evaluasi pembelajaran matakuliah kewirausahaan berbasis proyek

advertisement
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
EVALUASI PEMBELAJARAN MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS PROYEK PADA POLITEKNIK LP3I JAKARTA
KAMPUS PASAR MINGGU
Oleh :
Edi Wahyu Wibowo
Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 - 31904599
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Salah
satu strategi pembelajaran Kewirausahaan yang dapat membantu mahasiswa agar
memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam
penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah projectbased learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek. Evaluasi Pembelajaran
Matakuliah Kewirausahaan berbasis proyek (Target Profit) pelaksanaan dengan
menggunakan metode Objective Oriented Approach yang dipopulerkan oleh Tyler. Tujuan
pembelajaran matakuliah Kewirausahaan pada Politeknik LP3I Kampus Pasarminggu
yaitu 30% Lulusan mahasiswa menjadi pengusaha / mencapai Target Profit lebih dari Rp.
500.000,- selama semester 2 maka didapat hasil secara keseluruhan dari total 109
mahasiswa maka sebanyak sebanyak 58 mahasiswa (53%) mencapai target profit dan 51
Mahasiswa (45%) tidak mencapai target profit, hanya program pendidikan Informatika
saja yang tidak mencapai target profit, jika ditelusuri maka dari gender / jenis kelamin lakilaki untuk program pendidikan informatika Komputer kurang dapat menerima
pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran matakuliah Kewirausahaan berbasis Proyek
dapat terus dijalankan di Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasarminggu, dengan
memberikan kombinasi strategi pembelajaran khusus untuk program pendidikan
Informatika Komputer seperti strategi Collaborative Learning.
Kata kunci : Kewirausahaan, Project Based Learning, Evaluasi Pembelajaran
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menyebabkan
sebuah negara menjadi maju adalah ketika
jumlah wirausahawan yang terdapat di
negara tersebut berjumlah 2% dari
populasi penduduknya. Saat ini, jumlah
wirausaha yang terdapat di Indonesia
mencapai 400 ribu jiwa atau kurang dari
1% populasi penduduk Indonesia yang
berkisar 200 juta jiwa. Kondisi ini sangat
berbanding terbalik dengan yang terjadi di
Amerika Serikat misalnya yang memiliki
jumlah wirausaha sebesar 11,5% dari
JURNAL LENTERA BISNIS
populasi penduduknya atau negara
tetangga yaitu Singapura dengan 7,2%
warganya bekerja sebagai wirausaha.
Efeknya tidak mengherankan bila kedua
negara tersebut menjadi salah satu negara
dengan perkembangan ekonomi termaju di
dunia. Jika melihat jumlah kebutuhan
wirausaha baru untuk memposisikan
Indonesia sebagai negara maju, setidaknya
masih butuh waktu 25 tahun lagi untuk
mencapainya (Rukka, 2011).
Estimasi waktu yang cukup lama
tersebut menuntut perlu segera diupayakan
langkah-langkah agar jumlah wirausaha
baru dapat bertambah dengan waktu
pencapaian yang relatif singkat. Salah satu
langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan penciptaan wirausaha baru yang
berasal dari lulusan perguruan tinggi.
Penciptaan lulusan perguruan tinggi yang
menjadi seorang wirausahawan tidak serta
merta
mudah
untuk
dilaksanakan.
Berdasarkan bukti empiris di lapangan,
terdapat kecenderungan bahwa lulusan
perguruan tinggi lebih senang memilih
bekerja
dengan
tingkat
kenyamanan/keamanan serta kemapanan
dalam waktu yang singkat.
Dari sisi pembentukan karakter
seorang wirausaha/enterpreneur, perguruan
tinggi sudah seharusnya menciptakan
atmosfer yang dapat mendorong sikap
mandiri bagi sivitas akademika. Hal ini
dapat dicapai melalui; 1) Mengembangkan
dan membiasakan unjuk kerja yang
mengedepankan ide kreatif dalam berpikir
dan sikap mandiri bagi mahasiswa dalam
proses pembelajaran (menekankan model
latihan, tugas mandiri, problem solving,
cara mengambil keputusan, menemukan
peluang, dst), 2) Menanamkan sikap dan
perilaku jujur dalam komunikasi dan
bertindak
dalam
setiap
kegiatan
pengembangan,
pendidikan,
dan
pembelajaran sebagai modal dasar dalam
membangun mental entrepreneur pada diri
mahasiswa, 3) Para praktisi pendidikan
juga perlu sharing dan memberi dukungan
atas
komitmen
pendidikan
mental
entrepreneurship ini kepada lembaga-
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
lembaga terkait dengan pelayanan bidang
usaha yang muncul di masyarakat agar
benar-benar berfungsi dan benar-benar
menyiapkan
kebijakan
untuk
mempermudah dan melayani masyarakat.
Praktisi pendidikan penting juga menjalin
hubungan erat dengan dunia usaha agar
benar-benar terjadi proses learning by
doing.
Salah satu strategi pembelajaran
yang dapat membantu mahasiswa agar
memiliki kreativitas berfikir, pemecahan
masalah, dan interaksi serta membantu
dalam penyelidikan yang mengarah pada
penyelesaian
masalah-masalah
nyata
adalah project-based learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis proyek (Thomas,
1999; Esche, 2002; The George Lucas
Educational Foundation, 2005; Turgut,
2008). Project-based learning dapat
menstimulasi motivasi, proses, dan
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa
dengan menggunakan masalah-masalah
yang berkaitan dengan mata kuliah tertentu
pada situasi nyata. Salah satu hal yang
menarik mengapa project-based learning
penting
untuk
diterapkan
adalah
ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang
mendahuluinya.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa 90% mahasiswa yang
mengikuti
proses
belajar
dengan
implementasi project-based learning yakin
dan optimis dapat mengimplementasikan
project-based learning dalam dunia kerja
serta
dapat
meningkatkan
prestasi
akademiknya ( Koch, Chlosta. S, &
Klandt. H, 2006). Selain itu hasil
penelitian survei dari (Lasonen, Johanna,
Vesterinen, & Pirkko, 2000) menunjukkan
78 % mahasiswa mengatakan bahwa
kurikulum yang berbasis project-based
learning dapat membantu membekali
mahasiswa untuk persiapan memasuki
dunia kerja, karena mahasiswa belajar
bukan hanya secara teori melainkan
praktek di lapangan.
Untuk merangsang kegiatan peserta
didik
dalam
menempuh
program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka
tidak mungkin timbul kegairahan atau
46
JURNAL LENTERA BISNIS
rangsangan pada diri peserta didik untuk
memperbaiki
dan
meningkatkan
prestasinya masing-masing.
Untuk
mencari dan menemukan faktor-faktor
penyebab
keberhasilan
dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam
mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar
atau cara-cara perbaikannya.
KAJIAN TEORI
Kewirausahaan
Definisi
kewirausahaan
adalah
kesadaran dalam meningkatkan peluang
baru dalam bisnis, selalu ada hubungannya
dengan menciptakan baru dan cara
penggunaan
sumber
daya
alam.
Kewirausahaan adalah tentang mengadopsi
pola pikir dan sistem kepercayaan bahwa
selalu ada cara untuk menggunakan
kreativitas, gairah, dan visi terinspirasi
untuk menciptakan nilai dalam dunia-atau
mengambil sesuatu yang sudah ada dan
membuatnya lebih baik. Sementara
definisi pengusaha dapat diidentifikasi
sebagai sekelompok besar individu yang
berani untuk kemajuan ekonomi, mereka
melakukan sesuatu dengan cara-cara cepat
dan baru serta lebih baik dalam melakukan
sesuatu. Pengusaha memiliki peran
manajerial. Ia bertindak sebagai pemimpin
dan manajer karena menjadi peran penting
dalam koordinasi produksi dan distribusi
(Marta Peris, 2016).
Adapun kewirausahaan merupakan
sikap mental dan sifat jiwa yang selalu
aktif dalam berusaha untuk memajukan
karya baktinya dalam rangka upaya
meningkatkan pendapatan di dalam
kegiatan
usahanya.
Selain
itu,
kewirausahan adalah kemampuan kreatif
dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan
sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan
seuatu yang baru dan berbeda (create new
and different) melaui berpikir kreatif dan
bertindak inovatif untuk menciptakan
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
peluang dalam menghadapi tantangan
hidup. Pada hakekatnya, kewirausahaan
adalah sifat, ciri, dan watak seseorang
yang
memiliki
kemauan
dalam
mewujudkan gagasan inovatif kedalam
dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada,
setidaknya terdapat 6 hakekat penting
kewirausahaan yaitu:
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses,
dan hasil bisnis.
2. Kewirausahaan
adalah
suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (ability to create
the new and different).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan
persoalan
dan
menemukan
peluang
untuk
memperbaiki kehidupan.
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha
(start-up phase) dan perkembangan
usaha (venture growth).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses
dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), dan sesuatu yang berbeda
(inovative) yang bermanfaat memberi
nilai lebih.
6. Kewirausahaan
adalah
usaha
menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan
sumber-sumber
melaui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan. Nilai
tambah tersebut dapat diciptakan
dengan cara mengembangkan teknologi
baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan
cara
baru
untuk
menghasilkan barang dan jasa yang
baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan
cara
baru
untuk
memberikan
kepuasan
kepada
konsumen.
47
JURNAL LENTERA BISNIS
Berdasarkan keenam konsep diatas,
secara ringkas kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan
kreatif dan inovatif (create new and
different) yang dijadikan kiat, dasar,
sumber daya, proses dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa
yang dilakukan dengan keberanian untuk
menghadapi risiko. Dari segi karakteristik
perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah
mereka yang mendirikan, mengelola,
mengembangkan, dan melembagakan
perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha
adalah mereka yang bisa menciptakan
kerja bagi orang lain dengan berswadaya.
Definisi ini mengandung asumsi bahwa
setiap orang yang mempunyai kemampuan
normal, bisa menjadi wirausaha asal mau
dan mempunyai kesempatan untuk belajar
dan berusaha. Berwirausaha melibatkan
dua unsur pokok (1) peluang dan (2)
kemampuan menanggapi peluang.
Kewirausahaan merupakan faktor
penting dalam pengembangan dan
kesejahteraan
masyarakat,
hal
ini
mendorong perguruan tinggi untuk
memperkenalkan kompetensi yang dimuat
dalam kurikulum pada hampir semua
bidang dan program (Marta Peris, 2016).
Interaksi dengan mitra sektor swasta dan
publik telah bertambah, dan kantor-kantor
telah menciptakan untuk membantu
membentuk perusahaan baru.. Siswa
memiliki akses mendapatkan pelatihan
melalui kegiatan ekstra kurikuler dan mata
pelajaran. Namun, kewirausahaan dalam
studi penelitian belum cukup terintegrasi
ke dalam kurikulum lembaga pendidikan
tinggi. Sebagian besar keterampilan tidak
dipertimbangkan dalam kurikulum mata
pelajaran, sementara keterampilan ini
dapat dipelajari baik secara langsung atau
dengan menentukan kompetensi di
program pendidikan tinggi. Pada dasarnya
pendidikan
tinggi
mengembangkan
pengajaran
dan
strategi
yang
meningkatkan kewirausahaan pada siswa
mereka belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Project-based learning merupakan
sebuah model pembelajaran yang sudah
banyak dikembangkan di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat. Jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,
project based learning bermakna sebagai
pembelajaran berbasis proyek. Projectbased learning adalah sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
(Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, &
Michaelson, 1999; Moss, Van-Duzer,
Carol, 1998). Project-based learning
berfokus pada konsep-konsep dan prinsipprinsip utama (central) dari suatu disiplin,
melibatkan mahasiswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainya, memberi peluang
mahasiswa bekerja secara otonom
mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan
puncaknya menghasilkan produk karya
mahasiswa bernilai, dan realistik (Okudan.
Gul E. dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Berbeda
dengan
model-model
pembelajaran tradisional yang umumnya
bercirikan praktik kelas yang berdurasi
pendek, terisolasi/lepas-lepas, dan aktivitas
pembelajaran berpusat pada dosen, maka
model project-based learning lebih
menekankan pada kegiatan belajar yang
relatif berdurasi panjang, holistikinterdisipliner, perpusat pada pebelajar,
dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu
dunia nyata. Dalam project-based learning
mahasiswa belajar dalam situasi problem
yang nyata, yang dapat melahirkan
pengetahuan yang bersifat permanen dan
mengorganisir
proyek-proyek
dalam
pembelajaran
(Thomas,
2000).
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu
pendekatan pendidikan yang efektif yang
berfokus
pada
kreatifitas
berfikir,
pemecahan masalah, dan interaksi antara
siswa dengan kawan sebaya mereka untuk
menciptakan
dan
menggunakan
pengetahuan
baru.
Khususnya
ini
dilakukan dalam konteks pembelajaran
aktif, dialog ilmiah dengan supervisor
yang aktif sebagai peneliti.
48
JURNAL LENTERA BISNIS
Berdasarkan
pendapat-pendapat
tersebut,
project-based
learning
merupakan strategi pembelajaran yang
dikembangkan
berdasarkan
faham
pembelajaran konstruktivis yang menuntut
peserta
didik
menyusun
sendiri
pengetahuannya
(Doppelt,
2003).
Konstruktivisme adalah teori belajar yang
mendapat dukungan luas yang bersandar
pada ide bahwa mahasiswa membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri (Wilson, 1996).
Pendekatan project-based learning dapat
dipandang sebagai salah satu pendekatan
penciptaan lingkungan belajar yang dapat
mendorong mahasiswa mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan secara
personal.
Buck Institute for Education (1999)
menyebutkan
bahwa
project-based
learning memiliki karakteristik, yaitu: (a)
mahasiswa sebagai pembuat keputusan,
dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat
masalah yang pemecahannya tidak
ditentukan sebelumnya, (c) mahasiswa
sebagai perancang proses untuk mencapai
hasil, (d) mahasiswa bertanggungjawab
untuk mendapatkan dan mengelola
informasi
yang
dikumpulkan,
(e)
melakukan evaluasi secara kontinu, (f)
mahasiswa secara teratur melihat kembali
apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir
berupa produk dan dievaluasi kualitasnya,
dan (h) kelas memiliki atmosfer yang
memberi
toleransi
kesalahan
dan
perubahan.
Project based learning memiliki
potensi yang besar untuk membuat
pengalaman belajar yang menarik dan
bermakna
bagi
mahasiswa
untuk
memasuki lapangan kerja. Menurut Gaer
(1998), di dalam project-based learning
yang diterapkan untuk mengembangkan
kompetensi setelah mahasiswa bekerja di
perusahaan, mahasiswa menjadi lebih aktif
di dalam belajar, dan banyak keterampilan
yang berhasil dibangun dari proyek di
dalam kelasnya, seperti keterampilan
membangun tim, membuat keputusan
kooperatif, pemecahan masalah kelompok,
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
dan pengelolaan tim. Keterampilanketerampilan tersebut besar nilainya ketika
sudah memasuki lingkungan kerja. dan
merupakan keterampilan yang sukar
diajarkan
melalui
pembelajaran
tradisional.
Adapun Langkah-langkah dalam
Project Based Learning :
Kegiatan workshop project-based learning
bagi tutor menurut Rosenfeld (2001)
terdiri dari: (1) membuat pertanyaan yang
akan dijadikan proyek, (2) memilih
pertanyaan utama atau menentukan
proyek, (3) membaca dan mencari materi
yang relevan dengan masalah, (4)
merancang masalah, (5) merancang/
metode yang tepat dalam memecahkan
masalah, (6) menulis proyek proposal, (7)
implementasi dan membuat dokumen
tugas, (8) analisis data dan membuat
simpulan, (9) membuat laporan final, (10)
mempresentasikan proyek final.
Langkah yang lebih singkat untuk
mahasiswa menurut Gabriella (2000) dan
Thomas (2000) adalah: Pertama persiapan
formulasi problem (memilih tema proyek,
membuat pertanyaan, membuat list,
membuat
defenisi,
memilih
dan
memutuskan
proyek,
memformulasi
problem dan hipotesis). Ini adalah tahapan
standar pengantar pembelajaran dimana
informasi dan jadwal dibuat mahasiswa
berusaha memahami satu sama lain dengan
memperkenalkan diri dan mengumpulkan
harapannya di dalam keseluruhan aktivitas
proyek. Kedua integrasi, ini merupkan
langkah proses yang terdiri dari sejumlah
aktifitas berkenaan dengan persiapan dan
langkah penting pengerjaan suatu proyek.
1. Merancang
dan
menyiapkan
perlengkapan
untuk
proyek,
menentukan metode, tempat, dan
gejala-gejala.
2. Pembentukan kelompok dan pemilihan
proyek: mahasiswa diharapkan untuk
memecahkan permasalahan yang dipilih
secara jujur dalam kelompok kecil.
3. Pengumpulan informasi: presentasi
ringkas dan diskusi proyek individual,
49
JURNAL LENTERA BISNIS
yang
mendukung
pengumpulan
berbagai pandangan atas proyek.
4. Langkah kerja proyek: langkah kerja
merupakan bagian penting dari kerja
kelompok. Adapun hal-hal yang dilihat
berkaitan dengan bagaimana motivasi
mahasiswa dalam mengikuti projectbased learning, cara mahasiswa dalam
melakukan problem-solving, proses
kolaborasi antar mahasiswa dan dosen,
serta kemandirian mahasiswa dalam
menyelesaikan proyek-proyek.
Project-based learning sebagai
model pembelajaran yang kooperatif dan
akomodatif terhadap kemampuan anak
menuju proses berpikir yang bebas dan
kreatif.
Implementasi
project-based
learning ialah pada keikutsertaan pebelajar
dalam memahami realitas kehidupan dari
yang konkret sampai yang abstrak.
Realitas kehidupan ini akan menjadi
sumber inspirasi dan kreativitas dalam
melakukan analisis dan membangun visi
kehidupan. Thomas (2000) berpendapat
bahwa PBL terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Ini adalah tahapan standar pengantar
pembelajaran dimana informasi dan
jadwal dibuat. mahasiswa berusaha
memahami satu sama lain dengan
memperkenalkan
diri
dan
mengumpulkan harapannya di dalam
keseluruhan aktifitas proyek.
2. Proses PBL
Ini adalah tahapan-utama pembelajaran
dan terdiri dari sejumlah aktifitas
berkenaan dengan persiapan dan
langkah penting pengerjaan suatu
proyek. Tahap ini meliputi: (a)
pembentukan kelompok dan pemilihan
proyek, (b) pengumpulan informasi,
dan (c) langkah kerja proyek.
3. Tahap Evaluasi
Pola ini menunjukan bentuk aktifitas di
dalam melakukan penilaian terhadap
mahasiswa. Feedback membantu dosen
dalam
menafsirkan
penguasaan
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
mahasiswa tehadap proyek yang telah
dikerjakannya.
Belajar berbasis proyek (projectbased learning) adalah sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
(Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, &
Michaelson, 1999; Moss & Van-Duzer,
1998). Fokus pembelajaran terletak pada
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin studi, melibatkan mahasiswa
dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain,
memberi kesempatan mahasiswa bekerja
secara otonom mengkonstruk pengetahuan
mereka sendiri, dan mencapai puncaknya
menghasilkan produk nyata (Thomas,
2000).
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris
evaluation yang berarti penilaian. Evaluasi
diartikan sebagai suatu proses penilaian
untuk
mengambil
keputusan
yang
menggunakan
seperangkat
hasil
pengukuran dan berpatokan kepada tujuan
yang telah dirumuskan.
Ada beberapa definisi evaluasi
menurut para ahli, (Daryanto, 1999)
diantaranya,
1. Blom
Evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah
pengumpulan
kenyataan
secara
sistematis untuk menetapkan apakah
dalam kenyataannya terjadi perubahan
dalam diri siswa dan menetapkan mana
tingkat perubahan dalam pribadi siswa.
2. Stufflebeam
Evaluasi
merupakan
proses
menggambarkan, memperoleh dan
menyajikan informasi yang berguna
untuk menilai alternatif keputusan.
3. Robert L. Thorndike dan Elizabeth
Hagen, menjelaskan evaluasi tersebut
dengan mengatakan bahwa evaluasi itu
berhubungan
dengan
pengukuran.
Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas,
karena dalam evaluasi juga termasuk
50
JURNAL LENTERA BISNIS
penilaian formal dan penilaian intuitif
mengenai kemajuan peserta didik.
Evaluasi juga mencakup penilaian
tentang apa yang baik dan apa yang
diharapkan. Dengan demikian hasil
pengukuran yang benar merupakan
dasar yang kokoh untuk melakukan
evaluasi.
Dari beberapa definisi ahli diatas
dapat disimpulkan pengertian evaluasi
sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat
apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak berharga, dan dapat
pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Sedangkan Evaluasi
Pendidikan merupakan proses untuk
menentukan
tujuan
pendidikan
dibandingkan tujuan yang telah ditentukan
(Sudijono, 2009), atau secara umum dapat
diartikan bahwa evaluasi pendidikan
sebagai suatu kegiatan penilaian yang
dilakukan didalam dunia pendidikan.
Adapun secara khusus, fungsi
evaluasi dalam dunia pendidikan dapat
ditilik dari tiga segi, yaitu:
1. Segi psikologis.
2. Segi didaktik.
3. Segi administratif.
Secara psikologis, kegiatan evaluasi
dalam bidang pendidikan di sekolah dapat
disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta
didik dan dari sisi pendidik. Bagi peserta
didik,
evaluasi
pendidikan
secara
psikologis akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk
mengenal kapasitas dan status dirinya
masing-masing di tengah-tengah kelompok
atau kelasnya. Dengan dilakukannya
evaluasi terhadap hasil belajar siswa, maka
para siswa yang berkemampuan tinggi,
berkemampuan
rata-rata,
ataukah
berkemampuan rendah. Demikian pula
dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar
tersebut
maka
para
siswa
yang
bersangkutan akan menjadi tahu atau
mengerti: dimanakah posisi (letak) dirinya
di tengah teman-temannya. Apakah dia
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
termasuk siswa kelompok atas (pandai),
tengah (sedang), ataukah termasuk dalam
kelompok bawah (bodoh). Bagi pendidik,
evaluasi pendidikan akan memberikan
kepastian atau ketetapan hati kepada diri
pendidik tersebut, sudah sejauh manakah
kiranya usaha yang telah dilakukannya
selama ini telah membawa hasil, sehingga
ia secara psikologis memiliki pedoman
atau pegangan batin yang pasti guna
menentukan langkah-langkah apa saja
yang
dipandang
perlu
dilakukan
selanjutnya.
Misalnya,
dengan
menggunakan metode-metode mengajar
tertentu, hasil-hasil belajar siswa telah
menunjukan adanya peningkatan daya
serap terhadap materi yang telah diberikan
kepada para siswa tersebut, karena itu
penggunaan metode-metode mengajar tadi
akan terus dipertahankan. Sebaliknya,
apabila hasil-hasil belajar siswa ternyata
tidak menggembirakan, maka pendidik
akan berusaha melakukan perbaikanperbaikan dan penyempurnaan sehingga
hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Bagi peserta didik, secara didaktik
evaluasi
pendidikan
akan
dapat
memberikan dorongan kepada mereka
untuk dapat memperbaiki, meningkatkan
dan mempertahankan prestasinya. Evaluasi
hasil belajar itu misalnya, akan
menghasilkan untuk masing-masing siswa.
Ada siswa yang nilainya jelek, karena itu
siswa
tersebut
terdorong
utnuk
memperbaikinya, agar utnuk waktu-waktu
yang akan datang nilai hasil belajarnya
tidak sejelek sekarang. Ada siswa yang
nilainya tidak jelek, tetapi belum dapat
dikatakan baik atau memuaskan, karena itu
siswa tersebut akan memperoleh dorongan
utnuk meningkatkan prestasi belajarnya
pada masa-masa yang akan datang.
Adapula siswa yang nilainya baik, dengan
nilai yang sudah baik itu, siswa yang
bersangkutan akan termotivasi untuk
mempertahankan prestasi yang tinggi itu,
agar tidak mengalami penurunan pada
masa-masa yang akan datang. Bagi
pendidik, secara didaktik evaluasi
51
JURNAL LENTERA BISNIS
pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki
lima macam fungsi. yaitu:
1. Memberikan landasan utnuk menilai
hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai
oleh peserta didiknya.
Disini evaluasi diaktakan berfungsi
memeriks pada bagian-bagian manakah
para peserta didik mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, untuk
selanjutnya dapat dicari jalan keluar
untuk menagtasinya. Jadi disini
evaluasi mempunyai sifat diagnostik.
2. Memberikan informasi yang sangat
berguna, untuk mengetahui posisi
masing-masing peserta didik di tengahtengah kelompoknya.
Dalam hubungan ini, evaluasi sangat
diperlukan untuk dapat menentukan
secara pasti, pada kelompok manakah
kiranya
seorang
peserta
didik
seharusnya ditempatkan. Jadi disini
evaluasi memiliki fungsi placement.
3. Memberikan bahan yang penting untuk
memilih dan kemudian menetapkan
status peserta didik.
Dalam
hubungan
ini,
evaluasi
pendidikan
dilakukan
untuk
menetapkan, apakah seorang peserta
didik dapat dinyatakan lulus atau tidak
lulus, naik kelas atau tidak. Sehingga
evaluasi memiliki fungsi selektif.
4. Memberikan pedoman utnuk mencari
dan menemukan jalan keluar bagi
peserta
didik
yang
memang
memerlukannya.
Berlandaskan pada hasil evaluasi,
pendidik dimungkinkan untuk dapat
meberikan petunjuk dan bimbingan
kepada para peserta didik. Dalam
keadaan ini evaluasi memiliki fungsi
bimbingan.
5. Memberikan petunjuk tentang sudah
sejauh manakah program pengajaran
yang telah ditentukan telah dapat
dicapai.
Disini evaluasi dikatakan memiliki
fungsi instruksional, yaitu melakukan
pembandingan
antara
tujuan
instruksional khusus (TIK) yang telah
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
ditentukan untuk masing-masing mata
pelajaran dengan hasil-hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik
bagi masing-masing mata pelajaran
tersebut, dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Adapun
secara
administratif,
evaluasi pendidikan setidak-tidaknya
memiliki tiga macam fungsi, yaitu:
1. Memberikan Laporan
Dengan melakukan evaluasi, akan dapat
disusun dan disajikan laporan mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta
didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
Laporan
mengenai
perkembangan dan kemajuan belajar
peserta didik biasanya tertuang dalam
bentuk raport (untuk siswa), atau KHS
(untuk mahasiswa), yang selanjutnya
disampaikan ke pada orang tua peserta
didik tersebut pada setiap akhir
semester.
2. Memberikan Bahan-bahan Keterangan
(Data)
Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil
belajar peserta didik yang diperoleh
dari
kegiatan
evaluasi,
adalah
merupakan data yang sangat penting
untuk
keperluan
pengambilan
keputusan pendidikan dan lembaga
pendidikan, apakah seseorang peserta
didik dapat dinyatakan tamat belajar,
dapat dinyatakan naik kelas, tinggal
kelas, lulus atau tidak lulus.
3. Memberikan Gambaran
Dari kegiatan evaluasi hasil belajar
yang telah dilakukan untuk berbagai
jenis mata peajaran / mata kuliah
misalnya, akan dapat tergambar bahwa
dalam
mata
pelajaran
tertentu
(misalnya:
Matematika,
IPA,
Kewirausahaan).
Pendekatan
evaluasi
program
pendidikan yang banyak dikenal dan
sering
dijadikan
rujukan
dalam
pelaksanaan evaluasi program pendidikan
salah-satu nya yakni Objective-Oriented
52
JURNAL LENTERA BISNIS
Approach yang dipopulerkan oleh Tyler.
Objective Oriented Approach (pendekatan
penilaian berorientasi tujuan) adalah
pendekatan dalam melakukan evaluasi
program yang menitik beratkan pada
penilaian ketercapaian tujuan. Oleh karena
itu, pandangan ini mempersyaratkan
bahwa suatu program pendidikan harus
menetapkan atau merumuskan tujuantujuan spesifiknya secara jelas. Terhadap
tujuan-tujuan program yang sudah
ditetapkan tersebut barulah evaluasi
program difokuskan. Tujuan program yang
dimaksud bisa saja hanya tujuan dari
sebuah program pembelajaran di kelas
dalam satu mata pelajaran, atau juga tujuan
program dalam pengertian yang lebih luas.
Tyler mendefinisikan penilaian
pendidikan sebagai suatu proses untuk
menentukan sejauhmana tujuan-tujuan
pendidikan dari program sekolah atau
kurikulum tercapai. Pendekatan penilaian
yang dikemukakan Tyler ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan secara jelas
2. Mengklasifikasikan
tujuan-tujuan
tersebut
3. Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam
istilah perilaku terukur
4. Temukan situasi dimana prestasi atau
tujuan dapat diperlihatkan
5. Mengembangkan atau memilih teknikteknik pengukuran
6. Mengumpulkan data
7. Membandingkan data kinerja dengan
tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam
perilaku terukur.
Langkah-langkah
sebagaimana
diuraikan di atas merupakan suatu
siklus,artinya bahwa jika dari hasil
membandingkan data kinerja dengan
tujuan
sudah
diperoleh
berupa
kesenjangan-kesenjangan, maka perlu
dilakukan perumusan/ penentuan ulang
tujuan program yang telah dievaluasi
tersebut. Kalau kita simak secara seksama,
langkah-langkah di atas terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu: 1) bagian yang terkait
dengan kegiatan perencanaan program
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
(langkah satu sampai tiga), 2) bagian yang
secara langsung memang merupakan
kegiatan dalam tahap evaluasi program
(langka empat dan selanjutnya). Dengan
demikian, siklus kegiatan yang dimaksud
sebenarnya lebih merupakan siklus
kegiatan pengelolaan dan pengembangan
program. Hal ini bisa dimaklumi oleh
karena pemikiran ini dilahirkan dalam
rangka pengembangan kurikulum.
METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan
sebagai obyek dalam penelitian ini
adalah Politeknik LP3I Jakarta Kampus
Pasarminggu sebagai salah satu
penyelenggara
pendidikan
untuk
Matakuliah
Kewirausahaan.
Di
Politeknik LP3I Jakarta kampus
Pasarminggu mempunyai beberapa
program pendidikan (Prodi) yaitu
Administrasi Perkantoran, Komputer
Akuntansi,
Informatika Komputer
sedangkan Matakuliah Kewirausahaan
diberikan pada Semester 2 dan 4.
2. Data dan Sumber Data.
a. Data
Dalam penelitian ini digunakan dua
macam data yaitu data primer dan data
sekunder yaitu:
1) Sumber data primer, sumber data
yang dikumpulkan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini sumber data
primernya
adalah
Dosen
Kewirausahaan dan mahasiswa
Politeknik LP3I Jakarta kampus
Pasarminggu program pendidikan
Administrasi Perkantoran, Komputer
Akuntansi, Informatika Komputer.
Data tentang alat evaluasi dan hasil
evaluasi mahasiswa Politeknik LP3I
Kampus
Pasarminggu
khusus
semester 2, ditahun 2015.
2) Sumber data sekunder, data ini
berupa
dokumen
tentang
administrasi (evaluasi pembelajaran)
53
JURNAL LENTERA BISNIS
di Politeknik LP3I Jakarta Kampus
Pasarminggu, atau referensi yang
terkait dengan penelitian.
b. Sumber Data.
Data dalam penelitian ini dapat diperoleh
dari:
1) Person, yaitu sumber data yang dapat
memberikan data berupa jawaban lisan,
sumber data berupa jawaban lisan
melalui wawancara dengan Dosen
Kewirausahaan
serta
Seluruh
Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta
kampus
Pasarminggu
program
pendidikan Administrasi Perkantoran,
Komputer Akuntansi,
Informatika
Komputer
2) Place, yaitu sumber data yang
menyajikan keadaan obyek untuk
penggunaan metode observasi.
3) Data tertulis, sumber data yang
menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau smbol-simbol lain.
Ini
digunakan
pada
metode
dokumentasi.
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Administrasi
Perkantoran, Komputer
Akuntansi, Informatika Komputer.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi dalam penelitian ini
dapat berupa arsip-arsip dokumen tentang
pelaksanaan, perencanaan dan pelaporan
tentang evaluasi pembejaran atau data-data
yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Metode Observasi
Observasi berupa pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai gejala-gejala yang terjadi
terhadap Mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta kampus Pasarminggu program
pendidikan Administrasi Perkantoran,
Komputer
Akuntansi,
Informatika
Komputer.
Teknik Analisis Data.
Peneliti berupaya mengorganisasikan
dan mengurutkan data secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan
lainnya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang kasus yang diteliti. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Bogdan dan Biklen bahwa analisis data
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapta diceritakan kepada orang
lain. Data yang terdapat dalam penelitian
ini berupa data kualitatif yang dihasilkan
melalui wawancara dengan kepala sekolah
dan guru pelaksana pengajaran di kelas
inklusif, dokumentasi dan observasi secara
langsung di sekolah. Selanjutnya data-data
tersebut dinyatakan dalam bentuk narasi
deskriptif
untuk
menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh
subyek. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk menggambarkan kejadian, yang
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
yang terjadi selama penelitian dilakukan di
Politeknik
LP3I
Jakarta
kampus
Pasarminggu
program
pendidikan
Administrasi
Perkantoran, Komputer
Akuntansi, Informatika Komputer.
2. Interview/Wawancara.
Dalam
Interview/Wawancara
Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan data yang berkaitan
dengan
evaluasi
pembelajaran
Kewirausahaan yang dilakukan terhadap
Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta
kampus Pasarminggu program pendidikan
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data hasil temuan
penelitian diperiksa keabsahannya dengan
menggunakan teknik triangulasi yang
memanfaatkan
sesuatu
yang
lain.Triangulasi merupakan suatu teknik
yang tidak hanya sekedar menilai
kebenaran data, tapi juga menyelidiki
Teknik Pengumpulan Data.
Metode ini digunakan dengan
menarik
kesimpulan
dimulai
dari
pernyataan atau fakta khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum.
54
JURNAL LENTERA BISNIS
kebenaran data dan kedalaman penelitian
atau memperoleh keabsahan penemuanpenemuan itu. Teknik triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi dengan
sumber, yang berarti mengecek baik
derajat kepercayaa suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini
dilakukan dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil wawancara
terhadap subjek penelitian dengan data
hasil wawancara dengan sumber
informasi dalam penelitian.
2. Membandingkan data hasil wawancara
dengan data hasil pengamatan
3. Membandingkan data hasil wawancara
dengan isi dokumen yang berkaitan
dengan penelitian.
4. Melakukan member check, melakukan
perbaikan-perbaikan jika ada kekeliruan
dalam pengumpulan informasi atau
menambah
kekurangan-kekurangan
sehingga informasi yang diperoleh
dapat dilaporkan sesuai dengan apa
yang dimaksud informan.
PEMBAHASAN
Hasil
Dalam pembelajaran matakuliah
Kewirausahaan di Politeknik LP3I Jakarta
sudah mempunyai tujuan yang jelas yaitu
:
a. Mahasiswa terbangun sense of business
b. Melatih softskill mahasiswa kaitannya
dengan mentalitas, percaya diri, kreatif
dan inovatif
c. Menyalurkan bakat dan keahlian yang
dimiliki
d. Ajang Kreatifitas dan pembentukan
team building
e. Membantu
Pemerintah
untuk
menghasilkan
wirausaha-wirausaha
Muda yang Smart dan memiliki
intergritas.
f. 30% Lulusan mahasiswa menjadi
pengusaha / mencapai Target Profit
lebih dari Rp. 500.000,- selama
semester 2.
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Untuk mendapatkan nilai dilakukan
dengan pembelajaran berbasis proyek
yaitu pencapaian profit /laba, mahasiswa
diwajibkan untuk melaksanakan atau
melakukan kegiatan usaha dimana besar
profit yang didapatkan akan menentukan
nilai berdasarkan ketentuan yang ada, bagi
mahasiswa yang belum memiliki usaha
sendiri maka mahasiswa dapat melakukan
kegiatan menjual barang atau jasa seperti
di bawah ini:
a. Menjual produk yang disediakan oleh
rumah entrepreneur (Bisnis Center)
b. Menjual produk sendiri yang bekerja
sama dengan pihak non rumah
entrepreneur(Bisnis Center).
c. Menjual jasa dengan memanfaatkan
kompetensi diri seperti :
1. Mengajar private Akuntansi,
Pajak, komputer, mengajar di
sekolah.
2. Membuat aplikasi computer bagi
jurusan computer.
3. Membuat design dan multimedia
presentasi
bagi
program
multimedia
d. Jasa marketing untuk mendapatkan
mahasiswa baru LP3I.
e. Atau kegiatan lainnya yang halal dan
menghasilkan Profit.
Tabel 1
Data Evaluasi Pembelajaran Matakuliah
Kewirausahaan Berbasis Proyek
(Pencapaian Profit) Mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta Kampus Pasar Minggu
55
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Gambar 3.
Grafik Total Mahasiswa Gender Wanita Tahun
2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar
Minggu
Gambar 1
Grafik Total Mahasiswa Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Dari Tabel 1 dan Gambar 1, terlihat
jumlah mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta
Kampus
Pasarminggu
tahun
2015
sebanyak 109 orang dengan pembagian
52% atau sebanyak 56 mahasiswa untuk
program
pendidikan
Administrasi
Perkantoran, 29 % atau sebanyak 32
mahasiswa untuk program pendidikan
Komputer Akuntansi dan 19% atau
sebanyak 21 mahasiswa untuk program
pendidikan Informatika Komputer.
Dari Tabel 1 dan Gambar 2, terlihat
jumlah mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta
Kampus Pasarminggu tahun 2015 Jenis
Kelamin (Gender) Pria sebanyak 36 orang
dengan pembagian 45% atau sebanyak 16
mahasiswa untuk program pendidikan
Administrasi Perkantoran, 11 % atau
sebanyak 4 mahasiswa untuk program
pendidikan Komputer Akuntansi dan 44%
atau sebanyak 16 mahasiswa untuk
program
pendidikan
Informatika
Komputer. Sedangkan dari Tabel 1 dan
Gambar 3, jumlah mahasiswa Jenis
Kelamin (Gender) Wanita sebanyak 73
orang dengan pembagian 55% atau
sebanyak 40 mahasiswa untuk program
pendidikan Administrasi Perkantoran, 38%
atau sebanyak 28 mahasiswa untuk
program pendidikan Komputer Akuntansi
dan 7% atau sebanyak 5 mahasiswa untuk
program
pendidikan
Informatika
Komputer.
Gambar 2
Grafik Total Mahasiswa Gender Pria Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 4
Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa Tahun
2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar
Minggu
56
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Wanita, untuk program pendidikan
Informatika Komputer sebanyak 76% atau
sebanyak 16 mahasiswa Pria dan 24% atau
sebanyak 5 mahasiswa Wanita.
Gambar 5
Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa
Administrasi Perkantoran
Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar
Minggu
Gambar 8
Grafik Pencapaian Target Total Mahasiswa Tahun
2015 Politeknik LP3I Jakarta
Kampus Pasar Minggu
Gambar 6
Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa
Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 9
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Administrasi
Perkantoran Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 7
Grafik Kontribusi Gender Total Mahasiswa
Informatika Komputer Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Dari Tabel 1 dan Gambar 4,
Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7,
terlihat jumlah mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015
berdasarkan Jenis Kelamin (Gender)
secara total sebanyak 36 mahasiswa Pria
(33%) dan 73 Mahasiswa Wanita (67%).
dengan pembagian untuk program
pendidikan Administrasi Perkantoran
sebanyak 71% atau sebanyak 16
mahasiswa Pria dan 29% atau sebanyak 40
mahasiswa Wanita, untuk program
pendidikan Komputerisasi Akuntansi
sebanyak 12% atau sebanyak 4 mahasiswa
Pria dan 88% atau sebanyak 28 mahasiswa
Gambar 10
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa
Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 11
57
JURNAL LENTERA BISNIS
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Informatika
Komputer Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Dari Tabel 1 dan Gambar 8, Gambar
9, Gambar 10 dan Gambar 11, terlihat
Pencapaian Target profit lebih dari Rp.
500.000,- mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015
secara total sebanyak 58 mahasiswa
(53%) mencapai target profit dan 51
Mahasiswa (45%) tidak mencapai target
profit. Dengan pembagian untuk program
pendidikan Administrasi Perkantoran
sebanyak 61% atau sebanyak 34
mahasiswa yang mencapai target profit
dan 39% atau sebanyak 22 mahasiswa
yang tidak mencapai target profit, untuk
program pendidikan Komputer Akuntansi
sebanyak 56% atau sebanyak 18
mahasiswa yang mencapai target profit
dan 44% atau sebanyak 14 mahasiswa
tidak mencapai target profit, untuk
program
pendidikan
Informatika
Komputer sebanyak 29% atau sebanyak 6
mahasiswa mencapai target profit dan 71%
atau sebanyak 15 mahasiswa tidak
mencapai target profit.
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa
Gender Wanita Program Adminstrasi Perkantoran
Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar
Minggu
Dari Tabel 1 dan Gambar 12 dan
Gambar 13, terlihat berdasarkan Jenis
Kelamin / Gender mahasiswa untuk
program
pendidikan
Administrasi
Perkantoran mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015
yang Pencapaian Target profit lebih dari
Rp. 500.000,dengan Gender/Jenis
Kelamin Pria total sebanyak 16 mahasiswa
dengan rincian sebanyak 9 mahasiswa
(56%) mencapai target profit dan 7
Mahasiswa (44%) tidak mencapai target
profit. Sementara dengan Gender/Jenis
Kelamin Wanita total sebanyak 40
mahasiswa dengan rincian sebanyak 25
mahasiswa (62%) mencapai target profit
dan 15 Mahasiswa (38%) tidak mencapai
target profit.
Gambar 14
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria
Program Komputerisasi Akuntansi Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 12
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria
Program Adminstrasi Perkantoran Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 15
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa
Gender Wanita Program Komputerisasi Akuntansi
Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 13
58
JURNAL LENTERA BISNIS
Dari Tabel 1 dan Gambar 14 dan
Gambar 15, terlihat berdasarkan Jenis
Kelamin / Gender mahasiswa untuk
program pendidikan Komputer Akuntansi
mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta
Kampus Pasarminggu tahun 2015 yang
Pencapaian Target profit lebih dari Rp.
500.000,- dengan Gender/Jenis Kelamin
Pria total sebanyak 4 mahasiswa dengan
rincian sebanyak 2 mahasiswa (50%)
mencapai target profit dan 2 Mahasiswa
(50%) tidak mencapai target profit.
Sementara dengan Gender/Jenis Kelamin
Wanita total sebanyak 28 mahasiswa
dengan rincian sebanyak 16 mahasiswa
(57%) mencapai target profit dan 12
Mahasiswa (43%) tidak mencapai target
profit.
Gambar 16
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender Pria
Program Informatika Komputer Tahun 2015
Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar Minggu
Gambar 17
Grafik Pencapaian Target Mahasiswa Gender
Wanita Program Informatika Komputer
Tahun 2015 Politeknik LP3I Jakarta Kampus Pasar
minggu
Dari Tabel 1 dan Gambar 16 dan
Gambar 17, terlihat berdasarkan Jenis
Kelamin / Gender mahasiswa untuk
program
pendidikan
Informatika
Komputer mahasiswa Politeknik LP3I
Jakarta Kampus Pasarminggu tahun 2015
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
yang Pencapaian Target profit lebih dari
Rp. 500.000,dengan Gender/Jenis
Kelamin Pria total sebanyak 16 mahasiswa
dengan rincian sebanyak 4 mahasiswa
(25%) mencapai target profit dan 12
Mahasiswa (75%) tidak mencapai target
profit. Sementara dengan Gender/Jenis
Kelamin Wanita total sebanyak 5
mahasiswa dengan rincian sebanyak 2
mahasiswa (40%) mencapai target profit
dan 3 Mahasiswa (60%) tidak mencapai
target profit.
PENUTUP
Kesimpulan
Kewirausahan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan seuatu yang baru dan berbeda
melalui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam
menghadapi tantangan hidup. Salah satu
strategi pembelajaran Kewirausahaan
yang dapat membantu mahasiswa agar
memiliki kreativitas berfikir, pemecahan
masalah, dan interaksi serta membantu
dalam penyelidikan yang mengarah pada
penyelesaian
masalah-masalah
nyata
adalah project-based learning (PBL) atau
pembelajaran berbasis proyek. Evaluasi
Pembelajaran Matakuliah Kewirausahaan
berbasis
proyek
(Target
Profit)
pelaksanaan dengan menggunakan metode
Objective Oriented Approach yang
dipopulerkan oleh Tyler.
Tujuan pembelajaran matakuliah
Kewirausahaan pada Politeknik LP3I
Kampus Pasarminggu yaitu 30% Lulusan
mahasiswa menjadi pengusaha / mencapai
Target Profit lebih dari Rp. 500.000,selama semester 2 maka didapat hasil
secara keseluruhan dari total 109
mahasiswa maka sebanyak sebanyak 58
mahasiswa (53%) mencapai target profit
dan 51 Mahasiswa (45%) tidak mencapai
target profit. Dengan pembagian untuk
59
JURNAL LENTERA BISNIS
program
pendidikan
Administrasi
Perkantoran sebanyak 61% atau sebanyak
34 mahasiswa yang mencapai target profit
dan 39% atau sebanyak 22 mahasiswa
yang tidak mencapai target profit, untuk
program pendidikan Komputer Akuntansi
sebanyak 56% atau sebanyak 18
mahasiswa yang mencapai target profit
dan 44% atau sebanyak 14 mahasiswa
tidak mencapai target profit, untuk
program
pendidikan
Informatika
Komputer sebanyak 29% atau sebanyak 6
mahasiswa mencapai target profit dan 71%
atau sebanyak 15 mahasiswa tidak
mencapai target profit. Seluruh mahasiswa
dari program pendidikan administrasi
perkantoran dan Komputer Akuntansi
mencapai target profit dengan jumlah
mahasiswa lebih dari 30% sedangkan
hanya prgram pendidikan Informatika saja
yang tidak mencapai target profit Rp.
500.000 dengan ketentuan 30% jumlah
mahasiswa Informatika Komputer, jika
ditelusuri maka dari gender / jenis kelamin
laki-laki untuk program pendidikan
informatika Komputer kurang dapat
menerima pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran
matakuliah
Kewirausahaan berbasis Proyek dapat
terus dijalankan di Politeknik LP3I Jakarta
Kampus
Pasarminggu,
dengan
memberikan kombinasi model atau strategi
pembelajaran khusus untuk program
pendidikan Informatika Komputer seperti
model Collaborative Learning. Penelitian
ini masih harus terus dikembangkan di
institusi lain sehingga hasilnya dapat
bermanfaat
untuk
pengembangan
pembelajaran Kewirausahaan khususnya di
Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Buck Institutute for Education. 1999.
Project-Based Learning.
Chr. Argo Widiharto, Wiwik Kusdaryani,
Agus
Setiawan
.
2015.
Pembelajaran Berbasis Proyek pada
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Mata
Kuliah
Psikologi
Kewirausahaan
dalam
Meningkatkan Sikap Entrepreneur
Mahasiswa Semester VII BK
Cord,
2001.
Contextual
Learning
Resource.
http://www.cord.org.
Diakses 3 Desember 2006
Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Desi Handayani. 2010. Pembelajaran
Berbasis Projek Pada Perkuliahan
Kewirausahaan
Untuk
Meningkatkan Kemandirian Dan
Prestasi Belajar
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
2013.
Modul
Pembelajaran Kewirausahaan
Doppelt, Y. 2003. Implementation and
assessment of project-basd learning
in
flexible
environment.
Instructional Journal of Technology
and Design Education. Volume 13
Page 255-272. 16
Esche, S.K. 2002. Project-Based Learning
(PBL) in a Course on Mechanisms
and Machine Dynamics. World
Transactions on Engineering and
Technology Education. Volume I.
No. 2. 201-204. http://www.eng.
monash.edu.au. Diakses 29 Juni
2008.
Gabriella Bodnar dan Judit Hazy. 2000.
Experiences
of
Project-Based
Teaching Applied In The Field of
Psychology.
Journal
Social
Management Science. 2000. Volume
VII. Page 173-190
Gaer, S. 1998. What is Project-Based
Learning?. http://members.aol.com
60
JURNAL LENTERA BISNIS
I Nyoman Doni Pramana. 2000 . Evaluasi
Pendidikan
Koch, Chlosta. S, & Klandt. H. 2006.
Project Seminar Business Plan
Development-An
Analysis
Of
Integrative Project-Based ProjectBased Entrepreneurship Education.
Journal of Asia Entrepreneurship
and Sustainability. Volume II (2).
May. Page 1-16.
Lasonen, Johanna, Vesterinen, & Pirkko.
2000. Finland Work-Based Learning
in Vocational Higher Education
Programmes: A Finish Case of
Project
Learning.
Paper
Presentation. Institut for Educational
Research University of Jyvakyla.
Page 3-18.
Lilik
Maftuhatin . 2000. Evaluasi
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus Dikelas Inklusif di SD Plus
Darul Ulum Jombang
Marta Peris Ortiz . 2016 . Education Tools
for Entrepreneurship Creating an
Action-Learning
Environment
through
Educational
Learning
Tools. Newyork:Springer.
VOL. 5 NO. 2 NOVEMBER 2016 / ISSN 2252-9993
Professional Development. Volume
II. Page 460-480.
Sudijono. Anas. 2007. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
The George Lucas Educational Foundation
.2005.Instructional
Module
ProjectBased
Learning.
http://www.edutopia.org/modules/P
BL /whatpbl.php Diakses tanggal 27
September 2008.
Thomas, J.W., Margendoller, J.R., &
Michaelson, A. 1999. Project-Based
Learning: A. Handbook for Middle
and
High
School
Teachers.
http://www.bgsu.edu/organizations/c
tl/proj.html.
Thomas, J. W. (2000). A review of
research on project-based learning.
Retrieved 18 July 2005 from
http://www.autodesk.com/foundatio
n
Wilson,G. Brent. 1996. Constructivist
Learning Environment Educational
Technology. Publications Englewood
Cliffs. New Jersey.
Okudan. Gul E. dan Sarah E. Rzasa. 2004.
A Project-Based Approach to
Entreprenurial
Leadership
Education. Journal Technovation.
Desember. Volume XX. Page 1-16.
Rukka, Muhammad Rusli. 2011. Buku
Ajar Kewirusahaan -1.. Makassar
:Lembaga
Kajian
dan
Pengembangan
Pendidikan
Universitas Hasanuddin.
Rosenfeld, Sherman; Benhur, Yehuda.
2001. Project-Based Learning (PBL)
In Science and Technology: A Case
Study of Professional Development.
Journal of Action Research and
61
Download