Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan
seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian terhadap sekelompok orang dengan faktor faktor produksi yang
ada untuk mencapai tujuan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya seperti yang
dikemukakan Weihrich dan Koontz (2005:4) yang menyatakan:
“Management is the process of designing and maintaining an
environment in which individuals, working together in groups, efficiently
accomplish selected aims.”
Hampir sama dengan Weihrich dan Koontz, Robbins dan Coulter
(2005:7) juga menyatakan:
“Management is coordinating work activities so that they are
completed efficiently and effectively with and trough other people”
Kemudian pengertian dari manajemen juga diungkapkan oleh Fuad
(2000:92) seperti berikut:
“Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian melaui
orang lain secara efektif dan efisien.
2.2 Keuangan
Keuangan sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai syarat untuk
berjalannya semua kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan yang baik akan
mengatur keuangannya seoptimal mungkin agar tujuan yang direncanakan dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Menurut Sudjaja dan Barlian (2003:4)
pengertian dari keuangan seperti berikut:
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.”
Sedangkan menurut Gitman (2003:3) adalah:
“Keuangan
merupakan
ilmu
dan
seni
dari
pengelolaan
uang.
Sesungguhnya setiap individu dan organisasi menghasilkan uang dan
membelanjakannya atau menginvestasikannya. Keuangan berhubungan
dengan proses, lembaga, pasar dan instrumen yang terlibat dalam transfer
uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.”
Kemudian menurut pendapat Le Coutre yang disandur oleh Riyanto
(2001) menjelaskan tentang keuangan:
“Meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dana dan mengatur
penarikan dan penggunaan dana, dimana disini termasuk juga perencanaan
dan pelaksanaannya.”
Dari beberapa pengertian keuangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya keuangan adalah ilmu dan seni untuk mengelola uang yang didapat
individu atau organisasi sampai uang tersebut digunakan atau dibelanjakan
kembali.
2.3 Manajemen Keuangan
Membicarakan masalah manajemen tidak akan lepas dengan fungsi-fungsi
operasional perusahaan. Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi
operasional perusahaan yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya
seperti manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan manajemen sumber
daya manusia. Pengertian manajemen keuangan sendiri mengalami perkembangan
dari zaman ke zaman sesuai dengan perkembangan fungsi keuangan itu sendiri,
yaitu berawal dari
sebuah fungsi memperoleh dana, hingga sampai kepada
pengertian yang memberikan perhatian terhadap penggunaan dana tersebut.
Dari pengertian manajemen dan keuangan sebelumnya dapat dikatakan
bahwa manajemen keuangan berperan penting dalam kelangsungan hidup sebuah
organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan merupakan aktivitas yang
bergerak dalam pencarian sumber dana dan pengelolaan dana tersebut. Untuk
lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat dari Keown, Scott, Martin dan Petty
(2002:4), bahwa:
“Financial management is concerned with the maintenance and creation
of economic value or wealth. Consequently, this course
focuses
on
decision making with an eye toward creating wealth.”
Kemudian Sutrisno (2002:3) juga mengemukakan pendapatnya tentang
manajemen keuangan sebagai berikut:
“Sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usahausaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut dengan efisien.”
Dua pendapat di atas menyatakan bahwa manajemen keuangan
berhubungan dengan pemeliharaan dan penciptaan nilai ekonomi atau
kemakmuran serta membiayai penciptaan nilai ekonomi tersebut dengan murah.
Akibatnya, manajemen keuangan lebih difokuskan kepada pengambilan
keputusan terhadap penciptaan nilai tersebut.
Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2005:2), bahwa:
“Financial management is concern the acquisition, financing, and
management of assets with some overall goal in mind”.
Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan pembelian
aktiva, pendanaan, dan pengelolaan aktiva yang meliputi keseluruhan pencapaian
sasaran perusahaan.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen keuangan yaitu suatu aktifitas yang memfokuskan pada kegiatan
keuangan
seperti
bagaimana
memperoleh
dana,
mengelola
dana
dan
mengalokasikannya dengan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.3.1 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan memiliki fungsi dalam memutuskan kebijakannya.
Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut oleh Van Horne and
Wachowicz (2005:2-3), yaitu:
1. Keputusan mengenai investasi merupakan keputusan yang paling penting
diantara ketiga bidang keputusan tersebut karena keputusan megenai
investasi ini akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya
rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu
berikutnya. Keputusan investasi ini akan menentukan keseluruhan jumlah
aktiva yang ada pada perusahaan, komposisi dari aktiva tersebut beserta
tingkat resiko usahanya. Aktiva yang secara ekonomis sudah tidak dapat
dipertahankan harus dikurangi, dihilangkan atau diganti.
2. Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam
melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber
dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan.
Keputusan
pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan yang akan
mempengaruhi financial structure maupun capital structure. Manajer
dituntut untuk mempertimbangkan dana dan menganalisis kombinasi dari
sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya.
3. Kebijakan manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan
yang tepat telah tersedia, aktiva-aktiva yang ada tetap memerlukan
pengelolaan yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawabterhadap
bermacam-macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya
terhadap aktiva-aktva yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer
keuangan harus lebih memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada
aktiva tetap.
Selain itu menurut Riyanto (2001:10) adapula keputusan mengenai
dividen. Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang
dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan
manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di
perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini
juga akan mempengaruhi financial structure maupun capital structure.
Kemudian Irawati (2006:3) mengungkapkan fungsi-fungsi keuangan yang
hampir sama dengan kedua peneliti diatas., yaitu :
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer
keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana ke dalam
bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang.
Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan. Keputusan
investasi ini bisa dibilang keputusan paling penting karena akan
berpengaruh terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas untuk waktuwaktu berikutnya.
2. Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam
melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber
dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan
pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat
baik jangka pendek atau jangka panjang, perbandingan yang terjadi itu
disebut dengan struktur keuangan, dan jika yang diperhatikan hanya dana
investasi dalam jangka panjang saja, maka perbandingannya disebut
struktur modal.
3. Keputusan dividen
Keputusan dividen adalah bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang
dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen merupakan
keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi
dana yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk
pertumbuhan perusahaan. Keputusan ini bisa berakibat pada nilai
perusahaan. Sehingga, manajemen harus betul-betul mempertimbangkan
pembagian deviden ini.
Secara Skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Fungsi Manajer Keuangan Sebagai Penyalur Dana
Lasmanah, 2010
Keterangan:
1. Aliran dana atau modal mengalir dari pasar modal kepada Manajer
Keuangan (keputusan pendanaan)
2. Modal yang didapatkan oleh Manajer Keuangan dari pasar modal
kemudian diinvestasikan untuk membiayai kegiatan perusahaan yang
pada akhirnya menghasilkan laba (keputusan investasi)
3. Laba dari kegiatan peusahaan mengalir ke Manajer Keuangan untuk
memutuskan kebijakan deviden
4. a. Laba dibagikan kepada investor dalam bentuk deviden
b. Laba ditahan untuk pembiayaan operasional perusahaan berikutnya.
2.3.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang
saham
atau
memaksimumkan
nilai
perusahaan,
bukan
memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan
tanggung jawab sosial, mengabaikan resiko, dan berorientasi jangka pendek.
Kelebihan
tujuan
memaksimumkan
nilai
perusahaan/kemakmuran
pemegang saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman di dalam
pengambilan
keputusan
yang
mempertimbangkan
faktor
resiko.
Dalam
pencapaian tujuan tersebut, manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan
kepentingan pemilik, kreditor, dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan.
Untuk lebih jelasnya seperti yang diungkapkan Sartono (2001:6) yakni:
“Tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah memaksimalkan
kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham melalui maksimasi nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan
di pasar modal”.
Sedangkan menurut Gitman (2006:17) :
“The goal of the firm, and therefore of managers and employess, is to
maximize the wealth of the owners of whom it is being operated”.
Sedangkan Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006:4) adalah
untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense
atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum
dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang
berjalan atau disebut juga ekspansi dan survive.
Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka kita bisa mengetahui
bahwa inti tujuan dari manajemen keuangan itu adalah untuk menciptakan nilai
perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan.
2.4 Investasi
2.4.1 Pengertian Investasi
Menurut Sunariyah (2011:4) Investasi dapat diartikan sebagai suatu usaha
seseorang untuk menanamkan modalnya pada satu atau lebih aktiva dengan
harapan akan mendapatkan keuntungan dari penanaman modal tersebut (Return).
Sedangkan menurut Martono dan Harjitu (2007:138) adalah:
“Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh perusahaan
ke dalam suatu assets (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di
masa yang akan datang.”
Tendelilin (2001:3) juga memberikan pandangannya tentang definisi dari
investasi sebagai berikut:
“Investasi adalah komitmen atas sebuah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini dengan dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa yang akan datang.”
Menurut Husnan (2005:22) :
“Investasi adalah setiap penggunaan dana yang dimaksudkan untuk
memperoleh sejumlah penghasilan.”
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
investasi adalah menanamkan modal yang dilakukan investor untuk menambah
penerimaan di masa yang akan datang. Dengan dilakukannya investasi, maka
perusahaan terikat pada jalur yang telah dipilih dan penuh dengan ketidakpastian.
Maksud ketidakpastian di sini adalah bahwa investasi yang dilakukan bisa
membawa keuntungan dimasa yang akan datang atau justru merugikan
perusahaan.
2.4.2 Jenis-Jenis Investasi
Menurut Sunariyah (2011:4) dan juga diutarakan sama seperti Halim
(2005:4) bahwa investasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu investasi dalam bentuk
riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat – surat berharga atau sekuritas
(marketable securities atau financial assets).
1. Investasi riil adalah investasi yang dilakukan oleh seseorang dalam
bentuk barang barang yang berwujud nyata, seperti bangunan, emas,
perhiasan,dll.
2. Investasi surat-surat berharga adalah investasi yang dilakukan oleh
seseorang berupa surat-surat berharga sebagai tanda hutang atau tanda
kepemilikan suatu asset. Dalam berinvestasi surat-surat berharga
terdapat dua jenis yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.
Menurut Mulyadi (2001:284) terdapat empat tujuan yaitu sebagai berikut :
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya
3. Investasi dalam penggantian peralatan
4. Investasi dalam perluasan usaha
2.4.3 Tujuan Investasi
Pada dasarnya seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan dari investasinya. Secara luas tujuan dari investasi adalah
meningkatkan kesejahteraan investor yang bisa diukur dengan penjumlahan
pendapatan masa sekarang dan nilai pendapatan di masa yang akan datang.
Menutur Tendelilin (2001:5) tujuan dari investasi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang
2. Mengurangi tekanan inflasi
3. Dorongan untuk menghemat pajak.
Seseorang harus dapat berfikir untuk dapat meningkatkan kesejahteraan di
masa yang akan datang atu setidaknya seseorang harus dapat mempertahankan
pendapatan yang sekarang didapat. Investasi dapat menjadi sarana bagi seseorang
untuk menghindari penurunan nilai kekayaan karena pengaruh dari inflasi. dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari investasi adalah
mendapatkan atau mengharapkan tingkat pengembalian di masa yang akan datang
(Return) dengan pertimbangan-pertimbangan resiko yang ada.
Sedangkan menurut Gitman dan Joehnk (2005:13), ada beberapa alasan
mengapa seorang melakukan investasi, antara lain adalah:
1. Accumulating retirement fund
Accumulating funds for retirement is the single most important reason
for investing
2. Enchacing current income
Investment enchange current income by earnings devidends or interest
3. Saving for major expenditure
The most common these are the down payment of a home, education,
vacation and capital to start business.
4. Sheltering income from taxes
Obviously, if person can avoid or deferpaying taxeson the income from
investment, its will have more funds left for reinvestment.
2.5 Pasar Modal
2.5.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa
institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka
panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat
transaksi baik untuk hutang maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal
bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang
seperti obligasi, saham dan lainnya. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan
pendapat menurut Gitman (2006:25), bahwa:
“Capital market is a market that enables suppliers and demanders of longterm funds to make transactions”.
Kemudian menurut Nasarudin dan Surya (2004:13), pasar modal
didefinisikan sebagai:
“Pasar yang memperjualbelikan berbagai keuangan (sekuritas) jangka
panjang, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan
perusahaan swasta.”
Sunariyah (2006:5) juga memberikan pandangannya tentang pasar modal
sebagai berikut:
“Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu
individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan
oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan (entities) yang
membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing
terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.”
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal didefinisikan sebagai,
“Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang
mempunyai kelebihan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Biasanya
pihak yang melakukan transaksi di pasar modal adalah perusahaan yang
membutuhkan dana yang besar dan dalam jangka waktu yang panjang seperti
ekspansi dan pendirian perusahaan baru. Dalam hal ini, biasanya bank tidak
tertarik dalam pengadaan kredit untuk jumlah yang besar sehingga pasar modal
menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk mendapatkan modal besar
tersebut.
Modal tersebut bisa didapatkan dari instrumen-instrumen pasar modal
seperti saham (stock), saham preferen (preferred stock), obligasi konversi
(convertible bond), obligasi (bond), waran (warrant), kontrak berjangka (futures),
opsi (option), reksadana (mutual fund), right, SUN (Surat Utang Negara),
Instrumen Syariah (Obligasi Syariah, Reksadana Syariah).
2.5.2 Jenis-Jenis Pasar Modal
Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2004:12-14) ada beberapa
macam, yaitu :
1.
Pasar Perdana (primary market)
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para
pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum
saham tersebut diterbitkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas-sekuritas lain yang dijual untuk pertama kalinya
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga
saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
2.
Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder adalah perdagangan saham yang dilakukan setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder adalah tempat dimana
saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa
penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh
permintaan dan penawaran pembeli dan penjual.
3.
Pasar Ketiga (third market)
Pasar Ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar
bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk
pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh perserikatan perdagangan
uang dan efek dengan diawasi oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Jadi, dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang
dinamakan floor trading (lantai bursa).
4.
Pasar Keempat (fourth market)
Pasar Keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang
saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi
dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar
(block sale).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jogiyanto (2009: 15) tentang pasar
modal yang mempunyai empat jenis yaitu primary market, secondary market,
third market dan forth market
2.5.3 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian
sebuah negara. Ini karena pasar modal mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi
ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi artinya pasar modal memiliki
fungsi sebagai wahana dan sarana bertemunya pihak yang memerlukan dana dan
pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sedangkan fungsi keuangan karena pasar
modal memberikan imbalan atas investasi yang diberikan berupa tingkat
pengembalian (Return).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011) terdapat beberapa fungsi dari
pasar modal yakni :
1. Menyediakan sumber dana bagi dunia usaha
2. Memberikan sarana investasi bagi investor dan juga dapat memberikan
diversifikasi investasi
3. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga kepada
masyarakat
5. Dapat
menciptakan
penyebaran
kepemilikan,
keterbukaan,
dan
profesionalisme serta membuat iklim berusaha yang sehat
6. Menciptakan lapangan pekerjaan yang unik
7. Memberikan kesempatan bagi investor untuk memiliki perusahaan
8. Sebagai alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
resiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi
9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha
10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan
pemanfaatan manajemen profesional.
Menurut Sunariyah (2006:7) fungsi pasar modal pada suatu negara dapat
dilihat dari lima segi, yaitu :
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (Return) yang diharapkan.
3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan
membeli sebagian kecil saham perusahaan publik.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Kemudian menurut Alan (2007:70) menuturkan fungsi pasar modal
sebagai:
1. Sebagai sarana penambah modal bagi usaha
Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham ke pasar
modal. Saham-saham ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaanperusahaan lain, lembaga, atau oleh pemerintah.
2. Sebagai sarana pemerataan pendapatan
Setelah jangka waktu tertentu, saham-saham yang telah dibeli akan
memberikan deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para
pembelinya (pemiliknya). Oleh karena itu, penjualan saham melalui
pasar modal dapat dianggap sebagai sarana pemerataan pendapatan.
3. Sebagai sarana peningkatan kapasitas produksi
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka
produktivitas perusahaan akan meningkat.
4. Sebagai sarana penciptaan tenaga kerja
Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya
industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.
5. Sebagai sarana peningkatan pendapatan negara
Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan
dikenakan pajak oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui
pajak ini akan meningkatkan pendapatan negara.
6. Sebagai indikator perekonomian negara
Aktivitas dan volume penjualan/pembelian di pasar modal yang semakin
meningkat (padat) memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai
perusahaan berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya.
2.5.4 Instrumen Pasar Modal
Dalam perdagangan surat-surat berharga dalam pasar modal, variasi dari
instrumen-instrumen pasar modal sangat berpengaruh dalam majunya pasar modal
suatu negara. Jika instrumen yang diperdagangkan semakin bervariasi, itu artinya
pasar modal tersebut bisa disebut semakin maju. Dalam UU no. 8 tahun 1995
menyatakan bahwa instrumen pasar modal adalah efek. Efek merupakan setiap
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,
dan setiap derivatif dari Efek. Dengan bervariasinya pasar modal, para investor
dapat leluasa memilih instrumen yang menurutnya paling baik. Menurut Rusdin
(2006:68) instrumen-instrumen pasar modal yang
umumnya diperdagangkan
antara lain :
1.
Saham
Saham adalah suatu satuan nilai yang mengacu kepada bagian kepemilikan
sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan perusahaan
perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang.
2.
Obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan bahwa investor/ pemegang
sertifikat meminjamkan sejumlah modal kepada perusahaan dimana
perusahaan harus membayar bunga secara reguler serta pokok pinjaman pada
saat jatuh tempo.
3.
Produk Derivatif
Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lainnya yang
disebut “underlying”. Ada beberapa macam instrumen derivatif di Indonesia,
seperti bukti right, waran, dan kontrak berjangka.
4.
Reksa Dana
Reksa Dana merupakan sekumpulan saham, obligasi, serta efek lain yang
dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan
investasi yang profesional. Dengan membeli sebagian unit penyertaan,
investor dengan dana yang terbatas dapat menikmati manfaat atas
kepemilikan berbagai macam efek. Selain itu investor juga terbebas dari
kesulitan untuk menganalisa efek. Reksa Dana dapat diklasifikasikan menjadi
empat kategori berdasarkan investasinya, yaitu: Reksa Dana Saham, Obligasi,
Pasar Uang, dan Reksa Dana Campuran. Investor bisa memilih jenis reksa
dana yang sesuai dengan tujuan investasinya.
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:45), instrumen
pasar modal meliputi:
1. Efek Penyertaan (Equity Securities), efek yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menjadi pemegang saham perusahaan tang
menerbitkan efek tersebut. Efek yang termasuk dalam efek penyertaan
adalah saham biasa (common stock) dan Saham preferen (Preferen stock).
2. Efek Utang (Debt securities), efek dimana penerbitnya (issuer) menjual
atau mengeluarkan surat utang dengan kewajiban menebus kembali sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya bunga dan periode bunga atau
kupon sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Efek yang termasuk efek
utang adalah obligasi (bond) dan surat utang jangka menengah (medium
term note).
3. Efek Derivatif merupakan efek turunan dari efek utama baik yang bersifat
penyertaan atau utang.
Efek derivatif diantaranya waran, right, opsi,
future, forward ,dll.
4. Efek lain-lain, efek yang tidak termasuk dalam penyertaan, utang maupun
derivatif. Diantaranya seperti reksa dana, sertifikat penitipan efek (SPE),
dll.
2.5.5 Mekanisme Pasar Modal
Pada tahap awal, perusahaan harus melakukan penawaran umum.
Penawaran Umum (go public) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan cara menjual saham
atau obligasi. Penawaran umum dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
publik sehingga masyarakat dari berbagai lapisan membeli dan turut memegang
saham atas perusahaan yang menerbitkan saham. Berikut ini tahapan dalam usaha
perusahaan untuk go public menurut Suparmoko (2007),
1. Tahap Persiapan
Perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membentuk kesepakatan di antara
para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah
sepakat, emiten menentukan penjamin emisi serta lembaga dan penunjang
pasar yang meliputi lembaga-lembaga berikut ini:
1. Penjamin emisi (under writer), merupakan pihak yang membantu
emiten dalam rangka penerbitan saham. Tugasnya antara lain,
menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus,
dan memberikan penjaminan atas penerbitan.
2. Akuntan publik (auditor independen), merupakan pihak yang bertugas
melakukan audit dan pemeriksaan laporan keuangan calon emiten.
3. Penilai, yaitu pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva tetap
perusahaan dan menentukan tingkat kelayakannya.
4. Konsultan hukum (legal opinion) membantu dan memberikan
pendapat dari sisi hukum.
5. Notaris bertugas membuat angka-angka perubahan anggaran dasar,
akta-akta perjanjian, dan notulensi rapat
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Calon emiten melakukan pendaftaran dengan dilengkapi dokumen
dokumen pendukung kepada Bapepam. Kemudian bapepam memutuskan
calon emiten memenuhi persyaratan atau tidak
3. Tahap Penawaran Saham
Pada tahapan inilah emiten menawarkan sahamnya kepada masyarakat
investor melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Dalam tahapan
ini keinginan investor untuk memiliki saham terkadang tidak terpenuhi.
Misalnya, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 150 juta lembar
saham, sementara investor berminat untuk sejumlah 250 juta lembar
saham. Investor yang belum mendapatkan saham dapat membelinya di
pasar sekunder setelah saham dicatatkan di bursa efek.
4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah saham ditawarkan di pasar perdana, selanjutnya saham dicatatkan
di Bursa Efek Indonesia. Pencatatan saham dapat dilakukan di bursa efek
tersebut.
Calon emiten dapat mencatatkan sahamnya di bursa, apabila telah
memenuhi syarat berikut:
1. Pernyataan Pendaftaran Emisi telah dinyatakan efektif oleh Bapepam
2. Laporan keuangan harus sudah diaudit oleh akuntan publik, diregistrasi di
Bapepam dan mendapat pernyataan unqualified opinion untuk tahun fiskal
kemarin.
3. Jumlah minimum adalah satu juta lembar saham.
4. Jumlah minimum pemegang saham awal adalah 200 investor dengan masingmasing memiliki minimum 500 lembar.
5. Mempunyai aktiva minimum sebanyak Rp. 20 Milyar, ekuitas pemegang
saham (stockholder’s equity) minimum sebesar Rp 7.5 miliar dan modal yang
sudah disetor (paid up capital) minimum sebesar Rp 2 miliar.
6. Minimum kapitalisasi setelah penawaran ke public sebesar Rp. 4 miliar.
7. Khusus calon emiten pabrik, tidak dalam masalah pencemaran lingkungan (hal
tersebut dibuktikan dengan sertifikat AMDAL) dan calon emiten industri
kehutanan harus memiliki sertifikat ecolabeling (ramah lingkungan).
8. Calon emiten tidak sedang dalam sengketa hukum yang diperkirakan dapat
memengaruhi kelangsungan perusahaan.
9. Khusus calon emiten bidang pertambangan, harus memiliki izin pengelolaan
yang masing berlaku minimal 15 tahun; memiliki minimal satu kontrak karya
atau kuasa penambangan atau surat izin penambangan daerah; minimal salah
satu anggota direksinya memiliki kemampuan teknis dan pengalaman di
bidang pertambangan; calon emiten sudah memiliki cadangan terbukti (proven
deposit) atau yang setara.
10. Khusus calon emiten yang bidang usahanya memerlukan izin pengelolaan
(seperti jalan tol, penguasa hutan) dan harus memiliki izin tersebut minimal 15
tahun.
2.6 Saham
2.6.1 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik dari
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Semakin besar
saham yang
dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaanya di perusahaan tersebut.
Menurut Tjiptono dan Fakhrudin (2008 : 6) yang dimaksud dengan saham
adalah :
“Saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas.”
Sedangkan Menurut Sunariyah (2011:124) menjelaskan pengertian saham
seperti berikut:
“Seberapa besar hak dan tanggung – jawab para pesero diwujudkan dalam
jumlah rupiah yang dinyatakan dalam lembar saham. Dengan demikian
jumlah
lembar
saham
(sero)
yang
dikuasai
seorang
pemodal,
menggambarkan suatu bentuk pemilikan pada suatu perusahaan publik
yang berbadan hukum PT.”
Kemudian pengertian saham menurut Tandelilin (2001:18) adalah:
“Sebuah bukti bahwa kepemilikan aset-aset perusahaan yang menerbitkan
saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan
mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah
dikurangi dengan pembayaran kewajiban perusahaan.”
Jadi dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
saham adalah suatu surat berharga yang mengacu pada bagian kepemilikan suatu
perusahaan. Dengan menerbitkan saham maka memungkinkan perusahaan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam jangka panjang.
2.6.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Tendelilin (2001:19) jenis saham sebagai berikut:
“Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa. ”
Kemudian menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:7) dijabarkan lebih
detail. Mengklasifikasikan saham menjadi 3 jenis yaitu :
1. Klasifikasi saham berdasarkan hak tagih, yaitu :
a. Saham Biasa
Saham Biasa yaitu sertifikat yang berfungsi sebagai bukti kepemilikan
suatu perusahaan, pemilik akan mendapatkan hak untuk menerima
pendapatan tetap (dividen) dari perusahaan serta berkewajiban untuk
menanggung resiko kerugian perusahaan.
b. Saham Preferen
Saham Preferen adalah suatu saham yang pemiliknya memiliki hak lebih
dahulu dibanding hak pemilik saham biasa, serta memiliki hak suara
yang lebih besar dibanding pemegang saham biasa.
2. Klasifikasi saham berdasarkan cara peralihan kepemilikan, yaitu :
a. Saham atas unjuk
Dalam saham atas unjuk tidak tertera nama pemiliknya, hal tersebut
dimaksudkan agar mempermudah perpindahan tangan dari investor ke
investor lainnya
b. Saham atas nama
Dalam saham atas nama ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya,
dimana perpindahan tangan harus memlalui prosedur yang jelas.
3. Klasifikasi saham berdasarkan kinerja, yaitu :
a. Blue Chip Stocks
Blue Chip Stocks merupakan saham biasa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, yang mewakili dalam industri, memiliki
pendapatan yang stabil dan onsisten dalam membayar dividen
b. Income Stocks
Income Stocks merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari dividen tahun
sebelumnya
c. Growth Stocks
Growth Stocks dibagi 2 yaitu Well known yaitu emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis,
lesser known saham yang tidak menjadi leader namun memiliki ciri
gowth stock
d. Speculative stock
Speculative stock saham suatu perusahaan yang tidak secara konsisten
dalam memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai
kemungkinan
berpenghasilan
yang
tinggi
di
masa
mendatang, meskipun belum pasti
e. Counter cyclical stocks
Counter cyclical stocks saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
Menurut Rusdin (2006:69) ada beberapa sudut pandang untuk
membedakan saham, yaitu :
1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Saham atas unjuk (Bearer Stock)
b. Saham atas nama (Registered Stock)
2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi:
a. Saham Biasa (Common Stock), saham biasa dibedakan 6 jenis , yaitu:
1) Blue Chip Stock
2) Income Stock
3) Growth Stock
4) Cyclical Stock
5) Defensive Stock
6) Speculative Stock
b. Saham Preferen (Preferen Stock), saham preferen dibedakan 2 jenis ,
yaitu:
1) Commulative Preferred Stock
2) Non Commulative Preferred Stock
2.6.3 Harga Saham
Saham dikenal dengan karakterisitik „imbal hasil tinggi, resiko tinggi‟
artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan
dan potensi resiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk
mendapatkan imbal hasil atau capital gain yang besar dalam waktu singkat.
Namun seiring berfluktuasi harga saham, maka saham juga membuat investor
mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Pembentukan harga saham
terjadi karena adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham
tersebut. Dengan kata lain harga pasar saham terbentuk atas permintaan dan
penawaran saham.
Definisi harga pasar saham menurut Widoatmodjo (2005:56) adalah
sebagai berikut:
“Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada
investor yang lain setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa
utama maupun OTC (Over The Counter Market)”.
Pengertian harga saham menurut Martono (2007:13) adalah sebagai
berikut :
“Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi,
pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.”
Menurut R. Agus Sartono (2001:41) dalam bukunya mendefinisikan
harga saham sebagai berikut:
“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran
kas yang diharapkan akan diterima.”
Dari berbagai pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga
saham adalah harga jual dari saham yang diperjual-belikan di bursa yang
mengindikasikan kineja emiten suatu saham.
2.6.4 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Harga Saham
Harga saham di bursa biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif antara lain pengaruh peraturan, perdagangan
saham, pengawasan atas kemungkinan pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi
pemodal yang setiap saat bisa berubah karena kondisi tertentu dan lain
sebagainya.
Menurut Tandelilin (2001:249) secara garis besar, faktor-faktor yang
memengaruhi harga saham dapat dikelompokan kedalam tiga golongan yaitu :
1.
Pengaruh dari luar
a.
Permintaan dan Penawaran
Harga pasar saham yang akan terbentuk melalui jumlah prmintaan dan
penawaran terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran akan
mencerminkan kekuatan pasar. Jika jumlah penawaran lebih besar dari
permintaan maka pada umumnya kurs harga saham akan turun.
Sebaliknya, jika permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap
suatu efek maka harga saham tersebut cenderung naik
b. Tingkat Efisiensi Pasar Modal
Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan
mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang
relevan dan terpercaya telah tercermin dalam harga-harga saham.
Efisiensi pasar modal ditentukan oleh seberapa besar pengaruh informasi
yang relevan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi.
2.
Perilaku Investor
Para pemodal yang masuk ke pasar modal berasal dari macam-macam
kalangan masyarakat dengan tujuan yang variatif pula jika dilihat dari sisi
tujuannya, maka pemodal dapat dikelompokan kedalam empat kriteria, yaitu :
a.
Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen
Kelompok ini akan fokus pada perusahaan yang sudah sangat stabil
posisi keuangannya. Harapan utama kelompok ini adalah memperoleh
dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun atau setiap periode
pembagian dividennya.
b.
Pemodal yang bertujuan untuk berdagang
Kelompok ini, dalam pembelian saham bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari selisih positif harga beli saham dengan harga jual saham
dan pendapatan mereka didasarkan atas jual beli saham tersebut (capital
gain).
c.
Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham
Bagi kelompok ini, yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai
pemilik perusahaan. Pemodal jenis ini cenderung memilih saham
perusahaan yang sudah memiliki nama baik dikalangan pemodal lain.
d.
Kelompok spekulator
Kelompok ini menyukai saham-saham perusahaan
yang belum
berkembang akan tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Pada
umumnya pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator memiliki peranan
yang kuat dalam meningkatkan aktivitas pasar sekaligus meningkatkan
likuiditas saham.
3.
Kinerja keuangan emiten
Kinerja keuangan emiten selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam
penentuan harga saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena kinerja emiten
merupakan faktor yang objektif dan representatif dalam menggambarkan
harga saham. Kinerja emiten sering diukur dengan informasi keuangan yang
dihasilkan selama satu periode tertentu yang tercermin dalam laporan
keuangan. Informasi keuangan adalah salah satu alat yang sering digunakan
investor untuk menilai harga saham dan membantu dalam proses
pengambilan keputusan investasi.
Tinggi rendahnya harga saham diperngaruhi banyak faktor. Namun, jika di
sederhanakan ada dua faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham di
Bursa Efek Indonesia, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pendapatan Perusahaan
b. Deviden yang dibagikan
c. Arus kas perusahaan
d. Perubahan mendasar pada industri atau perusahaan
e. Perubahan prilaku investasi.
2. Faktor Eksternal
a. Tingkat Suku Bunga
b. Kebijakan moneter
c. Situasi Perekonomian
d. Situasi bisnis internasional
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10) secara umum, ada
beberapa macam faktor yang mempengaruhi harga saham, antara lain:
1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan informasi
yang dimiliki, dimana persepsi tersebut dicerminkan melalui rate of
Return yang diharapkan oleh investor. Apabila sebagian besar investor
mempunyai persepsi bahwa rate of Return dari suatu saham tertentu tidak
lagi memadai, maka mereka akan cenderung mengambil keputusan untuk
menjualnya dan berakibat menurunnya harga saham.
2. Isu-isu politik yang terjadi dinegara yang bersangkutan. Hal ini akan
mengakibatkan para investor cenderung menjual sahamnya guna
mengantisiapasi terjadinya hal-hal yang tidak diharapakan, baik terhadap
perusahaan maupun terhadap investasi yang dilakukannya.
3. Tingkat
pengembalian
bebas
resiko,
yang
merupakan
tingkat
pengembalian dari suatu alat atau instrument investasi yang tidak
mengandung resiko. Instrumen tersebut di Indonesia dapat berupa
deposito dan tabungan.
4. Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang diperkirakan akan
dapat mengakibatkan merosotnya harga saham-saham lain. Kebijakan
deviden perusahaan, yang oleh investor dipersepsikan sebagai suatu
isyarat mengenai kondisi dan prospek perusahaan, terutama mengenai
tingkat kemampulabaannya.
5. Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan dengan
tingkat likuiditas perusahaan.
6. Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, yang berkaitan dengan
besarnya tingkat pengembalian yang akan diperoleh investor atas
investasinya.
Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:108) mengemukakan
bahwa:
“Harga saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar dan
analisis memfokuskan perhatian pada waktu, yaitu perkiraan trend naik
atau turun. Sedangkan apabila permintaan lebih banyak dari pada
penawaran saham, maka harga saham akan mengalami kenaikan, sehingga
akan terjadi trend naik. ”
2.6.5 Return Saham
Menurut Tendelilin (2001:47) Return adalah salah satu faktor yang
memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga hasil dari keberaniannya
menanggung resiko dari investasinya tersebut. Oleh karena itu, Return menjadi
salah satu pertimbangan paling penting yang dilakukan para investor untuk
memilih saham yang akan dibelinya. Pada dasarnya tujuan dari dilakukannya
investasi adalah untuk mendapatkan imbalan dari hasil penanaman modal dan
penanggungan resiko yang dilakukan oleh investor. Konsep resiko tidak terlepas
kaitannya dengan Return, karena investor selalu mengharapkan tingkat Return
yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya.
Gitman (2009:228), mendefinisikan Return sebagai berikut :
”Return is the total gain or loss experience on an investment over a given
period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash
distributing during period of time, expressed as a percentage of the
beginning period investment value”.
Pengertian Return menurut Husnan (1994:19) adalah:
”Return adalah ukuran yang mengukur besarnya perubahan kekayaan
investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan
pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas”.
Dari beberapa pendapat tentang Return diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Return adalah sebuah nilai yang diterima oleh investor sebagai
imbalan atas kesediaannya melakukan penyertaan terhadap suatu saham. Menurut
Tendelilin (2001:48) komponen-komponen yang menjadi dasar pada hasil Return
ada dua, yaitu:
1. Yield, yaitu komponen Return yang mencerminkan aliran kas yang di dapat
secara periodik dari investasi yang dilakukan
2. Capital Gain, merupakan penurunan dan peningkatan dari harga saham yang
bisa memberikan keuntungan bagi investor. Dengan kata lain, capital gain juga
bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
Komponen dasar yield adalah kompernen Return yang didapat dari hasil
investasi secara periodik berupa devidan. Komponen kedua juga penting
khususnya dalam perdagangan saham biasa (common stock) karena komponen ini
merupakan apresiasi dari harga suatu aset yang dinamakan Capital gain (loss).
Capital gain secara sederhana adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham.
Jika harga jual lebih besar dari harga beli maka disebut capital gain. Jika harga
jual lebih rendah dari harga beli maka disebut capital loss.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Return yang diterima oleh investor
merupakan gabungan dari perubahan harga beli dan harga jual saham serta
kebijakan perusahaan dalam menentukan jumlah deviden yang akan dibagikan
pada investor. Menurut Jogianto (2003:109) Return saham dibedakan menjadi
dua macam Return, yaitu,
1. Return relisasi (actual retun), Return yang dihitung dengan
menyelisihkan harga saham periode berjalan dengan harga saham
periode sebelumnya dengan mengabaikan deviden. Ini disebabkan
karena deviden tidak selamanya dibagikan perusahaan pada
investor. Ditulis dengan rumus,
....... Rumus 2.1
Sumber: Jogianto (2003:108)
Ketrangan:
Rit
= Return saham i periode t
P
= Harga saham periode t
P t-1
= Harga saham periode sebelum t
2. Return ekspektasi, adalah Return saham yang diharapkan oleh
investor dimasa yang akan datang. Adapun rumus untuk Return
ekspektasi yang diungkapkan Jogiyanto (2003:109) adalah sebagai
berikut,
E(Rit)=Rmt
........Rumus 2.2
Keterangan:
E(Rit) = Return Ekspektasi saham i periode t
Rmt
= Return pasar pada periode t
2.6.6 Resiko Saham
Investasi saham tidak akan lepas dengan apa yang disebut Return saham.
Dan Return saham juga tidak akan lepas dari yang namanya resiko. Resiko
merupakan segala hambatan yang bisa terjadi dalam rangka pencapaian hal yang
diharapkan. Menurut Tandelilin (2001:47) resiko dapat diartikan sebagai
perbedaan antara Return relisasi dan Return espektasi.
Sedangkan menurut Reilly et al. (2003:10) resiko dapat diartikan “Risk is
the uncertainty that an investment will earn its expected rate of Return”
Dan menurut Husnan (2005:161) resiko ini bisa diartikan dalam dua
pandangan, yaitu:
1. Resiko sistematik, Resiko sistematis atau resiko yang tidak dapat
didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan resiko pasar. Resiko
ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya
perubahan dalam perekonomian secara makro, resiko tingkat bunga,
resiko politik, resiko inflasi, resiko nilai tukar dan resiko pasar. Resiko
ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bias
dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam
mengukur resiko ini adalah beta.
2. Resiko non sistematik, merupakan resiko yang mempengaruhi satu
perusahaan saja. Unsystematic risk dapat diminimalisasi dengan
melakukan diversifikasi karena resiko ini melekat pada masing-masing
instrumen investasi. Resiko ini berpengaruh khusus pada sebuah asset
tunggal atau sebuah kelompok kecil. Resiko tidak sistematik dapat
dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well diversified karena
setiap sekuritas bersifat unik dan tidak dapat digantikan oleh sekuritas
yang lain.
Dari pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa resiko adalah
ketidaktentuan atas timbal balik dari suatu investasi yang dilakukan. Resiko tidak
akan lepas dari Return saham karena setiap investor berharap mendapat Return
dari sebuah investasi berdasarkan atas resiko yang mungkin terjadi. Resiko juga
dapat diartikan sebagai keuntungan dari investasi yang tidak terantisipasi.
Ada beberapa sumber resiko yang bisa memengaruhi Return saham,
seperti yang diungkapkan Tendelilin (2001:48),
1. Resiko Suku Bunga
2. Resiko pasar
3. Resiko Inflasi
4. Resiko bisnis
5. Resiko finansial
6. Resiko likuiditas
7. Resiko nilai mata uang asing
8. Resiko negara atau Country risk
Resiko Suku Bunga ini berkaitan dengan kebijakan moneter yang
diberlakukan oleh pemerintah. Dengan asumsi ceteris paribus, maka Return
saham akan berkebalikan dengan Suku Bunga. Jika Suku Bunga naik maka Return
saham akan mengalami penurunan karena investor mengnggap berinvestasi dalam
bunga deposito lebih menarik dibandingkan di pasar saham, jika sebagian besar
investor berfikiran demikian, maka harga saham akan turun yang berakibat pada
menurunnya pula Return saham. Namun jika Suku Bunga menurun maka harga
saham akan naik karena investor berfikir lebih menguntungkan berinvestasi di
pasar saham. Lalu resiko pasar berkaitan dengan fluktuasi harga saham
keseluruhan yang dicerminkan dari perubahan IHSG. Perubahan ini bisa
disebabkan beberapa faktor seperti isu politik, resesi,dll.
Resiko inflasi berkaitan dengan tingkat daya beli masyarakat. Jika terjadi
inflasi, maka daya beli masyarakat akan berkurang dan akan memengaruhi
kegiatan produksi perusahaan yang pada akhirnya berdampak pada harga saham
perusahaan. Resiko bisnis berkaitan dengan resiko yang diakibatkan dari bisnis
tersebut. Misalnya, sektor pertambangan sedikit banyak akan dipengaruhi harga
minyak dunia. Jika harga minyak dunia naik, maka investor akan tertarik
berinvestasi di sektor tersebut. Resiko finansial berkaitan dengan kebijakan
perusahaan dalam mencari sumber dana bagi perusahaan. Semakin banyak sumber
dana dari hutang maka resiko finansial semakin besar pula.
Resiko likuiditas berkaitan dengan seberapa cepatnya perusahaan
menerbitkan saham di pasar sekunder. Semakin cepat maka perusahaan tersebut
semakin liquid. Resiko nilai mata uang berkaitan dengan resiko perubahan mata
uang lokal dengan mata uang asing yang juga disebut currency risk. Yang
terakhir, resiko negara adalah resiko yang berkaitan dengan kondisi stabilitas
politik suatu negara.
2.7 Suku Bunga
2.7.1 Pengertian Suku Bunga
Tingkat Suku Bunga bisa disebut sebagai indikator perkonomian suatu
negara karena Suku Bunga menjadi alat untuk mengatur peredaran uang suatu
negara dan setiap negara mempunyai tingkat Suku Bunga yang berbeda beda
tergantung dari kebijakan pemerintahnya sendiri. Suku Bunga menurut
Puspopranoto (2004:12) seperti berikut,
“Suku Bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku
Bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya
belinya”.
Selain itu pengertian tentang Suku Bunga dijelaskan oleh (Herman:2003)
sebagai berikut:
“Harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari
penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan
pada saat mendatang”
Kemudian menurut Sunariyah (2006:80) pengertian Suku Bunga adalah:
”Suku Bunga adalah harga dari pinjaman. Suku Bunga dinyatakan sebagai
persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran
harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan
kepada kreditur”
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Suku Bunga
adalah balas jasa yang diberikan oleh bank terhadap nasabah yang menyimpan
hartanya dalam bentuk deposito dengan simpanan jangka panjang serta adanya
perjanjian antara pihak nasabah ( yang memiliki simpanan ) dengan bank,
semakin lama jangka waktu penyimpanan deposito berjangka cenderung makin
tinggi juga bunganya, karena bank dapat menggunakan uang tersebut untuk
investasi jangka waktu yang lebih lama.
Tingkat Suku Bunga juga menganut hukum permintaan. Apabila
penawaran uang tetap, semakin tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi
tingkat Suku Bunga. Tingkat Suku Bunga yang tinggi dapat memengaruhi
investasi walaupun pengaruhnya sangat terbatas (Sugeng: 2004). Menurut ahli
ekonomi klasik bahwa tingkat Suku Bunga ditentukan oleh penawaran tabungan
oleh rumah tangga dan permintan tabungan oleh penanam modal. Menurut
Sugeng (2004), kenaikan Suku Bunga akan berakibat terhadap menurunnya
Return saham begitu juga sebaliknya. Dalam menghadapi kenaikan Suku Bunga,
para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat Suku Bunga
kembali pada tingkat yang dianggap normal.
BI rate diumumkan setiap rapat dewan gubernur bulanan, sehingga setiap
bulan BI rate dapat berganti atau juga tetap tidak berubah, dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas di pasar uang.
Adapun cara perhitungan Suku Bunga yang menjelaskan ada hubungannya
dengan inflasi dalam formulanya menurut Fisher (1986) yang digunakan sampai
sekarang, yaitu :
( 1 + i ) = ( 1 + r ) ( 1 + PE )
i = r + PE +r.PE
......... Rumus 2.3
Dimana :
i
= Suku Bunga nominal ( Nominal Interest Rate )
r
= Suku Bunga riil ( Real Interest Rate )
PE
= Inflasi yang diharapkan atau diperkirakan ( Expected Inflation )
2.7.2 Fungsi Suku Bunga
Menurut Sunariyah (2006:81) ada tiga fungsi penting dari Suku Bunga
yang diterapkan oleh pemerintah, yaitu,
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan.
2. Suku Bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
3. Pemerintah dapat memanfaatkan Suku Bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang
dalam suatu perekonomian.
Sedangkan menurut Nopirin (1992:176) adalah:
“ Fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di
kemudian hari.”
Dari beberapa pngertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
intinya Suku Bunga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan peredaran uang
agar stabilitas perekonomian bisa stabil.
2.7.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga
Banyak faktor yang memengaruhi tingkat bunga misalnya penentuan
tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar uang domestik
mengalami keterbukaan sistem dana suatu negara artinya, tingkat Suku Bunga
setiap negara akan berbeda – beda tergantung kondisi perkonomian negara
tersebut
Faktor yang memengaruhi tingkat bunga global suatu negara adalah
tingkat bunga diluar negeri dan depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata
uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun demikian, dalam sebuah bank
menentukan tingkat bunga bergantung hasil interaksi antara bunga simpanan
dengan bunga pinjaman yang keduanya saling memengaruhi satu sama lain dan
kebijakan Suku Bunga disamping faktor – faktor lainnya.
Faktor – faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan Suku Bunga
tersbut juga dikemukakan oleh Kasmir (2002:122) antara lain :
1. Kebutuhan Dana
2. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan
3. Kebijakan pemerintah
4. Target laba yang diinginkan
5. Jangka waktu
6. Kualitas jaminan
7. Reputasi perusahaan
8. Produk yang kompetitif
9. Hubungan baik
10. Jaminan pihak ketiga
Kemudian menurut Ramirez dan Khan (1999) seperti berikut:
“Ada dua jenis faktor yang menentukan nilai Suku Bunga, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional,
jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan Suku
Bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.”
Menurut
Brigham and
Houston
mempengaruhi Suku Bunga antara lain:
(2001:158)
faktor-faktor
yang
1. Kebijakan Bank Sentral
2. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
3. Neraca perdagangan luar negeri
4. Tingkat kegiatan usaha
2.8 Indeks Harga Saham Gabungan
2.8.1 Pengertian IHSG
Menurut Halim (2003:8) Indeks Harga Saham merupakan:
“Ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam
variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi.
Bahkan saat ini IHS tidak saja menampung kejadian-kejadian ekonomi,
tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan.
Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi
suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi
pasar terakhir (current market).
Sedangkan menurut Sunariyah (2003:147) Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) adalah:
“Suatu rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham
gabungan, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang
berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek.
Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 101) sebagai berikut,
“IHSG merupakan indeks yang menunjukkan pergerakan harga saham
secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang
perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG ini bisa digunakan untuk
menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham
mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG juga melibatkan seluruh harga
saham yang tercatat di bursa.”
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IHSG
merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang
tercatat di bursa secara keseluruhan. IHSG ini berpengaruh terhadap keputusan
investor dalam menanamkan modalnya. Semakin besar nilai IHSG maka investor
akan lebih banyak menanamkan modalnya di perusahaan yang ada dibursa dengan
informasi-informasi Return yang menurut investor bernilai baik.
2.8.2 Metode Perhitungan IHSG
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Robert
Ang,1997) :
1) Metode rata-rata (Average Method) Merupakan metode dimana harga
pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah
kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.
........Rumus 2.4
Sumber: www.idx.co.id
Keterangan:
IHSG
= Indeks Harga Saham gabungan
Ps
= Harga Saham
Divisor = Harga Dasar saham
2) Metode Rata-Rata Tertimbang ( Weight Average Method) Merupakan
suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar
saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada
umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua cara
menghitung dengan metode ini yaitu,
1. Paasche
Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh
saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam
sebuah indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu
saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar
jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
...... Rumus 2.5
Keterangan:
Ps
= Harga saham sekarang
Ss
= Jumlah saham yang beredar
Po
= Harga dasar saham
2. Laspyeres
Rumus ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada
hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada
pengeluaran saham baru.
...... Rumus 2.6
Keterangan:
Ps
So
Po
= Harga saham sekarang
= Jumlah saham awal
= Harga dasar saham
IHSG BEI mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan
mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan
pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk
memantau pergerakan saham dengan menggunakan metode dari Paasche. Indeks
ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode
penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche
(Ang:1997). Sejak tanggal 1 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta digabung
dengan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu
IHSG BEJ kemudian berubah menjadi IHSG BEI sejak penggabungan tersebut.
2.9 Pengaruh Suku Bunga dan IHSG Terhadap Return Saham
2.9.1 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Return saham
Bank Indonesia menggunakan tingkat Suku Bunga sebagai salah satu
instrumen untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi
maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat Suku Bunga untuk meredam
kenaikan inflasi. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap pasar modal. Apabila
tingkat Suku Bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan beban bunga.
Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak
yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga ini
dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh
terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan. Selain kenaikan beban
bunga, tingkat Suku Bunga yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk
memindahkan dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena kenaikan tingkat Suku
Bunga akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan tingkat Suku
Bunga simpanan. Apabila tingkat Suku Bunga deposito lebih tinggi dari tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor akan mengalihkan
dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah
satu jenis investasi yang bebas resiko.
Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito karena
deposito lebih menarik dibandingkan instrumen pasar modal ini tentu akan
mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan
penurunan harga saham yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan
Return saham (Sunariyah:2006).
Para ekonom seringkali menghubungkan kebijakan moneter melalui
peningkatan (penurunan) tingkat bunga dengan peningkatan (penurunan) aktivitas
ekonomi. Dalam literatur Financial Economic banyak dibahas mengenai pengaruh
perubahan pada tingkat diskonto (biaya modal) pada Return saham. Salah satu
penyebab perubahan tingkat diskonto (biaya modal) adalah perubahan tingkat
bunga. Beberapa penelitian terdahulu mendokumentasikan adanya pengaruh
perubahan tingkat bunga pada Return saham [Cecchetti et al. (2000), Conover
(1999a, b) dalam jurnal Lestari (2005)]. Perubahan kebijakan moneter akan
mempengaruhi pasar modal melalui perubahan yang terjadi pada pengeluaran
konsumsi dan investasi. Penurunan pada tingkat bunga akan mendorong
pengeluaran konsumsi dan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan harga
saham [Modigliani (1971) dalam jurnal Lestari (2005)].
Penelitian yang dilakukan oleh Meta (2005) menunjukan tidak ada
pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga terhadap Return saham pada sektor
properti namun berpengaruh negatif pada sektor manufaktur.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sodikin (2007) menyatakan bahwa
pengaruh variabel makro (Tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar) terhadap Return
saham sektoral menghasilkan kesimpulan bahwa ternyata hanya Suku Bunga yang
berpengaruh secara parsial terhadap Return saham pada sektor kimia,
pertambangan, konstruksi dan keuangan. Sedangkan sektor lainnya sama sekali
tidak berpengaruh. Kemudian, ternyata jika di teliti secara simultan dalam sektor
pertambangan tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel makro terhadap
Return saham.
Hidayat (2001) yang meneliti tentang pengaruh tingkat pengembalian
pasar, laju inflasi, Suku Bunga deposito, harga emas, PNB dan nilai tukar
terhadap return saham menunjukan adanya pengaruh signifikan antara tingkat
pengembalian pasar, laju inflasi, Suku Bunga, harga emas terhadap return saham,
sedangkan PNB dan nilai tukar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Dari penelitian terdahulu, dapat ditarik kesimpulan bahwa Suku Bunga
berpengaruh negatif terhadap Return saham.
2.9.2 Pengaruh IHSG Terhadap Return Saham
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa IHSG merupakan nilai
indikasi dari seluruh kinerja saham di pasar modal sehingga Indeks harga saham
gabungan (IHSG) yang ada di pasar modal berpengaruh terhadap Return saham.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan adanya perbedaan hasil penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2008) yang berjudul “Pengaruh
variabel-variabel ekonomi makro, Return IHSG bulan Januari Terhadap Return
saham perbankan dan asuransi Bulan Januari untuk melihat fenomena January
effect: Studi empiris BEJ 1989-2006” pada perusahaan perbankan dan asuransi
menyatakan kesimpulan bahwa Return IHSG berpengaruh signifikan terhadap
Return saham perusahaan perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda.
Tetapi untuk perusahaan asuransi Return IHSG tidak berpengaruh sama sekali.
Penelitian lain menunjukan Indeks Harga Saham Gabungan berhubungan positif
dengan Return saham, dalam artian makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula
Return yang dihasilkan. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa
IHSG, Inflasi dan Suku Bunga ternyata mempengaruhi Return saham unitlink
berbasis saham di mana pengaruh paling signifikan ditunjukkan oleh IHSG.
(Antolin:2008)
Penelitian yang dilakukan Hasbi (2005) tentang pengaruh IHSG, SBI dan
Kurs terhadap Return saham di sektor manufaktur menunjukan bahwa dari 110
sampel perusahaan, 64 (58,182%) sampel diantaranya memiliki pengaruh yang
signifikan antara IHSG terhadap Return saham secara parsial dan 72 (65,454%)
sampel memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fuad (2006) mengungkapkan
adanya perngaruh yang signifikan antara IHSG terhadap return saham pada
industri food and beverage dengan korelasi positif. Artinya, jika IHSG mengalami
kenaikan maka return saham pun akan mengalami kenaikan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Napu (2008) justru menghasilkan kesimpulan
yang berbeda yaitu IHSG tidak berpengaruh terhadap return saham.
Dari beberapa penelitian terdahulu dapat ditarik simpulan bahwa IHSG
berpengaruh positif terhadap Return saham.
Download