PERANAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA

advertisement
PERANAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA PEKANBARU
DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI HIV DAN AIDS
DI KOTA PEKANBARU
Andriyus
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Riau,
Jl. Kaharuddin Nasution KM 11, No, 113 Marpoyan Simpang Tiga Pekanbaru
Abstract
The number of cases of HIV / AIDS in the city of Pekanbaru lately increased
dramatically and has become an epidemic threat . HIV / AIDS problem is getting very
worried because the majority of people with HIV / AIDS are found in the productive age
group is the age range 25-29 years and 30-34 years . To prevent and cope with the
severity of the spread of HIV / AIDS in Pekanbaru City is not only the responsibility of
the local government alone but the responsibility of all levels of society . The population
in this study are all the people who live in the city of Pekanbaru , whereas the sampled
are related parties in the prevention and treatment of HIV and AIDS in the city of
Pekanbaru . In this study the authors used a combination of qualitative methods and
quantitative means to conduct an analysis of the role of Pekanbaru City AIDS
Commission in preventing and combating HIV and AIDS in the city of Pekanbaru are
then elaborated based on information obtained through questionnaires distributed to the
respondents and in-depth interviews and the data are already in the form of documents .
Based on the research conducted by the author to the 70 respondents , it can be
concluded that the AIDS Commission Pekanbaru still less a role in preventing and
combating HIV and AIDS in Pekanbaru City as seen from the indicators provide
information on HIV and AIDS that is true , do universal standard precautions like the
management of health , encourage counseling and testing for HIV and AIDS provide
specific health services . The constraints faced is the lack of public knowledge about HIV
/ AIDS , high-risk groups consider themselves healthy and complicate mobilisir and the
difficulty of the perception of harm reduction programs unhealthy behavior
Keywords: The role of government, Prevention and control of HIV / AIDS
Latar Belakang
Masalah
Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV)
danAcquired
Immune
Deficiency
Syndrome (AIDS) pada saat ini telah
menjadi masalah global.Isu tersebut
sejalan dengan isu globalisasi lainnya
seperti
informasi,
teknologi,
perdagangan dan lain-lainnya.Mungkin
juga terdapat korelasi yang erat antara
berbagai isu mengingat penyebaran
HIV/AIDS
yang
begitu
cepat
kepelosok Indonesia termasuk Provinsi
Riau.Perkembangan jumlah kasus
HIV/AIDS di Provinsi Riau meningkat
secara tajam dan cukup signifikan dan
wilayah penularan serta penyebarannya
semakin meluas, HIV/AIDS sudah
menjadi ancaman epidemik.Dari tahun
1997 sampai dengan bulan agustus
2010 di Provinsi Riau telah terdapat
818
kasus
HIV/AIDS.
Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai
kasus HIV/AIDS yang terdapat di
Provinsi Riau penulis sajikan pada
tabel berikut :
Tabel. Kasus HIV/AIDS Di Provinsi Riau Dari Tahun 1997 Sampai
DenganBulan Agustus 2010 Dirinci Per Kabupaten/Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kabupaten/Kota
Pekanbaru
Kampar
Indragiri Hulu
Indragiri Hilir
Bengkalis
Dumai
Kuantan Singingi
Siak Sri Indrapura
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Pelalawan
Kepulauan Meranti
Jumlah Kasus AIDS
293
20
9
14
22
42
3
20
33
15
11
4
Jumlah Kasus HIV
160
14
5
6
32
49
1
12
29
5
14
5
486
332
Jumlah
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011
Berdasarkan data diatas dapat
diketahui
bahwa
dari
12
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Riau maka Kota Pekanbaru merupakan
Kabupaten/Kota yang paling banyak
ditemukan kasus HIV/AIDS yaitu 453
kasus. Kota Pekanbaru sebagai Ibukota
Provinsi Riau memiliki penduduk yang
bersifat heterogen, seiring dengan
tingginya
tingkat
pertumbuhan
penduduk dan perkembangan zaman
Kota Pekanbaru juga memiliki
permasalahan yang sangat konfliks
salah
satunya
adalah
masalah
HIV/AIDS.
Perkembangan jumlah kasus
HIV/AIDS di Kota Pekanbaru akhirakhir ini meningkat drastis dan sudah
menjadi ancaman epidemik. Masalah
HIV/AIDS
ini
semakin sangat
mengkhawatirkan karena sebagian
besar orang dengan HIV/AIDS
ditemukan pada kelompok umur
produktif yaitu rentang usia 25 – 29
tahun dan 30 – 34 tahun. Masalah
HIV/AIDS ini sudah masuk kesuma
lapisan masyarakat Kota Pekanbaru hal
ini dapat dilihat dengan ditemukannya
kasus HIV/AIDS diberbagai golongan
masyarakat. Untuk melihat lebih jelas
mengenai permasalahan HIV/AIDS di
Kota Pekanbaru penulis sajikan pada
tabel berikut :
Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai
DenganBulan Agustus 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Jumlah Kasus
AIDS
Jumlah Kasus
HIV
Jumlah Total
3
4
7
14
17
79
36
160
1
4
10
33
45
62
59
47
32
239
1
4
13
37
52
76
76
126
68
399
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa dari pertama ditemu kan di
Provinsi Riau yaitu pada tahun 1997
sampai dengan agustus tahun 2010
kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru
selalu mengalami peningkatan yang
sangat tajam terutama sekali empat
tahun terakhir. Jika dilihat dari jenis
pekerjaan orang yang mengidap
HIV/AIDS di Kota Pekanbaru, dapat
dilihat tabel berikut :
Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai
DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jumlah Kasus
1997 – 2010
No
Jenis Pekerjaan
HIV
AIDS
1 WPS
28
4
2 Ibu Rumah Tangga
25
33
3 Wiraswasta
24
81
4 Swasta
12
65
5 Karyawan
10
16
6 TNI/POLRI
6
11
7 PNS
5
8 Narapidana
5
9 Supir/Ojek
4
10 Pramu Pijat
4
11 Pelaut
2
12 Buruh
2
13 PPS
2
14 Apoteker
1
15 Security
1
16 Mahasiswa/Siswa
17 Guru
18 Tukang Parkir
19 Satpol PP
20 TKW
21 Lain-lain (Balita)
1
22 Tidak diketahui
28
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa kasus HIV/AIDS di Kota
Pekanbaru banyak ditemukan pada
kelompok masyarakat yang berprofesi
sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 105
8
3
10
2
3
3
20
3
1
1
1
1
27
kasus dengan rincian 81 kasus AIDS
dan 24 kasus HIV. Sedang dilihat dari
tingkat umur orang yang mengidap
HIV/AIDS tersebut dapat dilihat tabel
berikut :
Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai
DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Tingkat Umur
Jumlah Kasus 1997 – 2010
No
Kelompok Umur
AIDS
HIV
1
0–4
2
2
5–9
1
3
10 – 14
4
15 – 19
1
4
5
20 – 24
26
26
6
25 – 29
95
54
7
30 – 34
85
39
8
35 – 39
36
18
9
40 – 44
23
12
10
45 – 49
14
3
11
50>
9
1
12
Tidak diketahui
3
1
Jumlah
293
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011
160
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
kasus HIV/AIDS di Kota Pekanbaru paling
banyak ditemukan pada rentang usia 25 – 29
tahun yaitu sebanyak 149 kasus dengan
rincian 95 kasus AIDS dan 54 kasus HIV dan
jika dilihat dari jenis kelamin, maka kaum
pada laki-laki lebih banyak ditemukan kasus
HIV/AIDS dari pada perempuan yaitu dari
293 kasus AIDS di Kota Pekanbaru 242
kasus adalah laki-laki dan dari 160 kasus
AIDS 92 kasus laki-laki. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel berikut :
Tabel. Jumlah Kasus HIV/AIDS Di Kota Pekanbaru Dari Tahun 1997 Sampai
DenganBulan Agustus 2010 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Kasus
1997 – 2010
No
Jenis Kelamin
AIDS
HIV
1
Laki-laki
242
92
2
Perempuan
51
68
Jumlah
293
160
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau Tahun 2011
Melihat kondisi yang demikian, maka
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
perlu dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya peningkatan perilaku hidup sehat yang
dapat mencegah penularan, memberikan
pengobatan, perawatan, dukungan serta
penghargaan terhadap hak-hak pribadi orang
dengan HIV/AIDS serta keluarganya yang
secara keseluruhan dapat meminimalisir
dampak
epidemik
dan
mencegah
diskriminasi.
Untuk mencegah dan menanggulangi
semakin parahnya penyebaran HIV/AIDS di
Kota Pekanbaru sebenarnya bukan hanya
tanggungjawab pemerintah daerah saja akan
tetapi tanggungjawab seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka pemerintah daerah Kota
Pekanbaru
telah
membentuk
Komisi
Penanggulangan
AIDS
(KPA)
Kota
Pekanbaru melalui Surat Keputusan Walikota
Pekanbaru Nomor 117 Tahun 2009 Tentang
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota
Pekanbaru, yang berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2007 Tentang Pedoman Umum Pembentukan
Komisi Penanggulangan AIDS
dan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah.
Sebagaimana yang terdapat pada Pasal 2 ayat
(2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
20 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum
Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS
danPemberdayaan
Masyarakat
Dalam
Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di
Daerah disebutkan bahwa dalam rangka
penanggulangan
HIV/AIDS
di
Kabupaten/Kota
dibentuk
Komisi
Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota,
selanjutnya pada ayat (4) dijelaskan bahwa
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Kabupaten/Kota
ditetapkan
dengan
Keputusan Bupati/Walikota.
Adapun tugas Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Kota Pekanbaru berdasarkan
Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor
117
Tahun
2009
Tentang
Komisi
Penanggulangan
AIDS
(KPA)
Kota
Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Mengkoordinasikan
perumusan
penyusunan kebijakan, strategi dan
langkah-langkah yang diperlukan dalam
penanggulangan HIV dan AIDS sesuai
kebijakan, strategi dan pedoman yang
ditetapkan Komisi Penanggulangan AIDS
nasional.
2. Memimpin, mengelola, mengendalikan,
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
penanggulangan HIV dan AIDS di Kota
Pekanbaru.
3. Menghimpun,
menggerakkan,
menyediakan dan memamfaatkan sumber
daya berasal dari pusat, daerah,
masyarakat dan bantuan luar negeri secara
efektif dan efisien untuk kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan
fungsi masing-masing instansi yang
tergabung dalam keanggotaan Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kota
Pekanbaru.
5. Mengadakan kerjasama regional dalam
rangka penanggulangan HIV dan AIDS.
6. Menyebar luaskan informasi mengenai
upaya penanggulangan HIV dan AIDS
kepada aparat dan masyarakat.
7. Memfasilitasi pelaksanaan tugas-tugas
Camat dan Pemerintah Desa/Kelurahan
dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
8. Mendorong
terbentuknya
LSM/Kelompok Peduli HIV dan AIDS.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
penanggulangan
dan
evaluasi pelaksanaan penanggulangan
HIV dan AIDS serta menyampaikan
laporan secara berkala dan berjenjang
kepada KPA Nasional.
10. Mengadakan pertemuan pengurus secara
berkala sekurang-kurangnya 4 (empat)
kali setahun.
11. Melaporkan hasil kegiatan kepada
Walikota Pekanbaru secara berkala
sekurang-kurangnya dua kali setahun.
Adapun
langkah
pencegahan
HIV/AIDS sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2006
Tentang
Pencegahan
dan
Penanggulangan
HIV/AIDS
dilakukan
melalui cara :
a. Meningkatkan Iman dan Taqwa
b. Tidak melakukan hubungan seksual
diluar pernikahan yang sah
c. Setia pada pasangan tetap dan atau
tidak melakukan seks bebas
d. Menggunakan kondom pada stiap
kontak seksual beresiko tertular
HIV/AIDS.
e. Transfusi darah yang bebas dari
HIV/AIDS
f. Melaksanakan Universal Precaution
Standart (kewaspadaan umum) bagi
tata laksana kesehatan.
g. Pemakaian alat suntik sekali pakai
bagi para pengguna napza suntik.
h. Sterilisasi standar pada alat cukur dan
alat
kosmetik
yang
dapat
menimbulkan luka.
i. Bagi ibu ODHA agar memakan ARV
dan melahirkan dengan operasi
Caesar dan tidak menyusui.
j. Memberikan informasi HIV/AIDS
yang benar.
Sedangkan untuk penanggulangan
HIV/AIDS dijelaskan pada pasal 6 ayat (3)
yang berbunyi, dalam penanggulangan
epidemic HIV/AIDS Pemerintah Daerah dan
masyarakat berkewajiban untuk :
a. Melakukan program komunikasi,
informasi dan edukasi pencegahan
HIV/AIDS yang benar, jelas dan
lengkap melalui media massa,
organisasi masyarakat, dunia usaha,
lembaga pendidikan dan lembaga
swadaya masyarakat yang bergerak
dibidang kesehatan secara periodic.
b. Melakukan pendidikan keterampilan
hidup dan perilaku hidup sehat
dengan tenaga yang kompeten untuk
menghindari infeksi HIV dan
penyalahgunaan
napza
melalui
sekolah baik SD/MI, SMP/MTS,
SMA/MA dan sederajat, Pesantren
serta Perguruan Tinggi miliki
pemerintah maupun milik swasta.
c. Mendorong
dan
melaksanakan
konseling dan testing HIV secara
sukarela.
d. Memberikan layanan kesehatan yang
spesifik dipelayanan kesehatan dasar
dan rumah sakit termasuk pengobatan
dengan obat anti retroviral dan obat
anti infeksi oppotunistik dengan biaya
yang terjangkau.
e. Melaksanakan kewaspadaan universal
precaution standar dirumah sakit,
poliklinik dan fasilitas kesehatan
milik pemerintah maupun milik
swasta sehingga dapat mencegah
penyebaran infeksi HIV serta dapat
melindungi staf dan pekerjanya.
f. Melaksanakan skrining yang standar
terhadap IMS, HIV dan virus hepatitis
atas seluruh darah donor, fraksi darah
dan jaringan tubuh yang didonorkan
kepada orang lain.
g. Melaksanakan
pengawasan
dan
penertiban terhadap tempat-tempat
yang
berpotensi
menularkan
HIV/AIDS
bekerjasama
dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya pada pasal 14 ayat (2)
dijelaskan bahwa upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan
dengan mengacu pada penghargaan terhadap
hak-hak azazi pribadi dan hak-hak sipil
warga
Negara
termasuk
kelompok
masyarakat rentan.
Melihat tingginya kasus HIV/AIDS di
Kota
Pekanbaru,
maka
Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah
melakukan
upaya
pencegahan
dan
penanggulangan HIV/AIDS, pada tahun 2009
ada beberapa program yang dilaksanakan
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Kota
Pekanbaru yaitu :
1. Pentaloka guru BP dan guru agama SMU
se Kota Pekanbaru
Melalui kegiatan ini diharapkan upaya
penanggulangan AIDS baik berupa
pemberian informasi maupun upaya
lainnya dapat diintegrasikan dengan
kegiatan rutinitas disekolah termasuk pada
saat proses belajar mengajar dan konseling
yang dilakukan oleh guru BP. Pelatihan
ini dibagi menjadi dua angkatan, angkatan
I dilaksanakan pada tanggal 12 – 13
Agustus 2009, angkatan II dilaksanakan
pada tanggal 10 – 11 November 2009.
Tujuan dari kegiatan ini adalah
peningkatan pengetahuan tentang HIV dan
AIDS kepada remaja dan masyarakat
umum sehingga berkurangnya infeksi baru
HIV khususnya pada remaja.Kegiatan ini
diikuti oleh 50 orang pada masing-masing
angkatan yang berasal dari 25 sekolah
SMA/AMK/MA.Masing-masing sekolah
mengutus 2 orang guru.
2. Iklan layanan masyarakat di televisi
Muatan atau isi iklan layanan ini terdiri
dari dua versi yaitu versi informasi dasar
HIV dan AIDS serta versi hibauan
pencegahan dan penanggulangan AIDS.
Iklan ini ditayangkan di Riau Televisi
(RTv).Penayangannya dilakukan selama 5
kali sehari.
3. Pembuatan billboard (papan informasi)
Kegiatan ini bekerjasama dengan pihak
terkait baik dunia usaha, Badan Usaha
Milik Negara maupun instansi pemerintah.
Billboard (papan informasi) ditempatkan
dilokasi-lokasi strategis antara lain
persimpangan jalan, tepi jalan, lokasi yang
berdekatan dengan keramaian dan
sebagainya. Proses penempatan dilakukan
melalui
koordiasi
dengan
Dinas
Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru.
Maksud dari kegiatan ini adalah
memberikan informasi kepada masyarakat
seputar HIV dan AIDS.
Sedangkan pada tahun 2010, Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru telah
melakukan beberapa upaya untuk menekan
penyebaran HIV/AIDS di Kota Pekanbaru
yaitu :
1. Penyuluhan HIV dan AIDS terintegrasi
kepada siswa baru (tahun 2010) pada
SLTA se Kota Pekanbaru.
Bentuk kegiatan ini adalah melakukan
penyuluhan pada siswa baru pada saat
Masa
Orientasi
Sekolah
(MOS).Pelaksanaan
kegiatan
ini
dikoordinir oleh Dinas Pendidikan Kota
Pekanbaru.Tujuan dari kegiatan ini adalah
memberdayakan guru yang pernah dilatih
dalam upaya penanggulangan AIDS
sekaligus memberikan informasi dasar
HIV dan AIDS kepada siswa/siswi
SMA/SMK di Kota Pekanbaru.
2. Iklan layanan masyarakat di televisi lokal.
Kegiatan ini juga sebagai bentuk
pemberian informasi kepada masyarakat
tentang HIV dan AIDS melalui media
massa berupa iklan layanan masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan pada salah satu
televisi lokal di kota Pekanbaru yaitu Riau
Televisi (RTv) diselipkan pada acara
strategis seperti acara detak riau dan acara
lainnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat
tentang HIV dan AIDS.
3. Pentaloka pada guru BK dan guru agama
tingkat SLTP.
Setelah melakukan pelatihan bagi guru
SMU, tahun 2010 Sekretariat KPA Kota
Pekanbaru melaksanakan kegiatan serupa
pada guru SLTP, namun hanya 20 sekolah
yang mengikuti dan hanya satu angkatan.
4. Pencetakan media Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE).
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan
informasi kepada masyarakat melalui
media komunikasi, informasi dan edukasi.
Media yang dibuat antara lain berupa
leaflet, brosur dan buku. Media KIE ini
diberikan pada saat kegiatan pemberian
informasi baik yang dilakukan oleh
Sekretariat KPA Kota Pekanbaru maupun
yang dilaksanakan pihak lain.
5. Dukungan untuk Layanan Mobile Clinic
(VCT Mobile) dan konseling terhadap
populasi kunci.
Kegiatan ini berupa dukungan operasional
untuk pelaksanaan Layanan Mobile Clinic
(VCT Mobile) dan konseling terhadap
populasi
kunci.Karena
berdasarkan
evaluasi, pelaksanaan layanan mobile
masih terkendala karena dukungan
operasional yang masih terbatas.Kegiatan
ini
dikerjasamakan
dengan
Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru sebagai
pelaksana layanan.
6. Penyuluhan HIV dan AIDS kepada Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) di LAPAS
II A dan LAPAS II B Pekanbaru.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
bersama Yayasan SIKLUS sebagai SSR
Program Global Fund untuk wilayah Kota
Pekanbaru.Bentuk kegiatannya berupa
penyuluhan seperti biasa.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru telah melakukan upaya-upaya
penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS
dengan melaksanakan beberapa program
sebagaimana dijelaskan diatas, namun di
Kota Pekanbaru masih banyak ditemukan
kasus HIV/AIDS bahkan paling banyak di
Provinsi Riau.
Pencegahan
HIV/AIDS
dan
Penanggulangan
Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di
Provinsi Riau adalah sebuah fenomena yang
harus segera ditindak lanjuti dengan berbagai
upaya.Pihak-pihak yang ada kaitannya harus
ikut ambil andil dalam hal tersebut. Oleh
karena permasalahan tersebut merupakan
permasalahan yang harus diselesaikan,
pemerintah Provinsi Riau telah berupaya
untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS
dengan mengeluarkan kebijakan berupa
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006
Tentang Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS.
Adapun
langkah
pencegahan
HIV/AIDS sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 5 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun
2006
Tentang
Pencegahan
dan
Penanggulangan
HIV/AIDS
dilakukan
melalui cara :
a. Meningkatkan Iman dan Taqwa
b. Tidak melakukan hubungan seksual diluar
pernikahan yang sah
c. Setia pada pasangan tetap dan atau tidak
melakukan seks bebas
d. Menggunakan kondom pada stiap kontak
seksual beresiko tertular HIV/AIDS.
e. Transfusi darah yang bebas dari
HIV/AIDS
f. Melaksanakan
Universal
Precaution
Standart (kewaspadaan umum) bagi tata
laksana kesehatan.
g. Pemakaian alat suntik sekali pakai bagi
para pengguna napza suntik.
h. Sterilisasi standar pada alat cukur dan alat
kosmetik yang dapat menimbulkan luka.
i. Bagi ibu ODHA agar memakan ARV dan
melahirkan dengan operasi Caesar dan
tidak menyusui.
j. Memberikan informasi HIV/AIDS yang
benar.
Sedangkan untuk penanggulangan
HIV/AIDS dijelaskan pada pasal 6 ayat (3)
yang berbunyi, dalam penanggulangan
epidemic HIV/AIDS Pemerintah Daerah dan
masyarakat berkewajiban untuk :
a. Melakukan
program
komunikasi,
informasi dan edukasi pencegahan
HIV/AIDS yang benar, jelas dan lengkap
melalui
media
massa,
organisasi
masyarakat, dunia usaha, lembaga
pendidikan
dan
lembaga
swadaya
masyarakat yang bergerak dibidang
kesehatan secara periodik.
b. Melakukan pendidikan keterampilan hidup
dan perilaku hidup sehat dengan tenaga
yang kompeten untuk menghindari infeksi
HIV dan penyalahgunaan napza melalui
sekolah
baik
SD/MI,
SMP/MTS,
SMA/MA dan sederajat, Pesantren serta
Perguruan Tinggi miliki pemerintah
maupun milik swasta.
c. Mendorong dan melaksanakan konseling
dan testing HIV secara sukarela.
d. Memberikan layanan kesehatan yang
spesifik dipelayanan kesehatan dasar dan
rumah sakit termasuk pengobatan dengan
obat anti retroviral dan obat anti infeksi
oppotunistik
dengan
biaya
yang
terjangkau.
e. Melaksanakan kewaspadaan universal
precaution
standar
dirumah
sakit,
poliklinik dan fasilitas kesehatan milik
pemerintah maupun milik swasta sehingga
dapat mencegah penyebaran infeksi HIV
serta dapat melindungi staf dan
pekerjanya.
f. Melaksanakan skrining yang standar
terhadap IMS, HIV dan virus hepatitis atas
seluruh darah donor, fraksi darah dan
jaringan tubuh yang didonorkan kepada
orang lain.
g. Melaksanakan pengawasan dan penertiban
terhadap tempat-tempat yang berpotensi
menularkan
HIV/AIDS
bekerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kota Pekanbaru sebagai kota yang
memiliki angka tertinggi kasus HIV/AIDS di
Provinsi Riau, maka peraturan daerah
tersebut harus dilaksanakan secara efektif.
Pemerintah Kota Pekanbaru telah berupaya
dengan membentuk Komisi Penanggulangan
AIDS Kota Pekanbaru berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Nomor 117 Tahun 2009
yang berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2007
Tentang Pedoman Umum Pembentukan
Komisi Penanggulangan AIDS
dan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah.
Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, Penulis
menggunakan tipe penelitian deskriptif
dengan metode gabungan antara kualitatif
dan kuantitatif, yang mana melakukan
penelitian langsung ke lokasi penelitian guna
mendapatkan gambaran yang tepat, jelas dan
terinci
bagaimana adanya tentang
permasalahan yang ada berdasarkan fakta
yang bersifat aktual pada saat meneliti yang
dituangkan dalam bentuk tabulasi dan disertai
dengan penjelasan.
Populasi dan Sampel
Populasi
merupakan
keseluruhan
individu-individu yang menjadi objek
penelitian pada suatu lokasi atau ruang
lingkup tertentu. Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah semua
masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota
Pekanbaru.
Sedangkan sampel adalah Sampel
adalah suatu bagian dari populasi yang akan
diteliti
dan
yang
dianggap
dapat
menggambarkan populasinya. Adapun yang
menjadi sampel pada penelitian ini adalah
Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, anggota
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota
Pekanbaru, pegawai Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) Kota Pekanbaru dan
masyarakat.
Adapun teknik penarikan sampel yang
penulis gunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis teknik penarikan sampel, untuk ketua,
wakil
ketua
dan
pegawai
Komisi
Penanggulangan
AIDS
(KPA)
Kota
Pekanbaru penulis menggunakan teknik
penarikan sampel purpousive sampling yaitu
teknik penarikan sampel dengan cara
memilih orang-orang tertentu untuk dijadikan
sampel yang dianggap lebih mengetahui
mengenai permasalahan yang diteliti.
Sedangkan untuk anggota Komisi
Penanggulangan
AIDS
(KPA)
Kota
Pekanbaru
dan
masyarakat
penulis
menggunakan
teknik
simple
random
sampling yaitu sistem acak sederhana yang
mana seluruh populasi memiliki peluang
yang sama untuk dijadikan sampel.
Peranan Komisi Penanggulangan AIDS
Kota Pekanbaru Dalam Mencegah dan
Mananggulangi
Pekanbaru
HIV/AIDS
Di
Kota
Penyakit
AIDS
(Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan
suatu syndrome/kumpulan gejala penyakit
yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan
tubuh.Dengan rusaknya sistem kekebalan
tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah
diserang penyakit-penyakit lain yang
berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi
oportunistik.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah
internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah penderita dan
melanda semakin banyak negara. Dikatakan
pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja
mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV)
tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai
bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi,
politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini
merupakan tantangan yang harus dihadapi
berperan oleh negara maju maupun negara
berkembang.Sampai saat ini obat dan vaksin
yang
diharapkan
dapat
membantu
memecahkan
masalah
penanggulangan
HIV/AIDS belum ditemukan.Salah satu
alternatif dalam upaya menanggulangi
problematik jumlah penderita yang terus
meningkat adalah upaya pencegahan yang
dilakukan semua pihak yang mengharuskan
kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan
transmisi yang memungkinkan dapat
terserang HIV.
Masalah HIV dan AIDS di Indonesia
semakin memperihatinkan seperti tercermin
dari data berperan yang diperoleh melalui
survey-survey maupun dari hasil surveilans
kasus HIV sudah dilaporkan oleh seluruh
provinsi, sub populasi beresiko tinggi
semakin
bertambah
jumlahnya
dan
semakinluas
wilayah
keberadaannya,
sementara masyarakat umum terutama
remaja dan perempuan termasuk ibu rumah
tangga belum memperoleh informasi yang
benar tentang HIV dan AIDS.
Beberapa tahun belakangan, angka
kasus endemi HIV/AIDS meningkat tajam di
seluruh Indonesia.Wabah ini terutama dipicu
oleh para penyalahguna narkoba suntik dan
para pekerja seks komersil.Akibatnya, resiko
tertular anak muda di Indonesia menjadi
semakin
tinggi.
Kecenderungan
menunjukkan bahwa Indonesia dalam waktu
dekat akan beresiko mengalami epidemi yang
lebih besar. Peningkatan kasus penularan
HIV di kalangan kelompok beresiko di
beberapa daerah di Indonesia menjadi salah
satu indikator potensi kenaikan yang cukup
mengkhawatirkan.
Indonesia kini berada pada kondisi
kritis
terkait
endemik Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atauAcquired
Immune
Deficiency
Syndrome
(AIDS).Penderita HIV/AIDS di Indonesia
kian meningkat mulai dari anak-anak, remaja
dan anak muda, hingga ibu rumah
tangga.Yang terjangkiti telah merambah di
luar kalangan penyakit masyarakat.
Perkembangan
jumlah
kasus
HIV/AIDS di Provinsi Riau meningkat secara
tajam dan cukup signifikan dan wilayah
penularan serta penyebarannya semakin
meluas, HIV/AIDS sudah menjadi ancaman
epidemik yang perlu perhatian dari semua
kalangan berperan pemerintah, swasta
maupun masyarakat. Dari 12 Kabupaten/Kota
yang ada di Provinsi Riau maka Kota
Pekanbaru merupakan Kabupaten/Kota yang
paling banyak ditemukan kasus HIV/AIDS
yaitu 453 kasus. Kota Pekanbaru sebagai
Ibukota Provinsi Riau memiliki penduduk
yang bersifat heterogen, seiring dengan
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan
perkembangan zaman Kota Pekanbaru juga
memiliki permasalahan yang sangat konfliks
salah satunya adalah masalah HIV/AIDS.
Perkembangan
jumlah
kasus
HIV/AIDS di Kota Pekanbaru akhir-akhir ini
meningkat drastis dan sudah menjadi
ancaman epidemik. Masalah HIV/AIDS ini
semakin sangat mengkhawatirkan karena
sebagian besar orang dengan HIV/AIDS
ditemukan pada kelompok umur produktif
yaitu rentang usia 25 – 29 tahun dan
30 –
34 tahun. Masalah HIV/AIDS ini sudah
masuk kesuma lapisan masyarakat Kota
Pekanbaru hal ini dapat dilihat dengan
ditemukannya kasus HIV/AIDS diberbagai
golongan masyarakat.
Untuk melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan yang lebih komprehensif,
diperlukan program intensif dan terpadu pada
kabupaten/kota, sehingga diharapkan akan
member dampak yang signifikan terhadap
pengurangan lajunya epidemi HIV dan AIDS
di Provinsi Riau umumnya dan di Kota
Pekanbaru khususnya.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru
selaku
koordinator
upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS di Kota Pekanbaru memperoleh
dukungan dana bantuan sosial Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kota Pekanbaru serta dukungan dana dari
lembaga donor yaitu The Indonesian
Fartnership Funds dan Global Fund melalui
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau,
oleh karena itu sangat di harapkan peranan
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Kota
Pekanbaru dalam menekan penularan HIV
dan AIDS di Kota Pekanbaru. Untuk
mengetahui peranan Komisi Penanggulangan
AIDS Kota Pekanbaru dalam menekan angka
penyebaran kasus HIV dan AIDS di Kota
Pekanbaru dapat dilihat dari dua variabel
yaitu :
1. Pencegahan
Pencegahan adalah melakukan sesuatu
upaya agar sesuatu yang diprediksi akan
terjadi, tidak jadi terjadi atau kalaupun terjadi
skalanya lebih kecil atau lebih ringan.yang
dimaksud dengan pencegahan dalam
penelitian ini adalah upaya-upaya yang
dilakukan oleh Komisi Penanggulangan
AIDS Kota Pekanbaru dalam menekan
penyebaran atau penularan HIV dan AIDS di
Kota Pekanbaru.
Adapun
tindakan
pencegahan
penyebaran atau penularan HIV dan AIDS di
Kota Pekanbaru yang dilakukan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru dapat
penulis uraikan sebagai berikut :
a. Memberikan informasi HIV/AIDS yang
benar.
Informasi adalah pesan (ucapan atau
ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri
dari simbol, atau makna yang dapat
ditafsirkan dari pesan atau kumpulan
pesan.Informasi bisa di kattakan sebagai
pengetahuan
yang
didapatkan
dari
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi .
Jadi,
secara
umum informasi
adalah data yang sudah diolah menjadi suatu
bentuk lain yang lebih berguna yaitu
pengetahuan atau keterangan yang ditujukan
bagi penerima dalam pengambilan keputusan,
berperan masa sekarang atau yang akan
datang.
Untuk memperoleh informasi yang
berguna, tindakan yang pertama adalah
mengumpulkan data, kemudian mengolahnya
sehingga menjadi informasi. Dari data-data
tersebut informasi yang didapatkan lebih
terarah dan penting karena telah dilalui
berbagai tahap dalam pengolahannya
diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa
yang terkumpul dan menemukan informasi
yang diperlukan.
Yang dimaksud dengan memberikan
informasi HIV dan AIDS yang benar dalam
penelitian ini adalah bagaimana upaya yang
dilakukan oleh Komisi Penanggulangan
AIDS Kota Pekanbaru dalam menyampaikan
informasi tentang HIV danAIDS kepada
masyarakat Kota Pekanbaru, sehingga
masyarakat akan lebih hati-hati dalam
bertindak dan berperilaku dan pada akhirnya
diharapkan penyebaran atau penularan HIV
dan AIDS di Kota Pekanbaru dapat dicegah
paling tidak dapat diminimalisir, yang diukur
berdasarkan sosialisasi tentang HIV dan
AIDS, bahaya HIV dan AIDS serta cara
penularan HIV dan AIDS.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru telah berupaya memberikan
informasi yang benar kepada masyarakat
mengenai bahaya dari virus HIV dan AIDS
tersebut yang dilakukan melalui media cetak
yang ada di Kota Pekanbaru salah satunya
harian pagi Riau Pos dan juga pemasangan
spanduk yang menyampaikan informasi
tentang bahaya HIV dan AIDS, serta
dimedia-media elektronik yaitu melalui radio
dan televisi.
AIDS merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus yang dapat menular
dari seseorang kepada orang lain, menurut
pasal 4 Peraturan Daerah Provinsi Riau
Nomor 4 Tahun 2006, HIV/AIDS dapat
menular dari seseorang yang terinfeksi
kepada orang lain melalui :
a. Hubungan seksual beresiko yang tak
terlindung.
b. Jarum atau alat suntik yang tidak steril.
c. Transfusi darah yang terkontaminasi
IMS dan HIV/AIDS.
d. Ibu ODHA kepada bayinya.
e. Pisau cukur yang tidak steril.
f. Peralatan kesehatan/kosmetik tidak steril
yang dapat menimbulkan luka
Dengan demikian, pemberian informasi
tentang HIV dan AIDS yang benar oleh
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Kota
Pekanbaru Kepada masyarakat yang diukur
berdasarkan sosialisasi tentang HIV dan
AIDS, memberikan informasi tentang bahaya
HIV dan AIDS serta cara penularan HIV dan
AIDS secara keseluruhan sudah berperan. hal
ini dapat dilihat pada persentase rata-rata
jawaban responden tertinggi adalah sebanyak
52,9 % mengatakan pemberian informasi
HIV dan AIDS yang benar oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru
kepada masyarakat sudah dalam kategori
berperan.
b. Melakukan
Universal
Precaution
Standart (kewaspadaan umum) bagi
tata laksana kesehatan
Universal
Precaution
Standart(kewaspadaan
umum)merupakan
kewaspadaan terhadap darah dan cairan
tubuh yang tidak membedakan perlakuan
terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung
pada diagnosis penyakitnya. Universal
Precaution Standart(kewaspadaan umum)
adalah suatu cara untuk mencegah penularan
penyakit dari cairan tubuh, berperan dari
pasien kepetugas kesehatan dan sebaliknya
serta dari pasien kepasien yang lain.
Universal Precaution Standart(kewaspadaan
umum)dimaksudkan
untuk
melindungi
petugas layanan kesehatan dan pasien lain
terhadap penularan berbagai infeksi dalam
darah dan cairan tubuh lain, termasuk HIV.
Kewaspadaan tersebut mewajibkan petugas
agar melakukan tindakan tertentu seperti
memakai sarung tangan jika mereka mungkin
akan terkena cairan tubuh pasien.
Jadi
Universal
Precaution
Standart(kewaspadaan
umum)
pada
penelitian ini adalah bagaimana para tata
laksana kesehatan selalu memakai alat
pelindung dalam menangani pasien yang
terjangkit virus HIV dan AIDS, agar tidak
menular kepada petugas kesehatan maupun
kepada pasien yang lainnya.
Melakukan pemeriksaan rutin bagi tata
laksana kesehatan sangat penting dalam
mencegah menularnya berbagai macam
penyakit terutama sekali HIV dan AIDS,
karena para tata laksana kesehatan
berinteraksi
dan bahkan bersentuhan
langsung dengan banyak pasien dengan
beragam penyakit, untuk itu para tata laksana
kesehatan harus melakukan pemeriksaan
rutin untuk mengetahui tertular atau tidaknya.
Menurut aturannya para tata laksana
kesehatan
minimal
harus
melakukan
pemeriksaan rutin sekali dalam tiga bulan,
namun kenyataannya hal tersebut selalu
diaberperanan oleh para tata laksana
kesehatan dengan berbagai alasan. Hal
tersebut sesuai dengan wawancara yang
penulis lakukan dengan salah seorang
responden beliau mengatakan bahwa
seharusnya para tata laksana kesehatan
melakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan
sekali dan minimal sekali dalam tiga bulan
akan tetapi hal tersebut selalu teraberperanan
karena kesibukan para tata laksana kesehatan
dalam menangani banyak pasien.
Alat pelindung sangat diperlukan bagi
setiap tata laksana kesehatan dalam
menangani pasien, agar tidak terjadi
kecelakaan kerja serta untuk menghidari
tertularnya para tata laksana kesehatan dari
berbagai macam penyakit menular yang di
bawa pasien, adapun alat pelindung tersebut
dapat berupa sarung tangan karet, masker dan
lain sebagainya.
Perilaku hidup sehat juga diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari supaya tidak
mudah terjangkit oleh berbagai penyakit
terutama penyakit yang bias menular,
Perilaku masyarakat belum mengarah pada
perilaku hidup sehat terutama kaitannya
dengan kesehatan lingkungan dan hygiene
perorangan. Perilaku masyarakat kurang
positif karena belum termotivasi berdasarkan
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai sehat.
Universal
precaution
standart
(kewaspadaan umum) diciptakan untuk
melindungi terhadap kecelakaan yang dapat
terjadi.Kecelakaan yang paling umum adalah
tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik
yang dipakai pada pasien menusuk kulit
seorang petugas layanan kesehatan. Rumah
sakit merupakan tempat pelayanan pasien
dengan berbagai macam penyakit diantaranya
penyakit karena infeksi, dari mulai yang
ringan sampai yang terberat, dengan begitu
hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran
infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya,
begitupun dengan petugas kesehatan yang
sering terpapar dengan agen infeksi.
Penularan infeksi dapat melalui beberapa
cara diantaranya melalui darah dan cairan
tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan
Hepatitis.
Karena akan sulit untuk mengetahui
apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas
layanan kesehatan harus menerapkan
kewaspadaan universal secara penuh dalam
hubungan dengan SEMUA pasien, dengan
melakukan tindakan berikut:
1. Cuci tangan setelah berhubungan dengan
pasien atau setelah membuka sarung
tangan
2. Segera cuci tangan setelah ada hubungan
dengan cairan tubuh
3. Pakai sarung tangan bila mungkin akan
ada hubungan dengan cairan tubuh
4. Pakai masker dan kacamata pelindung bila
mungkin ada percikan cairan tubuh
5. Tangani dan buang jarum suntik dan alat
tajam lain secara aman; yang sekali pakai
tidak boleh dipakai ulang
6. Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan
cairan tubuh dengan bahan yang cocok
7. Patuhi standar untuk disinfeksi dan
sterilisasi alat medis
8. Tangani semua bahan yang tercemar
dengan cairan tubuh sesuai dengan
prosedur
9. Buang limbah sesuai prosedur
Universal
precaution
standart
(kewaspadaan umum) bagi tata laksana
kesehatan masih belum dilaksanakan dengan
baik yang sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan selain itu juga kurangnya
kesadaran para tata laksana kesehatan itu
sendiri akan pentingnya Universal precaution
standart (kewaspadaan umum) serta kurang
mendukungnya sarana dan prasarana untuk
dilaksanakannya
Universal
precaution
standart (kewaspadaan umum). Pelaksanaan
pencegahan berupa penerapan Universal
precaution standart (kewaspadaan umum)
bagi tata laksana kesehatan aatelah diatur
oleh Departemen Kesehatan mulai dari cuci
tangan, sarana cuci tangan, penggunaan alatalat pelindung seperti masker dan sarung
tangan karet agar tidak tertular dan terhindar
dari infeksi berbagai virus.
2. Penanggulangan
Penanggulangan adalah upaya yang
dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi,
atau
mengatasi
suatu
keadaan.Penanggulangan merupakan suatu
rancangan semacam program kerja yang
sistematis,
berdaya
guna
untuk
meminimalisir atas kejadian alam atau human
error untuk keselamatan manusia, harta
benda atau aset dan lingkungan atau kawasan
yang dilaksanakan oleh pemerintah, LSM
atau masyarakat.
Pencegahan
dan
penanggulangan
merupakan dua tindakan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua
tindakan ini dilakukan untuk saling
menunjang, apabila tindakan pencegahan
sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan
langkah tindakan penanggulangan.
Penanggulangan disini adalah langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru
dalam meminimalisir penularan HIV dan
AIDS di Kota Pekanbaru, untuk tindakan
penanggulangan yang dilakukan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru ada
beberapa indikator yaitu :
a. Mendorong
dan
melaksanakan
konseling
pemeriksaan
HIV/AIDS
secara sukarela
Konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang
mengalami sesuatu masalah (disebut konsele)
yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi klien. Konseling bisa
dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti di masyarakat, di dunia industri,
membantu korban bencana alam, maupun di
lingkungan pendidikan.Khusus pada dunia
pendidikan tingkat dasar dan lanjutan di
Indonesia, layanan ini biasa disebut
bimbingan konseling (konseling sekolah) dan
dilakukan oleh guru pembimbing(konselor
sekolah).
Konseling
adalah
suatu
layanan
profesional yang dilakukan oleh para
konselor yang terlatih secara profesional.Hal
ini bukan merupakan hubungan yang secara
kebetulan direncanakan untuk membereskan
atau memecahkan masalah klien. Konseling
merupakan suatu proses yang direncanakan
untuk mempercepat pertumbuhan klien.
Konseling HIV/AIDS merupakan suatu
dialog antara petugas konseing (konselor)
dengan
klien
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
dalam
memahami
HIV/AIDS beserta resiko dan konsekuensi
terhadap diri, pasangan dan keluarga serta
orang
sekitarnya.Tes
HIV
adalah
pemeriksaan darah di laboratorium untuk
memastikan seseorang terinfeksi HIV atau
tidak.
Motivasi adalah
proses
yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan
seorang individu untuk mencapai tujuannya.
arti motivasi adalah alasan yang mendasari
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
seorang individu. Seseorang dikatakan
memiliki motivasi tinggi dapat diartikan
orang tersebut memiliki alasan yang sangat
kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya
dengan mengerjakan pekerjaannya yang
sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di masyarakat
yang seringkali disamakan dengan semangat.
Dengan demikian motivasi adalah sebab,
alasan dasar, gambaran dorongan bagi
seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang
berpengaruh sekali terhadap segenap tingkah
laku
manusia.motivasi
sesungguhnya
merupakan proses psikologis dalam mana
terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi proses belajar dan pemecahan
persoalan.
Jadi memberi motivasi disini adalah
tindakan yang dilakukan oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru
dalam mendukung dan mengarahkan
masyarakat untuk melakukan konseling
pemeriksaan HIV dan AIDS secara sukarela,
karena
dengan
melakukan
konseling
pemeriksaa masyarakat bisa mengetahui
lebih banyak tentang HIV dan AIDS dan
untuk mengetahui terinfeksi atau tidaknya
seseorang karena Orang dengan HIV positif
terlihat sehat, merasa sehat dan tidak tahu
bahwa dirinya terinfeksi dan dapat
menularkannya kepada orang lain.
Kenyataan dilapangan masih ditemukan
bahwa mayoritas masyarakat masih enggan
utuk melakukan konseling pemeriksaan HIV
dan AIDS secara sukarela dengan berbagai
macam alasan, sebagaimana penuturan salah
seorang warga masyarakat yang penulis
wawancarai beliau mengatakan bahwa dia
takut
untuk
melakukan
konseling
pemeriksaan HIV dan AIDS jika hasil tes
tersebut positif terinfeksi, padahal untuk
mengetahui positif atau negatif terinfeksi
HIV dan AIDS sangat penting karena jika
positif dapat dilakukan penanganan dan
pengobatan yang intensif.
Untuk mengarahkan masyarakat supaya
mau melakukan konseling pemeriksaan HIV
dan AIDS tersebut merupakan tugas dari
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Kota
Pekanbaru memberi motivasi dan arahan
pentingnya mengetahui positif atau negatif
terinfeksi virus HIV dan AIDS tersebut.
b. Memberikan layanan kesehatan yang
spesifik
HIV merupakan suatu penyakit akibat
virus yang menyerang manusia dan dapat
menyebabkan imunitas (sistim kekebalan)
pada tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi. AIDS muncul setelah virus (HIV)
menyerang sistem kekebalan tubuh kita
selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih.
Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan
satu atau lebih penyakit dapat timbul.Karena
lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi,
beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah
daripada biasanya dan berakibat fatal.Untuk
itu diperlukan adanya layanan kesehatan
yang spesifik bagi orang yang terinfeksi HIV
dan AIDS tersebut.
Obat anti retroviral adalah pengobatan
untuk perawatan infeksi oleh retrovirus,
terutama HIV. Kelas obat anti retroviral yang
berbeda berjaman pada stadium lingkaran
kehidupan HIV yang berbeda. Kombinasi
beberapa obat antiretroviral diketahui
sebagai terapi antiretroviral yang sangat
aktif (HAART). Penanganan medis utama
untuk infeksi HIV ialah kombinasi obat
antiretroviral.
Supresi
replikasi
HIV
merupakan komponen penting dalam
memperpanjang
harapan
hidup
serta
meningkatkan kualitas hidup orang dengan
HIV dan AIDS.
Sedangkan infeksi oportunistik adalah
infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyebabkan penyakit pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
normal, tetapi dapat menyerang orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang buruk.Dalam
tubuh kita terdapat banyak kuman, bakteri,
protozoa, jamur dan virus. Saat sistim
kekebalan tubuh bekerja dengan berperan,
sistim tersebut mampu mengendalikan
kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim
kekebalan dilemahkan oleh penyakit HIV
atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini
mungkin tidak terkuasai lagi dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi
yang mengambil manfaat dari lemahnya
pertahanan
kekebalan
tubuh
disebut
“oportunistik”. Orang yang tidak terinfeksi
HIV dapat juga mengalami infeksi
opportunistik jika sistem kekebalannya rusak.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru dalam mendampingi ODHA
masih kurang berperan. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa untuk menjadi pendamping
ODHA masih kurang berperan hal ini
disebabkan masih kurangnya tenaga ahli
yang dapat menuntun ODHA supaya bisa
normal seperti orang yang tidak terinfeksi.
Mengingat sampai saat ini obat untuk
mengobati dan vaksin untuk mencegah AIDS
belum ditemukan, maka alternatif untuk
menanggulangi masalah AIDS yang terus
meningkat ini adalah dengan upaya
pencegahan oleh semua pihak untuk tidak
terlibat dalam lingkaran transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV.Upaya
pencegahan AIDS jangka pendek adalah
dengan KIE, memberikan informasi kepada
kelompok resiko tinggi bagaimana pola
penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga
dapat
diketahui
langkah-langkah
pencegahannya.Sedangkan Upaya jangka
panjang yang harus kita lakukan untuk
mencegah merajalelanya AIDS adalah
merubah sikap dan perilaku masyarakat
dengan kegiatan yang meningkatkan normanorma agama maupun sosial sehingga
masyarakat dapat berperilaku seksual yang
bertanggung jawab.
Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru telah berupaya untuk mencegah
dan menanggulangi penyebaran HIV dan
AIDS di Kota Pekanbaru yang beberapa
tahun terakhir meningkat tajam dengan
berbagai program yang telah ditetapkan
namun hal tersebut belum memberi dampak
yang signifikan dalam menekan tingginya
kasus HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru.
Kendala yang dihadapi oleh Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Pekanbaru
dalam mencegah dan menanggulangi HIV
dan AIDS di Kota Pekanbaru.
a.Pengetahuan masyarakat tentang HIV dan
AIDS masih kurang akibatnya proses
informasi masih dirasakan kurang. Oleh
sebab itu masih diperlukan proses
pemberian informasi lebih intensif lagi
dengan menggunakan pendekatan pelibatan
masyarakat.
b.Sebagian besar kelompok resiko tinggi
menganggap dirinya sehat dan menyulitkan
memobilisir kelompok resiko tinggi.
Sebagian lagi merasa malu untuk
mengakses layanan.
c.Sulitnya menyamakan persepsi untuk
program pengurangan dampak buruk
(Harm Reduction) perilaku hidup tidak
sehat.
Kesimpulan
Peranan Komisi Penanggulangan AIDS
Kota Pekanbaru dalam mencegah penularan
HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru secara
keseluruhan sudah berperan sedangkan untuk
penanggulangan HIV dan AIDS masih
kurang berperan.Jadi secara keseluruhan
peranan Komisi Penganggulangan AIDS
Kota Pekanbaru baik dalam menegah
maupun menanggulangi HIV dan AIDS di
Kota Pekanbaru masih kurang berperan atau
belum berperan dengan baik. Jadi secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
peranan Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru
dalam
mencegah
dan
menanggulangi HIV dan AIDS di Kota
Pekanbaru masih kurang baik, atau dengan
kata lain Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Pekanbaru masih kurang berperan dalam
mencegah dan menanggulangi HIV dan
AIDS di Kota Pekanbaru hal inilah yang
menyebabkan meningkat tajamnya kasus
HIV dan AIDS di Kota Pekanbaru beberapa
tahun terakhir.
Saran
1. Untuk Komisi Penanggulangan AIDS
Kota Pekanbaru supaya dilakukan
pemberian informasi yang lebih intensif
dengan menggunakan berbagai media
termasuk media yang sudah biasa
dilakukan oleh masyarakat seperti wirid
yasin, posyandu dan kegiatan sosial
masyarakat lainnya serta melibatkan
Lembaga Swadaya Masyarakat peduli
HIV dan AIDS yang ada di Kota
Pekanbaru.
2. Pemerintah supaya program pencegahan
HIV/AIDS, sejumlah kegiatan perlu
disusun secara komprehensif dengan
berfokus
pada
promotif-preventif
penularan HIV/AIDS, fasilitasi dan
pengintegrasian, penciptaan lingkungan
yang kondusif, surveillance Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS,
riset atau penelitian selain pendekatan
kuratif seperti perawatan, pengobatan, dan
dukungan
terhadap
ODHA, dan
kesinambungan penanggulangan.
3. Supaya
adanya
sinergi
antara
pemerintah baik tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota,
kecamatan
dan
keluharan. Komisi
Penanggulangan
HIV/AIDS (KPA) pusat hingga daerah,
swasta, masyarakat/Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dalam penanggulangan
virus
HIV/AIDS. Peran
serta
dari
masyarakat yang dimulai dari rumah
tangga dan keluarga, masyarakat umum
dan LSM atau organisasi non pemerintah.
4. Disarankan kepada semua komponen
untuk menyamakan persepsi pelaksanaan
program khususnya pada program yang
memiliki resistensi yang tinggi antara lain
program pengurangan dampak buruk dan
pencegahan HIV dan AIDS di Kota
Pekanbaru.
5. Masyarakat supaya lebih meningkatkan
pengetahuan dan kesadarannya tentang
bahaya HIV dan AIDS dengan cara
banyak mencari informasi tentang HIV
dan AIDS baik cara penularannya maupun
cara pencegahannya.
Daftar Kepustakaan
Hamim Sufian dan Adnan Indra Muchlis,
2005.Organisasi
dan
Manajemen.
Multigrafindo, Jakarta
Irfan, Muhammad, 1991, Prinsip-Prinsip
Perumusan Kebijaksanaan, Rajawali
Press, Jakarta.
Irawan Soehartono, 2000, Metode Penelitian
Sosial, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Islamy, M. Irfan, 1992, Prinsip-prinsip
Perumusan Kebijaksanaan Negara,
Bumi Aksara, Jakarta.
Labolo Muhadam, 2007. Memahami Ilmu
Pemerintahan. Kelapa Gading Permai,
Jakarta.
Musanef, 1982.Sistem Pemerintahan di
Indonesia. Gunung Agung, Jakarta.
Ndraha Taliziduhu, 2003. Kybernologi.
Rineka Cipta, Jakarta.
------------------------,
2008.Kybernologi
Sebuah Metamorphosis.Sirao Credentia
Center, Tangerang.
Ningrat, Surya Bayu, 1992. Mengenal Ilmu
Pemerintahan. Rineka Cipta, Jakarta.
Nugroho, Riant D, 2001, Reinventing
Indonesia Menata Ulang Manajemen
Pemerintahan
Untuk
Membangun
Indonesia Baru Dengan Keunggulan
Global, PT. Elek Media Komputindo,
Jakarta.
--------------------------,
2007.Analisis
Kebijakan. Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Rasyid Riyaas, 2002. Makna Pemerintahan
Tinjauan dari Segi Etika dan
Kepemimpinan.
PT.Mutiara Sumber
Widia, Jakarta.
Rosalaini, Analisis Perencanaan dan
Kebijakan Pulik, Rineka Cipta, Jakarta.
Siagian,
Sondang
P,
1997.
Teori
Pengembangan
Organisasi.
Bina
Aksara, Jakarta
Solichin, Abdul Wahab, 2002. Analisis
Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan kebijaksanaan
Negara. Bumi Aksara, Jakarta.
Soetopo, 2005.Pelayanan Prima. LAN RI,
Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 2004. Pokok-Pokok
Sosiologi Hukum. Raja Grafindo,
Jakarta.
Sudarso, 1988.Organisasi dan Metode.
Karunika Universitas Terbuka, Jakarta
Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan
Publik. Alfabeta, Bandung.
Sujianto, 2008, Implementasi Kebijakan
Publik, Konsep, Teori dan Praktek,
Pekanbaru, Alaf Riau Bekerjasama
Dengan Program Studi IlmuAdministrasi
(PSIA) Pascasarjana Universitas Riau.
Sutopo, HB, 1992. Metode Penelitian
Kualitatif. UNS Press,Surakarta.
Syafiie, Kencana, Inu, 2002. Sistem
Pemerintahan Indonesia. Rineka Cipta,
Jakarta.
---------------------------, 2005. Pengantar Ilmu
Pemerintahan,
Refika
aditama,
Bandung.
The Liang, Gie, 1974. Administrasi
Perkantoran Modern. Nur Cahaya,
Yogyakarta.
Thoha, Miftah, 2005. Birokrasi dan Politik di
Indonesia. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Winardi, 2007.Teori Organisasi
dan
Pengorganisasian. PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2006 Tentang Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum
Pembentukan Komisi Penanggulangan
AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Rangka Penanggulangan HIV
dan AIDS di Daerah.
Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan
Rakyat
Nomor
08/PER/MENKO/KESRA/I/2010
Tentang Strategi dan Rencana Aksi
Nasional Penanggulangan HIV dan
AIDS Tahun 2010 – 2014.
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4
Tahun 2006 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS.
Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor
117 Tahun 2009 Tentang Komisi
Penanggulangan AIDS
Pekanbaru.
(KPA) Kota
Strategi dan Rencana Aksi Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS Tahun
2010 – 2014.
Download