5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
menurut Sardiman (2011:22) belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan
meteri ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya. Sedangkan menurut Hamalik (2007:37) belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Sardiman (2014:20) menerangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Berdasarkan uraian para ahli ini maka belajar dalam penelitian ini adalah
serangkaian kegiatan yang dialami dalam diri individu melalui suatu proses untuk
perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2007:57) Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Suprijono (2013:13) pembelajaran diartikan sebagai upaya
guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta
didiknya untuk mempelajarinya.
5
6
2.1.2.
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie dalam Wena (2009:189) pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini
guru bertindak sebagai fasilitator. Menurut Nurhadi dan Senduk dalam Wena
(2009:189) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan
hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Sedangkan menurut
Abdurrahman dan Bintoro dalam Wena (2009:190) mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama
siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Berdasarkan pendapat dari para ahli yang ada maka pembelajaran
kooperatif dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk dapat berinteraksi dengan sesama teman yang merupakan sumber belajar
selain guru dan sumber lain sebagai sumber belajar.
2.1.2.1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan Lie (2002) dalam Wena
(2009:190) mengatakan ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok
dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok sadar
bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana saling
ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu:
(1)
Saling
ketergantungan
dalam
pencapaian
tujuan,
(2)
saling
ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan
bahan atau sumber belajar, (4) saling ketergantungan peran, (5) saling
ketergantungan hadiah.
7
b. Interaksi Tatap Muka
Nurhadi & Senduk dalam Wena (2009:191) menyebutkan bahwa
interaksi tatap muka para siswa dalam kelompok saling bertatap muka
sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa. Dalam hal ini antar anggota kelompok
melaksanakan
aktivitas-aktivitas
dasar
seperti
bertanya,
menjawab
pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberi
penjelasan, berkata sopan, meminta bantuan dan memberi penjelasan. Pada
proses pembelajaran yang demikian para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
c. Akuntabilitas Individual
Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap
siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran
secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai
anggota kelompok. Kondisi belajar seperti itu mampu menumbuhkan
tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu. Tanpa ada
tanggung jawab secara individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.
d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa
agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota
kelompok. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) pengelompokkan, (2)
semangat pembelajaran kooperatif dan (3) penataan ruang kelas.
8
2.1.2.2.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Suprijono (2013:65) menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran
kooperatif yang disusun sebagai berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Perilaku Guru:
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: Menyajikan informasi. Perilaku Guru: Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara verbal. Fase 3: Mengorganisasikan peserta didik ke
dalam tim-tim belajar. Perilaku Guru: Memberikan penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien. Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar. Perilaku
Guru: Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Mengevaluasi. Perilaku Guru:
mengenai
berbagai
materi
Menguji pengetahuan peserta didik
pembelajaran
atau
kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Memberikan pengakuan atau
penghargaan. Perilaku Guru: Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
prestasi individu maupun kelompok.
2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division)
2.1.3.1. Pengertian STAD
Menurut Slavin (2005:143) STAD merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk
permulaan bagi guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut
Harta dan Djumadi (2009:51) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan berbagai
tingkat kemampuan yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab
kelompok untuk pembelajaran individual. Menurut Robert E. dalam Rusman
(2011:213) model STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat
mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris,
9
teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh
siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh
saling membantu.
Berdasarkan pendapat para ahli maka STAD dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktivitas siswa dan interaksi
antar siswa, interaksi siswa dengan guru maupun dengan media pembelajaran
serta dengan lingkungan untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
2.1.3.2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Tipe STAD
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:44) STAD merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil. Suprijono
(2013:133) Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model
pembelajaran ini sebagai berikut:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 - 6 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan
pada anggota lainnya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberikan evaluasi.
f. Kesimpulan.
10
Sedangkan
menurut
Trianto
(2009:71)
langkah-langkah
dalam
pembelajaran STAD sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Menyajikan/menyampaikan informasi.
Guru
menyajikan
informasi
kepada
siswa
dengan
jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
c. Mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
e. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
f. Memberi penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli, langkah-langkah pembelajaran model
STAD dalam penelitian ini yaitu:
1) Menggali informasi siswa tentang materi
2) Siswa mendengarkan dengan seksama penjelasan guru.
3) Siswa menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait
dengan materi.
4) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen.
11
5) Guru
menjelaskan tugas-tugas
yang harus dilakukan dalam
kelompok.
6) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa bersama kelompoknya.
7) Guru berkeliling untuk mengarahkan siswa dan membimbing siswa
apabila terdapat kesulitan dalam berdiskusi.
8) Guru menekankan kepada para siswa untuk menyakinkan setiap
anggota kelompoknya sudah paham.
9) Kelompok mendemonstrasikan hasil diskusinya.
10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
2.1.3.3. Kelebihan Model Pembelajaran Tipe STAD.
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini
yaitu:
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
3) Mengembangkan
bakat
kepemimpinan
dan
mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.
b. Kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini
yaitu:
1) Meningkatkan kecakapan individu.
2) Meningkatkan kecakapan kelompok.
3) Meningkatkan komitmen, percaya diri.
4) Memahami perbedaan.
5) Tidak bersifat kompetitif (persaingan).
6) Meningkatkan motivasi belajar dan rasa toleransi serta saling
membantu dan mendukung dalam memecahkan masalah.
12
2.1.3.4. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini
yaitu: Dalam kerja kelompok belum adanya kesatuan antar siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukannya keterampilan guru dalam manajemen
kelasnya,
guru
mampu
menyatukan
siswa
dengan
berbagai
keanekaragamannya dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat
mengatasi kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran ini.
b. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD dalam penelitian ini
yaitu:
1) Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder
bekerja sama dengan teman-teman yang lebih mampu.
2) Terjadi situasi kelas yang gaduh singga siswa tidak dapat bekerja
secara efektif dalam kelompok.
3) Pemborosan waktu, dalam pembelajaran dengan menggunakan model
ini membutuhkan waktu yang cukup banyak.
2.1.4. Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2007:38) hasil belajar akan tampak pada setiap
perubahan pada aspek pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan
lain-lain. Hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada
individu
setelah
mengalami
proses
belajar
mengajar,
dimana
untuk
mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru,
seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa
tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Faktor yang
menentukan hasil belajar adalah dari diri siswa, faktor lingkungan beserta guru.
Hasil belajar dapat dilihat dari adanya perubahan motivasi belajar, minat belajar,
dan faktor lainnya. Menurut Purwanto (2013:49) hasil belajar adalah perwujudan
kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.
Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
13
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli maka hasil belajar penelitian ini
adalah suatu perubahan dari diri seseorang sebagai bentuk perwujudan belajar.
2.2.
Penelitian yang Relevan
Budhiyati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan
Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika pada siswa kelas IV SDN 08 Banjar Sari Tahun 2009 Pekalongan,
menunjukkan siklus I aktivitas siswa 65,41 % meningkat menjadi 85,38 %
dengan ketuntasan belajar sebesar 87,5 %.
Mahanal,
susriyati
(2006)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif Model STAD
Pada Mata Pelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis
Siswa kelas V MI Jenderal Sudirman Malang. Hasil pengamatan menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa siklus I ke siklus II sebesar 11,6 atau 16,94 %.
Fatimah, sri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode
Kooperatif
Tipe
STAD
Guna
Meningkatkan
Aktivitas
Siswa
Dalam
Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar (Kajian Tindakan di Kelas VI SD 3
Nolokerto Kendal). Dengan hasil kegiatan belajar dan mengajar dengan
menggunakan metode kooperatif tipe STAD, dengan nilai yang diperoleh pada
siklus I yaitu 55,55 atau 18,5 % siklus II yaitu 63,70 atau 48 % sampai siklus III
ternyata hasilnya sangat memuaskan guru dan siswa dengan perolehan nilai pos
tes 75,18 atau 81,5 %. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode kooperatif
tipe STAD dalam pembelajaran PKn sangat efektif untuk meningkatkan aktivitas
siswa dan menjadikan siswa lebih aktif dalam menerima pembelajaran.
Dari beberapa penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA di
Sekolah Dasar. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini tidak hanya untuk
pelajaran IPA di Sekolah Dasar saja, tetapi juga dapat diterapkan dalam mata
pelajaran lain dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
14
2.3.
Kerangka Berpikir
Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA, yang dalam pelaksanaannya siswa dibagi
dalam beberapa kelompok secara heterogen yang mana masing-masing siswa
saling belajar dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih
tertarik, terlibat dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga
hasil belajar menjadi meningkat.
Siswa yang lebih cepat menangkap materi pelajaran mengajari siswa yang
lambat, sehingga terjadi tutor sebaya selama proses pembelajaran.
Pembelajaran STAD (Student Teams
Achievement divisions)
1) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu
masalah.
1) Membagi siswa dalam kelompok
2) Mengajarkan keterampilan berdiskusi.
secara heterogen.
2) Siswa menyimak materi pelajaran.
3) Mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan
3) Setiap kelompok diberi tugas
menghargai pendapat orang lain.
untuk dikerjakan dan melakukan
diskusi (terjadi tutor sebaya).
4) Meningkatkan kepercayaan diri.
4) Setiap siswa menjawab
kuis/pertanyaan.
Hasil belajar meningkat
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
15
2.4.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir, maka
peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitia ini adalah: Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Jetak 03
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2015/2016.
Download