JURNAL LENTERA BISNIS VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 EVALUASI PEMBELAJARAN MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN BERBASIS PROYEK PADA POLITEKNIK LP3I JAKARTA KAMPUS PASAR MINGGU Oleh : Edi Wahyu Wibowo Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450 Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 - 31904599 Email : [email protected] ABSTRAK Kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Salah satu strategi pembelajaran Kewirausahaan yang dapat membantu mahasiswa agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah projectbased learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Evaluasi Pembelajaran Matakuliah Kewirausahaan berbasis proyek (Target Profit) pelaksanaan dengan menggunakan metode Objective Oriented Approach yang dipopulerkan oleh Tyler. Tujuan pembelajaran matakuliah Kewirausahaan pada Politeknik LP3I Kampus Pasarminggu yaitu 30% Lulusan mahasiswa menjadi pengusaha / mencapai Target Profit lebih dari Rp. 500.000,- selama semester 2 maka didapat hasil secara keseluruhan dari total 109 mahasiswa maka sebanyak sebanyak 58 mahasiswa (53%) mencapai target profit dan 51 Mahasiswa (45%) tidak mencapai target profit, hanya program pendidikan Informatika saja yang tidak mencapai target profit, jika ditelusuri maka dari gender / jenis kelamin lakilaki untuk program pendidikan informatika Komputer kurang dapat menerima pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran matakuliah Kewirausahaan berbasis Proyek dapat terus dijalankan di Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu, dengan memberikan kombinasi strategi pembelajaran khusus untuk program pendidikan Informatika Komputer seperti strategi Collaborative Learning. Kata kunci : Kewirausahaan, Project Based Learning, Evaluasi Pembelajaran PENDAHULUAN Salah satu faktor yang menyebabkan sebuah negara menjadi maju adalah ketika jumlah wirausahawan yang terdapat di negara tersebut berjumlah 2% dari populasi penduduknya. Saat ini, jumlah wirausaha yang terdapat di Indonesia mencapai 400 ribu jiwa atau kurang dari 1% populasi penduduk Indonesia yang berkisar 200 juta jiwa. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di Amerika Serikat misalnya yang memiliki jumlah wirausaha sebesar 11,5% dari JURNAL LENTERA BISNIS populasi penduduknya atau negara tetangga yaitu Singapura dengan 7,2% warganya bekerja sebagai wirausaha. Efeknya tidak mengherankan bila kedua negara tersebut menjadi salah satu negara dengan perkembangan ekonomi termaju di dunia. Jika melihat jumlah kebutuhan wirausaha baru untuk memposisikan Indonesia sebagai negara maju, setidaknya masih butuh waktu 25 tahun lagi untuk mencapainya (Rukka, 2011). Estimasi waktu yang cukup lama tersebut menuntut perlu segera diupayakan langkah-langkah agar jumlah wirausaha baru dapat bertambah dengan waktu pencapaian yang relatif singkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan penciptaan wirausaha baru yang berasal dari lulusan perguruan tinggi. Penciptaan lulusan perguruan tinggi yang menjadi seorang wirausahawan tidak serta merta mudah untuk dilaksanakan. Berdasarkan bukti empiris di lapangan, terdapat kecenderungan bahwa lulusan perguruan tinggi lebih senang memilih bekerja dengan tingkat kenyamanan/keamanan serta kemapanan dalam waktu yang singkat. Dari sisi pembentukan karakter seorang wirausaha/enterpreneur, perguruan tinggi sudah seharusnya menciptakan atmosfer yang dapat mendorong sikap mandiri bagi sivitas akademika. Hal ini dapat dicapai melalui; 1) Mengembangkan dan membiasakan unjuk kerja yang mengedepankan ide kreatif dalam berpikir dan sikap mandiri bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran (menekankan model latihan, tugas mandiri, problem solving, cara mengambil keputusan, menemukan peluang, dst), 2) Menanamkan sikap dan perilaku jujur dalam komunikasi dan bertindak dalam setiap kegiatan pengembangan, pendidikan, dan pembelajaran sebagai modal dasar dalam membangun mental entrepreneur pada diri mahasiswa, 3) Para praktisi pendidikan juga perlu sharing dan memberi dukungan atas komitmen pendidikan mental entrepreneurship ini kepada lembaga- VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 lembaga terkait dengan pelayanan bidang usaha yang muncul di masyarakat agar benar-benar berfungsi dan benar-benar menyiapkan kebijakan untuk mempermudah dan melayani masyarakat. Praktisi pendidikan penting juga menjalin hubungan erat dengan dunia usaha agar benar-benar terjadi proses learning by doing. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah project-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek (Thomas, 1999; Esche, 2002; The George Lucas Educational Foundation, 2005; Turgut, 2008). Project-based learning dapat menstimulasi motivasi, proses, dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata kuliah tertentu pada situasi nyata. Salah satu hal yang menarik mengapa project-based learning penting untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang mendahuluinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% mahasiswa yang mengikuti proses belajar dengan implementasi project-based learning yakin dan optimis dapat mengimplementasikan project-based learning dalam dunia kerja serta dapat meningkatkan prestasi akademiknya ( Koch, Chlosta. S, & Klandt. H, 2006). Selain itu hasil penelitian survei dari (Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko, 2000) menunjukkan 78 % mahasiswa mengatakan bahwa kurikulum yang berbasis project-based learning dapat membantu membekali mahasiswa untuk persiapan memasuki dunia kerja, karena mahasiswa belajar bukan hanya secara teori melainkan praktek di lapangan. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau 46 JURNAL LENTERA BISNIS rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya. KAJIAN TEORI Kewirausahaan Definisi kewirausahaan adalah kesadaran dalam meningkatkan peluang baru dalam bisnis, selalu ada hubungannya dengan menciptakan baru dan cara penggunaan sumber daya alam. Kewirausahaan adalah tentang mengadopsi pola pikir dan sistem kepercayaan bahwa selalu ada cara untuk menggunakan kreativitas, gairah, dan visi terinspirasi untuk menciptakan nilai dalam dunia-atau mengambil sesuatu yang sudah ada dan membuatnya lebih baik. Sementara definisi pengusaha dapat diidentifikasi sebagai sekelompok besar individu yang berani untuk kemajuan ekonomi, mereka melakukan sesuatu dengan cara-cara cepat dan baru serta lebih baik dalam melakukan sesuatu. Pengusaha memiliki peran manajerial. Ia bertindak sebagai pemimpin dan manajer karena menjadi peran penting dalam koordinasi produksi dan distribusi (Marta Peris, 2016). Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Dari beberapa konsep yang ada, setidaknya terdapat 6 hakekat penting kewirausahaan yaitu: 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. 2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. 47 JURNAL LENTERA BISNIS Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko. Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan (2) kemampuan menanggapi peluang. Kewirausahaan merupakan faktor penting dalam pengembangan dan kesejahteraan masyarakat, hal ini mendorong perguruan tinggi untuk memperkenalkan kompetensi yang dimuat dalam kurikulum pada hampir semua bidang dan program (Marta Peris, 2016). Interaksi dengan mitra sektor swasta dan publik telah bertambah, dan kantor-kantor telah menciptakan untuk membantu membentuk perusahaan baru.. Siswa memiliki akses mendapatkan pelatihan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan mata pelajaran. Namun, kewirausahaan dalam studi penelitian belum cukup terintegrasi ke dalam kurikulum lembaga pendidikan tinggi. Sebagian besar keterampilan tidak dipertimbangkan dalam kurikulum mata pelajaran, sementara keterampilan ini dapat dipelajari baik secara langsung atau dengan menentukan kompetensi di program pendidikan tinggi. Pada dasarnya pendidikan tinggi mengembangkan pengajaran dan strategi yang meningkatkan kewirausahaan pada siswa mereka belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Project-based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek. Projectbased learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer, Carol, 1998). Project-based learning berfokus pada konsep-konsep dan prinsipprinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004). Berbeda dengan model-model pembelajaran tradisional yang umumnya bercirikan praktik kelas yang berdurasi pendek, terisolasi/lepas-lepas, dan aktivitas pembelajaran berpusat pada dosen, maka model project-based learning lebih menekankan pada kegiatan belajar yang relatif berdurasi panjang, holistikinterdisipliner, perpusat pada pebelajar, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata. Dalam project-based learning mahasiswa belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek dalam pembelajaran (Thomas, 2000). Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan supervisor yang aktif sebagai peneliti. 48 JURNAL LENTERA BISNIS Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, project-based learning merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham pembelajaran konstruktivis yang menuntut peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya (Doppelt, 2003). Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa mahasiswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri (Wilson, 1996). Pendekatan project-based learning dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong mahasiswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan secara personal. Buck Institute for Education (1999) menyebutkan bahwa project-based learning memiliki karakteristik, yaitu: (a) mahasiswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil, (d) mahasiswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara kontinu, (f) mahasiswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (h) kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. Project based learning memiliki potensi yang besar untuk membuat pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja. Menurut Gaer (1998), di dalam project-based learning yang diterapkan untuk mengembangkan kompetensi setelah mahasiswa bekerja di perusahaan, mahasiswa menjadi lebih aktif di dalam belajar, dan banyak keterampilan yang berhasil dibangun dari proyek di dalam kelasnya, seperti keterampilan membangun tim, membuat keputusan kooperatif, pemecahan masalah kelompok, VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 dan pengelolaan tim. Keterampilanketerampilan tersebut besar nilainya ketika sudah memasuki lingkungan kerja. dan merupakan keterampilan yang sukar diajarkan melalui pembelajaran tradisional. Adapun Langkah-langkah dalam Project Based Learning : Kegiatan workshop project-based learning bagi tutor menurut Rosenfeld (2001) terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang akan dijadikan proyek, (2) memilih pertanyaan utama atau menentukan proyek, (3) membaca dan mencari materi yang relevan dengan masalah, (4) merancang masalah, (5) merancang/ metode yang tepat dalam memecahkan masalah, (6) menulis proyek proposal, (7) implementasi dan membuat dokumen tugas, (8) analisis data dan membuat simpulan, (9) membuat laporan final, (10) mempresentasikan proyek final. Langkah yang lebih singkat untuk mahasiswa menurut Gabriella (2000) dan Thomas (2000) adalah: Pertama persiapan formulasi problem (memilih tema proyek, membuat pertanyaan, membuat list, membuat defenisi, memilih dan memutuskan proyek, memformulasi problem dan hipotesis). Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana informasi dan jadwal dibuat mahasiswa berusaha memahami satu sama lain dengan memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan aktivitas proyek. Kedua integrasi, ini merupkan langkah proses yang terdiri dari sejumlah aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu proyek. 1. Merancang dan menyiapkan perlengkapan untuk proyek, menentukan metode, tempat, dan gejala-gejala. 2. Pembentukan kelompok dan pemilihan proyek: mahasiswa diharapkan untuk memecahkan permasalahan yang dipilih secara jujur dalam kelompok kecil. 3. Pengumpulan informasi: presentasi ringkas dan diskusi proyek individual, 49 JURNAL LENTERA BISNIS yang mendukung pengumpulan berbagai pandangan atas proyek. 4. Langkah kerja proyek: langkah kerja merupakan bagian penting dari kerja kelompok. Adapun hal-hal yang dilihat berkaitan dengan bagaimana motivasi mahasiswa dalam mengikuti projectbased learning, cara mahasiswa dalam melakukan problem-solving, proses kolaborasi antar mahasiswa dan dosen, serta kemandirian mahasiswa dalam menyelesaikan proyek-proyek. Project-based learning sebagai model pembelajaran yang kooperatif dan akomodatif terhadap kemampuan anak menuju proses berpikir yang bebas dan kreatif. Implementasi project-based learning ialah pada keikutsertaan pebelajar dalam memahami realitas kehidupan dari yang konkret sampai yang abstrak. Realitas kehidupan ini akan menjadi sumber inspirasi dan kreativitas dalam melakukan analisis dan membangun visi kehidupan. Thomas (2000) berpendapat bahwa PBL terdiri dari kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran dimana informasi dan jadwal dibuat. mahasiswa berusaha memahami satu sama lain dengan memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan aktifitas proyek. 2. Proses PBL Ini adalah tahapan-utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu proyek. Tahap ini meliputi: (a) pembentukan kelompok dan pemilihan proyek, (b) pengumpulan informasi, dan (c) langkah kerja proyek. 3. Tahap Evaluasi Pola ini menunjukan bentuk aktifitas di dalam melakukan penilaian terhadap mahasiswa. Feedback membantu dosen dalam menafsirkan penguasaan VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 mahasiswa tehadap proyek yang telah dikerjakannya. Belajar berbasis proyek (projectbased learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss & Van-Duzer, 1998). Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan mahasiswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan mahasiswa bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000). Evaluasi Pembelajaran Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian. Evaluasi diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Ada beberapa definisi evaluasi menurut para ahli, (Daryanto, 1999) diantaranya, 1. Blom Evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. 2. Stufflebeam Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. 3. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen, menjelaskan evaluasi tersebut dengan mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan dengan pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi juga termasuk 50 JURNAL LENTERA BISNIS penilaian formal dan penilaian intuitif mengenai kemajuan peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik dan apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan evaluasi. Dari beberapa definisi ahli diatas dapat disimpulkan pengertian evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Evaluasi Pendidikan merupakan proses untuk menentukan tujuan pendidikan dibandingkan tujuan yang telah ditentukan (Sudijono, 2009), atau secara umum dapat diartikan bahwa evaluasi pendidikan sebagai suatu kegiatan penilaian yang dilakukan didalam dunia pendidikan. Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: 1. Segi psikologis. 2. Segi didaktik. 3. Segi administratif. Secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi terhadap hasil belajar siswa, maka para siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berkemampuan rendah. Demikian pula dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar tersebut maka para siswa yang bersangkutan akan menjadi tahu atau mengerti: dimanakah posisi (letak) dirinya di tengah teman-temannya. Apakah dia VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 termasuk siswa kelompok atas (pandai), tengah (sedang), ataukah termasuk dalam kelompok bawah (bodoh). Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya. Misalnya, dengan menggunakan metode-metode mengajar tertentu, hasil-hasil belajar siswa telah menunjukan adanya peningkatan daya serap terhadap materi yang telah diberikan kepada para siswa tersebut, karena itu penggunaan metode-metode mengajar tadi akan terus dipertahankan. Sebaliknya, apabila hasil-hasil belajar siswa ternyata tidak menggembirakan, maka pendidik akan berusaha melakukan perbaikanperbaikan dan penyempurnaan sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi hasil belajar itu misalnya, akan menghasilkan untuk masing-masing siswa. Ada siswa yang nilainya jelek, karena itu siswa tersebut terdorong utnuk memperbaikinya, agar utnuk waktu-waktu yang akan datang nilai hasil belajarnya tidak sejelek sekarang. Ada siswa yang nilainya tidak jelek, tetapi belum dapat dikatakan baik atau memuaskan, karena itu siswa tersebut akan memperoleh dorongan utnuk meningkatkan prestasi belajarnya pada masa-masa yang akan datang. Adapula siswa yang nilainya baik, dengan nilai yang sudah baik itu, siswa yang bersangkutan akan termotivasi untuk mempertahankan prestasi yang tinggi itu, agar tidak mengalami penurunan pada masa-masa yang akan datang. Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi 51 JURNAL LENTERA BISNIS pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi. yaitu: 1. Memberikan landasan utnuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya. Disini evaluasi diaktakan berfungsi memeriks pada bagian-bagian manakah para peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, untuk selanjutnya dapat dicari jalan keluar untuk menagtasinya. Jadi disini evaluasi mempunyai sifat diagnostik. 2. Memberikan informasi yang sangat berguna, untuk mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengahtengah kelompoknya. Dalam hubungan ini, evaluasi sangat diperlukan untuk dapat menentukan secara pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan. Jadi disini evaluasi memiliki fungsi placement. 3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik. Dalam hubungan ini, evaluasi pendidikan dilakukan untuk menetapkan, apakah seorang peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus, naik kelas atau tidak. Sehingga evaluasi memiliki fungsi selektif. 4. Memberikan pedoman utnuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya. Berlandaskan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat meberikan petunjuk dan bimbingan kepada para peserta didik. Dalam keadaan ini evaluasi memiliki fungsi bimbingan. 5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai. Disini evaluasi dikatakan memiliki fungsi instruksional, yaitu melakukan pembandingan antara tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik bagi masing-masing mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu: 1. Memberikan Laporan Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Laporan mengenai perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik biasanya tertuang dalam bentuk raport (untuk siswa), atau KHS (untuk mahasiswa), yang selanjutnya disampaikan ke pada orang tua peserta didik tersebut pada setiap akhir semester. 2. Memberikan Bahan-bahan Keterangan (Data) Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan, apakah seseorang peserta didik dapat dinyatakan tamat belajar, dapat dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus. 3. Memberikan Gambaran Dari kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai jenis mata peajaran / mata kuliah misalnya, akan dapat tergambar bahwa dalam mata pelajaran tertentu (misalnya: Matematika, IPA, Kewirausahaan). Pendekatan evaluasi program pendidikan yang banyak dikenal dan sering dijadikan rujukan dalam pelaksanaan evaluasi program pendidikan salah-satu nya yakni Objective-Oriented 52 JURNAL LENTERA BISNIS Approach yang dipopulerkan oleh Tyler. Objective Oriented Approach (pendekatan penilaian berorientasi tujuan) adalah pendekatan dalam melakukan evaluasi program yang menitik beratkan pada penilaian ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, pandangan ini mempersyaratkan bahwa suatu program pendidikan harus menetapkan atau merumuskan tujuantujuan spesifiknya secara jelas. Terhadap tujuan-tujuan program yang sudah ditetapkan tersebut barulah evaluasi program difokuskan. Tujuan program yang dimaksud bisa saja hanya tujuan dari sebuah program pembelajaran di kelas dalam satu mata pelajaran, atau juga tujuan program dalam pengertian yang lebih luas. Tyler mendefinisikan penilaian pendidikan sebagai suatu proses untuk menentukan sejauhmana tujuan-tujuan pendidikan dari program sekolah atau kurikulum tercapai. Pendekatan penilaian yang dikemukakan Tyler ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan secara jelas 2. Mengklasifikasikan tujuan-tujuan tersebut 3. Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilah perilaku terukur 4. Temukan situasi dimana prestasi atau tujuan dapat diperlihatkan 5. Mengembangkan atau memilih teknikteknik pengukuran 6. Mengumpulkan data 7. Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam perilaku terukur. Langkah-langkah sebagaimana diuraikan di atas merupakan suatu siklus,artinya bahwa jika dari hasil membandingkan data kinerja dengan tujuan sudah diperoleh berupa kesenjangan-kesenjangan, maka perlu dilakukan perumusan/ penentuan ulang tujuan program yang telah dievaluasi tersebut. Kalau kita simak secara seksama, langkah-langkah di atas terdiri dari dua bagian pokok, yaitu: 1) bagian yang terkait dengan kegiatan perencanaan program VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 (langkah satu sampai tiga), 2) bagian yang secara langsung memang merupakan kegiatan dalam tahap evaluasi program (langka empat dan selanjutnya). Dengan demikian, siklus kegiatan yang dimaksud sebenarnya lebih merupakan siklus kegiatan pengelolaan dan pengembangan program. Hal ini bisa dimaklumi oleh karena pemikiran ini dilahirkan dalam rangka pengembangan kurikulum. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu sebagai salah satu penyelenggara pendidikan untuk Matakuliah Kewirausahaan. Di Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu mempunyai beberapa program pendidikan (Prodi) yaitu Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer sedangkan Matakuliah Kewirausahaan diberikan pada Semester 2 dan 4. 2. Data dan Sumber Data. a. Data Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder yaitu: 1) Sumber data primer, sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah Dosen Kewirausahaan dan mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu program pendidikan Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer. Data tentang alat evaluasi dan hasil evaluasi mahasiswa Politeknik LP3I Kampus Pasarminggu khusus semester 2, ditahun 2015. 2) Sumber data sekunder, data ini berupa dokumen tentang administrasi (evaluasi pembelajaran) 53 JURNAL LENTERA BISNIS di Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu, atau referensi yang terkait dengan penelitian. b. Sumber Data. Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari: 1) Person, yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan, sumber data berupa jawaban lisan melalui wawancara dengan Dosen Kewirausahaan serta Seluruh Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu program pendidikan Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer 2) Place, yaitu sumber data yang menyajikan keadaan obyek untuk penggunaan metode observasi. 3) Data tertulis, sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau smbol-simbol lain. Ini digunakan pada metode dokumentasi. VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer. 3. Dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini dapat berupa arsip-arsip dokumen tentang pelaksanaan, perencanaan dan pelaporan tentang evaluasi pembejaran atau data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Metode Observasi Observasi berupa pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi terhadap Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu program pendidikan Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer. Teknik Analisis Data. Peneliti berupaya mengorganisasikan dan mengurutkan data secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapta diceritakan kepada orang lain. Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dihasilkan melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru pelaksana pengajaran di kelas inklusif, dokumentasi dan observasi secara langsung di sekolah. Selanjutnya data-data tersebut dinyatakan dalam bentuk narasi deskriptif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh subyek. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan kejadian, yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi selama penelitian dilakukan di Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu program pendidikan Administrasi Perkantoran, Komputer Akuntansi, Informatika Komputer. 2. Interview/Wawancara. Dalam Interview/Wawancara Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran Kewirausahaan yang dilakukan terhadap Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta kampus Pasarminggu program pendidikan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Keabsahan data hasil temuan penelitian diperiksa keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan sesuatu yang lain.Triangulasi merupakan suatu teknik yang tidak hanya sekedar menilai kebenaran data, tapi juga menyelidiki Teknik Pengumpulan Data. Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum. 54 JURNAL LENTERA BISNIS kebenaran data dan kedalaman penelitian atau memperoleh keabsahan penemuanpenemuan itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber, yang berarti mengecek baik derajat kepercayaa suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dilakukan dengan jalan: 1. Membandingkan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dengan data hasil wawancara dengan sumber informasi dalam penelitian. 2. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan 3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan penelitian. 4. Melakukan member check, melakukan perbaikan-perbaikan jika ada kekeliruan dalam pengumpulan informasi atau menambah kekurangan-kekurangan sehingga informasi yang diperoleh dapat dilaporkan sesuai dengan apa yang dimaksud informan. PEMBAHASAN Hasil Dalam pembelajaran matakuliah Kewirausahaan di Politeknik LP3I Jakarta sudah mempunyai tujuan yang jelas yaitu : a. Mahasiswa terbangun sense of business b. Melatih softskill mahasiswa kaitannya dengan mentalitas, percaya diri, kreatif dan inovatif c. Menyalurkan bakat dan keahlian yang dimiliki d. Ajang Kreatifitas dan pembentukan team building e. Membantu Pemerintah untuk menghasilkan wirausaha-wirausaha Muda yang Smart dan memiliki intergritas. f. 30% Lulusan mahasiswa menjadi pengusaha / mencapai Target Profit lebih dari Rp. 500.000,- selama semester 2. VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Untuk mendapatkan nilai dilakukan dengan pembelajaran berbasis proyek yaitu pencapaian profit /laba, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan atau melakukan kegiatan usaha dimana besar profit yang didapatkan akan menentukan nilai berdasarkan ketentuan yang ada, bagi mahasiswa yang belum memiliki usaha sendiri maka mahasiswa dapat melakukan kegiatan menjual barang atau jasa seperti di bawah ini: a. Menjual produk yang disediakan oleh rumah entrepreneur (Bisnis Center) b. Menjual produk sendiri yang bekerja sama dengan pihak non rumah entrepreneur(Bisnis Center). c. Menjual jasa dengan memanfaatkan kompetensi diri seperti : 1. Mengajar private Akuntansi, Pajak, komputer, mengajar di sekolah. 2. Membuat aplikasi computer bagi jurusan computer. 3. Membuat design dan multimedia presentasi bagi program multimedia d. Jasa marketing untuk mendapatkan mahasiswa baru LP3I. e. Atau kegiatan lainnya yang halal dan menghasilkan Profit. Tabel 1 Data Evaluasi Pembelajaran Matakuliah Kewirausahaan Berbasis Proyek (Pencapaian Profit) Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu 55 JURNAL LENTERA BISNIS VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Gambar 3. Grafik Total Mahasiswa Gender Wanita Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 1 Grafik Total Mahasiswa Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Dari Tabel 1 dan Gambar 1, terlihat jumlah mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 sebanyak 109 orang dengan pembagian 52% atau sebanyak 56 mahasiswa untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran, 29 % atau sebanyak 32 mahasiswa untuk program pendidikan Komputer Akuntansi dan 19% atau sebanyak 21 mahasiswa untuk program pendidikan Informatika Komputer. Dari Tabel 1 dan Gambar 2, terlihat jumlah mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 Jenis Kelamin (Gender) Pria sebanyak 36 orang dengan pembagian 45% atau sebanyak 16 mahasiswa untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran, 11 % atau sebanyak 4 mahasiswa untuk program pendidikan Komputer Akuntansi dan 44% atau sebanyak 16 mahasiswa untuk program pendidikan Informatika Komputer. Sedangkan dari Tabel 1 dan Gambar 3, jumlah mahasiswa Jenis Kelamin (Gender) Wanita sebanyak 73 orang dengan pembagian 55% atau sebanyak 40 mahasiswa untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran, 38% atau sebanyak 28 mahasiswa untuk program pendidikan Komputer Akuntansi dan 7% atau sebanyak 5 mahasiswa untuk program pendidikan Informatika Komputer. Gambar 2 Grafik Total Mahasiswa Gender Pria Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 4 Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu 56 JURNAL LENTERA BISNIS VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Wanita, untuk program pendidikan Informatika Komputer sebanyak 76% atau sebanyak 16 mahasiswa Pria dan 24% atau sebanyak 5 mahasiswa Wanita. Gambar 5 Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa Administrasi Perkantoran Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 8 Grafik Pencapaian Target Total Mahasiswa Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 6 Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 9 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Administrasi Perkantoran Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 7 Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa Informatika Komputer Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Dari Tabel 1 dan Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7, terlihat jumlah mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 berdasarkan Jenis Kelamin (Gender) secara total sebanyak 36 mahasiswa Pria (33%) dan 73 Mahasiswa Wanita (67%). dengan pembagian untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran sebanyak 71% atau sebanyak 16 mahasiswa Pria dan 29% atau sebanyak 40 mahasiswa Wanita, untuk program pendidikan Komputerisasi Akuntansi sebanyak 12% atau sebanyak 4 mahasiswa Pria dan 88% atau sebanyak 28 mahasiswa Gambar 10 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 11 57 JURNAL LENTERA BISNIS Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Informatika Komputer Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Dari Tabel 1 dan Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11, terlihat Pencapaian Target profit lebih dari Rp. 500.000,- mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 secara total sebanyak 58 mahasiswa (53%) mencapai target profit dan 51 Mahasiswa (45%) tidak mencapai target profit. Dengan pembagian untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran sebanyak 61% atau sebanyak 34 mahasiswa yang mencapai target profit dan 39% atau sebanyak 22 mahasiswa yang tidak mencapai target profit, untuk program pendidikan Komputer Akuntansi sebanyak 56% atau sebanyak 18 mahasiswa yang mencapai target profit dan 44% atau sebanyak 14 mahasiswa tidak mencapai target profit, untuk program pendidikan Informatika Komputer sebanyak 29% atau sebanyak 6 mahasiswa mencapai target profit dan 71% atau sebanyak 15 mahasiswa tidak mencapai target profit. VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Wanita Program Adminstrasi Perkantoran Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Dari Tabel 1 dan Gambar 12 dan Gambar 13, terlihat berdasarkan Jenis Kelamin / Gender mahasiswa untuk program pendidikan Administrasi Perkantoran mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 yang Pencapaian Target profit lebih dari Rp. 500.000,dengan Gender/Jenis Kelamin Pria total sebanyak 16 mahasiswa dengan rincian sebanyak 9 mahasiswa (56%) mencapai target profit dan 7 Mahasiswa (44%) tidak mencapai target profit. Sementara dengan Gender/Jenis Kelamin Wanita total sebanyak 40 mahasiswa dengan rincian sebanyak 25 mahasiswa (62%) mencapai target profit dan 15 Mahasiswa (38%) tidak mencapai target profit. Gambar 14 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria Program Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 12 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria Program Adminstrasi Perkantoran Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 15 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Wanita Program Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 13 58 JURNAL LENTERA BISNIS Dari Tabel 1 dan Gambar 14 dan Gambar 15, terlihat berdasarkan Jenis Kelamin / Gender mahasiswa untuk program pendidikan Komputer Akuntansi mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 yang Pencapaian Target profit lebih dari Rp. 500.000,- dengan Gender/Jenis Kelamin Pria total sebanyak 4 mahasiswa dengan rincian sebanyak 2 mahasiswa (50%) mencapai target profit dan 2 Mahasiswa (50%) tidak mencapai target profit. Sementara dengan Gender/Jenis Kelamin Wanita total sebanyak 28 mahasiswa dengan rincian sebanyak 16 mahasiswa (57%) mencapai target profit dan 12 Mahasiswa (43%) tidak mencapai target profit. Gambar 16 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria Program Informatika Komputer Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu Gambar 17 Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Wanita Program Informatika Komputer Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar minggu Dari Tabel 1 dan Gambar 16 dan Gambar 17, terlihat berdasarkan Jenis Kelamin / Gender mahasiswa untuk program pendidikan Informatika Komputer mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015 VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 yang Pencapaian Target profit lebih dari Rp. 500.000,dengan Gender/Jenis Kelamin Pria total sebanyak 16 mahasiswa dengan rincian sebanyak 4 mahasiswa (25%) mencapai target profit dan 12 Mahasiswa (75%) tidak mencapai target profit. Sementara dengan Gender/Jenis Kelamin Wanita total sebanyak 5 mahasiswa dengan rincian sebanyak 2 mahasiswa (40%) mencapai target profit dan 3 Mahasiswa (60%) tidak mencapai target profit. PENUTUP Kesimpulan Kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Salah satu strategi pembelajaran Kewirausahaan yang dapat membantu mahasiswa agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah project-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Evaluasi Pembelajaran Matakuliah Kewirausahaan berbasis proyek (Target Profit) pelaksanaan dengan menggunakan metode Objective Oriented Approach yang dipopulerkan oleh Tyler. Tujuan pembelajaran matakuliah Kewirausahaan pada Politeknik LP3I Kampus Pasarminggu yaitu 30% Lulusan mahasiswa menjadi pengusaha / mencapai Target Profit lebih dari Rp. 500.000,selama semester 2 maka didapat hasil secara keseluruhan dari total 109 mahasiswa maka sebanyak sebanyak 58 mahasiswa (53%) mencapai target profit dan 51 Mahasiswa (45%) tidak mencapai target profit. Dengan pembagian untuk 59 JURNAL LENTERA BISNIS program pendidikan Administrasi Perkantoran sebanyak 61% atau sebanyak 34 mahasiswa yang mencapai target profit dan 39% atau sebanyak 22 mahasiswa yang tidak mencapai target profit, untuk program pendidikan Komputer Akuntansi sebanyak 56% atau sebanyak 18 mahasiswa yang mencapai target profit dan 44% atau sebanyak 14 mahasiswa tidak mencapai target profit, untuk program pendidikan Informatika Komputer sebanyak 29% atau sebanyak 6 mahasiswa mencapai target profit dan 71% atau sebanyak 15 mahasiswa tidak mencapai target profit. Seluruh mahasiswa dari program pendidikan administrasi perkantoran dan Komputer Akuntansi mencapai target profit dengan jumlah mahasiswa lebih dari 30% sedangkan hanya prgram pendidikan Informatika saja yang tidak mencapai target profit Rp. 500.000 dengan ketentuan 30% jumlah mahasiswa Informatika Komputer, jika ditelusuri maka dari gender / jenis kelamin laki-laki untuk program pendidikan informatika Komputer kurang dapat menerima pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran matakuliah Kewirausahaan berbasis Proyek dapat terus dijalankan di Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu, dengan memberikan kombinasi model atau strategi pembelajaran khusus untuk program pendidikan Informatika Komputer seperti model Collaborative Learning. Penelitian ini masih harus terus dikembangkan di institusi lain sehingga hasilnya dapat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran Kewirausahaan khususnya di Perguruan Tinggi. DAFTAR PUSTAKA Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning. Chr. Argo Widiharto, Wiwik Kusdaryani, Agus Setiawan . 2015. Pembelajaran Berbasis Proyek pada VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Mata Kuliah Psikologi Kewirausahaan dalam Meningkatkan Sikap Entrepreneur Mahasiswa Semester VII BK Cord, 2001. Contextual Learning Resource. http://www.cord.org. Diakses 3 Desember 2006 Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Desi Handayani. 2010. Pembelajaran Berbasis Projek Pada Perkuliahan Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Kemandirian Dan Prestasi Belajar Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Modul Pembelajaran Kewirausahaan Doppelt, Y. 2003. Implementation and assessment of project-basd learning in flexible environment. Instructional Journal of Technology and Design Education. Volume 13 Page 255-272. 16 Esche, S.K. 2002. Project-Based Learning (PBL) in a Course on Mechanisms and Machine Dynamics. World Transactions on Engineering and Technology Education. Volume I. No. 2. 201-204. http://www.eng. monash.edu.au. Diakses 29 Juni 2008. Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000. Experiences of Project-Based Teaching Applied In The Field of Psychology. Journal Social Management Science. 2000. Volume VII. Page 173-190 Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning?. http://members.aol.com 60 JURNAL LENTERA BISNIS I Nyoman Doni Pramana. 2000 . Evaluasi Pendidikan Koch, Chlosta. S, & Klandt. H. 2006. Project Seminar Business Plan Development-An Analysis Of Integrative Project-Based ProjectBased Entrepreneurship Education. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability. Volume II (2). May. Page 1-16. Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko. 2000. Finland Work-Based Learning in Vocational Higher Education Programmes: A Finish Case of Project Learning. Paper Presentation. Institut for Educational Research University of Jyvakyla. Page 3-18. Lilik Maftuhatin . 2000. Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dikelas Inklusif di SD Plus Darul Ulum Jombang Marta Peris Ortiz . 2016 . Education Tools for Entrepreneurship Creating an Action-Learning Environment through Educational Learning Tools. Newyork:Springer. VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993 Professional Development. Volume II. Page 460-480. Sudijono. Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada The George Lucas Educational Foundation .2005.Instructional Module ProjectBased Learning. http://www.edutopia.org/modules/P BL /whatpbl.php Diakses tanggal 27 September 2008. Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A. Handbook for Middle and High School Teachers. http://www.bgsu.edu/organizations/c tl/proj.html. Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. Retrieved 18 July 2005 from http://www.autodesk.com/foundatio n Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist Learning Environment Educational Technology. Publications Englewood Cliffs. New Jersey. Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004. A Project-Based Approach to Entreprenurial Leadership Education. Journal Technovation. Desember. Volume XX. Page 1-16. Rukka, Muhammad Rusli. 2011. Buku Ajar Kewirusahaan -1.. Makassar :Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Rosenfeld, Sherman; Benhur, Yehuda. 2001. Project-Based Learning (PBL) In Science and Technology: A Case Study of Professional Development. Journal of Action Research and 61