identifikasi spesies begomovirus penyebab penyakit daun kuning

advertisement
IDENTIFIKASI SPESIES BEGOMOVIRUS PENYEBAB
PENYAKIT DAUN KUNING PADA TANAMAN MENTIMUN
MELALUI ANALISIS SEKUEN NUKLEOTIDA
ENDANG DARSINI
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Identifikasi Spesies
Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Kuning pada Tanaman Mentimun Melalui
Analisis Sekuen Nukleotida” adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya pada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Endang Darsini
NIM A34110061
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
ABSTRAK
ENDANG DARSINI. Identifikasi Spesies Begomovirus Penyebab Penyakit Daun
Kuning pada Tanaman Mentimun melalui Analisis Sekuen Nukleotida. Dibimbing
oleh GEDE SUASTIKA.
Penyakit daun mosaik kuning pada mentimun telah diketahui berasosiasi dengan
infeksi Tomato leaf curl NewDelhi virus (ToLCNDV) atau Squash leaf curl China
virus (SLCCNV). Tahun lalu, penyakit kuning dengan pertulangan daun yang
khas tanpa malformasi pada mentimun (Cucumis sativus) di Bali ditemukan
diinduksi oleh SLCCNV. Tahun ini, budidaya mentimun di Jawa Barat
dipengaruhi oleh kejadian penyakit yang mirip dengan di Bali. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan bahwa penyakit pada tanaman mentimun yang
muncul di Jawa Barat juga disebabkan oleh SLCCNV. Ekstraksi total asam
nukleat dari daun mentimun yang dikumpulkan dari tiga desa di Bogor
(Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang) dibuat secara terpisah menggunakan PCR
dan diamplifikasi menggunakan sepasang primer (SPG1: 5'-CCCCKGTGCGWR
AATCCAT-3' dan SPG2: 5'ATCCVAAYWTYCAGGGAG CTAA-3') yang
dirancang agar sesuai dengan urutan DNA-A dari Begomovirus. PCR dari ketiga
sampel berhasil mengamplifikasi fragmen DNA sesuai dengan ukuran yang
diharapkan yaitu 912 pb, hal ini menunjukkan Begomovirus berasosiasi dengan
penyakit tersebut. Sekuen DNA dari produk PCR menunjukkan lebih dari 95%
kesamaan identitas dengan isolat ToLCNDV yang tersedia di GenBank dan satu
kelompok dengan mereka dalam analisis filogenetika. Temuan ini mengonfirmasi
bahwa SLCCNV (dari Bali) belum menyebar ke Jawa Barat.
Kata kunci: Penyakit kuning, Polimerase chain reaction, Tomato leaf curl
NewDelhi virus
6
ABSTRACT
ENDANG DARSINI. Identification of Begomovirus Species Causing Yellowing
Disease on Cucumber Plant by Nucleotide Sequence Analysis. Supervised by
GEDE SUASTIKA.
Yellow vein mosaic disease on Cucurbitaceae is known to be associated with
infection of Tomato leaf curl NewDelhi virus (ToLCNDV) or Squash leaf curl
China virus (SLCCNV). Last year, a yellowing disease with typical vein banding
without any leaf malformation on cucumber (Cucumis sativus) in Bali was found
to be induced by SLCCNV. This year, cucumber cultivation in West Java was
affected by severe incidence of a disease resemble with that occurred in Bali. This
research aimed to elucidate if the disease on cucumber plants emerged in West
Java is also caused by SLCCNV. Total nucleic acid extractions of cucumber
leaves collected from three villages in Bogor (Cikarawang, Petir, and
Sindangbarang) were made separately and used for PCR amplifications using a
pair of primers (SPG1: 5'-CCCCKGTGCGWRAATCCAT-3' and SPG2: 5'ATCCVAAYWTYCAGGGAGCTAA-3') designed to match the sequences of the
DNA-A of Begomovirus. PCR from all three samples yielded amplified DNA
fragments of the expected sizes of 912 bp, indicated the association of the virus
with the disease. The DNA sequence of the PCR products shared more than 95%
sequence identity with ToLCNDV isolates available in the GenBank and clustered
with them in the phylogenetic analysis. This finding confirmed that SLCCNV was
not spread yet (from Bali) to West Java.
Keyword: Polimerase chain reaction, Tomato leaf curl NewDelhi virus, yellowing
disease
8
IDENTIFIKASI SPESIES BEGOMOVIRUS PENYEBAB
PENYAKIT DAUN KUNING PADA TANAMAN MENTIMUN
MELALUI ANALISIS SEKUEN NUKLEOTIDA
ENDANG DARSINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk melakukan
Penelitian Tugas Akhir
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
10
12
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Identifikasi Spesies
Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Kuning pada Tanaman Mentimun Melalui
Analisis Sekuen Nukleotida”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November
2014 hingga April 2015 di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Laporan tugas akhir ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada kedua orang
tua, bapak Darmanto dan ibu Kasminah yang telah memberikan dukungan moral
maupun materiil, kasih sayang dan doa restu, serta saudara-saudara yang telah
memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih kepada Dr Ir Gede Suastika
MSc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan,
arahan, dan saran serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis dari awal
penelitian hingga penulis menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Terima kasih
kepada Dr Ir Pudjianto MSi selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
saran dan nasehat kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada seluruh staf dan dosen di Departemen Protaksi Tanaman atas ilmu yang
telah di berikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sari Nurulita SP
MSi, Ni Nengah Putri Adnyani SP, Bapak Edi Supardi, keluarga besar
Laboratorium Virologi Tumbuhan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Tarima kasih juga kepada sahabat-sahabat Proteksi Tanaman angkatan 48 yang
telah memberikan bantuan, dukungan, dan kenangan kebersamaan di Departemen
Proteksi Tanaman. Semoga kebaikan dan perhatian yang telah diberikan
memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan pada penulisan.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat
memperbaiki kegiatan penelitian selanjutnya.
Bogor, Agustus 2015
Endang Darsini
14
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metode Penelitian
Pengumpulan Sampel Daun Tanaman Mentimun Sakit
Deteksi dengan PCR
Ekstraksi DNA
Amplifikasi DNA dengan PCR
Visualisasi Hasil PCR
Sekuen Nukleotida dan Analisis Filogenetika
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survei dan Pengumpulan Tanaman Sakit
Indikasi Asosiasi Begomovirus dengan Penyakit Daun Kuning pada
Tanaman Mentimun
Identifikasi Spesies Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Kuning
pada Tanaman Mentimun
Hubungan Kekerabatan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
vi
vi
1
1
2
2
3
3
3
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
9
10
10
10
11
13
17
16
DAFTAR GAMBAR
1 Gejala tanaman mentimun (Cucumis sativus) yang terinfeksi
Begomovirus di (A) Cikarawang, (B) Petir, dan (C) Sindangbarang.
2 Hasil amplifikasi DNA menggunakan sepasang primer spesifik
Begomovirus SPG1 dan SPG2. Lajur: (M) marker 1 kb DNA ladder
(Thermo Scientific, US), (K-) Kontrol negatif, (K+) Kontrol positif
Begomovirus, SLCCNV tanaman mentimun isolat Bali, (A) sampel
tanaman mentimun dari Desa Cikarawang, (B) Sindangbarang, dan (C)
Petir.
3 Pohon filogenetika isolat-isolat Tomato leaf curl NewDelhi virus
(ToLCNDV) berdasarkan sekuen nukleotida menggunakan program CLC
sequence viewer versi 7.5 dan dikonstruksikan menggunakan perangkat
ClustalX serta MEGA versi 6.60 dengan pendekatan UPGMA. Squash
leaf curl China virus (SLCCNV) digunakan sebagai outgroup.
5
6
9
DAFTAR TABEL
1 Komposisi reaktan Polymerase chain reaction (PCR) untuk satu kali
reaksi (Thermo Scientific, US).
2 Tingkat homologi runutan nukleotida ToLCNDV isolat Bogor (Desa
Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang) dengan isolat ToLCNDV dari
negara lain yang terdapat pada GenBank.
4
8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penjajaran sekuen nukleotida fragmen DNA isolat ToLCNDV- 14
Indo(Ci) (Bogor: Cikarawang), ToLCNDV-Indo(Pe) (Bogor: Petir), dan
ToLCNDV-Indo(SB) (Bogor: Sindangbarang) dengan isolat ToLCNDV
lainnya serta sekuen pembanding outgroup isolat SLCCNV-India yang
terdapat pada GenBank menggunakan program ClustalW. Tanda
*(bintang) menunjukkan basa nukleotida yang identik.
18
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari
kelompok Cucurbitaceae yang telah dikenal di dunia, dan sebagian besar
dikonsumsi dalam bentuk segar. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara
dan telah dibudidayakan hingga ke seluruh wilayah tropis maupun subtropis
(Rukmana 1994). Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran
tinggi dengan ketinggian maksimum 1 300 m dari permukaan laut (dpl) (Rukmana
2005). Ketinggian optimal untuk pertumbuhan tanaman mentimun adalah 400 m
dpl dengan tekstur tanah berkadar liat rendah pH 6-7 (Puslitbanghorti 2009).
Sentra produksi mentimun di Indonesia antara lain Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Rukmana 1994;
BPS 2015). Buah ini 95% kandungannya berupa air, rendah kalori, tinggi vitamin
A, B, C, dan D (GIP 2014). Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau bahan
makanan yang diawetkan seperti acar. Selain dikonsumsi, buah ini juga
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan pengobatan tradisional (Rukmana
1994).
Produksi mentimun di Indonesia tiga tahun terakhir terus menurun. Produksi
mentimun secara berturut-turut tahun 2012, 2013, dan 2014 adalah 511 525 ton,
491 636 ton, dan 471 640 ton (BPS 2015). Penurunan produksi mentimun ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas. Faktor-faktor tersebut antara lain
lingkungan biotik seperti organisme pengganggu tanaman (OPT) dan lingkungan
abiotik (suhu, kelembapan, angin, dll). Salah satu OPT yang dapat menjadi faktor
pembatas dalam produksi mentimun adalah virus.
Begomovirus merupakan salah satu genus dari famili Geminiviridae yang
anggotanya banyak dilaporkan menyerang tanaman Cucurbitaceae. Gejala khas
dari infeksi kelompok virus ini yaitu daun-daun mengalami klorosis, sehingga
disebut penyakit daun kuning (King et al. 2012). Polston dan Anderson (1997)
melaporkan, kerugian ekonomi diakibatkan oleh serangan kelompok virus
tersebut dapat mencapai 100%. Beberapa spesies dari kelompok virus tersebut
yaitu Watermelon chlorotic stunt virus (WmCSV) (Ali-Shtayeh 2014), Tomato
yellow leaf curl virus (TYLCV) (Idris et al. 2011), Tomato leaf curl NewDelhi
virus (ToLCNDV) (Phaneendra et al. 2012), Squash leaf curl China virus
(SLCCNV) (Tahir et al. 2010). Infeksi WmCSV menyebabkan lamina sekitar
tulang daun menjadi kuning dan tanaman menjadi kerdil (Ali-Shtayeh 2014).
TYLCV menyebabkan daun klorosis sehingga tampak kuning dan mengalami
malformasi (Idris et al. 2011). ToLCNDV menyebabkan daun klorosis,
mengalami penebalan, menggulung ke atas, dan tanaman menjadi kerdil
(Phaneendra et al. 2012). Gejala akibat SLCCNV mirip dengan gejala oleh
Begomovirus lain yaitu daun menjadi kuning, namun tulang daun tetap berwarna
hijau dan ukuran daun tetap normal (Tahir et al. 2010).
Survei yang telah dilakukan di Bogor menemukan banyak tanaman
mentimun bergejala mirip dengan serangan Begomovirus. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui tanaman mentimun di Bogor terinfeksi
Begomovirus atau virus lain. Salah satu cara identifikasi virus dapat dilakukan
dengan teknik biologi molekuler yang berdasarkan sekuen nukleotida (Akin
2
2006). Asam nukleat virus dapat berupa DNA atau RNA (Bos 1990). Virus yang
memiliki asam nukleat berupa DNA dapat diidentifikasi dengan menggunakan
teknik polymerase chain reaction (PCR). PCR merupakan cara cepat untuk
mengamplifikasi DNA secara in vitro yang mampu mengamplifikasi segmen
DNA menjadi jutaan kali dalam beberapa jam (Handoyo dan Rudiretna 2001).
Teknik ini dapat bekerja secara cepat, spesifik, dan sensitif (Narayanasamy 2011).
Hasil amplifikasi DNA kemudian disekuen untuk mengetahui runutan basa
nukleotida virus tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies Begomovirus penyebab
penyakit daun kuning pada tanaman mentimun di Bogor melalui analisis sekuen
nukleotida.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
penyebab penyakit daun kuning pada tanaman mentimun, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pegendalian di lapangan.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Survei dan pengambilan tanaman mentimun yang terinfeksi virus dilakukan
di sejumlah pertanaman mentimun pada tiga desa di Bogor, Jawa Barat yaitu
Cikarawang, Sindangbarang, dan Petir. Deteksi dan identifikasi virus dilakukan di
Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan November 2014 sampai April 2015.
Metode Penelitian
Pengumpulan Sampel Daun Tanaman Mentimun Sakit
Sampel diambil dari ketiga lokasi di Bogor yang telah ditentukan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu daun
pada pertanaman mentimun yang menunjukkan gejala terinfeksi Begomovirus
diambil. Selanjutnya sampel daun tersebut disimpan di dalam deep freezer pada
suhu -80 oC.
Deteksi dengan PCR
Ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan metode
CTAB (Doyle dan Doyle 1990). Sebanyak 0.1 g sampel daun tanaman mentimun
dilumatkan dalam nitrogen cair dengan pistil dan mortar. Tepung yang diperoleh
ditampung dalam tabung eppendorf 1.5 ml dan ditambahkan 500 μl buffer
ekstraksi (2 ml EDTA, 5 ml Tris HCl, 12.6 ml NaCl, 20.4 ml dH2O) ditambahkan
5µl β-merkaptoetanol 1% dan diinkubasi dalam water bath suhu 65 oC selama 60
menit. Siapan selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 2 menit, kemudian
ditambahkan 500 µl C:I (cloroform : isoamil alkohol = 24:1 v/v) dan
disentrifugasi dengan kecepatan 10 000 rpm selama 17 menit. Supernatan
dipindahkan ke dalam tabung eppendorf 1.5 ml baru, kemudian ditambahkan
sodium asetat 1/10 volume dan isopropanol 2/3 volume supernatan, kemudian
diinkubasi pada suhu -20 oC semalam. Setelah ditambahkan 600 μl etanol 80%,
siapan disentrifugasi dengan kecepatan 8 000 rpm selama 5 menit. Supernatan
dibuang dan pelet (yang merupakan DNA total) dikeringanginkan dan dilarutkan
dalam 50 µl Tris-EDTA buffer (TE buffer) sebelum disimpan pada suhu -20 oC.
Amplifikasi DNA dengan PCR. DNA total hasil ekstraksi digunakan
sebagai template dalam PCR. Komposisi reaktan yang digunakan dalam proses
PCR tercantum dalam Tabel 1. Program amplifikasi terdiri dari denaturasi awal
pada suhu 94 oC selama 5 menit; 35 siklus dengan tahapan denaturasi pada suhu
94 oC selama 1 menit, annealing (pengintegrasian primer) pada suhu 50 oC selama
1 menit, elongasi (sintesis untai baru DNA) pada suhu 72 oC selama 1 menit; dan
dilanjutkan elongasi akhir pada suhu 72 oC selama 10 menit. Hasil PCR disimpan
pada suhu -20 oC.
4
Tabel 1 Komposisi reaktan Polymerase
reaksi (Thermo Scientific, US).
Komponen
Dream taq MM
ddH2O
SPG1
SPG2
DNA
Total volume
chain reaction (PCR) untuk satu kali
Volume (μL)
12.50
9.50
1.00
1.00
1.00
25.00
Visualisasi Hasil PCR
Visualisasi DNA hasil PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan
gel agarosa 1%. Gel agarosa dibuat dengan melarutkan 0.3 gram agarosa dalam 30
ml buffer TBE 0.5x (45 mM Tris-borate, 1 mM EDTA) dan dipanaskan di dalam
microwave dengan suhu medium selama 2 menit. Setelah gel agarosa terlarut
seluruhnya (bening) didiamkan hingga suhunya sekitar 45 oC, kemudian dituang
ke dalam cetakan dan ditunggu hingga padat. Gel agarosa kemudian dilepaskan
dari cetakan dan dimasukkan ke dalam mesin elektroforesis. Marker DNA 1 kb
sebanyak 5 μl dan sampel hasil PCR sebanyak 5 μl dimasukkan ke dalam masingmasing sumuran gel agarosa. Elektroforesis dilakukan selama 50 menit dengan
tegangan 50 Volt. Gel agarosa yang telah dielektroforesis kemudian direndam
dalam Ethidium bromida untuk pewarnaan selama 10 menit dalam kondisi gelap,
selanjutnya direndam dalam air steril selama 10 menit untuk pembilasan.
Selanjutnya visualisasi dilakukan di bawah transluminator UV dan
didokumentasikan.
Sekuen Nukleotida dan Analisis Filogenetika
Hasil PCR sebanyak 50 μl dikirim ke PT Genetika Science Indonesia untuk
dilakukan sekuen nukleotida. Hasil sekuen nukleotida diurutkan antara forward
dan reverse (contig) menggunakan software CLC sequence viewer versi 7.5.
Selanjutnya dianalisis untuk mengetahui homologi atau kesejajaran sekuen
nukleotida lain atau nukleotida virus yang sama pada publikasi yang ada di
GenBank dengan program BLAST (Basic Local Alighment Tool) (NCBI 2015).
Data sekuen nukleotida terpilih selanjutnya dianalisis melalui ClustalW multiple
alignment dengan software BioEdit versi 7.1.7.0. Analisis filogenetika dilakukan
dengan menggunakan software ClustalX (1.83) dan MEGA versi 6.06
berdasarkan pendekatan Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Mean
(UPGMA).
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survei dan Pengumpulan Tanaman Sakit
Pengambilan tanaman sakit dilakukan pada pertanaman mentimun pada tiga
lokasi berbeda. Lokasi pertama di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga berada
pada ketinggian 168 m dpl dan luas lahan 500 m2. Lokasi kedua di Desa
Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat dengan ketinggian 211 m dpl dan luas
lahan 2000 m2. Lokasi ketiga di Desa Petir, Kecamatan Dramaga dengan
ketinggian 365 m dpl dan luas lahan 3000 m2. Varietas tanaman mentimun dari
ketiga lokasi tersebut adalah varietas hibrida Wulan, dengan umur tanaman yang
berbeda. Umur tanaman mentimun secara berurutan pada lokasi pertama, kedua,
dan ketiga yaitu 55, 45, dan 48 hari. Menurut Kementan (2007), varietas
mentimun hibrida Wulan merupakan varietas unggul yang dapat di panen lebih
kurang pada umur 30 hari setelah tanam dan mampu beradaptasi dengan baik di
dataran rendah sampai tinggi (20-800 m dpl).
Hasil pengamatan tanaman sakit menunjukkan gejala terinfeksi
Begomovirus yang mirip dengan serangan spesies SLCCNV di Bali (Adnyani
NNP 2015 Maret 3, komunikasi pribadi). Gejala yang ditunjukkan pada
pertanaman mentimun di Cikarawang yaitu daun terdapat bercak kuning secara
rapat, bagian ujung-ujung daun mengriting, dan tulang daun terlihat lebih hijau
(Gambar 1A). Gejala pada pertanaman mentimun di Petir, daun berwarna kuning
keseluruhan, tulang daun terlihat lebih hijau, dan daun keriting menggulung ke
bawah (Gambar 1B). Gejala pada pertanaman mentimun di Sindangbarang
menunjukkan gejala yang sama dengan sampel daun dari Petir, namun daun
keriting tidak menggulung melainkan mengalami malformasi (Gambar 1C).
Variasi gejala pada suatu tanaman dapat dipengarui oleh infeksi lebih dari satu
virus (Polston dan Anderson 1997).
A
B
C
Gambar 1 Gejala tanaman mentimun (Cucumis sativus) yang terinfeksi
Begomovirus di (A) Cikarawang, (B) Petir, dan (C) Sindangbarang.
Salah satu penyebab daun menguning adalah kekurangan klorofil (klorosis).
Hal ini dikarenakan adanya kerusakan kloroplas tanaman akibat infeksi virus.
6
Oleh karena itu produksi klorofil dalam tanaman mengalami penurunan (Bos
1990). Menurut Agrios (2005), penyakit klorosis mampu mengganggu
metabolisme tanaman terutama pada proses fotosintesis, sehingga dapat
menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi tanaman.
Indikasi Asosiasi Begomovirus dengan Penyakit Daun Kuning pada
Tanaman Mentimun
Deteksi Begomovirus dilakukan dengan teknik PCR menggunakan sepasang
primer universal SPG1 (5’-CCCCKGTGCGWRAATCCAT-3’) dan SPG2 (5’ATCCVAAYWTYCAGGGAGCTAA-3’). Sepasang primer universal Begomovirus terebut mempunyai prediksi produk PCR sekitar 912 pb. Primer tersebut
mengamplifikasi basa nukleotida ke-1490 hingga 2391 daerah open reading frame
(ORF) AC2 dan ORF AC1 secara konsisten. ORF AC2 mengode transcriptional
activator protein (TrAp) dan ORF AC1 mengode replication-associated protein
(Rep) (Li et al. 2004).
Hasil PCR yang telah dielektroforesis dan divisualisasi, menunjukkan
primer tersebut berhasil mengamplifikasi pita DNA virus dari ketiga sampel
mentimun sakit dan SLCCNV isolat mentimun dari Bali sebagai kontrol positif
sesuai dengan prediksi yaitu sekitar 912 pb (Gambar 2). Hasil ini
mengindikasikan bahwa virus yang berasosiasi dengan penyakit daun kuning pada
tanaman mentimun di Bogor adalah salah satu spesies dari Begomovirus.
1000 pb
±912 pb
750 pb
Gambar 2
Hasil amplifikasi DNA menggunakan sepasang primer spesifik
Begomovirus SPG1 dan SPG2. Lajur: (M) marker 1 kb DNA ladder
(Thermo Scientific, US), (K-) Kontrol negatif, (K+) Kontrol positif
Begomovirus, SLCCNV tanaman mentimun isolat Bali, (A) sampel
tanaman mentimun dari Desa Cikarawang, (B) Sindangbarang, dan
(C) Petir.
Identifikasi Spesies Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Kuning pada
Tanaman Mentimun
Produk PCR dari tiga sampel tanaman mentimun (Gambar 2) berhasil
disekuen di PT Genetika Science Indonesia untuk memperoleh identitas spesies
virus tersebut. Hasil sekuen nukleatida sampel Cikarawang, Sindangbarang, dan
Petir tersebut terdiri atas pita DNA yang secara berurutan berukuran sekitar 999,
7
903, dan 899 pb sesuai dengan estimasi ukuran pita DNA hasil PCR. Data sekuen
nukleotida tersebut kemudian dibandingkan dengan sekuen nukleotida virus-virus
yang terdaftar di GenBank. Setelah dilakukan sekuen dan BLAST, virus tersebut
temasuk spesies ToLCNDV namun bukan SLCCNV. Sebelumnya, Septariani et
al. (2014) telah melaporkan keberadaan ToLCNDV menginfeksi tanaman
mentimun di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
SLCCNV dan ToLCNDV merupakan virus yang menyebabkan penyakit
daun mosaik kuning. SLCCNV menunjukkan gejala daun yang lebih dominan
kuning mosaik dekat pertulangan daun (yellow vein mosaic) (Sohrab et al. 2013).
Infeksi ToLCNDV menginduksi gejala daun dominan mosaik kuning dan keriting
(Sawangjit 2009). Virus-virus ini mempunyai asam nukleat berupa single
stranded (ss)DNA berbentuk melingkar, bipartit atau monopartit. Penularannya
dapat dilakukan melalui serangga vector Bemisia tabaci (Hemiptera:
Aleyrodidae). Selain ditularkan melalui serangga vektor, virus ini juga dapat
ditularkan melalui inokulasi mekanis (King et al. 2012). Penularan secara
inokulasi mekanis hanya terjadi pada beberapa inang tertentu, misalnya pada
pumpkin (Cucurbita moschata), ridge gourd (Luffa acutangula), dan sponge
gourd (Luffa cylindrica) (Sohrab et al. 2013).
Hasil analisis menggunakan ClustalW program BioEdit menunjukkan
tingkat kesamaan (homologi) sekuen nukleotida yang tinggi antara tiga isolat
ToLCNDV Bogor dengan isolat virus sejenis dari negara lain dibandingkan
dengan isolat SLCCNV (Lampiran 1). Dilihat dari tingkat homologi isolat
ToLCNDV asal Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang memiliki tingkat homologi
di atas 97%. Ketiga isolat tersebut memilki tingkat homologi tertinggi dengan
ToLCNDV isolat Cucumis melo asal Taiwan dengan nomor aksesi GU180095
yaitu berkisar 95.6% hingga 96.2%, diikuti secara berurutan oleh isolat
ToLCNDV asal Thailand, Indonesia, India, dan Pakistan (Tabel 2). Menurut King
et al. (2012), virus-virus dikelompokkan dalam spesies yang sama apabila
menunjukkan kesamaan sekuen nukleotida (tingkat homolgi) di atas 89%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga isolat tersebut termasuk spesies ToLCNDV bukan
spesies SLCCNV. Tingkat homologi ToLCNDV asal Cikarawang, Petir, dan
Sindangbarang dengan SLCCNV sangat rendah yaitu hanya 42% sampai 42.3%
walaupun masih dalam satu genus Begomovirus.
Hubungan Kekerabatan
Filogenetika menggambarkan klasifikasi taksonomi suatu organisme
berdasarkan pada sejarah evolusi. Analisis filogenetika digunakan untuk
mengikuti perubahan yang terjadi secara cepat suatu spesies. Pohon filogeni ada
bermacam-macam salah satunya UPGMA. Metode UPGMA merupakan metode
sederhana untuk mengasumsikan rataan perubahan sepanjang pohon secara
konsisten. Metode ini memberikan estimasi yang baik dan tidak terpengaruh ratarata perubahan panjang cabang pohon filogeni (Dharmayanti 2011).
a)
Tingkat homologi nukleotida dihitung menggunakan program BioEdit versi 7.17.0.
Tabel 2 Tingkat homologi runutan nukleotida ToLCNDV isolat Bogor (Desa Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang) dengan isolat
ToLCNDV dari negara lain yang terdapat pada GenBank
Homologi (%)a
No
Isolat virus
No. aksesi
Inang Tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 Bogor: Cikarawag (Ci)
Cucumis sativus
ID
(Mentimun)
2 Bogor: Petir (Pe)
Cucumis sativus
97.4 ID
(Mentimun)
3 Bogor: Sindangbarang (SB)
Cucumis sativus
97.2 98.7 ID
(Mentimun)
4 ToLCNDV Taiwan
GU180095
Cucumis melo
95.6 96.2 96.1 ID
(Melon)
5 ToLCNDV Thailand
AB368448
Cucumis sativus
95.0 95.4 95.4 96.8 ID
(Mentimun)
6 ToLCNDV Indonesia: Jawa JX416185
Capsicum annum
94.5 95.1 95.1 95.0 94.6 ID
(Cabai)
7 ToLCNDV Pakistan
EF620534
Luffa acutangula
92.5 93.0 93.2 93.7 93.1 92.2 ID
(Oyong)
8 ToLCNDV India
KC513822
Papaver somniferum 93.1 93.6 93.6 94.4 94.6 92.9 94.4 ID
(Bunga Poppy)
9 SLCCNV India
FJ859881
Cucurbita moschata 42.3 42.6 42.0 42.1 42.6 41.9 41.5 41.7 ID
(Labu Kuning)
8
9
Analisis pohon filogenetika menunjukkan bahwa tiga isolat ToLCNDV asal
Indonesia yaitu Bogor (Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang) memiliki
kekerabatan yang dekat dengan ToLCNDV isolat melon asal Taiwan dan isolat
mentimun asal Thailand, keduanya berada dalam satu kelompok yang sama
(Gambar 3). Menurut Septariani et al. (2014), ToLCNDV isolat mentimun dari
Kampung Jawa, Bogor memiliki kekerabatan dekat dengan ToLCNDV isolat
mentimun asal Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan lokasi dalam
suatu daerah yang sama, memberikan keragaman genetik virus. Hasil filogenetika
ini mengindikasi bahwa isolat ToLCNDV Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang
merupakan hasil adaptasi dari negara-negara tersebut yang masuk ke Indonesia
melalui bahan tanaman.
Virus ini ditularkan oleh kutu kebul (Bemicia tabaci), mempunyai kisaran
inang yang luas dari tanaman budidaya dan gulma. Beberapa famili tanaman
inang B. tabaci yaitu Araceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Brassicaceae,
Capparidaceae, Convolvulaceae, Solanaceae, Euphorbiaceae, Lamiaceae,
Oxalidaceae, Papilionaceae, Rubiaceae, Solanaceae, dan Sterculiaceae (Hendrival
et al. 2011). Kisaran inang ToLCNDV meliputi tanaman sayuran dan tanaman
hias, sebagian besar dari famili Cucurbitaceae dan Solanaceae (Jyothsna et al.
2013). Data dalam GenBank memperlihatkan bahwa virus ini sudah terdapat di
banyak negara seperti Banglades, India, Indonesia, Pakistan, Thailand, Taiwan,
dan Vietnam.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengendalikan virus menurut
Sudiono dan Purnomo (2009) yaitu dengan menanam mentimun pada musim
penghujan. Curah hujan yang tinggi pada musim penghujan, menyebabkan
populasi kutu kebul menurun. Rendahnya populasi kutu kebul dapat menurunkan
infeksi virus di lapangan.
ToLCNDV-Mentimun-Indonesia(Pe)
ToLCNDV-Mentimun-Indonesia(SB)
ToLCNDV-Mentimun-Indonesia(Ci)
ToLCNDV-Melon-Taiwan
ToLCNDV-Mentimun-Thailand
ToLCNDV-Cabai-Indonesia
ToLCNDV-Oyong-Pakistan
ToLCNDV-Bunga Poppy-India
stan
SLCCNV-Labu Kuning-India
Gambar 3
Pohon filogenetika isolat-isolat Tomato leaf curl NewDelhi virus
(ToLCNDV) berdasarkan sekuen nukleotida menggunakan program
CLC sequence viewer versi 7.5 dan dikonstruksikan menggunakan
perangkat ClustalX serta MEGA versi 6.60 dengan pendekatan
UPGMA. Squash leaf curl China virus (SLCCNV) digunakan
sebagai outgroup.
10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis sekuen nukleotida dapat simpulan bahwa virus yang
berasosiasi dengan penyakit daun kuning pada tanaman mentimun di Bogor
adalah ToLCNDV. Berdasarkan analisis filogenetika, isolat ToLCNDV asal
Cikarawang, Petir, dan Sindangbarang Bogor memiliki kekerabatan yang dekat
dengan ToLCNDV isolat melon asal Taiwan dan isolat mentimun asal Thailand.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kisaran inang ToLCNDV
sebagai langkah awal pengendalian.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th. New York (US): Academic Press.
Akin HM. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Ali-Shtayeh MS, Jamous RM, Mallah OB, Abu-Zeitoun SY. 2014. Molecular
characterization of Watermelon chlorotic stunt virus (WmCSV) from
Palestine. Viruses. 6:2444-2462. DOI:10.3390/v6062444.
Bos L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Triharso, penerjemah. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction of Plant
Virology.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi tanaman sayuran di Indonesia tahun
2010-2014 [internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia; [diunduh 2014 April 4]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/
site/resultTab.
Dharmayanti NLPI. 2011. Filogenetika molekuler: metode taksonomi organisme
berdasarkan sejarah evolusi. Wartazoa. 21(1):1-10.
Doyle JJ, Doyle JL. 1990. A rapid total DNA preparation procedure for fresh
plant tissue. Focus. 12:13-15.
[GIP] General Interest Periodicals. 2014. Health benefits of cucumbers. Kashmir
Monitor [internet]. [diunduh 2015 April 6]. Tersedia pada:
http://eresources.pnri.go.id:2057/docview/1496737212?pqorigsite=summon.
Handoyo D, Rudiretna A. 2001. Prinsip umum dan pelaksanaan Polymerase chain
rection (PCR). Unitas. 9(1):17-19.
Hendrival, Hidayat P, Nurmansyah A. 2011. Kisaran inang dan dinamika populasi
Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) di pertanaman cabai
merah. J HPT Tropika. 11(1): 47-56.
Idris AM, Shahid MS, Briddon RW, Khan AJ, Zhu JK, Brown JK. 2011. An
unusual alphasatellite associated with monopartite begomoviruses attenuates
symptoms and reduces betasatellite accumulation. J Virol. 92:706-717.
DOI:10.1099/vir.0.025288-0.
Jyothsna P, Haq QM, Sing P, Sumiya KV, Praveen S, Rawayt R, Briddon RW,
Malati VG. 2013. Infection of Tomato leaf curl NewDelhi virus
(ToLCNDV), a bipartite begomovirus with betasatellites, results in
enhanced level of helpervirus components and antagonistic interaction
between DNA Ban betasatellites. Microbiol Biotechnol. 97(12):71-5457.
DOI:10.1007/s00253-012-4685-9.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2007. Keputusan Menteri Pertanian No:
22/Kpts/SR.120/1/2007 tentang Pelepasan Mentimun Hibrida Wulan
sebagai Varietas Unggul. Jakarta (ID): RI.
King AMQ, Adams MJ, Carstens EB, Lefkowitz EJ. 2012. Virus Taxonomy
Classification and Nomenclature of Viruses Nineth Report of the
International Committee on Taxonomy of Viruses. San Deigo (US):
Academic press.
Li R, Salih S, Hurtt S. 2004. Detection of Geminiviruses in sweetpotato by
polymerase chain reaction. Plant Disease. 88:1347-1351.
Narayanasamy P. 2011. Microbial Plant Pathogens-Detection and Disease
Diagnosis: Fungal Pathogens. Edisi ke-3. New York (US): Springer.
12
Phaneendra C, Rao KRSS, Jain RK, Mandal. 2012. Tomato leaf curl NewDelhi
virus is associated with pumpkin leaf curl: a new disease in Northern India.
Indian J Virol. 23(1):42-45. DOI:10.1007/s13337-011-0054-z.
Polston JE dan Anderson PK. 1997. The emergence of whitefly-transmitted
Geminiviruses in tomato in the Western hemisphere. Plant Desease.
81(12):1358-1369.
[Puslitbanghorti] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura.
2009. Budidaya tanman mentimun [Internet]. [diunduh pada 2015 April 23].
Tersedia pada: http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id.
Rukmana R. 1994. Budidaya Mentimun. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Rukmana R. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Sawangjit S. 2009. The complete nucleotide sequence of Squash leaf curl China
virus-[Wax gourd] and its phylogenetic relationship to other Geminiviruses.
Science Asia. 35:131-136. DOI:10.2306/scienceasia1513-1874.2009.35.
131.
Septariani DN, Hidayat SH, Nurhayati E. 2014. Identifikasi penyebab penyakit
daun keriting kuning pada tanaman mentimun. J HPT Tropika. 14(1):80-86.
Sohrab SS, Karim S, Varma A, Abuzenadah AM, Chaudhary AG, Damanhouri
GA, Mandal B. 2013. Characterization of Tomato leaf curl New Delhi virus
infecting cucurbits: Evidence for sap transmission in a host specific manner.
African J Biotechnol. 12(32):500-5009. DOI:10.5897/AJB2013.12012.
Sudiono, Purnomo 2009. Hubungan antara populasi kutu kebul (Bemicia tabaci
Genn) dan penyakit kuning pada cabai di Lampung Barat. J HPT Tropika.
9(2):115-120.
Tahir M, Haider MS, Briddon RW. 2010. First report of Squash leaf curl China
virus in Pakistan. Plant Disease. 5:21-24.
13
LAMPIRAN
14
Lampiran 1 Hasil penjajaran sekuen nukleotida fragmen DNA isolat ToLCNDVIndo(Ci) (Bogor: Cikarawang), ToLCNDV-Indo(Pe) (Bogor: Petir),
dan ToLCNDV-Indo(SB) (Bogor: Sindangbarang) dengan isolat
ToLCNDV lainnya serta sekuen pembanding outgroup isolat
SLCCNV-India yang terdapat pada GenBank menggunakan program
ClustalW. Tanda *(bintang) menunjukan basa nukleotida yang
identik.
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
5
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
GATCATGGCA
TATTTCAGTT
**
*
....|....|
15
GTTAATTGAT
GTTTATTGAT
GTTGATTGAT
GTTGATTGAT
GTTGATTGAT
GTTGATTGAT
GTTGATCGAT
GTTGATCGAT
ATCCCGTCCC
*
....|....|
25
ATGTAATACG
ATGTAATACG
ATGTAATATG
ATATAATACG
ATATAATACG
ATGTAATACG
ATATAATACG
ATGTAATACG
TCGTAATGCT
****
....|....|
35
TGC-ACCCAC
TGC-ACCCAC
TGC-ACCCAC
TGC-ACCCAC
TGC-ACCCAC
TGC-ACCCAC
AAC-AACCAC
AAC-ACCCAC
TCCCACCTGT
* * *
....|....|
45
ACTGCAGATC
ACTGCAGATC
ACTGCAGATC
ACTGCAGATC
AATGCAGATC
ACTGCAGATC
ACGGCAGATC
ACGGCAGATC
GATGCCGATG
** ***
....|....|
55
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
AACTCGCCTC
GACCTGGATC
** * **
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
65
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
--CTGCGAAT
AATTGCGGAT
**** **
....|....|
75
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
GCTCTTCTTC
TCATCTAATC
*
* **
....|....|
85
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGTG
TTCTTCTGCG
CGCTGAGGTT
**
*
....|....|
95
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
G--GAGCGAT
TTTATACGGT
** *
....|....|
105
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
GTTTTCGCGA
CTGCTGGTGA
* * * **
....|....|
115
CAGGAATAGA
CCGGAATAGA
CCGGAATAGA
CCGGAATAGA
CCGGAATAGA
CAGGAATAGA
CCGGAATAGA
CCGGAATAGA
CTGAACCCAG
* * *
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
125
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
GTGGTTCTTC
CCCAATTTCC
* * *
....|....|
135
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GA---GTGTG
GATCTACTTG
**
**
....|....|
145
ATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTATGAAGACTCCCACGATTC
* ** *
....|....|
155
------------------------------------------------------------------------GTTCGGACCA
....|....|
165
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
---GCAT--T
ATCGCAAGAT
***
*
....|....|
175
CTTGATTGCC
CTTGATTGCC
CTTGATTGCC
TTTCATTGCC
CTTGATTGCC
CTTGATTGCC
CTTGATTGCC
CTTGATTGCC
GTGGGACGCG
*
**
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
185
CACTGCTTCA
CAATGCTTCA
CACTGCTTCA
CACTGCTTCA
CACTGCTTCA
CACTGCTTCA
CACTGCTTCA
CACTGCTTCA
TAATGATCTA
* ** * *
....|....|
195
GTGCTGAATT
GTGCTGCATT
GTGCTGCATT
GTGCTGCATT
GTTCTGCATT
GTGCTGAATT
GTGCTGCATT
GTGCTGCATT
GAGCTGTGAC
* ***
....|....|
205
TTTT---TCT
CTTT---TCC
CTTT---TCC
TTTT---TCT
TTTT---TCT
TTTT---TCT
TTTT---TCT
TTTC---TCT
CCATGAGTCT
**
....|....|
215
TCATCCAGAT
TCATCCAGAT
TCATCCAGAT
TCGTCCAGAT
TCGTCCAGAT
TCATCCAGAT
TCGTCCAGAT
TCGTCCAGAT
TGATCCATCT
* **** *
....|....|
225
AT---TCCTT
AT---TCCTT
AT---TCCTT
AG---TCCTT
AT---TCCTT
AT---TCCTT
AT---TCCTT
AT---TCCTT
ACGAGCCGTC
*
* *
....|....|
235
ATAGCTGCTA
ATAGCTGCTA
ATAGCTGCTA
ATAACTGCTA
ATAGCTGCTA
ATAGCTGCTA
ATAGCTGCTG
ATAGCTGCTG
TTGTTTGTGG
*
**
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
245
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTGGACCTT
TTTTGAGCCC
*** ** *
....|....|
255
TATTGCAGAG
TATTGCACAG
TATTGCACAG
TATTGCAGAG
TATTGCACAG
TATTGCACAG
TATTGCACAG
TATTGCACAG
-ACTGACCAG
* **
**
....|....|
265
GAA------GAA------GAA------GAA------GAA------GAA------GAA------GAA------AAATCTATGT
**
....|....|
275
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
-GATAGTGGG
CGTTAACGGT
* ** **
....|....|
285
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
AATTCCTCCT
GAATTCTTTG
* * **
....|....|
295
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
TTAATCATGA
CTCTGTATCT
*
**
15
Lampiran 1(lanjutan)
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
305
CTGGCTTTCC
CAGGCTTTCC
CAGGCTTTCC
CAGGCTTTCC
CAGGCTTTCC
CAGGCTTTCC
CTGGCTTTCC
CTGGCTTTCC
CTA-TTCTTG
*
* *
....|....|
315
GTACTTGGTG
GTACTTGGTG
GTACTTGGTG
GTACTTCGTG
GTACTTCGTG
GTACTTCGTG
GTATTTTGTG
GTACTTCGTG
GTGCTCGGAA
** * *
....|....|
325
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TTGCTTTGCC
TT-CGACGTC
** *
* *
....|....|
335
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCACGCTG
AGTCGAATGT
****
....|....|
345
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
GGCCCCCATG
TTAGCCGAGG
** * *
....|....|
355
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
AATTCTTTAA
ATAGTTTTAA
*
*****
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
365
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
AGTGCTTTAG
TTTACCAAGC
* *
....|....|
375
ATAGTGCGGA
ATAGTGCGGA
ATAGTGCGGA
ATAGTGCGGA
ATAGTGCGGA
ATAGTGCGGA
ATAGTGGGGA
ATAGTGGGGA
ATCTTACAGA
** *
**
....|....|
385
--TCGACGTC
--TCAACGTC
--TCAACGTC
--TCAACATC
--TCGACGTC
--TCAACGTC
--TCAACGTC
--TCAACGTC
AATGAACTCC
* ** *
....|....|
395
ATCAATGACG
ATCAATGACG
ATCAATGACG
ATCAATGACG
ATCAATTACG
ATCAATGACG
ATCAATGACG
ATCAATGACG
ATTTACTACG
** * ***
....|....|
405
TT-GTACCAT
TT-GTACCAG
TT-GTACCAG
TT-GTACCAG
TT-GTACCAT
TT-GTACCAG
TT-GTACCAG
TT-GTACCAG
TTCGTGTTCT
** **
....|....|
415
GCATAAT-TG
GCATCAT-TG
GCATCAT-TG
GCATCAT-TG
GCATTAT-TG
GCATCAT-TG
GCATCAT-TG
GCATCAT-TG
CCACTCTGTA
**
* *
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
425
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTATACACCT
CTCAACTCTC
** ** *
....|....|
435
TCGGG----TTGGG----TTGGG----TTGGG----TTGGG----TTGGG----TTGGG----TTGGG----CAAGGATTTT
**
....|....|
445
---CTGAGAT
---CTGAGAT
---CTGAGAT
---CTCAGAT
---CTCAGAT
---CTGAGAT
---CTCAGAT
---CTCAGAT
TATCCTTAAC
*
*
....|....|
455
CAAGATGTCC
CTAGATGTCC
CCAGATGTCC
CTAGATGTCC
CGAGATGTCC
CTAGATGTCC
CAAGATGTCC
CAAGATGTCC
GGAGAAGTAC
*** ** *
....|....|
465
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
AC--ACAAGT
GTGGATGAGT
* ***
....|....|
475
AATTGTGTGG
AATTGTGTGG
AATTGTGTGG
AATTGTGTCG
AATTGTGTGG
AATTGTGTGG
AATTGTGGGG
AATTGTGTGG
AGTAGTGCAG
* * *** *
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
485
GCCTAAG--GCCTAAG--GCCTAAG--GCCTAAG--GCCTAAG--TCCTAAG--TCCTAAG--TCCCAAG--ATTACAGTTG
**
....|....|
495
CAACGAGCCC
CAACGAGCCC
CAACGAGCCC
CACCGAGCCC
CACCGAGCCC
CACCGTGCCC
CATCGAGCCC
CAACGAGCCC
CATTTAATCG
**
*
....|....|
505
ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--ACATTGT--GAATTGTGAA
*****
....|....|
515
-TTTACCCGT
-TTTACCCGT
-TTTCCCCGT
-TTTGCCCGT
-TTTGCCTGT
-TTTGCCCGT
-TTTGCCCGT
-TTTGCCCGT
TTCTGCTTGT
* * * **
....|....|
525
TCTACTATCC
TCTACTATCC
TCTACTATCC
TCTACTATCC
TCTACTATCC
TCTACTATCA
TCTACTATCC
TCTACTATCC
TTCG-TGTCC
*
* **
....|....|
535
CCCTCTATTA
CCCTCTATTA
CCCTCTATTA
CCCTCTATGA
CCCTCAATTA
CCCTCTACTA
CCCTCTATGA
CCCTCAATGA
CCCTCTGTCA
*****
*
....|....|
545
CTATACT--T
CTATGCT--A
CTATGCT--T
CTATGCT--T
CTATGCT--T
CTATGCT--T
CTATGCT--T
CTATGCT--T
ATCTCATGTC
* * *
....|....|
605
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATCGACGAGT
ATGGACAAGT
ACTGCGATAT
* *
*
....|....|
555
ATGGGCCGAA
ATGGGCCTAA
ATGGGCCTAA
ATGGGCCTAA
ATGGGCCTAA
ATGGGTCTTA
ATGGGCCTAA
ATGGGCCTAA
GTGAATTTCA
**
*
....|....|
615
TGCTGAGGAA
TGCGGAGGAA
TGCGGAGGAA
TGCGGAGGAA
TCAGGAGGAA
TGAGGAGGAA
TCTGCCGGAA
TCTGGAGGAA
TCAAGCAGAA
*
***
....|....|
565
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
AAGGCCGCGC
ATAACCACAT
*
** *
....|....|
625
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CTCTGTCGAA
CGTGATCAAT
*
** *
....|....|
575
AGCGGCACAC
AGCGGCACAC
AGCGGCACAC
AGCGGCACAC
AGCGGCACAG
AGCGGCACAC
AGCGGCACAC
AGCGGCACAC
----GCCCA** **
....|....|
635
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--ATGAAA
GG--AAGAAA
TTTCATGCAT
* * *
....|....|
585
ACAACATTCG
ACAACATTCG
ACAACATTCG
ACAACATTGG
ACAACATTGG
AAAACATTCG
ACAACATTGG
ACAACATTCA
ACTGCATTAA
*
****
....|....|
645
TGGAATATGG
TGGAATATGG
TGGAATATGG
TTGAAAATGG
TTAAAAATGG
TTGAAAATGG
TAGAAAATGG
TTGAAAATGG
CTGTTTCTCA
*
....|....|
595
ACGACACCCA
ACGACACCCA
ACGACACCCA
ACGACACCCA
ACGACACCCA
ACGAAACCCA
ACGAGACCCA
CACTGGCCCA
TTGGTACTTG
*
....|....|
655
AGACGCATAA
AGACGCATAA
AGACGCATAA
AGACGCATAA
AGACGCATAA
AGACGCATAA
AGAAACATAA
AGAAACGTAA
ATTGAC-TGA
*
* * *
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
16
Lampiran 1(lanjutan)
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV-India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
665
ACCTCAGAAG
ACCTCAGAAG
ACCTCAAAAG
ACCTCAGAAG
ACCTCAGAAG
ACCTGAGAAG
ACCTCAGAAC
ACCTCAGAAC
TCTTCTGTTC
* *
....|....| ....|....| ....|....|
675
685
695
GAGGTTGAAA AATGCGATCT AAATTACTAA
GAGGTTGAAA AATGCGATCT AAATTACTAA
AAGGTTGAAA AATGCGATCT AAATTAGTAA
GAGGTTGGAA AATGCGATCT AAATTGCTAA
GAGGTTGGAA AATGCGATCT AAATTGCTAA
GAGGTTGAAA AATGCGATCT AAATTATTAG
GAGGTTGAAA AATGCGATCT AAATTTGTAA
GAGGTTGGAA AATGCGATCC AAATTGCTAA
GACATTGAAG GGGAACGTCA GAGTGACTTC
* *** *
**
* *
*
....|....|
705
TTAAATTATG
TTAAATTATG
TTAAATTATG
TTAAATTATG
TTAAATTATG
TTAAATTATG
CTAAATTATG
TTAAATTATG
CGCAGCGTCG
*
....|....|
715
AAACTGCAGA
AAACTGTAGA
AAACTGCAGA
AAACTGCAGA
AAACTGCAGA
AAACTGCAAG
AAACTGCAGA
AAACTGCAGA
TTTGTG-AGA
*
** *
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV_India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
725
ACATAGTCTT
ACATAATCTT
ACATAATCTT
ACGTAATCTT
ACATAATCTT
ACATAATCTT
ACGTAATCCT
ACATAATCCT
GCGTACTCTA
* ** **
....|....|
735
TTGGTGCTAA
TTGGTGCTAA
TTGGTGCTAA
TTGGTGCTAA
TTGGAGCTAA
TTGGTGCTAA
TTGGTGCTAA
TTGGGGCTAA
CGCGATCCGA
* * *
....|....|
745
TTCCTTTATT
TTCCTTTATG
TTCCTTTATG
TTCCTTTATC
TTCCTTTAAC
TTCCCTTAAA
TTCTTTCAAT
TTCCTTTAAT
TTC-TATGTA
***
....|....|
755
ACTTTCAACG
ACTTTCAACG
ACTTTCAACG
ACTTTCAACG
ACTTTCAATG
ACTTTCAACG
ACTTTCAACG
ACTTTCAATG
CCCTCCAACA
* * ***
....|....|
765
C----ATCTT
C----ATCTT
C----ATCTT
C----ATCTT
C----ATCTT
C----ATCCT
C----ATCCT
C----ATCTT
CCAAGACCCA
*
* *
....|....|
775
CTTTATTCCC
CTTTATTCCC
CTTTATTCCC
CTTTATTCCC
CTTTATTCCC
CTTTATTCCC
CTTTATTTCC
CTTTATTCCC
TGTTATCATT
****
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV_Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV_India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
785
CGTATTAATC
CGTGTTAATC
CGTGTTAATC
CGTATTAATC
CGTGTTAATC
CGTGTTAATC
TGTGTTAATT
CGTGTTAATC
TCTTACTGAC
*
....|....|
795
GCCTTAGCAT
GCCTTAGCAT
GCCTTAGCAT
GCCTTAGCAT
GCCTTAGCAT
GCCTTAGCAT
GCCTGAGCAT
GCCTTAGCAT
ATTTTGGCA* ***
....|....|
805
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
ATGCATCGTT
GCGCAGCAGA
*** *
....|....|
815
TGCCG-TTTG
TGCCG-TTTG
TGCCG-TTTG
GGCCG-TCTG
GGCCG-TCTG
GGCCG-TCTG
TGCCG-TCTG
GGCCG-TCTG
AATGGCTCCG
* * *
....|....|
825
CTGACCG--CTGACCG--CTGACCG--CTGACCA--CTGACCA--CTGACCA--TTGACCT--CTGACCA--CAGGTGAATA
*
....|....|
835
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
--CCACGAGC
AACTATGAAA
* * **
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV_India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
845
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
AGATCGTCCA
CGGATGTTAA
*
** *
....|....|
855
TCGAT--CTG
TCGAT--CTG
TCGAT--CTG
TCGAT--CTG
TCAAT--CTG
TCGAT--CTG
TCGAT--CTG
TCGAT--CTG
AGAATGTTTG
**
**
....|....|
865
GAAAACACCC
GAAAACACCC
GAAAACACCC
GAAAACACCC
GAAAACACCC
GAACTGACCC
GAAAACACCC
GAAAACACCC
GAAACGAACA
***
* *
....|....|
875
-----CATTC
-----CATTC
-----CATTC
-----CATTC
-----CATTC
-----CACTC
-----CATTC
-----CATTC
AAGTACAGTT
** *
....|....|
885
TAGAACGTCC
TAGAACGTCA
TAGAACGTCC
TAGAACGTCT
TAGAACGTCT
TATAACATCT
TAGAACGTCT
TAGAACGTCT
TGAAATGAAA
* **
....|....|
895
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CCGTCTTTGT
CACAGGACAA
*
ToLCNDV-Indo(Ci)
ToLCNDV-Indo(Pe)
ToLCNDV-Indo(SB)
ToLCNDV-Taiwan
ToLCNDV-Thailand
ToLCNDV-Indo(Java)
ToLCNDV-Pakistan
ToLCNDV_India
SLCCNV-India
Clustal Co
....|....|
905
CGATGTATGC
CGATGTATGC
CGATGTATGC
CGATGTATGC
CGATGTATGC
CGATGTATGC
CGATATACTT
CGATGTATGC
CTGTGTTTCC
* * *
....|....|
915
TTTGA-CATC
TTTGA-CATC
TTTGA-CATC
TTTGA-CATC
TTTGA-CATC
TTTGA-CATC
CTTGA-CATC
TTTGA-CATC
AATGAACATC
*** ****
....|....|
925
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TGACGCTGAT
TAACACTTAT
* ** ** **
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ngawi, pada 17 Mei 1993. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Darmanto dan Ibu Kasminah,
dengan adik bernama Dwi Wijayanti. Penulis menempuh pendidikan di TK tunas
Melati Pakah pada tahun 1999, SDN Pakah 2 pada Tahun 2005, MTsN Mantingan
pada tahun 2008, dan SMAN 1 Gondang pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis
diterima sebagai mahasiswa program studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis juga
mengambil mata kuliah minor Kewirausahaan Agribisnis.
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi anggota Gugus Disiplin
Asrama (GDA) dan anggota UKM Karateka IPB pada tahun 2011. Tahun 20112014 penulis menjadi anggota kepengurusan Paguyupan Mahasiswa Sragen Bogor
(PMSB). Tahun 2012-2014 penulis menjadi penghuni dan aktif dalam kegiatan
Asrama Putri Dramaga (APD). Pada tahun 2012 penulis menjadi anggota
kepengurusan Himpunan mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) IPB. Tahun
2013 menjadi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM
FAPERTA). Penulis juga mengikuti beberapa kepanitianaan dikegiatan IPB,
Fakultas Pertanian, dan Departemen Proteksi Tanaman.
Download