INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG

advertisement
Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 - 6
INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KOTA SEMARANG
Rukuh Setiadi, Sih Jawoto, Mada Sophianingrum, Dhian Rosalia
Abstrak
Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang memberikan porsi seimbang pada
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Operasionalisasi konsep pembangunan berkelanjutan
memerlukan indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya. Penelitian ini menggunakan metodologi
kualitatif dengan pendekatan studi eksploratif dan komparatif. Data primer didapatkan dari sampel
stakeholder pembangunan dan SKPD di Kota Semarang. Dilakukan review terhadap dokumen RPJP dan
RPJMD , dan SPM bidang pembangunan dan pelayanan. Hasil studi menunjukkan bahwa indikator yang ada
selama ini belum merepresentasikan indikator pembangunan berkelanjutan karena terlalu banyak
melibatkan aspek sosial dan ekonomi dan kurang memberi perhatian pada aspek pemerintahan dan
terutama lingkungan hidup. Indikator fisik dan ekonomi bisa menciptakan bias dan sebagian indikator tidak
bisa terukur. Hanya sebagian kecil dari SPM yang dapat digunakan sebagai landasan indikator pembangunan
berkelanjutan. Dari 30 urusan Pemkot Semarang (yang terdiri atas 25 urusan wajib dan 5 urusan pilihan),
indikator dikelompokkan kedalam 23 urusan karena tidak semua urusan memiliki keterkaitan yang langsung
dengan tema pembangunan berkelanjutan. Dari 23 urusan tersebut dihasilkan 148 indikator. Indikator
tersebut selanjutnya di sebut sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kota Semarang (Semarang’s
Sustainable Development Indicators – SSDIs). Indikator pembangunan berkelanjutan Kota Semarang dihasilkan
dari proses penggabungan atas pendapat SKPD, pendapat stakeholder, indikator eksisting yang telah
disetujui, serta usulan indikator baru pembangunan kota.
Kata kunci : indikator, pembangunan berkelanjutan, stakeholder, urusan
Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses
untuk membawa tiga proses pembangunan
eekonomi, sosial, dan lingkungan secara
seimbang. Pada tingkat lokal, pembangunan
berkelanjutan
menghendaki
bahwa
pengembangan ekonomi dapat menopang
kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan
sumberdaya
secara
lokal.
Jika
hasil
pengembangan
ekonomi
(kesejahteraan)
tersebut ingin didistribusikan dalam jangka
panjang, maka perlindungan lingkungan untuk
mencegah terjadinya kerusakan ekologi adalah
salah satu jalan yang harus ditempuh (ICLEI,
1996).
Konsepsi
pembangunan
berkelanjutan
sebagai
suatu
terminologi
mengalami
popularitasnya melalui publikasi WCED (1987)
yang berjudul Our Common Future pada saat
Konfrensi
PPB
untuk
Lingkungan
dan
Pembangunan
(UNCED).
Pembangunan
berkelanjutan selanjutnya didefinisikan sebagai
“pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kesempatan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kehidupannya”.
Pada
perkembangannya,
pembangunan
berkelanjutan juga ditujukan untuk mencari
strategi inovatif untuk merubah struktur
kelembagaan dan kebijakan serta perubahan
perilaku dari tingkat individu hingga tingkat
global (IISD, 2005).
Kriteria ideal indikator pembangunan
berkelanjutan adalah :
 merefleksikan suatu dasar atau fundamen
ekonomi dalam jangka panjang dan sosiallingkungan bagi generasi yang akan datang
 mudah dipahami dan jelas: sederhana, dapat
dimengerti dan diterima oleh masyarakat
 dapat dikuantitatifkan
 sensitif terhadap perubahan lokasi atau grup
masyarakat
 prediktif dan antisipatif
 memiliki acuan atau nilai ambang relatif
mudah untuk diikumpulkan dan digunakan
 Aspek kualitas: metodologi yang digunakan
untuk membangun indikator harus jelas
terdefinisikan dengan akurat, secara ilmiah
dan sosial diterima
1
Indikator Pembangunan......
 sensitif terhadap waktu: jika diaplikasikan
setiap tahun indikator dapat menunjukan
trend yang representatif
Sumber: Warren, 1997.
Operasionalisasi atau implementasi konsep
pembangunan
berkelanjutan
memerlukan
indikator-indikator untuk menilai efektifitasnya,
dalam arti untuk mengetahui apakah suatu
kegiatan, program ataupun kebijakan dapat
dikatakan berkelanjutan (sustainable) atau tidak
berkelanjutan (unsustainable).
Penyusunan
indikator
pembangunan
berkelanjutan di tingkat nasional merupakan hal
yang banyak dijumpai tetapi sangat langka
dijumpai di tingkat kota di Indonesia. Pemerintah
Kota Semarang merupakan salah satu kota yang
berupaya mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan sebagai indikator pembangunan
kotanya. Tantangan yang diantisipasi dalam
penelitian ini adalah tingkat aplikasi dari indikator
yang telah dihasilkan. Seringkali sebuah indikator
sebagai instrumen pembangunan yang dihasilkan
melalui
proses
akademik
tidak
dapat
diimplementasikan atau bahkan ditolak karena
tidak bisa dilembagakan secara formal. Oleh
karenanya dalam penelitian ini indikator yang
dihasilkan
akan
dikelompokkan
kembali
berdasarkan kewenangan daerah yang terdiri
dari beberapa urusan (tertuang dalam PP No. 38
Tahun 2007) dan dalam implementasinya akan
diselaraskan dengan ketentuan penyelenggraan
pemerintahan yang terdapat dalam PP
No.3/tahun 2007.
Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui progres atau pencapaian
(benchmarking) pembangunan Kota Semarang
dari perspektif pembangunan berkelanjutan.
2. Mempermudah
upaya Pemerintah Kota
Semarang dalam mengidentifikasi area-area
pembangunan yang diindikasikan masih lemah.
3.
Sebagai
indikator
pembanding
bagi
keberhasilan pembangunan daerah yang pada
umumnya hanya diukur dari keberhasilan
pembangunan ekonomi.
4. Sebagai instrumen penilaian kinerja
pembangunan Kota Semarang.
Metodologi dan Pengumpulan Data
Metodologi yang dipilih dalam penelitian ini
adalah metodologi penelitian kualitatif, dengan
pendekatan studi eksploratif dan komparatif.
2
Rukuh Setiadi dkk
Unit analisis utama yang menjadi objek penelitian
ini adalah stakeholders pembangunan. Untuk
mendapatkan elemen stakeholders pembangunan
yang representatif, dalam studi ini dilakukan
klasifikasi stakeholders berdasarkan orientasi
pemanfaatan
sumberdaya
(lokasi)
dan
kepentingannya.
Data primer berasal dari pendapat/persepsi key
persons (tokoh kunci) terhadap indikator
pembangunan Kota Semarang melalui indepth
dan semi-structured interview. Tokoh kunci diambil
dari perwakilan stakeholders pembangunan dan
SKPD di Kota Semarang.
Data sekunder didapatkan dari dokumen
penelitian tentang isu strategis pembangunan
Kota Semarang, dokumen rencana pembangunan
Kota Semarang (RPJP dan RPJMD), dan
Keputusan-keputusan walikota mengenai Standar
Pelayanan Minimal (SPM) berbagai bidang
pembangunan dan pelayanan kota.
Hasil dan Pembahasan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Kota Semarang berisi beberapa isu strategis dan
kondisi yang ingin diharapkan untuk Kota
Semarang dalam jangka waktu 25 tahun kedepan.
Hal tersebut nantinya menjadi dasar dalam
pencapaian indikator keberlanjutan kota.
PP no 3 tahun 2007 secara substansial hanya
mengatur secara garis besar muatan yang harus
disampaikan oleh kepala daerah, baik yang
berupa LKPJ atau LPPD. Muatan yang diatur
LPPD kepada pemerintah bisa dikatagorikan
tidak dibatasi karena bias menyangkut semua
urusan
yang
didesentralisasikan,
tugas
pembantuan, dan tugas umum pemerintahan.
Sedangkan muatan dalam LKPJ kepada DPRD
adalah sama sebagaimana pada LPPD, ditambah
dengan arah kebijakan umum dan pengelolaan
keuangan daerah secara makro.
Jika ditelaah secara komparatif dengan
indikator pembangunan berkelanjutan yang
sudah dirumuskan di misalnya UK, New Zealand,
Korea, atau Latvia, peneliti berpendapat bahwa
indikator yang merupakan representasi dari LKPJ
belum
merepresentasikan
indikator
pembangunan berkelanjutan karena beberapa
alasan sebagai berikut:
 Indikator diatas masih timpang atau belum
secara seimbang memberikan porsi yang
sama baik pada aspek sosial, ekonomi,
Indikator Pembangunan......
lingkungan, dan pemerintahan. Indikator dari
substansi LKPJ diatas masih terlalu berat
dari sisi sosial dan ekonomi dan kurang
memberi perhatian yang memadah pada
aspek
pemerintahan
dan
terutama
lingkungan hidup.
 Indikator fisik dan ekonomi yang disajikan
dalam LKPJ juga merupakan indikator yang
bisa menciptakan bias. Bias dalam konteks
ini adalah belum tentu kemajuan fisik dan
ekonomi
tersebut
menciptakan
kesejahteraan bersama dan memberikan
implikasi yang positif bagi lingkungan hidup.
Sebagai contoh peningkatan produksi ikan
sepertinya indikator yang positif, namun
bagaimana dengan jumlah ketersediaan
cadangan ikan. Mengapa yang dijadikan
indikator bukannya jumlah ketersediaan
cadangan ikan di wilayah pesisir dan laut
Kota Semarang? Padahal kita ketahui
bersama jika cadangan tersebut tersedia
maka secara teoritis perekonomian kota
akan berjalan dengan lebih baik.
 Beberapa indikator juga tidak bisa diukur
dan tidak memiliki satuan yang bisa terus
dipantau
untuk
melukiskan
progres
pembangunan Kota Semarang.
Pandangan stakeholders terhadap Indikator
Pembangunan Kota semarang saat ini :
Stakeholder
yang menjadi responden tidak
semuanya puas dengan indikator pembangunan
Kota Semarang, meskipun demikian beberapa
responden setuju terhadap indikator eksisting
walaupun dengan sedikit catatan. Variasi
ketidakpuasan terhadap indikator pembangunan
yang ada saat ini tergantung dari sudut pandang
bidang yang digeluti oleh responden, meskipun
demikian secara umum alasan ketidakpuasan
terhadap pembangunan kota adalah belum
berpihaknya indikator pembangunan kota
terhadap masalah lingkungan. Disamping itu
masalah banjir dan rob yang belum teratasi
sampai sekarang menjadi dasar lain bagi
ketidakpuasan terhadap indikator pembangunan
saat ini. Beberapa alasan lain yang mendasari
ketidaksetujuan mereka diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Indikator pada bidang sosial dan
lingkungan kurang berimbang dengan
bidang ekonomi
 Indikator tidak [dijalankan] dengan baik
dan berhenti pada konsep [indikator]
Rukuh Setiadi dkk

Indikator belum fokus terhadap masalah
lingkungan, masalah banjir adalah
buktinya
 Indikator masih belum sempurna karena
aplikasinya berbeda dengan konsep
perumusannya
 Pemkot sering tidak konsisten terhadap
tujuan pembangunan dan aturan
perundangan
Stakeholder yang menjadi responden menaruh
harapan
terhadap
perumusan
indikator
pembangunan Kota Semarang. Secara garis
besar, harapan terhadap indikator pembangunan
yang disusun adalah:
 Indikator
[diharapkan
dapat
menyangkut aspek] regulasi yang secara
khusus mengatasi daerah-daerah rawan
banjir
 Indikator diharapkan lebih merakyat
 Indikator diharapkan peka terhadap
kebutuhan masyarakat
 Indikator [diharapkan dapat menyentuh
kinerja] pemerintah dalam mengatasi
masalah
rob,
keamanan,
dan
kesemrawutan perhubungan
 Indikator pembangunan kota diharapkan
dapat
sejalan
dengan
kegiatan
perencanaan
pembangunan
yang
dilakukan pemkot
 Indikator diharapkan dapat sejalan
dengan urusan pemerintahan Kota
Semarang
 Indikator
[diharapkan
dapat
menyangkut aspek]
pembiayaan/
alokasi dana pelaksanaan pembangunan
Dari kajian terhadap SPM dapat dikatakan
hanya sebagaian kecil saja dari SPM yang telah
disusun oleh Pemkot Semarang yang dapat
digunakan sebagai landasan/ benchmark dalam
indikator pembangunan berkelanjutan. Minimnya
relevansi SPM untuk digunakan sebagai indikator
pembangunan Kota Semarang diantaranya karena
SPM cenderung berorientasi pada wujud hasil
pelayanan rutin (seperti mekanisme perijinan dan
prosedur
birokrasi
lainnya),
daripada
berorientasi pada hasil akhir yang lebih nyata.
Rumusan
Indikator
Pembangunan
Berkelanjutan Kota Semarang
Dari 30 urusan Pemkot Semarang (yang
terdiri atas 25 urusan wajib dan 5 urusan
3
Indikator Pembangunan......
pilihan), studi ini pada akhirnya mengelompokan
indikator kedalam 23 urusan saja,. karena tidak
semua urusan memiliki keterkaitan yang langsung
dengan tema pembangunan berkelanjutan. Dari
23 urusan tersebut dihasilkan 148 indikator.
Indikator tersebut selanjutnya di sebut sebagai
Indikator Pembangunan Berkelanjutan Kota
Semarang (Semarang’s Sustainable Development
Indicators – SSDIs).
Rukuh Setiadi dkk
Indikator pembangunan berkelanjutan Kota
Semarang dihasilkan dari proses penggabungan
atas: (1) pendapat SKPD, (2) pendapat
stakeholder, (3) indikator eksisting yang telah
disetujui, serta (4) usulan indikator baru
pembangunan kota. Tujuan dari penggabungan ini
adalah untuk merumuskan indikator-indikator
pembangunan kota yang baru dan dirinci
menurut urusan pemerintahan sebagai berikut:
BOX 10:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PERPUSTAKAAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1. Angka putus sekolah (Drop out/DO)
Persentase (%) pelajar DO/ thn
2. Tingkat buta aksara dewasa
Per 1000 Jiwa
3. APK pada jenjang pendidikan SMP
Persentase (%) APK
4. Jumlah penduduk usia kerja yang telah menyelesaikan pendidikan
Persentase (%) APK
lanjutan (APK pada jenjang SMA dan Pendidikan Tinggi)
5. Keterjangkauan biaya rata-rata pendidikan
Rupiah (Rp)
6. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana pendidikan
(%) kepuasan masyarakat
7. Terjaminnya akses masyarakat bidang pendidikan
(%) pelajar thd total penduduk
8. Pengeluaran masyarakat untuk pendidikan
(%) thd total pendapatan keluarga
9. Total pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (PDRB)
Persentase (%) terhadap PDRB
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL - LINGKUNGAN pembangunan berkelanjutan dapat disasar dengan indikator 1-4, dengan alasan:
 Pendidikan sebagai penguatan kapasitas masyarakat untuk bertindak lebih bijaksana terhadap lingkungannya
 Pendidikan sebagai sarana komunikasi mengenal pembangunan berkelanjutan
PILAR INSTITUSI - SOSIAL pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui indikator 5-7, dengan alasan:
 Pendidikan dapat terlaksana jika dapat diakses dan terjangkau, transparansi adalah salah satu prasyaratnya
 Kemudahan dan pemerataan masyarakat dalam memperoleh pendidikan sebagai peningkatan peran partisipasi masyarakat dalam
pembangunan kota
PILAR EKONOMI - SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 8-9, dengan alasan sebagai berikut:
 Manfaat pembangunan ekonomi kota harus merata sehingga memungkinkan masyarakatnya untuk mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya akan pendidikan
 Anggaran pemerintah kota harus menunjukkan keberpihakan dalam aspek pendidikan sebagai prasayarat perubahan sosial di
masyarakat untuk menjadi lebih berwawasan lingkungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
4
BOX 11:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KESEHATAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Status gizi BALITA
Per 1000 kelahiran balita
Kematian bayi
Per 1000 kelahiran bayi
Kematian BALITA di bawah usia lima tahun
Per 1000 kelahiran balita
Angka kematian ibu
Per 1000 kelahiran hidup
Jumlah penderita TBC
per 100 penduduk
Cakupan air bersih
Persentase (%)
Cakupan universal child immunization
(%) peserta imunisasi per tahun
Peserta keluarga berencana aktif
(%) keluarga
Rasio ketersediaan obat sesuai kebutuhan/ jenis obat
Persentase (%)
Rasio Rumah Sakit terhadap jumlah penduduk
Rasio per 10.000 jiwa
Rasio tenaga medis terhadap penduduk
Rasio per 10.000 jiwa
Kelurahan yang mengalami KLB yang ditangani < 24 jam
Persentase (%) jiwa yang selamat
Pengaktifan posyandu purnama dan mandiri
Jumlah kegiatan per tahun
Pengeluaran daerah untuk kesehatan
Persentase (%) thd PDRB
Rumusan Indikator
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
PILAR SOSIAL - LINGKUNGAN pembangunan berkelanjutan pada urusan kesehatan dapat disasar dengan indikator 1-8, dengan
alasan sebagai berikut:

Derajat kesehatan masyarakat (khususnya Balita dan Ibu) adalah fundamen bagi pencapaian pembangunan berkelanjutan

Baiknya tingkat kesehatan masyarakat, tingginya harapan hidup, minimnya kasus infeksi dan penularan penyakit merupakan
representasi dari baiknya kualitas lingkungan
Rumusan Indikator
PILAR EKONOMI - SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 9-13, dengan alasan sebagai berikut:

Pelayanan dan jaminan kesehatan yang memadahi (termasuk didalamnya kesempatan untuk mendapatkan kebutuhan dasar
penunjang kesehatan) hanya dapat diakses manakala masyarakat memiliki kekuatan dan kesejahteraan secara ekonomi

Kebutuhan dasar penunjang kesehatan masyarakat (terutama air bersih untuk minum) hanya dapat dipenuhi manakala
kondisi lingkungan terpelihara baik
PILAR INSTITUSI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 14-19, dengan alasan sebagai berikut:
Kebutuhan sosial masyarakat sebagaimana tertuang dalam indikator pada butir (14-19) membutuhkan sistem kelembagaan/
institusional yang baik (transparan, akuntabel, pro-poor) guna mewujudkannya
BOX 12:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PEKERJAAAN UMUM: BINA MARGA DAN PENGAIRAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1.
Kualitas sistem drainase kota Semarang
Persentase (%) luas genangan
2.
Panjang (km) jalan dengan kondisi baik
Persentase (%) thd total panjang jalan
3.
Pengambilan air tanah per tahun
km³ per tahun
4.
Pengambilan air permukaan per tahun
km³ per tahun
5.
Rata-rata debit tahunan sungai-sungai utama dan kecil
m3/ detik
6.
Konsentrasi faecal coliform dalam air bersih
Persentase (%) terhadap air bersih
7.
Rata – rata total konsentrasi nitrogen dalam air
Persentase (%) nitrogen setiap tahun
8.
Rata-rata total konsentrasi phosporus dalam air
Persentase (%) phosporus setiap tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui indikator 1-2 dengan alasan berikut:

Infrastruktur dasar khususnya (sistem drainase dan jalan ) memiliki peran yang penting dalam mendukung pembangunan
ekonomi. Semakin luasnya genangan dan buruknya kondisi jalan akan menghambat akses ekonomi dan menurunkan
produktivitas kota.
PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL & EKONOMI dapat disasar dengan indikator 3-8 dengan alasan sebagai berikut:

Kelestarian air tanah dan permukaan sebagai ukuran dalam kelestarian lingkungan membuat semua aktivitas sosial dan
ekonomi (yang tidak lepas dari kebutuhan akan air) dapat terus berjalan/ beroperasi

Kandungan air yang memenudi syarat-syarat kimiawi berpengaruh dalam menentukan kualitas derajat kesehatan masyarakat
BOX 13:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN CIPTA KARYA: PERUMAHAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1. Penduduk yang tidak memiliki rumah
Per 1000 penduduk
2. Jumlah rumah kumuh
Unit per 1000 penduduk
3. Penduduk di permukiman formal dan informal
Jiwa per Ha
4. Pembangunan rumah susun
Unit per 1000 penduduk
5. Tingkat rata – rata kepadatan hunian baru
Jiwa/luas hunian baru
6. Rasio jumlah populasi thd fasilitas umum dalam perumahan
Unit fasum per 1000 penduduk
7. Luasan permukiman informal dan formal perkotaan
Ha (hektar)
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI & LINGKUNGAN dapat dicapai melalui indikator 1-7 diatas dengan alasan:

Perumahan adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi dan sekaligus menunjukkan tingkat kesejahteraannya.
Terbatasnya akses kepemilikan rumah, semakin banyaknya rumah kumuh, dan permukiman informal memicu tekanan yang lebih
berat terhadap kelestarian lingkungan

Pengendaian pertumbuhan permukiman perkotaan, pengendalian laju urbanisasi, dan pengaturan lahan bagi alokasi
pembangunan perumahan baru membutuhkan sistem kelembagaan/ institusional yang baik
5
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
BOX 14:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN TATA RUANG
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1.
TIngkat pencapaian sektor infrastruktur terhadap rencana tata ruang
(%) persentase
2.
TIngkat pencapaian sektor ekonomi terhadap rencana tata ruang
(%) persentase
3.
Persentase lahan terbuka hijau dalam RTR
(%) persentase
4.
Sosialisasi RTR
(%) kepuasan publik atas sosialisasi RTR
5.
Jumlah penegakan kasus pelanggaran tata ruang
Kasus per tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR INSTITUSI – SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-5 dengan alasan sebagai berikut:
Ketersediaan rencana tata ruang yang sesuai dengan kaidah perencanaan dan aturan perundangan, dan dapat tersosialisasikan dengan
baik hanya dapat dicapai jika ada sistem kelembagaan yang berorientasi pada kepentingan publik.
BOX 15:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1.
2.
3.
Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan thd PDRB
Persentase (%) thd PDRB
Kesesuaian program kegiatan SKPD terhadap RPJM
(%) persentase
Kesesuaian program kegiatan SKPD terhadap RKPD
(%) persentase
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL – EKONOMI pembangunan berkelanjutan secara sekaligus dapat dicapai melalui ketiga indikator
diatas dengan alasan sebagai berikut:

Penelitian memungkinkan kegiatan pembangunan akan sensitif terhadap berbagai konsekuensi jangka panjang dan ketidakpastian
yang akan terjadi terhadap kehidupan sosial, sistem ekonomi, dan kondisi lingkungan

Penelitian berkontribusi penting dalam pengoptimalan pengelolaan sumber daya dalam mewujudkan pembangunan yang lebih
berkelanjutan

Semakin memadahinya sumberdaya manusia di bidang litbang merupakan representasi dari kuatnya kondisi sosial ekonomi
masyarakat
BOX 16:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PERHUBUNGAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1.
Jarak pergerakan per orang per moda transportasi
km per jiwa per tahun
2.
Jumlah angkutan umum kota
Per 10.000 penumpang
3.
Tingkat kepadatan lalu lintas
Level of Services (LoS)
4.
Jumlah pengendara mobil
per 1000 orang
5.
Jumlah kecelakaan kendaraan
Per 1 juta orang/ Per 1 juta kendaraan
6.
Kontribusi sektor transport dalam perekonomian PDRB
Persentase (%)
7.
Kinerja pembangunan halte, terminal, transit point, lap. parkir
Persentase (%) kepuasan masyarakat
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR LINGKUNGAN – EKONOMI & SOSIAL dapat disasar dengan indikator 1-7 dengan alasan sebagai berikut:

Pergerakan orang yang dilakukan dengan menggunakan moda transportasi memberikan efek yang signifikan melalui konsumsi
bahan bakar dan polusi udara yang ditimbulkannya. Upaya untuk mengefisienkan pergerakan merupakan hal yang sangat esensial
bagi pembangunan berkelanjutan.

Ketepatan penggunaan moda transportasi dan efisiensi pergerakan dalam masyarakat yang memberikan dampak minimal bagi
lingkungan namun tetap optimal dalam memberikan manfaat dari segi sosial dan ekonomi
2.
BOX 17:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN LINGKUNGAN HIDUP
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Sediaan tanaman keras di kota besar sebagai paru – paru kota
Rasio jumlah pohon per km (kilometer) panjang jalan
utama
Persentase area yang dilestarikan (taman kota) terhadap total area
(%) area taman dalam kota
3.
4.
5.
Emisi gas rumah kaca
Konsentrasi polutan udara di daerah perkotaan
Rata-rata timbulan sampah dari sektor rumah tangga
6.
Daur ulang sampah
1.
6
Gigagram per tahun
ppm, ppb, g/m³ per tahun
(Kg ) per tahun per KK
(Ton) per tahun per unit Industri
(%) sampah yg telah didaur ulang thd total timbulan
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
sampah
7. Kualitas sistem penanganan sampah
(%) luas wilayah yang terlayani kepuasan masyarakat
8. Perijinan penambangan galian C kawasan hijau
(%) jumlah penambangan berijin
9. Pengendalian terhadap pengambilan air bawah tanah
(m³) per tahun
10. Proteksi pemerintah terhadap daerah konservasi
Perda konservasi alam
11. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
Jumlah projek lingkungan berbasis masyarakat per
tahun
12. Kepuasan masyarakat terhadap kondisi lingkungan
Persentase (%) kepuasan masyarakat
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL & EKONOMI dapat disasar melalui indikator 1-11 dengan alasan berikut ini:

Secara umum, indikator-indikator tersebut relevan dalam merepresentasikan kelestarian seluruh elemen lingkungan hidup
(tanah, air, dan udara) di Kota Semarang

Semakin tingginya rasio antara sediaan jumlah pohon dan panjang jalan dan semakin luas total area taman dalam kota
memberikan efek yang positif bagi kenyamanan dan kualitas kesehatan masyarakat pemakai jalan. Begitu pula dengan semakin
rendahnya konsentrasi poliutan udara dan emisi gas rumah kaca akan memberikan efek yang sama

Semakin efektifnya pengelolaan sampah dengan berbagai model pengelolaan yang inovatif (seperti daur ulang) akan
memberikan keuntungan baik dari sisi sosial (tenaga kerja) maupun ekonomi

Semakin kecilnya kadar zat-zat polutan dalam tubuh hasil-hasil laut akan berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan masyarakat
PILAR LINGKUNGAN - INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 12-16 karena alasan sebagai berikut:

Kemampuan pemerintah dalam mengendalikan ijin penambangan, pengambilan ABT, mengarahkan kebijakan daerah yang
berorientasi pada perlindungan lingkungan hanya dapat dicapai jika ada sistem kelembagaan yang akuntabel, transparan, dan
berorientasi pada kepentingan publik.

Perumusan kebijakan yang akuntabel, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik yang memungkinkan tumbuhnya
partisipasi masyarakat

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup tidak tersalurkan manakala projek-projek berbasis
masyarakat (sebagai media partisipasi) tidak tersedia
BOX 18:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PERTANAHAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Pembangunan baru (revitalisasi) area yg digunakan sebelumnya
Ha (hektar) per tahun
Konversi lahan pertanian dan hijau menjadi perumahan baru
Ha (hektar) per tahun
Penggunaan area untuk perkebunan dan pertanian
Ha (hektar) per tahun
Total luasan lahan kritis
Ha (hektar) per tahun
Area lahan pertanian yang subur dan permanen
Per 1000 Ha
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR LINGKUNGAN – SOSIAL – EKONOMI – INSTITUSI secara bersamaan dapat disasar melalui kelima indikator diatas dengan alasan
sebagai berikut:

Revitalisasi area, penurunan laju konversi perubahan lahan pertanian dan lahan hijau untuk pembangunan perumahan
merupakan bentuk efisiensi pemanfaatan lahan. Upaya ini mengarah pada terciptanya pertumbuhan kota yang memusat
(compact city) yang oleh banyak pakar dikatakan sebagai wujud pembangunan yang lebih berkelanjutan dibadingkan dengan
pertumbuhan kota yang memencar (sprawling city).
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Peningkatan luas areal pertanian, perkebunan, dan semakin berkurangnya luasan lahan kritis merupakan bentuk dari optimalisasi
pemanfaatan lahan yang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi

Pencegahan konversi lahan pertanian dan hijau untuk pembangunan perumahan hanya dapat dilakukan jika sistem kelembagaan
yang ada akuntabel, transparan, dan berorientasi pada kepentingan publik
1.
2.
3.
4.
5.
BOX 19:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Angka kelahiran
Per 1000 jiwa/ thn
Angka kematian
Per 1000 jiwa/ thn
Tingkat pertumbuhan penduduk
Persentase (%) per tahun
Kepadatan penduduk per tahun dalam Kota
Jiwa per Ha
Rasio pertumbuhan populasi di kota thd kawasan pinggiran
Persentase (%) per tahun
Jumlah penduduk tetap di kota
Jiwa per tahun
Kemudahan pengurusan administrasi kependudukan
Waktu pengurusan administrasi (hari)
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
7
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
PILAR SOSIAL – EKONOMI – LINGKUNGAN disasar melalui indikator 1-6 diatas dengan alasan berikut:

Angka kelahiran dan kematian secara umum merepresentasikan derajat kesejahteraan sosial masyarakat

Angka kelahiran dan kematian, (plus migrasi) secara agregat menentukan tingkat pertumbuhan penduduk kota. Tingkat
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, untuk Kota Semarang yang sudah relatif padat dan memiliki keterbatasan lahan
akan berdampak negatif bagi masyarakat, terlebih jika tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terjadi dalam kondisi
kemiskinan karena akan menciptakan tekanan yang berlebih terhadap lingkungan dan sumberdaya
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

Rasio pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pinggiran kota juga berdampak negatif karena memicu terjadinya
perubahan pemanfaatan lahan di wilayah pinggiran untuk pembangunan baru

Waktu pengurusan administrasi kependudukan merepresentasikan kapasitas institusi kependudukan dan capil terhadap
pelayanan publik
BOX 20:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
1.
2.
3.
Rumusan Indikator
Rasio upah perempuan dan pria
Partisipasi perempuan dalam perekonomian dan ORMAS
Jumlah kasus kekerasan termasuk kepada anak-anak
Satuan Indikator
Persentase (%)
Persentase (%)
per 10.000 penduduk
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI – INSTITUSI didasar melalui ketiga indikator diatas, dengan alasan sebagai berikut:

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan prinsip keadilan dan kesetaraan, termasuk antar gender, sehingga semakin rendah
rasionya mengindikasikan penerapan prinsip keadilan dan kesetaraan secara nyata

Semakin tingginya partisipasi perempuan dalam lapangan kerja mempengaruhi pendapatan keluarga dan secara keseluruhan
berkontribusi pada produktivitas perekonomian kota

Sedikitnya kasus kekerasan terhadap anak-anak merepresentasikan adanya penghargaan terhadap prinsip keadilan dan
kesetaraan
BOX 21:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
1.
Sarana –prasarana KB
Rasio antara sarana –prasarana KB terhadap jumlah
penduduk produktif
2.
Tingkat penggunaan kontrasepsi pada masyarakat usia produktif
Persentase (%) per tahun
3.
Jumlah penduduk usia > 55 thn yang memiliki pensiun
Persentase (%) per tahun
4.
Jumlah anak-anak dalam keluarga
per 10.000 populasi
5.
Rata-rata pendapatan rumah tangga per bulan
Rupiah per bulan
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI dapat disasar melalui kelima indikator diatas dengan alasan berikut ini:

Rasio sarana-prasarana KB yang memadai dan tingkat penggunaan kontrasepsi yang tinggi merupakan faktor pendorong untuk
mengadopsi konsep keluarga kecil.

Semakin kecilnya jumlah anak dalam keluarga merupakan tanda-tanda bagi rendahnya angka pertumbuhan. Semakin
terkendalinya angka kelahiran, kemungkinan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga akan semakin besar

Semakin besarnya kelompok manula yang memiliki pensiun dan rata-rata pendapatan keluarga yang meningkat menandakan
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi lebih membaik
BOX 22:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN SOSIAL
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Koefisien Gini untuk kesenjangan pendapatan
Indeks Gini per tahun
Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan
(%) thd total penduduk
Jumlah gelandangan
(%) thd total penduduk
Tingkat pengangguran setiap tahun
(%) thd total angkatan kerja
Angka kriminalitas yang terjadi tiap 100.000 penduduk
Per 100.000 penduduk
Keresahan akan pencurian mobil, kekerasan fisik & perampokan
(%) thd total penduduk
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI disasar melalui indikator 1 – 6 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Kesenjangan pendapatan merupakan karakteristik yang terjadi secara luas di negara-negara berkembang Asia, terutama di kota1.
2.
3.
4.
5.
6.
8
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
kota besar, termasuk Semarang



Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan menekankan pada prinsip persamaan dan kesetaraan, termasuk antara mereka yang kaya dan
miskin. Indeks Gini merupakan cara yang paling tepat untuk memonitornya
Semakin ditekannya jumlah penduduk miskin, jumlah gelandangan, dan angka pengangguran menunjukkan semakin baiknya
kondisi ekonomi perkotaan
Kriminalitas merupakan sebuah fenomena yang terjadi dalam pembangunan sosial dan ekonomi sebagai ketidakseimbangan
pembangunan sosial-ekonomi perkotaan. Pembangunan berkelanjutan berupaya membuatnya untuk lebih seimbang
BOX 23:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Jumlah individu yang bekerja
(%) thd total penduduk
Populasi individu tidak bekerja dalam rumah tangga
Jiwa per rumah tangga
Individu usia kerja yang secara ekonomi tidak aktif
(%) thd total penduduk usia 14-65
Anak usia 10 – 19 tahun tanpa pekerjaan dan pendidikan
(%) thd total penduduk usia 10-19
Jumlah perusahaan padat karya
Unit per tahun
Rata – rata jam kerja karyawan
Jam
Jumlah kecelakaan kerja setiap tahun
Jumlah kecelakaan per 100.000 pekerja
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 1 -6 diatas karena alasan berikut:

Semakin besarnya jumlah individu yang bekerja, semakin besarnya populasi dalam individu dalam rumah tangga yang bekerja
merepresentasikan kekuatan perekonomian kota dalam menyediakan lapangan kerja

Banyaknya perusahaan padat karya relevan untuk merepresentasikan kemampuan ekonomi kota dalam melakukan penyerapan
tenaga kerja yang tidak memiliki pendidikan memadahi namun memiliki skill tertentu

Jumlah rata-rata jam kerja yang tidak berlebihan dan tidak terlalu kurang menunjukan adanya keseimbangan antara upah tenaga
kerja dengan waktu, sedikitnya pengangguran tidak kentara di masyarakat. Hal ini mendorong kehidupan sosial masyarakat yang
lebih baik
PILAR SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar dengan indikator 7 diatas karena alasan berikut ini:

Berkurangnya jumlah kecelakaan kerja menunjukkan perhatian dan ketegasan pemerintah terhadap aspek ketenagakerjaan.
Kondisi ini dapat terwujud jika terdapat sistem kelembagaan yang memihak kepentingan para pekerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BOX 24:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KOPERASI DAN UMKM
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Jumlah lembaga koperasi serba usaha yang dimiliki
Unit per tahun
Rata-rata nilai aset (koperasi) yang dimiliki
Rupiah per tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI pembangunan berkelanjutan dapat disasar melalui kedua indikator diatas dengan alasan sebagai berikut:

Koperasi merupakan sistem untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dengan misi sosial yang melekat didalamnya.
Semakin banyaknya jumlah lembaga koperasi dan semakin besar aset menunjukkan semakin baiknya kesejahteraan sosialekonomi masyarakat

Pengembangan koperasi relevan dalam menguatkan upaya pengembangan UMKM dan perekonomian kota secara umum
1.
2.
BOX 25:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PENANAMAN MODAL
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Prosedur perijinan investasi
Lama pengurusan perijinan (hari)
Persentase investasi dalam PDRB
Persentase (%) terhadap PDRB
Jumlah investasi riil yang dikeluarkan setiap tahunnya termasuk untuk
Rupiah per tahun
perumahan
4. Nilai investasi modal asing / PMA
Rupiah per tahun
5. Nilai investasi modal dalam negeri / PMDN
Rupiah per tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR INSTUTSI –EKONOMI dapat disasar dengan indikator 1 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Singkatnya waktu pengurusan ijin investasi merupakan representasi dari sistem kelembagaan yang transparan, akuntabel, dan
pro-investasi. Sistem semacam itu akan meningkatkan minat investasi

Prosentasi investasi dalam PDRB, nilai PMA dan PMDN merupakan ukuran kekuatan ekonomi kota dan sekaligus representasi
baik-buruknya iklim investasi kota
PILAR EKONOMI - INSTITUSI
1.
2.
3.
9
Indikator Pembangunan......


Rukuh Setiadi dkk
Kemudahan prosedur perijinan investasi akan menarik banyak investor ke Semarang (mendukung program Semarang Pesona
Asia/SPA)
Peran investasi sangat signifikan dalam mendukung perekonomian kota
BOX 26:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Satuan Indikator
Jiwa per tahun
Persentase (%) per tahun
hari
(%) pengeluaran APBD bagi pemeliharaan situs
pariwisata sejarah dan religi
5. Frekuensi event kesenian budaya tradisional
Jumlah tiap tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 1-4 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Indikator-indikator diatas menunjukkan kinerja sektor pariwisata

Semakin banyaknya wisatawan, peningkatan okupansi hotel, dan peningkatan lama tinggal
wisatawan mendorong perekonomian kota dan membuka kesempatan kerja

Pemeliharaan situs-situs sejarah dan religi relevan dengan aspek sosial dalam pelestarian budaya lokal dan pengoptimalannya
dalam menambah pendapatan kota
1.
2.
3.
4.
Rumusan Indikator
Jumlah wisatawan yang berkunjung
Rata-rata tingkat hunian hotel
Rata-rata lama tinggal wisatawan asing
Pemeliharaan situs – situs sejarah dan religi
BOX 27:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KESATUAN BANGSA, POLITIK, DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Peran serta masyarakat dalam Pilkada
(%) keikutsertaan pemilih
Representasi gender dan etnis dalam Pilkada
(%) dari total pemilih Pilkada
Jumlah pengaduan ke komisi HAM
Jumlah kasus per tahun
Jumlah tindakan kriminal
Jumlah kasus per tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan

PILAR SOSIAL – INSTITUSI dapat disasar melalui indikator 1-2 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Peran serta masyarakat dalam politik (pilkada) mendorong terciptanya kepemimpinan yang transparan, akuntabel, dan
berorientasi pada kepentingan masyarakat (pemilih)

Semakin besarnya peran serta perempuan dan etnis minoritas berarti dihargainya hak-hak minoritas. Kondisi ini
merepresentasikan prinsip keadilan dan kesetaraan yang sangat ditekankan dalam pembangunan berkelanjutan
PILAR INSTITUSI – SOSIAL dapat disasar melalui indikator 3-4 diatas dengan alasan sebagai berikut:

Semakin kurangnya jumlah kasus HAM dan kriminalitas merupakan representasi dari bekerjanya sistem sosial atau kelembagaan
yang ada di masyarakat
1.
2.
3.
4.
BOX 28:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PEMERINTAHAN UMUM: PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET,
PENGAWASAN, & KEPEGAWAIAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rumusan Indikator
Penerimaan pendapatan barang, jasa, investasi, dan transfer
PDRB
Indeks harga konsumsi
Penyempurnaan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Semarang
Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOT) RSUD
Jumlah peraturan daerah dan keputusan walikota untuk kepentingan
publik yang dijalankan
Penyederhanaan mekanisme pelayanan publik satu atap/ OSS
Pengaktifan P5 (Pusat Pengaduan Pelayanan Publik Pemerintah)
Satuan Indikator
Rupiah per tahun
Rupiah per tahun
Rupiah per tahun
(%) kepuasan masyarakat
(%) kepuasan masyarakat
(%) thd total Perda dan SK Walikota yang dihasilkan
Lama pelayanan (hari)
Rasio tindakan per pengaduan
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – SOSIAL disasar melalui indikator 1-3 dengan alasan sebagai berikut:
10
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk

Pertumbuhan produksi barang dan jasa, PDRB, dan kestabilan harga-harga kebutuhan konsumsi pokok merupakan dasar
perkembangan dan kestabilan perekonomian kota

Indikator diatas mampu mengindikasikan pola konsumsi masyarakat perkotaan yang sangat mempengaruhi keberlanjutan
lingkungan
PILAR INSTITUSI – SOSIAL & EKONOMI disasar melalui indikator 4-8 dengan alasan berikut ini:

Pelayanan kesehatan adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus diperhatikan

Peraturan-peraturan daerah, sistem birokrasi, dan lembaga bentukan pemerintah tidak memberikan efek sosial dan ekonomi jika
tidak diimplementasikan atau difungsikan secara nyata
BOX 29:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PEKERJAAAN UMUM: KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Jumlah pengguna internet
Per 1000 penduduk
Jumlah media elektronik yang ada
Per 1000 penduduk
Jaringan telepon utama
Per 1000 penduduk
Jumlah pelayanan publik online
Jumlah jenis pelayanan
Rasio oplah media massa dengan jumlah penduduk
Eksemplar per jiwa
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR SOSIAL – EKONOMI & INSTITUSI dapat disasar melalui lima indikator diatas dengan alasan berikut:

Semakin tingginya jumlah pengguna media informasi (internet, elektronik, cetak) menunjukkan semakin kuatnya keterbukaan
dan kebebasan dalam mengakses informasi

Akses informasi meningkatkan kapasitas sosial (pengetahuan dan ketrampilan) masyarakat, mempermudah koordinasi diantara
pelaksana pembangunan, menciptakan efisiensi pelayanan pada masyarakat

Akses dan kebebasan informasi memberikan kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat dalam menciptakan peluang baru
dalam bidang perekonomian

Ketersediaan akses dan kebebasan informasi menjadi prasyarat monitoring pembangunan berkelanjutan
1.
2.
3.
4.
5.
BOX 30:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Rasio alat produksi pertanian thd luasan lahan pertanian
Unit asintan per Ha (hektar) sawah
Jumlah kelompok tani per tahun
Unit / tahun
Produksi buah-buahan tahunan
Ton/ tahun
Produksi komoditas tanaman pangan (khususnya padi)
Ton/ tahun
Produksi komoditas palawija
Ton/ tahun
Produksi komoditas peternakan
Ton/ tahun
Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB
Persentase (%) per tahun
Area lahan pertanian yang subur dan permanen
Per 1000 Ha
Rata-rata penggunaan pupuk organik
Kg/Ha lahan pertanian
Penggunaan pestisida pertanian
Kg/Ha lahan pertanian
Daerah perlindungan kesuburan lahan pertanian
Hektar (Ha)
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-8 dengan alasan sebagai berikut:

Produktivitas sektor pertanian secara umum (peternakan, tanaman buah, dsb) merepresentasikan kekuatan ekonomi kota
dan adanya daya dukung lingkungan untuk kegiatan-kegiatan tersebut

Produktivitas sektor pertanian tersebut merepresentasikan kemampuan dalam upaya penciptaan ketahanan pangan
masyarakat kota dan meningkatkan kontribusinya bagi PDRB
PILAR LINGKUNGAN – EKONOMI dapat disasar melalui indikator 9-11 dengan alasan berikut ini:

Semakin luasnya daerah pertanian yang subur menjamin kelangsungan ketahanan pangan dalam masa-masa yang akan
datang

Meningkatnya penggunaan pupuk organik dan penurunan pemanfaatan pestisida berarti mengurangi tingkat kerusakan
lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian, mengurangi eksploitasi lahan pertanian, dan meningkatkan derajat
kesehatan konsumen hasil-hasil pertanian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
BOX 31:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
11
Indikator Pembangunan......
Rukuh Setiadi dkk
1.
Produksi perikanan darat
Ton/ tahun
2.
Produksi perikanan laut
Ton/ tahun
3.
Rasio konsumsi ikan per kapita
Ton/ tahun
4.
Pemanfaatan tempat pelelangan ikan
(%) kepuasan masyarakat
5.
Konsentrasi zat kimia dalam ikan
Cu,Zn, Hg, Cd dalam mg/kg
6.
Konsentrasi zat kimia dalam moluska
Cu,Zn, Hg, Cd dalam mg/kg
7.
Konsentrasi zat kimia dalam sedimen laut
mg/kg
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-4 dengan alasan sebagai berikut:

Produktivitas sektor kelautan dan perikanan secara umum (perikanan darat, laut) mepresentasikan kekuatan ekonomi kota
dan adanya daya dukung lingkungan untuk kegiatan – kegiatan tersebut

Produktivitas sektor kelautan dan perikanan tersebut merepresentasikan kemampuan dalam upaya penciptaan ketahanan
pangan masyarakat kota dan meningkatkan kontribusinya bagi PDRB

Semakin berkembangnya produksi perikanan darat dan laut menjamin kelangsungan ketahanan pangan dalam masa – masa
yang akan datang
BOX 31:
RUMUSAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KOTA SEMARANG
URUSAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN
Rumusan Indikator
Satuan Indikator
Produksi komoditas tanaman hutan
m3 per tahun
Volume Peremajaan hutan
m3 per tahun
Penebangan kayu setiap tahunnya
m3 per tahun
Relevansi dengan Pembangunan Berkelanjutan
PILAR EKONOMI – SOSIAL & LINGKUNGAN dapat disasar melalui indikator 1-3 diatas dengan alasan berikut:

Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas lingkungan

Pembangunan berkelanjutan tidak membatasi upaya maksimasi nilai sumberdaya saat ini selama tidak melebihi kemampuan
sumberdaya tersebut dalam mempertahankan kelestariannya. Keseimbangan produktivitas komoditas tanaman hutan
dengan demikian harus seimbang dengan upaya peremajaannya

Produksi tanaman hutan memiliki kontribusi ekonomi, sementara itu peremajaan hutan adalah bentuk pelestariannya serta
memperkuat daya dukung lingkungan melalui jasa-jasa ekologis yang akan dihasilkan nantinya

Pengurangan volume penebangan kayu mengindikasikan perubahan positif dalam menyandarkan ketergantungan pada
sumberdaya hutan dan menghargai nilai intrinsik yang melekat padanya
1.
2.
3.
12
Download