BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Startup business, pengembangan bisnis yang memanfaatkan teknologi
internet sebagai basis utama. Produk dari startup business berupa aplikasi dalam
bentuk digital yang dioperasikan melalui website. Dilihat dari segi pendanaan,
Indonesia termasuk dalam negara yang sedang bergairah di ranah startup business.
Startup business di Indonesia mulai menjamur diberbagai bidang usaha, seperti ecommerce, edukasi, game, gaya hidup, sains, dan real estate menciptakan
persaingan yang ketat. Di dalam memenangkan pasar, pemasaran saja tidaklah
cukup karena konsumen menjadi semakin banyak dihadapkan oleh banyak pilihan.
Konsumen telah banyak terpapar iklan dari berbagai merek. Dibutuhkan sebuah
strategi yang mampu menarik perhatian konsumen, serta mampu mendorong
konsumen melakukan transaksi. Disinilah peran komunikasi pemasaran dalam
startup business sangat dibutuhkan.
Konsumen dan perusahaan dapat digambarkan sebagai sebuah sistem
yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Posisi saat
ini dengan tujuan yang hendak dicapai menciptakan suatu gap yang disebut
sebagai kebutuhan. Peran dari komunikasi pemasaran adalah memberikan arti
keseluruhan penawaran produk kepada konsumen sehingga konsumen dapat
memenuhi maksudnya sekaligus perusahaan bisa mencapai tujuannya (De Lozier
1976:164). Kegiatan pemasaran tidak akan berlangsung bila tidak ada komunikasi.
Komunikasi
mempengaruhi
dapat
membantu
konsumen
agar
produsen
menawarkan
menggunakan
produk
produknya
yang
dan
ditawarkan.
Berdasarkan informasi penawaran, konsumen dapat memperoleh produk sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan. Komunikasi pemasaran dapat dilihat sebagai
pesan terencana dari perusahaan dan organisasi yang dibuat dan disebarluaskan
untuk mendukung tujuan dan strategi pemasaran mereka (Arens, 2002:18).
1
Periklanan menjadi salah satu aktivitas dalam menjalankan strategi
komunikasi pemasaran. Periklanan dapat didefinisikan sebagai komunikasi
nonpersonal yang terstruktur dan tersusun atas informasi tentang produk (barang,
jasa, dan ide) dengan sistem berbayar, dan bersifat persuasif yang dilakukan oleh
Periklanan merupakan suatu
bentuk komunikasi yang terstruktur, bentuk komunikasi yang diciptakan meliputi
elemen verbal dan nonverbal. Pesan dalam iklan menjadi penghubung antara
keinginan produsen ataupun perusahaan dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen (Sandage, 1945:281). Periklanan dituntut untuk memuat unsur persuasi.
Di bidang komunikasi permasaran persuasi dimaknai sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh komunikator pemasaran untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
konsumen dengan cara tertentu. (Shimp, 2003: 224). Perusahaan atau pengiklan
menggunakan iklan persuasif dengan tujuan mempengaruhi sikap dan perilaku
dalam keputusan pembelian suatu produk oleh konsumen.
Periklanan disebut sebagai komunikasi non-personal karena ditujukan
kepada sekumpulan individu yang dapat dikategorikan sebagai konsumen. Istilah
sponsor dalam definisi periklanan merupakan sebutan bagi perusahaan pemilik
produk (barang, jasa, ataupun ide) yang mengeluarkan sejumlah uang untuk
kepentingan pembuatan iklan. Periklanan memiliki 7 fungsi, (1) memberikan
informasi, (2) menghibur, (3) membujuk, (4) mengingatkan, (5) meyakinkan, (6)
membantu aktivitas pemasaran yang lain, (7) menambah nilai produk. (De Lozier
1976: 164).
Media periklanan saat ini tidak hanya terbatas pada media penyiaran,
cetak, dan luar ruang. Kehadiran internet turut mengubah cara perusahaan maupun
agency dalam menyusun media periklanan. Selain itu, media periklanan internet
juga mengubah pola khalayak dalam mengonsumsi iklan. Media internet
menjanjikan interaktivitas dan individualitas. Sehingga, khalayak memiliki kontrol
untuk memilih iklan yang hendak mereka konsumsi atau mereka hindari, serta
2
mampu melakukan komunikasi dua arah. Youtube merupakan salah satu media
periklanan internet yang populer digunakan oleh berbagai macam merek. Youtube
menawarkan beragam layanan iklan dalam bentuk video, salah satu jenis iklan
video yang banyak digunakan adalah In-Stream Ad. In-Stream Ad sangat umum
digunakan di Youtube, In-stream Ad merupakan iklan yang tampil diawal video.
Go-jek Indonesia, sebuah startup business yang bergerak di bidang
transportasi ojek online. Go-jek Indonesia telah hadir sejak tahun 2011, namun
baru berhasil meraih perhatian ramai dari masyarakat di tahun 2015. Go-jek
Indonesia dapat disebut sebagai startup business yang fenomenal, sehingga Go-jek
menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Bisnis ojek online ini seringkali
menuai kontroversi, mulai dari ketegangan yang sempat terjadi antara tukang ojek
pangkalan dengan Go-jek driver. Penolakan terhadap Go-jek sempat dilayangkan
oleh para tukang ojek pangkalan dengan dalih merebut pasar, gagap teknologi,
serta sistem bagi hasil. Penggunaan kendaraan roda dua atau ojek sebagai moda
transportasi umum sempat menjadi perdebatan di kalangan pemangku kebijakan.
Bahkan, Kementerian Perhubungan pernah mengeluarkan larangan operasi
terhadap ojek ataupun transportasi umum berbasis online. 1
Di tengah tantangan yang dihadapi Go-jek Indonesia berupa regulasi
transportasi, persaingan dengan startup business yang juga bergerak di bidang ojek
online, seperti GrabBike, Blu-Jek, Ojesy, Uber, Taxi Bike, dan persaingan dengan
ojek konvensional, Go-jek Indonesia melancarkan strategi komunikasi pemasaran.
Go-jek Indonesia merupakan pionir startup business di bidang jasa transportasi
ojek online yang melakukan komunikasi pemasaran melalui internet. Go-jek
Indonesia memanfaatkan media youtube dengan akun ber
-
sebagai tempat untuk mengunggah berbagai video yang mengkomunikasikan
tentang bisnis Go-jek. Video yang diunggah tersebut juga beberapa kali tampil
1
Informasi lengkap di laman
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/12/18/173728863/ojek-online-dilarang-jokowiaturan-itu-yang-buat-siapa-sih. Diakses pada tanggal 27/1/2016 pukul 1:33.
3
sebagai In-stream Ad dalam video lain. Hingga April 2016 Di dalam akun Go-jek
Indonesia terdapat 46 video yang telah diunggah secara resmi oleh Go-jek
Indonesia. Konten video tergolong beragam, mulai dari pengenalan tentang go-jek,
peran go-jek dalam membantu mobilitas konsumen, keuntungan menggunakan
Go-jek, pengenalan jasa lain yang ditawarkan oleh Go-jek (Go-big, Go-mart, Gofood, dan Go-tix), event yang diselenggarakan oleh Go-jek Indonesia, dan
testimoni dari Go-jek Driver, sebutan bagi sopir ojek yang telah bergabung dengan
Go-jek Indonesia.
Go-jek Indonesia telah mengunggah sebanyak 6 webisodes dengan
format testimoni Go-jek driver. Webisodes ini memiliki tujuan untuk memperluas
partnership Go-jek Indonesia dengan para tukang ojek. Webisodes ini berisikan
pesan persuasif berupa ajakan untuk bermitra bagi tukang ojek yang belum
bergabung dengan Go-jek Indonesia supaya turut menjadi bagian dari perusahaan
startup business transportasi roda dua online. Oleh karena itu, peneliti merasa
tertarik untuk mengidentifikasi pesan persuasif berupa ajakan untuk bergabung
sebagai Go-jek driver dikemas dalam webisodes Go-jek Driver. Pesan-pesan
persusif dapat ditemukan secara tersirat maupun tersurat dalam webisodes, mulai
dari dialog, serta visual dari webisodes Go-jek Driver.
Webisodes Go-jek Driver ini menarik untuk diteliti karena sejumlah
alasan, yaitu webisodes ini merupakan inovasi iklan dari sebuah perusahaan jasa
startup business, khususnya yang berkaitan dengan bidang jasa transportasi ;
webisodes ini menyampaikan pesan ajakan kemitraan melalui cerita kehidupan
para Go-jek Driver antara sebelum bergabung dengan sesudah bergabung dengan
Go-jek Driver; dan pesan persuasif dalam webisodes ini dikemas secara tersirat
terbagi dalam 6 seri webisodes. Selain itu, pemilihan Go-jek Driver sebagai tokoh
utama dalam webisodes merupakan suatu cara agar informasi dalam webisodes
tampak terpercaya karena target sasaran dari webisodes ini adalah orang-orang
yang belum bergabung sebagai Go-jek Driver.
4
Keenam seri webisodes akan diteliti karena setiap seri memiliki alur
cerita yang berbeda. Webisodes Go-jek Driver Bapak Memora, menceritakan
tentang kesibukan kota Jakarta, dan warganya yang banting tulang mencari nafkah
24 jam. Di dalam webisodes, Bapak memora menyatakan mampu merasakan
beratnya bekerja sebagai broker, karena dulu ia pernah mengalaminya. Namun,
saat ini dengan pekerjaan barunya sebagai Go-jek Driver, ia mampu memberikan
arti dan kebahagiaan bagi orang disekelilingnya.
Webisodes kedua berjudul Ibu Marselina (Go-jek Driver) yang
menceritakan problemnya sebagai seorang single parent yang dituntut menjadi
tulang punggung keluarga sekaligus menjalankan perannya sebagai ibu bagi anakanaknya. Ibu Marselina kebingungan untuk memenuhi kebutuhan hidup karena
faktor usia dan keterbatasan kemampuan. Kini Go-jek telah mengubah hidupnya,
ia berprofesi sebagai Go-jek Driver. Bekerja sebagai Go-jek Driver merupakan
solusi bagi problem Ibu Marselina.
Go-jek Driver Pak Kalori digunakan untuk 2 webisodes sekaligus. Di
webisodes Pak Kalori (Go-jek Driver) yang pertama menceritakan tentang
perbandingan keuntungan matematis yang bisa didapat sebagai tukang ojek biasa
dengan Go-jek Driver. Tukang ojek biasa masih melakukan tawar menawar harga,
sedangkan tarif Go-jek Driver telah ditetapkan menggunakan sistem argo.
Webisodes Pak Kalori (Go-jek Driver) yang kedua membandingkan tukang ojek
biasa dengan Go-jek Driver dengan ikatan persaudaraan sebagai poin pembanding.
Pak Kalori menyebutkan perkumpulan tukang ojek biasa itu hidup secara
individualis. Sedangkan, sebagai Go-jek Driver, dirinya merasa bahagia karena
seakan memiliki ikatan persaudaraan yang erat. Seragam hijau Go-jek telah
identitas diri yang semakin memperkuat rasa persaudaraan antar sesama Go-jek
Driver.
Webisodes Go-jek Driver kelima bercerita tentang kehidupan Pak
Rochim. Pak rochim mengalami keterbatasan ekonomi, sehingga membuat dirinya
tidak mampu membahagiakan kedua anaknya. Sejak menjadi Go-jek driver ia
5
merasa ekonominya membaik, dan yang terpenting baginya adalah saat ini ia
mampu membahagiakan kedua anaknya. Webisodes Go-jek Driver keenam adalah
-hari tukang ojek biasa
dengan Go-jek Driver. Saat ini dirinya telah menjadi Go-jek Driver yang dalam
sehari bisa saja penuh dengan orderan. Semenjak menjadi Go-jek Driver dirinya
menjadi semangat bekerja, karena orderan yang tidak pernah surut.
Di setiap seri webisodes tidak pernah menyebutkan pekerjaan Go-jek
Driver secara gamblang. Pekerjaan sebagai Go-jek driver diperlihatkan dari
berbagai atribut khas Go-jek Indonesia yang dimunculkan secara visual dan
tekstual. Penelitian ini memiliki arti penting untuk menghindari maupun
meminimalisir terjadinya kesalahpahaman dalam penerimaan pesan. Penelitian
mengenai pesan persuasif dapat memberikan gambaran agar mampu menjadi
pembujuk yang baik, serta agar mampu bereaksi secara kritis terhadap komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh orang lain baik dalam praktik periklanan maupun
kehumasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukan di atas maka
dapat disusunlah rumusan masalah sebagai berikut
-jek Driver
dikemas dalam webisodes testimoni Go-
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi sejumlah tanda yang mengarah pada pesan persuasif
berupa ajakan bermitra sebagai Go-jek Driver yang dikemas dalam webisodes
Go-jek Driver, baik secara tersurat maupun tersirat yang diuraikan dalam
bentuk verbal, tertulis, maupun visual.
6
2. Untuk mengkomparasi cara penyampaian pesan persuasif ajakan bermitra
sebagai Go-jek Driver dari keenam webisodes.
D. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah 6 webisodes testimoni para Go-jek
Driver yang berisikan tentang pengalaman mereka bekerja di Go-jek yang
diunggah di media Youtube. Penelitian ini akan fokus meneliti pesan persuasif
ajakan untuk bergabung sebagai Go-jek Driver yang dikemas dalam webisodes
tersebut. Peneliti akan mengkaji pesan persuasif dalam bentuk tersirat, dan
tersurat, baik secara verbal, visual, ataupun tekstual. Webisodes merupakan salah
satu produk dari sinematografi, maka objek penelitian akan dikaji dengan aspek
sinematografi. Terhitung hingga April 2016, di akun Youtube Go-jek Indonesia
terdapat 46 video. Dari 46 video, penelitian ini dibatasi hanya akan mengkaji
webisodes dengan label Go-jek Driver sebanyak 6 seri dengan rata-rata durasi
selama satu menit dua puluh lima detik.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini agar khalayak mampu
menerima pesan persuasif baik yang disampaikan secara tersurat maupun tersirat
tanpa adanya kesalahpahaman. Penelitian ini diharapkan mampu memperjelas
makna dibalik pesan persuasif yang disampaikan secara tersirat dalam webisodes.
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian berisikan hal-hal pokok
yang menjadi landasan berpikir penelitian. Penelitian ini akan meneliti pesan
dalam webisodes yang berformat testimoni. Webisodes terdiri dari 6 seri, disetiap
seri Go-jek Driver menceritakan pengalamannya selama bekerja di Go-jek
Indonesia. Di dalam cerita tentang pengalaman ini terselip pesan persuasif berupa
ajakan untuk bergabung sebagai Go-jek Driver. Untuk membedah fenomena ini,
7
maka landasan berpikir dalam penelitian ini dibagi menjadi 3, yakni penyampaian
pesan peruasif dalam iklan, media periklanan internet, dan dimensi dari sebuah
iklan berformat testimoni.
1. Penyampaian Pesan Persuasif dalam Iklan
Komunikasi tidak akan terjadi bila tidak ada penyampaian pesan.
Pesan bersifat abstrak, agar pesan dapat dikirim oleh komunikan dan diterima
oleh komunikator, maka manusia mengubahnya menjadi suatu bentuk yang
konkret berupa lambang/simbol komunikasi meliputi, suara, mimik, gerakgerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Suara, mimik, dan gerak-gerik
digolongkan sebagai pesan non-verbal. Bahasa lisan dan bahasa tulisan
diklasifikasikan sebagai pesan verbal.
Iklan merupakan sistem tanda yang terdiri atas lambang, baik
yang verbal, maupun yang ikon (Sobur, 2004:116). Lambang verbal dalam
iklan berwujud dialog ataupun monolog yang disampaikan dengan bahasa
yang dapat dikenali oleh khalayak. Lambang non-verbal dapat ditemukan
dalam iklan berupa bentuk dan warna yang tidak secara khusus meniru rupa
atas bentuk realitas. Ikon dalam iklan merupakan bentuk ataupun warna yang
mirip dengan keadaan sebenarnya.
Lambang komunikasi yang disusun secara sistematis akan
membentuk makna. Pada proses kreatif penciptaan pemaknaan, kata selalu
dihubungkan dengan relasi semantisnya dengan kata yang mendahului
maupun mengikutinya, baik dalam konteks verbal mapun non-verbal (Sobur,
2004:249). Bagitu pula dengan penciptaan pemaknaan dalam iklan, makna
pesan akan dapat dipahami, ketika kata-kata yang telah tersusun dalam dialog
ataupun monolog, serta mempertimbangkan konteks verbal dan non-verbal
lain yang tertuang dalam iklan. Selain itu, makna pesan berkaitan dengan
budaya yang dianut, baik oleh komunikan ataupun komunikator.
Pesan yang sama tidak menutup kemungkinan memiliki makna
berbeda. Pesan dapat memiliki makna sesungguhnya (denotatif), dan makna
8
kias (konotatif). Penyajian pesan memperhatikan aspek cara penyajian dan
struktur penyajian, agar tercipta komunikasi yang efektif. Cara penyajian
pesan memanfaatkan lambang komunikasi baik verbal maupun nonverbal
dengan melibatkan emosi. Pesan disajikan dalam berbagai struktur tanpa
merubah makna, namun cara penyajian akan menentukan makna. Pesan
membujuk akan berhasil bila menggunakan cara penyajian yang tepat.
Suara
Nonverbal
Bentuk
pesan
Pesan
Gerak gerik
Lambang
Komunikasi
Denotatif
Makna
pesan
Mimik
Verbal
Konotatif
Bahasa
lisan
Bahasa
tulisan
Cara
penyajian
Penyajian
pesan
Struktur
penyajian
Bagan 1.1 Pesan
Sumber: Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia. Hal 24
Fungsi dari seluruh program komunikasi pemasaran adalah untuk
berkomunikasi.
Perusahaan
pemilik
produk
berkomunikasi
dengan
mengirimkan pesan melalui beragam cara, seperti iklan, logo, kemasan,
merek, hingga press release. Di dalam menyusun komunikasi pemasaran yang
efektif, maka perusahaan harus menguasai proses komunikasi yang meliputi
bagaimana cara mereka menciptakan pesan, mengirimkan pesan kepada
khalayak, hingga mengevaluasi pesan.
Pesan merupakan wujud dari motif komunikasi, meliputi apa
yang dipikirkan dan dirasakan. Perusahaan memiliki serangkaian motif
komunikasi yang hendak disampaikan pada konsumen, salah satunya adalah
persuasi. Persuasi merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para pemasar
9
untuk mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara tertentu (Shimp,
2003:224). Motif komunikasi perusahaan dikemas dalam pesan melalui
beragam bentuk komunikasi pemasaran. Di dalam bidang komunikasi
pemasaran, pesan persuasif merupakan suatu pesan yang digunakan oleh
perusahaan untuk membujuk konsumen agar terjadi perubahan perilaku dan
kebiasaan.
Bentuk utama dari komunikasi pemasaran terdiri dari periklanan
media massa tradisional (TV, majalah, dsb); periklanan online (Web sites,
opt-in email message, text messaging); promosi penjualan (kupon, contoh
produk, potongan harga, pemberian item premium); penanda toko; pengiriman
surat, hubungan masyarakat dan publisitas; penyeponsoran acara; penjualan
tatap muka (Shimp, 2010:7). Komunikasi pemasaran tersentral pada
konsumen, sehingga prioritas awal dalam menjalankan komunikasi pemasaran
adalah mengetahui gaya hidup dan preferensi media dari konsumen agar
materi komunikasi pemasaran berhasil menjangkau konsumen. Gaya hidup
konsumen menggunakan teknologi internet dan gawai menjadi pertimbangan
penting dalam merancang komunikasi pemasaran bisnis aplikasi. Karakter
konsumen turut menentukan bentuk komunikasi pemasaran yang paling tepat
digunakan. Tidak semua bentuk komunikasi pemasaran dapat berlaku efektif
terhadap suatu produk untuk menjangkau konsumen.
Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran
yang digunakan untuk membujuk konsumen. Kebanyakan iklan yang
ditawarkan oleh agency kepada perusahaan pemilik merek menitikberatkan
pada aspek pesan iklan. Pesan iklan diharapkan dapat manarik perhatian,
menghibur, informatif, serta mampu meyakinkan konsumen untuk melakukan
pembelian (Kelley & Jugenheimer, 2008:5). Iklan yang efektif membutuhkan
orang yang tepat sebagai penyampai pesan kepada khalayak ataupun
konsumen melalui media yang sesuai dengan tujuan iklan. Sumber, pesan, dan
media adalah tiga elemen utama yang dapat dikontrol dalam model
10
komunikasi. Ketiga elemen tersebut akan mempengaruhi proses dari respon
konsumen. William J. McGuire mencetuskan persuasion mix sebagai alat
bantu untuk menelaah proses pesan untuk melakukan persuasi kepada
khalayak atau konsumen.
Bagan 1.2 persuasion mix
Sumber: Belch, George E. & Michael A. Belch. 2009. Advertising and Promotion an
Integrated Marketing Communication Perspective Eight Edition. New York: McGraw-Hill.
Hlm 177
(1) receiver/comprehension: Praktisi iklan harus memastikan bahwa pesan
yang ia sampaikan mampu dipahami oleh khalayak. Oleh karena itu, praktisi
perlu memahami betul karakter khalayak target.
(2) Channel/presentation: Perencanaan media iklan perlu disusun secara
cermat agar mampu menjangkau khalayak diwaktu yang tepat.
(3) Message/yielding: Tipe pesan yang disukai oleh khalayak. Praktisi harus
memformulasikan tipe pesan positif karena khalayak cenderung gemar pesanpesan yang mampu memantik aura positif, misal mengemas pesan dengan
humor. Pemilihan musik yang sesuai dalam iklan juga mampu menghadirkan
atmosfer positif.
(4) Source/atterntion: Menentukan siapa yang akan menjadi penyampai pesan
akan mempengaruhi perhatian khalayak. Di dalam iklan sering dijumpai artis
sebagai penyampai pesan. Tetapi penyampai pesan tidak harus selalu
menggunakan artis, seseorang yang ahli di bidang tertentu atau konsumen
dapat menjadi alternatif lain sebagai penyampai pesan. Salah satu taktik yang
11
dapat digunakan dalam pesan appeals to fear dengan mengusung
kekhawatiran konsumen terhadap kelangkaan karena sesuatu yang langka
akan menjadi lebih berharga.
Sebuah pesan iklan didesain sedemikian rupa agar mudah
diingat, sehingga dapat mengubah dan membentuk sikap. Pesan iklan
mengarahkan
konsumen
untuk
melakukan
sebuah
aksi.
Di
dalam
menyampaikan pesan iklan dibutuhkan strategi pesan. Strategi pesan
merupakan sebuah pendekatan untuk menyampaikan tema pesan kepada
konsumen. Strategi pesan dapat dibagi menjadi 3, yakni cognitive strategies,
affective strategies, dan conative strategies (Clow & Baack, 2007:198)
Cognitive Strategies
- Generic
- Preemptive
- Unique Selling Proposition
- Hyperbole
- Comparative
Affective Strategies
- Resonance
- Emotional
Conative Strategies
- Action-inducing
- Promotional Support
Bagan 1.3 strategi penyampaian isi pesan
Sumber: Clow, Kenneth. E dan Donald Baack. 2007. Integreted Advertising,
Promotion, and Marketing Communication (3rd Edition). New Jersey: Prentice Hall
International. Hlm 199.
Cognitive strategies merupakan pesan yang menyampaikan
argumen dan informasi rasional kepada konsumen. Strategi pesan ini
menyampaikan tentang atribut produk dan keuntungan yang didapat
konsumen dari produk. Cognitive strategies dapat diturunkan menjadi 5
bentuk, yakni generic, preemptive, unique selling proposition, hyperbole, dan
comparative. Generic merupakan strategi pesan yang menginformasikan
tentang atribut produk dan keuntungan mengonsumsi produk tanpa disertai
klaim keunggulan dibanding produk lain. Preemptive adalah strategi pesan
yang
12
mengklaim keunggulan dibanding produk lain berdasarkan atribut
produk. Unique selling proposition adalah strategi menyusun isi pesan dengan
mengklaim tentang keunikan produk. Hyperbole adalah isi pesan yang tidak
teruji berisikan klaim tentang atribut dan keuntungan produk. Comparative
adalah strategi isi pesan yang membandingkan produk sejenis baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Strategi pesan kedua adalah affective strategies yang melibatkan
perasaan, dan mencocokkan perasaan dengan produk yang diiklankan.
Affective strategies terdiri dari resonance, dan emotional advertising.
Ressonance merupakan sebuah strategi isi pesan yang menghubungkan
produk dengan pengalaman konsumen untuk membangun ikatan yang erat
antara produk dengan konsumen. Emotional advertising, isi pesan berusaha
untuk membangun emosi yang kuat yang mengacu pada proses pilihan produk
dan product recall.
Conative strategies adalah strategi isi pesan yang didesain untuk
mendapatkan respon langsung dari konsumen. Action-inducing, isi pesan yang
mendorong terjadinya impulse buying dengan cara mengkombinasikan
pendekatan kognitif dan afektif. Promotional Support, digunakan untuk
mendukung upaya promosi dengan cara mengiklankan undian berhadiah.
Di dalam memformulasikan iklan, pengiklan dengan memilih
diantara 5 tipe bentuk pesan iklan yang paling efektif untuk mendekati
konsumen, yakni (1) humor ; (2) appeals to fear ; (3) appeals to guilts ; (4)
sex appeal ; (5) subliminal message (Shimp, 2010:242). Tipe pesan iklan
humor akan menjadi sebuah iklan yang efektif bila diterapkan pada situasi
yang tepat. Pengiklan perlu berhati-hati ketika hendak menggunakan humor
sebagai teknik pesan iklan, karena konsumen memiliki perbedaan intepretasi
kelucuan dalam humor. Konsumen menilai suatu humor secara individu dan
subjektif (Bullmore, 1999:176). Sebagian kelompok konsumen dapat
menerima bahwa humor dalam iklan lucu, tetapi sebagian konsumen bisa saja
menganggap sebuah humor dalam iklan tidak lucu. Oleh karena itu, pengiklan
13
perlu melakukan penelitian konsumen agar humor dalam iklan nantinya dapat
diterima oleh konsumen, serta mampu menimbulkan efek yang diharapkan
oleh pengiklan.
Menurut Paul S. Speck (dalam Yong Zhang, 1996:2)
menyatakan bahwa pengiklan harus mewaspadai hubungan antara humor
dengan pesan iklan karena ketidakcocokan antara humor dengan topik justru
dapat merusak efektivitas iklan. Tidak semua jenis produk dapat disajikan
dengan tipe pesan humor, seperti produk perbankan, asuransi, obat, medis
tidak tepat bila disajikan menggunakan pesan humor. Selain itu, tipe pesan
humor juga tidak cocok untuk mengiklankan sebuah produk yang sedang
dalam tahap perkenalan (Pierce, 1999:188).
Appeals to fear dapat menjadi alternatif tipe pesan yang dipilih
oleh pengiklan untuk mendekati konsumen. Pengiklan menyadari bahwa pada
dasarnya konsumen memiliki sebuah ketakutan, baik dalam level rasional
hingga ketakutan yang berlebihan (irasional). Penyajian appeals to fear dalam
iklan dilakukan dengan memperlihatkan merek ataupun produk sebagai solusi
dari ketakutan yang berada di benak konsumen. Iklan dengan tipe pesan
appeals to fear akan menunjukkan dampak negatif bila konsumen tidak
menggunakan
merek,
dan
beberapa
kebiasaan
konsumen
yang
membahayakan. Efektivitas tipe iklan appeals to fear dapat ditinjau dari
kesesuaian antara topik dengan level ancaman yang diperlihatkan dalam iklan.
Semakin relevan topik yang diangkat maka semakin rendah level ancaman
yang perlu diperlihatkan dalam iklan. Sebuah merek vitamin memperlihatkan
anak yang jatuh sakit karena lemahnya kekebalan tubuh, appeals to fear
dalam iklan mampu mendorong para orang tua untuk membelikan anaknya
vitamin tersebut karena tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya sakit.
Tipe pesan appeals to guilt berusaha memancing emosi negatif
dari konsumen, baik dengan cara memperlihatkan perilaku yang melanggar
aturan, tidak bertanggung jawab, ataupun mengingkari kepercayaan yang
14
dianut. Pengiklan berusaha menghadirkan rasa bersalah konsumen, dan
menawarkan merek sebagai solusi dari rasa bersalah. Selanjutnya tipe pesan
sex appeal berfungsi untuk menahan perhatian konsumen lebih lama terhadap
iklan, mempermudah konsumen untuk mengingat kembali iklan, dan
membangkitkan respon seksual dari konsumen. Reaksi positif ataupun negatif
dari pesan sex appeal bergantung pada kesesuaian antara produk dengan
konten seksual yang dihadirkan. Tipe pesan terakhir adalah subliminal
message, pesan yang dihadirkan berusaha menyentuh alam bawah sadar dari
konsumen. Usaha tersebut dapat dilakukan dalam 3 bentuk, yakni secara
visual, kecepatan pesan disampaikan, dan simbol-simbol yang berusaha
ditanamkan.
Cara penyajian komunikasi pemasaran sangat menentukan
keefektivitasannya. Seorang manajer promosi tidak hanya mempertimbangkan
isi dari pesan persuasif, tetapi juga bagaimana suatu informasi dapat tampil
secara terstruktur dan tipe pesan macam apa yang menarik untuk digunakan
(Belch & Belch, 2009:192). Strategi penyampaian pesan berusaha
mengkomunikasikan pesan dengan cara terbaik dan meminimalisir pandangan
konsumen yang bertentangan. George E. Belch dan Michael E. Belch dalam
buku Advertising and Promotion An Integrated Marketing Communication
Perspective menyatakan bahwa pembentukan struktur pesan persuasif
mempengaruhi
efektivitas
dari
pesan
tersebut,
meliputi
(1)
urutan
penyampaian pesan, (2) penarikan kesimpulan, (3) keberpihakan pesan, (4)
sanggahan, (5) pesan verbal dibandingkan visual.
Berdasarkan pada penelitian learning and memory theory, di
dalam menyampaikan pesan persuasif dianjurkan menempatkan poin
terpenting diawal atau diakhir. Argumen terkuat diletakkan diawal pesan akan
menimbulkan primacy effect, sedangkan peletakan argumen dibagian akhir
akan menimbulkan recency effect. Peletakan poin penting pesan diawal dapat
dilakukan bila khalayak target bertentangan ataupun tidak memiliki
15
ketertarikan dengan topik yang diusung pihak komunikator. Bila khalayak
target memiliki ketertarikan dengan merek, maka poin terpenting dari pesan
dapat ditampilkan diakhir. Pada konteks komunikasi pemasaran, peletakan
poin terpenting diawal dan diakhir adalah cara paling efektif.
Praktisi komunikasi pemasaran dituntut untuk menentukan
kesimpulan pesan yang harus diambil oleh konsumen, baik secara eksplisit
atau implisit. Sawyer & Howard (1991) menjelaskan bahwa efektivitas aspek
penarikan kesimpulan ditentukan oleh khalayak target, tipe topik, dan situasi.
Khalayak target dengan tingkat edukasi yang tinggi lebih senang terhadap
pesan-pesan implisit, sehingga mereka mampu menarik kesimpulan secara
mandiri. Sedangkan, bagi khalayak target dengan tingkat edukasi yang lebih
rendah tidak dapat menarik kesimpulan secara mandiri, sehingga pesan yang
kesimpulan dari pesan sebaiknya disampaikan secara eksplisit agar terhindar
dari kesalahan dalam menangkap kesimpulan pesan. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan tentang penarikan kesimpulan adalah efek yang diinginkan
oleh praktisi komunikasi pemasaran. Efek langsung cenderung membutuhkan
penarikan kesimpulan secara eksplisit.
Sebuah iklan cenderung untuk menampilkan pesan-pesan positif
yang berkaitan dengan merek. Praktik demikian merupakan contoh dari
keberpihakan pesan pada satu sisi. Keberpihakan pesan dua sisi akan
menampilkan sisi positif sekaligus sisi negatif, Martin Eisend (2006) dalam
sebuah penelitian meta analisis yang meneliti tentang keberpihakan pesan
menyatakan bahwa dampak persuasi dalam pesan tergantung pada (1) jumlah
dan tingkat kepentingan informasi negatif dalam iklan, (2) kualitas atribut, (3)
penempatan informasi negatif, (3) korelasi antara atribut positif dan negatif,
(4) latar belakang pengiklan menyantumkan informasi negatif apakah secara
sukarela atau karena kebutuhan. Keberpihakan pesan pada dua sisi dapat
dilakukan dengan menunjukkan sisi positif dan negatif, kemudian akan
terdapat momentum untuk menyanggah pandangan yang bertentangan.
16
Sanggahan ini berfungsi sebagai pertahanan dari serangan atau kritikan dari
kompetitor.
Pesan iklan dapat disajikan dengan tampilan visual dan verbal.
Tampilan visual akan membantu dalam menyampaikan informasi. Tampilan
iklan secara visual dan verbal mempengaruhi penyampaian pesan. Para
praktisi iklan menyuguhkan tampilan iklan guna mendukung informasi verbal
demi memperkuat posisi di benak konsumen. Penggunaan visual iklan yang
tidak sinkron justru membuat iklan semakin mudah diingat, dan pesan dapat
diproses secara lebih baik oleh khalayak.
Richard E Petty, John T. Cacioppo, dan David Schumann
mengidentifikasi 2 cara komunikasi yang dapat digunakan untuk membujuk
konsumen, yakni central dan peripheral routes to persuasion. Cara kerja
central dan peripheral routes to persuasion dapat di lihat pada Elaboration
Likehood Model yang dicetuskan oleh J. Paul Peter dan Jerry C. Olson.
Central route to persuasion dapat dilakukan ketika tingkat keterlibatan
konsumen dengan pesan dari merek tinggi. Konsumen akan memperhatikan
pesan secara sungguh-sungguh terkait dengan atribut produk, dan keuntungan
yang bisa didapat baik secara fungsional maupun psikologis. Peripheral route
to persuasion dilakukan ketika tingkat keterlibatan konsumen dengan pesan
dari merek rendah. Konsumen menaruh perhatian pada aspek non-produk,
seperti tampilan visual dari print ad, dan aktor dari iklan (Peter & Olson,
2010:422).
17
Bagan 1.4 elaboration likehood model
Sumber: Peter, J. Paul & Jerry C. Olson (9th edition). 2010. Consumer Behavior and
Pada central route to persuasion, penyataan argument positif
akan menghasilkan pesan persuasif yang mengarah ke product belief, brand
attitude, dan dorongan untuk melakukan pembelian. Pada saat memproses
iklan
ataupun
bentuk
komunikasi
pemasaran
lain,
tidak
menutup
kemungkinan konsumen akan terbersit pikiran negatif tentang produk, hal ini
disebut dengan counterargument. Bila counterargument terjadi, maka akan
mengurangi aspek persuasif. Peripheral route to persuasion menitikberatkan
pada tampilan visual iklan untuk mendorong terjadinya keinginan untuk
melakukan pembelian. Bagi brand yang memiliki banyak produk serupa dari
competitor, peripheral route to persuasion akan sangat membantu dalam
mengirim pesan persuasif kepada konsumen.
2. Media Periklanan Internet
Media hadir sebagai suatu sistem yang digunakan untuk mengirimkan
hiburan, informasi, dan iklan kepada khalayak. Di dalam media terdapat sistem
pembawa pesan, yakni sarana (vehicle) sebagai sebuah program siaran khusus
yang akan menyampaikan pesan. Khalayak memilih suatu media berdasarkan
kualitas informasi dan hiburan. Perencanaan media merupakan serangkaian
keputusan yang berkaitan dengan pengiriman pesan promosi kepada calon
pembeli potensial dan atau konsumen suatu produk/merek (Belch & Belch,
2009:317).
Media iklan menghabiskan anggaran iklan paling banyak. Pembelian
media iklan memakan 80-85% dari total anggaran iklan, sisanya dihabiskan
18
untuk biaya penelitian, pemubuatan pesan, produksi, evaluasi, dan keuntungan
bagi agency iklan (Kelley & Jugenheimer, 2008:3). Di dalam menentukan media
yang tepat untuk sebuah iklan, praktisi memegang prinsip untuk mengoptimalkan
iklan dengan biaya paling efisien. Perencanaan media iklan dibuat dalam rangka
memecahkan permasalahan pemasaran yang dihadapi oleh sebuah merek
Media periklanan tradisional, seperti televisi, radio, majalah, surat
kabar tidak lagi menjadi pilihan utama dalam perencanaan media iklan, tetapi
tidak juga serta merta ditinggalkan. Media periklanan tradisional terlalu banyak
mengalami clutter, terlalu terfragmentasi, dan terlalu mahal bagi sebagian
pengiklan. Hal tersebut mendorong pengiklan mencoba menemukan media iklan
baru yang mampu menjangkau konsumen sasaran mereka. Selain itu, situasi
lingkungan termasuk gaya konsumsi media konsumen juga mengalami
perubahan. Sehingga, perencanaan media dituntut fleksibel terhadap perubahan
situasi yang terjadi. Strategi perencanaan media harus mampu menyesuaikan diri
seiring perubahan konsumen dan teknologi agar mampu bertahan dalam
persaingan di dunia bisnis.
Media berkembang demikian pesat, baik dari segi jumlah maupun
bentuk, sehingga pilihan alternatif media iklan pun kian beragam. Saat ini para
pengiklan mengalami advertising boom, sebuah situasi ketika apapun yang dapat
digenggam, dibawa, dan ditayangkan dapat disebut sebagai media periklanan
selama media tersebut mampu menyampaikan pesan iklan secara jelas kepada
konsumen yang tepat (Lloyd, 1999:89). Para praktisi perencana media berusaha
menyampaikan pesan iklan melalui media yang paling mudah dan cepat dalam
menjangkau konsumen. Informasi dari iklan disimpan dalam ingatan jangka
pendek konsumen. Repetisi iklan dilakukan di saat-saat tertentu yang diprediksi
mampu menarik perhatian konsumen.
Internet saat ini menjadi media iklan yang mendominasi, iklan yang
berbasis pada mesin pencari, hingga rich media. Internet merupakan media iklan
yang populer di kalangan praktisi perencana iklan karena kecepatan dan
19
kemudahannya dalam mengirim pesan, pesan iklan yang disampaikan melalui
media internet juga lebih fleksibel dan dapat diperbaharui dengan lebih mudah
bila dibandingkan dengan media yang lain. Selain itu, media iklan internet
menawarkan interaktivitas yang berarti konsumen menjadi lebih mudah
mengutarakan kebutuhan serta keinginannya, begitu juga dengan perusahaan
mampu menjelaskan merek produknya kepada konsumen.
Iklan di internet terdiri dari beragam bentuk, seperti banner,
sponsorship, pop-ups/pop-unders, interstitials, push technologies, link, paid
searches, behavior targeting, contextual ads, dan rich media. (Belch & Belch,
2009:490). Banner adalah iklan berbentuk spanduk yang dimuat di suatu laman.
Sponsorship merupakan bentuk iklan berupa kerja sama antara perusahaan
pengiklan dengan laman. Pop-up/pop-under adalah iklan yang tiba-tiba muncul
saat membuka suatu laman, baik di awal laman terbuka atau di akhir ketika
laman akan ditutup. Interstitials adalah iklan yang muncul ketika pengguna
sedang menunggu proses mengunduh. Push technology, mengirimkan pesan
kepada pengguna yang telah disesuaikan dengan minat. Links, menampilkan
alamat laman pada suatu laman yang lain. Paid search, beriklan di laman
pencarian (Google, Yahoo!, MSN, Bing), pengiklan hanya membayar jika
pengguna melakukan klik pada iklan atau link yang tampil di laman pencarian.
Behavorial targeting adalah beriklan dengan menyesuaikan laman yang sering
dikunjungi oleh seorang pengguna. Contextual ads, pengiklan beriklan disuatu
laman yang sesuai dengan konten iklan. Rich media, iklan yang menggunakan
audio, video, dan animasi.
Aspek audio visual yang ditawarkan oleh internet, menjadikannya
tidak hanya sebatas media informasi tetapi juga sebagai media hiburan. Hal
tersebut semakin mendongkrak popularitas dari internet. Sebuah laman di
internet tidak hanya menampilkan dokumen berupa tulisan, tetapi juga mulai
menambahkan fitur-fitur yang melibatkan grafik, audio, dan visual agar semakin
atraktif. Aspek audio-visual dalam website hadir berbentuk video. Seiring dengan
20
kecepatan akses internet yang kian meningkat, maka pengguna dapat mengakses
video dalam waktu yang lebih singkat. Bahkan, pengguna tidak perlu mengunduh
video bila ingin menonton secara lengkap, aktivitas ini disebut streaming.
Berdasar pada peningkatan aktivitas pengguna internet untuk
mengonsumsi video melalui internet serta kemampuannya menampilkan
informasi dalam bentuk visual, audio, dan tekstual secara bersamaan, maka para
pengiklan melihatnya sebagai cara baru yang potensial untuk menjangkau
konsumen. Situs yang memuat video dapat dikategorikan menjadi 4, yakni (1)
laman video komersial, (2) laman berbagi video, (3) laman video perusahaan, (4)
microcasting site (Dominick dkk, 2012:147). Laman video komersial digunakan
untuk menayangkan program tv yang juga disiarkan di tv cable. Pada laman
video ini, iklan akan muncul sebelum, sesudah, atau dipertengahan episode.
Tipe kedua adalah laman berbagi video, para pengguna dapat
mengunggah, sekaligus menonton video pada laman ini. Di tahun 2005, sebuah
laman untuk berbagi video bernama Youtube hadir. Youtube menjadi laman
berbagi video yang paling populer untuk menikmati tayangan video secara online
dibandingkan laman berbagi video lain. Konten video Youtube diawal
kehadirannya didominasi dengan trik sulap, komedi singkat, cuplikan konser, dan
program tv. Tahun 2009, setiap menit terdapat 20 jam video yang diunggah, dan
dalam sebulan terdapat 30 miliar orang menjadi penonton di Youtube. Angka
tersebut menunjukkan kepopularitasan Youtube sebagai laman berbagai video,
hal tersebut menjadi pertimbangan bagi perencana media iklan untuk
menggunakan Youtube sebagai alternatif media iklan. Youtube menawarkan
beragam bentuk cara beriklan, salah satunya berbentuk tayangan video. Iklan
berbentuk video yang diunggah di Youtube diharapkan oleh para pengiklan dapat
menyebar secara viral.
Situs video ketiga adalah laman video perusahaan. Video perusahaan
digunakan untuk pemasaran dan penjualan, serta hubungan masyarakat. Video
perusahaan tidak hanya diunggah di laman perusahaan, tetapi juga diunggah di
21
laman berbagi video, seperti Youtube. Video perusahaan ini sangat membantu
aspek pemasaran dan penjualan bagi perusahaan dengan produk yang terlalu
besar atau perusahaan yang menawarkan jasa dengan cara menampilkan manfaat
yang dapat diperoleh konsumen. Situs video tipe keempat adalah microcasting
site, digunakan untuk mengirim pesan pada kelompok kecil dengan bidang
ketertarikan yang sama. Microcasting site semakin berkembang dengan
kehadiran teknologi webcam. Kepopuleran microcasting site didukung oleh
smart phone yang dapat terkoneksi dengan internet, sehingga memungkinkan
para pengguna saling berkirim video.
Iklan di media internet yang berbentuk video cukup populer di
kalangan pengiklan, video memiliki durasi kurang lebih 15 detik hingga beberapa
menit. Selain itu, pengiklan juga sengaja membuat iklan video dalam beberapa
episode atau lebih sering disebut dengan webisodes. Webisodes merupakan
aplikasi dari brand content strategy, sebuah strategi yang mengombinasikan
aspek hiburan dengan konten suatu merek. Melalui strategi ini, konsumen tidak
sadar bahwa apa yang sedang ia lihat merupakan sebuah iklan. Webisodes
biasanya digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa, memperkenalkan
musik, dan mempublikasikan suatu acara (Blakeman, 2009:263). Konsumen
dapat menikmati tayangan webisodes di situs video berbagi, seperti di situs video
berbagi, seperti Youtube.com ataupun di situs resmi milik perusahaan.
Webisodes memberikan kesempatan bagi pengiklan untuk mengemas
pesan dalam bentuk alur cerita yang dibagi dalam beberapa episode. Fokus dari
webisodes adalah upaya untuk membangun suatu alur cerita yang kuat agar pesan
dapat tersampaikan sesuai dengan keinginan pengiklan. Pada dasarnya,
webisodes menyampaikan pesan yang sama dengan cara repetisi melalui
beberapa episode. Tema setiap episode dapat berbeda-beda, tetapi memiliki inti
pesan yang sama. Webisodes dapat memicu konsumen untuk mengakses platform
lain di internet yang berkaitan dengan merek.
22
Meskipun media-media baru yang berbasis pada digital dan internet
semakin banyak dapat dimanfaatkan sebagai alternatif media beriklan, bukan
berarti media tradisional telah ditinggalkan. Saat ini, media baru berbasis internet
dikombinasikan dengan media tradisional. Demi menunjang keberhasilan iklan,
penentuan konsumen target tidak hanya sebatas pada aspek demografis, tetapi
juga mencakup aspek psikografis, gaya hidup, hingga kebiasaan konsumsi media.
Media Internet memungkinkan pengiklan meletakkan iklan sesuai dengan
karakter konsumen target yang dikehendaki. Internet digunakan sebagai media
iklan untuk menjangkau kelompok-kelompok konsumen target yang spesifik.
3. Dimensi Iklan Berformat Testimoni
Di dalam periklanan, proses komunikasi bermula ketika komunikator
memilih kata-kata, simbol, dan gambar yang dapat merepresentasikan pesan yang
akan dikirim kepada komunikan. Komunikator dapat berupa individu atau
organisasi perusahaan pemilik merek. Individu yang berperan sebagai
komunikator adalah salesperson ataupun individu yang tampil dalam iklan.
Karakter komunikator dalam iklan mampu mempengaruhi pesan persuasif dalam
iklan.
Periklanan tidak hanya digunakan untuk produk barang yang terlihat,
tetapi juga produk jasa. Periklanan produk jasa berbeda dari produk barang
terlihat, menurut J. Thomas Russel dan W. Ronald Lane terdapat beberapa
prinsip dari periklanan jasa adalah sebagai berikut:
- Menampilkan hal-hal nyata
Produk jasa merupakan produk yang tidak terlihat wujudnya, sehingga sulit
untuk menampilkan kegunaan produk. Penggunakan testimoni dalam iklan dapat
membantu menggambarkan tentang produk jasa. Pesan iklan jasa harus mampu
menampilkan keuntungan dari jasa.
23
- Menampilkan karyawan
Pelayanan di sektor jasa bergantung pada kualitas karyawan. Menampilkan
karyawan dalam iklan produk jasa selain dapat sebagai perwujudan rasa
menghargai terhadap karyawan, juga dapat menunjukkan kompetensi layanan
jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
- Menekankan pada kualitas
Iklan produk jasa harus konsisten dalam menunjukkan kualitas yang ditawarkan.
Iklan jasa rumah sakit biasanya menekankan pada aspek kepedulian terhadap
pasien, keprofesionalan tenaga medis, dan kenyamanan. Lain halnya dengan
iklan jasa transportasi seperti Go-jek yang menekankan pada efisiensi waktu.
Di dalam menciptakan kampanye iklan yang efektif, perusahaan harus
memilih orang yang tepat dalam menyampaikan pesan iklan melalui media yang
sesuai (Belch & Belch, 2009:177). Seseorang yang bertindak sebagai penyampai
pesan iklan menduduki posisi komunikator dalam proses komunikasi yang terjadi
dalam iklan. Banyak pengiklan memilih menyajikan pesan dengan cara
testimoni, seorang penyampai pesan akan memberikan pujian terhadap produk
berdasarkan pengalamannya. Penyampaian iklan testimonial ini akan efektif
ketika penyampai pesan adalah seseorang yang dapat dengan mudah dikenali
oleh konsumen atau seseorang yang memiliki cerita menarik untuk dibagi kepada
konsumen. Iklan testimoni harus disampaikan berdasarkan pada pengalaman
penggunaan produk secara jujur untuk menghindari permasalahan hukum
dikemudian hari. Kredibilitas penyampai pesan turut menjadi pertimbangan
untuk menarik kepercayaan konsumen. (Belch & Belch, 2009:293).
Berdasar Kenneth Roman & Jane Maas spokesperson dalam iklan
testimonial dapat dikategorikan menjadi 3, yakni celebrity endorsement,
endorsement by expert, dan testimonial by ordinary people. Celebrity
endorsement adalah iklan testimonial yang menggunakan artis, publik figur, atlet,
serta tokoh-tokoh dalam pemerintahan atau bisnis. Endorsement by expert, iklan
testimonial menggunakan orang-orang yang memiliki keahlian di suatu bidang,
24
seperti dokter gigi, pengacara, dan koki. Testimonial by ordinary people adalah
iklan testimonial yang menggunakan orang yang tidak dikenal tetapi merupakan
pengguna atau memiliki pengalaman dengan produk yang ditampilkan dalam
iklan.
Penentukan spokesperson dalam iklan merupakan keputusan penting.
Kredibilitas spokesperson turut menjadi pertimbangan dalam menentukan
spokesperson dalam iklan testimoni. Kredibilitas spokesperson mampu
meningkat penerimaan pesan persuasif. Kredibilitas dapat diartikan sebagai
karakter positif dari komunikator yang akan mempengaruhi penerimaan pesan
oleh khalayak. Semakin tinggi kredibitas spokesperson, maka semakin persuasif
pula spokesperson tersebut. Namun, hal tersebut tidak selamanya berlaku.
Spokesperson dengan kredibiltas yang rendah tetap mampu bersifat persuasif bila
konsumen telah terleb
Hovland dkk (dalam Ohanian, 1990:41) menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor
yang melandasi kredibilias spokesperson dalam iklan testimoni yakni expertness
dan trustworthiness.
Expertness merupakan sejauh mana seorang spokesperson mampu
menyampaikan pesan secara valid. Pesan yang disampaikan oleh seorang ahli
memuat saran-saran yang mampu memberi dampak positif terhadap perubahan
perilaku konsumen. Trustworthiness diartikan sebagai tingkat kepercayaan
konsumen ataupun khalayak iklan terhadap spokesperson dan pesan yang
dibawa. Pesan yang berisi opini dari spokesperson yang telah dipercaya akan
lebih efektif dalam mengubah perilaku konsumen daripada pesan yang sama
sekali
tidak
memuat
unsur
opini.
Kombinasi
antara
expertness
dan
trustworthiness yang dimiliki oleh spokesperson merupakan senjata paling
ampuh untuk mengubah opini konsumen. Namun, Spokesperson yang telah
memiliki predikat trustworthiness akan mampu mengalahkan spokesperson yang
memiliki predikat expert.
25
Selain
kredibilitas,
faktor
attractiveness
juga
mempengaruhi
efektivitas spokesperson. Attractiveness tidak hanya sebatas pandangan secara
fisik, attractivenss dapat diartikan secara lebih luas. Pandangan tentang
attractiveness dapat meliputi kecerdasan intelektual, karakter, hingga gaya hidup.
Ketika konsumen menemukan aspek attractiveness dari seorang spokesperson,
maka mereka akan berusaha meniru kebiasaan dan perilaku spokesperson.
Di dalam menentukan spokesperson yang tepat bagi iklan, pengiklan
setidaknya mempertimbangkan 5 karakter endorser, yakni trustworthiness,
expertise, physical attractiveness, respect, dan similarity (Shimp, 2010:251).
Trustworthiness dan expertise merupakan 2 dimensi dari kredibilitas. Sedangkan
physical attractiveness, respect, dan similarity merupakan komponen dari
attractiveness. Trustworthiness, tingkat kepercayaan konsumen ataupun khalayak
terhadap spokesperson. Expertise adalah skill, pengetahuan, dan kemampuan
yang dimiliki oleh spokesperson yang berhubungan dengan produk yang
diiklankan.
Physical
attractiveness,
aspek
menarik
secara
fisik
dari
spokesperson. Respect, kualitas dari spokesperson untuk dihormati dan dihargai.
Similarity adalah komponen kesamaan antara spokesperson dengan konsumen.
Kesamaan dapat dalam hal usia, maupun gender.
Pada saat menyaksikan iklan testimoni, titik perhatian konsumen akan
terfokus pada hubungan antara endorser / spokesperson dengan produk,
hubungan antara endorser dengan konsumen, dan hubungan antara endorser
dengan pesan (kwon dkk, 2015:3). Konsumen akan melihat kecocokan diantara
spokesperson dengan produk yang diiklankan menggunakan iklan testimoni,
seorang atlet yang dipercaya menjadi spokesperson merek olahraga akan
memberi kesan meyakinkan dimata konsumen. Kesamaan antara spokesperson
dengan konsumen mampu menimbulkan efek positif bagi merek. Oleh karena itu,
didalam memilih spokesperson dalam iklan perlu memperhatikan field of
reference dan field of experience khalayak sasaran. Field of reference adalah
pengetahuan yang dijadikan acuan untuk memberikan suatu makna, sedangkan
26
field of experience adalah pengalaman yang tersimpan dalam memori. Menurut
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan field of reference dan field of experience komunikan.
G. Kerangka Konsep
Bagan 1.5 kerangka konsep
Bagan konsep di atas berusaha menunjukkan aspek-aspek penting
dalam penelitian ini. Bagan konsep tersebut diformulasikan untuk memperjelas
fokus penelitian, sehingga proses penelitian dapat berjalan secara runtut dan
menjaga penelitian ini agar tidak melenceng dari topik utama. Bagan konsep
diawali dengan webisodes sebagai sebuah media iklan yang dicetuskan sebagai
reaksi atas sikap kebal konsumen target terhadap paparan iklan yang kian
meningkat. Webisodes merupakan bentuk nyata dari brand content strategy,
sebuah strategi yang mengombinasikan aspek hiburan dengan konten suatu
merek, sehingga konsumen tidak sadar bahwa yang apa yang sedang mereka
saksikan adalah sebuah iklan.
27
Pada dasarnya, webisodes memiliki persamaan dengan iklan televisi
yang mempunyai aspek sinematografis sebagai ruang ekspresi simbolik. Di
dalam webisodes termuat aspek-aspek visual, audio, dan tekstual yang dapat
tampil secara bersamaan selayaknya iklan televisi. Ketiga aspek tersebut yang
nanti akan menjadi alat untuk mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat
membangun sebuah pesan persuasif ajakan kemitraan Go-jek Driver.
Webisodes
Go-jek
driver
menggunakan
format
testimoni,
spokesperson dari webisodes adalah para Go-jek Driver yang menceritakan
pengalamannya sebagai seorang Go-jek Driver. Para Go-jek Driver menceritakan
pengalamannya didominasi dengan inner monolog, serta disisipi dialog. Inner
monolog diasumsikan sebagai suara dari pikiran atau Go-jek Driver yang
berperan sebagai aktor utama. Go-jek Driver digolongkan sebagai spokerperson
yang berasal dari orang biasa (ordinary people). Pemilihan Go-jek driver sebagai
spokesperson tidak dapat terlepas dari konsumen primer sasaran webisodes yakni
para tukang ojek yang belum bergabung dengan Go-jek Indonesia. Go-jek driver
sebagai spokesperson dinilai mampu memenuhi 28emant kredibilitas dalam
sebuah iklan berformat testimoni. Aspek expertness dan trustworthiness dalam
28emant kredibilitas terpenuhi sekaligus karena Go-jek driver merupakan saksi
hidup yang telah merasakan secara langsung keuntungan sebagai seorang Go-jek
Driver sehingga pesan yang disampaikan valid.
Go-jek Driver memiliki aspek expertness sebagai spokesperson karena
para Go-jek Driver dapat dinilai lebih berpengalaman dibidang usaha Go-jek
Indonesia dibanding tukang ojek yang belum bergabung dengan Go-jek
Indonesia. Sehingga, dari sudut pandang konsumen target, Go-jek Driver
merupakan orang yang memiliki pengetahuan lebih banyak seputar pekerjaan
Go-jek driver. Sedangkan, aspek trustworthiness dapat dicapai karena pesan yang
disampaikan oleh Go-jek Driver berisikan opini pribadi mereka seputar
pekerjaannya. Go-jek Driver sebagai spokesperson dalam webisodes merupakan
usaha untuk membangun karakter similarity, kesamaan antara komunikator iklan
28
dengan konsumen target. Kesamaan dapat dilihat dari sisi demografi dan
psikografis yang tercermin dalam webisodes testimoni Go-jek Driver. Aspek
demografi meliputi usia, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, dan jenjang
pendidikan. Aspek psikografis meliputi kepribadian, gaya hidup, dan status
sosial.
Pesan dalam webisodes disajikan menggunakan pendekatan cognitive
dan affective strategies. Isi pesan pendekatan cognitive strategies menceritakan
perbandingan keuntungan yang didapat oleh ojek tradisional dengan Go-jek
Driver. Sedangkan, isi pesan yang menggunakan pendekatan affective strategies
memberikan gambaran kebahagiaan, semangat, rasa persaudaraan yang diperoleh
berkat bergabung sebagai Go-jek Driver. Webisodes versi Bapak Kalori (14
detik)
yang menggunakan pendekatan cognitive strategies
menginformasikan bahwa Go-jek lebih canggih daripada jasa ojek tradisional.
Webisodes versi Ibu Marselina, Bapak Rochim, dan Bapak Kalori (1 menit 22
detik) menggunakan pendekatan affective strategies pada isi pesan. Webisodes
seri Bapak Memora menggunakan kombinasi antara cognitive dan affective
strategies.
Pesan persuasif yang disampaikan melalui webisodes testimonial Gojek Driver ini adalah membujuk konsumen sasaran webisodes agar bergabung
sebagai Go-jek driver. Pesan persuasif dikemas dengan kesaksian 5 Go-jek
Driver yang menceritakan sejumlah keuntungan yang didapat ketika bekerja
sebagai Go-jek Driver. Pesan dalam webisodes testimonial Go-jek Driver
dikemas dalam bentuk verbal dan non-verbal. Bentuk pesan verbal terdiri dari
lisan dapat diwujudkan dalam monolog Go-jek Driver, dan tertulis. Sedangkan
pesan non-verbal dapat dilihat dari aspek gerak-gerik dan 29eman wajah tokoh
Go-jek Driver dalam webisodes. Didalam menyusun pesan persuasif harus
memperhatikan struktur dari pesan. Struktur pesan persuasif dari webisodes
Gojek Driver dapat dilihat berdasarkan urutan penyampaian pesan (depan,
tengah, atau belakang), keberpihakan pesan yang disampaikan (positif,
29
30emantic, atau kombinasi aspek positif dan 30emantic), dan visual pendukung
yang dapat meperlihatkan atribut dari Go-jek Indonesia
.
H. Metodologi Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif bertujuan untuk menemukan alasan yang tersembunyi dibalik tindakan
para pelaku tindakan sosial, serta untuk mencari makna sosial dari suatu
fenomena sosial (Faisal, 2011:45). Pendekatan kualitatif berusaha untuk
menggambarkan realitas yang kompleks. Pendekatan penelitian kualitatif
berusaha menghindari pemisahan dari orang atau peristiwa yang diteliti.
Pendekatan kualitatif bersifat intepretatif, sehingga tertarik untuk menggali lebih
Desain dari pendekatan penelitian kualitatif cenderung fleksibel,
sehingga bisa berkembang seiring dengan berjalannya proses penelitian. Strategi
penyelidikan dalam pendekatan penelitian kualitatif harus mampu memberikan
hasil
temuan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
keterpercayaannya
(trustworthiness). Strategi penyelidikan harus relevan dengan metode penelitian.
Sehingga, suatu penelitian mampu menjawab permasalahan dan tujuan dari
penelitian.
2. Metode Penelitian
Penelitian tentang pesan persuasif berupa ajakan partnership dalam
webisodes Go-jek Driver di Youtube mengunakan metode penelitian analisis isi.
Krippendorff (1969:103) mendefinisikan metode penelitian analisis isi, content
analysis as the use of replicable and valid method for making specific inferences from
. Analisis isi digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengusut pesan yang terkandung dalam sebuah teks yang
dapat ditemukan pada dokumen komunikasi yang terekam secara sistematis dan
objektif. Analisis isi tepat digunakan sebagai metode penelitian ini karena
30
analisis isi tidak hanya digunakan untuk menganilisis pesan secara manifes saja,
tetapi juga berusaha untuk mengidentifikasi pesan yang disampaikan secara
laten.
Tujuan utama dari metode analisis isi adalah menggambarkan
karakteristik pesan yang ditanamkan melalui teks. Analisis isi menganalisis
sebuah teks yang telah ada tanpa melibatkan pelaku yang menciptakan teks
tersebut. Metode penelitian analisis isi sering digunakan untuk mengungkapkan
tujuan, motif, dan karakteristik dari komunikator yang direfleksikan dalam pesan,
serta mengidentifikan efek dari konten terhadap perhatian, sikap, dan aksi dari
khalayak (Berelson, 1952:18). Prosedur yang dijalankan pada penelitian analisis
isi adalah memilih teks yang hendak diteliti, menentukan unit analisis,
membangun kategori pesan, mengarahkan peneliti pada unit kode, dan
menganalisis data (Frey et al, 1991:213).
Di dalam analisis isi kualitatif, penelitian ditekankan pada bagaimana
simbol-simbol dalam dokumen komunikasi terbaca dalam interaksi sosial, dan
bagaimana simbol-simbol tersebut dibaca dan dianalisis oleh peneliti.
Berdasarkan pengklasifikasian analisis isi yang dilakukan oleh Janis (1965),
maka penelitian ini condong pada klasifikasi analisis isi 31emantic. Analisis isi
31emantic dilakukan dengan mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. Di
dalam analisis isi 31emantic terdapat 3 jenis, yakni
a. Analisis penunjukan, menggambarkan seberapa sering suatu objek ditunjuk
b.Analisis
penyifatan
(Attributions),
menggambarkan
seberapa
sering
karakterisasi dirujuk, seperti kemalasan, kenakalan, kebahagiaan, ketidakjujuran,
dan kesetiakawanan.
c. Analisis pernyataan (Assertions), menggambarkan seberapa sering objek
tertentuk dikarakteristikkan secara tematik atau khusus.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang tepat akan membantu penulis dalam
memecahkan permasalah penelitian, dan memudahkan untuk mencapai tujuan
31
dari penetian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tentang pesan persuasif
dalam webisodes iklan testimoni Go-Jek Driver di Youtube meliputi 2 cara
yakni:
a. Pengamatan Objek
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengamati 6 webisodes yang berlebel Go-jek Driver, masingmasing webisodes berjudul sesuai dengan
nama driver yang menjadi
spokesperson dalam iklan. Peneliti mencari sampel webisodes dari situs
berbagi video, Youtube.com pada akun resmi Go-jek Indonesia. Peneliti
akan mengunduh keenam webisodes, sehingga pengamatan akan dilakukan
secara intensif tanpa bergantung pada koneksi internet. Secara ekonomi,
pengamatan ini tidak memerlukan anggaran biaya yang banyak.
b. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan studi pustaka dilakukan dengan cara mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang relevan dengan topik
penelitian. Sumber tertulis dapat berupa buku, jurnal, laporan penelitian
terdahulu, serta artikel-artikel dalam situs internet yang layak digunakan
sebagai acuan. Studi pustaka berfungsi untuk mengontruksikan teori yang
akan digunakan untuk mengurai lebih jauh tentang kerangka pemikiran
dalam proses analisis data.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan dijalankan dengan menggunakan metodologi
analisis isi kualitatif, sehingga dalam rangka memberikan hasil yang relevan
penelitian ini akan mengikuti prosedur penelitian analisis isi kualitatif, sebagai
berikut:
(1) Memilih dokumen komunikasi. Pada penelitian ini dokumentasi komunikasi
berupa 6 webisodes testimonial Go-jek Driver.
(2) Menentukan unit analisis. Metode analisis isi kualitatif dilaksanakan dengan
mengkoding pesan yang melekat pada teks berdasarkan sejumlah kategori. Oleh
32
karena itu, peneliti akan menentukan sejumlah unit untuk mengidentifikan tandatanda yang mengarah pada pesan persuasif dalam webisodes testimonial Go-jek
Driver
(3) Membangun kategori konten. Pengkategorian unit dapat berdasarkan
substansi (konten dari pesan), dan bentuk (cara penyampaian pesan)
(4) memastikan bahwa setiap unit memiliki kategori yang tepat
(5) Menjalankan analisis data. Tipe kategori akan menginformasikan pada
peneliti tentang apa yang dikomunikasikan dan mengetahui jumlah unit pada tiap
kategori menginformasikan tentang seberapa sering tipe pesan dikomunikasikan.
Webisodes merupakan iklan dengan format video berseri yang dapat
diakses melalui platform internet, terutama di situs video berbagi. Webisodes
memiliki persamaan dengan iklan televisi, sehingga webisodes juga memiliki
aspek sinematografis sebagai ruang ekspresi simbolik. Tony Schirato dan Susan
Yell dalam Penggunaan Bahasa Klaim dalam Iklan Televisi (Adityo, 2011)
menyebutkan bahwa aspek sinematografis yang sebagai ruang ekspresi simbolik,
antara lain (1) visual image, yang terdiri dari gambar diam dan bergerak, dan aksi
dari model iklan, dan (2) audio atau sumber suara yang berupa dialog,
backsound¸dan jingle, selain itu terdapat aspek penting lain berupa (3) teks
tertulis, yaitu slogan dan tagline.
Ketiga aspek sinematografis di dalam webisodes menjadi dasar dalam
menentukan unit analisis penelitian ini. Unit analisis penelitian ini adalah sebagai
berikut,
(1) Visual image, segala yang tertuang dalam frame yang komposional dalam
satu shot. Visual image berupa perpaduan elemen desain yang berbeda, dan
merupakan gambar bergerak. Gerakan akan menghasilkan suatu makna. Visual
image yang dapat ditemukan di webisodes Go-jek Driver terdiri dari, (1) talent
adalah pemeran yang terlibat dalam iklan, baik spokesperson maupun pemeran
pendukung disamping spokesperson. Di dalam aspek talent, peneliti akan
memperhatikan ekspresi wajah, dan gerakan yang dilakukan oleh talent. Ekspresi
33
wajah akan turut mempengaruhi pesan yang berusaha disampaikan dalam setiap
webisodes. (2) setting memiliki elemen makna pada iklan, mampu memberikan
penekanan makna tertentu pada iklan. (3) Jalan cerita menciptakan pesan yang
dapat dinikmati oleh konsumen sehingga menimbulkan impresi yang positif. (4)
Properti, obyek sekunder yang digunakan sebagai pendukung dalam iklan.
Properti di dalam iklan selain memiliki peran fungsional, juga menyatakan
makna-makna simbolis lain. (5) penempatan produk, produk dapat diperlihatkan
di bagian awal, tengah, ataupun akhir. Penempatan produk di awal, tengah, atau
akhir memberikan makna tersendiri.
(2) Audio atau sumber suara. Sumber suara dalam webisodes dapat dikategorikan
menjadi 2, yakni speech dan backsound. Speech menjadi alat utama penyampai
pesan iklan, karena di dalam percakapan dapat ditemukan informasi seputar
produk. Percakapan dalam webisodes didominasi oleh inner monologue yang
diasumsikan sebagai pikiran ataupun perasaan dari Go-jek Driver yang terlihat di
layar, dan disisipi oleh dialog antara Go-jek Driver sebagai pemeran utama
dengan pemeran pendukung. Backsound merupakan latar suara dalam webisodes
yang digunakan untuk menghadirkan suasana tertentu.
(3) Teks tertulis berupa tulisan statis yang muncul dan digunakan dalam iklan.
Teks tertulis dalam webisodes berupa tagline yang diletakkan di akhir webisodes,
serta subtitle berbahasa Indonesia.
Unit analisis visual image akan melihat setiap adegan dalam seri
webisodes. Berdasarkan adegan tersebut, peneliti akan mencari tahu jalan cerita
yang berusaha disajikan dalam seri webisodes, ketika jalan cerita telah diketahui
maka akan sangat membantu dalam menentukan strategi pesan cognitive atau
affective yang digunakan dalam webisodes. Unit analisis sumber suara pada
kategori speech yang berupa inner monologue dapat menjadi alat untuk
menentukan strategi pesan yang digunakan dalam setiap webisodes.
34
Berikut adalah tabel yang merangkum unit analisis berserta kategori,
operasionalisasi, dan presentasi dalam iklan. Tabel ini akan mempermudah
peneliti dalam membedah setiap seri webisodes.
No
1
Unit Analisis
Visual image
Kategori
Adegan
Operasionalisasi
- Talent
Presentasi dalam Iklan
Aktor
yang
terlibat
dalam
webisodes
- Setting
Lokasi pengambilan gambar
Plot dan cerita yang disampaikan
- Jalan cerita
dalam webisodes
Kemunculan
- Properti
yang
obyek
sekunder
pendukung
dalam
webisodes
Kemunculan atribut Go-jek
- Produk jasa
2
Sumber suara
speech
- Inner Monologue
Urutan penyampaian pesan
Keberpihakan pesan
Tipe pesan
Backsound
- Musik
Suasana tentang produk yang
diiklankan melalui musik
3
Tekstual
Tulisan
- Tagline
Penempatan tagline
- Subtitle
Kemunculan
subtitle
dalam
Bahasa Indonesia
Bagan 1.6 unit analisis
35
Download