adopsi dalam perspektif etika kristen

advertisement
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
KEBENARAN: APAKAH ITU?
SUATU PENDEKATAN FENOMENOLOGIS PRAKTIS
Pdt. Decky K. Lolowang, M.Th.
Abstrak
Kebenaran sesungguhnya suatu pertanyaan dan pergumulan
setiap orang yang mau hidup secara sungguh-sungguh. Sering kali
kebenaran menjadi alasan orang untuk membenarkan dirinya: kalau
saya menganggap diri saya benar, maka saya berjuang mati-matian.
Dan kenyataannya sampai mati pun tidak ada kebenaran, karena
sesungguhnya dia tidak melakukan kebenaran, melainkan dia hanya
menganggap dirinya benar. Apakah kebenaran itu suatu anggapan
pribadi, suatu perkataan, atau perbuatan. Saya cenderung meminjam
ungkapan Sara Little (1983, p. 76) “doing the truth”. Bukan semua
perbuatan itu benar, tetap perbuatan kebenaran itu yang benar. Di
mana kebenaran tidak hanya dalam perkataan, melainkan perbuatan
kebenaran.
Dalam kenyataan hidup sehari-hari, seringkali benar atau salah
bertumbuh sama sehingga sulit dibedakan mana yang benar dan
mana yang salah. Benar dan salah telah berada dalam suatu tingkat
permasalahan yang sulit yaitu: permasalahan “is dan is not,” serupa
tapi tak sama. Sebab dalam kenyataannya orang benar dan orang
salah juga bertumbuh subur bagaikan gandum dan lalang yang
kelihatannya sama-sama hijau bahkan mungkin lalang bertumbuh
lebih besar dan tinggi dari gandum.
Bahkan orang yang berbuat kesalahanpun dapat mengatakan
bahwa ia benar dan karena itu ia akan berjuang sampai akhir
hidupnya untuk membuktikan bahwa ia benar, dan karena itu ia tidak
mau mendengar keputusan, langkah yang lain, termasuk keputusan
lembaga atau atasannya.
Apakah kebenaran akan lenyap dan tidak dapat dibuktikan
atau Apakah kebenaran tidak dapat dibuktikan dalam kehidupan
sehari-hari atau apakah kebenaran tidak dapat memberi buah-buah
kehidupan? Saya mencoba menelusuri ruang ini dengan memakai
pendekatan fenomenologis teologis praktis, bukan filsafati atau
agami semata-mata.
24
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Persoalan
Semua orang dapat mengatakan bahwa dirinya benar, apalagi
kalau yang benar dan yang salah itu dapat hidup bersama. Dalam
kehidupan sehari-hari dapat kita lihat bahwa: Kebenaran yang tidak
teratur telah dikalahkan oleh ketidakbenaran yang teratur. Ini suatu
rekayasa kebenaran. Kebenaran telah dipengaruhi oleh kekuatan dan
kepentingan tersendiri yang dapat mencelakai orang benar yang
berbuat benar. Dapatkah yang benar itu benar dan dapat terwujud
dengan benar? Itulah persoalan penting yang perlu digumuli secara
bersama.
Dasar
Kebenaran dalam pelaksanannya dapat saja menimbulkan krisis
dan orang percaya sering menghindari krisis, karena sering krisis
dianggap sebagai suatu kegagalan dari pemimpin yang sedang
memimpin, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Bosch, David J
(1997, h. 20), “adalah lumrah bagi orang Kristen untuk hidup dalam
suatuasi krisis. Tidak boleh tidak.” Itu berarti gereja dan orang
percaya, orang Kristen harus terus menerus berdiri tegak dalam
komitmen pelayanannya mengimplemenatasikan kebenaran Allah.
Krisis justru dapat membantu gereja tetap gereja. Lebih lanjut dalam
kutipan tadi dikatakan, Secara sempit, orang harus mengatakan
bahwa Gereja selalu berada di dalam keadaan krisis dan bahwa
kekurangannya yang paling besar ialah bahwa hanya kadang-kadang
saja Gereja menyadari hal tersebut. Lebih lanjut dikatakan, Gereja
selalu membutuhkan kegagalan dan penderitaan yang jelas agar ia
menjadi benar-benar hidup untuk sifat dan misinya yang sebenarnya.
“Bahwa mengalami krisis berarti juga mengalami kemungkinan untuk
menjadi gereja yang sejati. Pewujudan kebenaran walaupun
mengalami krisis namun itu membentuk gereja menjadi gereja yang
sejati. Untuk itu menjadi pemimpin harus berdiri dalam realitas
kebenaran walaupun berat yang harus dialaminya, bahkan mungkin
seringkali harus mengalami kegagalan.
Pertanyaan tentang kebenaran sudah ada sejak zaman
manusia ini diciptakan, demikian juga sejak realitas hidup yang
dialami dan dirasakan oleh orang-orang beriman sejak zaman dahulu
hingga sekarang. Abraham menunjukkan kebenaran dengan percaya
sungguh-sungguh kepada Allah sehingga baginya kebenaran adalah
suatu realitas hidup yang sesunsungguhnya bersama Allah. “Having
25
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
God having all. Having all without God, nothing.” Bagi orang
percaya memiliki Allah merupakan hal yang pertama dan terutama.
Kebenaran sesungguhnya hanya ada bila ada dalam ruang
kebersamaan dengan Allah.
Kesaksian pemazmur dalam menggumuli kehidupan orang
benar dan fasik, menegaskan “Dahulu aku muda, sekarang telah
menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan ,
atau anak cucunya meminta-minta roti” ( Mazmur 37:25). Hal ini
menunjukkan dalam kehidupan konkrit akan kita dapati bahwa orang
benar sepanjang waktu tidak pernah ditinggalkan Tuhan. Bahkan
keturunannya mendapat jaminan kehidupan. Orang benar menurut
pemazmur adalah orang-orang yang rendah hati akan mewarisi
negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah
(Mazmur 37:11).
Pilatus pun bertanya kepada Yesus: Apakah kebenaran itu?
(Yohanes 18:38a) Dan pertanyaan ini mengakhiri perikop alkitab,
dan berakhir seakan tanpa jawaban. Bila kita menelusuri pembacaan
itu, maka akan kita dapati bahwa kebenaran bukan suatu pertanyaan,
juga bukan suatu debat jalanan tetapi suatu jawaban yang telah
diberlakukan oleh Yesus. Harvie Conn dosen pembimbing S3 pada
Westminster Theological Seminary mengatakan ungkapan yang
menarik “If Jesus is the answer what are the questions”. Ia ingin
mengatakan bahwa dalam Yesus kebenaran bukanlah suatu
pertanyaan. Kebenaran juga bukan perdebatan filsafati seperti yang
dituntut oleh Pilatus, atau seperti yang diharapkan para ahli taurat
dari Yesus, melainkan suatu perjalanan kehidupan yang telah
diberlakukan Yesus dan akan terus menerus diberlakukan oleh setiap
orang percaya kepada Yesus.
Kebenaran sesungguhnya memiliki jawaban yang ada dalam
waktu. Menurut hemat saya “ waktunya tidak pernah cepat, juga
tidak pernah lambat, dan tidak pernah tidak ada, ia ada: waktunya
adalah waktu Tuhan. Indah pada waktuNya. “Yesus adalah Jalan dan
Kebenaran, dan Hidup (Yohanes 14:6) ” dan Yesus sendiri yang
menentukan waktu, Dia adalah Alfa dan Omega (Wahyu 1:8), atau
Yang Awal dan Yang Akhir. Kebenaran sesungguhnya tidak ada
pada kebenaran, melainkan ada pada Yesus. Melakukan yang benar
itu tidak salah, tetapi tanpa Yesus Kristus itu belum benar. Orang
yang hidup dalam Yesus Kristus itulah yang benar dan mampu
memberlakukan kebenaran. John Haris (1982, p.22) mengatakan,
26
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
“He is the Truth. Seek Him in the kingdom of anxiety. You will
come to a great city that has expected your return for years.” Ia
menegaskan bahwa Yesuslah kebenaran dan carilah Dia dalam
kerajaan kegelisahan sekalipun. Ia memberikan jawaban dan
memampukan kita mengatasi perjalanan panjang kehidupan di dunia
ini dalam segala permasalah dan perkara yang kita tanggung. “Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku (Filipi 4:13).
Dalam hal hidup bersama Yesus kita melihat bahwa yang
salah harus ditegor, dinasehati, bila perlu diberi ganjaran. Tetapi harihari mengejar kesalahan akan jauh lebih salah dari kesalahan itu
sendiri. Yang benar itu harus diperjuangkan dan bila perlu
dipertahankan, itu tidfak salah. Tetapi mempertahan kan kebenaran
bagi kepentingan sendiri itu sama salahnya dengan kesalahan.
Mempertahankan kebenaran harus lewat pengorbanan, yaitu mau
berkorban bagi oranglain. Yang benar ialah, Orang benar
mempertahankan kebenaran lewat pengorbanan kepada orang lain.
Orang yang mau menang harus memberi kemenagan kepada orang
lain, maka ia akan mendapat kemengan yang jauh lebih besar dari
pada yang diharapkan.
Yesus telah menang lewat memberi kemenangan kepada orang
lain, berkorban bagi manusia karena itu ia disebut Pahlawan benar,
Pahlawan besar. Pahlawan di dunia ini berjuang dengan semangat
yang luar biasa dan kerena itu patut dihargai. Para pahlawan telah
berjuang dengan tema alternative yaitu, merdeka atau mati. Itu
perjuangan yang luar biasa. Tetapi kenyataannya, ketika merdeka
mereka tidak berpikir lagi untuk “mati”. Dan ketika mati, tidak
pernah merdeka lagi. Tetapi Yesus berjuang dengan hanya satu tema
yaitu, mati untuk kemerdekaan orang banyak. Yesus Pahlawan besar,
Ia telah mati, tetapi ketika mati bukan mati untuk mati apalagi
mematikan orang lain, melainkan ketika mati Ia mati untuk hidup
dan menghidupkan orang lain, manusia yang berdosa.
Hidup Bersama Yesus
Kebenaran sesungguhnya konkrit dalam hidup lewat
kenyataan yang dialami sehari-hari. Apakah kita sugguh-sungguh
hidup dalam kebenaran. Orang percaya tentunya menggumuli
hidupnya dengan menghubungkan hidupnya dengan kebenaran.
Atau dengan kata lain, apakah ia sudah hidup sesuai dengan
27
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
kebenaran yang dianutnya. Sesungguhnya kebenaran tidak ada pada
percaya kepada dogma tertentu, atau ajaran tertntu. Parker
Palmer(1983, 48-49) mengatakan, “Jesus calls us to truth, but not in
the form of creeds or theologies or world-views,” Dengan demikian
kebenaran yang dimaksudkan bukan pada kebenaran dalam ruang
ajaran, atau ruang teologi, melainkan sesungguhnya diriNya sendiri.
Karena itu Ia mengatakan, “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup”
(Yohanes:14:6). Dengan demikian kebenaran bukanlah sesuatu yang
bersifat teoritis ilmiah, walaupun demikian kebenaran dapat
dibuktikan dalam iman kepada Yesus Kristus dalam kehidupan
sehari-hari, setia dan taat kepadaNya. Paulus menegaskan hal itu,
“sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh
penghukuman , demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua
orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh
ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa,
demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang
benar” (Roma 5:18, 19). Bagi rasul Paulus, kebenaran hanya ada
karena Yesus Kristus dan kita benar bukan karena kita, melainkan
kita benar hanya karena kita dibenarkan oleh Yesus Kristus.
Kebenaran sebagaimana yang ada pada Yesus ialah bukan
hal benar salah, apalagi abstrak, melainkan konkrit. Yang salah harus
dinasehati, diperhatikan, tetapi hari-hari mengejar kesalahan akan
jauh lebih salah dari kesalahan. Yang benar harus dipertahankan,
tetapi mempertahankan kebenaran bagi kepentingan sendiri
samasalahnya dengan kesalahan. Kebenaran sesungguhnya ada dalam
kehidupan Yesus, yaitu Dia yang benar tidak mempertahankan
kebenaran bagi diriNya sendiri, melainkan Dia yang benar berkorban
bagi orang yang bersalah untuk keselamatan mereka. Tidak salah
kalau kita mengatakan bahwa, di luar Yesus tidak ada keselamatan,
sekali lagi tidak salah tetapi itu berarti juga bahwa di luar maupun di
dalam Yesus itu tergantung oleh Yesus sendiri bukan menurut dan
tergantung kita. Keselamatan sesungguhnya ada padaNya dan
AnugerahNya dan menyambutnya dalam iman. Kita seringkali
menempatkan diri kita sebagai Yesus dan ingin mengatakan bahwa di
luar Yesus tidak ada keselamatan, karena kita telah menempatkan diri
kita sebagi Yesus. Kita bukan Yesus, dan jangan mengatur Yesus
menurut kemauan kita, keselamatan sesungguhnya ada padaNya
bukan kita.
28
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Keselamatan sesunguhnya ada pada adanya kebenaran yaitu
Yesus yang telah mengorbankan diriNya bagi kita dan pengorbanan
itu harus disambut dengan kemauan hidup bersama Dia dan bersedia
berkorban bagi kepentingan orang lain. Bila kita mengetahui
kebenaran dan hidup dalamNya, maka kita akan dibebaskan “Jikalau
kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan
kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu.”(Yohanes 8:32). Hidup dalam kebenaran
adalah hidup yang diawali dengan hidup tetap setia dalam firman
Tuhan dan kesetiaan itu membawa kita kepada kebenaran yang
sekaligus menempatkan kita dalam identitas baru yaitu murid Tuhan
dengan demikian kebenaran yang kita miliki akan memerdekakan kita
dari kuasa apapun di dunia ini. “Sebab Kristus adalah kegenapan
hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang
percaya” (Roma 10:4). Kebenaran mengalir dalam hidup manusia
lewat percaya, iman kepada Yesus Kristus. Williamson Clark (1977
p. 17) mengatakan, “Faith is the decision by which the complete
person finds a focus in God. God is the axis of the faithful person’s
life. Faith is the act in which one finds a personal core in God.”
Melakukan kebenaran belum tentu hidup bersama Yesus.
Tapi hidup bersama Yesus pasti melakukan kebenaran. Untuk itu
setiap orang yang mau melakukan kebenaran ia harus menempatkan
hidupnya sungguh-sungguh sebagai orang percaya yang sungguhsungguh percaya kepada Yesus Kristus. “Having Christ having all,
having all without Christ nothing.” Saudara dapat saja memiliki
semua, tetapi tanpa Kristus sia-sia, tetapi kalau saudara memiliki
Kristus saudara pasti memiliki semua.
Harris, J.C. (1977, p.22) mengatakan, “He is the Truth. Seek
Him in the Kingdom of anxiety. You will come to a great city that
has expected your return for years. Harris dalam
melihat
pergumulan-pergumulan jemaat menganjurkan kepada kita untuk
mencari Yesus yang adalah kebenaran itu sendiri. Apalagi kalau kita
dalam persoalan-persoalan kegelisahan yang penuh dengan tantangan
yang hebat yang kita hadapi sehari-hari. Yesuslah Kebenaran dalam
Dia ada kebenaran, ada keselamtan dan kehidupan yang kekal.
29
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Hidup dalam Persekutuan orang percaya
Persekutuan Orang percaya adalah persekutuan kebenaran
yng telah dibentuk oleh Yesus sendiri. Persekutuan dengan Yesus
harus tergambar lewat persekutuan dengan sesama orang percaya.
Parker (p. 49), mengatakan, “His call to truth is a call to community
– with him, with each other, with creation and its Creator” Dalam
ungkapan lainnya persekutuan ini disebut sebagai persekutuan orangorang pilihan Allah. Paulus (Roma 8:33) mengatakan, “Siapakah yang
akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang
membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?
Dalam hal ini orang percaya adalah orang benar bukan karena ia
adalah benar, melainkan karena dibenarkan oleh Allah sendiri dan
untuk itu dipanggil untuk memberlakukan kebenaran dalam
hidupnya. Kebenaran yang diberlakukan ialah kebenaran Allah.
“Sebab oeh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka
sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah” (Roma
10:3). Hal yang penting ialah kebenaran Allah, karena sesungguhnya
kebenaran itu hanya ada pada Allah. Manusia walaupun benar
sesungguhnya salah karena itu jangan “sok-sok benar”, apalagi kalau
mau mempersalahkan orang lain.Dengan demikian persekutuan
orang percaya adalah persekutuan orang-orang yang hidup dengan
memberlakukan kebenaran Allah bukan kebenaran manusia. Manusia
sesunguhnya benar karena Allah yang membenarkan dia, karena itu
bergantung sungguh-sungguh kepada Allah.
Persekutuan yang memberlakukan kebenaran dalam
perbuatan-perbuatan nyata setiap hari sebagai bagian pembelajaran
dalam ruang manapun. Kebenaran adalah suatu praktek hidup di
mana semakin memberlakukan kebenaran semakin menyentuh apa
yang sebenarnya harus diberlakukan . Sara Little (1983, p.76)
mengatakan, It is appropriate to say that we learn or are educated by
“doing the truth,” but it is more questionable to say we shall teach
by “doing”. Yang paling penting ialah perbuatan-perbuatan
kebenaran, bukan hanya perbuatan, melainkan perbuatan kebenaran
yang membantu persekutuan itu sendiri untuk dididik, dan saling
mendidik satu dengan yang lain. Kebenaran harus tergambar dalam
inti relasi yaitu manusia dan Allah, manusia dan sesama dalam
bentuk yang diungkapkan oleh Thomas Groome (thn, p. 41),” That
it is not “love of God and love of neighbor,” but love of God by
30
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
love of neighbor, with no limits to “neighbor”. Mengasihi Allah
dalam mengasihi sesame manusia.
Mengasihi sesame manusia belum tentu mengasihi Allah. Tetapi
mengasihi Allah berarti mengasihi sesama manusia. Sekali lagi,
mengasihi sesama manusia belum tentu mengasihi Allah. Tetapi
mengasihi Allah pasti mengasihi manusia, lebih tegas, mengasihi
Allah tidak pernah tanpa mengasihi sesama manusia. Inilah landasan
pokok kebenaran yang memberi kehidupan dan mengatur
persekutuan orang percaya. Dengan perkataan lain, kebenaran ada
bila kasih ada. Dan kebenaran yang mengalir dari kasih adalah
kebenaran yang mau mengorbankan hidup bagi manusia
sebagaimana Yesus Kristus telah mengerjakan dan merupakan suatu
tawaran atau ajakan untuk memberlakukan kebenaran yaitu
mengasihi sesama kita.
Paulus mengatakan karena bagiku hidup adalah Kristus, mati
adalah keuntungan. Inilah ungkapan yang luar biasa, Ketika kita
hidup bersama Kristus, maka dunia maut tidak berkuasa lagi bagi
kita Hidup dengan Kristus berarti orang yang telah menerima
kehidupan yang kekal. Orang benar, kelaupun mati, ia tidak mati
untuk mati apalgi untuk mematikan orng lain, melainkan mati untuk
hidup dan menghidupkan. Kebenaran dalam konteks hidup yaitu
kebenaran yang sungguh-sungguh dalam kebersamaan dengan Yesus
Kristus. Dengan perkataan lain, menjadikan Kristus model
kehidupan, atau teladan kehidupan.
Bagi Paulus, hidup ini yang penting ialah memberi buah. Dalam
kehidupan bersama Yesus, yaitu kehidupan orang percaya yang setia
dan taat kepada Yesus Kristus, ia harus memberi buah. Kata Paulus,
“Tetapi jika aku harus hidup didunia ini itu berarti bagiku bekerja
member buah”(Filipi 1: 22). Artinya, orang yang hidup dalam
kebenaran harus memberi kenyataan ini betul-betul berguna dan
memberi arti yang sesungguhnya, berfungsi bagi sesame manusia.
Pembawa sukacita dan shalom Allah dalam iman yang sesungguhnya.
KESIMPULAN
Kebenaran sesungguhnya ada dalam kehidupan sehari-hari dan
harus dipraktekkan dalam kehidupan. Kebenaran hasilnya tidap
pernah cepat, tetapi juga tidak pernah terlambat dan tidak pernah
tidak ada. Kebenaran ada, ada dalam kehidupan bersama Yesus
31
Educatio Christi Nomor : 24 Tahun XXI Februari 2016
Kristus. Kebenaran di luar Yesus juga ada tetapi itu kebenaran
semu, bukan kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran
sesungguhnya ada pada Yesus. Siapa yang hidup dalam Yesus, dialah
anak kebenaran. Tetapi kita tidak boleh membatasi maksud hidup
dalam Yesus. Hidup dalam Yesus itu hanya Yesus yang tahu, bukan
kita.
Kebenaran adalah kasih yang tergambar lewat penderitan dan
pengorbanan yang sesungguhnya yang telah dikerjakan oleh
YesusKristus lewat hidup dan pelayananNya di dunia ini. Dan setiap
orang percaya melakukan hal itu bagi kepentingan orang lain
terutama, termasuk musuh kita sekalipun. Kebenaran tergambar
dalam kehidupan shalom yang memberi buah-buah kehidupan yaitu
cinta kasih, kelemahlembutan, kesabaran, kedamaian dan
keselamatan abadi.
Orang percaya diharapkan untuk menjadi alat kesaksian tentang
kebenaran yang sejati, kebenaran Kristus bagi keselamatan manusia
di dunia ini. Berbuat kebenaran berarti bersedia menderita untuk
orang lain. Penderitaan dapat tanpa kebenaran tetapi kebenaran tidak
pernah tanpa penderitaan. Orang benar bersedia untuk menderita
kepada sesamanya.
KEPUSTAKAAN
Bosch David J., Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang
Mengubah dan Berubah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Groome, Thomas, H., Christian Religious Education: Sharing our Story
and Vision. Harper & Row, 1980.
Harris, J.C. Stress., Power, and Ministry. The Alban Institute Inc.
1977.
Little, Sara., To Set One’s Heart: Belief and Teaching in the Church. John
Knox Press, 1983
Palmer, P., To Know as We are Known: A Spirituality of Education. San
Francisco Harper & Row, 1983.
Williamson Clark., God is Never Absent. St. Louis Missouri: The
Bethany Press, 1977.
32
Download