pengaruh keberagaman gender terhadap kinerja keuangan

advertisement
PENGARUH KEBERAGAMAN GENDER TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN DAN EFISIENSI INVESTASI
Zhafarina Isti Ramadhani dan Desi Adhariani
Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh keberagaman gender pada dewan komisaris dan dewan direksi terhadap kinerja
keuangan perusahaan dan efisiensi investasi. Metode pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan
regresi linear berganda dengan data sampel yang berasal dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Kinerja keuangan perusahaan diukur menggunakan ROA,
sedangkan Efisiensi investasi diukur menggunakan ROA dan Leverage. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keberagaman gender pada dewan komisaris dan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan, baik terhadap
kinerja keuangan perusahaan maupun terhadap efisiensi investasi perusahaan.
Kata kunci : direksi; efisiensi investasi; gender; keberagaman; kinerja keuangan; komisaris.
The Influence of Gender Diversity to Financial Performance and Investment Efficiency
Abstract
This study examined the influence of gender diversity on boards of commissioners and directors of the
company's financial performance and efficiency of investment. Method used to test the hypothesis in this study
is multiple linear regressions with sample data derived from the financial statements of the companies listed in
Indonesia Stock Exchange in 2012. The company's financial performance is measured by ROA, while the
investment efficiency is measured by ROA and Leverage. The results of this study indicates that gender diversity
on boards of commissioners and board of directors does not have a significant effect, both of financial
performance as well as to the efficiency of the investment.
Key Words: commissioners; directors; diversity; efficiency investment; financial performance; gender.
Pendahuluan
Kim, Burns, dan Prescott (2009) berpendapat bahwa dalam Teori Tata kelola
perusahaan, struktur dewan memiliki pengaruh yang kuat pada tindakan yang dilakukan
dewan dan manajemen puncak yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Salah satunya melalui komposisi Dewan Komisaris dan Dewan Direksi yang beragam
(diversity). Keberagaman pada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi diharapakan dapat
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
mendorong pengambilan keputusan yang objektif dan komprehensif karena keputusan dapat
diambil dari berbagai macam sudut pandang. Keberagaman komposisi Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi dapat diklasifikasikan dari segi usia, etnis, dan gender. Selain itu juga terdapat
keberagaman dalam hal kepemilikan, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan status
sosial ekonomi (Jackson dan Alvarez, 1992; Sessa dan Jackson, 1995).
Di Indonesia, berdasarkan hasil studi Centre for Governance, Institutions and
Organisations (CGIO) National Singapore University Business School (2012), persentase
perempuan pada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan publik yang terdaftar di
Indonesia Stock Exchange (IDX) sebesar 11,6%. Dari nilai tersebut, sebesar 34% dewan
perusahaan hanya memiliki satu wanita pada anggota dewan dan hanya 2,8% yang memiliki
empat atau lebih perempuan anggota dewan. Perusahaan-perusahaan terbaik memiliki lima
atau lebih anggota dewan perempuan diantaranya Tempo Scan Pacific Tbk, Bank CIMB
Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, Ciputra Surya Tbk, dan Mitra Adiperkasa Tbk.
Jika dibandingkan dengan negara lainnya, nilai 11,6% lebih rendah dari Eropa (17%),
Amerika Utara (16,1%) dan Australia (13,8%); namun lebih baik jika dibandingkan dengan
rata-rata pasar negara berkembang lainnya sebesar 7,2%. Posisi Indonesia juga memimpin
negara Asia lainnya, seperti Jepang (1,1%), Hongkong (10,3%), Malaysia (7,3%) dan
Singapore (7,3%). Berdasarkan keterangan diatas terlihat jelas bahwa terdapat indikasi
peningkatan pada jumlah anggota dewan perempuan di perusahaan berbagai macam negara,
tidak terkecuali di Indonesia. Namun, apakah dengan meningkatnya jumlah perempuan pada
Dewan Komisaris dan Dewan Direktur suatu perusahaan dapat meningkatkan peforma
perusahaan?
Pada jurnal Carter et al (2010) disebutkan bahwa keberagaman gender memiliki
pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Teori yang mendukung pernyataan tersebut adalah
Resource Dependency Theory dan Human Capital Theory. Namun berdasarkan uji hipotesis
yang dilakukan oleh Carter et al (2010), keberagaman gender tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini berdasarkan analisis regresi hasil perhitungan
kinerja keuangan dengan menggunakan Tobin’S Q dan Return On Assets (ROA). Tobin’s Q
menghitung kinerja keuangan perusahaan dari sisi kekayaan perusahaan, sedangkan ROA dari
sisi pendapatan. Hasilnya diperoleh bahwa tidak ada hubungan baik positif ataupun negatif
antara keberagaman gender dan kinerja keuangan perusahaan.
Sedangkan pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Darmadi (2011) bahwa
proposi perempuan pada tingkat eksekutif memiliki hubungan negatif terhadap total aset.
Maka, disimpulkan bahwa proposi perempuan yang tinggi pada tingkat dewan perusahaan
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
umumnya terjadi pada perusahaan kecil yang berorientasi perusahaan keluarga. Terdapat
kemungkinan bahwa perempuan dapat memegang kursi dewan perusahaan dikarenakan ikatan
keluarga atau sebagai pemegang saham kendali. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan yang
besar dianggap lebih sulit bagi perempuan untuk memperoleh kesempatan di kursi dewan
perusahaan.
Selain pengaruh keberagaman gender dengan performa perusahaan, penulis juga
menganalisi pengaruh keberagaman gender terhadap efisiensi investasi perusahaan. Salah satu
hal yang mempengaruhi efisiensi investasi perusahaan adalah masalah asimetri informasi
antara manajemen dan pasar modal, serta asimetri informasi antara manajemen dan pemegang
saham yang dapat mempengaruhi keputusan investasi dari sebuah perusahaan. Hal ini dapat
berujung pada inefisiensi investasi. Verdi (2006) dan Biddle et al. (2009) menyatakan bahwa
inefisiensi investasi tersebut termasuk melewatkan kesempatan investasi dengan Net Present
Value positif (underinvestment) dan juga melaksanakan proyek dengan Net Present Value
negatif (overinvestment).
Faccio, Marchica, dan Mura (2012) menyatakan bahwa tingkat resiko yang diambil
oleh pembuat keputusan dalam proses pengambilan keputusan dapat mempengaruhi tingkat
efisiensi investasi. Besar kecilnya resiko yang diambil oleh pembuat keputusan dapat
dipengaruhi oleh diversifikasi/keberagaman. Salah satunya adalah keberagaman dari sisi
gender. Terkait hubungan antara efisiensi investasi dengan keberagaman gender, Faccio,
Marchica, dan Mura (2012) berpendapat bahwa Chief Executive Officer (CEO) perempuan
tidak mengalokasikan modalnya secara efisien yang dikarenakan CEO perempuan cenderung
menghindari resiko tinggi daripada CEO laki-laki. Hal tersebut dapat mempengaruhi nilainilai yang dipegang para pemegang saham dalam melakukan investasi, karena CEO
perempuan memiliki kecenderungan untuk melewati peluang investasi menguntungkan yang
memiliki resiko lebih tinggi.
Berdasarkan keterangan diatas, penulis mencoba untuk menganalisa pengaruh
keberagaman gender pada Dewan Komisaris dan Dewan Direksi terhadap pengambilan
keputusan perusahaan terkait kinerja keuangan dan efisiensi investasi.
Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
Corporate Governance
Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefinisikan Corporate
Governance sebagai seperangkat peraturan antara hubungan para pemegang saham, manajer,
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan tanggung jawab, atau sistem diarahkan dan dikendalikan oleh perusahaan
(FCGI, 2001). Tujuan dari Corporate Governance sebagai pemberi nilai tambah bagi semua
pihak yang berkepentingan atau stakeholder (KNKG, 2006). KNKG menetapkan bahwa
terdapat asas-asas penting yang diperlukan dalam menerapkan GCG, yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan yang diperlukan
untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan
para pemangku kepentingan (stakeholders). Selain itu, untuk mewujudkan Tata Kelola
Perusahaan yang baik juga dapat dilakukan melalui pengendalian yang dilakukan terhadap
anggota dewan perusahaan.
Dalam Corporate Governance terdapat dua struktur dewan dalam perusahaan, yaitu
Model Anglo-Saxon atu biasa disebut One Tier System (sistem satu tingkat) dan Model
Continental Europe atau biasa disebut Two Tier System (sistem dua tingkat). Pada One Tier
System, anggota Dewan Komisaris juga merangkap anggota Dewan Direksi sehingga kedua
dewan ini disebut board of directors. Sedangkan pada Two Tier System, susunan anggota
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi terpisah. Dewan Direksi diangkat dan dapat diganti
setiap waktu oleh badan pengawas (Dewan Komisaris). Dewan Direksi juga harus
memberikan informasi kepada Dewan Komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh
Dewan Komisaris, sehingga Dewan Komisaris memiliki tanggungjawab utama untuk
mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan
diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksitransaksi dengan pihak ketiga.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang dapat mengukur efektivitas dan
efisiensi suatu oganisasi untuk mencapai tujuannya. Kinerja keuangan juga menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang dapat diukur dengan berbagai
macam indikator. Salah satu indikator yang sering digunakan pada pengukuran kinerja
keuangan adalah profitabilitas. Bodie, Kane, dan Marcus (1996) berpendapat bahwa
profitabilitas merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Profitabilitas juga dapat menggambarkan sebagai penggunaan total aktiva
dan aktiva bersih secara efektif (Helfert, 2000).
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Rasio profitabilitas dapat diukur menggunakan Return On Asset (ROA), Return On
Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Gross Profit
Margin, atau dapat mengunakan asset utilization, seperti total asset turnover, inventory
turnover, dan working capital turnover. Namun pada penulisan ini pengukuran yang
digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan adalah ROA, sesuai dengan
penelitian Carter et al (2010), Darmadi (2011), dan Adams dan Ferreira (2009). ROA
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk mengalokasikan dan mengelola sumber
dayanya secara efektif. Semakin tinggi nilai ROA, maka laba yang dihasilkan atas
penggunaan aktiva perusahaan semakin efisien.
Keberagaman Gender pada Dewan Komisaris dan Direksi
Resource Dependence Theory
Reseource Dependence Theory adalah teori yang berfokus pada hubungan eksternal
dengan kekuasaan dipegang oleh divisi yang paling penting untuk mengatasi dan
memecahkan masalah organisasi yang timbul dari lingkungan sekitar (Pfeffer dan Salancik,
1978). Dewan perusahaan berfungsi untuk menghubungkan perusahaan dengan organisasi
eksternal lain untuk mengatasi dependensi lingkungan. Pfeffer dan Salancik (1978)
menyarankan empat manfaat utama untuk hubungan eksternal: (1) penyediaan sumber daya
seperti informasi dan keahlian; (2) penciptaan saluran komunikasi dengan konstituen penting
bagi perusahaan; (3) penyediaan komitmen dukungan dari organisasi penting atau kelompok
dalam lingkungan eksternal; dan (4) penciptaan legitimasi bagi perusahaan dalam lingkungan
eksternal. Hillman, Cannella, dan Paetzold (2000) memperluas keempat manfaat menjadi
taksonomi jenis direktur yang menyediakan berbagai sumber daya untuk perusahaan, yaitu
internal, ahli bisnis, support specialists, dan tokoh masyarakat. Hillman et al. (2000) juga
berpendapat bahwa keberagaman dewan akan memberikan berbagai manfaat sumber daya
untuk perusahaan. Sehingga, dewan yang lebih beragam akan menyediakan lebih banyak
sumber daya yang berharga, yang seharusnya dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang
lebih baik. Perbedaan gender dan etnis pada dewan komisaris dan dewan direksi juga sangat
memungkinkan untuk menghasilkan informasi unik yang tersedia untuk manajemen yang
digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Selain itu, komposisi direksi yang
beragam juga menyediakan akses ke konstituen penting dalam lingkungan eksternal. Sehingga
keberagaman pada kursi dewan diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang berpengaruh
pada kinerja perusahaan yang lebih baik.
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Human Capital Theory
Terjesen, Sealy, dan Singh (2009) menunjukkan bahwa teori sumber daya manusia
(Human Capital Theory) berasal dari karya Becker (1964) yang membahas peran seseorang
dilihat dari pendidikan, pengalaman, dan keterampilan yang dapat digunakan untuk
kepentingan organisasi. Selanjutnya, perbedaan gender dalam direksi juga mempengaruhi
sumber daya manusia yang unik Terjesen, Sealy, dan Singh (2009).
Bukti pada sumber daya manusia, khususnya perempuan, menunjukkan bahwa
perempuan memiliki kualitas sumber daya yang sama baiknya dengan laki-laki, termasuk di
tingkat pendidikan, namun perempuan cenderung kurang memiliki pengalaman sebagai pakar
bisnis Terjesen, Sealy, dan Singh (2009). Sehingga teori sumber daya manusia memprediksi
bahwa kinerja dewan akan dipengaruhi oleh keberagaman dewan sebagai akibat dari
keberagaman dan keunikan sumber daya manusia, namun efeknya bisa positif atau negatif
dari perspektif kinerja keuangan.
Agency Theory
Fungsi dewan dalam melakukan monitor dan pengendalian manajer adalah konsep
dasar dari teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976). Carter, Simkins, dan Simpson (2003)
menunjukkan bahwa dewan yang lebih beragam memungkinkan monitor yang lebih baik dari
manajer karena keberagaman dewan dapat meningkatkan kebebasan dewan, tetapi mereka
juga mengatakan bahwa teori keagenan tidak memberikan prediksi yang jelas tentang
hubungan antara keberagaman dewan dan kinerja keuangan. Dewan Direksi yang beragam
cenderung lebih terikat dengan manajer (Carleton, Nelson, dan Weisbach, 1998). Selain itu,
faktor-faktor seperti posisi kepemilikan dalam perusahaan dianggap memiliki pengaruh yang
lebih kuat dalam memonitor dewan.
Sehingga teori keagenan dianggap tidak memberikan kontribusi yang kuat dalam
meningkatkan keuntungan financial perusahaan melalui keberagaman dewan seperti halnya
resource dependence perspective. Namun teori keagenan tidak mengesampingkan bahwa ada
kemungkinan manfaat yang diperoleh dari adanya keberagaman ada dewan perusahaan.
Social Psychological Theory
Westphal dan Milton (2000) menunjukkan bahwa social psychological concept pada
status minoritas berasal dari social impact theory. Teori ini memprediksi bahwa individu
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
dalam kelompok mayoritas memiliki potensi untuk mengerahkan jumlah yang tidak proposi
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok (Westphal & Milton, 2000).
Sehingga memungkinkan bahwa direksi yang beragam tidak akan mempengaruhi dewan.
Campbell dan Minguez-Vera (2008) berpendapat bahwa proporsi peempuan yang lebih besar
di antara anggota dewan menghasilkan opini yang lebih beragam sehingga membuat
pengambilan keputusan lebih memakan waktu dan kurang efektif. Namun, Kim, Burns, dan
Prescott (2009) berpendapat bahwa keberagaman dewan secara positif berhubungan dengan
jangkauan, kecepatan, serta kemampuan langkah strategis tim manajemen puncak dalam
analisis teoritis mereka tentang peran strategis dewan direksi. Singkatnya, teori dan bukti
menunjukkan bahwa keberagaman dewan mungkin memiliki efek baik positif maupun negatif
terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan empat teori diatas, resource dependence theory dan human capital
theory, meyakini bahwa ada kemungkinan hubungan positif antara kedua hal tersebut, tetapi
kedua teori tersebut tidak secara khusus memprediksi adanya hubungan antara keberagaman
dewan dengan kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan agency theory juga berpendapat
bahwa belum terdapat hubungan yang jelas kalau direksi yang beragam dapat meningkatkan
kinerja perusahaan, walaupun dengan adanya direksi yang beragam memungkinkan adanya
pengawasan yang lebih baik dari manajemen. Social Psychological Theory juga menunjukkan
bahwa direksi yang beragam mungkin tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan yang
diberikan oleh dewan perusahaan. Walaupun demikian, anggota yang lebih beragam pada
anggota dewan memungkinkan munculnya ide-ide kreatif dan inovatif dalam membuat suatu
keputusan.
H1
: Keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan memiliki pengaruh positif
kinerja keuangan perusahaan.
Efisiensi Investasi
Investasi yang efisien menurut Faccio, Marchica, dan Mura (2012) dipengaruhi oleh
kemampuan pembuat keputusan investasi dalam mengambil resiko. Pertimbangan yang
digunakan sebagai ukuran dalam pengambilan suatu resiko, yaitu leverage dan tingkat
profitabilitas perusahaan (Faccio, Marchica, dan Mura, 2012). Tingkat leverage digunakan
untuk mengukur seberapa besar resiko yang diambil perusahaan dalam melakukan
pembiayaan atas investasinya. Semakin besar tingkat leverage maka semakin meningkat juga
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
baik return maupun resiko investasi tersebut. Sedangkan tingkat profitabilitas perusahaan
diukur menggunakan Return On Asset (ROA). Semakin tinggi tingkat ROA maka semakin
besar tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Penelitian lain juga mengidentifikasi dua hal lainnya yang dapat mempengaruhi
tingkat efisiensi investasi perusahaan. Dua hal tersebut ialah moral hazard dan adverse
selection, yang disebabkan oleh adanya asimetri informasi antara manajer dengan penyedia
modal yang dapat mempengaruhi efisiensi investasi modal. Moral hazard terjadi ketika
manajer lebih mementingkan untuk memaksimalkan kesejahteraan personalnya dalam
melakukan investasi tanpa mengedepankan kepentingan pemegang saham (Jensen dan
Meckling, 1976). Hal ini mengakibatkan manajer melakukan overinvestment ataupun
underinvestment, tergantung dari ketersediaan modal. Hal lain yang dapat mempengaruhi
alokasi efisiensi investasi adalah struktur tata kelola perusahaan. Chen dan Chen (2011)
berpendapat bahwa tata kelola perusahaan memainkan peran penting dalam efisiensi alokasi
sumber daya perusahaan yang dapat mempengaruhi valuasi perusahaan, salah satunya terkait
dengan karakteristik dewan.
Efisiensi Investasi dan Keberagaman Gender
Sehubungan dengan pengambilan keputusan dalam proses investasi, terdapat bukti
yang menyatakan bahwa keberagaman gender memiliki pengaruh terhadap keputusan
perusahaan. Hal tersebut berdasarkan pendapat Adams dan Ferreira (2009) yang memberikan
bukti bahwa tingkat perputaran CEO berkorelasi lebih kuat dengan kinerja perusahaan yang
buruk ketika dewan direksi memiliki gender yang lebih beragam. Ahern dan Dittmar (2012)
menyatakan bahwa pengenalan terhadap kuota gender pada anggota dewan perusahaan
menyebabkan peningkatan dalam akuisisi dan penurunan kinerja pada perusahaan publik di
Norwegia. Weber dan Zulehner (2010) juga menyatakan bahwa
karyawan perempuan
menampilkan angka kemungkinan bertahan hidup yang lebih tinggi.
Hal lain yang mempengaruhi hubungan antara gender dengan efisiensi investasi
adalah kecenderungan perempuan untuk mengambil resiko yang lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki. Sunden dan Surette (1998), serta Bernasek dan Shwiff (2001) menyatakan
yang perempuan secara signifikan lebih menghindari risiko dalam alokasi kekayaan meraka
untuk pensiun. Perbedaan pada risk aversion ini menyebabkan dua hipotesis. Pertama,
perusahaan yang dijalankan oleh CEO wanita akan membuat pilihan-pilihan keputusan
perusahaan yang kurang berisiko dan menghasilkan outcome yang kurang stabil. Hal ini
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
merupakan konsekuensi langsung atas penghindaran risiko yang lebih tinggi. Kedua,
menghindari proyek-proyek berisiko dengan ekspektasi net present value positif yang akan
mengurangi efisiensi proses alokasi modal. (Faccio, Marchica, dan Mura, 2012).
Dari hasil pengujian pada kedua hipotesis diatas disebutkan bahwa perusahaanperusahaan yang dijalankan oleh CEO perempuan mengambil risiko keuangan yang lebih
rendah dibandingkan CEO laki-laki. Hal tersebut terlihat dari nilai leverage pada CEO
perempuan sebesar 3,4% yang jauh lebih rendah dari keseluruhan rata-rata leverage sebesar
37,4%. Selain itu, perbedaan volatilitas pada tingkat profitabilitas perusahaan yang dijalankan
oleh CEO perempuan dengan perusahaan yang dijalankan oleh CEO laki-laki cukup besar
(1,998/100 = 0,020) dibandingkan dengan rata-rata sampel (0,048). Sehingga disimpulkan
bahwa proses alokasi modal yang dijalankan oleh CEO perempuan kurang efisien jika
dibandingkan dengan CEO laki-laki. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh kecenderungan
CEO perempuan yang kurang berani mengambil resiko jika dibandingkan CEO laki-laki.
H2
: Keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan memiliki pengaruh negatif
dengan efisiensi investasi.
Metode Penelitian
Model yang digunakan dalam pengujian ini dibagi dua berdasarkan variabel dependen
masing-masing, yaitu ROA (Model 1) untuk menentukan pengaruh keberagaman gender
terhadap kinerja keuangan perusahaan dan untuk menentukan pengaruh keberagaman gender
terhadap efisiensi investasi menggunakan model perhitungan ROA (Model 2) dan Leverage
(Model 3).
Model 1 à
ROAi
= β0 + β1FBOCi + β2FBODi + β3PFBCi + β4PFBDi + β5SIZEi
+ β6PICi + εi
Model 2 à
ROAi
= β0 + β1FBOCi + β2FBODi + β3PFBCi + β4PFBDi + β5SIZEi
+ β6PICi + β7LEVERAGEi + εi
Model 3 à
LEVERAGEi = β0 + β1FBOCi + β2FBODi + β3PFBCi + β4PFBDi + β5SIZEi
+ β6PICi + εi
Keterangan:
ROAi
= return on assets pada perusahaan i pada akhir periode;
LEVERAGEi = rasio financial debt dibagi dengan jumlah financial debt ditambah ekuitas.
Financial debt merupakan jumlah utang jangka panjang (tidak termasuk
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
FBOCi
=
FBODi
=
PFBCi
=
PFBDi
=
SIZEi
=
PICi
=
εi
=
kewajiban tidak lancar lainnya) ditambah utang jangka pendek perusahaan
i pada akhir periode penelitian.
variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai komisaris utama
dan 0 untuk laki-laki sebagai komisaris utama pada perusahaan i di akhir
periode penelitian.
variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai direktur utama dan
0 untuk laki-laki sebagai direktur utama pada perusahaan i di akhir periode
penelitian.
proposi dewan komisaris perempuan pada perusahaan i pada akhir periode
penelitian.
proposi dewan direksi perempuan pada perusahaan i pada akhir periode
penelitian.
ukuran perusahaan yang diukur dari natural logaritma atas total aset
perusahaan i pada akhir periode penelitian.
proposi jumlah komisaris independen atas jumlah total dewan komisaris
perusahaan i pada akhir periode penelitian.
error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.
Hasil Penelitian
Deskripsi Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari laporan tahunan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 sebanyak 472 perusahaan. Dari
total 472 perusahaan tersebut sebanyak 128 perusahaan yang termasuk dalam industri
keuangan, property and real estate, serta building construction dikeluarkan dari daftar
penelitian karena sampel tersebut memiliki karakteristik yang unik. Lalu, terdapat 40
perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data laporan keuangan yang diperlukan dalam
penelitian ini juga tidak diikutsertakan sebagai sampel penelitian. Selain itu, sebelum proses
pengolahan data, diperiksa dulu apakah data tersebut memiliki outlier atau tidak. Proses
penetapan sampel diringkas dalam Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Deskripsi Sampel
Deskripsi
Perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2012
Perusahaan di Industri Keuangan
Perusahaan di Industri Property and Real Estate
dan Building Construction
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
tahunan di website BEI
Sampel yang mengandung data Outlier
Total sampel penelitian
Jumlah
Perusahaan
Model 1
472
(74)
Jumlah
Perusahaan
Model 2 dan 3
472
(74)
(54)
(54)
(40)
(40)
(22)
282
(51)
253
Sumber : Hasil pengolahan data oleh penulis, 2014
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan Tabel 2.1 dapat terlihat bahwa rata-rata ROA perusahaan pada sampel
model 1 sebesar 0,0484 sehingga rata-rata income yang diperoleh perusahaan atas
penggunaan aset yang dimiliki perusahaan sebesar 4,84% dengan standar deviasi atas ROA
sebesar 7,1%. Sehingga persebaran ROA ini rentangnya terletak antara nilai minimum sebesar
-1,723 dan nilai maksimum sebesar 0,594. Sedangkan pada Tabel 2.2 untuk model 2 dan 3,
rata-rata nilai ROA pada 253 sampel sebesar 0,0455. Nilai tersebut berbeda tipis dengan ratarata nilai ROA pada model 1, dengan rata-rata income yang diperoleh perusahaan atas
penggunaan asetnya sebesar 4,55% yang berasal dari rentang nilai minimum -0,1857 dan nilai
maksimum 0,2444 sehingga persebaran standar deviasinya sebesar 6,23%, lebih rendah dari
standar deviasi model 1.
Tabel 2.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Model 1
Variable
ROA
FBOC
FBOD
PFBC
PFBD
SIZE
PIC
Jumlah Sampel
282
282
282
282
282
282
282
Mean Std. Dev.
0.0484
0.0710
0.0851
0.2795
0.0638
0.2449
10.1442 18.3919
12.5867 18.1653
14.2470
1.7403
0.3814
0.1162
Min
-1.1915
0
0
0
0
9.2670
0
Max
0.2897
1
1
100
100
19.0210
0.75
Sumber : Hasil olah data STATA, 2014
ROA = rasio nilai laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset perusahaan; FBOC = Female Chief Board of
Commissioner, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai komisaris utama dan 0 untuk laki-laki
sebagai komisaris utama; FBOD = Female Chief Board of Directors, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan
sebagai direktur utama dan 0 untuk laki-laki sebagai direktur utama; PFBC = Proportion of Female in Board of
Commissioner, proposi jumlah wanita pada dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris secara
keseluruhan; PFBD = Proportion of Female in Board of Directors, proposi jumlah wanita pada dewan direksi
dibandingkan dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan; SIZE = logaritma natural dari nilai pasar ekuitas
perusahaan; PIC = proposi komisaris independen pada seluruh anggota dewan.
Pada model 1 (Tabel 2.1), nilai rata-rata variabel FBOD sebesar 0,0638 dengan
persebaran standar deviasi sebesar 0,2449. Hal ini menunjukkan bahwa hanya terdapat 6,38%
jumlah perempuan sebagai direktur utama dan sisanya sebesar 93,62% merupakan laki-laki.
Sedangkan untuk variabel FBOC, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 0,0851 dengan standar
deviasi sebesar 0,2795. Jumlah komisaris utama perempuan hanya sebesar 8,51% dari total
keseluruhan sampel dengan proporsi laki-laki sebesar 91,49%. Sehingga dapat terlihat bahwa
posisi komisaris utama dan direktur utama masih lebih di dominasi oleh laki-laki. Sedangkan
untuk rata-rata proposi anggota dewan komisaris perempuan atas total anggota dewan
komisaris keseluruhan sebesar 10,1442. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
proposi anggota dewan direksi perempuan sebesar 12,5867 dengan masing-masing standar
deviasi sebesar 18,3919 dan 18.1653. Hal ini menunjukkan bahwa pada model 1 jumlah
dewan direksi perempuan pada perusahaan terdaftar di BEI tahun 2012 lebih banyak
jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris perempuan dengan rentang
nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100, sehingga terdapat perusahaan yang memiliki
perempuan sebagai dewan komisaris dan dewan direksi sebanyak 100% dan ada yang sama
sekali tidak memiliki anggota dewan komisaris dan direksi perempuan.
Tabel 2.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Model 2 dan 3
Variable
ROA
LEVERAGE
FBOC
FBOD
PFBC
PFBD
SIZE
PIC
Jumlah Sampel
253
253
253
253
253
253
253
253
Mean Std. Dev.
0.0455
0.0632
0.5262
0.1984
0.0870
0.2823
0.0593
0.2366
10.4099 17.9942
11.9165 16.5793
14.2453
1.6855
0.3811
0.1162
Min
-0.1857
0.0395
0
0
0
0
9.7304
0
Max
0.2444
0.9859
1
1
75
66.67
18.5284
0.75
Sumber : Hasil olah data STATA, 2014
ROA = rasio nilai laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset perusahaan; LEVERAGE = rasio financial debt
dibagi dengan jumlah aktiva; FBOD = Female Chief Board of Directors, variabel dummy yang bernilai 1 jika
perempuan sebagai direktur utama dan 0 untuk laki-laki sebagai direktur utama; FBOC = Female Chief Board of
Commissioner, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai komisaris utama dan 0 untuk laki-laki
sebagai komisaris utama; PFBD = Proportion of Female in Board of Directors, proposi jumlah wanita pada dewan
direksi dibandingkan dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan; PFBC = Proportion of Female in Board of
Commissioner, proposi jumlah wanita pada dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris secara
keseluruhan; SIZE = logaritma natural dari nilai pasar ekuitas perusahaan; PIC = proposi komisaris independen pada
seluruh anggota dewan.
Berbeda dengan model 1, pada model 2 dan 3 (Tabel 2.2) variabel FBOD memiliki
rata-ratanya sebesar 0,0593 yang menunjukkan hanya 5,93% jumlah perempuan sebagai
direktur utama dan sisanya sebesar 94,07% merupakan laki-laki. Sedangkan untuk variabel
FBOC, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 0,0870 berarti jumlah komisaris utama
perempuan pada model ini hanya sebesar 8,7% dari total keseluruhan sampel dengan poporsi
laki-laki sebesar 91,3%. Sehingga dapat terlihat bahwa posisi komisaris utama dan direktur
utama pada model ini sama seperti model 1 yang lebih di dominasi oleh laki-laki. Pada ratarata proposi anggota dewan komisaris perempuan atas total anggota dewan komisaris
keseluruhan sebesar 10,4099 dengan nilai minimum 0 dan maksimum 75, sehingga dapat
terlihat bahwa maksimum proposi perempuan pada dewan komisaris hanya sebesar 75% dan
ada yang tidak memiliki dewan komisaris perempuan sama sekali. Sedangkan proposi
anggota dewan direksi perempuan, nilai rata-ratanya sebesar 11,9165 dengan nilai minimum 0
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
dan niai maksimum 66,67 yang menunjukkan bahwa maksimum proposi wanita pada dewan
direksi sebesa 66,67%. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pada model 2 jumlah dewan
direksi perempuan pada perusahaan terdaftar di BEI tahun 2012 lebih banyak jumlahnya jika
dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris perempuan, namun tidak ada perusahaan yang
100% memiliki dewan komisaris atau dewan direksi perempuan secara keseluruhan.
Pada variabel PIC, rata-rata poporsi komisaris independen yang diperoleh pada model
1 sebesar 0,3814 sehingga dapat diartikan bahwa rata-rata perusahaan memiliki komisaris
independen sebanyak 38,14% dari total dewan komisaris perusahaan. Rata-rata ini hampir
sama dengan rata-rata komisaris independen model 2 dan 3 sebesar 38,11%. Sedangkan pada
variabel SIZE model 1, nilai rata-ratanya sebesar 14.2470 dengan standar deviasi yang cukup
besar yaitu 1,7403. Hal ini menunjukkan bahwa sampel perusahaan yang terdapat dalam
penelitian ini memiliki persebaran aset yang besar dengan nilai minimum 9,2670 atau sama
dengan Rp 10,582M pada total aset PT. Alam Karya Unggul Tbk dan nilai maksimum sebesar
19,021 atau sama dengan Rp 182,274T pada PT Astra International Tbk. Sedangkan untuk
model 2 dan 3, rata-rata variabel SIZE sebesar 14,2453 dengan standar deviasi sebesar
1,6855. Persebaran sampel pada model ini juga cukup besar dengan nilai minimum 9,7304
atau sama dengan Rp 16,821M pada total aset PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan
nilai maksimum 18,5284 atau sama dengan Rp 111,369T pada total aset PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk.
Pada variabel leverage pada model 2 dan 3 memiliki nilai rata-rata yang diperoleh
sebesar 0,5262 dengan standar deviasi sebesar 0,1984. Nilai standar deviasi tersebut tidak
terlalu tinggi sehingga persebaran nilai leverage tidak telalu besar dengan nilai maksimum
leverage sebesar 0,9859 sedangkan nilai minimumnya sebesar 0,0395. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai leverage tidak terlalu bervariasi.
Analisis Hasil Pengujian Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Pada model 1, pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui
pengaruh keberagaman gender pada dewan komisaris dan dewan direksi pada kinerja
keuangan. Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat nilai signifikan FBOC adalah 0,372. Nilai tersebut
lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara
FBOC terhadap ROA. Variabel FBOD juga memiliki nilai signifikan sebesar 0,402 yang
bernilai lebih besar dari α = 0,05 sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tidak terdapat
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
pengaruh antara FBOD terhadap ROA. Sedangkan variabel PFBC dan PFBD yang
merepresentasikan proporsi perempuan pada anggota dewan komisaris dan dewan direksi,
memiliki nilai signifikan masing-masing sebesar 0,227 dan 0,349. Nilai tersebut lebih besar
dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ke-empat variabel tersebut (FBOC,
FBOD, PFBC, dan PFBD) yang mengukur tentang keberagaman gender pada anggota dewan
komisaris dan dewan direksi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan yang diukur dengan ROA. Hasil ini bertolak belakang dengan hipotesis 1 (H1) yang
menyatakan bahwa Keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan, sehingga H1 ditolak.
Tabel 3.1 Analisis linear berganda Model 1
ROA
Variabel Dependen
CONSTANT
FBOC
FBOD
PFBC
PFBD
SIZE
PIC
Jumlah Sampel
Prob > F
R-square (R²)
Adj. R-square (R²)
Prediksi
positif
positif
positif
positif
positif
positif
Coefficient
-0.0429327
-0.0160183
0.0161781
0.000331
-0.0002483
0.0087087
-0.0855499
282
0.0035
0.0678
0.0474
t
-1.15
-0.89
0.84
1.21
-0.94
3.58
-2.36
Sig
P > ӏ t ӏ
0.251
0.372
0.402
0.227
0.349
0.000 **
0.019 *
*
Sumber: Hasil olah data STATA, 2014
**Tingkat signifikan α = 1% (one-tailed); * Tingkat signifikan α = 5% (one-tailed). Jumlah Sampel = 282; ROA =
rasio nilai laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset perusahaan; FBOC = Female Chief Board of
Commissioner, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai komisaris utama dan 0 untuk laki-laki
sebagai komisaris utama; FBOD = Female Chief Board of Directors, variabel dummy yang bernilai 1 jika
perempuan sebagai direktur utama dan 0 untuk laki-laki sebagai direktur utama; PFBC = Proportion of Female in
Board of Commissioner, proporsional jumlah wanita pada dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan
komisaris secara keseluruhan; PFBD = Proportion of Female in Board of Directors, proporsional jumlah wanita
pada dewan direksi dibandingkan dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan; SIZE = logaritma natural dari
nilai pasar ekuitas perusahaan; PIC = proporsional komisaris independen pada seluruh anggota dewan.
Hasil diatas bertolak belakang dengan resources dependency theory yang menyatakan
bahwa keberagaman dewan komisaris dan direksi memiliki potensi untuk meningkatkan
informasi yang unik untuk diberikan ke manajemen sehingga diharapkan dapat memberikan
nilai tambah dalam membuat suatu keputusan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang
lebih baik. Namun, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Carter et al (2010) yang
menyatakan tidak terdapat hubungan antara keberagaman gender terhadap kinerja keuangan
perusahaan, serta agency theory yang menyatakan bahwa masih belum ada hubungan yang
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
pasti bahwa keberagaman anggota dewan direksi dan komisaris dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
Selain itu, jumlah dewan komisaris dan dewan direksi perempuan masih terlalu sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris dan dewan dieksi laki-laki. Hal ini
kemungkinan karena posisi perempuan pada anggota dewan umumnya juga masih disebabkan
karena faktor keluarga dan umumnya terjadi pada perusahaan kecil (Darmadi, 2011).
Sehingga sulit untuk mengukur apakah posisi perempuan pada anggota dewan tersebut hanya
dikarenakan faktor keluarga saja atau memang karena kompetensinya yang baik sehingga
dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Faktor lainnya yang mungkin dapat mendukung hasil uji hipotesis satu (H1) dapat
dipengaruhi dari jenis industri perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Pada industriindustri, seperti pertanian, pertambangan, manufaktur, infrastruktur, utilitas, transportasi,
perdagangan, jasa, dan investasi, perbedaan gender mungkin tidak terlalu dibutuhkan dalam
menjalankan perusahaan. Berbeda halnya jika industri yang diambil adalah industri yang di
dominasi perempuan, seperti industri fashion sehingga dapat lebih mudah untuk menentukan
pengaruh gender, perannya terhadap kinerja perusahaan.
Tabel 3.2 Analisis linear berganda Model 2
ROA
Variabel Dependen
CONSTANT
FBOC
FBOD
PFBC
PFBD
SIZE
PIC
LEVERAGE
Jumlah Sampel
Prob > F
R-square (R²)
Adj. R-square (R²)
Prediksi
negatif
negatif
negatif
negatif
positif
positif
negatif
Coefficient
0.0417558
-0.0122826
0.0176458
0.0004037
-0.0002122
0.0072718
-0.082922
-0.1327927
253
0.0000
0.2037
0.1810
t
1.27
-0.81
1.05
1.70
-0.87
3.23
-2.60
-7.11
Sig
P > ӏ t ӏ
0.207
0.416
0.295
0.090
0.385
0.001 **
0.010 **
0.000 **
**
Sumber : Hasil olah data STATA, 2014
**Tingkat signifikan α = 1% (one-tailed); * Tingkat signifikan α = 5% (one-tailed). Jumlah Sampel = 253; ROA =
rasio nilai laba bersih perusahaan dibagi dengan total aset perusahaan; LEVERAGE = rasio financial debt dibagi
dengan jumlah aktiva; FBOD = Female Chief Board of Directors, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan
sebagai presiden direktur dan 0 untuk laki-laki sebagai presiden direktur ; FBOC = Female Chief Board of
Commissioner, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai komisaris utama dan 0 untuk laki-laki
sebagai komisaris utama ; PFBD = Proportion of Female in Board of Directors, proporsi jumlah wanita pada dewan
direksi dibandingkan dengan jumlah dewan direksi secara keseluruhan ; PFBC = Proportion of Female in Board of
Commissioner, proporsi jumlah wanita pada dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris secara
keseluruhan ; SIZE = nilai pasar ekuitas perusahaan ; PIC = proporsi komisaris independen pada seluruh anggota
dewan.
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Tabel 3.3 Analisis linear berganda Model 3
LEVERAGE
Prediksi
Variabel Dependen
CONSTANT
FBOC
negatif
FBOD
negatif
PFBC
negatif
PFBD
negatif
SIZE
positif
PIC
positif
Jumlah Sampel
Prob > F
R-square (R²)
Adj. R-square (R²)
Coefficient
0.1539276
-0.0081008
-0.0501157
0.0003211
0.0008436
0.0272806
-0.068326
253
0.0299
0.0548
0.0318
t
1.37
-0.16
-0.88
0.40
1.02
3.65
-0.63
Sig
P > ӏ t ӏ
0.171
0.875
0.382
0.692
0.311
0.000 **
0.530
*
Sumber : Hasil olah data STATA, 2014
**Tingkat signifikan α = 1% (one-tailed); * Tingkat signifikan α = 5% (one-tailed). Jumlah Sampel = 253 ;
LEVERAGE = rasio financial debt dibagi dengan jumlah aktiva; FBOD = Female Chief Board of Directors,
variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan sebagai presiden direktur dan 0 untuk laki-laki sebagai presiden
direktur ; FBOC = Female Chief Board of Commissioner, variabel dummy yang bernilai 1 jika perempuan
sebagai komisaris utama dan 0 untuk laki-laki sebagai komisaris utama ; PFBD = Proportion of Female in
Board of Directors, proporsi jumlah wanita pada dewan direksi dibandingkan dengan jumlah dewan direksi
secara keseluruhan ; PFBC = Proportion of Female in Board of Commissioner, proporsi jumlah wanita pada
dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris secara keseluruhan ; SIZE = nilai pasar ekuitas
perusahaan ; PIC = proporsi komisaris independen pada seluruh anggota dewan.
Pengukuran efisiensi investasi perusahaan pada penelitian ini menggunakan dua
model, yaitu model 2 dan model 3. Model 2 mengukur efisiensi investasi dari ROA untuk
melihat earning yang didapatkan perusahaan atas penggunaan aset perusahaan yang efisien.
Sedangkan model 3 diukur menggunakan leverage untuk mengukur indikasi tingkat resiko
keuangan yang diambil oleh dewan direksi dan dewan komisaris perempuan dalam
mengambil keputusan investasi.
Berdasarkan model 2 (Tabel 3.2), nilai signifikan pada variabel FBOC dan FBOD
masing-masing sebesar 0,416 dan 0,295. Nilai ini lebih besar dari α = 0,05. Sehingga
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan pada posisi perempuan pada komisaris
utama maupun direktur utama dalam meningkatkan efisiensi investasi perusahaan. Begitu
juga dengan nilai signifikan PFBD yang bernilai 0,385. Nilai tersebut lebih besar dari α =
0,05. Sehingga besar kecilnya proporsi perempuan pada dewan direksi tidak berpengaruh
terhadap tingkat efisiensi investi perusahaan. Sedangkan pada variabel PFBC, nilai
signifikannya sebesar 0,090. Nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05 namun masih lebih
rendah jika menggunakan α = 0,10. Hal ini berarti proporsi perempuan pada dewan komisaris
masih memiliki sedikit pengaruh terhadap efisiensi investasi perusahaan, namun tidak
signifikan. Sedangkan pada model 3 (Tabel 3.3), nilai signifikan FBOC dan FBOD masing-
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
masing sebesar 0,875 dan 0,382. Nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05. Begitu juga variabel
PFBC dan PFBD yang memiliki nilai signifikan 0,692 dan 0,311 lebih besar dari batas α =
0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh gender terkait tingkat leverage suatu perusahaan
dalam membuat keputusan alokasi investasi. Sehingga jika dilihat secara keseluruhan, tidak
ada pengaruh keberagaman gender pada komposisi dewan perusahaan terhadap efisiensi
investasi, baik pengaruh positif maupun negatif, sehingga hipotesis 2 (H2) ditolak.
Hasil di atas bertolak belakang dengan hasil penelitian Faccio, Marchica, dan Mura
(2012) yang menyatakan bahwa CEO perempuan memiliki kecenderungan untuk melewati
peluang investasi yang menguntungkan dengan resiko yang lebih tinggi. Hal ini
mempengaruhi efisiensi proses alokasi modal sehingga menyebabkan investasi perusahaan
tidak efisien. Sehingga kemungkinan masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengambilan keputusan investasi selain risk aversion pada dewan komisaris dan dewan
direksi perempuan, salah satunya moral hazard.
Moral hazard terjadi ketika manajer lebih mementingkan untuk memaksimalkan
kesejahteraan personalnya dalam melakukan investasi tanpa mengedepankan kepentingan
pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976) sehingga dapat memungkinkan pembuat
keputusan tidak mengalokasikan investasinya secara efisien. Salah satu cara yang
dimungkinkan untuk menghindari moral hazard ini dapat dilakukan pengawasan yang lebih
ketat terhadap dewan perusahaan, salah satunya dengan jumlah anggota dewan komisaris dan
dewan direksi independen yang berfungsi sebagai pengawas perusahaan. Sehingga diharapkan
keputusan yang diambil dalam proses alokasi aset perusahaan terhindar dari kepentingan
pribadi sehingga dihasilkan alokasi investasi perusahaan yang efisien. Selain itu, tata kelola
perusahaan secara keseluruhan yang baik juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
investasi yang lebih besar dan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi setelah proses pembelian
aset (Chen dan Chen, 2011).
Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh keberagaman gender pada dewan komisaris
dan dewan direksi terhadap kinerja keuangan dan efisiensi investasi pada perusahaan yang
terdaftar di BEI pada tahun 2012. Pada perumusan hipotesis 1 (H1) disebutkan bahwa
keberagaman gender memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, baik
pengaruh positif maupun negatif. Hipotesis ini didukung oleh Resource Dependency Theory
dan Human Capital Theory yang terdapat di jurnal Carter et al (2010). Namun, berdasarkan
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
hasil regresi linear model 1 ditemukan bahwa keberagaman gender pada komposisi dewan
perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hasil regresi variabel FBOC,
FBOD, PFBC, dan PFBD tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependennya (ROA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Variabel yang
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan justru berasal dari variabel kontrol yang terdiri
dari SIZE dan PIC. Setiap peningkatan 1 satuan variabel SIZE akan meningkatkan nila ROA,
sedangkan pada variabel PIC berlaku sebaliknya. Jika terdapat peningkatan pada variabel PIC
dapat menurunkan nilai ROA. Salah satu penyebabnya adalah jumlah dewan komisaris dan
dewan direksi perempuan yang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan dewan komisaris
dan dewan direksi laki-laki. Sehingga ada kemungkinan pengaruh faktor keluarga dalam
menetapkan perempuan sebagai anggota dewan, yang dapat menyebabkan kompetensinya
dianggap tidak mampu dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Pada perumusan hipotesis 2 (H2) disebutkan bahwa keberagaman gender pada
komposisi dewan perusahaan memiliki pengaruh negatif dengan efisiensi investasi. Hal ini
dikarenakan perempuan cenderung menghindari resiko tinggi dalam proses pengambilan
keputusan dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga perempuan cenderung melewatkan
kesempatan yang menguntungkan dalam suatu investasi yang dapat merugikan perusahaan
(Faccio, Marchica, dan Mura, 2012). Namun, berdasarkan hasil regresi linear model 2 dan 3
ditemukan bahwa variabel independen FBOC, FBOD, PFBC, dan PFBD tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi investasi. Sehingga hipotesis bahwa keberagaman
gender dapat berpengaruh negatif terhadap efisiensi investasi ditolak. Variabel yang
mempengaruhi efisiensi investasi justru berasal dari variabel kontrol SIZE, PIC, dan
LEVERAGE yang berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada model 2. Sedangkan
pada model 3, tingkat LEVERAGE hanya dipengaruhi secara signifikan oleh variabel SIZE
sebagai variabel kontrolnya. Sehingga pada penelitian ini disimpulkan bahwa efisiensi
investasi perusahaan dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, semakin besar ukuran
perusahaan semakin besar tingkat efisiensin investasinya, dan tidak dipengaruhi oleh anggota
dewan perempuan yang cenderung menghindari resiko.
Saran
Beberapa hal yang disarankan untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan metode data panel untuk penelitian lebih dari satu tahun agar dapat melihat
perbandingan dari tahun yang satu dan yang lainnya, dapat mempertimbangkan aspek-aspek
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
dari sisi budaya, etnis, dan psikologi perempuan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat
menggunakan proksi kinerja keuangan dan efisiensi investasi lainnya seperti ROE, Tobin Q,
analisis keberlangsungan perusahaan, dan rasio lainnya, serta dapat menambah/mengurangi
variabel independen dan variabel kontrol sehingga model yang dipakai dapat lebih
merepresentasikan variabel dependennya.
Kepustakaan
Adams, R. B., & Daniel Ferreira. (2009). Women in the boardroom and their impact on governance and
performance. Journal of Financial Economics, 94: 291–309.
Ahern, Kenneth R., dan Amy K. Dittmar. (2012). The changing of the boards: The impact on firm valuation of
mandated female board representation. Quarterly Journal of Economics 127, 137-197.
Bernasek, Alexandra, dan Stephanie Shwiff, (2001). Gender, risk, and retirement. Journal of Economic Issues
35, 345-356.
Biddle, G.C., Gilles Hillary, dan Rodrigo S. Verdi. (2009). How does financial reporting quality relate to
investment efficiency? Journal of Accounting and Economics 48(2-3), 112-131.
Bodie, Z., Alex Kane, dan Alan Marcus. (1996). Investment, Singapore, Irwin/McGraw-Hill.
Campbell, K., dan Antonio Minguez Vera. (2008), Gender diversity in the boardroom and firm financial
performance, Journal of Business Ethics, 83 (3), 435-451.
Carleton,W. T., James M. Nelson, dan Michale Steven Weisbach. (1998). The influence of institutions on
corporate governance through private negotiations: Evidence from TIAA-CREF. Journal of Finance,
53: 1335–1362.
Carter, D.A., Betty J. Simkins, dan W.Gary Simpson. (2003). Corporate governance, board diversity and firm
value. The Financial Review. Vol.38, 44-53.
Carter, D.A., Frank D’Souza, Betty J. Simkins, dan W.Gary Simpson. (2010). The Gender and Ethnic Diversity
of US Boards and Board Committees and Firm Financial Performance. Corporate Governance: An
International Review , 2010, 18(5): 396-414.
Chen, I Ju dan Sheng-Syan Chen. (2011). Corporate Governance and Capital Allocation of diversified firms.
Journal of Banking and Finance 36, 395-409.
Darmadi, Salim. (2011). Do women in top management affect firm performance? Evidence from Indonesia.
Forthcoming in the journal Corporate Ownership and Control Volume 8, 2011.
Dieleman, Marleen., dan Maythil Aishwarya. (2012), Indonesia Boardroom Diversity Report 2012, Female
Footprints in IDX-listed Companies, Centre for Governance, Institutions & Organisations (CGIO),
NUS Business School.
Faccio, Mara., Maria-Teresa Machica, dan Roberto Mura. (2012). CEO Gender, Corporate Risk-Taking, and the
Efficiency of Capital Allocation. Purdue University dan University of Manchester, available:
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2021136
Helfert, Erich A. (2000). Techniques of Financial Analysis a Modern Approach, Tenth Edition, New York :
Richard D. Irwin.
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Hillman, A. J., Albert A. Cannella., dan Ramona L. Paetzold. (2000). The resource dependence role of corporate
directors: Strategic adaptation of board composition in response to environmental change. Journal of
Management Studies, 37(2), 235—255.
http://www.fcgi.or.id
Jackson, S.E. dan Alvarez, E.B. (1992), Diversity in the Workplace: Human Resources Initiatives, The Guilford
Press, New York.
Jensen, M. C. dan William H. Meckling. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and
ownership structure. Journal of Financial Economics, 3: 305–360.
Kim, B., Michael. L Burns., dan John E. Prescott. (2009). The strategic role of the board: The impact of board
structure on top management team strategic action capability. Corporate Governance: An International
Review, 17: 728–743.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia.
Pfeffer, J. dan Gerald R. Salancik. (1978). The external control of organizations: a resource dependence
perspective. New York: Harper & Row.
Sessa V.I., dan S.E. Jackson. (1995). Diversity in decision making teams: All differences are not created equal,
in Chemers, M.M., Oskamp, S., and Costanzo, M. (Eds.) Diversity in Organization: New Perspective on
A Changing Workplace, SAGE, Thousand Oaks, pp.133-156.
Sundén, Annika E., dan Brian J. Surette. (1998). Gender differences in the allocation of assets in retirement
savings plans. American Economic Review 88, 207-211.
Terjesen, S., Ruth Sealy., dan Val Singh. (2009). Women directors on corporate boards: A review and research
agenda. Corporate Governance: An International Review, 17: 320–337.
Verdi, Rodrigo S. (2006). Financial Reporting Quality and Investment Efficiency. Thesis Univesity of
Pennsylvania.
Weber, Andrea, dan Christine Zulehner. (2010). Female hires and the success of start-up firms. American
Economic Review 100, 358-361.
Westphal, J. D., dan Laurie P. Milton. (2000). How experience and network ties affect the influence of
demographic minorities on corporate boards. Administrative Science Quarterly, 45: 366–398.
Pengaruh Keberagaman..., Zhafarina Isti Ramadhani, FE UI, 2014
Download