penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining (sfe)

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND
EXPLAINING (SFE) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 KINALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
1
Tika Putri1, Annika Maizeli2, Novi2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected]
ABSTRACT
This research is motivated by some problems that is when the learning
process of teachers less use of learning model, the teacher is more likely to use the
method of discussion and question and answer, lack of interest in students
learning and lack of interaction between students and teachers so that students
have difficulty understanding the subject matter, breathing (respiration). This
resulted in low biology learning outcomes of students of grade XI IPA SMA 1
Kinali. This study aims to determine the effect of the application of Student
Facilitator and Explaining (SFE) learning model to the results of biology students
learning grade XI IPA SMAN 1 Kinali Lesson Year 2016/2017. This research
type is experiment, with research design of Randomized Control Group Postest
Only Design. Sampling using purposive sampling. Instruments used in the
affective domain are self-assessment sheets and observer's observation sheets. The
cognitive domain is a matter of written test and psychomotor domain in the form
of product assessment. Data were analyzed using t-test with α = 0,05. The result
of data analysis obtained by mean of affective aspect value (self assessment)
experimental class 80,00 and control class 73,53. Hypothesis test results with ttest obtained tcount < t table then the hypothesis is rejected. Cognitive domain got the
average value of experimental class students 67.90 and control classes 39.48,
obtained t count> t table then the hypothesis accepted. Psychomotor domains
obtained the average value of the experimental class students 20.20 and control
classes 9.70. Obtained t count > t table then the hypothesis accepted. It can be
concluded that there is no effect on the application of learning model of Student
Facilitator and Explaining to the result of biology student learning of class XI IPA
SMAN 1 Kinali in the affective domain, while in the cognitive and psychomotor
realm the application of Student Facilitator and Explaining learning model
influences the result of biology student learning grade XI IPA SMAN 1 Kinali
Lesson Year 2016/2017.
Keywords: Student Facilitator and Explaining, Student Learning Outcomes
serangkaian kegiatan guru dan siswa
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan
suatu
proses
yang
atas dasar hubungan timbal-balik yang
mengandung
berlangsung dalam situasi edukatif
1
untuk mencapai tujuan
tertentu.
Salah satu materi yang hasil
Interaksi atau hubungan timbal balik
belajar masih di bawah KKM adalah
antara guru dan siswa ini merupakan
sistem respirasi. Pada materi ini siswa
syarat utama berlangsungnya proses
kesulitan untuk memahami struktur
pembelajaran
dan fungsi dari organ
yang
ideal.
Proses
pernapasan,
pembelajaran yang ideal merupakan
membedakan yang mana mekanisme
proses pembelajaran yang bukan saja
dari
terfokus kepada hasil yang dicapai
pernapasan
perut,
oleh siswa, namun bagaimana proses
bagaimanakah
pertukaran
pembelajaran
mampu
dalam tubuh serta siswa juga kesulitan
memberikan pemahaman yang baik,
memahami tentang pernapasan pada
kecerdasan, ketekunan, kesempatan
hewan. Oleh karena itu, berdampak
dan mutu serta dapat memberikan
terhadap hasil belajar biologi siswa.
perubahan
Hal ini dapat dilihat dari observasi
yang
ideal
perilaku dan
pernapasan
mengaplikasikannya dalam kehidupan
yang
telah
mereka.
didapatkan
harian
Pada saat proses pembelajaran
dada
dengan
memahami
dilakukan,
rata-rata
nilai
siswa pada materi
gas
di
dimana
ulangan
sistem
guru juga kurang menggunakan model
respirasi semester 2 tahun pelajaran
pembelajaran. Guru tersebut lebih
2015/2016 untuk kelas XI IPA1
cenderung
didapatkan
menggunakan
metode
nilai
rata-rata
adalah
diskusi dan tanya jawab, namun hanya
72,32;XI IPA2 nilai rata-rata adalah
siswa yang pandai saja yang akan
66,38; XI IPA3 nilai rata-rata adalah
aktif menjawab pertanyaan guru, oleh
72,12; XI IPA4 nilai rata-rata adalah
karena itu akan terlihat kurangnya rasa
71,84. Kriteria Ketuntasan Minimal
bertanggung jawab dan percaya diri
(KKM) yang harus dicapai siswa pada
siswa terhadap materi yang dipelajari.
mata pelajaran biologi adalah 79,
Hal ini berdampak terhadap rendahnya
namun rata-rata nilai siswa tersebut
hasil belajar siswa, dimana hasil
masih di bawah Kriteria Ketuntasan
belajar siswa masih berada di bawah
Minimal (KKM).
Berdasarkan gambaran masalah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
tersebut
2
dibutuhkan
suatu
pembelajaran yang dapat menciptakan
interaksi peserta didik dan memiliki
suasana belajar yang melibatkan siswa
tujuan
secara
penguasaan materi.
aktif
dalam
memahami
pembelajaran dan tidak terpusat lagi
untuk
Dalam
meningkatkan
proses
pembelajaran
pada guru. Salah satunya dengan
dengan
menggunakan
pembelajaran
pembelajaran Student Facilitator and
pembelajaran
Explaining (SFE) ini siswa dapat
kooperatif.
model
Model
menggunakan
model
kooperatif adalah rangkaian kegiatan
menjelaskan
belajar siswa dalam kelompok tertentu
konsep.
untuk mencapai tujuan pembelajaran
diagram yang menunjukkan saling
yang dirumuskan.
keterkaitan antara konsep
Model
materi
Peta
melalui
konsep
peta
merupakan
sebagai
pembelajaran kooperatif yang dapat
reperentasi dari makna (meaning).
digunakan
model
Menurut Novak dan Gowin (1985)
pembelajaran Student Fasilitator and
dalam Lufri (2007) kriteria penilaian
Explaining (SFE). Menurut Istarani
peta konsep ini terdiri dari proposisi,
(2015) model pembelajaran SFE ini
hirarki, kaitan silang dan contoh.
dapat
kemampuan
Proposisi merupakan dua konsep yang
siswa dalam mengembangkan materi
dihubungkan oleh kata penghubung,
ajar
adalah
meningkatkan
secara
menumbuhkan
dalam
mandiri,
dapat
hierarki adalah tingkatan dari konsep
kemampuan
siswa
yang paling umum ke khusus, kaitan
menyampaikan
pengetahuan
silang
adalah
hubungan
yang
yang dimilikinya kepada temannya
bermakna antara suatu konsep pada
serta
jiwa
satu hierarki dengan konsep lain pada
kebersamaan, karena saling jelas-
hierarki yang lainnya, dan contoh
menjelaskan satu sama lainnya”.
adalah kejadian atau objek yang
Model pembelajaran
spesifik yang sesuai dengan atribut
dapat
memupuk
Student
Facilitator and Explaining (SFE) ini
juga
merupakan
pembelajaran
salah
satu
kooperatif
konsep.
tipe
Berdasarkan
latar
belakang
yang
masalah di atas, maka telah dilakukan
menekan pada struktur khusus yang
penelitian yang berjudul “ Penerapan
dirancang untuk memengaruhi pola
Model
3
Pembelajaran
Student
Facilitator and Explaining (SFE)
belajar biologi siswa kelas XI IPA
Terhadap Hasil
SMA Negeri 1 Kinali.
Belajar
Biologi
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Prosedur
pelaksanaan dan
METODE PENELITIAN
Instrumen
Penelitian ini adalah penelitian
Pengambilan
lembaran
Langkah-langkah
yang
dipahami siswa, dan
menggunakan
dan Kebudayaan,2015: 11). Ranah
rata-ratanya
kognitif dengan menggunakan soal
objektif untuk tes hasil belajar, serta
kelas sampel; (3) setelah mendapatkan
ranah psikomotor melalui penilaian
dua kelas sampel kemudian dilakukan
produk (penilaian peta konsep kelas
pemilihan kelas eksperimen dan kelas
eksperimen dan penilaian bagan pada
kontrol dengan cara diundi; (4) dari
kelas kontrol).
yang dilakukan maka
Langkah-langkah
diperoleh kelas XI IPA3 sebagai kelas
penyusunan
instrumen tes akhir yang dilakukan
eksperimen dan kelas XI IPA4 sebagai
adalah sebagai berikut: (1) Membuat
kelas kontrol.
kisi – kisi soal tes. (2) Menyusun tes
Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah penerapan
yang
oleh siswa (Kementerian Pendidikan
mendekati sama yang akan menjadi
pengundian
diri
format sederhana yang mudah diisi
dari guru biologi;(2) mengambil dua
nilai
penilaian
dengan bahasa lugas yang dapat
dilakukan
ujian semester 1 siswa kelas XI IPA
yang
ini
jelas dan tidak bermakna ganda,
tertentu.
sebagai berikut : (1) mengambil nilai
kelas
penelitian
dirumuskan secara sederhana, namun
Random Sampling, yaitu pengambilan
pertimbangan
dalam
tahap akhir.
adalah pada ranah afektif melalui
sampel
dilakukan dengan teknik Purposive
berdasarkan
dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu persiapan,
Kinali Tahun Pelajaran 2016/2017”.
eksperimen.
penelitian
uji coba yang dibuat dalam bentuk tes
model
objektif dan lima option jawaban. (3)
pembelajaran Student Facilitator and
Soal diuji cobakan kepada siswa yang
Explaining (SFE). Variabel terikat
bukan kelas sampel, sehingga didapat
dalam penelitian ini adalah hasil
beberapa soal untuk tes akhir, yang
terlebih dahulu dilkukan uji validitas,
4
daya pembeda item, indeks kesukaran
kelas kontrol nilai rata-rata aspek
item dan reliabilitas.
bertanggung jawab 38,24, nilai ratarata aspek percaya diri 56,86 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai
1. Ranah Afektif
Perbandingan
diri siswa dapat dilihat pada Gambar 1
nilai
rata-rata
kelas kontrol dapat dilihat pada
96,67
Gambar 2 di bawah ini.
97,06
57,5
56,86
38,24
25
0
Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
nilai afektif
85,83
Rata-rata
nilai afektif
Rata-rata
50
saling
ranah afektif kelas eksperimen dan
di bawah ini.
75
aspek
menghargai 97,06.
Nilai rata-rata aspek penilaian
100
rata-rata
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
80
73.53
100
75
50
25
0
Kelas Sampel
Bertanggung Jawab
Percaya Diri
Saling Menghargai
Gambar
Kelas sampel
Gambar 1.Diagram Nilai Rata-rata
Pada Aspek Penilaian
Diri
Siswa
Ranah
Afektif
Kelas
Eksperimen dan Kelas
Kontrol.
2.Diagram Perbandingan
Nilai Rata-rata Afektif
Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
Berdasarkan Gambar 2 di atas
pada kelas eksperimen nilai rata-rata
siswa
80,00
dengan
persentase
Berdasarkan Gambar 1 di atas
ketuntasan 50% sedangkan pada
pada kelas eksperimen nilai rata-rata
kelas kontrol nilai rata-rata siswa
aspek bertanggung jawab 57,50,
73,53 dengan persentase ketuntasan
nilai rata-rata aspek percaya diri
15%. Maka nilai rata-rata kelas
85,83 dan nilai rata-rata aspek saling
eksperimen lebih tinggi dari pada
menghargai 96,67. Sedangkan pada
kelas
5
kontrol.
Penilaian yang dilakukan pada
diperintahkan oleh guru. Kemudian di
ranah afektif berupa hasil penilaian
kelas eksperimen siswa membuat peta
diri
pada
konsep sudah sesuai dengan tujuan
terakhir proses pembelajaran pada
pembelajaran sedangkan pada kelas
materi sistem pernapasan (respirasi).
kontrol banyak siswa membuat bagan
Penilaian ini juga dikontrol setiap kali
(chart) tidak sesuai dengan tujuan
pertemuan dengan melakukan hasil
pembelajaran. Selanjutnya pada kelas
penilaian observasi oleh observer.
eksperimen siswa banyak membuat
yang
dilakukan
siswa
peta konsep sendiri-diri sedangkan
Menurut Kunandar (2013:100)
keberhasilan
pada kelas kontrol banyak siswa yang
belajar seseorang. Orang yang tidak
mencontoh dari temannya. meskipun
memiliki
pelajaran
rata-rata
mencapai
eksperimen lebih tinggi dari pada
keberhasilan belajar yang optimal.
kelas kontrol, namun dari kedua kelas
Hal ini juga dapat dilihat dari setiap
sampel ini ada juga yang membuat
aspek yang dinilai pada ranah afektif.
peta konsep tidak sesuai dengan
Aspek yang dinilai pada ranah afektif
kriteria, tujuan pembelajaran dan ada
berupa penilaian diri terdiri dari 3
juga yang masih mencontoh atau
yaitu
menyalin tugas temannya. hal ini
sikap
menentukan
tertentu
minat
sulit
aspek
pada
untuk
bertanggung
jawab,
disebabkan
percaya diri dan saling menghargai.
kesediaan
Pada aspek bertanggung jawab
nilai
siswa
karena
dan
di
kelas
kurangnya
kesiapan
siswa
siswa di kelas eksperimen rata-rata
terhadap menerima penugasan yang
nilai siswa lebih tinggi dari pada kelas
diperintahkan oleh guru. Hal ini
kontrol. Di kelas eksperimen siswa
sesuai dengan pendapat Anwar (2009:
lebih banyak membuat peta konsep
118) menyatakan “bahwa penerimaan
sesuai
(Receiving)
dengan
kriteria
yang
menunjukkan
pada
diperintahkan guru sedangkan di kelas
kesediaan dan kesiapan siswa untuk
kontrol banyak siswa yang tidak
menerima suatu fenomena khusus
membuat bagan (chart), meskipun ada
atau suatu rangsangan tertentu”.
siswa yang membuat bagan namun
Pada Aspek percaya diri siswa di
tidak sesuai dengan kriteria yang
kelas eksperimen rata-rata nilai siswa
6
lebih
tinggi
kontrol.
dibandingkan
Karena
pada
kelas
terhadap kegiatan yang dilakukan
kelas
dalam proses pembelajaran.
eksperimen banyak siswa yang berani
tampil
presentasi,
bertanya,
menjawab/menanggapi
penjelasan
2. Ranah Kognitif
Hasil penilaian tes akhir siswa
kelas eksperimen dan
materi dari temannya sedangkan pada
dapat dilihat pada Gambar 3.
kelas kontrol banyak siswa yang
kurang
berani
bertanya
dan
100
menuliskan jawaban di depan papan
menanggapi
jawaban
dari
temannya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya
respon
siswa
terhadap
materi yang dipelajari.
Pada aspek saling menghargai
Eksperimen
Kontrol
67,9
75
Nilai Rata- rata kognitif
tulis dan juga banyak siswa yang tidak
berani
kelas kontrol
50
39,48
25
0
Kelas sampel
rata-rata nilai siswa kelas kontrol
lebih
tinggi
dibandingkan
kelas
Gambar 3.Diagram Nilai Rata-rata
Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas
Kontrol.
eksperimen karena pada kelas kontrol
pada saat guru menjelaskan materi
dan pada saat temannya menuliskan
Berdasarkan Gambar 3 di atas
jawaban di depan papan tulis. Banyak
pada kelas eksperimen nilai rata-rata
siswa tersebut yang memperhatikan,
siswa
berbeda dengan kelas eksperimen
0%. Dimana tingkat keberhasilan
terlihat
hasil belajar siswa masih kurang
kurangnya respon siswa terhadap guru
baik
dan temannya pada saat menjelaskan
materi
kurangnya
pelajaran,
kesadaran
karena
persentase
ketuntasannya masih di bawah 60%.
selanjutnya
diri
pada
39,48 dengan persentase ketuntasan
berbicara, bukan memperhatikan dan
ini
persentase
kelas kontrol nilai rata-rata siswa
pelajaran siswa tersebut juga ikut
hal
dengan
ketuntasan 10% sedangkan
pada saat guru menjelaskan materi
mendengarkan.
67,90
Hal
siswa
7
ini
sesuai
dengan
yang
dikemukakan oleh Djamarah dan
Zain
(2014:107)
keberhasilan
bahwa
belajar
Model pembelajaran ini
tingkat
dapat
meningkatkan
juga
kemampuan
mengajar
siswa untuk berfikir mengembangkan
dikatakan maksimal apabila seluruh
materi. Hal ini terlihat pada saat guru
bahan pelajaran yang diajarkan itu
menyuruh
dapat dikuasai oleh siswa, dikatakan
materi dengan membuat peta konsep.
baik sekali apabila sebagian besar
Kemudian
(76% s/d 99%) bahan pelajaran yang
model
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa,
keaktifan
dikatakan
bahan
pembelajaran. Hal ini juga terlihat
pelajaran yang diajarkan hanya 60%
pada saat siswa menjelaskan materi
s/d 75% dikuasai oleh siswa, dan
dan pada saat siswa bertanya maupun
dikatakan
menjawab atau menanggapi jawaban
baik
apabila
kurang
apabila
bahan
pelajaran yang diajarkan kurang dari
eksperimen
model
dengan
menggunakan
dapat
meningkatkan
ini
siswa
dalam
proses
Sedangkan pada kelas kontrol
kelas
menggunakan
mengembangkan
dari temannya.
60% dikuasai oleh siswa.
Pada
siswa
menggunakan pembelajaran diskusi
pembelajaran
dan
tanya
jawab.
Dalam
proses
Student Fasilitator and Explaining
pembelajaran dengan menggunakan
(SFE). Menurut Sohimi (2014: 183-
pembelajaran diskusi dan tanya jawab
185)” model pembelajaran Student
ini
Fasilitator and Explaining merupakan
menjawab pertanyaan dan
salah
siswa yang kurang berani menuliskan
satu
kooperatif
tipe
yang
pembelajaran
menekan
pada
siswa
jawaban
kurang
di
aktif
untuk
banyak
depan
papan
tulis,
demikian
peneliti
tetap
struktur khusus yang dirancang untuk
meskipun
memengaruhi pola interaksi peserta
memberikan motivasi dan mendorong
didik dan memiliki tujuan untuk
siswa agar berani menjawab dan
meningkatkan
menuliskan
penguasaan
materi.
Dengan menggunakan model ini dapat
meningkatkan
antusias,
jawaban
dengan
menunjuk siswa tersebut.
motivasi,
Berdasarkan proses pembelajaran
Keaktifan, dan rasa senang”.
dari
8
kedua
kelas
sampel,
pembelajaran
pada
ranah
hasil
kognitif
lebih tinggi kelas eksperimen dengan
ketuntasan 0% sedangkan pada kelas
menerapkan
pembelajaran
kontrol nilai rata-rata siswa 9,70
Student Fasilitator and Explaining
dengan persentase ketuntasan 0%.
(SFE) dibandingkan kelas kontrol
Perbandingan nilai rata-rata kelas
dengan
pembelajaran
eksperimen lebih tinggi dari pada
diskusi dan tanya jawab. Berarti
kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat
dengan
model
dari kriteria pembuatan peta konsep
pembelajaran Student Fasilitator and
yang dibuat oleh siswa pada kelas
Explaining
eksperimen dan bagan (Chart) pada
model
menerapkan
menerapkan
(SFE)
berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas XI
kelas kontrol.
IPA SMA Negeri 1 Kinali Tahun
Menurut Novak dan Gowin (
1985) dalam Lufri (2007) kriteria
Pelajaran 2016/2017.
pembuatan peta konsep diantaranya
3. Ranah Psikomotor
adalah
Rata-rata nilai siswa pada ranah
penghubung;
4 di bawah ini.
Nilai Rata-rata
psikomotor
50
20.2
25
adalah
dua
(2)
Hierarki
adalah
tingkatan dari konsep yang paling
umum sampai konsep yang paling
Eksperimen
Kontrol
75
Proposisi
konsep yang dihubungkan oleh kata
psikomotor dapat dilihat pada Gambar
100
(1)
khusus; (3) Kaitan Silang adalah
hubungan yang bermakna antara suatu
9,7
konsep pada satu hierarki dengan
0
konsep
Kelas sampel
lain
pada
hierarki
yang
lainnya.; (4) Contoh adalah kejadian
Kelas sampel
atau objek yang spesifik yang sesuai
Gambar
4.Diagram Perbandingan
Nilai
Rata-rata
Psikomotor
Kelas
eksperimen dan Kelas
Kontrol.
dengan atribut konsep.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada penilaian peta konsep
kelas eksperimen banyak siswa yang
Berdasarkan Gambar 4 di atas
membuat peta konsep kurang sesuai
pada kelas eksperimen nilai rata-rata
dengan
kriteria
siswa
konsep
dan
20,20
dengan
persentase
9
pembuatan
tujuan
peta
pembelajaran
bahkan ada yang tidak sesuai dengan
siswa, karena dari peta konsep dan
kriteria dan tujuan pembelajaran. Pada
bagan yang dibuat siswa akan terlihat
penelitian
kriteria
pemahaman siswa dan penguasaan
pembuatan peta konsep yang tidak
materi pada siswa. Kendala yang
sesuai dibuat oleh semua siswa adalah
sering ditemukan oleh siswa terlihat
contoh. Hal ini sangat berpengaruh
dari kurangnya pemahaman siswa
terhadap penilaian peta konsep yang
terhadap materi yang dipelajari,
ini
salah
satu
dibuat oleh siswa.
Sesuai dengan pendapat Istarani
penilaian
dan Muhammad Ridwan (2015: 159)
peta konsep siswa disebabkan oleh
kelemahan dari tipe pembelajaran
ketidaksesuaian kriteria peta konsep
Student Fasilitator and Explaining
yang dibuat oleh siswa, kemudian
adalah sebagai berikut ini.” Siswa
disebabkan oleh banyaknya siswa
kurang
yang tidak membuat peta konsep
materi
dengan alasan belum siap karena
kemampuan siswa dalam menjelaskan
kekurangan
hasil pengembangan materi ajar yang
Rendahnya
rata-rata
waktu
untuk
kontrol
dilakukan
rata-
mandiri
dan
KESIMPULAN
ini rata –rata penilaian bagan juga
Rendahnya
secara
dengan
penilaian bagan. Pada kelas kontrol
rendah.
ajar
mengembangkan
dilakukannya sangat terbatas”.
menyelesaikannya. Sedangkan pada
kelas
terbiasa
Berdasarkan
hasil
telah
dilakukan,
yang
rata
penelitian
dapat
penilaian bagan dapat disebabkan
disimpulkan bahwa.
karena banyak
1. Pada ranah afektif tidak terdapat
siswa
yang tidak
membuat bagan, kemudian banyak
pengaruh
bagan yang dibuat siswa kurang
pembelajaran Student Facilitator
sesuai dengan kriteria dan tujuan
and
pembelajaran.
belajar biologi siswa kelas XI IPA
Rendahnya penilaian peta konsep
penerapan
Explaining
model
terhadap
hasil
SMAN 1 Kinali Tahun Pelajaran
dan penilaian bagan siswa pada kelas
2016/2017.
ekperimen dan kelas kontrol sangat
2. Pada ranah kognitif
berpengaruh terhadap hasil belajar
pengaruh
10
penerapan
terdapat
model
pembelajaran Student Facilitator
and
Explaining
terhadap
Lufri.2007.
Strategi
Pembelajaran
Biologi. Padang: UNP Press.
hasil
Shoimin,
belajar biologi siswa kelas XI IPA
A.
2014.
68
SMAN 1 Kinali Tahun Pelajaran
Pembelajaran
2016/2017.
Kurikulum 2013. Yogyakarta :
3. Pada ranah psikomotor terdapat
pengaruh
penerapan
Ar-Ruzz Media.
model
pembelajaran Student Facilitator
and
Explaining
terhadap
hasil
belajar biologi siswa kelas XI IPA
SMAN 1 Kinali Tahun Pelajaran
2016/2017.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,S. 2009. Penilaian Berbasis
Kompetensi. Padang UNP Press.
Djamarah dan Zain. 2014. Strategi
Belajar
Mengajar.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Istarani dan Ridwan,M. 2015. 50 Tipe
Strategi
Dan
Pembelajaran
Teknik
Kooperatif.
Medan : Media Persada.
Kementerian
Pendidikan
Kebudayaan.
Penilaian
2015.
untuk
dan
Panduan
Sekolah
Menengah Atas (SMA). Jakarta:
Kementrian
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Kunandar.2013. Penilaian Autentik.
Jakarta: Rajawali Press.
11
inovatif
Model
dalam
Download