PERANAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA PEKANBARU DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI HIV DAN AIDS DI KOTA PEKANBARU Andriyus Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution KM 11, No, 113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru Abstract The number of cases of HIV / AIDS in the city of Pekanbaru lately increased dramatically and has become an epidemic threat . HIV / AIDS problem is getting very worried because the majority of people with HIV / AIDS are found in the productive age group is the age range 25-29 years and 30-34 years . To prevent and cope with the severity of the spread of HIV / AIDS in Pekanbaru City is not only the responsibility of the local government alone but the responsibility of all levels of society . The population in this study are all the people who live in the city of Pekanbaru , whereas the sampled are related parties in the prevention and treatment of HIV and AIDS in the city of Pekanbaru . In this study the authors used a combination of qualitative methods and quantitative means to conduct an analysis of the role of Pekanbaru City AIDS Commission in preventing and combating HIV and AIDS in the city of Pekanbaru are then elaborated based on information obtained through questionnaires distributed to the respondents and in-depth interviews and the data are already in the form of documents . Based on the research conducted by the author to the 70 respondents , it can be concluded that the AIDS Commission Pekanbaru still less a role in preventing and combating HIV and AIDS in Pekanbaru City as seen from the indicators provide information on HIV and AIDS that is true , do universal standard precautions like the management of health , encourage counseling and testing for HIV and AIDS provide specific health services . The constraints faced is the lack of public knowledge about HIV / AIDS , high-risk groups consider themselves healthy and complicate mobilisir and the difficulty of the perception of harm reduction programs unhealthy behavior Keywords: The role of government, Prevention and control of HIV / AIDS Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) danAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada saat ini telah menjadi masalah global.Isu tersebut sejalan dengan isu globalisasi lainnya seperti informasi, teknologi, perdagangan dan lain-lainnya.Mungkin juga terdapat korelasi yang erat antara berbagai isu mengingat penyebaran HIV/AIDS yang begitu cepat kepelosok Indonesia termasuk Provinsi Riau.Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Riau meningkat secara tajam dan cukup signifikan dan wilayah penularan serta penyebarannya semakin meluas, HIV/AIDS sudah menjadi ancaman epidemik.Dari tahun 1997 sampai dengan bulan agustus 2010 di Provinsi Riau telah terdapat 818 kasus HIV/AIDS. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kasus HIV/AIDS yang terdapat di Provinsi Riau penulis sajikan pada tabel berikut : Tabel. Kasus HIV/AIDS Di Provinsi Riau Dari Tahun 1997 Sampai DenganBulan Agustus 2010 Dirinci Per Kabupaten/Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kabupaten/Kota Pekanbaru Kampar Indragiri Hulu Indragiri Hilir Bengkalis Dumai Kuantan Singingi Siak Sri Indrapura Rokan Hilir Rokan Hulu Pelalawan Kepulauan Meranti Jumlah Kasus AIDS 293 20 9 14 22 42 3 20 33 15 11 4 Jumlah Kasus HIV 160 14 5 6 32 49 1 12 29 5 14 5 486 332 Jumlah Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011 Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau maka Kota Pekanbaru merupakan Kabupaten/Kota yang paling banyak ditemukan kasus HIV/AIDS yaitu 453 kasus. Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau memiliki penduduk yang bersifat heterogen, seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman Kota Pekanbaru juga memiliki permasalahan yang sangat konfliks salah satunya adalah masalah HIV/AIDS. Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru akhirakhir ini meningkat drastis dan sudah menjadi ancaman epidemik. Masalah HIV/AIDS ini semakin sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar orang dengan HIV/AIDS ditemukan pada kelompok umur produktif yaitu rentang usia 25 – 29 tahun dan 30 – 34 tahun. Masalah HIV/AIDS ini sudah masuk kesuma lapisan masyarakat Kota Pekanbaru hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya kasus HIV/AIDS diberbagai golongan masyarakat. Untuk melihat lebih jelas mengenai permasalahan HIV/AIDS di Kota Pekanbaru penulis sajikan pada tabel berikut : Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai DenganBulan Agustus 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Jumlah Kasus AIDS Jumlah Kasus HIV Jumlah Total 3 4 7 14 17 79 36 160 1 4 10 33 45 62 59 47 32 239 1 4 13 37 52 76 76 126 68 399 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari pertama ditemu kan di Provinsi Riau yaitu pada tahun 1997 sampai dengan agustus tahun 2010 kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru selalu mengalami peningkatan yang sangat tajam terutama sekali empat tahun terakhir. Jika dilihat dari jenis pekerjaan orang yang mengidap HIV/AIDS di Kota Pekanbaru, dapat dilihat tabel berikut : Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jumlah Kasus 1997 – 2010 No Jenis Pekerjaan HIV AIDS 1 WPS 28 4 2 Ibu Rumah Tangga 25 33 3 Wiraswasta 24 81 4 Swasta 12 65 5 Karyawan 10 16 6 TNI/POLRI 6 11 7 PNS 5 8 Narapidana 5 9 Supir/Ojek 4 10 Pramu Pijat 4 11 Pelaut 2 12 Buruh 2 13 PPS 2 14 Apoteker 1 15 Security 1 16 Mahasiswa/Siswa 17 Guru 18 Tukang Parkir 19 Satpol PP 20 TKW 21 Lain-lain (Balita) 1 22 Tidak diketahui 28 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru banyak ditemukan pada kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 105 8 3 10 2 3 3 20 3 1 1 1 1 27 kasus dengan rincian 81 kasus AIDS dan 24 kasus HIV. Sedang dilihat dari tingkat umur orang yang mengidap HIV/AIDS tersebut dapat dilihat tabel berikut : Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Tingkat Umur Jumlah Kasus 1997 – 2010 No Kelompok Umur AIDS HIV 1 0–4 2 2 5–9 1 3 10 – 14 4 15 – 19 1 4 5 20 – 24 26 26 6 25 – 29 95 54 7 30 – 34 85 39 8 35 – 39 36 18 9 40 – 44 23 12 10 45 – 49 14 3 11 50> 9 1 12 Tidak diketahui 3 1 Jumlah 293 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011 160 Dari data diatas dapat diketahui bahwa kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru paling banyak ditemukan pada rentang usia 25 – 29 tahun yaitu sebanyak 149 kasus dengan rincian 95 kasus AIDS dan 54 kasus HIV dan jika dilihat dari jenis kelamin, maka kaum pada laki-laki lebih banyak ditemukan kasus HIV/AIDS dari pada perempuan yaitu dari 293 kasus AIDS di Kota Pekanbaru 242 kasus adalah laki-laki dan dari 160 kasus AIDS 92 kasus laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut : Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah Kasus 1997 – 2010 No Jenis Kelamin AIDS HIV 1 Laki-laki 242 92 2 Perempuan 51 68 Jumlah 293 160 Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011 Melihat kondisi yang demikian, maka pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS perlu dilaksanakan secara terpadu melalui upaya peningkatan perilaku hidup sehat yang dapat mencegah penularan, memberikan pengobatan, perawatan, dukungan serta penghargaan terhadap hak-hak pribadi orang dengan HIV/AIDS serta keluarganya yang secara keseluruhan dapat meminimalisir dampak epidemik dan mencegah diskriminasi. Untuk mencegah dan menanggulangi semakin parahnya penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru sebenarnya bukan hanya tanggungjawab pemerintah daerah saja akan tetapi tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pemerintah daerah Kota Pekanbaru telah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru melalui Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 117 Tahun 2009 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru, yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah. Sebagaimana yang terdapat pada Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS danPemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah disebutkan bahwa dalam rangka penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten/Kota dibentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota, selanjutnya pada ayat (4) dijelaskan bahwa Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Adapun tugas Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 117 Tahun 2009 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : 1. Mengkoordinasikan perumusan penyusunan kebijakan, strategi dan langkah-langkah yang diperlukan dalam penanggulangan HIV dan AIDS sesuai kebijakan, strategi dan pedoman yang ditetapkan Komisi Penanggulangan AIDS nasional. 2. Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. 3. Menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan memamfaatkan sumber daya berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan bantuan luar negeri secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS. 4. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang tergabung dalam keanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru. 5. Mengadakan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS. 6. Menyebar luaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan AIDS kepada aparat dan masyarakat. 7. Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas Camat dan Pemerintah Desa/Kelurahan dalam penanggulangan HIV dan AIDS. 8. Mendorong terbentuknya LSM/Kelompok Peduli HIV dan AIDS. 9. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang kepada KPA Nasional. 10. Mengadakan pertemuan pengurus secara berkala sekurang-kurangnya 4 (empat) kali setahun. 11. Melaporkan hasil kegiatan kepada Walikota Pekanbaru secara berkala sekurang-kurangnya dua kali setahun. Adapun langkah pencegahan HIV/AIDS sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan melalui cara : a. Meningkatkan Iman dan Taqwa b. Tidak melakukan hubungan seksual diluar pernikahan yang sah c. Setia pada pasangan tetap dan atau tidak melakukan seks bebas d. Menggunakan kondom pada stiap kontak seksual beresiko tertular HIV/AIDS. e. Transfusi darah yang bebas dari HIV/AIDS f. Melaksanakan Universal Precaution Standart (kewaspadaan umum) bagi tata laksana kesehatan. g. Pemakaian alat suntik sekali pakai bagi para pengguna napza suntik. h. Sterilisasi standar pada alat cukur dan alat kosmetik yang dapat menimbulkan luka. i. Bagi ibu ODHA agar memakan ARV dan melahirkan dengan operasi Caesar dan tidak menyusui. j. Memberikan informasi HIV/AIDS yang benar. Sedangkan untuk penanggulangan HIV/AIDS dijelaskan pada pasal 6 ayat (3) yang berbunyi, dalam penanggulangan epidemic HIV/AIDS Pemerintah Daerah dan masyarakat berkewajiban untuk : a. Melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi pencegahan HIV/AIDS yang benar, jelas dan lengkap melalui media massa, organisasi masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan secara periodic. b. Melakukan pendidikan keterampilan hidup dan perilaku hidup sehat dengan tenaga yang kompeten untuk menghindari infeksi HIV dan penyalahgunaan napza melalui sekolah baik SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan sederajat, Pesantren serta Perguruan Tinggi miliki pemerintah maupun milik swasta. c. Mendorong dan melaksanakan konseling dan testing HIV secara sukarela. d. Memberikan layanan kesehatan yang spesifik dipelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit termasuk pengobatan dengan obat anti retroviral dan obat anti infeksi oppotunistik dengan biaya yang terjangkau. e. Melaksanakan kewaspadaan universal precaution standar dirumah sakit, poliklinik dan fasilitas kesehatan milik pemerintah maupun milik swasta sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi HIV serta dapat melindungi staf dan pekerjanya. f. Melaksanakan skrining yang standar terhadap IMS, HIV dan virus hepatitis atas seluruh darah donor, fraksi darah dan jaringan tubuh yang didonorkan kepada orang lain. g. Melaksanakan pengawasan dan penertiban terhadap tempat-tempat yang berpotensi menularkan HIV/AIDS bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Selanjutnya pada pasal 14 ayat (2) dijelaskan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan dengan mengacu pada penghargaan terhadap hak-hak azazi pribadi dan hak-hak sipil warga Negara termasuk kelompok masyarakat rentan. Melihat tingginya kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru, maka Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, pada tahun 2009 ada beberapa program yang dilaksanakan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru yaitu : 1. Pentaloka guru BP dan guru agama SMU se Kota Pekanbaru Melalui kegiatan ini diharapkan upaya penanggulangan AIDS baik berupa pemberian informasi maupun upaya lainnya dapat diintegrasikan dengan kegiatan rutinitas disekolah termasuk pada saat proses belajar mengajar dan konseling yang dilakukan oleh guru BP. Pelatihan ini dibagi menjadi dua angkatan, angkatan I dilaksanakan pada tanggal 12 – 13 Agustus 2009, angkatan II dilaksanakan pada tanggal 10 – 11 November 2009. Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan tentang HIV dan AIDS kepada remaja dan masyarakat umum sehingga berkurangnya infeksi baru HIV khususnya pada remaja.Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang pada masing-masing angkatan yang berasal dari 25 sekolah SMA/AMK/MA.Masing-masing sekolah mengutus 2 orang guru. 2. Iklan layanan masyarakat di televisi Muatan atau isi iklan layanan ini terdiri dari dua versi yaitu versi informasi dasar HIV dan AIDS serta versi hibauan pencegahan dan penanggulangan AIDS. Iklan ini ditayangkan di Riau Televisi (RTv).Penayangannya dilakukan selama 5 kali sehari. 3. Pembuatan billboard (papan informasi) Kegiatan ini bekerjasama dengan pihak terkait baik dunia usaha, Badan Usaha Milik Negara maupun instansi pemerintah. Billboard (papan informasi) ditempatkan dilokasi-lokasi strategis antara lain persimpangan jalan, tepi jalan, lokasi yang berdekatan dengan keramaian dan sebagainya. Proses penempatan dilakukan melalui koordiasi dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru. Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat seputar HIV dan AIDS. Sedangkan pada tahun 2010, Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah melakukan beberapa upaya untuk menekan penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru yaitu : 1. Penyuluhan HIV dan AIDS terintegrasi kepada siswa baru (tahun 2010) pada SLTA se Kota Pekanbaru. Bentuk kegiatan ini adalah melakukan penyuluhan pada siswa baru pada saat Masa Orientasi Sekolah (MOS).Pelaksanaan kegiatan ini dikoordinir oleh Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.Tujuan dari kegiatan ini adalah memberdayakan guru yang pernah dilatih dalam upaya penanggulangan AIDS sekaligus memberikan informasi dasar HIV dan AIDS kepada siswa/siswi SMA/SMK di Kota Pekanbaru. 2. Iklan layanan masyarakat di televisi lokal. Kegiatan ini juga sebagai bentuk pemberian informasi kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS melalui media massa berupa iklan layanan masyarakat. Kegiatan ini dilakukan pada salah satu televisi lokal di kota Pekanbaru yaitu Riau Televisi (RTv) diselipkan pada acara strategis seperti acara detak riau dan acara lainnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang HIV dan AIDS. 3. Pentaloka pada guru BK dan guru agama tingkat SLTP. Setelah melakukan pelatihan bagi guru SMU, tahun 2010 Sekretariat KPA Kota Pekanbaru melaksanakan kegiatan serupa pada guru SLTP, namun hanya 20 sekolah yang mengikuti dan hanya satu angkatan. 4. Pencetakan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Tujuan kegiatan ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat melalui media komunikasi, informasi dan edukasi. Media yang dibuat antara lain berupa leaflet, brosur dan buku. Media KIE ini diberikan pada saat kegiatan pemberian informasi baik yang dilakukan oleh Sekretariat KPA Kota Pekanbaru maupun yang dilaksanakan pihak lain. 5. Dukungan untuk Layanan Mobile Clinic (VCT Mobile) dan konseling terhadap populasi kunci. Kegiatan ini berupa dukungan operasional untuk pelaksanaan Layanan Mobile Clinic (VCT Mobile) dan konseling terhadap populasi kunci.Karena berdasarkan evaluasi, pelaksanaan layanan mobile masih terkendala karena dukungan operasional yang masih terbatas.Kegiatan ini dikerjasamakan dengan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sebagai pelaksana layanan. 6. Penyuluhan HIV dan AIDS kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di LAPAS II A dan LAPAS II B Pekanbaru. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan bersama Yayasan SIKLUS sebagai SSR Program Global Fund untuk wilayah Kota Pekanbaru.Bentuk kegiatannya berupa penyuluhan seperti biasa. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah melakukan upaya-upaya penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS dengan melaksanakan beberapa program sebagaimana dijelaskan diatas, namun di Kota Pekanbaru masih banyak ditemukan kasus HIV/AIDS bahkan paling banyak di Provinsi Riau. Pencegahan HIV/AIDS dan Penanggulangan Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Riau adalah sebuah fenomena yang harus segera ditindak lanjuti dengan berbagai upaya.Pihak-pihak yang ada kaitannya harus ikut ambil andil dalam hal tersebut. Oleh karena permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang harus diselesaikan, pemerintah Provinsi Riau telah berupaya untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS dengan mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Adapun langkah pencegahan HIV/AIDS sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS dilakukan melalui cara : a. Meningkatkan Iman dan Taqwa b. Tidak melakukan hubungan seksual diluar pernikahan yang sah c. Setia pada pasangan tetap dan atau tidak melakukan seks bebas d. Menggunakan kondom pada stiap kontak seksual beresiko tertular HIV/AIDS. e. Transfusi darah yang bebas dari HIV/AIDS f. Melaksanakan Universal Precaution Standart (kewaspadaan umum) bagi tata laksana kesehatan. g. Pemakaian alat suntik sekali pakai bagi para pengguna napza suntik. h. Sterilisasi standar pada alat cukur dan alat kosmetik yang dapat menimbulkan luka. i. Bagi ibu ODHA agar memakan ARV dan melahirkan dengan operasi Caesar dan tidak menyusui. j. Memberikan informasi HIV/AIDS yang benar. Sedangkan untuk penanggulangan HIV/AIDS dijelaskan pada pasal 6 ayat (3) yang berbunyi, dalam penanggulangan epidemic HIV/AIDS Pemerintah Daerah dan masyarakat berkewajiban untuk : a. Melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi pencegahan HIV/AIDS yang benar, jelas dan lengkap melalui media massa, organisasi masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan secara periodik. b. Melakukan pendidikan keterampilan hidup dan perilaku hidup sehat dengan tenaga yang kompeten untuk menghindari infeksi HIV dan penyalahgunaan napza melalui sekolah baik SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan sederajat, Pesantren serta Perguruan Tinggi miliki pemerintah maupun milik swasta. c. Mendorong dan melaksanakan konseling dan testing HIV secara sukarela. d. Memberikan layanan kesehatan yang spesifik dipelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit termasuk pengobatan dengan obat anti retroviral dan obat anti infeksi oppotunistik dengan biaya yang terjangkau. e. Melaksanakan kewaspadaan universal precaution standar dirumah sakit, poliklinik dan fasilitas kesehatan milik pemerintah maupun milik swasta sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi HIV serta dapat melindungi staf dan pekerjanya. f. Melaksanakan skrining yang standar terhadap IMS, HIV dan virus hepatitis atas seluruh darah donor, fraksi darah dan jaringan tubuh yang didonorkan kepada orang lain. g. Melaksanakan pengawasan dan penertiban terhadap tempat-tempat yang berpotensi menularkan HIV/AIDS bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Kota Pekanbaru sebagai kota yang memiliki angka tertinggi kasus HIV/AIDS di Provinsi Riau, maka peraturan daerah tersebut harus dilaksanakan secara efektif. Pemerintah Kota Pekanbaru telah berupaya dengan membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 117 Tahun 2009 yang berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, Penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan metode gabungan antara kualitatif dan kuantitatif, yang mana melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian guna mendapatkan gambaran yang tepat, jelas dan terinci bagaimana adanya tentang permasalahan yang ada berdasarkan fakta yang bersifat aktual pada saat meneliti yang dituangkan dalam bentuk tabulasi dan disertai dengan penjelasan. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan individu-individu yang menjadi objek penelitian pada suatu lokasi atau ruang lingkup tertentu. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota Pekanbaru. Sedangkan sampel adalah Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru, pegawai Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru dan masyarakat. Adapun teknik penarikan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada dua jenis teknik penarikan sampel, untuk ketua, wakil ketua dan pegawai Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru penulis menggunakan teknik penarikan sampel purpousive sampling yaitu teknik penarikan sampel dengan cara memilih orang-orang tertentu untuk dijadikan sampel yang dianggap lebih mengetahui mengenai permasalahan yang diteliti. Sedangkan untuk anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Pekanbaru dan masyarakat penulis menggunakan teknik simple random sampling yaitu sistem acak sederhana yang mana seluruh populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru Dalam Mencegah dan Mananggulangi Pekanbaru HIV/AIDS Di Kota Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh.Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi berperan oleh negara maju maupun negara berkembang.Sampai saat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan.Salah satu alternatif dalam upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV. Masalah HIV dan AIDS di Indonesia semakin memperihatinkan seperti tercermin dari data berperan yang diperoleh melalui survey-survey maupun dari hasil surveilans kasus HIV sudah dilaporkan oleh seluruh provinsi, sub populasi beresiko tinggi semakin bertambah jumlahnya dan semakinluas wilayah keberadaannya, sementara masyarakat umum terutama remaja dan perempuan termasuk ibu rumah tangga belum memperoleh informasi yang benar tentang HIV dan AIDS. Beberapa tahun belakangan, angka kasus endemi HIV/AIDS meningkat tajam di seluruh Indonesia.Wabah ini terutama dipicu oleh para penyalahguna narkoba suntik dan para pekerja seks komersil.Akibatnya, resiko tertular anak muda di Indonesia menjadi semakin tinggi. Kecenderungan menunjukkan bahwa Indonesia dalam waktu dekat akan beresiko mengalami epidemi yang lebih besar. Peningkatan kasus penularan HIV di kalangan kelompok beresiko di beberapa daerah di Indonesia menjadi salah satu indikator potensi kenaikan yang cukup mengkhawatirkan. Indonesia kini berada pada kondisi kritis terkait endemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) atauAcquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).Penderita HIV/AIDS di Indonesia kian meningkat mulai dari anak-anak, remaja dan anak muda, hingga ibu rumah tangga.Yang terjangkiti telah merambah di luar kalangan penyakit masyarakat. Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Provinsi Riau meningkat secara tajam dan cukup signifikan dan wilayah penularan serta penyebarannya semakin meluas, HIV/AIDS sudah menjadi ancaman epidemik yang perlu perhatian dari semua kalangan berperan pemerintah, swasta maupun masyarakat. Dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau maka Kota Pekanbaru merupakan Kabupaten/Kota yang paling banyak ditemukan kasus HIV/AIDS yaitu 453 kasus. Kota Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi Riau memiliki penduduk yang bersifat heterogen, seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman Kota Pekanbaru juga memiliki permasalahan yang sangat konfliks salah satunya adalah masalah HIV/AIDS. Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru akhir-akhir ini meningkat drastis dan sudah menjadi ancaman epidemik. Masalah HIV/AIDS ini semakin sangat mengkhawatirkan karena sebagian besar orang dengan HIV/AIDS ditemukan pada kelompok umur produktif yaitu rentang usia 25 – 29 tahun dan 30 – 34 tahun. Masalah HIV/AIDS ini sudah masuk kesuma lapisan masyarakat Kota Pekanbaru hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya kasus HIV/AIDS diberbagai golongan masyarakat. Untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan yang lebih komprehensif, diperlukan program intensif dan terpadu pada kabupaten/kota, sehingga diharapkan akan member dampak yang signifikan terhadap pengurangan lajunya epidemi HIV dan AIDS di Provinsi Riau umumnya dan di Kota Pekanbaru khususnya. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru selaku koordinator upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru memperoleh dukungan dana bantuan sosial Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Pekanbaru serta dukungan dana dari lembaga donor yaitu The Indonesian Fartnership Funds dan Global Fund melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau, oleh karena itu sangat di harapkan peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam menekan penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. Untuk mengetahui peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam menekan angka penyebaran kasus HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru dapat dilihat dari dua variabel yaitu : 1. Pencegahan Pencegahan adalah melakukan sesuatu upaya agar sesuatu yang diprediksi akan terjadi, tidak jadi terjadi atau kalaupun terjadi skalanya lebih kecil atau lebih ringan.yang dimaksud dengan pencegahan dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam menekan penyebaran atau penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. Adapun tindakan pencegahan penyebaran atau penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dapat penulis uraikan sebagai berikut : a. Memberikan informasi HIV/AIDS yang benar. Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan.Informasi bisa di kattakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi . Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, berperan masa sekarang atau yang akan datang. Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan. Yang dimaksud dengan memberikan informasi HIV dan AIDS yang benar dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam menyampaikan informasi tentang HIV danAIDS kepada masyarakat Kota Pekanbaru, sehingga masyarakat akan lebih hati-hati dalam bertindak dan berperilaku dan pada akhirnya diharapkan penyebaran atau penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru dapat dicegah paling tidak dapat diminimalisir, yang diukur berdasarkan sosialisasi tentang HIV dan AIDS, bahaya HIV dan AIDS serta cara penularan HIV dan AIDS. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah berupaya memberikan informasi yang benar kepada masyarakat mengenai bahaya dari virus HIV dan AIDS tersebut yang dilakukan melalui media cetak yang ada di Kota Pekanbaru salah satunya harian pagi Riau Pos dan juga pemasangan spanduk yang menyampaikan informasi tentang bahaya HIV dan AIDS, serta dimedia-media elektronik yaitu melalui radio dan televisi. AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menular dari seseorang kepada orang lain, menurut pasal 4 Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2006, HIV/AIDS dapat menular dari seseorang yang terinfeksi kepada orang lain melalui : a. Hubungan seksual beresiko yang tak terlindung. b. Jarum atau alat suntik yang tidak steril. c. Transfusi darah yang terkontaminasi IMS dan HIV/AIDS. d. Ibu ODHA kepada bayinya. e. Pisau cukur yang tidak steril. f. Peralatan kesehatan/kosmetik tidak steril yang dapat menimbulkan luka Dengan demikian, pemberian informasi tentang HIV dan AIDS yang benar oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru Kepada masyarakat yang diukur berdasarkan sosialisasi tentang HIV dan AIDS, memberikan informasi tentang bahaya HIV dan AIDS serta cara penularan HIV dan AIDS secara keseluruhan sudah berperan. hal ini dapat dilihat pada persentase rata-rata jawaban responden tertinggi adalah sebanyak 52,9 % mengatakan pemberian informasi HIV dan AIDS yang benar oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru kepada masyarakat sudah dalam kategori berperan. b. Melakukan Universal Precaution Standart (kewaspadaan umum) bagi tata laksana kesehatan Universal Precaution Standart(kewaspadaan umum)merupakan kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya. Universal Precaution Standart(kewaspadaan umum) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, berperan dari pasien kepetugas kesehatan dan sebaliknya serta dari pasien kepasien yang lain. Universal Precaution Standart(kewaspadaan umum)dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah dan cairan tubuh lain, termasuk HIV. Kewaspadaan tersebut mewajibkan petugas agar melakukan tindakan tertentu seperti memakai sarung tangan jika mereka mungkin akan terkena cairan tubuh pasien. Jadi Universal Precaution Standart(kewaspadaan umum) pada penelitian ini adalah bagaimana para tata laksana kesehatan selalu memakai alat pelindung dalam menangani pasien yang terjangkit virus HIV dan AIDS, agar tidak menular kepada petugas kesehatan maupun kepada pasien yang lainnya. Melakukan pemeriksaan rutin bagi tata laksana kesehatan sangat penting dalam mencegah menularnya berbagai macam penyakit terutama sekali HIV dan AIDS, karena para tata laksana kesehatan berinteraksi dan bahkan bersentuhan langsung dengan banyak pasien dengan beragam penyakit, untuk itu para tata laksana kesehatan harus melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui tertular atau tidaknya. Menurut aturannya para tata laksana kesehatan minimal harus melakukan pemeriksaan rutin sekali dalam tiga bulan, namun kenyataannya hal tersebut selalu diaberperanan oleh para tata laksana kesehatan dengan berbagai alasan. Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang penulis lakukan dengan salah seorang responden beliau mengatakan bahwa seharusnya para tata laksana kesehatan melakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali dan minimal sekali dalam tiga bulan akan tetapi hal tersebut selalu teraberperanan karena kesibukan para tata laksana kesehatan dalam menangani banyak pasien. Alat pelindung sangat diperlukan bagi setiap tata laksana kesehatan dalam menangani pasien, agar tidak terjadi kecelakaan kerja serta untuk menghidari tertularnya para tata laksana kesehatan dari berbagai macam penyakit menular yang di bawa pasien, adapun alat pelindung tersebut dapat berupa sarung tangan karet, masker dan lain sebagainya. Perilaku hidup sehat juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari supaya tidak mudah terjangkit oleh berbagai penyakit terutama penyakit yang bias menular, Perilaku masyarakat belum mengarah pada perilaku hidup sehat terutama kaitannya dengan kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan. Perilaku masyarakat kurang positif karena belum termotivasi berdasarkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai sehat. Universal precaution standart (kewaspadaan umum) diciptakan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang dapat terjadi.Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan. Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis. Karena akan sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien, dengan melakukan tindakan berikut: 1. Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan 2. Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh 3. Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh 4. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh 5. Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang 6. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok 7. Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis 8. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur 9. Buang limbah sesuai prosedur Universal precaution standart (kewaspadaan umum) bagi tata laksana kesehatan masih belum dilaksanakan dengan baik yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan selain itu juga kurangnya kesadaran para tata laksana kesehatan itu sendiri akan pentingnya Universal precaution standart (kewaspadaan umum) serta kurang mendukungnya sarana dan prasarana untuk dilaksanakannya Universal precaution standart (kewaspadaan umum). Pelaksanaan pencegahan berupa penerapan Universal precaution standart (kewaspadaan umum) bagi tata laksana kesehatan aatelah diatur oleh Departemen Kesehatan mulai dari cuci tangan, sarana cuci tangan, penggunaan alatalat pelindung seperti masker dan sarung tangan karet agar tidak tertular dan terhindar dari infeksi berbagai virus. 2. Penanggulangan Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi, atau mengatasi suatu keadaan.Penanggulangan merupakan suatu rancangan semacam program kerja yang sistematis, berdaya guna untuk meminimalisir atas kejadian alam atau human error untuk keselamatan manusia, harta benda atau aset dan lingkungan atau kawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah, LSM atau masyarakat. Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan penanggulangan. Penanggulangan disini adalah langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam meminimalisir penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru, untuk tindakan penanggulangan yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru ada beberapa indikator yaitu : a. Mendorong dan melaksanakan konseling pemeriksaan HIV/AIDS secara sukarela Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Konseling bisa dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti di masyarakat, di dunia industri, membantu korban bencana alam, maupun di lingkungan pendidikan.Khusus pada dunia pendidikan tingkat dasar dan lanjutan di Indonesia, layanan ini biasa disebut bimbingan konseling (konseling sekolah) dan dilakukan oleh guru pembimbing(konselor sekolah). Konseling adalah suatu layanan profesional yang dilakukan oleh para konselor yang terlatih secara profesional.Hal ini bukan merupakan hubungan yang secara kebetulan direncanakan untuk membereskan atau memecahkan masalah klien. Konseling merupakan suatu proses yang direncanakan untuk mempercepat pertumbuhan klien. Konseling HIV/AIDS merupakan suatu dialog antara petugas konseing (konselor) dengan klien untuk meningkatkan kemampuan klien dalam memahami HIV/AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri, pasangan dan keluarga serta orang sekitarnya.Tes HIV adalah pemeriksaan darah di laboratorium untuk memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat. Dengan demikian motivasi adalah sebab, alasan dasar, gambaran dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang berpengaruh sekali terhadap segenap tingkah laku manusia.motivasi sesungguhnya merupakan proses psikologis dalam mana terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi proses belajar dan pemecahan persoalan. Jadi memberi motivasi disini adalah tindakan yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam mendukung dan mengarahkan masyarakat untuk melakukan konseling pemeriksaan HIV dan AIDS secara sukarela, karena dengan melakukan konseling pemeriksaa masyarakat bisa mengetahui lebih banyak tentang HIV dan AIDS dan untuk mengetahui terinfeksi atau tidaknya seseorang karena Orang dengan HIV positif terlihat sehat, merasa sehat dan tidak tahu bahwa dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya kepada orang lain. Kenyataan dilapangan masih ditemukan bahwa mayoritas masyarakat masih enggan utuk melakukan konseling pemeriksaan HIV dan AIDS secara sukarela dengan berbagai macam alasan, sebagaimana penuturan salah seorang warga masyarakat yang penulis wawancarai beliau mengatakan bahwa dia takut untuk melakukan konseling pemeriksaan HIV dan AIDS jika hasil tes tersebut positif terinfeksi, padahal untuk mengetahui positif atau negatif terinfeksi HIV dan AIDS sangat penting karena jika positif dapat dilakukan penanganan dan pengobatan yang intensif. Untuk mengarahkan masyarakat supaya mau melakukan konseling pemeriksaan HIV dan AIDS tersebut merupakan tugas dari Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru memberi motivasi dan arahan pentingnya mengetahui positif atau negatif terinfeksi virus HIV dan AIDS tersebut. b. Memberikan layanan kesehatan yang spesifik HIV merupakan suatu penyakit akibat virus yang menyerang manusia dan dapat menyebabkan imunitas (sistim kekebalan) pada tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul.Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah daripada biasanya dan berakibat fatal.Untuk itu diperlukan adanya layanan kesehatan yang spesifik bagi orang yang terinfeksi HIV dan AIDS tersebut. Obat anti retroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. Kelas obat anti retroviral yang berbeda berjaman pada stadium lingkaran kehidupan HIV yang berbeda. Kombinasi beberapa obat antiretroviral diketahui sebagai terapi antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Penanganan medis utama untuk infeksi HIV ialah kombinasi obat antiretroviral. Supresi replikasi HIV merupakan komponen penting dalam memperpanjang harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV dan AIDS. Sedangkan infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.Dalam tubuh kita terdapat banyak kuman, bakteri, protozoa, jamur dan virus. Saat sistim kekebalan tubuh bekerja dengan berperan, sistim tersebut mampu mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut “oportunistik”. Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat juga mengalami infeksi opportunistik jika sistem kekebalannya rusak. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam mendampingi ODHA masih kurang berperan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa untuk menjadi pendamping ODHA masih kurang berperan hal ini disebabkan masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menuntun ODHA supaya bisa normal seperti orang yang tidak terinfeksi. Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.Sedangkan Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan normanorma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab. Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah berupaya untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru yang beberapa tahun terakhir meningkat tajam dengan berbagai program yang telah ditetapkan namun hal tersebut belum memberi dampak yang signifikan dalam menekan tingginya kasus HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. Kendala yang dihadapi oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam mencegah dan menanggulangi HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. a.Pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS masih kurang akibatnya proses informasi masih dirasakan kurang. Oleh sebab itu masih diperlukan proses pemberian informasi lebih intensif lagi dengan menggunakan pendekatan pelibatan masyarakat. b.Sebagian besar kelompok resiko tinggi menganggap dirinya sehat dan menyulitkan memobilisir kelompok resiko tinggi. Sebagian lagi merasa malu untuk mengakses layanan. c.Sulitnya menyamakan persepsi untuk program pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) perilaku hidup tidak sehat. Kesimpulan Peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam mencegah penularan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru secara keseluruhan sudah berperan sedangkan untuk penanggulangan HIV dan AIDS masih kurang berperan.Jadi secara keseluruhan peranan Komisi Penganggulangan AIDS Kota Pekanbaru baik dalam menegah maupun menanggulangi HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru masih kurang berperan atau belum berperan dengan baik. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dalam mencegah dan menanggulangi HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru masih kurang baik, atau dengan kata lain Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru masih kurang berperan dalam mencegah dan menanggulangi HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru hal inilah yang menyebabkan meningkat tajamnya kasus HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru beberapa tahun terakhir. Saran 1. Untuk Komisi Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru supaya dilakukan pemberian informasi yang lebih intensif dengan menggunakan berbagai media termasuk media yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat seperti wirid yasin, posyandu dan kegiatan sosial masyarakat lainnya serta melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli HIV dan AIDS yang ada di Kota Pekanbaru. 2. Pemerintah supaya program pencegahan HIV/AIDS, sejumlah kegiatan perlu disusun secara komprehensif dengan berfokus pada promotif-preventif penularan HIV/AIDS, fasilitasi dan pengintegrasian, penciptaan lingkungan yang kondusif, surveillance Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS, riset atau penelitian selain pendekatan kuratif seperti perawatan, pengobatan, dan dukungan terhadap ODHA, dan kesinambungan penanggulangan. 3. Supaya adanya sinergi antara pemerintah baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan keluharan. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) pusat hingga daerah, swasta, masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam penanggulangan virus HIV/AIDS. Peran serta dari masyarakat yang dimulai dari rumah tangga dan keluarga, masyarakat umum dan LSM atau organisasi non pemerintah. 4. Disarankan kepada semua komponen untuk menyamakan persepsi pelaksanaan program khususnya pada program yang memiliki resistensi yang tinggi antara lain program pengurangan dampak buruk dan pencegahan HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru. 5. Masyarakat supaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya tentang bahaya HIV dan AIDS dengan cara banyak mencari informasi tentang HIV dan AIDS baik cara penularannya maupun cara pencegahannya. Daftar Kepustakaan Hamim Sufian dan Adnan Indra Muchlis, 2005.Organisasi dan Manajemen. Multigrafindo, Jakarta Irfan, Muhammad, 1991, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan, Rajawali Press, Jakarta. Irawan Soehartono, 2000, Metode Penelitian Sosial, Remaja Rosdakarya, Bandung. Islamy, M. Irfan, 1992, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Labolo Muhadam, 2007. Memahami Ilmu Pemerintahan. Kelapa Gading Permai, Jakarta. Musanef, 1982.Sistem Pemerintahan di Indonesia. Gunung Agung, Jakarta. Ndraha Taliziduhu, 2003. Kybernologi. Rineka Cipta, Jakarta. ------------------------, 2008.Kybernologi Sebuah Metamorphosis.Sirao Credentia Center, Tangerang. Ningrat, Surya Bayu, 1992. Mengenal Ilmu Pemerintahan. Rineka Cipta, Jakarta. Nugroho, Riant D, 2001, Reinventing Indonesia Menata Ulang Manajemen Pemerintahan Untuk Membangun Indonesia Baru Dengan Keunggulan Global, PT. Elek Media Komputindo, Jakarta. --------------------------, 2007.Analisis Kebijakan. Elex Media Komputindo, Jakarta. Rasyid Riyaas, 2002. Makna Pemerintahan Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan. PT.Mutiara Sumber Widia, Jakarta. Rosalaini, Analisis Perencanaan dan Kebijakan Pulik, Rineka Cipta, Jakarta. Siagian, Sondang P, 1997. Teori Pengembangan Organisasi. Bina Aksara, Jakarta Solichin, Abdul Wahab, 2002. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta. Soetopo, 2005.Pelayanan Prima. LAN RI, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2004. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Raja Grafindo, Jakarta. Sudarso, 1988.Organisasi dan Metode. Karunika Universitas Terbuka, Jakarta Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung. Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Praktek, Pekanbaru, Alaf Riau Bekerjasama Dengan Program Studi IlmuAdministrasi (PSIA) Pascasarjana Universitas Riau. Sutopo, HB, 1992. Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press,Surakarta. Syafiie, Kencana, Inu, 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. ---------------------------, 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Refika aditama, Bandung. The Liang, Gie, 1974. Administrasi Perkantoran Modern. Nur Cahaya, Yogyakarta. Thoha, Miftah, 2005. Birokrasi dan Politik di Indonesia. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Winardi, 2007.Teori Organisasi dan Pengorganisasian. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 08/PER/MENKO/KESRA/I/2010 Tentang Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010 – 2014. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS. Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 117 Tahun 2009 Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Pekanbaru. (KPA) Kota Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun 2010 – 2014.