14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONVEYOR 2.1.1 Pengertian Konveyor Konveyor merupakan suatu mesin pemindah bahan yang umumnya dipakai dalam industri perakitan maupun industri proses untuk mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi dari satu bagian ke bagian yang lain. Ada dua jenis material yang dapat dipindahkan, yaitu muatan curah (bulk load) dan muatan satuan (unit load). Contoh muatan curah, misalnya batubara, biji besi, tanah liat, batu kapur dan sebagainya. Muatan satuan, misalnya: plat baja bentangan, unit mesin, blok bangunan kapal dan sebagainya. Konveyor dapat ditemukan dalam berbagai jenis keadaan di suatu industri. Konveyor digunakan untuk memindahkan material atau hasil produksi dalam jumlah besar dari suatu tempat ke tempat lain. Konveyor mungkin memiliki panjang beberapa kilometer atau mungkin beberapa meter tergantung jenis aplikasi yang diinginkan. 2.1.2 Jenis-Jenis Konveyor Berdasarkan transmisi daya, mesin pemindah bahan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: a. Konveyor mekanis. b. Konveyor pneumatik. c. Konveyor hidraulik. d. Konveyor gravitasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Berdasarkan jenis material yang akan dipindahkan, mesin pemindah bahan (konveyor) dibagi menjadi: Bucket Konveyor Muatan Curah (Bulk Load) Screw Konveyor Pneumatic Konveyor Roller Konveyor Jenis Konveyor Muatan Satuan (Unit Load) Escalator Overhead Konveyor Muatan Keduanya Apron Konveyor (Curah dan Satuan) Belt Konveyor Gambar 2.1 Bagan Jenis-Jenis Konveyor Sumber : Rahajo, 2013 Pemilihan jenis mesin pemindah bahan atau konveyor didasarkan kepada sifat bahan yang akan dipindahkan, kapasitas peralatan, arah dan panjang pemindahan, penyimpanan material pada head dan tail ends, langkah proses dan gerakan muatan bahan serta kondisi lokal spesifik. Pemilihan juga didasarkan pada aspek ekonomi seperti biaya investasi awal dan biaya operasional (running cost) misalnya biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya bahan seperti minyak pelumas, pembersihan serta biaya pemeliharaan dan perbaikan. a. Bucket Konveyor Gambar 2.2 Bucket Konveyor Sumber : Rahajo, 2013 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Bucket konveyor berfungsi untuk menaikkan muatan curah (bulk loads) secara vertikal atau dengan kemiringan (incline) lebih dari 70º dari bidang datar. Bucket konveyor terdiri dari puli atau sprocket penggerak, bucket yang berputar mengelilingi sprocket atas dan bawah, bagian penggerak, pengencang (take-up), casing dan transmisi penggerak. Bucket konveyor khusus untuk mengangkat berbagai macam material yang berbentuk serbuk, butiran-butiran kecil dan bongkahan. b. Roller Konveyor Gambar 2.3 Roller Konveyor (Raharjo, 2013) Roller konveyor adalah mesin pemindah bahan jenis pemindah muatan satuan menggunakan roller (gelondongan) yang berputar secara terus-menerus. Roller konveyor merupakan sistem mesin pemindah bahan yang menangani material satu per satu. Berdasarkan jenis penggeraknya, roller konveyor dibedakan atas gravity rollers (unpowered roller conveyor) dan powered roller konveyor. c. Screw Konveyor Gambar 2.4 Screw Konveyor (Raharjo, 2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Screw konveyor biasanya terdiri dari poros yang terpasang screw yang berputar dalam trough dan unit penggerak. Pada saat screw berputar, material dimasukkan melalui feeding hopper ke screw yang bergerak maju akibat daya dorong (thrust) screw. Poros dan screw berputar sepanjang rumah (casing) lintasan berbentuk U (Ushaped). Material yang dipindahkan diisikan ke dalam trough oleh satu atau lebih cawan pengisi (feed hopper). Bahan dikeluarkan pada ujung trough atau bukaan bawah trough. d. Pneumatic Konveyor Gambar 2.5 Pneumatic Konveyor (Trimech, 2017) Pneumatic konveyor atau disebut juga konveyor udara berfungsi untuk memindahkan muatan curah (bulk load) di dalam suatu aliran udara yang bergerak melalui pipa (duct). Prinsip umum semua jenis pemindahan pneumatik adalah gerak dipindahkan ke bahan oleh aliran udara yang bergerak sangat cepat. Pneumatic konveyor banyak digunakan di industri, seperti industri makanan dan minuman, industri obat-obatan dan sebagainya. Berbagai macam material yang dapat dipindahkan terdiri dari material kering (dry freeflowing) dan material bubuk (powdered material) seperti semen, debu batubara, butiran, alumina, apatite concentrate, ashes, kapas batubara bubuk, serbuk kayu gergajian, bahan katalis dan sebagainya. e. Overhead Konveyor Gambar 2.6 Overhead Konveyor (Trimech, 2017) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Overhead Konveyor terdiri dari bagian penarik (pulling member) dengan troli, pembawa dan pemegang muatan, lintasan (track) overhead, penggerak, pulli pembelok (turning pulley) dan lintasan pengarah (guided rail). Bagian penarik biasanya terbuat dari rantai atau steel rope fleksibel yang dapat naik turun dengan adanya lintasan pembelok (bent track) untuk memindahkan muatan baik secara manual ataupun secara otomatis dari motor penggerak. f. Apron Konveyor Gambar 2.7 Apron Konveyor (Raharjo, 2013) Apron konveyor disebut juga (scraper flight conveyor) terdiri dari frame, pengggerak, take-up sprocket, apron/slat, travelling roller, feed hopers, dan discharge spout. Apron konveyor digunakan untuk memindahkan berbagai macam muatan curah dan satuan baik secara horizontal maupun membentuk sudut inklinasi. Konveyor ini secara luas digunakan di industri kimia, metalurgi, pertambangan batubara, industri permesinan dan banyak industri lainnya. g. Belt Konveyor Gambar 2.8 Belt Konveyor (Raharjo, 2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Belt Konveyor pada dasarnya mernpakan peralatan yang cukup sederhana. Belt Konveyor terdiri dari sabuk yang tahan terhadap pengangkutan benda padat. Sabuk yang digunakan pada belt konveyor ini dapat dibuat dari berbagai jenis bahan misalnya dari karet, plastik, kulit ataupun logam yang tergantung dari jenis dan sifat bahan yang akan diangkut. Untuk mengangkut bahan -bahan yang panas, sabuk yang digunakan terbuat dari logam yang tahan terhadap panas. Fungsi belt konveyor adalah untuk mengangkut berupa muatan satuan (unit load) atau muatan curah (bulk load) dengan kapasitas yang cukup besar, dan sesuai dengan namanya maka media yang digunakan berupa ban. Prinsip kerja belt konveyor dipakai untuk memindah material baik satuan atau bulk curah, dengan putaran dari motor sebagai pengerak utama yang terhubung dengan drum atau yang disebut Pulley. Karakteristik dan Performansi dari belt konveyor yaitu: a. Dapat beroperasi secara f. Kapasitas dapat diatur maupun miring g. Kecepatannya sampai dengan mendatar dengan sudut maksimum h. Dapat naik turun sampai dengan 18 b. Sabuk disanggah oleh plat roller untuk membawa bahan i. Perawatan mudah j. Jarak tempuh dapat bermil-mil k. Kecepatan s/d 5,08 m/detik = c. Kapasitas tinggi 1000 ft/menit d. Serba guna e. Dapat 600 ft/m beroperasi secara l. Kapasitas s/d 4539 metric ton/jam = 5000 ton/jam continue Kecepatan belt tergantung (Wallas, 1988): a. Ukuran bahan b. Sifat material yang dibawa c. Lebar belt http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.1.3 Komponen Belt Konveyor Adapun komponen-komponen utama dari belt konveyor dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.9 Komponen Belt Konveyor (Raharjo, 2013) Belt Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat bergerak dengan teratur.Belt dapat dibuat dari: a. Textile terdiri dari : camel hair, cotton (woven atau sewed), duck cotton, dan rubberized textile belt. b. Strip baja, dan atau c. Kawat baja (woven-mesh steel wire). Head pulley Head pulley pada belt konveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak dari sistem belt konveyor. Pada head pulley dipasang sistem penggerak untuk menggerakkan belt konveyor. Head pulley juga dapat dikatakan sebagai titik dimana material akan dicurahkan untuk dikirim ke Belt konveyor selanjutnya. Tail pulley Merupakan pulley yang terletak pada daerah belakang dari sistem konveyor. Dimana http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 pulley ini merupakan tempat jatuhnya material untuk dibawa ke bagian depan dari konveyor. Konstruksinya sama dengan head pulley, namun tidak dilengkapi penggerak. Carrying roller Merupakan roller pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa muatan.Berfungsi sebagai penumpu belt dan sebagai landasan luncur yang dipasang dengan jarak tertentu agar belt tidak meluncur ke bawah. Return roller Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang tidak bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram. Drive (penggerak) Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC.Sistem penggerak ini biasanya terdiri dari motor listik, transmisi, dan rem. Take-up pulley Perangkat yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan pada belt pada start awal. Snub pulley Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive pulley. Chute/ hopper Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang konveyor belt untuk memuat dan mencurahkan material. Skirt rubber Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban berjalan pada saat muat. Chip cleaner atau belt cleaner. Berfungsi sebagai pembersih material yang terbawa oleh belt konveyor setelah dicurahkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 2.1.4 Perancangan Belt Konveyor a. Penentuan Jumlah Ply Pemikiran awam untuk menghadapi masalah belt yang sering putus adalah dengan menambah jumlah ply, tanpa mempertimbangkan stress yang akan terjadi pada saat belt berjalan melewati pully (pada titik momen) yang akan berakibat fatal. Disamping factor stress, belt akan berjalan mengambang tidak duduk dengan baik diatas roller. Karena dengan penambahan jumlah ply, maka akan menambah kekakuan belts ecara keseluruhan. Jumlah minimum ply ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: Kapasitas Lebar belt konveyor Jenis carccas Diameter pulley Jumlah ply yang banyak mengharuskan pemakaian diameter pulley yang besar untuk menjaga fleksibilitas belt konveyor. Hubungan antara jenis carccas dan jumlah ply dengan diameter pulley yang di sarankan dapat dilihat di bawah ini. Tabel 2.1 Perbandingan Nilai Mulur Belt Konveyor Belt Type Take Up (%) Elongation Disrance Elastic Permanent Steel cord (ST) 0.1 – 0.2 0.03 – 0.06 0.08 – 0.13 Nylon fabric (NN) 1.5 – 2.5 0.30 – 0.60 1.30 – 1.80 Vynylon (VN) 0.7 – 1.1 0.20 – 0.30 0.50 – 0.80 Polyester fabric (EP) 1.0 – 1.5 0.20- 0.50 0.50 – 1.00 (Zainuri, 2006) b. Nilai Mulur (Elongetion) Belt konveyor akan mengalami mulur sewaktu beroperasi sebagai akibat dari sifat serat dan stress yang dialaminya. Mulur adalah pertambahan panjang belt dari panjang semula. Dalam pemilihan jenis reinforcement, yang harus di perhatikan adalah jumlah kemuluran yang akan terjadi pada waktu belt beroperasi beberapa saat. Nilai mulur dapat di pakai sebagai pedoman dalam menentukan posisi take-up (counter weight), agar posisi counter weight tidak menyentuh tanah dalam waktu singkat. Pemilihan nilai mulur yang tidak tepat dapat menyebabkan penyambungan berulangulang karena counter weight http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 menyentuh tanah, sehingga menyebabkan jadwal produksi menjadi terganggu. Besar nilai mulur pada belt dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Rekomendasi Lapisan Belt Lebar Belt, mm 300 400 500 650 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 3-4 3-5 3-6 3-7 4-8 5-10 6-12 7-12 8-12 8-12 9-14 Minimum dan Maksimum Jumlah Lapisan (Zainuri, 2006) Pada tabel diatas diperlihatkan perbandingan nilai mulur dari berbagai jenis reinforcement yang umumnya dipakai dalam belt konveyor. Nilai mulur dinyatakan dalam % dari jarak center to center konveyor (pulley depan ke pulley belakang). Nilai mulur elastic adalah nilai mulur yang akan terjadi pada saat belt start atau beroperasi. Disamping itu juga belt mengalami mulur permanen. Perhitungan mulur dari sebuah belt konveyor dapat dihitung sebagai berikut: Nilai Mulur 𝐵𝑒𝑙𝑡 = 𝐿 𝑥 𝑀𝑚𝑎𝑥 100 L = Panjang Belt Keterangan : M = Nilai Mulur Permanen c. Pemilihan Belt Jenis belt yang umum digunakan adalah textile belt. Berat tiap meter rubberized textile belt𝑞𝑏, dengan lebar belt B meter, jumlah lapisan i lapis (plies) dengan tebal 𝛿i mm, dengan tebal cover atas dan bawah adalah 𝛿1 mm dan 𝛿2 mm ditentukan dari rumusan: 𝑊𝑏 ≈ 1,1 𝐵 (𝛿1 + 𝛿2 + 𝛿3) 𝑘𝑔/𝑚 Tebal satu lapis δ tidak termasuk rubber skin coat adalah 1,25 mm untuk ordinary cotton belt, 1,9 mm untuk high strength belt, 2,0 mm untuk cotton duck fabric dan 0,9 sampai 1,4 mm untuk synthetic fabrics. Sementara itu, jumlah lapisan belt (i) yang diperlukan ditentukan dari rumusan: 𝑖 > Keterangan : 𝑘 𝑆𝑚𝑥 𝐵 𝐾𝑡 𝑆𝑚𝑎𝑥 = tegangan teoritis belt maksimum, kg Kt = tegangan tarik ultimate per cm lebar lapisan, kg/m Ordinary Cotton Belt = 55 kg/cm http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 High Strength Belt = 115 kg/cm Cotton Duck = 119 kg/cm Synthetic Fabric = 300 kg/cm k = faktor keselamatan B = lebar belt, cm Tabel 2.3 Lapisan Belt Tekstil Muatan Curah dan Satuan Cover Thickness, mm Load Characteristic Granular and Poured, non abrasive Material Loaded Return Side Side A. Bulks load Grain, coal 1.5 1 dust Fine-Grained and small-bumped, Sand, foundry abrasive medium and heav (a’<60 mm: Cement, y<2 ton/m3 sand. 1.5 – 3.0 1 crushed-stone, coke Medium-bumped, slightly abrasive, Coal, peat briquetes 3 1 medium and heavy weight (a <60 mm: y<2 tom/m3) Dutto, abrasive Gravel, clinker, stone, ore, 4.5 1.5 rock salt Large-Bumped, abrasive, heavy weight Manganese (a ore, brozen 6 1.5 iron ore <60 mm: y>2 tom/m3) Light load in paper and cloth packing B. Unit loads parcels, 1 1 package, book Load in soft container Bags, bales, packs Loads in hard containers weighting up Boxes, barrels, buckets 1.5-3 1 1.5 - 3 1 to 15 kg Dutto weighting over 15 kg Bags, barrels, packs 1.5 - 4 1 – 1.5 Untared loads Machine parts. Ceramic 1.5 - 6 1 – 1.5 articles, building element (Zainuri, 2006) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Dari teori penggerak gesek (hukum Euler) bahwa belt tidak akan slip jika: St ≤ Sst eµa Keterangan : 𝑆𝑡 = tegangan sisi pengencang (tighn tension) 𝑆𝑠𝑙 = tegangan sisi pembalik (slack tension) α = sudut kontak belt dan pulley (dalam radian, 1 rad ~ 57,3o) e = bilangan logaritma dasar ( e =2,718) Tabel 2.4 Faktor Gesek Pulli Penggerak µ Jenis Pulli Penggerak Pulli besi tuang atau baja, lingkungan basah dan kotor 0.10 Pulli kayu, lingkungan basah dan kotor 0.15 Pulli besi tuang atau baja, udara lembab dan kotor 0.30 Pulli besi tuang atau baja, udara kering dan berdebu 0.30 Pulli kayu, udara kering dan berdebu 0.35 (Zainuri, 2006) Untuk belt yang disangga flat idler, segitiga dasar b= 0,8 B dan sudut segitiga φ1 ≈ 0,35 φ, dimana B adalah lebar belt, dan φ adalah sudut balik statik muatan (static angle of the load purpose). Luas potongan melintang muatan curah pada flat belt adalah: 𝐴1 = 𝑏ℎ 0.8𝐵 0.4𝐵 𝐶1 tan 𝜑 𝐶1 = 2 2 = 0.16 𝐵 2 𝐶1 tan(0.35 𝜑) Kapasitas konveyor yang disangga flat idler (Qf) : Qf = 3600 F1 v y = 576 Bf2 C1 v y tan (0.35) ton/jam Maka lebar belt yang disangga flat idler (𝐵𝑓 ) adalah : 𝐵𝑓 = √ 𝑄𝑓 576 𝐶1 𝑣 𝑦 tan(0.35 𝜑) Belt yang disangga trough idlers, luas potongan melintang muatan (A) : 𝐴 = 𝐴1 + 𝐴2 ≈ 0.16 𝐵 2 𝐶1 tan 𝜑1 + 0.0435 𝐵 2 = 𝐵 2 [0.16 𝐶1 tan(0.35) + 0.0435 ] http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Kapasitas konveyor yang disangga troughed idler (𝑄𝑡𝑟): 𝑄𝑡𝑟 𝐵𝑡𝑟 = √ 160 𝑣 𝑏 (3.6 𝐶1 tan(0.35 𝜑) + 1) Faktor koreksi C1 adalah pada kemiringan konveyor β= 0 sampai 10º, C1=1,0; β=10º sampai 15º, C1=0,95; β=15º sampai 20º, C1=0,90; β≥20º, C1=0,85. Jika φ=45º, diperoleh : B f 1 = 12.7 √ 𝐵𝑡𝑟 = 𝑄𝑓 160 𝑦 𝑣 𝐶1 1 𝑄𝑡𝑟 √ 18 𝑦 𝑣 𝐶1 𝑄𝑡𝑟 = √ 324 𝑦 𝑣 𝐶1 Tabel 2.5 Rekomendasi Kecepatan Belt Bahan Sudut Maksimum Inklinasi, β2 12 Briket batubara Kerikil, dicuci dan ukuran butiran sama Bahan cetak pasir keluar dari peleburan Bahan peleburan logam diap olah Hancuran batu, ukuran tidak sama Kokas,ukuran sama Kokas, ukuran tidak sama. Batubara dari pertambangan semen Tereak, batubara hancuran 12 24 26 18 17 18 Bahan Sudut Maksimum Inklinasi, β2 gergaji 27 Serbuk (baru) Bubuk batu 23 kapur Tanah pasir, 18 kering. Tanah Lempung 27 Bijih besi 18 bongkah besar Leburan biji besi 25 Batubara 17 anthracite 18 20 22 (Raharjo, 2013) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Tabel 2.6 Koefisien Tahanan Belt terhadap Bantalan Roll Karakteristik Kondisi Operasional Faktor w’ untuk Idler Flat Trough Idler Idler Operasional di tempat bersih, kering, tidak ada debu bersifat 0.018 0.020 abrasive Operasional di tempat panas, terdapat sejumlah debu yang 0.022 0.025 bersifat abrasive, kelembaban udara normal Operasional di luar ruangan, banyak debu abrasif, kelembaban 0.035 0.040 udara tinggi atau sebab lain yang mempengaruhi unjuk kerja bantalan (Zainuri, 2006) Tabel 2.7 Kecepatan Belt yang Disarankan Karakter Lebar belt, mm Muatan Bahan Curah 400 500 800 1200 sampai sampai sampai 650 1000 1600 Keceptan belt (v), m/s Bahan non-abrasif dan Batubara, abrasif, bahan pecahan dari muatan 1.0- 1.25-2.0 2.0-4.0 2.0-4.0 1.0-1.6 1.6-2.0 2.0-3.0 1.0-1.6 1.0-1.6 1.6-2.0 1.0-1.6 1.25-1.6 1.6-2.0 pertambangan, 1.6 garam pasir gambut Abrasif, bogkah kecil Kerikil, bijih besi, 1.0hingga menengah (a teraj <60 mm) hancur (slag), batu 1.25 (crushed stone) Abrasif, besar(a nongkah Batu karang (rock), bijih besi, batu kali >60 mm) Bahan mudah rapuh Kokas, batubara 1.0- http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 (fragle), penurunan lighnit, arang kayu ukuran karena dihancurkan dengan 1.25 alat Bahan serbuk Tepung, (pulverished semen, 0.8-1.0 load), apatit berdebu Butiran (grain) Beras, gandum hitam 2.0-4.0 (rye), gandum (Zainuri, 2006) Jika belt bergerak pada lintasan lurus (rectilinear section) terhadap idlers akan menyebabkan losses karena gesekan belt dengan idlers, gesekan di dalam bearing (roller atau ball bearing), dan bending pada roller.Gaya tahanan pada bagian yang dibebani muatan: 𝑊1 = (𝑞𝑏 + 𝑞"𝑝 ) 𝐿𝑤 ′ cos 𝛽 ± 𝑞𝑏 𝐿 sin 𝛽 = (𝑞𝑏 + 𝑞"𝑝 )𝐿ℎ𝑜𝑟 𝑤 ′ cos 𝛽 ± 𝑞𝑏 𝐻 Keterangan : q = beban (kg/m) qb = beban belt (kg/m) q’p = beban bagian yang berputar (kg/m) q”p = idler strands (kg/m) L = panjang bagian lurus (rectalinear section) (m) Lhor = panjang proyeksi mendatar garis lurus (m) H = beda elevasi bagian awal dan akhir (m) w’ = koefisien tahanan belt terhadap roller bearing. d. Idler Idler berfungsi sebagai untuk menyangga belt, bersama dengan sheet steel runway atau kombinasi dengan solid wood terutama untuk memindahkan muatan curah. Berdasarkan lokasi, idler dibedakan atas upper idler (untuk mencegah belt slip/sobek karena membelok di puli) dan lower idler (untuk menyangga belt/muatan). Upper idler bisa jadi terdiri dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 three roller, single roller. Konveyor yang dirancang untuk membawa muatan curah (bulk load) umumnya menggunakan troughed idler dengan sisi roller di set pada sudut 20º hingga 35º. Konveyor dengan flat idler terutama digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load). Flat idler hanya digunakan jika belt konveyor dilengkapi dengan saluran buang (discharge plough) dengan kapasitas pemindahan bahan kecil (hingga 25 m³/jam). Idlers terdiri dari brackets, shell, shaft, bearing, seals, dan supporting base. Jarak idler pada zone pembebanan (loading zone) belt𝑙 1 ≈ 0,5 𝑙; pada operasi balik (return run) 𝑙2 ≈ 2𝑙. Tabel 2.8 Jarak Idler Maksimum Berat Jarak / terhadap lebar belt, mm Curah Muatan 400 500 650 800 1000 1200 1400 1600 sampai 2000 Y<1 1500 1500 1400 1400 1300 1200 1200 1100 Y = 1 sampai2 1400 1400 1300 1300 1200 1100 1100 1000 Y>1 1300 1300 1200 1200 1100 1000 1000 1000 (Zainuri, 2006) Berat idler rotating parts tergantung desain, ukuran dan merupakan fungsi lebar belt B. Umumnya, untuk lebar belt B meter, secara kasar berat idler rotating parts: 1. Untuk troughed idler : 𝐺′𝑝 ≈ 10 𝐵 + 7 𝑘𝑔 2. Umtuk flat idler : 𝐺′𝑝 ≈ 10 𝐵 + 3 𝑘𝑔 Sehingga berat idler rotating parts per meter adalah: 𝑞′𝑝 = 𝐺′𝑝 kg/m 𝑙1 𝑞"𝑝 = 𝐺"𝑝 kg/m 𝑙2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 e. Daya Motor Motor merupakan komponen yang paling penting dalam belt konveyor. Tanpa adanya motor, maka belt konveyor tidak dapat berfungsi atau dijalankan. Dalam perancangan daya motor sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang tegangan efektif akibat tarikan (𝑊𝑜 ) . Dengan mengabaikan gesekan pada deflecting roller dan jumlah roller maka tarikan belt : Tarikan 𝑆1 pada titik 1, dimana belt meninggalkan pulley penggerak = 𝑆1. Tarikan 𝑆2 pada titik 2 : 𝑆2 = 𝑆1 + 𝑊1,2 = 𝑆1 + (𝑞𝑏 + 𝑞"𝑝 )𝐿. 𝑤′ Tarikan 𝑆3 pada titik 3, tahanan gesek pulli (pada sprocket dan drum) berkisar antara 5 hingga 7% sehingga : 𝑆3 = 1.07𝑥 𝑆2 Tarikan pada titik 4, dihitung untuk dua kasus, yaitu (1) dengan dipasangnya discharge plough (𝑆′4) dan (2) material langsung dijatuhkan di ujung tail pulley (𝑆"4). Untuk kasus 1 : 𝑆′4 = 𝑆3 + 𝑊′3,4 + 𝑊𝑝𝑙 Untuk kasus 2 : 𝑆"4 = 𝑆3 + 𝑊"3,4 Jika pulley berfungsi roda gigi pengencang dan penggerak konveyor, maka besar tahanan 3 - 5% dari jumlah tegangan, sehingga : 𝑊𝑑𝑟 ≈ 0.03 (𝑆4 + 𝑆1 ) Tegangan efektif akibat tarikan (𝑊𝑜) 𝑊𝑜 = 𝑆4 − 𝑆1 − 𝑊𝑑𝑟 Daya motor penggerak (N) 𝑁= 𝑊0 𝑣 102 𝜂𝑔 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 MOTOR LISTRIK Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut generator atau dinamo. Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektro magnit. Sebagaimana kita ketahui bahwa : kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama, tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Dengan kata lain, motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total di industri. 2.2.1 Prinsip Kerja Motor Listrik Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama: Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar kumparan. Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 `` Gambar 2.9 Prinsip dasar cara kerja motor listrik (Nave, 2017) Pada dasaranya sebuah motor listrik sederhana memiliki enam bagian: a. Armature or rotor d. Axle b. Commutator e. Field magnet(magnet permanen) c. Brushes f. DC power supply of some sort Motor listrik menggunakan magnet untuk menciptakan geraknya. Sesuai dengan hukum fundamental dari semua magnet, yaitu: tarik menarik dan tolak menolak, dimana ujung utara dari satu magnet akan menarik ujung selatan yang lain. Di sisi lain, ujung utara magnet akan menolak satu ujung utara yang lain dan begitu juga sebaliknya ujung selatan akan menolak selatan lainnya. Hal ini yang menyebabkan gerak rotasi di dalam motor listrik. Gambar 2.10 Animasi Motor Listrik Sederhana (Nave, 2017) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Pada gambar di atas, dapat dilihat dua unit magnet di motor. yang pertama adalah Rotor yang bertindak sebagai elektromagnet. Sedangkan yang lainnya adalah field magnet (magnet yang diam di sisi samping) yang berfungsi sebagai magnet permanen. Berikut adalah motor listrik sederhana yang mungkin biasa Anda temukan di sebuah mainan. Gambar 2.11 Motor Listrik Sederhana Dari gambar tersebut dapat dilihat cotoh sebuah motor listrik kecil. Dibagian sisi luar terdapat kaleng baja yang membentuk tubuh motor listrik, poros dan dua kabel yang dihubungkan ke baterai. Jika kabel tersebut dihubungkan antara motor listrik hingga baterai maka “poros (shaft)” akan berputar. Dan jika kedua kabel tersebut dibalik satu sama lain maka poros akan berputar ke arah yang berlawanan. Dalam memahami prinsip kerja sebuah motor lsitrik, kuncinya adalah memahami bagaimana elektromagnet bekerja. Elektromagnet adalah dasar dari sebuah motor listrik. Pada elektromagnet sederhana yang terdiri dari 100 loop kawat di sekitar paku dan terhubung ke baterai. Paku tersebut akan menjadi magnet yang memiliki kutub utara dan kutub selatan ketika terhubung dengan baterai. Gambar 2.12 Simulasi Elektromagnet (Nave, 2017) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Pada gambar di atas, ujung utara elektromagnet yang dihasilkan baterai pada paku akan ditolak oleh ujung utara magnet U (tapal kuda) dan tertarik ke ujung selatan magnet U. Ujung selatan elektromagnet akan ditolak dengan cara yang sama. Paku akan bergerak setengah putaran dan kemudian berhenti dalam posisi yang ditunjukkan. Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/ torque sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004): a. Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya namun torque nya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torque konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement konstan. b. Beban dengan variabel torque adalah beban dengan torque yang bervariasi dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai kwadrat kecepatan). Peralatan Energi Listrik: Motor Listrik Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia c. Beban dengan energi konstan adalah beban dengan permintaan torque yang berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya konstan adalah peralatan-peralatan mesin. 2.2.2 Jenis-Jenis Motor Listrik Tipe atau jenis motor listrik yang ada saat ini beraneka ragam jenis dan tipenya. Semua jenis motor listrik yang ada memiliki 2 bagian utama yaitu stator dan rotor, stator adalah bagian motor listrik yang diam dan rotor adalah bagian motor listrik yang bergerak (berputar). Pada dasarnya motor listrik dibedakan dari jenis sumber tegangan kerja yang digunakan. Berdasarkan sumber tegangan kerjanya motor listrik dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : a. Motor listrik arus bolak-balik AC (Alternating Current) b. Motor listrik arus searah DC (Direct Current) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Dari 2 jenis motor listrik diatas terdapat varian atau jenis-jenis motor listrik berdasarkan prinsip kerja, konstruksi, operasinya dan karakternya. Dari berbagai jenis motor listrik yang ada dapat dibuat suatu gambar klasifikasi motor listrik sebagai berikut. Gambar 2.13 Klasifikasi Motor Listrik 2.2.2.1 Motor Listrik AC Motor listrik AC berfungsi untuk merubah energi listrik dari arus listrik AC menjadi energi mekanis. Energi mekanis yang terbangkitkan berupa energi putaran poros rotor motor listrik. Fungsi motor listrik ini merupakan kebalikan dari generator AC yang berfungsi untuk merubah energi mekanis menjadi energi listrik AC Gambar 2.14 Rangkaian Motor dan Generator AC (Nave, 2017) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Motor listrik AC dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis dengan cara kerja yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya, prinsip kerja motor listrik AC sama seperti generator AC, generator DC, maupun motor listrik DC, yang menggunakan fenomena induksi elektromagnetik. Hukum Faraday mengenai fenomena induksi elektromagnetik menjadi dasar dari prinsip kerja motor listrik AC apapun tipenya. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu tipe-tipe dari motor listrik AC. Macam-Macam Motor Listrik AC Berdasarkan Kecepatan Putaran Rotor Berdasarkan kecepatan putaran rotor, motor listrik AC dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yakni motor sinkron dan motor tak-sikron atau asinkron. Disebut dengan motor AC sinkron adalah karena kecepatan putaran rotornya sama persis dengan kecepatan gelombang listrik AC jaringan. Sedangkan motor listrik asinkron disebut demikian adalah karena kecepatan putaran rotornya sedikit lebih pelan daripada kecepatan gelombang listrik AC jaringan. Motor Listrik DC Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. 2.2.2.2 Motor Listrik DC Gambar 2.15 Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan tegangan searah sebagai sumber tenaganya. Dengan memberikan beda tegangan pada kedua terminal tersebut, motor akan berputar pada satu arah, dan bila polaritas dari tegangan tersebut dibalik maka arah putaran motor akan terbalik pula. Sebuah motor DC terdiri dari komponen statis atau disebut stator dan komponen yang berputar pada sumbunya yang disebut rotor. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Berdasarkan tipe mesinnya, baik stator maupun rotor mengandung konduktor untuk mengalirkan arus listrik yang berbentuk lilitan. Biasanya stator dan rotor dibuat dari besi untuk meperkuat medan magnet. Skema dari sebuah motor DC ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 2.16 Skema Motor DC Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur: Tegangan dinamo – meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan. Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya. Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. Salah satu kesulitan dari motor DC adalah hampir seluruh peralatan elektronik bekerja dengan arus AC. Jika hanya terdapat arus AC sementara kita perlu menjalankan motor DC, kita harus menggunakan converter yang akan merubah arus AC menjadi arus DC. Prinsip kerja motor DC sangat mirip dengan mesin linier sederhana. Gambar dibawah ini menunjukkan rangkaian motor DC. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Gambar 2.17 Prinsip Kerja Motor DC (Nave, 2017) Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran atau loop maka kedua sisi loop yaitu pada sudut kanan medan magnet akan mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar atau torque untuk memutar kumparan Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan 2.2.3 Rumus Dasar Motor Listrik DC a. Torsi Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung energi yang dihasilkan dari benda yang berputar pada porosnya. Adapun perumusan dari torsi adalah sebagai berikut. Apabila suatu benda berputar dan mempunyai besar gaya sentrifugal sebesar F, benda berputar pada porosnya dengan jari-jari sebesar b, dengan data tersebut torsinya adalah: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 T = F x d (N.m) dimana: T = Torsi benda berputar (N.m) F = adalah gaya sentrifugal dari benda yang berputar (N) d= adalah jarak benda ke pusat rotasi (m) b. Daya yang dihasilkan oleh torsi dan kecepatan sudut c. Daya yang dihasilkan oleh torsi dan kecepatan putar (RPM) d. Arus dan Ampere Motor e. Menghitung daya motor 3 phasa f. Menghitung daya output motor Poutput = √3 .V. I . ƞ. cos φ http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 g. Menghitung efisiensi daya motor h. Menghitung daya semu motor (VA) Pada motor 1 phasa S (VA) = V . I Pada motor 3 phasa S = √3 . V . I i. Menghitung torsi motor jika diketahui daya motor dan kecepatan motor. Hubungan antara horse power, torsi dan kecepatan.\ Dimana : I = Arus (ampere) P = Daya (watt) V = Tegangan (volt) Cos φ = Faktor Daya Ƞ = Effisiensi http://digilib.mercubuana.ac.id/