RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 - 2018 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT Jalan Pasteur No. 25 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 050/Kep-12133/RKK/2014 TANGGAL : 30 DESEMBER 2014 BAB I TENTANG : RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT 2009-2013 PENDAHULUAN 1,1.. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan pada umumnya. Pembangunan kesehatan di daerah dilaksanakan sebagai bagian tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Barat selama ini telah memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat. Namun demikian masih banyak kinerja kesehatan yang harus ditingkatkan dan tantangan yang harus dihadapi sehingga membutuhkan perencanaan secara seksama. Masa bakti Gubernur/Wakil Gubernur berakhir pada Tahun 2013 dan selanjutnya Gubernur/Wakil Gubernur terpilih akan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan kurun waktu 2013 – 2018, sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (2) PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum berkaitan dengan dokumen perencanaan jangka menengah pada masa akhir jabatan kepala daerah, maka disusun RPJMD Transisi untuk kurun waktu 1 (satu) tahun kedepan setelah periode RPJMD berakhir. Pembangunan bidang kesehatan dalam kurun waktu 5 tahun menghadapi banyak tantangan diantaranya tantangan pada era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), adanya perubahan sistem pembiayaan jaminan kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), terjadinya pergeseran beberapa penyakit menular dan tidak menular serta masih tingginya kematian AKI dan AKB. 1,1,1.. Pengertian Rencana Strategis OPD Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2013 tentang RPJMD pasal 3 menjelaskan bahwa RPJMD merupakan pedoman penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Rencana Strategis adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode 5 tahun, yang memuat Visi, Misi, Tujuan, 1 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya dan berpedoman pada RPJM Daerah, dengan memperhatikan prinsip prinsip good governance (partisipatif, transparan dan akuntabel). 1,1,2.. Fungsi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dalam Penyelenggaraan Pembangunan Daerah Fungsi Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 20132018 adalah sebagai pedoman dalam melaksanakan prioritas pembangunan bidang kesehatan selama lima tahun kedepan yang mengacu pada Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 58 Tahun 2012 Tentang RPJMD Transisi Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 Tentang RPJMD Tahun 2013-2018, sebagai input bagi penyusunan dokumen RPJMD dan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang merupakan dokumen internal dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat. 1,1,3.. Proses Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 - 2018 mengacu pada RPJMD Transisi Tahun 2014 dan RPJMD Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013 - 2018 juga mengakomodasi kebijakan yang ada dalam RPJMN serta ide dasar visi, misi dan strategis yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2010-2014. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013 - 2018 disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktor - faktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan kesehatan di Jawa Barat. Prinsip pendekatan perencanaan dalam menyusun Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013 - 2018 adalah sebagai berikut : (1) Teknokratik yaitu dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah (2) Demokratis dan partisipatif yaitu dengan melibatkan seluruh stakeholders, (3) Politik dengan melibatkan proses konsultasi dengan kekuatan politis terutama dengan Kepala Daerah terpilih dan DPRD, (4) Bottom up dan Top down yaitu dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. 2 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Tahapan penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Permendagri No 54 Tahun 2010 adalah sebagai berikut : Persiapan Penyusunan Renstra, Penyusunan Rancangan Renstra, Penyusunan Rancangan Akhir Renstra dan Penetapan Renstra. A. Tahap Persiapan Berupa pembentukan Tim Penyusun Renstra Dinas Kesehatan dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat No. 050 / Kep-6888 / RKK / 2013 dan penyusunan agenda kerja Tim (Terlampir). B. Tahapan Penyusunan Rancangan Renstra Melalui tahapan Perumusan dan Penyajian Rancangan Renstra. a. Tahapan Perumusan Rancangan Renstra mencakup : 1) Pengolahan data dan informasi yang meliputi : Gambaran Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; mencakup :(1) Struktur Organisasi beserta tupoksinya (2) Pencapaian yang telah dilaksanakan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebelumnya dan capaian 2009-2011, (3) aspirasi masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan barang publik, layanan publik dan regulasi lingkup kewenangan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Pengelolaan Pendanaan Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, mencakup : (1) data pendapatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2) data belanja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (3) data pembiayaan khusus untuk UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 2) Analisis gambaran pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, terdiri dari : (1) analisis gambaran umum pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2) analisis pengelolaan pendanaan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan khusus pada aspek pendanaan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 3) Review Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencakup : Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra Kementerian Kesehatan 3 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Program Prioritas Kementerian Kesehatan dan target kinerja serta lokasi program prioritas Tujuan dan Sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Program Prioritas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan target kinerja serta lokasi program prioritas 4) 5) Penelaahan RTRW Provinsi Jawa Barat, mencakup : Tujuan dan sasaran RTRW Provinsi Jawa Barat Struktur dan Pola Ruang Indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah Analisis dokumen hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) sesuai dengan pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 6) Perumusan Isu-isu strategis berdasarkan : Hasil Analisis gambaran pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Hasil Review Renstra Kementerian Kesehatan dan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Hasil Penelaahan RTRW Provinsi Jawa Barat Hasil Analisis terhadap dokumen hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 7) Perumusan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Perumusan isu strategis 8) Perumusan Tujuan pelayanan jangka menengah Dinas jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 9) Perumusan sasaran pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 10) Perumusan strategi dan kebijakan jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat guna mencapai target kinerja program prioritas RPJMD Provinsi yang menjadi tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 11) Perumusan Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok sasaran dan pendanaan indikatif selama 5 tahun termasuk lokasi kegiatan; 12) Perumusan indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Jawa Barat 13) Pelaksanaan Forum OPD Provinsi Bidang Kesehatan. 4 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 b. Tahap Penyajian Renstra Penyajian rancangan Renstra sesuai dengan sistematika pada Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP No 8 tahun 2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah; C. Tahap Penyusunan Rancangan Akhir Renstra Melalui Tahap Verifikasi Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 -2018 : Bertujuan untuk mempertahankan menilai capaian upaya Dinas kinerja bidang Kesehatan pelayanan dalam periode sebelumnya dan pada 2 tahun terakhir, serta melaksanakan amanah yang tercantum dalam RPJMD. Tata cara Verifikasi Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah : (1) Penyampaian Nota Dinas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat kepada Bapeda cq Tim Penyusun RPJMD perihal penyampaian Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018. (2) Tahap Verifikasi Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018. (3) Tahap Penyesuaian Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 hasil Verifikasi. D. Tahap Penetapan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018. Penetapan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 2018 dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, No.050/Kep-12133/RKK/2014, tanggal 30 Desember 2014 tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018. Gambar 1.1 Bagan Alir Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018 Draft 1 RPJMD Prov Jabar 2013 - 2018 Usulan Bidang Kesehatan pada RPJMD Prov Jabar 2013 – 2018 RPJMD Prov Jabar 2013 – 2018 Draft Verifikasi Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Renstra Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat 2013 – 2018 5 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Pengesahan RPJMD Prov Jabar 2013 - 2018 1,1,4.. Renstra Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat 2013 – 2018 Jawa Barat 2013 - 2018 Pengesahan Renstra Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat 2013 – 2018 Keterkaitan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Dengan RPJMD, Rencana Strategis K/L, Rencana Strategis Kab/Kota Dan Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014 telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, berlandaskan Undangundang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2013 tentang RPJMD Provinsi Jawa Barat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2013 - 2018 yang memuat visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD dengan RPJMN. Keterkaitan Kebijakan Kementerian Kesehatan, RPJMD Provinsi Jawa Barat, Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (terlampir). Keterkaitan dengan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Renstra Kementerian Kesehatan sedang dalam proses pengumpulan data/informasi. 1.2. LANDASAN HUKUM Rencana Strategis Provinsi Jawa Barat tahun 2013 - 2018 disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1 tentang : Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan hak mendapatkan pelayanan kesehatan. 2. Undang-Undang No. 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-undang No. 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 No. 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 6 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Tahun 2007 No. 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4744) dan Undang-undang No. 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 No. 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4010); 3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Wabah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 No. 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632); 4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No. 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 5. Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796) 6. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3851); 7. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 109); 8. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286); 9. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 10. Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4389); 11. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4421); 12. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4431); 13. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undangundang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara 7 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 Republik Indonesia Tahun 2008 No. 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4844); 14. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4438); 15. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4456); 16. Undang-undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No.33,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.4700); 17. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4725); 18. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4723); 19. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5062); 20. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5063); 21. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5072); 22. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 5256); 23. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No. 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3253); 24. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 No. 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3609); 25. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 No. 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 8 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 26. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 No. 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3781); 27. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No.43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4497); 28. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No. 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4578); 29. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal 30. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 No. 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4666); 31. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4737); 32. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4741); 33. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4761); 34. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4815); 35. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4828); 36. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5078); 9 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 37. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4816); 38. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4817); 39. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4725); 40. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4817); 41. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 42. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 43. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 44. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014; 45. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2003 No. 2 Seri E); 46. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 12 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1); 47. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 10 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Cacat (Lembaran Daerah Tahun 2006 No. 7 Seri E); 48. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46); 49. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47); 10 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 50. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 21 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55); 51. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 21 tahun 2008 tentang Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 22 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 57); 52. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E); 53. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kesehatan (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 11 Seri E) 54. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 – 2029 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah No. 86); 55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 -2025 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor Seri ); 56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 25 Tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 20132018; 57. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 79 Tahun 2010, tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 58. Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 32 Tahun 2009, tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Strategis Dinas Kesehatan ini dimaksudkan untuk dapat memberikan kejelasan arah dan sasaran Pembangunan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat, dalam upaya mendukung Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat 2013 - 2018 yaitu “Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua” Adapun tujuan penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah : 1. Menyelaraskan Visi Misi Dinas Kesehatan dengan RPJMD Provinsi Jawa Barat 2. Menyusun strategi dan program pembangunan kesehatan di Jawa Barat 3. Mewujudkan perencanaan pembangunan kesehatan daerah secara sinergis dan terpadu dengan tingkat pusat dan daerah kabupaten/kota serta provinsi berbatasan. 11 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013- 2018 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1.Pengertian Rencana Strategis 1.1.2.Fungsi Rencana Strategis dalam Penyelenggaraan Pembangunan Daerah 1.1.3.Proses Penyusunan Rencana Strategis 1.1.4.Keterkaitan Rencana Strategis dengan RPJMD, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Strategis Kab/Kota dan Rencana Kerja 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud Dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan 2. GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT 2.1. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan 2.2. Sumber Daya Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2.4. Tantangan Dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Jawa Barat 3. ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN JAWA BARAT 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan 3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah 3.3. Telaahan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana Strategis Kabupaten/Kota 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.5. Penentuan Isu Strategis 4. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Jawa Barat 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Jawa Barat 4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Jawa Barat 5. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 6. INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT 12 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN JAWA BARAT 2.1. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan tugas dan fungsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2009, menjalankan sebagian tugas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Tugas Pokok : Tugas Pokok Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Fungsi : Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagai dimaksud, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mempunyai fungsi : a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan kebijakan teknis urusan bidang kesehatan; b. Penyelenggaraan urusan kesehatan meliputi regulasi dan kebijakan kesehatan, pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit, serta sumber daya kesehatan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas-tugas kesehatan meliputi regulasi dan kebijakan kesehatan, pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan dan pencegahan penyakit, serta sumber daya kesehatan; d. Penyelenggaraan tugas-tugas kesekretariatan; e. Pengkoordinasian dan pembinaan UPTD Struktur Organisasi Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008, dengan struktur organisasi sebagai berikut : 13 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Jawa Barat Kepala Dinas Sekretaris Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Perencanaan & Program Bidang Regulasi dan Kebijakan Kesehatan Seksi Akreditasi Sarana Kesehatan Seksi Akreditasi dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Seksi Legislasi dan Kebijakan Kesehatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Sub Bagian Keuangan Bidang Bina Penyehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit Sub Bagian Kepegawaian & Umum Bidang Sumber Daya Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Khusus Seksi Penyehatan Lingkungan Seksi Farmasi, Kosalkes dan Mamin Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Seksi Pengendalian Penyakit Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Mayarakat Seksi Rumah Sakit Seksi Pengematan Pencegahan Penyakit dan Matra Seski Teknologi dan Informasi Kesehatan UPTD : 1. BAPELKES 2. BLK 2.2. 3. BKKM 4. BKPM Sumber Daya Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang SOTK Organisasi Perangkat Daerah, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 21 Tahun 2008, telah terbentuk dan secara resmi telah berjalan, walaupun belum lengkap dengan pengaturan UPTD. 14 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berlokasi di Jalan Pasteur No. 25 Bandung, mencakup gedung perkantoran di Jl. Pasteur No. 25 Bandung dan 4 (empat) UPTD, yaitu : Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) di Jl. Pasteur No. 31 Bandung, Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) di Jl. Sederhana No 3 – 5 Bandung, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat(BKKM) di Jl. Rancaekek Bandung dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)di Jl. Satria No. 95 Cirebon. Jumlah pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 sebanyak 575 orang dengan sebaran pegawai sebagai berikut : Tabel 2.1 Sebaran Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat No. 1. 2. 3. 4. a. b. BAGIAN BIDANG/UPTD KEPALA DINAS SEKRETARIS SUBBAGIAN a. Kepala Subbagian Perencanaan dan Program b. Kepala Subbagian Keuangan c. Kepala Subbagian Kepegawaian dan Umum d. Staf BIDANG Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan 1. Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar &Khusus 2. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi 3. Kepala Seksi Rumah Sakit 4. Staf Kepala Bidang Regulasi Kebijakan Kesehatan 1. Kepala Seksi Akreditasi Sarana Kesehatan 2. Kepala Seksi Akreditasi Pendayagunaan Tenaga Kesehatan 3. Kepala Seksi Legislasi Kebijakan Kesehatan 4. Staf JUMLAH (Orang) 1 1 1 1 1 174 1 1 1 1 54 1 1 1 1 44 KETERANGAN Dokter, S2 S2 Kesehatan Dokter S2 Kesehatan S1 - S2 = 7 orang - S1 = 43 orang - D3 = 24 orang - SLTA = 83 orang - SLTP = 9 orang - SD = 10 orang 4 4 Dokter, S2 S2 Kesehatan Dokter, S2 Dokter - S2 = 6 orang - S1 = 18 orang - D3 = 13 orang - SLTA = 17 orang S2 Kesehatan S1 Kesehatan S2 Kesehatan Dokter, S2 - S2 = 6 orang - S1 = 13 orang - D4 = 1 orang - D3 = 9 orang - SLTA = 15 orang 15 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 c. d. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan 1. Kepala Seksi Farmasi, Kosalkes dan Mamin 2. Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 3. Kepala Seksi Teknologi dan Informasi Kesehatan 4. Staf 1 1 1 Dokter Gigi, S2 Apoteker, S2 Dokter Gigi,S2 1 40 1 S2 Kesehatan - S2 = 7 orang - S1 = 10 orang - D3 = 4 orang - SLTA = 17 orang - SLTP = 1 orang - SD = 1 orang Dokter, S2 Kepala Bidang Bina Penyehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit 1. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan 2. Kepala Seksi Pengendalian Penyakit 3. Kepala Seksi Pengamatan Pencegahan Penyakit dan Matra 4. Staf 1 1 1 S2 Hukum Kesehatan S2 Kesehatan Dokter, S2 58 - UPTD Kepala BAPELKES (Balai Pelatihan Kesehatan) Kepala Seksi dan Staf 1 47 b. Kepala BLK (Balai Laboratorium Kesehatan) Kepala Seksi dan Staf 1 70 c. Kepala BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) Kepala Seksi dan Staf 1 49 d. Kepala BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) Kepala Seksi dan Staf 1 58 Dokter Gigi, S2 - S2 = 8 orang - S1 = 19 orang - SLTA = 11 orang - SLTP = 6 orang - SD = 3 orang Dokter Spesialis Patalogi Klinik - S2 = 4 orang - S1 = 7 orang - D4 = 1 orang - D3 = 30 orang - SLTA = 18 orang - SLTP = 1 orang - SD = 9 orang Apoteker, S2 - S2 = 2 - S1 = 13 orang - D3 = 12 orang - SLTA = 9 orang - SLTP = 4 orang - SD = 1 orang S2 Kesehatan - S2 = 4 orang - S1 = 20 orang - D3 = 13 orang - SLTA = 20 orang - SLTP = 1 orang JUMLAH 619 5. a. S2 = 4 orang S1 = 20 orang D3 = 13 orang SLTA = 20 orang SLTP = 1 orang 16 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Dengan uraian : PNS di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebanyak : 391 orang; PNS di UPTD sebanyak 228 orang, dengan rincian : Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) : 48 orang, Balai Laboratorium Kesehatan ( BLK) : 71 orang, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM) : 50 orang dan Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Cirebon : 59 orang; PTT : 12 orang, TKK : 3 orang, Outsourching (Tenaga Keamanan dan Cleaning Service) : 102 orang. Gambaran ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya di Provinsi Jawa Barat menunjukkan pertumbuhan yang bervariasi antar wilayah kabupaten. Pertumbuhan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) di Jawa Barat pada tahun 2013, mencapai 306 buah yang tersebar di 26 kabupaten kota. Dibandingkan tahun 2012 terjadi penambahan sebanyak 34 buah. Kabupaten kota dengan jumlah rumah sakit terbanyak adalah Kabupaten Bekasi dengan 43 RS. Sedangkan kabupaten kota yang paling sedikit mempunyai rumah sakit adalah Kabupaten Tasikmalaya dengan 1 buah RS. Ketersediaan jumlah tempat tidur untuk perawatan dari semua sarana rumah sakit dan puskesmas DTP yang ada di Jawa Barat berkisar 31.362 buah. Bila mengacu kepada ratio satu tempat tidur untuk 1000 penduduk, Provinsi Jawa Barat masih kekurangan 11.692 buah tempat tidur. Jumlah puskesmas di Jawa Barat saat ini mencapai 1050 buah. Dari jumlah tersebut, 176 puskesmas merupakan puskesmas dengan tempat perawatan dan baru 210 Puskesmas yang sudah terakreditasi. Bila dibandingkan dengan standar ratio satu puskesmas untuk tiga puluh ribu penduduk, maka satu puskesmas di Jawa Barat harus melayani 43,6 ribu penduduk. Berarti di Provinsi Jawa Barat masih kekurangan 475 puskesmas untuk bisa mencapai satu puskesmas untuk tiga puluh ribu penduduk. Berdasarkan wilayah administrasi terdapat beberapa wilayah kerja puskesmas.Terdapat puskesmas dengan wilayah kerja satu kecamatan, puskesmas dengan wilayah kerja sebagian kelurahan dalam satu kecamatan (karena satu kecamatan mempunyai dua puskesmas) dan puskesmas dengan wilayah kerja kelurahan. Pada tahun 2013 dialokasikan 93 Pembangunan Puskesmas Poned baru di kabupaten kota, dengan realisasi 91 buah. Sehingga jumlah Puskesmas Poned di Jawa Barat mencapai 425 buah. Gambaran ketersediaan tenaga kesehatan di Jawa Barat pada tahun 2010 adalah, jumlah dokter di Puskesmas adalah 1.826 orang dari kebutuhan Dokter 2072 orang. 17 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 (Standar 1 PKM 2 Dokter).(Data juni 2010).Sedangkan tenaga bidan di Puskesmas yang ada 3.434 bidan dari kebutuhan bidan 3.744 (Standar 1 PKM 3 Bidan) (Data Juni 2010).Kecukupan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas masih memprihatinkan.Begitu pula kondisi ketenagaan RS dengan adanya UU no 44 tentang RS banyak RS yang tidak memenuhi persyaratan ketenagaan terutama dokter spesialis dan subspesialis sehingga terancam di degradasi kelasnya bahkan harus ditutup karena tidak memenuhi perijinan RS. Sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat dari ratio tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan, terutama di pelayanan primer. Berdasarkan indikator sehat, ketersediaan dokter di puskesmas adalah 2 orang dokter. Ratio dokter terhadap puskesmas di Jawa Barat baru mencapai 1.8, artinya belum semua puskesmas di Jawa Barat mempunyai dua orang dokter. Tabel 2.1 REKAPITULASI TENAGA KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013 Pemenuhan dokter gigi di fasilitas puskesmas di Jawa Barat, ratio nya baru mencapai 0.7, sedangkan standarnya satu puskesmas satu orang dokter gigi. Berarti belum semua puskesmas di Jawa Barat mempunyai dokter gigi. Berbeda dengan dokter dan dokter gigi, maka ratio bidan dan perawat dengan puskesmas sudah melebihi standar, yaitu 10.1 untuk bidan (standar 3) dan 12.8 untuk tenaga perawat (standar 7). Selain tenaga bidan dan perawat yang sudah mencapai ratio diatas standar, tenaga Gizi di 18 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 puskesmas juga sudah mempunyai ratio diatas 1 yakni 1.2. Untuk tenaga lainya seperti Apoteker/ Farmasi, Sanitarian dan Kesmas masih belum mencapai ratio satu.Bahkan untuk tenaga Apoteker masih sangat rendah ratio nya, yaitu 0.08. Pembiayaaan memegang peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Demikian juga kegiatan pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Barat memerlukan sumber dana untuk upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di Jawa Barat. Sumber dana pembangunan kesehatan di Provinsi Jawa Barat berasal dari APBN, APBD Provinsi, Hibah dan Pinjaman Luar Negeri. Total semua sumber anggaran pembangunan kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013 lebih kecil dibandingkan anggaran 2012 APBD, yaitu sebesar Rp. 1,872,298,014,025. Sedangkan anggaran tahun 2012 sebesar Rp. 1,971,537,054,157 (turun sekitar 5%). Demikan juga dengan sumber pembiayan APBD, dibanding tahun 2012, pembiayaan kesehatan 2013 lebih rendah sekitar 8.8 %.Sedangkan untuk sumber APBN terdapat penurunan pembiayaan sekitar 3.7% serta untuk PHLN menurun sebesar 19.7%. Tabel 2.2 BESARAN DAN SUMBER ANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT 2012 - 2013 SUMBER APBD BL BTL BANKEU APBN DEKON DAK TP KB/RS BOK (TP) ICWRMIP/PAMSTBM (TP) JAMKESMAS RUJUKAN JAMKESMAS DASAR PHLN TOTAL Anggaran (Rp) Tahun 2012 427,978,269,470 172,129,178,943 47,012,506,527 208,836,584,000 1,516,216,645,277.0 29,926,417,000 335,366,412,277 112,065,250,000 98,156,700,000 522,289,553,000 418,412,313,000 27,342,139,410 2013 390,378,006,608 75,654,839,471 46,186,661,377 268,536,505,760 1,459,972,401,781.5 35,551,448,000 216,037,124,521.5 206,550,000,000 90,968,300,000 16,414,795,000 587,783,203,260 306,667,531,000 21,947,605,635 1,971,537,054,157 1,872,298,014,025 Pembiayaan kesehatan terdiri dari APBD Kabupaten/ kota APBD Provinsi APBN Pinjaman/ Hibah Luar Negeri dan Sumber lain. Perbandingan pembiayaan kesehatan kabupaten kota terhadap total apbd kabkota 2009 sd 2013 berkisar antara 19 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 5% sd 10.5%. Rata alokasi anggaran APB kabkota sebesar 7.7%. Sedangkan standar aloaksi APBD kesehatan kabupaten kota adalah 10%. Sedangkan untuk biaya perkapita penduduk berdasarkan anggaran APBD kesehatan kabupaten kota 2009 sd 2013 besarannya cenderung meningkat. Tahun 2013 mencapai Rp. 113.871 perkapita, lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang hanya mencapai Rp.48.994 perkapitanya. Berarti seelama 2009 sd 2013 terjadi peningkatan besarnya biaya kesehatan perkapita sebesar Rp. 64.877. Dibandingkan standar WHO, pembiayaan perkapita Jawa Barat masih belum mencapai Rp. 306.000 perkapita. Assesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pembiayaan, menurutSuseda 2009pengeluaran biaya kesehatan rata rata perkapita penduduk Jawa Barat tahun 2009 adalah Rp 13,314,- hal ini menunjukkan masih rendahnya kemampuan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan terutama rujukan, sedangkan 56,19% penduduk Jawa Barat belum mempunyai jaminan kesehatan. Di Jawa Barat berdasarkan SK Bupati Walikota pada tahun 2010 ada sejumlah 14.662.442 masyarakat miskin (34,76%), yang mendapatkan kuota jamkesmas 10.700.175 maskin dan sisanya 4.314.157 adalah menjadi urusan pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) pada tahun 2009 ada 5 Kabupaten/kota tidak mengalokasikan dana untuk masyarakat miskin dan sekitar 11 Kabupaten/Kota menyediakan dana dengan jumlah yang kurang memadai. Anggaran Kesehatan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat pada tahun 2012 kebanyakan masih di bawah 5%, begitupun di Provinsi walaupun dalam UU nomor 36 tahun 2009 bahwa anggaran kesehatan minimal 10% dari APBD diluar gaji kenyataanya pada tahun 2009 anggaran kesehatan adalah 3,7% dan tahun 2010 sebesar 4,49% dari APBD Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011 sebesar 8,26% terhadap anggaran pemerintah daerah. Walupun belum mencapai target sesuai UU nomor 36 tahun 2009 bahwa anggaran kesehatan minimal 10%, tetapi dari tahun 2009 – 2011 menunjukkan peningkatan yang significant. 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Pembangunan Kesehatan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan ciri bahwa setiap penduduk hidup dalam lingkungan 20 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 yang sehat, berperilaku sehat, mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki kemauan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004). Indikator kesehatan yang dapat memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat antara lain angka harapan hidup (AHH), angka mortalitas seperti angka kematian ibu dan bayi serta angka morbiditas yaitu insiden atau prevalensi penyakit menular maupun tidak menular. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan salah satu indikator kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, khususnya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Adanya peningkatan AHH mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan penduduk yang berarti pula meningkatnya derajat kesehatan masyarakat suatu bangsa. Grafik 2.1 KECENDERUNGAN ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) PENDUDUK DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 SD 2013 Berdasarkan data BPS Jawa Barat, Angka Harapan Hidup (AHH) waktu lahir di Jawa Barat pada tahun 2013 adalah 68.80 tahun. Kecenderungan AHH Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun meningkat.Dibandingkan capaian AHH tahun 2009 dengan capaian AHH tahun 2013, AHH Provinsi Jawa Barat selama periode 2009 - 2013 meningkat sebesar 1 poin. Rata rata kenaikan pertahunnya sebesar 0.2 poin.Dengan peningkatan AHH 0.2 tahun setiap tahunnya.Berarti untuk meningkatkan satu tahun AHH waktu lahir di Jawa Barat diperlukan waktu 5 tahun. Untuk mencapai AHH yang panjang dan sehat perlu diperhatikan kondisi input ; ratarata usia kawin pertama, fasilitasi sanitasi dasar (fasilitas BAB dan sumber air minum yang digunakan), ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan. Kondisi proses 21 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 meliputi akses kesehatan, perilaku kesehatan (jumlah kunjungan ke puskesmas dan ke rumah sakit serta jumlah anak yang diimunisasi). Sistem pencatatan dan pelaporan rutin menghasilkan informasi dalam bentuk jumlah absolut atau dengan ratio hasil perbandingan kematian dengan jumlah bayi baru lahir. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan representative nasional dan merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan SDKI 2007, Indonesia telah berhasil menurunkan AKI dari 390/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 menjadi 334/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Tahun 2008 AKI turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan SDKI 2012 terjadi kenaikan AKI menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, jumlah kematian ibu di Jawa Barat cenderung menurun setiap tahunnya. Jumlah kematian ibu 2013 dilaporkan sebanyak 781 kasus. Lebih rendah diibanding jumlah kematian ibu tahun 2011 dan 2012, yaitusebanyak 850 kematian dan 804kematian. Grafik 2.2 JUMLAH KEMATIAN IBU DI JAWA BARAT TAHUN 2008 SD 2013 Indikator angka kematian bayi (AKB) merepresentatifkan skala provinsi.Berdasarkan SDKI 2012, AKB Provinsi Jawa Barat 2012 adalah 30/1000 kelahiran hidup.Dibandingkan AKB 2008 (38.5/1000 KH) maka terjadi penurunan sebesar 8.5 point. 22 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Grafik 2.3 JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA BARAT TAHUN 2008 SD 2013 Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, sejak 2009 – 2013 jumlah kematian bayi cenderung menurun setiap tahunnya.Kematian bayi tahun 2013 dilaporkan sebanyak 4306 kematian, menurunsekitar 16001413 kematian dibanding jumlah kematian bayi tahun 2009. Perhitungan ratio kematian bayi dengan cara membandingkan kematian bayi dengan jumlah bayi lahir hidup tahun 2012 sebesar 5,2 /1000 KH turun menjadi 5,0/1000 KH pada Tahun 2013 ( penurunan sebesar 0.2 point). Berdasarkan SDKI 2012 kematian bayi di Jawa Barat 30/1.000 kelahiran hidup. Tingginya Prevalensi Gizi buruk balita merupakan salah satu faktor risiko yang berdampak pada lemahnya sumber daya manusia di masa mendatang (lost generation). Prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa Barat pada periode 2008 – 2012 menunjukan adanya kecenderungan menurun, meskipun pada tahun 2011 ke 2012 terjadi peningkatan sebesar 0.1% dari 0.82% tahun 2011 meningkat menjadi 0.83% pada tahun 2012, dan menurun lagi pada Tahun 2013 menjadi 0.76% Gambaran permasalahan yang berkaitan dengan beberapa penyakit yang berpengaruh terhadap upaya pencapaian peningkatan Angka Harapan Hidup antara lain : penyakit tidak menular dan beberapa penyakit menular lainnya yang terjadi di Jawa Barat. Berdasarkan laporan SP3 dari Kabupaten/Kota terdapat kecenderungan terjadinya peningkatan kejadian penyakit Hipertensi di Provinsi Jawa Barat pada 2013 dibandingkan tahun 2012.Angka kejadian Hipertensi 2013 mencapai 196 /10.000 penduduk sedangkan tahun 2012 mencapai 193.6/10.000 penduduk. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun (pernah didiagnosis nakes) 23 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 adalah 10,5% (Nasional 9,5 %). Sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 29,4 persen.Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Berdasarkan laporan SP3 dari Kabupaten/Kota gambaran umum permasalahan Diabetes Mellitus (DM) 2013, cenderung menurun dibanding tahun 2012.Angka kejadian Diabetes Mellitus 2013 mencapai 23.5 /10.000 penduduk sedangkan tahun 2012 mencapai 32.1/10.000 penduduk. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi DM terdiagnosis dokter atau gejala di Jawa Barat sebesar 2,0 persen (Nasional 2,1). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter dan gejala, tertinggi terdapat di Kota Bekasi (3,4%), Kota Cirebon (3,2%), dan Kab. Bandung (3,1%). Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Berdasarlkan Riskesdas Tahun 2013, Prevalensi jantung koroner berdasar wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5 persen, dan berdasar pemeriksaan/ terdiagnosis dokter memiliki gejala sebesar 1,6 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Jawa Barat sebesar 0,1 persen, dan yang terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi stroke di Jawa Barat berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 6,6 permil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,0 permil. Permasalahan penyakit menular di Jawa Barat antara lain masih tingginya dan cenderung meningkatnya penyakit Demam Berdarah, penyakit TB Paru, HIV AIDS, Kusta, Aids, Flu Burung, Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. angka kejadian Malaria Jumlah penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 mencapai 23.118 kasus.Lebih tinggi dibanding tahun 2012 (19.739 kasus).Demikian juga dengan risiko kejadian DBD di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari 45.0/100.000 penduduk menjadi 50.5/100.000 penduduk. Meskipun pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan kejadian DBD, namun angka tersebut masih berada dibawah standar angka kejadian 55/100.000 penduduk. Penyakit Malaria di Provinsi Jawa Barat terfokus di daerah endemis yaitu di Kabupaten Sukabumi, Garut, Pangandaran, dan Tasikmalaya. Sedangkan kasus yang ditemukan di Kabupaten lainnya merupakan kasus malaria impor. Berikut gambaran Annual Parasite 24 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Index (API). Malaria di Provinsi Jawa Barat selama periode 2012-2013 relatif terkendali, yaitu dengan capaian API < 1/1000. Tahun 2012 capaian API Malaria sebesar 0.70/1000 penduduk, sedangkan tahun 2013 menurun dengan capaian API sebesar 0,62/1000 penduduk. API Malaria di daerah endemis malaria dari tahun 2012 dibanding 2013 cenderung menurun.Selama periode tahun 2012 dan 2013 API tertinggi terjadi di Kab.Garut, yaitu dengan API 2.46/1000 tahun 2012 dan 1.5/1000 tahun 2013. API Kab. Garut ini diatas standar API Jawa Bali yaitu 1/1000 penduduk.Sedangkan API terendah terjadi di Kab.Tasikmalaya dengan API 0.3/1000 tahun 2012 dan 0.13/1000 tahun 2013. Prevalensi Kusta di Provinsi Jawa Barat selama periode 2006 sd 2013 selalu berada dibawah 1/10.000. Prevalensi tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 0.62/10.000 dan terendah terjadi tahun 2010 yaitu 0.47/100.000.Prevalensi Kusta Jawa Barat tahun 2013 dibandingkan tahun 2012, terjadi peningkatan sebesar 0.01/10.000.Yaitu dari 0.50 tahun 2012 menjadi 0.51 pada tahun 2013. Proporsi penemuan Kusta dengan tingkat kecacatan 2 selama periode 2010 sampai dengan 2013 Provinsi Jawa Barat selalu berada di atas 5%. Pada proporsi penemuan Kusta dengan tingkat kecacatan 2 terendah pada tahun 2011 angkanya pun masih diatas 5%, yaitu sebesar 7.9%. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Kumulatif penderita AIDS di Jawa Barat sampai tahun 2013 yaitu sebanyak 5.001 kasus. Selama periode sepuluh tahun terakhir penemuan kasus AIDS relatif meningkat sampai tahun 2008. Tahun 2009 sd 2012 cenderung menurun, kecuali pada tahun 2011 terjadi peningkatan penemuan kasus. Rerata pertahun di Provinsi Jawa Barat ditemukan kasus AIDS sebanyak 500 kasus. Selama periode 2005-2013 kasus Flu Burung di Jawa Barat ditemukan sebanyak 52 kasus.Dengan kejadian tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan 22 kasus. Angka kematian penyakit Flu Burung di Jawa Barat sangat tinggi. Dari 52 kasus Flu Burung yang terjadi pada periode 2005-2013, empat puluh lima kasus diantaranya meninggal (CFR 86.6%). Untuk dua tahun terakhir yaitu tahun 2012 dan 2013 angka kematian Flu Burung bahkan selalu 100%. Artinya setiap kasus Flu Burung dipastikan meninggal. Tingginya angka kematian tersebut antaran lain disebabkan deteksi dini kasus Flu 25 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Burung masih lemah, kasus ditemukan terlambat, kasus terlambat dibawa ke sarana pelayanan kesehatan yang semestinya. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yang masih merupakan masalah di Provinsi Jawa Barat antara lain : penyakit Diptheri, campak, dan Tetanus Neonatorum. Permasalahan penyakit Diptheri selain karena tingkat fatalitasnya yang tinggi, juga adanya carrier, yaitu orang yang tubuhnya terinfeksi kuman bakteri namun tidak menampakan gejala diptheri, dan sangat potensial meningkatkan risiko penularan Diptheri. Penemuan kasus Diptheri sangat dipengaruhi oleh aktivitas surveilans aktif kabupaten kota. Penemuan kasus Diptheri 2013 lebih tinggi satu kasus dibanding tahun 2012, yaitu dari 31 kasus pada tahun 2012 meningkat menjadi 32 kasus tahun 2013. Deteksi KLB Campak tahun 2013 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Yaitu 3 kali KLB Campak pada tahun 2012 dan 9 kali KLB Campak pada tahun 2013. Kabupaten Garut merupakan kabupaten yang selama tahun 2012 dan 2013 konsitensi menemukan dan melaporkan KLB Campak.Tiga kali KLB Campak tahun 2012 dan 2 kali KLB Campak tahun 2013.Tahun 2013 kabupaten terbanyak melaporkan KLB Campak yaitu Kabupaten Ciamis dengan frekwensi 3 kali. Kabupaten kota lain yang melaporkan KLB Campak pada tahun 2013 adalah Kota Bekasi 2 kali, Kab. Majalengka dan Kab.Cirebon masing-masing sebanyak 1 kali. Penemuan kasus Tetanus Neonatorum di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 menurun di banding tahun 2012, yaitu dari 14 kasus tahun 2012 menjadi 9 kasus pada tahun 2013.Kabupaten dengan konsisten penemuan kasus TN selama 2 tahun berturutturut yaitu Kab. Cianjur, Kab. Garut, Kab. Cirebon dan Kab.Karawang.Pada tahun 2013 terdapat kabupaten dengan peningkatan penemuan kasus TN, yaitu Kabupaten Subang dan Kota Cimahi. Hasil pelayanan kesehatan masyarakat yang terdiri dari pelayanan kesehatan terhadap kelompok resiko tinggi terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak , pengendalian penyakit, SDM kesehatan, fasilitas kesehatan dan sarana prasarana. Pelayanan antenatal bertujuan mengantarkan agar ibu hamil dapat menjalani persalinan yang aman, dan sehat dan baik untuk ibunya maupun bayinya, , mendeteksi dan mengantipasi secara dini kelainan kehamilan dan kelainan janin. Kecenderungan pelayanan kesehatan ibu hamil di Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya berada dikisaran 26 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 86% sd 90%. Pencapaian Pelayanan kesehatan ibu hamil (K4) antara Tahun 20082012 berkisar antara 86% - 90%, cakupan tahun 2013 sebesar 87,02% lebih rendah dari target (target 96%). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Tahun 20082012 berkisar antara 79,3% – 89,3%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Barat tahun 2013 baru mencapai 87,9%, masih belum dapat mencapai target minimal persalinan oleh tenaga kesehatan 90%. Cakupan pelayanan ibu nifas (KF3) Tahun 2008 – 2012 kecenderungan meningkat, Tahun 2008 19,1%, 2009 menjadi 54,9%, Tahun 2010 sebesar 79,6%, Tahun 2011 sebesar 82,7% Tahun 2012 naik menjadi 87,3% dan Tahun 2013 sedikit mengalami penurunan menjadi 85,0% Perkiraan jumlah kasus ibu hamil dengan komplikasi kebidanan adalah 20 % dari jumlah ibu hamil.Target cakupan pelayanan ibu hamil dengan komplikasi kebidanan adalah 71.5%. Cakupan pelayanan ibu hamil dengan komplikasi Tahun 2012 adalah 82,0% , Pada tahun 2013 sedikit menurun menjadi adalah 78.7%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar minimal tiga kali dari tenaga kesehatan yaitu 1 kali pada 6 sd 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 sd hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 sd hari ke 28 setelah lahir. Cakupan Kunjungan Neonatal di Jawa Barat pada tahun 2013 baru mencapai 89.6%. Lebih rendah dibanding capaian 2012 sebesar 90.6% ( target 82%). Perkiraan jumlah kasus neonatus dengan komplikasi adalah 15 % dari perkiraan jumlah sasaran bayi.Target cakupan pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah 65%. Cakupan pelayanan neonatus dengan komplikasi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 adalah 45.9%, lebih tinggi dibanding dengan capaian 2012 yang hanya mencapai 45.4%. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan) dengan pelayanan paripurna 4 kali kunjungan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 adalah 87.6% lebih rendah dibanding cakupan 2012 yang mencapai 90.4% (terget 85%). Indikator Program Gizi pada ibu hamil/ibu nifas antara lain : cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil/nifas dan pemberian vitamin A pada ibu nifas. Anemia pada kehamilan berhubungan dengan kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya 27 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit. Cakupan pemberian tablet Fe3 di Provinsi Jawa Barat tahun 2008 - 2012 berkisar antara 70,2% -86,5%, pada Tahun 2013 sebesar 77,9% (Target 86%). Vitamin A pada ibu hamil sangat penting dalam proses perkembangan embrionya, pertumbuhan sel mata, jantung, telinga, memberikan kesehatan kulit, melawan infeksi serta membantu pertumbuhan tulang dan metabolisme lemak. Sedangkan bagi ibu nifas, Vitamin A dapat membantu perbaikan berbagai jaringan setelah melahirkan serta mempertahankan penglihatan normal dan membantu ibu melawan infeksi. Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan sebanyak dua kali.Pertama segera setelah melahirkan. Kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A yang pertama. Kemudian diberikan pada saat masa nifas, bersamaan dengan kunjungan neonates dan pemberian imunisasi HB pada bayinya. Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas selama periode 2008-2012 berkisar antara 66.9% sd 83.3%. dan cakupan Vitamin A tahun 2013 sebesar 84,3%. Pelayanan kesehatan terhadap anak meliputi pengendalian penyakit, pelayanan imunisasi dan program gizi. Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan pembunuh nomor dua pada Balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 Insiden dan prevalensi pneumonia di Jawa Barat tahun 2013 adalah 1,9 persen (Nasional 1,8%) dan 4,9 persen (Nasional 4,5%). Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR. Cakupan penemuan Pneumoni di Jawa Barat selama 5 tahun (2008 sd 2012) berkisar 44.5% sampai dengan 50.9%. Cakupan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan cakupan 50.9%.Sedangkan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 44.5%. Cakupan penemuan Pneumoni tahun 2013 sebesar 43,0%. Kematian diare pada balita 75.3/100.000 dan semua umur 23.2/100.000 penduduk semua umur (SKRT 2012).Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13.2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Tujuan dari program penanggulangan Diare adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare serta mencegah 28 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 kejadian luar biasa (KLB) diare. Target penemuan kasus Diare adalah 10% dari jumlah penduduk. Sedangkan cakupan pelayanan kasus diare harus mencapai 100%. Capaian pelayanan diare Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun terakhir (2008-2012) berkisar antara 64.10 % sd 80.20%. Sedangkan untuk cakupan pelayanan diare Provinsi Jawa Barat tahun 2013 mencapai 100%, meningkat sekitar 36%. Crude Detection Rate (CDR) merupakan indikator yang menggambarkan penemuan kasus baru BTA+ dan diobati disuatu wilayah dibandingkan dengan perkiraan jumlah BTA+ di wilayah tersebut. Capaian CDR Provinsi Jawa Barat selama 3 tahun terakhir (2011-2013) cenderung mengalami penurunan, yaitu 75.3% pada tahun 2011, 71.3% tahun 2012 dan 69.3% (data masih dalam proses validasi) pada tahun 2013. CDR (Target 70%). Cure Rate adalah indikator yang menunjukan prosentase kasus baru BTA+ yang diobati dan sembuh setelah selasai masa pengobatan, termasuk pengobatan ulang kasus BTA + (kategori2). Cakupan Cure Rate 2013 Provinsi Jawa Barat mencapai 80.9%. Menurun dibandingkan dengan Cakupan Cure Rate tahun 2012 yaitu sebesar 85.3%. (target Cure Rate 85%) Program immunisasi merupakan salah satu program prioritas yang dinilai sangat efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat penyakitpenyakit yang dapat dicegah oleh immunisasi (PD3I), seperti Diptheri, Pertusis, Tetanus Neonatorum, Polio dan Campak. Indikator keberhasilan program imunisasi yaitu cakupan DPT/HB1 (Indiaktor Akses), Campak (Indikator kualitas pelayanan) dan pencapaian Universal Child Imunization (UCI) (indikator pemerataan). Pemerataan pelayanan imunisasi dengan indikator pencapaian UCI desa menunjukan cakupan antara tahun 2008 – 2012 adalah 66,03% s.d 95%, dan Tahun 2013 sebesar 95,5 % (target 80 %). Surveilans AFP merupakan pengamatan terhadap kemungkinan adanya transmisi virus polio liar dipopulasi, dengan cara pembuktian konfirmasi virologi terhadap 2 sampel tinja penderita kasus AFP, apakah terdapat virus polio liar atau tidak. Capaian kinerja surveilans AFP diukur dengan indikator Non Polio AFP Rate dengan target minimal 2/100.000 anak usia<15 tahun. Non Polio AFP rate <2/100.000 mengindikasikan kemungkinan adanya transmisi virus polio liar yang tidak teridentifikasi. Capaian indikator Non Polio AFP Rate Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun terakhir (2008-2012) selalu mencapai target minimal yaitu 2/100.000 anak usia<15 tahun. Demikian juga untuk capaian tahun 2013 sudah melebihi target minimal, yaitu 29 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 2.5/100.000. Capaian Non Polio AFP rate tahun 2013 menurun dibandingkan capaian Non Polio AFP rate 2012 yang mencapai 2.6/100.000. Dari aspek perilaku PHBS kondisi masyarakat Jawa Barat masih sangat memprihatinkan dengan masih rendahnya persentase Rumah Tangga Sehat (berPHBS) yaitu sebesar 47,4% dari target 50%. 2.4 Tantangan Dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan Jawa Barat 2.4.1 Tantangan Pembangunan Kesehatan di Jawa Barat • SDM yang dimiliki belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian kesehatan tingkat Provinsi. • Belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya internal maupun external dalam manajemen pembangunan kesehatan • Akurasi dan up dating data serta informasi belum selaras dengan perubahan/kebutuhan manajemen program • Pengelolaan sarana prasarana Dinas dan akuntabilitasnya belum optimal • Peraturan yang ada belum diimplementasikan secara optimal • Belum optimalnya pembinaan dan penilaian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan • Kurangnya advokasi dan sosialisasi program kesehatan Peraturan perundang-undangan yang ada belum sepenuhnya dapat melindungi aktifitas dinas dari delik-delik hukum Masih adanya opini negatif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berimbas terhadap Dinas Kesehatan Tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang prima dari masyarakat semakin tinggi Globalisasi yang berimbas pada daya saing SDM kesehatan professional dan fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta untuk dapat tetap diperhitungkan di Provinsi Jawa Barat 30 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Berbagai ancaman bencana (termasuk Global warming) dan krisis ekonomi global yang berimbas pada meningkatnya kemiskinan yang berdampak pada penurunan kesehatan masyarakat dan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk menyediakan dana kesehatan. Perubahan aturan aturan dan suprastruktur yang belum mampu mengayomi terlaksananya pelayanan kepada masyarakat secara cepat dan tepat. Munculnya beberapa penyakit baru dan belum terkendalinya penyakit menular yang sudah ada Masih banyaknya penduduk Jawa Barat yang berada dibawah garis kemiskinan yang secara tidak langsung berdampak pada kesehatan Tingkat pendidikan ibu (tamat SD maupun tidak tamat SD) masih tinggi Persentase biaya kesehatan diKabupaten/Kota yang masih rendah Masih lemahnya koordinasi Provinsi dengan Kabupaten/Kota 2.4.2 Peluang Pembangunan Kesehatan di Jawa Barat Adanya peraturan Perundangan yang mendukung dalam pembangunan kesehatan (UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, PP 38 Tahun 2007, Renstra kementrian kesehatan, Adanya Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai Tahun 2014 secara bertahap dan seluruh penduduk memiliki jaminan kesehatan pada Tahun 2019 Adanya kebijakan MDGs yang menjadi komitmen nasional dan internasional Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), meliputi Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu, Pos Kesehatan Desa/Polindes, Pos Obat Desa, Pos Kesehatan di Pondok Pesantren/Poskestren, Asuransi Kesehatan/Askes , Pos Upaya Kesehatan Kerja. Adanya kerjasama dan kemitraan dengan Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi dan Dunia Usaha di Provinsi Jawa Barat 31 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Filosofi dasar masyarakat Jawa Barat yang tertuang dalam moto “Cageur, bageur, bener, pinter tur singer“ yang sudah lama menjadi harapan bentuk sumber daya masyarakat Jawa Barat yang di cita-citakan. Adanya kebijakan Gubernur berupa janji politik dan Rencana Aksi Multipihak (RAM-IP) Adanya Pokja lintas sektor yang didukung Pemda Jawa Barat, seperti Tim Pembina Gizi, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Tim Penggerak Usaha Kesehatan Sekolah dll. merupakan peluang lain yang bermanfaat dalam upaya peningkatan kesehatan di Jawa Barat Memiliki anggaran operasional yang memadai dalam menunjang kegiatan-kegiatan dinas (Bersumber APBD Provinsi, APBN, PHLN). Memiliki sarana dan fasilitas perkantoran/fasilitas kerja yang memadai. Memiliki Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Produk regulasi lainnya yang mendukung bidang kesehatan. Memiliki SDM yang menguasai teknologi dan metodologi manajemen dan teknis kesehatan Ketersediaan obat esensial di sarana fasilitas kesehatan Adanya Pokja Lintas Program seperti Tim Bina Wilayah, JKN, UPM, Kajian Teknis Perizinan Bidang Kesehatan, Koordinasi Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. 32 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN JAWA BARAT 3.1. Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan berdasarkan Tugas Dan Fungsi Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukkan masih banyak permasalahan yang belum dapat teratasi dengan baik. Permasalahan mendasar dalam pembangunan kesehatan di Jawa Barat, antara lain: masih tingginya kejadian beberapa penyakit menular, penyakit tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi. Terdapat beban ganda penyakit diluar sasaran MDGs 2015, ancaman munculnya penyakit new emerging & re-emerging serta Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan. Sistem Kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. (3)Sistem Pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif & preventif(4)Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum menjadi budaya di masyarakat (5)Kualitas kesehatan lingkungan masih rendah sebagai akibat dari pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan(6) Sumber Daya Kesehatan belum sesuai dengan standar untuk memenuhi pelayanan kesehatan yang prima (7) Regulasi kesehatan perlu dilengkapi dan Sistem Informasi Kesehatan belum terintegrasi mendukung manajemen kesehatan. 3.1.1. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS Perkembangan global, regional, nasional dan lokal saat ini merupakan faktor dinamis yang mengalami perubahan serta sangat menentukan proses pembangunan di satu daerah, termasuk di Daerah yang berbatasan langsung dengan ibukota Republik Indonesia. 1. TINGKAT GLOBAL o Komitmen Pemerintah Daerah terhadap pencapaian sasaran MDGs masih belum optimal/belum sesuai dengan harapan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya pembiayaan yang dialokasikan oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap upaya pencapaian beberapa 70 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 sasaran MDGs. Masalah kesehatan global gizi kurang yang diakibatkan oleh kemiskinan, kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, penyakit TB dan HIV yang berpotensi terus meningkat serta kondisi lingkungan yang buruk merupakan tantangan yang harus tetap memperoleh perhatian dalam 5 (lima) tahun kedepan. o Strategi pembangunan pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan belum sesuai dengan situasi kondisi epidemiologi penyakit maupun angka insiden dan angka prevalen dari penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Hal ini perlu diantisipasi oleh pemerintah maupun swasta berkenaan dengan adanya pasar bebas ASEAN. Bila hal tersebut tidak diantisipasi akan berdampak terhadap kemungkinan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah maupun swasta. o Pasar bebas ASEAN merupakan kebijakan yang harus diantisipasi oleh pelaku pembangunan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. 2. TINGKAT NASIONAL o Kebijakan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional memberikan daya dorong terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan serta jaminan terhadap seluruh masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar. o Perkembangan politik seperti desentralisasi, demokratisasi dan politik kesehatan. berdampak kepada kebijakan pembangunan kesehatan di Daerah. Isu kesehatan selalu menjadi janji politik pada setiap PILKADA, diperlukan adanya komitmen perlindungan, pemeliharaan dan perbaikan kesehatan masyarakat, bukan hanya pelayanan pengobatan saja. o Sinergitas dan keserasian kebijakan pembangunan kesehatan antara pemerintah pusat , provinsi dan kabupaten/kota akan memberikan daya dorong terhadap Kebijakan peningkatan pemerintah pelayanan dalam kesehatan penetapan masyarakat. sasaran strategis pembangunan kesehatan Tahun 2014 – 2019 dapat dan sesuai untuk dijadikan dasar kebijakan pembangunan kesehatan di Provinsi, dan Kabupaten/Kota. 3. TINGKAT LOKAL 71 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 o Proses desentralisasi dan demokratisasi di Daerah diharapkan mampu memberdayakan Daerah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. o Perbaikan kualitas dan sinergitas perencanaan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota melalui mekanisme Musrenbang dan sistem RKPD on line diharapkan akan mampu menampung perencanaan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan maupun peraturan perundangan yang memberikan perlindungan terhadap para pelaku pembangunan di sektor kesehatan. o Kebijakan pembangunan pendekatan kewilayahan serta kawasan strategis ,diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan kawasan secara fungsional dan dapat mendorong peningkatan kuantitas maupun kualitas pelayanan kesehatan. o Koordinasi lintas sektoral melalui kegiatan Rencana Aksi Multi Pihak (RAMIP) diharapkan akan dapat meningkatkan keterpaduan dalam penanggulangan masalah kesehatan dari hulu ke hilir. o Pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup besar di Daerah, termasuk pertumbuhan penduduk yang berpendapatan rendah menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya pelayanan kesehatan. o Kesenjangan antara kebutuhan dengan keberadaan tenaga kesehatan yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebab utama belum optimalnya pelayanan kesheatan di unit pelayanan kesehatan dasar/Fasilitas Pelayanan Kesehatan dasar maupun di Unit Pleayanan kesehatan rujukan. o Adanya dana kapitasi untuk FKTP diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan termasuk meningkatnya ketersediaan sarana dan Prasarana perbekalan dan obat serta distribusi obat.. o Perlu peningkatan manajemen pengelolaan sarana kesehatan, meliputi manajemen Perumahsakitan,manajemen Puskesmas, Manajemen institusi layanan kesehatan yang lainnya serta Institusi aliansi masyarakat dalam kesehatan. 3.2. Telaahan Visi, Misi, Dan Program Kepala Daerah Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2013–2018adalah: "Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua". Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut : 72 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Maju : adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saing dan mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi dan sosial. Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan. Untuk Semua : adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat Mengacu pada Visi tersebut maka arah yang harus dicapai oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah untuk mewujudkan sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, dalam bidang kesehatan. Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat 2013-2018 yang merupakan tahapan kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005-2025, berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap sumber daya yang terdapat di Jawa Barat dalam segala bidang, guna menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Hal tersebut akan dicapai dengan salah satunya adalah menekankan upaya penguatan suprastruktur dan infrastruktur pelayanan kesehatan, memanfaatkan teknologi berkelanjutan, meningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam upaya kesehatan, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan kinerja pemerintahan daerah, menyusun perencanaan yang cerdas dan mampu menjawab masalah kesehatan serta mengantisipasi peluang dan tantangan yang muncul secara cermat dan cerdas. Kebijakan belanja daerah diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, dengan berprinsip pada pro growth, pro poor, pro 73 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 job, pro environment, pro public, melalui alokasi anggaran 10 % untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan. Perkembangan Indikator Pembangunan Kesehatan Jawa Barat sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Pembangunan Kesehatan Jawa Barat Tahun 2012 sd 2014 N 0 1 2 3 4 5 URAIAN INDEKS KESEHATAN UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) AKI ( BPS ) JUMLAH KEMATIAN MATERNAL/ KELAHIRAN HIDUP 6 % PENDUDUK SAKIT 7 % GIZI BALITA : KURANG BURUK TOTAL 2008 71,33 2009 71,52 TAHUN 2010 72,00 2011 72,34 2012 72,67 67,80 67,91 68,10 68,40 68,60 36,26 - 30,00 804/907,930 87,6/100.000 850/915.280 92,9/100.000 804/..86,3../ 100.000 50,10% - .... 38,51 321,15/100.000 LH 724/783.573 92,4/100.000 828/845964 97,88/100.000 56,44 56,44 9,84 0,98 10,82 9,94 0,97 10,91 7,98 0,,91 8,89 7,16 0,82 7,98 7,01 0,83 7,84 Sumber : BPS Provinsi Jabar Indeks Kesehatan ( IK ) Indeks Kesehatan Jawa Barat dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 menunjukan adanya peningkatan sebesar 1,34 point, yaitu dari 71,33 pada tahun 2008 menjadi 72,67 pada tahun 2012, walaupun telah terjadi peningkatan dari tahun 2008 sampai 2012, akan tetapi angka tersebut belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 73,40. Angka Harapan Hidup ( AHH ) sebagai variabel dari Indeks Pembangunan Manusia, telah terjadi peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009, yaitu sebesar 67,40 pada tahun 2006 menjadi 67,91 pada tahun 2009, sehingga ada peningkatan sebesar 0,51 point. Walaupun telah terjadi peningkatan dari tahun 2006 sampai 2008, tetapi angka tersebut menunjukan bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) pada tahun 2009 belum mencapai target sebesar 0,22 point dari target yang ditetapkan yaitu 68,13.Tapi bila dibandingkan dengan Sasaran Pembangunan Kesehatan tahun 2009 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana target UHH adalah 70,6 tahun pada tahun 2009, maka masih ada kesenjangan yang harus dikejar dari tahun 2009 sampai tahun 2010 yaitu 2,47 point. 74 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) di Provinsi Jawa Barat dari 89,13 per 1000 kelahiran hidup (Sensus penduduk 1990) menjadi 45,69 per 1000 kelahiran hidup tahun 2000, di tahun 2006 menjadi 40,26 per 1000 kelahiran hidup, AKB tahun 2009 adalah 39/1000 kelahiran hidup (SDKI Tahun 2007). AKB tahun 2010 menurun menjadi 36,26/1000 kelahiran hidup. Tahun 2012 AKB di Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan menjadi 30/1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Sasaran Pembangunan Kesehatan tahun 2009 tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang (RPJMN) dimana target AKB adalah 26/1000 kelahiran hidup Provinsi Jawa Barat harus mengejar ketinggalan yang sangat jauh, yaitu sebesar4 point. Angka Kematian Ibu ( AKI )atau Maternal Mortality Rate (MMR) Survey yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2003 dalam Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat memperhitungkan AKI Provinsi Jawa Barat sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup dengan pembagian perkelompok wilayah. Bila dilihat menurut wilayah, AKI terbesar berada di wilayah Pantura dan Cirebon, sedangkan yang terkecil berada di Bandung Raya dan Bodebek. Bila dibandingkan dengan Sasaran Pembangunan Kesehatan tahun 2009 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimana target AKI pada tahun 2009 adalah 226/100.000 Kelahiran Hidup, sehingga Provinsi Jawa Barat harus mengejar ketinggalan yang sangat jauh yaitu sebesar 95,15 point. Jumlah Kematian Ibu/jumlah kelahiran hidup di Jawa Barat menunjukkan data yang berfluktuasi, hal ini menggambarkan bahwa pelaporan data institusi kesehatan masih belum dapat mengakomodasi kebutuhan informasi yang akurat, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan. Persentase Balita Gizi Kurang dan Buruk. Status balita dengan gizi buruk dan kurang dari tahun 2008 sampai tahun 2012 berfluktuasi, Status gizi buruk dari tahun 2008 sampai tahun 2012menunjukkan penurunan tajam dari 1,02 % tahun 2008 menjadi 0,82 % di tahun 2011 dan meningkat kembali menjadi 0,83 % di tahun 2012. Demikian pula dengan Gizi kurang menunjukkan penurunan drastis dari tahun 2008 sampai tahun 2012, yaitu 10,58% tahun 2008 menjadi 7,01% tahun 2012. 3.3. Isu Strategis 75 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas maka dapat disampaikan isu strategis sebagai berikut. 1. Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta malnutrisi makin meningkat dan terjadi penyebaran beberapa penyakit menular (multiple burden of disease) diluar sasaran MDGs 2015, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new emerging dan re-emerging) serta kejadian luar biasa yang diakibatkan perubahan perilaku manusia dan lingkungan. 2. Sistem kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di Kabupaten/Kota. 3. Sistem Pelayanan kesehatan belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif & preventif 4. Belum optimalnya Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat 5. Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standar dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang prima 6. Belum optimalnya aspek regulasi dan sistem informasi kesehatan dalam mendukung manajemen kesehatan 3.4. Analisis Lingkungan ( Environmental Scan ): Analisis Lingkungan Internal Dan Eksternal Untuk menentukan strategi dalam melaksanakan misi diperlukan analisis lingkungan internal maupun eksternal. Lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan ancaman. Disamping itu juga memperhatikan karakteristik A. Lingkungan Internal 1. Kekuatan (S) a) Memiliki anggaran operasional yang memadai dalam menunjang kegiatan-kegiatan dinas (Bersumber APBD Provinsi, APBN, PHLN). b) Memiliki sarana dan fasilitas perkantoran/fasilitas kerja yang memadai. c) Memiliki Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan Produk regulasi lainnya yang mendukung bidang kesehatan. d) Memiliki SDM yang menguasai teknologi dan metodologi manajemen dan teknis kesehatan e) Ketersediaan obat esensial di sarana fasilitas kesehatan 76 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 f) Adanya Pokja Lintas Program seperti Tim Bina Wilayah, JKN, UPM, Kajian Teknis Perizinan Bidang Kesehatan, Koordinasi Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. 2. Kelemahan. a) SDM yang dimiliki belum sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan bimbingan, pengawasan dan pengendalian kesehatan tingkat Provinsi. b) Belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya internal maupun external dalam manajemen pembangunan kesehatan c) Akurasi dan up dating data serta informasi belum selaras dengan perubahan/kebutuhan manajemen program d) Pengelolaan sarana prasarana Dinas dan akuntabilitasnya belum optimal e) Peraturan yang ada belum diimplementasikan secara optimal f) Belum optimalnya pembinaan dan penilaian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan g) Kurangnya advokasi dan sosialisasi program kesehatan B. Lingkungan eksternal. 1. Peluang. a) Adanya peraturan Perundangan yang mendukung dalam pembangunan kesehatan (UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, PP 38 Tahun 2007, Renstra kementrian kesehatan, b) Adanya Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai Tahun 2014 secara bertahap dan seluruh penduduk memiliki jaminan kesehatan pada Tahun 2019 c) Adanya kebijakan MDGs yang menjadi komitmen nasional dan internasional d) Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), meliputi Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu, Pos Kesehatan Desa/Polindes, Pos Obat Desa, Pos Kesehatan di Pondok Pesantren/Poskestren, Asuransi Kesehatan/Askes , Pos Upaya Kesehatan Kerja. 77 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 e) Adanya kerjasama dan kemitraan dengan Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Profesi dan Dunia Usaha di Provinsi Jawa Barat f) Filosofi dasar masyarakat Jawa Barat yang tertuang dalam moto “Cageur, bageur, bener, pinter tur singer“ yang sudah lama menjadi harapan bentuk sumber daya masyarakat Jawa Barat yang di citacitakan. g) Adanya kebijakan Gubernur berupa janji politik dan Rencana Aksi Multipihak (RAM-IP) h) Adanya Pokja lintas sektor yang didukung Pemda Jawa Barat, seperti Tim Pembina Gizi, Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Tim Penggerak Usaha Kesehatan Sekolah dll. merupakan peluang lain yang bermanfaat dalam upaya peningkatan kesehatan di Jawa Barat 2. Ancaman. a) Peraturan perundang-undangan yang ada belum sepenuhnya dapat melindungi aktifitas dinas dari delik-delik hukum b) Masih adanya opini negatif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berimbas terhadap Dinas Kesehatan c) Tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang prima dari masyarakat semakin tinggi d) Globalisasi yang berimbas pada daya saing SDM kesehatan professional dan fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta untuk dapat tetap diperhitungkan di Provinsi Jawa Barat e) Berbagai ancaman bencana (termasuk Global warming) dan krisis ekonomi global yang berimbas pada meningkatnya kemiskinan yang berdampak pada penurunan kesehatan masyarakat dan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk menyediakan dana kesehatan. f) Perubahan aturan aturan dan suprastruktur yang belum mampu mengayomi terlaksananya pelayanan kepada masyarakat secara cepat dan tepat. g) Munculnya beberapa penyakit baru dan belum terkendalinya penyakit menular yang sudah ada 78 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 h) Masih banyaknya penduduk Jawa Barat yang berada dibawah garis kemiskinan yang secara tidak langsung berdampak pada kesehatan i) Tingkat pendidikan ibu (tamat SD maupun tidak tamat SD) masih tinggi j) Masih lemahnya koordinasi Provinsi dengan Kabupaten/Kota 79 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Perumusan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat turut berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena aktual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya terutama dalam pembangunan bidang kesehatan. Mengacu pada Visi Kementerian Kesehatan Tahun 2009 - 2014 yaitu “ Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan ” dan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018, dengan Visi " Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua " dimana Dinas Kesehatan mendukung Misi 1 yaitu Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan Tujuan (1) Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya. Sedangkan Sasarannya adalah Meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata, maka Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai berikut : ”Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” Mewujudkan masyarakat Jawa Barat yang mandiri untuk hidup sehat adalah kondisi masyarakat Jawa Barat yang dalam keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, serta tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat penyakit, bencana, lingkungan dan perilaku yang buruk, juga mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri serta dapat secara berkeadilan memberikan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk itu Dinas Kesehatan harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan, motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak, fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai. 92 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Perumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Misi SKPD adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi SKPD. Rumusan misi dalam dokumen Renstra Dinas Kesehatan dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan) pembangunan daerah. Misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mewujudkan Visi Dinas Kesehatan. Pernyataan Misi menunjukkan kerja atau upaya untuk mewujudkan Visi tersebut. Perumusan Misi mengacu pada Pernyataan Visi dan isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat . Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Misi pembangunan kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 adalah untuk mendukung Misi 1 Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing, yaitu untuk menciptakan sosok Jawa Barat yaitu manusia Jawa Barat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, memiliki spirit juara dan siap berkompetisi. Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian perumusan misi tersebut selaras dengan pernyataan Undang-Undang. Untuk itu misi Dinas Kesehatan diselaraskan dengan Misi pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018. Adapun Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang ditetapkan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ada 4 yaitu : 1. Membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 2. Menjamin pelayanan kesehatan yang prima 3. Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan 4. Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat Penjabaran Misi Dinas Kesehatan : Misi 1 yaitu membangun kemandirian masyarakat untuk hidup sehat mencerminkan upaya Dinas Kesehatan dalam mewujudkan masyarakat jawa barat agar mampu mengetahui maslaah, menentukan prioritas masalah dan mampu memecahkan masalah kesehatannya dengan berperilaku hidup bersih dan sehat. Misi 2 yaitu Menjamin pelayanan kesehatan yang prima mencerminkan upaya yang akan dilaksanakan Dinas Kesehatan bermitra dengan pihak terkait vertikal dan horizontal untuk mendorong kemandirian masyarakat secara aktif menjaga kesehatannya, mampu memilih dan menjangkau upaya kesehatan yang diperlukan terutama dari aspek pembiayaan dan upaya untuk menjamin kualitas pelayanan 93 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 kesehatan diberbagai jenjang fasilitas pelayanan melalui akreditasi, lisensi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan sarana maupun tenaga kesehatan. Misi 3 yaitu Mendukung sumber daya pembangunan kesehatan mencerminkan upaya yang dilaksanakan Dinas Kesehatan dalam memenuhi ketersediaan sumber daya tenaga, sarana dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan bermitra dengan pihak terkait secara vertikal dan horizontal. Misi 4 yaitu Regulator pembangunan kesehatan di Jawa Barat mencerminkan upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam mengatur, mengawasi dan melakukan pembinaan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Jawa Barat. 4.2. NILAI – NILAI Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut diatas, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai : 1. Iman dan Takwa : Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan selalu mendasari setiap pelaksanaan kegiatan dan selalu berpegang bahwa pekerjaan adalah ibadah. 2. Pofesionalisme : Bersikap dan bertindak Profesional serta senantiasa melaksanakan perubahan untuk mencapai keterampilan dan kompetensi yang lebih baik sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3. Integritas yang Tinggi : Memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan dengan dasar ketulusan hati, kejujuran, kepribadian yang teguh dan moral yang tinggi. 4. Kerjasama Tim : Selalu membina kerjasama Tim yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme dalam upaya pencapaian Visi dan Misi. 5. Transparan dan Akuntabel : Setiap kegiatan diselenggarakan kegiatan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggung-gugatkan kepada masyarakat. 6. Responsif Mampu mendeteksi secara dini masalah kesehatan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan, potensi dan peluang untuk peningkatan pembangunan kesehatan serta melaksanakan tindakan segera untuk menindaklanjutinya. 94 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 4.3. Tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Perumusan Tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat : Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi. Maka rumusan Tujuan Renstra Dinas Kesehatan mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, sebagai berikut : 1. Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta Perilaku Hidup Bersih dan sehat 2. Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas 3. Terpenuhinya sumber daya kesehatan 4. Terwujudnya regulasi dan kebijakan kesehatan Untuk mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dalam Renstra, maka perlu ditetapkan sasaran, indikator dan target selama 5 (lima) tahun kedepan. Tabel 4.3.1 Tujuan, Sasaran, Indikator dan Target Dinas Kesehatan Tahun 2014 – 2018 Tujuan 1. Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk mencapai kualitas lingkungan yang sehat serta Perilaku Hidup Bersih dan sehat Sasaran Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat Meningkatnya Kualitas Penyehatan Lingkungan 2.Tercapainya pelayanan kesehatan yang berkualitas Menurunnya ratio Kematian Ibu dan Bayi Indikator Target 2014 2015 2016 2017 2018 Persentase Kab/Kota mempunyai cakupan PHBS Rumah tangga mencapai 50% 38% 40% 60% 70% 80% Persentase Desa Siaga Aktif 75% 80% 82% 84% 86% 58 58,5 59 59,5 60 52,5 53 53,5 54 55 91/ 100.000 KH 4/ 1000 KH 100% 90 / 100.000 KH 6/ 1000 KH 100% 89 / 100.000 KH 5,8 / 1000 KH 100% 88 / 100.000 KH 5,6 / 1000 KH 100% 87 / 100.000 KH 5,8/ 1000 KH 100% persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yang berkualitas Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat Rratio kematian ibu Ratio kematian bayi Jumlah Kab/Kota 95 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Meningkatnya upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular 3. Terpenuhinya sumber daya kesehatan Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar Menuju universal coverage JPKM 4. Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan Terwujudnya Regulasi dan kebijakan kesehatan Meningkatnya data kesehatan yang komprehensif yang menangani kasus gizi buruk Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Persentase desa/kelurahan yang mencapai UCI ≥ 90% Persentase Kab/Kota yang mencapai Treatment Succes Rate TB Persentase kab/kota dengan kasus tekanan darah tinggi sebesar 23,38% Persentase Kab/Kota dengan 100% Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa Persentase RSUD terisi dokter spesialis sesuai standar Jumlah Puskesmas yang sudah Terakreditasi Jumlah Rumah Sakit yang sudah Terakreditasi Jumlah RS mampu memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sesuai standar Persentase ketersediaan obat esensial di instalasi farmasi kabupaten/kota Persentase penduduk dengan jaminan kesehatan Jumlah dokumen regulasi kebijakan pembangunan kesehatan Persentase kab/kota yang menyediakan data dan informasi yang Komprehensif 80% 85% 89% 90% 86% 87% 91% 88% 92% 93% 74% 78% 81% 85% 89% 37,04% 40,74% 44,44% 48,15% 58,85% 62,96 70,38 81,48 92,59 100 60 62 64 66 0 34 64 128 11 21 70 80 90 58 68 88 98 78 67 256 63% 64% 65% 66% 70% 50% 60% 65% 70% 80% 3 2 2 2 2 32 39 44 52 55 96 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 4.4. Strategi, Arah dan Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 Perumusan Strategi dan Kebijakan Jangka Menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Strategi dan kebijakan dalam Renstra Dinas Kesehatan adalah strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan untuk mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang selaras dengan strategi dan kebijakan daerah serta rencana program prioritas dalam rancangan awal RPJMD. Perumusan Strategi Rumusan Strategi Bidang Kesehatan RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 adalah : Tabel 4.4.1 Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah dan Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 MISI I : Membangun Masyarakat Yang Berkualitas dan Berdaya Saing. Tujuan Membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun dan berbudaya Sasaran Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi semua serta perluasan akses layanan yg terjangkau dan merata Strategi Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi Menguatkan pembiayaan dan sumber daya kesehatan Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi informasi kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan Arah Kebijakan Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan Penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi Penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan Penguatan manajemen, regulasi, sistem informasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan Sumber : RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Berdasarkan Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Kesehatan pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 maka telah ditentukan Strategi dan Arah Kebijakan Kesehatan pada Renstra Dinas Kesehatan sebagai berikut : 97 Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018 Tabel 4.4.2 Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 Sasaran Strategi Arah Kebijakan Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan Penguatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama & kemitraan serta penyehatan lingkungan Menguatkan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi Penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi Meningkatkan sumber daya kesehatan sesuai dengan standar Menguatkan pembiayaan dan sumber daya kesehatan Penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan Terwujudnya regulasi dan kebijakan kesehatan Menguatkan manajemen, regulasi, sistem informasi di bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan Penguatan manajemen, regulasi, sistem informasi di bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan Meningkatnya kemandirian masyarakat Meningkatnya kualitas penyehatan lingkungan Menurunnya Ratio Kematian Ibu dan Bayi Meningkatnya upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular Adapun Program dan Sasaran Program serta kegiatan pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 adalah sebagaimana diuraikan dalam lampiran. 98 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Prioritas pembangunan kesehatan Tahun 2013 - 2018 merupakan penajaman, peningkatan cakupan dan kelanjutan dari prioritas pembangunan kesehatan periode 2008 - 2013. Prioritas pembangunan kesehatan tersebut dijabarkan ke dalam program, kegiatan, indikator, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Program dan sasaran program diatas serta dengan memperhatikan isu strategis yang ada maka pembangunan kesehatan Jawa Barat untuk mencapai Masyarakat Jawa Barat Sehat diarahkan pada “JKN Jawa Barat” dengan program unggulan untuk penajaman kegiatan adalah : 1. Penurunan AKI, AKB dan Gizi Buruk 2. Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular 3. Peningkatan PHBS secara massal Untuk mencapai program unggulan tersebut dilakukan 8 rencana intervensi strategis bidang kesehatan melalui : 1. Pemenuhan Pelayanan Kesehatan terutama Poned dan Ponek 2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Jawa Barat 3. Restrukturisasi Pelayanan Kesehatan 4. Rancang Bangun Lembaga Sertifikasi Tenaga dan Sarana Kesehatan (LSSK) Jawa Barat untuk Perlindungan Masyarakat 5. Pemantapan Penerapan Regulasi Bidang Kesehatan 6. Penyusunan Regulasi Skala Provinsi 7. Penguatan Pelaksanaan Program Nasional 8. Pengembangan Sistem Pelayanan Kesehatan, Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat Dengan adanya kegiatan yang menjadi prioritas serta sesuai dengan urusan pada PP No.38 Tahun 2007 yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Jawa Barat No.10 Tahun 2009, Keputusan Menteri Kesehatan No.267 Tahun 2007, Peraturan Gubernur Jawa Barat No.32 Tahun 2009 serta Mengacu kepada RPJMD 54 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 maka telah disusun kegiatan pada Dinas Kesehatan sebagai berikut : 5.1 PROGRAM POKOK 5.1.1 PROMOSI KESEHATAN Kegiatan Pokok dan program ini adalah : 1. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) 2. Fasilitasi Peningkatan desa/Kelurahan siaga aktif 5.1.2 PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT Kegiatan Pokok dan program ini adalah : 5.2 Pengawasan kualitas kesehatan lingkungan di sasaran prioritas provinsi 5.3 Penguatan kegiatan STBM dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi 5.1.3 PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN Kegiatan Pokok dan program ini adalah : 1. Pencegahan Kurang Gizi 2. Pendukung Peningkatan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat 3. Peningkatan kualitas Pelayanan kesehatan DasaKhusus 4. Pembinaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Lansia 5. Gerakan Penyelamatan Masa Depan (Gema Mapan) 6. Peningkatan kualitas Pelayanan kesehatan dasar 7. Peningkatan kualitas Pelayanan kesehatan Khusus 8. Bantuan Keuangan penunjang operasi katarak bagi masyarakat miskin di Kab/kota 9. Peningkatan Pelayanan Kesehatan rujukan 10. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kerja yang Prima dan Komprehensif 5.1.4 PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR Kegiatan Pokok dan Kegiatan Indikatif program ini adalah : 5.1.4.1 Kegiatan Peningkatan Pencegahan dan Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 5.1.4.2 Kegiatan Surveilas Penyakit dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa 5.1.4.3 Kegiatan Peningkatan sistem Kewaspadaan dini bencana dan kesehatan Matra 55 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 5.1.4.4 Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 5.1.4.5 Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Bersumber Binatang 5.1.4.6 Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 5.1.4.7 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Paru di BKPM 5.1.4.8 Upaya Peningkatan Kesehatan Paru Masyarakat di BKPM 5.1.5 PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini adalah : 5.1.5.1 Peningkatan kuantitas dan Kualitas Tenaga Kesehatan 5.1.5.2 Peningkatan kualitas kompetensi tenaga kesehatan 5.1.5.3 Pengembangan pelayanan kesehatan di Balai Laboratorium Kesehatan 5.1.5.4 Peningkatan sarana dan sarana Bapelkes 5.1.5.5 Peningkatan Pelayanan Kesehatan di BKKM 5.1.5.6 Peningkatan sumber daya penunjang pelayanan kesehatan paru di BKPM 5.1.5.7 Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian, Penggunaan Obat secara Rasional, Peredaran Sediaan Farmasi, Kosalkes dan Mamin 5.1.5.8 Bantuan Keuangan untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat miskin 5.1.6 PROGRAM MANAJEMEN KESEHATAN Kegiatan Pokok dan kegiatan indikatif program ini adalah : 5.1.6.1 Akreditasi dan Sertifikasi sarana pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan 5.1.6.2 Kegiatan Penyusunan Regulasi Manajemen Kesehatan 5.1.6.3 Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan 5.1.6.4 Peningkatan Kapasitas BLK sebagai centre of Penunjang Diagnostik dan Kesehatan Masyarakat Excellent Pelayanan 5.1.6.5 Peningkatan Kapasitas BKKM sebagai Pelayanan Kesehatan untuk Penanganan Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK), Trauma Center dan IPTEK Kesehatan Kerja 5.1.6.6 Kegiatan Peningkatan Kapasitas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Bapelkes sebagai Pusat Pelatihan 5.1.6.7 Fasilitasi Penyusunan Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Bidang Kesehatan Provinsi Jabar 5.1.6.8 Kegiatan monitoring dan evaluasi Bantuan Keuangan Pembangunan Bidang Kesehatan 5.2 PROGRAM PENUNJANG 56 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 5.2.1 PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR 1. Peningkatan Kesejahteraan & Kemampuan Aparatur Dinkes. Prov. Jabar. 1. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur BLK Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 3. Peningkatan Kinerja dan Kemampuan Aparatur BKKM 4. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur BKPM Provinsi Jabar 5. Peningkatan Kinerja Dan Kemampuan Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 5.2.2 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN 1. Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Bapelkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 3. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BLK Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 4. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKKM 5. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran BKPM Provinsi Jawa Barat 5.2.3 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR 1. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Gedung Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2. Peningkatan Sarana Dan Prasarana Gudang Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 3. Revitalisasi BKKM 4. Pengembangan Gedung Pelayanan BKPM 5. Revitalisasi BLK 6. Revitalisasi Bapelkes 5.2.4 PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA PERKANTORAN DINAS KES. PROV. JABAR 1. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran Bapelkes 3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran Pada BLK 4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor BKKM 5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur BKPM Provinsi Jawa Barat 57 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 6. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 5.2.5 PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN 1. Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan Internal Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 5.3 RENCANA BANTUAN TIDAK LANGSUNG/BANTUAN KEUANGAN Bantuan keuangan merupakan bantuan yang bersifat umum dan khusus ke kabupaten/kota dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan keuangan kabupaten/kota melalui percepatan pembangunan yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Kegiatan unggulan maupun penunjang/tupoksi Tahun 2013 - 2018 disesuaikan dengan isu strategis setiap tahun pada Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018, dilaksanakan melalui penajaman kegiatan yang disesuaikan dengan isu strategis pada RKPD Jawa Barat tahun tersebut. Uraian Program, kegiatan dan pendanaan indikatif Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 secara terinci dapat dilihat pada lampiran. 58 Draft Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawan Barat Tahun 2013 - 2018 BAB VI PENUTUP Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Perubahan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat 2013 - 2018 yang sekaligus pula merupakan Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Propinsi Jawa Barat telah dapat disusun, dan telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan pada tanggal 30 Desember tahun 2014. Rencana Strategis ini disusun untuk lebih memfokuskan upaya Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam menghadapi tantangan dan masalah pembangunan kesehatan yang makin kompleks terutama dalam menghadapi tantangan global dan nasional. Rencana Strategis Dinas Kesehatan ini diharapkan akan dapat dijadikan acuan oleh seluruh petugas atau pelaksana program/kegiatan kesehatan di Propinsi Jawa Barat dalam kemitraan dengan sektor sektor pembangunan lainnya serta lembaga masyarakat dan masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan. Kiranya rencana strategis ini dapat pula menjadi acuan bagi provinsi , kabupaten / kota, sehingga dalam semangat desentralisasi ini ibaratnya sebuah armada dengan menggunakan berbagai jenis kapal yang melaju menuju satu tujuan yang sama yaitu menjadikan pembangunan kesehatan sebagai upaya pemenuhan hak azasi setiap orang untuk dapat Cageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singer. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami haturkan kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan Perubahan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2013-2018. Semoga tujuan dari penyusunan Perubahan Rencana Strategis ini tercapai, dan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa mengabulkannya sehingga dapat terlaksana dengan baik. Amiiin. Bandung, 30 Desember 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT dr.Hj. ALMA LUCYATI, M.Kes.,M.Si.,MH.Kes Pembina Utama Madya NIP. 19561022 198410 2 001 59