tinjauan yuridis pengawasan badan lingkungan

advertisement
JURNAL BERAJA NITI
ISSN : 2337-4608
Volume 3 Nomor 9 (2014)
http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja
© Copyright 2014
TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA PENJUALAN HEWAN
PELIHARAAN YANG TIDAK MEMILIKI SURAT PERNYATAAN
KESANGGUPAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(Studi Di Jalan Tarmidi Kelurahan Sungai Pinang Luar)
Yudi Adha Surendra1
([email protected])
Rosmini2
([email protected])
Rika Erawaty3
([email protected])
Abstrak
Di Jalan Tarmidi Rt. 12 Kelurahan Sungai pinang Luar masyarakatnya mayoritas
bekerja di bidang jasa dan yang paling banyak adalah usaha penjualan hewa
peliharaan. Walaupun termasuk dalam kategori usaha yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, namun usaha penjualan hewan peliharaan
yang terdapat di Jalan Tarmidi ini bejumlah lebih dari sepuluh usaha penjualan
hewan peliharaan dimana semuanya membuang limbah hasil dari usaha
penjualan hewan peliharaan mereka langsung ke Sungai Karang Mumus.
Peran Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda sebagai pengawas yang
berkoordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kota Samarinda
dalam menyelidiki dan menyidik setiap usaha yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup sangatlah penting. Kewenangan untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan ini terdapat di dalam Peraturan Walikota Samarinda
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 11 yang menyebutkan bahwa
penyelidikan dan penyidikan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Pemerintah Kota Samarinda.
Kata Kunci: Dampak Lingkungan, Pengawasan.
1
2
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
PENDAHULUAN
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang–Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyatakan “Lingkungan Hidup adalah Kesatuan Ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk Hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perkehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lain”. Samarinda merupakan kota yang kegiatan
ekonominya mayoritas bergerak di bidang jasa, banyak pendatang yang tertarik
untuk berusaha dan mencari pekerjaan di Kota Samarinda sehingga kebudayaan,
kependudukan, sosial dan ekonomi warga Kota Samarinda mulai berkembang.
Perkembangan ini juga berdampak terhadap kondisi lingkungan Kota Samarinda.
Dewasa ini kondisi lingkungan hidup kita sudah semakin buruk, ini
disebabkan oleh beberapa hal seperti penataan kota yang tidak sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berakibat pada pembangunan yang
semerawut. Dampak dari pembangunan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah inilah yang menyebabkan efek yang buruk bagi kehidupan
disekitar lingkungan. Kenyataannya setiap orang ingin mendapatkan hidup yang
layak, dalam hakikatnya bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.4 Namun hal ini tidak mungkin
bisa terwujud jika penataan ruang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW). Hakikatnya Rencana Tata Ruang Wilayah sendiri harus sesuai
dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Kajian Lingkungan Hidup
Strategis adalah “ rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program”.5 Kajian Lingkungan Hidup Strategis merupakan
dasar dalam pembuatan Peraturan Daerah yang menyangkut tata ruang.
4
Pasal 28 H Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 1 Angka (10) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5
2
Tinjauan Yuridis Pengawasan Badan Lingkungan (Yudi Adha)
Dalam mengatur tata ruang
tentunya diperlukan suatu sistem yaitu
dengan cara perizinan, baik itu Izin Usaha maupun Izin Lingkungan. “Izin
Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
Usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin Usaha dan/atau Kegiatan”. Selain Izin Lingkungan setiap usaha atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup juga wajib memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Untuk usaha atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan hidup (SPPL)
tetapi tidak wajib memiliki Izin Lingkungan. “Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat SPPL
adalah pernyataan kesanggupan dari penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya”.6
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup diajukan
oleh pemrakarsa atau pemilik usaha atau kegiatan kepada Walikota Samarinda
melalui Kepala Badan Lingkungan Hidup, setelah itu jika format Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut telah memenuhi format
yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun
2013 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup selanjutnya pemrakarsa menerima tanda bukti penerimaan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan hidup dari Kepala Badan
Lingkungan Hidup, kemudian setelah Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup diperiksa oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup.
6
Pasal 1 Angka (6) Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
3
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Sungai Karang Mumus menjadi salah satu fitur geografi yang penting di
Kota Samarinda. Hanya saja, karena pencemaran, pembuangan sampah tak
bertanggung jawab, dan berdirinya pemukiman di sepanjang bantaran sungai ini,
membuatnya terlihat kumuh dan semerawut. Disepanjang Sungai Karang Mumus
terutama di daerah Kelurahan Sungai Pinang Luar Jalan Tarmidi banyak terdapat
bangunan kumuh yang melakukan beberapa jenis usaha atau kegiatan
diantaranya adalah usaha penjualan hewan peliharaan. Memang usaha yang
tergolong kecil ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sungai
Karang Mumus, namun jika dengan skala yang cukup besar dimana terdapat lebih
dari 10 usaha penjualan hewan peliharaan tentu saja juga bisa menimbulkan
dampak buruk yang cukup serius terhadap kelestarian sungai Karang Mumus.
Untuk itulah diperlukan adanya suatu regulasi agar para pelaku, pemilik usaha
penjualan hewan peliharaan ini dapat berlaku tertib sehingga tidak menimbulkan
ancaman yang cukup serius bagi kelestarian sungai Karang Mumus.
PEMBAHASAN
A.
Bentuk pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda
terhadap usaha penjualan hewan peliharaan yang tidak memiliki
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pengaturan mengenai Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup disebutkan pengertiannya pada Peraturan Walikota
Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup,
dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1
Angka 6 yaitu Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggung jawab usaha atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan
atau kegiatannya di luar usaha dan atau kegiatan yang wajib AMDAL atau
UKL-UPL.
4
Tinjauan Yuridis Pengawasan Badan Lingkungan (Yudi Adha)
Di
dalam
Undang-undang
Nomor
32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga dijelaskan mengenai
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 35 ayat
(1), dan ayat (2) yaitu:
1. Pasal 35 ayat (1) Usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib
dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan lingkungan Hidup wajib membuat Surat
Pernyataan kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Pasal 35 ayat (2) Penetapan jenis usaha dan atau kegiatan
sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan kriteria:
a. Tidak termasuk dalam kategori berdampak penting.
b. Kegiatan usaha mikro dan kecil.
Usaha kecil menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil, dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00
(tiga
ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
5
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Ciri-ciri usaha mikro adalah:7
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai.
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro:8
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya.
2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat.
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan.
5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
Format Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan tata cara pengajuannya sudah dimuat dalam Peraturan Walikota
Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
7
http://mulyajho.blogspot.com/2012/08/pengertian-usaha-mikro.html, Diakses tanggal 02 September
2014, Pukul 11.04 WITA.
8
6
Ibid.
Tinjauan Yuridis Pengawasan Badan Lingkungan (Yudi Adha)
Hidup. Pada pasal 3 ayat (2) dijelaskan bahwa Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup disusun oleh pemrakarsa
dan harus sesuai dengan format yang tercantum di dalam Lampiran III
peraturan walikota ini. Di dalam pasal 3 ayat (3) di katakan bahwa Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
haruslah
dilengkapi dengan Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Besaran
Dampak Lingkungan Hidup sesuai jenis usaha dan atau kegiatan. Pasal 4
ayat (1) menjelaskan bahwa Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang berlokasi di wilayah Kota Samarinda diajukan
langsung kepada Walikota Samarinda melalui Kepala Badan Lingkungan
Hidup Kota Samarinda. Setelah memenuhi format penyusunan Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
maka
pemrakarsa akan menerima tanda bukti penerimaan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Setelah memenuhi format
yang
telah
ditentukan
selanjutnya
dilakukan
pemeriksaan
Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan
oleh bidang yang menangani Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tersebut. Tugas Kepala Badan Lingkungan terkait
dengan
pembuatan
Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan ayat (2)
yaitu:
1. Melakukan Pemeriksaan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan memberikan persetujuannya paling lama 7 hari
kerja setelah diterimanya Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Dalam hal terdapat kekurangan data dan atau informasi Surat
Pernyataan
Kesanggupan
memerlukan
tambahan
Pengelolaan
atau
Lingkungan
perbaikan,
Hidup
pemrakarsa
serta
wajib
menyempurnakan dan atau melengkapinya sesuai hasil pemeriksaan.
7
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Sanksi bagi setiap usaha atau kegiatan yang tidak membuat Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat dalam
Pasal 9, dijelaskan disini bahwa pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 akan dikenai sanksi berupa
penghentian usaha dan atau kegiatan dan atau pencabutan terhadap
segala bentuk Perizinan yang telah dimiliki oleh rencana usaha dan atau
kegiatan dimaksud. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis di
Kantor Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda dengan Bapak Ir.
Kumarul Zaman M.Si mengatakan bahwa pihak Badan Lingkungan Hidup
Kota Samarinda tidak melakukan pengawasan terhadap usaha penjualan
hewan peliharaan di Jalan Tarmidi Rt. 12 Kelurahan Sungai Pinang Luar
karena usaha penjualan hewan peliharaan tersebut merupakan industri
rumah tangga yang berskala mikro atau kecil.10
B.
Kendala
yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Samarinda
9
dalam
melakukan
pengawasan
terhadap
usaha
Pasal 8 Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa setiap rencana usaha dan atau
kegiatan tidak diperkenankan melakukan kegiatan pembukaan, pembersihan, pematangan lahan,
mendirikan bangunan dan atau kegiatan fisik lainnya pada lokasi rencana usaha dan atau kegiatan
sebelum diterbitkannya Izin Lingkungan atau Persetujuan SPPL.
10
Dalam hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan bapak Mahmudi selaku pemilik usaha
penjualan hewan peliharaan, Tanggal 15 Juli Tahun 2014.
8
Tinjauan Yuridis Pengawasan Badan Lingkungan (Yudi Adha)
penjualan hewan peliharaan yang tidak memiliki Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013
tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 10 disebutkan bahwa yang melakukan
pengawasan terhadap usaha atau kegiatan yang tidak memiliki Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan
Hidup Kota Samarinda dibantu oleh Satuan Polisi pamong Praja Kota
Samarinda. Selain itu sebelum dilakukan pengawasan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tersebut akan dilakukan
penyelidikan dan penyidikan dahulu oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Kota Samarinda, ini terdapat di dalam Pasal 11.11
Berdasarkan hasil wawancara penulis di Kantor Badan Lingkungan
Hidup Kota Samarinda dengan Kepala Bidang Tata Lingkungan dijelaskan
bahwa tidak perlu untuk melakukan penyelidikan maupun penyidikan
dikarenakan usaha penjualan hewan peliharaan di Jalan Tarmidi hanyalah
usaha rumah tangga yang berskala mikro atau kecil. Kendala yang dihadapi
oleh
Badan
Lingkungan
Hidup
Kota
Samarinda
dalam
melakukan
pengawasan terhadap usaha penjualan hewan peliharaan adalah Badan
Lingkungan Hidup Kota Samarinda tidak mengetahui bahwa usaha penjualan
hewan peliharaan adalah usaha yang termasuk skala mikro dan kecil dimana
di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 35 Ayat (2) dijelaskan
bahwa usaha yang termasuk golongan mikro dan kecil adalah usaha yang
wajib memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
11
Pasal 11 Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa pemberian sanksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 10 dilakukan oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja setelah dilakukan
penyelidikan dan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pemerintah Kota Samarinda.
9
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
Hidup. Jika sudah termasuk usaha golongan mikro dan kecil maka wajib
dilakukan pengawasan terhadap usaha atau kegiatan tersebut.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bentuk pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda terhadap
usaha penjualan hewan peliharaan yang tdak memiliki Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup
Kota Samarinda tidak melakukan pengawasan terhadap usaha penjualan
hewan peliharaan di Jalan Tarmidi Rt. 12 Kelurahan Sungai Pinang Luar
dikarenakan usaha penjualan hewan peliharaan tersebut hanya usaha
rumah tangga yang berskala mikro dan kecil. Namun di dalam Undangundang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 35 ayat (1) diterangkan bahwa
setiap usaha yang tidak wajib Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup wajib membuat Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam ayat (2) juga
dijelaskan mengenai kriteria usaha yang wajib membuat Surat
Pernyataan
Kesanggupan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
adalah
kegiatan usaha mikro dan kecil.
2.
Kendala yang dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda
dalam melakukan pengawasan terhadap usaha penjualan hewan
peliharaan
Pengelolaan
yang
tidak
Lingkungan
memiliki
Hidup.
Surat
Pernyataan
Kendala
yang
Kesanggupan
dihadapi
Badan
Lingkungan Hidup Kota Samarinda dalam melakukan pengawasan
terhadap usaha penjualan hewan peliharaan di Jalan Tarmidi Rt. 12
Kelurahan Sungai Pinang Luar adalah kurangnya kemampuan Badan
Lingkungan Hidup Kota Samarinda dalam menafsirkan maksud dari
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
10
Tinjauan Yuridis Pengawasan Badan Lingkungan (Yudi Adha)
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Walikota Samarinda
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sehingga
Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda beranggapan bahwa tidak
perlu dilakukan pengawasan kepada usaha penjualan hewan peliharaan
di Jalan Tarmidi dikarenakan usaha tersebut termasuk usaha yang
berskala kecil dan mikro.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi dari Pemerintah Kota Samarinda dengan instansi-instansi yang
terkait tentang Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013
tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
Hidup,
dan
Surat
Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar pelayanan yang
diberikan oleh instansi-instansi tersebut dapat maksimal dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Kerjasama antara Pemerintah Kota
Samarinda, Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda dan instansi lain
yang menyangkut masalah lingkungan hidup agar setiap masalah yang
muncul di masyarakat khususnya yang terkait dengan lingkungan hidup
dengan cepat dapat diselesaikan. Peranan dari masyarakat juga sangat
penting dalam menjaga kelestarian lingkungan Kota Samarinda, agar Kota
Samarinda bisa terbebas dari masalah lingkungan hidup.
Daftar Pustaka
11
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 9
A. Buku
Erwin,
Muhammad, 2009, Hukum Lingkungan Dalam Sistem
Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Reflika Aditama,
Bandung.
Husin, Sukanda, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta.
Marzuki, Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Kencana Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Siahaan, N.H.T, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
PT.
Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 1993, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sundari Rangkuti, Siti, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional, Airlangga University Pers, Surabaya.
Sunggono, Bambang, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Susanto, I.S, 1992, Pemahaman Kritis Terhadap Realita Sosial, PT.
Gelora Aksara Pratama, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Walikota Samarinda Nomor 32 Tahun 2013 tentang Pedoman
Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan
Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, dan Surat
Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
C. Artikel Internet
http://blh.samarindakota.go.id/
12
Download