Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora dalam

advertisement
Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora
dalam Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Blora Periode Tahun 2014-2015
Rizky Himas Cahyo Wibowo, NIM : 13101054
ABSTRAKSI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah merupakan instrumen
untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan belanja daerah dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum maka peran ini
ditujukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai wakil rakyat dalam
melaksanakan fungsi anggaran terhadap penyusunan dan penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan dan faktorfaktor hambatan dari Dewan Pewakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora dalam
melaksanakan fungsi anggaran dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Lokasi penelitian di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora.
Jenis penelitian yaitu pendekatan empiris. Sifat penelitian menggunakan
deskriptif. Sumber data penelitian menggunakan primer dan sekunder. Alat
pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis
data yang digunakan adalah kualitatif.
Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora dalam
melaksanakan fungsi anggaran terhadap penyusunan dan penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah berjalan cukup baik, namun DPRD Kabupaten
Blora belum dapat melaksanakan perannya dengan yang sudah ditentukan oleh
perundang-undangan. Faktor-faktor yang menjadi hambatan DPRD Kabupaten
Blora terlambat dalam penyusunan dan penetapan APBD antara lain, (1)
Birokrasi; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Komunikasi; (4) Sikap (Deposisi); dan
Politik/Sosial.
KATA KUNCI : Peran DPRD, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan
Keterlambtan
LATAR BELAKANG MASALAH
Pemberlakuan Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang baru diimplementasikan telah memberikan kontriburasi secara
dewasa kepada seluruh jajaran pemerintahan akan perlunya perhatian yang serius
pada otonomi daerah dalam tatanan konsepsi demokratisasi dan desentralisasi. Di
sisi lain dengan kedewasaan di reformasi bidang pemerintahan daerah, maka
prinsip memberikan keleluasaan bagi daerah mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri harus diterapkan sejalan dengan upaya penyelengaraan Good
Goverment.
Otonomi daerah dewasa timbul untuk meningkatkan daya guna dan hasil
dari penyelenggaraan pemerintah dalam hal pelayanan kepada publik. Dengan
demikian, setiap daerah harus dapat menggali potensi yang menjadi sumber
keuangan secara optimal yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah berdasarkan peraturan perundangundangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 149, DPRD adalah Lembaga yang mempunyai fungsi yaitu sebagai
Legislatif (membentuk Peraturan Daerah bersama Kepala Daerah); Anggaran
(Buggeting menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah); Controling
(Pengawasan
terhadap
Pelaksanaan
Undang-undang,
Peraturan
Daerah,
Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintahan
Daerah).
Pada dasarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah
merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik, pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat, maka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus
benar-benar menggambarkan perangkat ekonomis yang mencerminkan kebutuhan
masyarakat untuk memecahakan masalah, membangun dan meningkatkan
kesejahteraannya, bukan untuk berdasarkan kepentingan politik atau Political
Interplay, selama ini pemerintah Blora selalu terlambat dalam menetapkan dan
mengesahkan RAPBD, seperti yang disampaikan Gubernur Jawa Tengah dalam
http://blora-online.blogspot.com/ tanggal 2 Januari 2015 mengaku kecewa dengan
keterlambatan pengesahan APBD Blora. Dan tidak habis pikir, bagaimana
keterlambatan bisa berlangsung berturut-turut selama 15 Tahun.
Pengesahan APBD yang mengalami keterlambatan, dinilai karena tarikulur politik di Blora antara Eksekutif dan Legislatif. APBD 2015 mengalami
keterlambatan sampai akhir januari membuat Pemkab berharap sanksi
administrasi berupa tidak terima gaji selama enam bulan bisa dibatalkan. Hal
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan, seperti yang disampaikan oleh Sekertaris
Daerah (Sekda) Jateng, mengatakan “Sanksi itu sesuai Pasal 312 UU No.23 Tahun
2014
tentang
Pemerintahan
Daerah.
Undang-undang
yang
baru
diimplementasikan ini mengatur sanksi tegas bagi pemerintah daerah yang
melanggar aturan dengan telat mengesahkan APBD.
Dengan melihat dua hal tersebut seharusnya pemerintah Kabupaten Blora
memperbaiki kinerja Birokrasinya, bukan malah mencari aman untuk lolos dari
sanksi yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang, seperti yang telah
diberitakan dalam http://www.infoblora.com/ tanggal 2 Februari 2015, “Wakil
Bupati Blora menyatakan, pihaknya kemarin telah melakukan konsultasi ke
Jakarta, tepatnya ke Dirjen Keuangan di Kementrian Dalam Negeri, Selasa (24/4).
Dari konsultasi tersebut, kajian hukum atas sanksi itu sejalan dengan harapan
pejabat Blora yang meminta agar sanksi tidak diterapkan”, oleh karena itulah di
sini ditekankan mengenai peran sentral dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Kepala Daerah sebagai wakil rakyat dalam melakukan penyusunan dan
menetapkan terhadap opersionalisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Blora dapat berjalan sesuai dengan Undang-undang. Sehubung dengan
hai tersebut, maka Skripsi ini akan membahas tentang “PERANAN DEWAN
PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH KABUPATEN
BLORA
DALAM
MENETAPKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN BLORA PERIODE TAHUN 2014-2015”.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora
dalam menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah?
2.
Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi hambatan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Blora yang terlambat dalam menyusun dan menetapkan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
bagaimana
upaya
penyelesaiannya?
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran ketentuan
tersebut sesuai dengan UU No.23 Tahun 2014 Pasal 309. Kepala daerah
dalam menyusun Rancangan APBD (RAPBD) menetapkan prioritas dan
plafon anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan
kerja (RKASK) perangkat daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13
Tahun 2003 Pasal 21 disebutkan “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember”. Pada Pasal 22 Tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri
menjelaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mempunyai struktur
satu kesatuan terdiri dari :
a. Anggaran pendapatan, terdiri atas :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
2) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
3) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
b. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluaan penyelenggaran
tugas pemerintahan daerah.
c. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen
untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan daerah dalam rangka membiayai
pelaksanaan
kegiatan
pemerintahan
dan
pembangunan,
mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai
stabilitas perekonomian dan menetukan arah serta prioritas pembangunan
secara umum.
2. Tinjauan tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Pasal 149 UU No.23 Tahun 2014 menyebutkan DPRD memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Dari ketiga tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Legislasi
Sebagai Badan Legislatif, DPRD mempunyai fungsi membuat
peraturan perundang-undangan di daerah, melalui fungsi ini DPRD
mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat. Fungsi ini dapat dilihat
pada hak-hak yang memiliki berupa hak mengajukan rancangan
Peraturan Daerah, hak mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan
Daerah, Peraturan Daerah, serta hak menetapkan Peraturan Tata Tertib
DPRD serta kebijakan Daerah lainnya.
b. Fungsi Anggaran
Fungsi ini mewujudkan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang
yang dimiliki oleh DPRD yaitu bersama dengan Kepala Daerah
menetapkan
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah,
pelaksanaan hak DPRD dalam menentukan Anggaran DPRD.
serta
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan oleh DPRD tercermin UU No.23 Tahun 2014
Pasal 153, yang intinya adalah bahwa DPRD mempunyai tugas dan
wewenang dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan
Daerah
dan
Peraturan
Perundang-undangan
lainnya,
pelaksanaan Keputusan Kepala Daerah, pelaksanaan APBD, kebijakan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan dan
pelaksanaan kerjasama internasional di daerah.
3. Tinjauan tentang Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang
ditetapkan tiap tahun dengan Peraturan Daerah, terdiri dari atas anggaran
pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang
sah. Belanja dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja.
APBD disusun dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. Rancangan APBD berpedoman kepada
rencana kerja pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya
tujuan bernegara. Dalam hal diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber
pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang
APBD. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan
surplus tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
Dalam rangka penyusunan RAPBD, kepala satuan kerja perangkat
daerah selaku pengguna anggaran SKPD tahun berikutnya, yang disusun
dengan pendekatan berdasarkan presentasi kerja yang akan dicapai, dan
disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun
anggaran yang disusun, kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan rencana kerja
dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelolaan keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran
SKPD diatur dalam peraturan daerah.
4. Tinjauan tentang Dampak Keterlambatannya Pengusulan Pembahasan
dan Penetapan APBD terhadap Sanksi Adminisrasi Kepada Kepala
Daaerah dan DPRD
Berdasarkan ketentuan Pasal 311 UU No.23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dalam ayat (1) Kepala daerah wajib mengajukan
rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen
pendukungnya kepada DPRD sesuai dengan waktu yang tertentu oleh
Peraturan Perundangan-undangan untuk memperoleh persetujuan bersama.
Dalam ayat (2) Kepala daerah yang tidak setuju mengajukan rancangan Perda
tentang APBD ssebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa tidak dibayar hak-hak keuangannya yang diatur
ketentuan Perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
Ketentuan Pasal 312, dalam ayat (1) Kepala daerah dan DPRD wajib
menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1 (satu)
sebelum dimulai tahun anggaran setiap tahun. Pada ayat (2) DPRD dan
Kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan Perda tentang
APBD sebelum dimulai anggaran setiap tahun sebagaimana dimaksud ayat
(1) dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan
yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.
Ayat (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dikenakan
kepada anggota DPRD apabila keterlambatan penetapan APBD disebabkan
oleh Kepala daerah terlambat menyampaikan rancangan Perda tentang APBD
kepada DPRD dari jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Akibat kelalaian dan keterlambatan pengusulan pembahasan APBD itu
Bupati Kepada DPRD, juga dapat berdampak tidak dibahasnya secara teliti,
seksama dan kajian-kajian serta telaah baik secara konverhensif baik yuridis
maupun berdasarkan azas manfaat efektif, efisien dan berdasakan keadilan dan
azas manfaat, atau pembahasan asal-asalan bahkan berpeluang terjadinya
praktik mafia anggaran untuk memuluskan anggaran yang lebih cenderung
kepada perjalanan dinas dan kegiatan seremonial oleh SKPD dan pejabat
tertentu, anggaran titipan dan pesanan pihak tertentu untuk dapat memperkaya
diri orang-orang dan dalam kelompok tertentu yang mana anggaran tersebut
tidak bermanfaat kepada masyarakat, ini dimungkinkan dengan singkatnya
waktu pembahasan dari pengusulan.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti, penulis menentukan penelitian di
DPRD Kabupaten Blora. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan
pendekatan empiris. Penelitian ini merupakan penelitian yang merupakan metode
penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif didefinisikan sebagai prosuder
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
sumber data primer, yaitu data yang diperoleh wawancara dengan anggota DPRD
meliputi 3 (tiga) Fraksi yang terbanyak (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Blora), dan sumber data sekunder, yaitu data diperoleh dari keputusan
yang meliputi dokumen, laporan, hasil penelitian terdahulu, peraturan perundangundangan, dan buku-buku ilmiah yang ada hubungannya dengan topik pada
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan
studi kepustakaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora dalam
menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasaan keuangan daerah. Dengan pengelolaan
keuangan daerah diperlukan peranan dan tugas wewenang Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah untuk menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Hal tersebut sudah sesuai dengan tugas dan wewenang DPRD
diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Keuangan Daerah agar selama menjalankan tugas dan
wewenang DPRD tidak sampai terjadi keterlambatan atau penyalahgunaan
dalam mengelola keuangan daerah yang dapat merugikan rakyatnya.
Bagi DPRD Kabupaten Blora dasar hukum untuk melaksanakan
tentang penyusunan dan penetapan APBD berpedoman pada Peraturan
Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana beberapa kali telah diubah
terakhir Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Blora Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan suatu
sistem yang diwujudkan dalam APBD, sebab keseluruhan kegiatan tersebut
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah, komponennya
keseluruhan kegiatan tersebut dijelaskan pada Pasal 3 Peraturan Daerah
Kabupaten Blora No. 2 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah meliputi:
a. Azas umum pengelolaan keuangan daerah;
b. Pejabat pengelola keuangan daerah;
c. Azas umum dan struktur APBD;
d. Penyusunan RKPD, KUA, PPAS, RKA-SKPD, dan RKA-PPKD;
e. Penyusunan dan penetapan APBD;
f. Pelaksanaan dan perubahan APBD;
g. Penatausahaan keuangan daerah;
h. Akuntansi keuangan daerah;
i. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
j. Pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD;
k. Pengelolaan kas umum daerah;
l. Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah;
m. Penyelesaian kerugian daerah; dan
n. Pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora mempunyai tiga
fungsi, yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan. Pertama, fungsi legislasi
diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.
Kedua, fungsi anggaran diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan
anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama pemerintah daerah. Ketiga,
fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap
pelaksanaan Undang-undang, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah
dan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Blora yang terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Blora Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora menjelaskan tentang
tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora
tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Blora membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten yang diajukan
oleh Bupati.
2. Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Blora dalam Menyusun dan Menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Berdasarkan hasil penelitian di kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Blora yang dilakukan oleh penulis dengan metode
wawancara dengan Fraksi PDI Perjuangan Komisi D dari Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora pada akhirnya dapat diketahui
bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora dalam
melaksanakan penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Blora yang mengalami keterlambatan muncul beberapa
hambatan yaitu sebagai berikut:
a. Birokrasi
b. Sumber Daya Manusia
c. Komunikasi
d. Sikap (Deposisi)
e. Politik/Sosial
KESIMPULAN
1.
Peran DPRD Kabupaten Blora di dalam melaksanakan tugas dan wewenang
untuk penyusunan dan penetapan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah sudah sesuai prosedur yang ditetapkan pada peraturan perundangundangan pada Pasal 149 UU No.23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa DPRD
memiliki fungsi Legislasi, Anggaran dan Pengawasan
2.
Faktor-faktor yang menjadi hambatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Blora dalam menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah antara lain:
a.
Faktor
Birokrasi
adalah
masalah
teknis
manajerial,
rendahnya
kompetensi birokrasi, atau tidak sinkronnya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah pusat sebagai pedoman.
b.
Faktor Sumber Daya Manusia penting bagi setiap anggota dewan untuk
mempunyai kemampuan dan bidang ilmu yang harus dikuasai oleh setiap
anggota dewan dalam penyusunan APBD, sebab saat penyusunan APBD
anggota dewan yang dengan berbasis berpendidikan tinggi dapat
melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan baik.
c.
Faktor Komunikasi sebernarnya di dalam Pasal 10 ayat (1) pada huruf b
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora No. 1
Tahun 2009 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
disebutkan bahwa DPRD mempunyai hak untuk menyatakan pendapat,
jadi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya DPRD harus bisa
mengeluarkan pendapatannya, bilamana pada saat sidang paripurna
dalam rangka untuk penyusunan, pembahasan, dan penetapan APBD
lembaga eksekutif dan legislatif dapat berkomunikasi dengan baik.
d.
Faktor Sikap (Deposisi) melihat yang menjadi hambatan untuk
penyelesaian APBD adalah persoalan moral, baik di kalangan eksekutif
maupun legislatif.
e.
Faktor Politik/Sosial adanya pertentangan politis antara sebagian anggota
DPRD dengan Kepala Daerah. Hal ini terkadang sama sekali tidak
berhubungan dengan proses penyusunan APBD, namun dipaksakan
untuk menjadi penghambat untuk pengesahan APBD. Ketika APBD
terlambat diperdakan, maka yang dirugikan adalah semua pihak. Tak ada
yang diuntungkan dengan tidak disahkannya Perda APBD.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fauzi, Raharjo Adisasmita, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan
Anggaran Daerah., Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Ali Faried, 1995, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif Indonesia,
Jakarta Raja Grafindo Persada.
Burhan Ashofa, 2007, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta.
Deddi Nordiawan dkk, 2007 Akuntansi Pemerintahan, Jakarta: Salembe Empat.
Hanif Nurcolish, 2005. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
H.B Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Hilma Hadikusuma, 2000, Hukum Perjanjian Adat, Alumni: Bandung.
Ichlasul Amal, Pemberdayaan DPR dalam Upaya Demokratis, Pidato Pengakuan
Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Tahun 1995.
Indra Bastian, 2006, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.
Ipong S. Azhar, 1997 Benarkah DPR Mandul?, Yogyakarta, Bigrat.
Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Lexi J. Maleong, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Miriam Budiardjodan Ibrahim Ambong, 1995, Fungsi Legislatif dalam Politik
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muana Nanga, 2001. Makro Ekonomi : Teori Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT
Raja grafindo Persada.
Muchtar Pakpahan, 2004, DPR RI Semasa Orde Baru, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Siswanto Sunarno, 2006. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika.
Peraturan Perundang-Undangan
UUD Negara RI Tahun 1945
Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD
Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Keuangan
Daerah
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blora No.01 Tahun 2009
tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Blora No.02 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Blora No.11 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Daerah dan Sekertariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Blora.
Download