menggunakan blackberry messenger. Dari sini terlihat bahwa situs jejaring sosial adalah akun yang paling populer dibanding yang lainya, sehingga apa yang telah diteliti yaitu FB merupakan situs terbanyak penggunanya dikuatkan juga dalam penelitian ini. Jenis update-an atau informasi yang diunggah oleh responden dalam jejaring sosial facebook, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 43,40% yang mengupdate status, sebanyak 21,70% mengupdate foto dan sebanyak 34,90% mengupdate tentang memberikan atau membagi informasi yang berupa tugas, berita, dan mengupdate lokasi dimana responden berada. Hal ini sesuai dengan pendapat David Gurteen berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan suatu konsep yang menggambarkan kondisi interaksi antar orang, bisa dua atau lebih, dalam bentuk proses komunikasi yang bertujuan untuk peningkatan dan pengembangan diri setiap anggotanya. King, Fokus utama dari knowledge sharing adalah kemampuan individu untuk mengeksplisitkan dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki kepada individu lain maupun organisasi, sehingga knowledge tersebut dapat dimanfaatkan pula oleh orang lain. Disisi lain, menurut Linsey kegiatan knowledge sharing juga dapat merangsang individu didalam organisasi untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan baru yang berguna bagi organisasi (Nurmahmudiyah, 2013) Dari 204 responden, 124 responden atau 60,8 % yang memiliki akun situs jejaring sosial lain selain FB antara lain akun Twitter se‐ banyak 107 responden (52,45%) menyusul Friendster sebanyak 44 responden (21,57%) dan lainnya seperti 4 My space, Orkud, koprol, Saling Sapa, Purlk, Mig33, Youtube, Yahoo,Xm, MSN, Snaptu dan lainnya. Namun dari beberapa akun situs jejaring sosial yang dimiliki responden remaja ini, situs jejaring sosial FB‐lah yang paling sering digunakan oleh mereka yaitu sebanyak 185 responden atau (90,7%) menyusul Twitter sebanyak 16 responden (7,8%). Dari sini terlihat bahwa situs jejaring sosial adalah akun yang paling populer dibanding yang lainya, sehingga apa yang telah diteliti sebelumnya yaitu FB merupakan situs terbanyak penggunanya baik di dunia maupun di Indonesia dikuatkan juga dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan selama mengakses FB adalah yang paling banyak menulis dan membaca komentar orang lain sebanyak 133 responden (65,2%), kemudian mengupdate status sebanyak 126 responden (61,8%), menyusul membaca informasi di FB orang lain sebanyak 87 responden (42,6%), bermain game 78 responden (38,2%), mengunggah foto atau video sebanyak 59 responden (28,9%), menulis di dinding (wall) teman 57 responden (27,9%), kegiatan lainnya yaitu chatting, mencari teman, dan mencari informasi sebanyak 27 responden (13,2%). Sedangkan menulis di notes merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan yaitu sebanyak 16 responden (7,8%) (Juditha, 2011). Facebook sudah menjadi trend baru di dunia komunikasi visual. Kehadiran facebook mampu menarik minat jutaan manusia di dunia untuk menggunakan dan menjadi anggota komunitas fesbuker. Hal ini menunjukkan kecenderungan atau memperlihatkan fenomena baru bahwa komunikasi berikut proses komunikasinya menempatkan pada suatu bentuk penyederhanaan proses penyampaian pesan. Model 5 komunikasinyapun, menurut Tinarbuko (2009), facebook menggiring kearah simplicity, menjadi lebih murah, mudah, dan semua arah. Model ‘komunikasi terbuka’ yang sekaligus memungkinkan terjadinya promo ide, gagasan, dan knowledge. Inilah fenomena open society. Image, citra dan ekses lain terbentuk dengan sendirinya secara luas tak terbatas. Saat ini pengguna facebook di Indonesia sudah menjadi rutinitas sehari‐hari, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pengusaha, pengacara, politisi, artis, tokoh‐tokoh dunia dan lain‐lain, dan dari berbagai kelas dan golongan karena masalah penggunaan internet sudah bukan barang yang mahal. Hal ini disebabkan hanya dengan beberapa ribu rupiah saja sudah bisa menjelajah ke dunia maya di warnet‐warnet pinggir jalan sehingga penggunaan facebook merupakan hal yang biasa seperti penggunaan internet pada umumnya. Sekarang ini Indonesia telah menjadi “ The Republic of the FB “. Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan facebook oleh masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 64,5% pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai “ the fastest growing country on facebook in Southeast Asia“. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia (Sahana dalam Juditha, 2011). Demam facebook menggejala di Indonesia, sebagaimana dilaporkan oleh Tempo Interaktif 9 Februari 2009, dimulai pada pertengahan tahun 2008. Bahkan disebutkan juga hingga pertengahan 2007, facebook hampir tidak dilirik pengguna 6 internet. Lonjakan pengguna facebook pada pertengahan 2008 dibuktikan dengan statistik facebook sebagai situs ranking kelima yang paling banyak diakses di Indonesia. Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum pada 2009 ini (Wiguna dalam Juditha, 2011). Pertumbuhan pengguna FB di Indonesia dari tahun ketahun meningkat terus, tahun 2008 adalah 64,5% dengan 831.000 pengguna di akhir tahun, menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan pengguna tertinggi di Asia. Hingga September 2010 data pengguna FB di Indonesia yang dirilis situs InsideFB.com per 2 September 2010, jumlah pengguna Indonesia mencapai 27.800.160. Jumlah ini men‐ dudukan Indonesia sebagai pengguna FB terbanyak ke‐3 di dunia setelah Amerika Serikat dan Inggris dan dari jumlah ini 53% diantaranya adalah remaja yang berusia dibawah 18 tahun (Juditha, 2011). Hasil survei yang dilakukan oleh alexa.com tanggal 8 Maret 2011, menunjukan bahwa Indonesia peringkat empat dunia atau 5.1%, dengan rata-rata usia pengguna 18-24 tahun dalam penggunaan facebook, di seluruh dunia (Nazar, 2011). Monks (dalam Juditha, 2011), dkk masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis. Keistimewaan facebook terletak pada fasilitasnya yang variatif dan cenderung mudah dipelajari. Facebook muncul dengan segala sesuatu yang belum pernah ada sebelmunya, lewat berbagai aplikasi yang seru dalam era Web 2.0. Lebih dari 7 sekedar mencari teman dan memasukkannya dalam friendlist, situs ini bias menawarkan lebih dari itu. Sharing untuk media seperti audio, video, foto, dan notes, merupakan salah satu wujud kebebasan yang memungkinkan siapa saja dapat mengunggah apa saja dengan segala risiko yang juga ada. Jaminan keamanannya bias diatur untuk foto dan profil dalam privacy setting (Juditha, 2011). Facebook merupakan media komunikasi antar pemilik-pemilik dan pengguna facebook, perilaku ini berlangsung secara terus-menerus maka terjadilah kolaborasi antara keduanya. Ketika kolaborasi ini dapat memberikan sesuatu yang sifatnya saling memberi dan saling menerima antara para pengguna facebook dan menghasilkan suatu nilai berupa pembangunan pengetahuan (knowledge construction), maka ketika itu, terjadilah kegiatan knowledge sharing. Knowledge sharing dari seorang individu dengan sistem informasi atau teknologi informasi, semakin lama akan dapat memberikan pembaharuan bagi keseluruhan knowledge, Cohen ( dalam Nazar, 2011). Knowledge sharing salah satu aspek penting dari knowledge management, yang menjadi perhatian dari berbagai bidang baik praktisi maupun akademisi. Salah satu manfaat knowledge sharing adalah untuk mendukung proses pembelajaran yang memberikan dampak bagi pengembangan kemampuan inovasi melalui penciptaan knowledge baru. Bagian paling penting dari knowledge sharing adalah bagaimana mendukung individu dan organisasi untuk melakukan knowledge sharing tentang apa yang mereka ketahui, Persson (dalam Nazar, 2011). 8 Knowledge sharing didefinisikan sebagai aktivitas mentransfer atau menyebarkan knowledge (implicit dan tacit knowledge) dari seseorang, grup atau organisasi ke orang, grup atau organisasi yang lain (Lee dalam Pai 2006). Dalam suatu grup atau organisasi aktivitas knowledge sharing dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kwok dan Gao menggunakan pendekatan motivasi membagi faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan knowledge sharing menjadi faktor motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik mengacu pada motivasi individual yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa pengaruh dari faktor luar sedangkan faktor motivasi ekstrinsik terbentuk akibat dari budaya, kebijakan atau konsensus yang dibentuk organisasi atau kelompok. Secara informal, aktivitas knowledge sharing sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi intrinsik. Indonesia merupakan negara yang mempunyai kultur masyarakat yang cenderung kolektivis. Masyarakat kolektivis cenderung mempunyai intensitas interaksi secara informal lebih besar daripada intensitas interaksi secara formal. Interaksi tersebut dapat terjadi di dalam maupun di luar organisasi (Djazari, 2013) Prusak menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam knowledge sharing antara individu dan individu, seperti adanya paradigma bahwa knowledge adalah kekuatan, jika knowledge itu tersebar, maka akan menyebabkan seseorang kehilangan jaminan pribadinya. Di sisi lain, menurut Wei keterbatasan faktor waktu, apresiasi rendah ke kontributor knowledge dan beberapa faktor lain. Untuk dapat mencapai knowledge sharing yang efektif tidaklah mudah (Szulanski, 2003), sulit bagi individu untuk melakukan aktivitas knowledge sharing selama mereka bekerja 9 kecuali jika mereka menemukan aktivitas berguna dan menguntungkan. Kesulitan terbesar dari pengaturan knowledge adalah untuk mengubah perilaku dari orang-orang Ruggles ( dalam Nazar, 2011). Kepribadian adalah karakteristik dinamik dan terorganisasi dari seorang individu yang mempengaruhi kognisi, motivasi, dan perilakunya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu satu dengan lainnya (Greenberg dalam Ramdhani, 2006). Secara umum telah diketahui bahwa organisasi yang dapat belajar dengan cepat akan mengalami perkembangan yang lebih baik dibandingkan organisasi yang lambat dalam belajar. Knowledge sharing adalah suatu proses yang terjadi antara dua orang, yaitu kontributor knowledge dan penerima knowledge. Proses ini dapat diperlihatkan sebagai suatu proses pembelajaran. Proses dimulai dengan knowledge sharing dari kontributor dengan penerima, dan kemudian penerima mempelajari bagian relevan dari knowledge yang dibagikan. Hasil dari keberhasilan proses pembelajaran atas knowledge yang baru akan memberikan manfaat kompetitif bagi suatu organisasi atau individu. Keberhasilan dari pemanfaatan akhir pembagian knowledge pada konteks diri penerima adalah berasosiasi dengan tingginya kemampuan penerima apakah dapat menyerap dan menguasai knowledge yang dibagikan. Jika penerima tidak dapat berhasil mempelajari knowledge yang dibagikan dan mengasimilasi isi yang berharga dari hal tersebut, berarti knowledge tersebut kurang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, bagi penerima, pembelajaran dan pemanfaatan 10 knowledge sharing harus dievaluasi untuk keberhasilan dari suatu proses knowledge sharing yang lengkap (Nazar, 2011). Penyelenggaraan knowledge sharing dapat dilakukan melalui beberapa channel yang bertindak sebagai penghubung antara partner dari pembagian dan memfasilitasi transfer dari knowledge dari sumber ke target. Channel richness dapat didefinisikan sebagai luasnya media komunikasi yang dipakai sebagai sarana penghubung dari informasi baik secara verbal maupun non verbal, oleh karena itu ketersediaan dan channel richness akan mampu menunjang keberhasilan dari knowledge sharing untuk beberapa tujuan tertentu. Secara umum, channel tidak hanya berarti beberapa pengaturan fisik, sebagai contoh, telepon, ruang diskusi atau jaringan komputer, tapi juga berarti koneksi sebenarnya (virtual connections) antara karyawan dan bahkan suatu knowledge sharing budaya ramah dalam organisasi (Nazar, 2011). Banyak dari riset sistem informasi telah dilakukan untuk fokus pada saluran untuk knowledge sharing karena perjanjian peranan dari teknologi informasi pada area ini. Secara keseluruhan, semakin banyaknya channel untuk knowledge sharing, maka hal tersebut makin menyenangkan dan mampu menunjang bagi seorang individu untuk melakukan perilaku knowledge sharing dan makin memungkinkan mereka untuk bersikap positif terhadap perilaku sharing tersebut (Nazar, 2011). Fokus utama dari knowledge sharing adalah kemampuan individu untuk mengeksplisitkan dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimiliki kepada individu lain maupun organisasi, sehingga knowledge tersebut dapat dimanfaatkan 11 pula oleh orang lain. Disisi lain, kegiatan knowledge sharing juga dapat merangsang individu didalam organisasi untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif (Linsey, dalam Aulawi, dkk), yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan baru yang berguna bagi organisasi. Dalam beberapa kajian sebelumnya pembahasan mengenai knowledge sharing selalu dikaitan dengan penerapan knowledge sharing pada sebuah organisasi perusahaan. Dan seiring dengan berkembangnya teknologi informasi seperti kehadiran facebook kegiatan kegiatan knowledge sharing tersebut tidak hanya dilakukan secara langsung (face to face) namun juga bisa melaui facebook (Nurmahmudiyah, 2013). Semakin meningkatnya partisipasi mahasiswa dalam memanfaatkan media facebook tentu berhubungan dengan faktor-faktor utama yang mendorong mereka untuk turut berpartisipasi dan melakukan aktivitas dalam facebook dan melakukan aktivitas berbagi pengetahuan (knowledge sharing) melalui facebook. Wahlroos menyebutkan bahwa ada beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan facebook sebagai media untuk knowledge sharing Diantaranya yaitu faktor personal, faktor organisasi, dan faktor teknologi. (Wahlroos, dalam Nurmahmudiyah, 2013) Walaupun fasilitas internet sudah tersedia dan dengan mudah dapat diakses, namun tidak semua orang memanfaatkannya. Kenyataan ini telah mendorong para peneliti untuk mencari apa sebabnya. Menurut pandangan Lewin (dalam Ramdhani, 2009) munculnya perilaku pada diiri seseorang ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah faktor di dalam dirinya, misalnya sifat kepribadian,kecerdasan, tata-nilai dan 12 kondisi fisik, sedangkan faktor kedua adalah faktor di luar dirinya, yakni segala sesuatu yang ada di lingkungan seperti peralatan, cuaca, orang-orang disekitarnya. Sikap merupakan faktor penting, memotivasi orang untuk terlibat dalam kegiatan knowledge sharing. Bock at all ( dalam Nazar, 2011) mendefinisikan sikap terhadap knowledge sharing sebagai tingkat perasaan positif seseorang tentang pengetahuan seseorang berbagi dengan orang lain di tempat kerja. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap positif terhadap knowledge sharing lebih cenderung berniat untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain dalam sebuah organisasi dan kemudian untuk bertindak atas niat. Dalam penggunaan jejaring sosial, remaja sebaiknya dapat mengontrol diri dalam memberikan informasi agar informasi yang diberikan dapat berguna bagi pengguna jejaring sosial yang lainnya, dan dapat terhindar dari penggunaan jejaring sosial yang berlebihan. Stimulus dari lingkungan ini yang berupa facebook dapat membuat individu yang masuk dalam kategori ekstraversi dimudahkan oleh jejaring sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Eyenck (dalam Feist & Feist, 2010) orang dengan skor tinggi pada ekstraversi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul, dan menyenangkan sebaliknya, orang yang memiliki skor ekstraversi yang rendah biasanya tertutup, pendiam, penyendiri, pasif, dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat. Keterbukaan terhadap pengalaman membedakan antara orang-orang yang memiliki keragaman dengan orang-orang yang mempunyai suatu kebutuhan atas akhir yang sempurna, serta yang tetap merasa nyaman dengan asosiasi mereka terhadap hal-hal 13 dan orang-orang yang tidak asing. Orang-orang yang secara konsisten mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor yang tinggi pada keterbukaan terhadap pengalaman. Orang-orang yang tinggi keterbukaannya, biasanya kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka, dan lebih memilih variasi. Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman biasanya konvensional, rendah hati, konservatif, dan tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu. Proses penyampaian suatu pesan yang tergandung dalam informasi dapat bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagai yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung dengan cara melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku. Dalam hal tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion) atau perilaku (behaviour) (Herdianto, 2011). Menurut Jung (dalam Suryabrata, 2010)., orang yang ekstraversi terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar seperti pikiran, perasaan, serta tindakannyaterutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakat, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan denga orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstraversi ini ialah apabila ikatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia objektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri. 14 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herdianto (2011) tentang Mencari Informasi dan Berita Melalui Akses Situs Jejaring Sosial Facebook diperoleh data 30 remaja atau 34% menjawab sangat setuju dengan media facebook menjadi media untuk mencari dan mengumpulkan informasi dan berita. Sebanyak 24 remaja atau 28% menjawab setuju tentang pengguna situs jejaring facebook untuk mencari dan mengumpulkan berita dan informasi, sedangkan, 12 remaja menjawab tidak setuju dan 3 remaja menjawab tidak setuju bahwa situs jejaring sosial facebook menjadi media untuk mencari dan mengumpulkan berita dan informasi. Serta 18 remaja atau 21% menjawab ragu-ragu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Herdianto (2011) sebanyak 33 remaja atau 37% menjawab sangat setuju bahwa situs jejaring sosial facebook dapat dijadikan media untuk mendapatkan informasi ter-update, dan 18 remaja atau 21% menjawab setuju tentang memperoleh informasi ter-update dari situs jejaring sosial facebook. Namun demikian, 12 remaja manjawab tidak setuju dan 18 responden remaja sangat tidak setuju serta 6 responden remaja yang lainnya menjawab ragu-ragu. Tanggapan responden remaja untuk bertukar informasi pribadi melalui jejaring sosial facebook, terdapat 12 responden remaja atau 15% menjawab sangat setuju, 30 responden remaja atau 34% menjawab tidak setuju, 12 remaja atau 14% menjawab sangat tidak setuju dan 3 responden remaja atau 3% menjawab raguragu. Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian sebelumnya mengenai kepribadian ekstraversi dan knowledge sharing yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik 15 rumusan masalah “Apakah ada hubungan antara Kepribadian Ekstraversi dengan Knowledge Sharing ketika remaja menggunakan situs jejaring sosial Facebook?” Mengacu dari rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kepribadian Ekstraversi dengan Knowledge Sharing pada Remaja Pengguna Facebook”. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Hubungan antara kepribadian ekstraversi dengan knowledge sharing pada remaja pengguna facebook. 2. Mengetahui sumbangan efektif antara kepribadian ekstraversi dengan knowledge sharing pada remaja pengguna facebook. 3. Tingkat knowledge sharing pada remaja pengguna facebook. 4. Tingkat kepribadian ekstraversi pada remaja pengguna facebook. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru dalam khasanah ilmu komunikasi dan ilmu psikologi khususnya, psikologi kepribadian dan psikologi sosial. 16 b. Manfaat Praktis: 1. Bagi subjek, Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat lebih mengontrol dirinya agar tidak terlalu sering memposting atau mengupdate status secara berlebihan dengan mempertimbangkan isi dari status atau informasi yang diunggah dalam situs tersebut. Subjek dapat memanfaatkan media facebook dengan baik dan lebih membatasi dalam mengekspresikan diri. 2. Bagi masyarakat Diharapkan dapat memberikan gambaran individu mengenai pengguna jejaring sosial serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengekspresikan apa yang dirasakan dalam diri individu melalui jejaring sosial facebook dengan lebih mengontrol diri individu dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian bagi diri sendiri maupun pengguna lain. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara kepribadian ekstraversi dengan knowledge sharring pada pengguna facebook dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang berbeda dan jejaring sosial yang lain.