BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap sekelompok orang dengan faktor faktor produksi yang ada untuk mencapai tujuan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya seperti yang dikemukakan Weihrich dan Koontz (2005:4) yang menyatakan: “Management is the process of designing and maintaining an environment in which individuals, working together in groups, efficiently accomplish selected aims.” Hampir sama dengan Weihrich dan Koontz, Robbins dan Coulter (2005:7) juga menyatakan: “Management is coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and trough other people” Kemudian pengertian dari manajemen juga diungkapkan oleh Fuad (2000:92) seperti berikut: “Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian melaui orang lain secara efektif dan efisien. 2.2 Keuangan Keuangan sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai syarat untuk berjalannya semua kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang baik akan mengatur keuangannya seoptimal mungkin agar tujuan yang direncanakan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Menurut Sudjaja dan Barlian (2003:4) pengertian dari keuangan seperti berikut: “Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.” Sedangkan menurut Gitman (2003:3) adalah: “Keuangan merupakan ilmu dan seni dari pengelolaan uang. Sesungguhnya setiap individu dan organisasi menghasilkan uang dan membelanjakannya atau menginvestasikannya. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.” Kemudian menurut pendapat Le Coutre yang disandur oleh Riyanto (2001) menjelaskan tentang keuangan: “Meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dana dan mengatur penarikan dan penggunaan dana, dimana disini termasuk juga perencanaan dan pelaksanaannya.” Dari beberapa pengertian keuangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya keuangan adalah ilmu dan seni untuk mengelola uang yang didapat individu atau organisasi sampai uang tersebut digunakan atau dibelanjakan kembali. 2.3 Manajemen Keuangan Membicarakan masalah manajemen tidak akan lepas dengan fungsi-fungsi operasional perusahaan. Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan manajemen sumber daya manusia. Pengertian manajemen keuangan sendiri mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan perkembangan fungsi keuangan itu sendiri, yaitu berawal dari sebuah fungsi memperoleh dana, hingga sampai kepada pengertian yang memberikan perhatian terhadap penggunaan dana tersebut. Dari pengertian manajemen dan keuangan sebelumnya dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan berperan penting dalam kelangsungan hidup sebuah organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan merupakan aktivitas yang bergerak dalam pencarian sumber dana dan pengelolaan dana tersebut. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat dari Keown, Scott, Martin dan Petty (2002:4), bahwa: “Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value or wealth. Consequently, this course focuses on decision making with an eye toward creating wealth.” Kemudian Sutrisno (2002:3) juga mengemukakan pendapatnya tentang manajemen keuangan sebagai berikut: “Sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usahausaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut dengan efisien.” Dua pendapat di atas menyatakan bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan pemeliharaan dan penciptaan nilai ekonomi atau kemakmuran serta membiayai penciptaan nilai ekonomi tersebut dengan murah. Akibatnya, manajemen keuangan lebih difokuskan kepada pengambilan keputusan terhadap penciptaan nilai tersebut. Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2005:2), bahwa: “Financial management is concern the acquisition, financing, and management of assets with some overall goal in mind”. Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan pembelian aktiva, pendanaan, dan pengelolaan aktiva yang meliputi keseluruhan pencapaian sasaran perusahaan. Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan yaitu suatu aktifitas yang memfokuskan pada kegiatan keuangan seperti bagaimana memperoleh dana, mengelola dana dan mengalokasikannya dengan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan. 2.3.1 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki fungsi dalam memutuskan kebijakannya. Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut oleh Van Horne and Wachowicz (2005:2-3), yaitu: 1. Keputusan mengenai investasi merupakan keputusan yang paling penting diantara ketiga bidang keputusan tersebut karena keputusan megenai investasi ini akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Keputusan investasi ini akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan, komposisi dari aktiva tersebut beserta tingkat resiko usahanya. Aktiva yang secara ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus dikurangi, dihilangkan atau diganti. 2. Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure. Manajer dituntut untuk mempertimbangkan dana dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya. 3. Kebijakan manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aktiva-aktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawabterhadap bermacam-macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap aktiva-aktva yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan harus lebih memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada aktiva tetap. Selain itu menurut Riyanto (2001:10) adapula keputusan mengenai dividen. Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini juga akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure. Kemudian Irawati (2006:3) mengungkapkan fungsi-fungsi keuangan yang hampir sama dengan kedua peneliti diatas., yaitu : 1. Keputusan investasi Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana ke dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan. Keputusan investasi ini bisa dibilang keputusan paling penting karena akan berpengaruh terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas untuk waktuwaktu berikutnya. 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat baik jangka pendek atau jangka panjang, perbandingan yang terjadi itu disebut dengan struktur keuangan, dan jika yang diperhatikan hanya dana investasi dalam jangka panjang saja, maka perbandingannya disebut struktur modal. 3. Keputusan dividen Keputusan dividen adalah bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Keputusan ini bisa berakibat pada nilai perusahaan. Sehingga, manajemen harus betul-betul mempertimbangkan pembagian deviden ini. Secara Skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Fungsi Manajer Keuangan Sebagai Penyalur Dana Lasmanah, 2010 Keterangan: 1. Aliran dana atau modal mengalir dari pasar modal kepada Manajer Keuangan (keputusan pendanaan) 2. Modal yang didapatkan oleh Manajer Keuangan dari pasar modal kemudian diinvestasikan untuk membiayai kegiatan perusahaan yang pada akhirnya menghasilkan laba (keputusan investasi) 3. Laba dari kegiatan peusahaan mengalir ke Manajer Keuangan untuk memutuskan kebijakan deviden 4. a. Laba dibagikan kepada investor dalam bentuk deviden b. Laba ditahan untuk pembiayaan operasional perusahaan berikutnya. 2.3.2 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab sosial, mengabaikan resiko, dan berorientasi jangka pendek. Kelebihan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan/kemakmuran pemegang saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman di dalam pengambilan keputusan yang mempertimbangkan faktor resiko. Dalam pencapaian tujuan tersebut, manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan kepentingan pemilik, kreditor, dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. Untuk lebih jelasnya seperti yang diungkapkan Sartono (2001:6) yakni: “Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham melalui maksimasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan di pasar modal”. Sedangkan menurut Gitman (2006:17) : “The goal of the firm, and therefore of managers and employess, is to maximize the wealth of the owners of whom it is being operated”. Sedangkan Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006:4) adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau disebut juga ekspansi dan survive. Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka kita bisa mengetahui bahwa inti tujuan dari manajemen keuangan itu adalah untuk menciptakan nilai perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan. 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Menurut Sunariyah (2011:4) Investasi dapat diartikan sebagai suatu usaha seseorang untuk menanamkan modalnya pada satu atau lebih aktiva dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari penanaman modal tersebut (Return). Sedangkan menurut Martono dan Harjitu (2007:138) adalah: “Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh perusahaan ke dalam suatu assets (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.” Tendelilin (2001:3) juga memberikan pandangannya tentang definisi dari investasi sebagai berikut: “Investasi adalah komitmen atas sebuah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.” Menurut Husnan (2005:22) : “Investasi adalah setiap penggunaan dana yang dimaksudkan untuk memperoleh sejumlah penghasilan.” Dari berbagai pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah menanamkan modal yang dilakukan investor untuk menambah penerimaan di masa yang akan datang. Dengan dilakukannya investasi, maka perusahaan terikat pada jalur yang telah dipilih dan penuh dengan ketidakpastian. Maksud ketidakpastian di sini adalah bahwa investasi yang dilakukan bisa membawa keuntungan dimasa yang akan datang atau justru merugikan perusahaan. 2.4.2 Jenis-Jenis Investasi Menurut Sunariyah (2011:4) dan juga diutarakan sama seperti Halim (2005:4) bahwa investasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu investasi dalam bentuk riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat – surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). 1. Investasi riil adalah investasi yang dilakukan oleh seseorang dalam bentuk barang barang yang berwujud nyata, seperti bangunan, emas, perhiasan,dll. 2. Investasi surat-surat berharga adalah investasi yang dilakukan oleh seseorang berupa surat-surat berharga sebagai tanda hutang atau tanda kepemilikan suatu asset. Dalam berinvestasi surat-surat berharga terdapat dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Menurut Mulyadi (2001:284) terdapat empat tujuan yaitu sebagai berikut : 1. Investasi yang tidak menghasilkan laba 2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya 3. Investasi dalam penggantian peralatan 4. Investasi dalam perluasan usaha 2.4.3 Tujuan Investasi Pada dasarnya seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan dari investasinya. Secara luas tujuan dari investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan masa sekarang dan nilai pendapatan di masa yang akan datang. Menutur Tendelilin (2001:5) tujuan dari investasi adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang 2. Mengurangi tekanan inflasi 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Seseorang harus dapat berfikir untuk dapat meningkatkan kesejahteraan di masa yang akan datang atu setidaknya seseorang harus dapat mempertahankan pendapatan yang sekarang didapat. Investasi dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk menghindari penurunan nilai kekayaan karena pengaruh dari inflasi. dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari investasi adalah mendapatkan atau mengharapkan tingkat pengembalian di masa yang akan datang (Return) dengan pertimbangan-pertimbangan resiko yang ada. Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:13), ada beberapa alasan mengapa seorang melakukan investasi, antara lain adalah: 1. Accumulating retirement fund Accumulating funds for retirement is the single most important reason for investing 2. Enchacing current income Investment enchange current income by earnings devidends or interest 3. Saving for major expenditure The most common these are the down payment of a home, education, vacation and capital to start business. 4. Sheltering income from taxes Obviously, if person can avoid or deferpaying taxeson the income from investment, its will have more funds left for reinvestment. 2.5 Pasar Modal 2.5.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat menurut Gitman (2006:25), bahwa: “Capital market is a market that enables suppliers and demanders of longterm funds to make transactions”. Kemudian menurut Nasarudin dan Surya (2004:13), pasar modal didefinisikan sebagai: “Pasar yang memperjualbelikan berbagai keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan perusahaan swasta.” Sunariyah (2006:5) juga memberikan pandangannya tentang pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.” Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal didefinisikan sebagai, “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Biasanya pihak yang melakukan transaksi di pasar modal adalah perusahaan yang membutuhkan dana yang besar dan dalam jangka waktu yang panjang seperti ekspansi dan pendirian perusahaan baru. Dalam hal ini, biasanya bank tidak tertarik dalam pengadaan kredit untuk jumlah yang besar sehingga pasar modal menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk mendapatkan modal besar tersebut. Modal tersebut bisa didapatkan dari instrumen-instrumen pasar modal seperti saham (stock), saham preferen (preferred stock), obligasi konversi (convertible bond), obligasi (bond), waran (warrant), kontrak berjangka (futures), opsi (option), reksadana (mutual fund), right, SUN (Surat Utang Negara), Instrumen Syariah (Obligasi Syariah, Reksadana Syariah). 2.5.2 Jenis-Jenis Pasar Modal Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2004:12-14) ada beberapa macam, yaitu : 1. Pasar Perdana (primary market) Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut diterbitkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas-sekuritas lain yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2. Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah perdagangan saham yang dilakukan setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder adalah tempat dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (third market) Pasar Ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan uang dan efek dengan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Jadi, dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). 4. Pasar Keempat (fourth market) Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jogiyanto (2009: 15) tentang pasar modal yang mempunyai empat jenis yaitu primary market, secondary market, third market dan forth market 2.5.3 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian sebuah negara. Ini karena pasar modal mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi artinya pasar modal memiliki fungsi sebagai wahana dan sarana bertemunya pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sedangkan fungsi keuangan karena pasar modal memberikan imbalan atas investasi yang diberikan berupa tingkat pengembalian (Return). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) terdapat beberapa fungsi dari pasar modal yakni : 1. Menyediakan sumber dana bagi dunia usaha 2. Memberikan sarana investasi bagi investor dan juga dapat memberikan diversifikasi investasi 3. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga kepada masyarakat 5. Dapat menciptakan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta membuat iklim berusaha yang sehat 6. Menciptakan lapangan pekerjaan yang unik 7. Memberikan kesempatan bagi investor untuk memiliki perusahaan 8. Sebagai alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi 9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha 10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemanfaatan manajemen profesional. Menurut Sunariyah (2006:7) fungsi pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima segi, yaitu : 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (Return) yang diharapkan. 3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Kemudian menurut Alan (2007:70) menuturkan fungsi pasar modal sebagai: 1. Sebagai sarana penambah modal bagi usaha Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar modal. Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaanperusahaan lain, lembaga, atau oleh pemerintah. 2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli akan memberikan deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para pembelinya (pemiliknya). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap sebagai sarana pemerataan pendapatan. 3. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka produktivitas perusahaan akan meningkat. 4. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru. 5. Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan meningkatkan pendapatan negara. 6. Sebagai indikator perekonomian negara Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin meningkat (padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya. 2.5.4 Instrumen Pasar Modal Dalam perdagangan surat-surat berharga dalam pasar modal, variasi dari instrumen-instrumen pasar modal sangat berpengaruh dalam majunya pasar modal suatu negara. Jika instrumen yang diperdagangkan semakin bervariasi, itu artinya pasar modal tersebut bisa disebut semakin maju. Dalam UU no. 8 tahun 1995 menyatakan bahwa instrumen pasar modal adalah efek. Efek merupakan setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Dengan bervariasinya pasar modal, para investor dapat leluasa memilih instrumen yang menurutnya paling baik. Menurut Rusdin (2006:68) instrumen-instrumen pasar modal yang umumnya diperdagangkan antara lain : 1. Saham Saham adalah suatu satuan nilai yang mengacu kepada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang. 2. Obligasi Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan bahwa investor/ pemegang sertifikat meminjamkan sejumlah modal kepada perusahaan dimana perusahaan harus membayar bunga secara reguler serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. 3. Produk Derivatif Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lainnya yang disebut “underlying”. Ada beberapa macam instrumen derivatif di Indonesia, seperti bukti right, waran, dan kontrak berjangka. 4. Reksa Dana Reksa Dana merupakan sekumpulan saham, obligasi, serta efek lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang profesional. Dengan membeli sebagian unit penyertaan, investor dengan dana yang terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek. Selain itu investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisa efek. Reksa Dana dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan investasinya, yaitu: Reksa Dana Saham, Obligasi, Pasar Uang, dan Reksa Dana Campuran. Investor bisa memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasinya. Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:45), instrumen pasar modal meliputi: 1. Efek Penyertaan (Equity Securities), efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan tang menerbitkan efek tersebut. Efek yang termasuk dalam efek penyertaan adalah saham biasa (common stock) dan Saham preferen (Preferen stock). 2. Efek Utang (Debt securities), efek dimana penerbitnya (issuer) menjual atau mengeluarkan surat utang dengan kewajiban menebus kembali sesuai dengan waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya bunga dan periode bunga atau kupon sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Efek yang termasuk efek utang adalah obligasi (bond) dan surat utang jangka menengah (medium term note). 3. Efek Derivatif merupakan efek turunan dari efek utama baik yang bersifat penyertaan atau utang. Efek derivatif diantaranya waran, right, opsi, future, forward ,dll. 4. Efek lain-lain, efek yang tidak termasuk dalam penyertaan, utang maupun derivatif. Diantaranya seperti reksa dana, sertifikat penitipan efek (SPE), dll. 2.5.5 Mekanisme Pasar Modal Pada tahap awal, perusahaan harus melakukan penawaran umum. Penawaran Umum (go public) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan cara menjual saham atau obligasi. Penawaran umum dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada publik sehingga masyarakat dari berbagai lapisan membeli dan turut memegang saham atas perusahaan yang menerbitkan saham. Berikut ini tahapan dalam usaha perusahaan untuk go public menurut Suparmoko (2007), 1. Tahap Persiapan Perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membentuk kesepakatan di antara para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah sepakat, emiten menentukan penjamin emisi serta lembaga dan penunjang pasar yang meliputi lembaga-lembaga berikut ini: 1. Penjamin emisi (under writer), merupakan pihak yang membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Tugasnya antara lain, menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan. 2. Akuntan publik (auditor independen), merupakan pihak yang bertugas melakukan audit dan pemeriksaan laporan keuangan calon emiten. 3. Penilai, yaitu pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan tingkat kelayakannya. 4. Konsultan hukum (legal opinion) membantu dan memberikan pendapat dari sisi hukum. 5. Notaris bertugas membuat angka-angka perubahan anggaran dasar, akta-akta perjanjian, dan notulensi rapat 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Calon emiten melakukan pendaftaran dengan dilengkapi dokumen dokumen pendukung kepada Bapepam. Kemudian bapepam memutuskan calon emiten memenuhi persyaratan atau tidak 3. Tahap Penawaran Saham Pada tahapan inilah emiten menawarkan sahamnya kepada masyarakat investor melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Dalam tahapan ini keinginan investor untuk memiliki saham terkadang tidak terpenuhi. Misalnya, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 150 juta lembar saham, sementara investor berminat untuk sejumlah 250 juta lembar saham. Investor yang belum mendapatkan saham dapat membelinya di pasar sekunder setelah saham dicatatkan di bursa efek. 4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek Setelah saham ditawarkan di pasar perdana, selanjutnya saham dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Pencatatan saham dapat dilakukan di bursa efek tersebut. Calon emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa, apabila telah memenuhi syarat berikut: 1. Pernyataan Pendaftaran Emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam 2. Laporan keuangan harus sudah diaudit oleh akuntan publik, diregistrasi di Bapepam dan mendapat pernyataan unqualified opinion untuk tahun fiskal kemarin. 3. Jumlah minimum adalah satu juta lembar saham. 4. Jumlah minimum pemegang saham awal adalah 200 investor dengan masingmasing memiliki minimum 500 lembar. 5. Mempunyai aktiva minimum sebanyak Rp. 20 Milyar, ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) minimum sebesar Rp 7.5 miliar dan modal yang sudah disetor (paid up capital) minimum sebesar Rp 2 miliar. 6. Minimum kapitalisasi setelah penawaran ke public sebesar Rp. 4 miliar. 7. Khusus calon emiten pabrik, tidak dalam masalah pencemaran lingkungan (hal tersebut dibuktikan dengan sertifikat AMDAL) dan calon emiten industri kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabeling (ramah lingkungan). 8. Calon emiten tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat memengaruhi kelangsungan perusahaan. 9. Khusus calon emiten bidang pertambangan, harus memiliki izin pengelolaan yang masing berlaku minimal 15 tahun; memiliki minimal satu kontrak karya atau kuasa penambangan atau surat izin penambangan daerah; minimal salah satu anggota direksinya memiliki kemampuan teknis dan pengalaman di bidang pertambangan; calon emiten sudah memiliki cadangan terbukti (proven deposit) atau yang setara. 10. Khusus calon emiten yang bidang usahanya memerlukan izin pengelolaan (seperti jalan tol, penguasa hutan) dan harus memiliki izin tersebut minimal 15 tahun. 2.6 Saham 2.6.1 Pengertian Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik dari perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaanya di perusahaan tersebut. Menurut Tjiptono dan Fakhrudin (2008 : 6) yang dimaksud dengan saham adalah : “Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.” Sedangkan Menurut Sunariyah (2011:124) menjelaskan pengertian saham seperti berikut: “Seberapa besar hak dan tanggung – jawab para pesero diwujudkan dalam jumlah rupiah yang dinyatakan dalam lembar saham. Dengan demikian jumlah lembar saham (sero) yang dikuasai seorang pemodal, menggambarkan suatu bentuk pemilikan pada suatu perusahaan publik yang berbadan hukum PT.” Kemudian pengertian saham menurut Tandelilin (2001:18) adalah: “Sebuah bukti bahwa kepemilikan aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban perusahaan.” Jadi dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah suatu surat berharga yang mengacu pada bagian kepemilikan suatu perusahaan. Dengan menerbitkan saham maka memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam jangka panjang. 2.6.2 Jenis-Jenis Saham Menurut Tendelilin (2001:19) jenis saham sebagai berikut: “Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa. ” Kemudian menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:7) dijabarkan lebih detail. Mengklasifikasikan saham menjadi 3 jenis yaitu : 1. Klasifikasi saham berdasarkan hak tagih, yaitu : a. Saham Biasa Saham Biasa yaitu sertifikat yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan, pemilik akan mendapatkan hak untuk menerima pendapatan tetap (dividen) dari perusahaan serta berkewajiban untuk menanggung resiko kerugian perusahaan. b. Saham Preferen Saham Preferen adalah suatu saham yang pemiliknya memiliki hak lebih dahulu dibanding hak pemilik saham biasa, serta memiliki hak suara yang lebih besar dibanding pemegang saham biasa. 2. Klasifikasi saham berdasarkan cara peralihan kepemilikan, yaitu : a. Saham atas unjuk Dalam saham atas unjuk tidak tertera nama pemiliknya, hal tersebut dimaksudkan agar mempermudah perpindahan tangan dari investor ke investor lainnya b. Saham atas nama Dalam saham atas nama ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana perpindahan tangan harus memlalui prosedur yang jelas. 3. Klasifikasi saham berdasarkan kinerja, yaitu : a. Blue Chip Stocks Blue Chip Stocks merupakan saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, yang mewakili dalam industri, memiliki pendapatan yang stabil dan onsisten dalam membayar dividen b. Income Stocks Income Stocks merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari dividen tahun sebelumnya c. Growth Stocks Growth Stocks dibagi 2 yaitu Well known yaitu emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis, lesser known saham yang tidak menjadi leader namun memiliki ciri gowth stock d. Speculative stock Speculative stock saham suatu perusahaan yang tidak secara konsisten dalam memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan berpenghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti e. Counter cyclical stocks Counter cyclical stocks saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Menurut Rusdin (2006:69) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu : 1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Saham atas unjuk (Bearer Stock) b. Saham atas nama (Registered Stock) 2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi: a. Saham Biasa (Common Stock), saham biasa dibedakan 6 jenis , yaitu: 1) Blue Chip Stock 2) Income Stock 3) Growth Stock 4) Cyclical Stock 5) Defensive Stock 6) Speculative Stock b. Saham Preferen (Preferen Stock), saham preferen dibedakan 2 jenis , yaitu: 1) Commulative Preferred Stock 2) Non Commulative Preferred Stock 2.6.3 Harga Saham Saham dikenal dengan karakterisitik „imbal hasil tinggi, resiko tinggi‟ artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat. Namun seiring berfluktuasi harga saham, maka saham juga membuat investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut. Dengan kata lain harga pasar saham terbentuk atas permintaan dan penawaran saham. Definisi harga pasar saham menurut Widoatmodjo (2005:56) adalah sebagai berikut: “Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over The Counter Market)”. Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) adalah sebagai berikut : “Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.” Menurut R. Agus Sartono (2001:41) dalam bukunya mendefinisikan harga saham sebagai berikut: “Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.” Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga saham adalah harga jual dari saham yang diperjual-belikan di bursa yang mengindikasikan kineja emiten suatu saham. 2.6.4 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Harga Saham Harga saham di bursa biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersifat kualitatif dan kuantitatif antara lain pengaruh peraturan, perdagangan saham, pengawasan atas kemungkinan pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal yang setiap saat bisa berubah karena kondisi tertentu dan lain sebagainya. Menurut Tandelilin (2001:249) secara garis besar, faktor-faktor yang memengaruhi harga saham dapat dikelompokan kedalam tiga golongan yaitu : 1. Pengaruh dari luar a. Permintaan dan Penawaran Harga pasar saham yang akan terbentuk melalui jumlah prmintaan dan penawaran terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari permintaan maka pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya, jika permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham tersebut cenderung naik b. Tingkat Efisiensi Pasar Modal Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham. Efisiensi pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi yang relevan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. 2. Perilaku Investor Para pemodal yang masuk ke pasar modal berasal dari macam-macam kalangan masyarakat dengan tujuan yang variatif pula jika dilihat dari sisi tujuannya, maka pemodal dapat dikelompokan kedalam empat kriteria, yaitu : a. Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen Kelompok ini akan fokus pada perusahaan yang sudah sangat stabil posisi keuangannya. Harapan utama kelompok ini adalah memperoleh dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun atau setiap periode pembagian dividennya. b. Pemodal yang bertujuan untuk berdagang Kelompok ini, dalam pembelian saham bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual saham dan pendapatan mereka didasarkan atas jual beli saham tersebut (capital gain). c. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham Bagi kelompok ini, yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai pemilik perusahaan. Pemodal jenis ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah memiliki nama baik dikalangan pemodal lain. d. Kelompok spekulator Kelompok ini menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang akan tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Pada umumnya pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator memiliki peranan yang kuat dalam meningkatkan aktivitas pasar sekaligus meningkatkan likuiditas saham. 3. Kinerja keuangan emiten Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena kinerja emiten merupakan faktor yang objektif dan representatif dalam menggambarkan harga saham. Kinerja emiten sering diukur dengan informasi keuangan yang dihasilkan selama satu periode tertentu yang tercermin dalam laporan keuangan. Informasi keuangan adalah salah satu alat yang sering digunakan investor untuk menilai harga saham dan membantu dalam proses pengambilan keputusan investasi. Tinggi rendahnya harga saham diperngaruhi banyak faktor. Namun, jika di sederhanakan ada dua faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, yaitu: 1. Faktor Internal a. Pendapatan Perusahaan b. Deviden yang dibagikan c. Arus kas perusahaan d. Perubahan mendasar pada industri atau perusahaan e. Perubahan prilaku investasi. 2. Faktor Eksternal a. Tingkat Suku Bunga b. Kebijakan moneter c. Situasi Perekonomian d. Situasi bisnis internasional Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10) secara umum, ada beberapa macam faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain: 1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan informasi yang dimiliki, dimana persepsi tersebut dicerminkan melalui rate of Return yang diharapkan oleh investor. Apabila sebagian besar investor mempunyai persepsi bahwa rate of Return dari suatu saham tertentu tidak lagi memadai, maka mereka akan cenderung mengambil keputusan untuk menjualnya dan berakibat menurunnya harga saham. 2. Isu-isu politik yang terjadi dinegara yang bersangkutan. Hal ini akan mengakibatkan para investor cenderung menjual sahamnya guna mengantisiapasi terjadinya hal-hal yang tidak diharapakan, baik terhadap perusahaan maupun terhadap investasi yang dilakukannya. 3. Tingkat pengembalian bebas resiko, yang merupakan tingkat pengembalian dari suatu alat atau instrument investasi yang tidak mengandung resiko. Instrumen tersebut di Indonesia dapat berupa deposito dan tabungan. 4. Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang diperkirakan akan dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lain. Kebijakan deviden perusahaan, yang oleh investor dipersepsikan sebagai suatu isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan, terutama mengenai tingkat kemampulabaannya. 5. Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditas perusahaan. 6. Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, yang berkaitan dengan besarnya tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor atas investasinya. Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:108) mengemukakan bahwa: “Harga saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar dan analisis memfokuskan perhatian pada waktu, yaitu perkiraan trend naik atau turun. Sedangkan apabila permintaan lebih banyak dari pada penawaran saham, maka harga saham akan mengalami kenaikan, sehingga akan terjadi trend naik. ” 2.6.5 Return Saham Menurut Tendelilin (2001:47) Return adalah salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga hasil dari keberaniannya menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, Return menjadi salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep resiko tidak terlepas kaitannya dengan Return, karena investor selalu mengharapkan tingkat Return yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya. Gitman (2009:228), mendefinisikan Return sebagai berikut : ”Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the beginning period investment value”. Pengertian Return menurut Husnan (1994:19) adalah: ”Return adalah ukuran yang mengukur besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas”. Dari beberapa pendapat tentang Return diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return adalah sebuah nilai yang diterima oleh investor sebagai imbalan atas kesediaannya melakukan penyertaan terhadap suatu saham. Menurut Tendelilin (2001:48) komponen-komponen yang menjadi dasar pada hasil Return ada dua, yaitu: 1. Yield, yaitu komponen Return yang mencerminkan aliran kas yang di dapat secara periodik dari investasi yang dilakukan 2. Capital Gain, merupakan penurunan dan peningkatan dari harga saham yang bisa memberikan keuntungan bagi investor. Dengan kata lain, capital gain juga bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Komponen dasar yield adalah kompernen Return yang didapat dari hasil investasi secara periodik berupa devidan. Komponen kedua juga penting khususnya dalam perdagangan saham biasa (common stock) karena komponen ini merupakan apresiasi dari harga suatu aset yang dinamakan Capital gain (loss). Capital gain secara sederhana adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham. Jika harga jual lebih besar dari harga beli maka disebut capital gain. Jika harga jual lebih rendah dari harga beli maka disebut capital loss. Jadi bisa disimpulkan bahwa Return yang diterima oleh investor merupakan gabungan dari perubahan harga beli dan harga jual saham serta kebijakan perusahaan dalam menentukan jumlah deviden yang akan dibagikan pada investor. Menurut Jogianto (2003:109) Return saham dibedakan menjadi dua macam Return, yaitu, 1. Return relisasi (actual retun), Return yang dihitung dengan menyelisihkan harga saham periode berjalan dengan harga saham periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden. Ini disebabkan karena deviden tidak selamanya dibagikan perusahaan pada investor. Ditulis dengan rumus, ....... Rumus 2.1 Sumber: Jogianto (2003:108) Ketrangan: Rit = Return saham i periode t P = Harga saham periode t P t-1 = Harga saham periode sebelum t 2. Return ekspektasi, adalah Return saham yang diharapkan oleh investor dimasa yang akan datang. Adapun rumus untuk Return ekspektasi yang diungkapkan Jogiyanto (2003:109) adalah sebagai berikut, E(Rit)=Rmt ........Rumus 2.2 Keterangan: E(Rit) = Return Ekspektasi saham i periode t Rmt = Return pasar pada periode t 2.6.6 Resiko Saham Investasi saham tidak akan lepas dengan apa yang disebut Return saham. Dan Return saham juga tidak akan lepas dari yang namanya resiko. Resiko merupakan segala hambatan yang bisa terjadi dalam rangka pencapaian hal yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2001:47) resiko dapat diartikan sebagai perbedaan antara Return relisasi dan Return espektasi. Sedangkan menurut Reilly et al. (2003:10) resiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that an investment will earn its expected rate of Return” Dan menurut Husnan (2005:161) resiko ini bisa diartikan dalam dua pandangan, yaitu: 1. Resiko sistematik, Resiko sistematis atau resiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan resiko pasar. Resiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar dan resiko pasar. Resiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bias dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur resiko ini adalah beta. 2. Resiko non sistematik, merupakan resiko yang mempengaruhi satu perusahaan saja. Unsystematic risk dapat diminimalisasi dengan melakukan diversifikasi karena resiko ini melekat pada masing-masing instrumen investasi. Resiko ini berpengaruh khusus pada sebuah asset tunggal atau sebuah kelompok kecil. Resiko tidak sistematik dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well diversified karena setiap sekuritas bersifat unik dan tidak dapat digantikan oleh sekuritas yang lain. Dari pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa resiko adalah ketidaktentuan atas timbal balik dari suatu investasi yang dilakukan. Resiko tidak akan lepas dari Return saham karena setiap investor berharap mendapat Return dari sebuah investasi berdasarkan atas resiko yang mungkin terjadi. Resiko juga dapat diartikan sebagai keuntungan dari investasi yang tidak terantisipasi. Ada beberapa sumber resiko yang bisa memengaruhi Return saham, seperti yang diungkapkan Tendelilin (2001:48), 1. Resiko Suku Bunga 2. Resiko pasar 3. Resiko Inflasi 4. Resiko bisnis 5. Resiko finansial 6. Resiko likuiditas 7. Resiko nilai mata uang asing 8. Resiko negara atau Country risk Resiko Suku Bunga ini berkaitan dengan kebijakan moneter yang diberlakukan oleh pemerintah. Dengan asumsi ceteris paribus, maka Return saham akan berkebalikan dengan Suku Bunga. Jika Suku Bunga naik maka Return saham akan mengalami penurunan karena investor mengnggap berinvestasi dalam bunga deposito lebih menarik dibandingkan di pasar saham, jika sebagian besar investor berfikiran demikian, maka harga saham akan turun yang berakibat pada menurunnya pula Return saham. Namun jika Suku Bunga menurun maka harga saham akan naik karena investor berfikir lebih menguntungkan berinvestasi di pasar saham. Lalu resiko pasar berkaitan dengan fluktuasi harga saham keseluruhan yang dicerminkan dari perubahan IHSG. Perubahan ini bisa disebabkan beberapa faktor seperti isu politik, resesi,dll. Resiko inflasi berkaitan dengan tingkat daya beli masyarakat. Jika terjadi inflasi, maka daya beli masyarakat akan berkurang dan akan memengaruhi kegiatan produksi perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada harga saham perusahaan. Resiko bisnis berkaitan dengan resiko yang diakibatkan dari bisnis tersebut. Misalnya, sektor pertambangan sedikit banyak akan dipengaruhi harga minyak dunia. Jika harga minyak dunia naik, maka investor akan tertarik berinvestasi di sektor tersebut. Resiko finansial berkaitan dengan kebijakan perusahaan dalam mencari sumber dana bagi perusahaan. Semakin banyak sumber dana dari hutang maka resiko finansial semakin besar pula. Resiko likuiditas berkaitan dengan seberapa cepatnya perusahaan menerbitkan saham di pasar sekunder. Semakin cepat maka perusahaan tersebut semakin liquid. Resiko nilai mata uang berkaitan dengan resiko perubahan mata uang lokal dengan mata uang asing yang juga disebut currency risk. Yang terakhir, resiko negara adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi stabilitas politik suatu negara. 2.7 Suku Bunga 2.7.1 Pengertian Suku Bunga Tingkat Suku Bunga bisa disebut sebagai indikator perkonomian suatu negara karena Suku Bunga menjadi alat untuk mengatur peredaran uang suatu negara dan setiap negara mempunyai tingkat Suku Bunga yang berbeda beda tergantung dari kebijakan pemerintahnya sendiri. Suku Bunga menurut Puspopranoto (2004:12) seperti berikut, “Suku Bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku Bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya”. Selain itu pengertian tentang Suku Bunga dijelaskan oleh (Herman:2003) sebagai berikut: “Harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang” Kemudian menurut Sunariyah (2006:80) pengertian Suku Bunga adalah: ”Suku Bunga adalah harga dari pinjaman. Suku Bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur” Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank terhadap nasabah yang menyimpan hartanya dalam bentuk deposito dengan simpanan jangka panjang serta adanya perjanjian antara pihak nasabah ( yang memiliki simpanan ) dengan bank, semakin lama jangka waktu penyimpanan deposito berjangka cenderung makin tinggi juga bunganya, karena bank dapat menggunakan uang tersebut untuk investasi jangka waktu yang lebih lama. Tingkat Suku Bunga juga menganut hukum permintaan. Apabila penawaran uang tetap, semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi tingkat Suku Bunga. Tingkat Suku Bunga yang tinggi dapat memengaruhi investasi walaupun pengaruhnya sangat terbatas (Sugeng: 2004). Menurut ahli ekonomi klasik bahwa tingkat Suku Bunga ditentukan oleh penawaran tabungan oleh rumah tangga dan permintan tabungan oleh penanam modal. Menurut Sugeng (2004), kenaikan Suku Bunga akan berakibat terhadap menurunnya Return saham begitu juga sebaliknya. Dalam menghadapi kenaikan Suku Bunga, para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat Suku Bunga kembali pada tingkat yang dianggap normal. BI rate diumumkan setiap rapat dewan gubernur bulanan, sehingga setiap bulan BI rate dapat berganti atau juga tetap tidak berubah, dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang. Adapun cara perhitungan Suku Bunga yang menjelaskan ada hubungannya dengan inflasi dalam formulanya menurut Fisher (1986) yang digunakan sampai sekarang, yaitu : ( 1 + i ) = ( 1 + r ) ( 1 + PE ) i = r + PE +r.PE ......... Rumus 2.3 Dimana : i = Suku Bunga nominal ( Nominal Interest Rate ) r = Suku Bunga riil ( Real Interest Rate ) PE = Inflasi yang diharapkan atau diperkirakan ( Expected Inflation ) 2.7.2 Fungsi Suku Bunga Menurut Sunariyah (2006:81) ada tiga fungsi penting dari Suku Bunga yang diterapkan oleh pemerintah, yaitu, 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2. Suku Bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. 3. Pemerintah dapat memanfaatkan Suku Bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Sedangkan menurut Nopirin (1992:176) adalah: “ Fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.” Dari beberapa pngertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa intinya Suku Bunga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan peredaran uang agar stabilitas perekonomian bisa stabil. 2.7.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga Banyak faktor yang memengaruhi tingkat bunga misalnya penentuan tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar uang domestik mengalami keterbukaan sistem dana suatu negara artinya, tingkat Suku Bunga setiap negara akan berbeda – beda tergantung kondisi perkonomian negara tersebut Faktor yang memengaruhi tingkat bunga global suatu negara adalah tingkat bunga diluar negeri dan depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun demikian, dalam sebuah bank menentukan tingkat bunga bergantung hasil interaksi antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman yang keduanya saling memengaruhi satu sama lain dan kebijakan Suku Bunga disamping faktor – faktor lainnya. Faktor – faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan Suku Bunga tersbut juga dikemukakan oleh Kasmir (2002:122) antara lain : 1. Kebutuhan Dana 2. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan 3. Kebijakan pemerintah 4. Target laba yang diinginkan 5. Jangka waktu 6. Kualitas jaminan 7. Reputasi perusahaan 8. Produk yang kompetitif 9. Hubungan baik 10. Jaminan pihak ketiga Kemudian menurut Ramirez dan Khan (1999) seperti berikut: “Ada dua jenis faktor yang menentukan nilai Suku Bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan Suku Bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.” Menurut Brigham and Houston mempengaruhi Suku Bunga antara lain: (2001:158) faktor-faktor yang 1. Kebijakan Bank Sentral 2. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 3. Neraca perdagangan luar negeri 4. Tingkat kegiatan usaha 2.8 Indeks Harga Saham Gabungan 2.8.1 Pengertian IHSG Menurut Halim (2003:8) Indeks Harga Saham merupakan: “Ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi, tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Sedangkan menurut Sunariyah (2003:147) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah: “Suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) sebagai berikut, “IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa.” Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IHSG merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat di bursa secara keseluruhan. IHSG ini berpengaruh terhadap keputusan investor dalam menanamkan modalnya. Semakin besar nilai IHSG maka investor akan lebih banyak menanamkan modalnya di perusahaan yang ada dibursa dengan informasi-informasi Return yang menurut investor bernilai baik. 2.8.2 Metode Perhitungan IHSG Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Robert Ang,1997) : 1) Metode rata-rata (Average Method) Merupakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi. ........Rumus 2.4 Sumber: www.idx.co.id Keterangan: IHSG = Indeks Harga Saham gabungan Ps = Harga Saham Divisor = Harga Dasar saham 2) Metode Rata-Rata Tertimbang ( Weight Average Method) Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua cara menghitung dengan metode ini yaitu, 1. Paasche Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan. ...... Rumus 2.5 Keterangan: Ps = Harga saham sekarang Ss = Jumlah saham yang beredar Po = Harga dasar saham 2. Laspyeres Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. ...... Rumus 2.6 Keterangan: Ps So Po = Harga saham sekarang = Jumlah saham awal = Harga dasar saham IHSG BEI mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham dengan menggunakan metode dari Paasche. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang:1997). Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut. 2.9 Pengaruh Suku Bunga dan IHSG Terhadap Return Saham 2.9.1 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Return saham Bank Indonesia menggunakan tingkat Suku Bunga sebagai salah satu instrumen untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat Suku Bunga untuk meredam kenaikan inflasi. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap pasar modal. Apabila tingkat Suku Bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban bunga, tingkat Suku Bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat Suku Bunga akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat Suku Bunga simpanan. Apabila tingkat Suku Bunga deposito lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito karena deposito lebih menarik dibandingkan instrumen pasar modal ini tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan harga saham yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan Return saham (Sunariyah:2006). Para ekonom seringkali menghubungkan kebijakan moneter melalui peningkatan (penurunan) tingkat bunga dengan peningkatan (penurunan) aktivitas ekonomi. Dalam literatur Financial Economic banyak dibahas mengenai pengaruh perubahan pada tingkat diskonto (biaya modal) pada Return saham. Salah satu penyebab perubahan tingkat diskonto (biaya modal) adalah perubahan tingkat bunga. Beberapa penelitian terdahulu mendokumentasikan adanya pengaruh perubahan tingkat bunga pada Return saham [Cecchetti et al. (2000), Conover (1999a, b) dalam jurnal Lestari (2005)]. Perubahan kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar modal melalui perubahan yang terjadi pada pengeluaran konsumsi dan investasi. Penurunan pada tingkat bunga akan mendorong pengeluaran konsumsi dan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan harga saham [Modigliani (1971) dalam jurnal Lestari (2005)]. Penelitian yang dilakukan oleh Meta (2005) menunjukan tidak ada pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga terhadap Return saham pada sektor properti namun berpengaruh negatif pada sektor manufaktur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sodikin (2007) menyatakan bahwa pengaruh variabel makro (Tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar) terhadap Return saham sektoral menghasilkan kesimpulan bahwa ternyata hanya Suku Bunga yang berpengaruh secara parsial terhadap Return saham pada sektor kimia, pertambangan, konstruksi dan keuangan. Sedangkan sektor lainnya sama sekali tidak berpengaruh. Kemudian, ternyata jika di teliti secara simultan dalam sektor pertambangan tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel makro terhadap Return saham. Hidayat (2001) yang meneliti tentang pengaruh tingkat pengembalian pasar, laju inflasi, Suku Bunga deposito, harga emas, PNB dan nilai tukar terhadap return saham menunjukan adanya pengaruh signifikan antara tingkat pengembalian pasar, laju inflasi, Suku Bunga, harga emas terhadap return saham, sedangkan PNB dan nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari penelitian terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap Return saham. 2.9.2 Pengaruh IHSG Terhadap Return Saham Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa IHSG merupakan nilai indikasi dari seluruh kinerja saham di pasar modal sehingga Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ada di pasar modal berpengaruh terhadap Return saham. Penelitian sebelumnya mengungkapkan adanya perbedaan hasil penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2008) yang berjudul “Pengaruh variabel-variabel ekonomi makro, Return IHSG bulan Januari Terhadap Return saham perbankan dan asuransi Bulan Januari untuk melihat fenomena January effect: Studi empiris BEJ 1989-2006” pada perusahaan perbankan dan asuransi menyatakan kesimpulan bahwa Return IHSG berpengaruh signifikan terhadap Return saham perusahaan perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda. Tetapi untuk perusahaan asuransi Return IHSG tidak berpengaruh sama sekali. Penelitian lain menunjukan Indeks Harga Saham Gabungan berhubungan positif dengan Return saham, dalam artian makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula Return yang dihasilkan. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa IHSG, Inflasi dan Suku Bunga ternyata mempengaruhi Return saham unitlink berbasis saham di mana pengaruh paling signifikan ditunjukkan oleh IHSG. (Antolin:2008) Penelitian yang dilakukan Hasbi (2005) tentang pengaruh IHSG, SBI dan Kurs terhadap Return saham di sektor manufaktur menunjukan bahwa dari 110 sampel perusahaan, 64 (58,182%) sampel diantaranya memiliki pengaruh yang signifikan antara IHSG terhadap Return saham secara parsial dan 72 (65,454%) sampel memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fuad (2006) mengungkapkan adanya perngaruh yang signifikan antara IHSG terhadap return saham pada industri food and beverage dengan korelasi positif. Artinya, jika IHSG mengalami kenaikan maka return saham pun akan mengalami kenaikan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Napu (2008) justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda yaitu IHSG tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari beberapa penelitian terdahulu dapat ditarik simpulan bahwa IHSG berpengaruh positif terhadap Return saham.