Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Artikel VII HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DERMATITIS KONTAK ALERGI DI KELURAHAN MAMBORO KECAMATAN PALU UTARA Selvi Alfrida Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu ABSTRAK Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Tujuan penelitian adalah untuk hubungan Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Dermatitis Kontak Alergi Di Kelurahan Mamboro Kecamatan Palu Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, jumlah sampel yaitu 94 responden. Dalam hal ini anggota masyarakat kelurahan Mamboro khususnya yang berstatus sebagai kepala keluarga dijadikan responden yang kebetulan berkunjung ke Puskesmas dan Posyandu. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat.dan bivariat Hasil penelitian menunjukkan, bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang baik, lebih besar kemungkinan tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 57,1%. nilai p = 0,006, berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak. Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,293, artinya kekuatan hubungan pada tingkat hubungan sedang. Masyarakat yang memiliki sikap kurang baik lebih besar kemungkinan tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 53,3%, nilai p = 0,026 berarti ada hubungan bermakna antara sikap masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,244, artinya kekuatan hubungan, pada tingkat hubungan sedang. Kesimpulan, Ada hubungan bermakna antara sikap dan pengetaguan masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Disarankan bagi Bagi petugas kesehatan Puskesmas Mamboro untuk lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya mengenai upaya pencegahan penyakit dermatitis kontak alergi. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Dermatitis kontak Alergi PENDAHULUAN Berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Depkes RI, 2004). Upaya mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan kesehatan yang telah dilakukan tersebut, maka perlu disusun SKN baru yang mampu menjawab dan merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya mutu sumber daya manusia (Human Development Index) yang penting artinya 122 Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Artikel VII Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai pengaruh dari faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa afloresensi poliforfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama, likenitikasi) dan gatal. (Djusaya, 2010). Data yang diperoleh dari profil dari dinas kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 jumlah penderita penyakit kulit alergik 32,8 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2011 jumlah tersebut menurun menjadi 32,055 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan, 2012). Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota palu pada tahun 2011, terdapat 10 pola penyakit terbesar dengan jumlah 144.039 kasus, diantaranya ditemukan kasus penyakit kulit dan alergik untuk semua golongan umur pada urutan ketiga sebanyak 14.537 kasus (10,09%) (Dinas Kesehatan, 2012). Data yang diperoleh dari puskesmas Mamboro untuk penderita penyakit kulit alergik pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2013 sebanyak 417 kasus, diantaranya laki-laki sebanyak 216 orang dan perempuan sebanyak 201 orang (Puskesmas Mamboro, 2013). Upaya pencegahan terhadap penyakit kulit alergik pada masyarakat diperlukan pengetahuan dan sikap yang baik dari.masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami dan bisa mengaplikasikannya. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi di Kelurahan Mamboro Kecamatan Palu Utara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Adapun jumlah sampel adalah anggota masyarakat kelurahan Mamboro khususnya yang berstatus sebagai untuk meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kesehatan bersama pendidikan dan ekonomi merupakan unsur utama yang menentukan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut (Depkes RI, 2004). Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti puskesmas telah terdapat di semua kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh tiga puskesmas pembantu, namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Indonesia memang masih menghadapi permasalahan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu. Selanjutnya meskipun rumah sakit telah terdapat dihampir semua kabupaten atau kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan juga belum dapat berjalan dengan semestinya (Depkes RI, 2004). Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m² dengan berat kirakira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga tergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit berbeda-beda dari kulit yang berwarna terang dan hitam. Warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan genitalia orang dewasa. Bagian kulit sangat bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.. 123 Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 kepala keluarga sebanyak 94 orang.. Analisis data dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode Chi Square (X²) dengan uji Yates correction pada α 0,05. Artikel VII Mamboro Kecamatan Palu Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal pada bulan Juni s/d Agustus 2014. 1. Analisis Uivariat Pada penelitian ini, hasil analisis univariat akan menggambarkan variabel independen yang meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat, variabel dependen upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi di Kelurahan Mamboro Kecamatan Palu Utara, adalah sebagai berikut: HASIL Hasil penelitian dalam bentuk data primer diperoleh melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat dan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi di Kelurahan Tabel 1 Distribusi Menurut Pengetahuan, sikap masyarakat dan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi di Kelurahan Mamboro Kecamatan Palu Utara No Variabel Kategori n = 94 % 1 Pengetahuan Kurang baik 42 44,7 2 3 Sikap upaya pencegahan Baik 52 55,3 Kurang baik 45 47,9 Baik 49 52,1 tidak melakukan 38 40,4 melakukan 56 59,6 Sumber : Data primer tahun 2014 Tabel 1 di atas menunjukkan, dari 94 responden yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yaitu 52 responden (55,3%) dan yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 42 responden (44,7%). yang memiliki sikap baik lebih banyak yaitu 49 responden (52,1%), dan yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 45 responden (47,9%). Dan responden yang melakukan upaya pencegahan penyakit dermatitis kontak alergi lebih banyak yaitu 56 responden (59,6%), dan yang tidak melakukan upaya pencegahan penyakit dermatitis kontak alergi sebanyak 38 responden (40,4%) 124 Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Artikel VII 2. Analisis Bivariat. a.Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Terjadinya Penyakit Dermatitis Kontak Alergi Tabel 2 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dan Upaya Pencegahan Penyakit Dermatitis Kontak Alergi Di Kelurahan Mamboro Kec. Palu Utara Upaya Pencegahan Coefisien Tidak Total P Melakukan Pengetahuan Contingensi Melakukan (N) value 95 % CI f % f 42 Kurang Baik 24 57,1 18 0,293 38 73,1 52 Jumlah 38 40,4 56 Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang baik lebih besar tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 57,1%, dibanding yang melakukan upaya pencegahan. Sedangkan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik lebih kecil kemungkinan melalukan tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 26,9%, dibanding yang melakukan upaya pencegahan. 59,6 94 Baik 14 26,9 0,006 0,293 Berdasarkan hasil uji “Chi Square” nilai p = 0,006 (p < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,293 yang artinya kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. b. Hubungan Sikap Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Terjadinya Penyakit Dermatitis Kontak Alergi. Tabel 3 Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pegawai Di Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah. Upaya Pencegahan Coefisien Tidak Total P Melakukan Contingensi Sikap (N) value Melakukan 95 % CI f % f % Kurang Baik 24 53,3 21 46,7 45 Baik 14 28,6 35 71,4 49 Jumlah 38 40,4 56 Sumber : Data Primer, 2014 59,6 94 Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang 0,026 0,244 memiliki sikap kurang baik lebih besar tidak melakukan upaya pencegahan 125 Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Artikel VII yang pengetahuannya kurang baik, adalah kurang proaktifnya dalam mengikuti penyuluhan, baik melalui petugas kesehatan maupun dari media masa dan tidak mengindahkan informasi tentang penyakit dermatitis kontak alergi pada anak balita, sehingga kebanyakan tidak mengetahui mengenai penyakit dermatitis kontak alergi dan bagaimana cara pencegahan, pengobatan serta penanggulangannya apabila anggota keluarga terkena penyakit dermatitis kontak alergi. Sedangkan masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit dermatitis kontak alergi disebabkan karena masyarakat lebih poraktif dalam mengikuti penyuluhan dan memperhatikan informasi yang diterima, khususnya mengenai upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 53,3%, dibanding yang melakukan upaya pencegahan. Sedangkan masyarakat yang memiliki sikap baik lebih kecil kemungkinan tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dengan proporsi 28,6%, dibanding yang melakukan upaya pencegahan. Berdasarkan hasil uji “Chi Square” nilai p = 0,026 (p < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara sikap masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,244 yang artinya kekuatan hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. . PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Terjadinya Penyakit Dermatitis Kontak Alergi Pada Anak Balita Secara statistik ada hubungan bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,293 yang artinya kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. Hasil analisis univariat menunjukkan, bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan Baik lebih banyak dibanding yang memiliki pengetahuan kurang baik (tabel.1). Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa, masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang baik lebih besar tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dibanding yang melakukan upaya pencegahan. Dan masyarakat yang memiliki pengetahuan baik lebih besar melalukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dibanding yang tidak melakukan upaya pencegahan. (tabel 2) Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Menurut Roger (1974) dalam Notoatmodjo (2010), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langsung daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena masyarakat 2. Hubungan Sikap Dengan Upaya 126 Masyarakat Pencegahan Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Terjadinya Penyakit Kontak Alergi Artikel VII Dermatitis mereka dapatkan dari penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun informasi yang mereka peroleh melalui media masa, sehingga mereka dengan antusias berupaya untuk mencegah dan mengatasi terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Secara statistik ada hubungan bermakna antara sikap masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Hasil uji Coefisien Contingensi didapatkan nilai p = 0,244 yang artinya kekuatan hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. Sejalan dengan pendapat Alport (1994) dalam Notoatmodjo (2010), yang mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial, dan merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Hasil analisis univariat menunjukkan, bahwa masyarakat yang memiliki sikap baik lebih banyak dibanding yang memiliki sikap kurang baik (tabel 4.2). Sedangkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa masyarakat balita yang memiliki sikap kurang baik lebih besar tidak melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dibanding yang melakukan upaya pencegahan, dan masyarakat yang memiliki sikap baik lebih besar melalukan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, dibanding yang tidak melakukan upaya pencegahan (tabel 4.5). Menurut asumsi peneliti, sikap masyarakat yang kurang baik disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat tentang terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, faktor kesibukan masyarakat sehingga kurang memperhatikan aktivitas anaknya dalam bermain, sehingga masyarakat bersikap seakan-akan kurang peduli pada anaknya. Sedangkan sikap masyarakat yang baik, nampak dari sikap masyarakat yang antusias dan peduli terhadap terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, sehingga mereka bersikap lebih berhati-hati untuk memeriksakan kesehatan dan waspada dengan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi pada keluarga, dengan memperhatikan aktivitas bermain anak dan berupaya melakukan pencegahan dengan selalu menjaga personal hygiene, serta makanan yang dikonsumsi. Hal ini juga disebabkan oleh perubahan dari individu itu sendiri dengan melihat, menerima, dan melaksanakan apa yang KESIMPULAN 1. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. 2. Ada hubungan bermakna antara sikap masyarakat dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Kekuatan hubungan antara sikap dengan upaya pencegahan terjadinya penyakit 127 Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 122-128 Artikel VII DAFTAR PUSTAKA dermatitis kontak alergi, pada tingkat hubungan sedang. Saran 1. Bagi petugas kesehatan Puskesmas Mamboro untuk lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya mengenai upaya pencegahan penyakit dermatitis kontak alergi. Sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang lebih baik, bersikap peduli dan penuh perhatian pada keluarga khususnya yang memiliki anak balita dan dapat melakukan tindakan dengan baik terhadap upaya pencegahan terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi, serta pengobatan dan penanggulanganya bila anak terkena dermatitis kontak alergi. 2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan variabel, agar hasil yang diperoleh lebih kredibel lagi. Azwar, 2003, Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Binarupa Aksara, Jakarta. Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2012. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah Tahun 2012. Palu. Dinas Kota palu, 2012. Profil Kesehatan Kota palu Tahun 2007. Palu. Djusaya. A, 2010, Penyakit Kulit dan Kelamin. Cetakan Ulang FKUI, Jakarta. Mansjoer, A. dkk., 2010. Kapita Selekta Kedokteraan Edisi Ketiga Jilid Dua. Media Aesculapius PKUI, Jakarta. Noor Nasry., 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelilian. Rineka Cipta, Jakarta. __________2010. Pendidikan Kesehatan dan llmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam., 2001. Pendekatan Praktik Metodologi Riset Keperawatan. CV. Sagung Seto. Jakarta. Puskesmas Mamboro, 2013. Profil Puskesmas Biromaru, Biromaru. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Direktur Poltekes Palu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, Kepala Puskesmas Mamboro dan masyarakat yang menjadi responden yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini. 128