9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. KEHAMILAN 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Tinjauan Medis
A. KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester
ketiga
13
minggu
(minggu
ke-28
hingga
ke-40)
(Prawirohardjo, 2010: 213).
Menurut Wiknjosastro (1991) kehamilan adalah urutan kejadian
yang terdiri atas pembuahan, implantasi, pertumbuhan embrio,
pertumbuhan janin dan berakhir pada kehamilan bayi. Ketika
spermatozoa
bertemu
dengan
ovum
maka
dimulailah
awal
kehamilan, setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu
pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi
tersebut (Yongki, Judha, Rodiyah, dan Sudarti, 2012: 3).
9
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
10
Menurut Saifuddin (2009) kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
sampai lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Walyani, 2015: 69).
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa
embrio atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari
ovulasi sampai partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu) (kuswanti, 2014: 99).
Jadi, kehamilan adalah fertilisasi dari spermatozoa dan ovum
yang
dilanjutkan
dengan
nidasi
atau
implantasi.
Kehamilan
berlangsung selama 40 minggu yang terbagi atas tiga trimester.
Trimester I (0-12 minggu), trimester II (minggu ke-13 sampai ke-27),
dan trimester III (minggu ke-28 sampai ke-40).
2. Proses Kehamilan
Proses
kehamilan
diawali
dengan
proses
pembuahan
(konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi.
Fertilisasi
adalah
penyatuan
sperma
laki-laki
dengan
ovum
perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
11
ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk bergerak dalam
media cair dan dapat mempertahankan fertilisasiya selama 2 sampai
4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup maksimal 48 jam setelah ovulasi.
Oleh karena itu agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan
dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi (Hutahaean, 2013: 27).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung
dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2013: 75).
Berikut adalah penjelasan proses kehamilan menurut Manuaba:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang kompleks.Selama masa subur yang
berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang
dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang
kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus,
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid, akhirnya spermatozoa.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
12
d. Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma,
“vitelus” membangkitkan kembali pembuahan dalam inti ovum
yang dalam keadaan “metafase”.
e. Pembentukan Plasenta
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan
eksoselom membentuk entoderm dan yolk sac (kantong kuning
telur) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan
amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang
amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur
ectoderm, entoderm, dan mesoderm. Ruangan amnion dengan
cepat mendekati korion sehingga jaringannya yang terdapat
diantara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali
pusat (Manuaba, 2013: 75).
3. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan
a. Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,
sehingga menjadi berat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot
rahim mengalami hipertrofi dan hyperplasia menjadi lebih besar,
lunak,
dan
dapat
mengikuti
pembesaran
Rahim
karena
pertumbuhan janin (Manuaba, 2013: 83). Menurut Varney (2007:
527) tinggi fundus memberi informasi tentang pertumbuhan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
progresif janin dan merupakan cara penapisan mendasar untuk
mendeteksi masalah yang terkait dengan tinggi fundus yang terlalu
besar atau terlalu kecil untuk perkiraan umur kehamilan sesuai
tanggal.
Tabel 2.1 Ukuran tinggi fundus uteri menurut spiegelberg.
Umur kehamilan
(minggu)
22 -28
28
30
32
34
36
38
40
Ukuran (cm)
24 – 25
26,7
29,5 – 30
29,5 – 30
31
32
33
37,7
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 41
Tabel 2.2 Hubungan tua kehamilan, besar uterus dan tinggi fundus uteri.
Akhir bulan
Besar uterus
Tinggi fundus uteri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lebih besar dari biasa
Telur bebek
Telur angsa
Kepala bayi
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Kepala dewasa
Kepala dewasa
10
Kepala dewasa
Belum teraba (palpasi)
Di belakang simfisis
1 – 2 jari di atas simfisis
Pertengahan simfisis – pusat
2 – 3 jari di bawah pusat
Kira – kira setinggi pusat
2 – 3 jari di atas pusat
Pertengahan pusat – prosesus xiphoideus
3 jari dibawah Px atau sampai setinggi Px
Sama dengan kehamilan 8 bulan, tetapi
melebar ke samping
Sumber: Rustam Mochtar, 2012: 42.
b. Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehigga tampak makin berwarna merah
dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks) (Manuaba, 2013: 92).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
c. Ovarium
Dengan
mengandung
terjadinya
korpus
kehamilan,
luteum
indung
gravidarum
akan
telur
yang
meneruskan
fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
usia 16 minggu (Manuaba, 2013: 92).
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi (Manuaba,
2013: 92).
e. Sirkulasi Darah Ibu
Menurut (Manuaba, 2013 : 92) perubahan peredaran darah
ibu hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumuuhan janin
dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada
sirkulasi retroplasenter.
3) Pengaruh
hormon
estrogen
dan
progesteron
makin
meningkat.
Menurut (Manuaba, 2013: 93) akibat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi peredaran darah dijumpai beberapa perubahan,
sebagai berikut:
1) Volume darah. Volume darah yang semakin meningkat dan
jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.
2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertmbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga
mencapai 10.000/ml.
3) Sistem Respirasi.
Pada kehamilan terjadi juga perubahan
sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen.
Disamping itu terjadi desakan diafragma Karena dorongan
rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu.
Menurut Sukarni (2013: 67) kebutuhan oksigen saat hamil
meningkat sampai 20 %, respirasi normal yaitu (20–24
x/menit).
4) Sistem
Pencernaan.
pengeluaran
asam
Oleh
karena
lambung
pengaruh
meningkat
estrogen,
dan
dapat
menyebabkan: pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),
daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing
kepala terutama pagi hari yang disebut morning sickness,
muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum, muntah
berlebihan
sehingga
menggangu
kehidupan
sehari-hari
disebut hiperemesis gravidarum, progesteron menimbulkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan
obstipasi.
5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan
turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi
dalam
bentuk
sering
berkemih.
Desakan
tersebut
menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
6) Perubahan pada kulit. Pada kulit terjadi perubahan deposit
pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae
gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae,
linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiper pigmentasi ini akan menghilang.
7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme
tubuh
mengalami
perubahan
yang
mendasar,
dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI.
f.
Sistem Musculoskeletal
Menurut Hutahaean (2013) pada sistem musculoskeletal
terjadi juga perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Pembesaran
payudara
dan
rotasi
anterior
panggul
memungkinkan untuk terjadinya lordosis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
2) Ibu sering mengalami nyeri dibagian punggung dan pinggang
karena mempertahankan posisi stabil, beban meningkat pada
otot punggung dan kolumna vertebrae.
3) Adaptasi musculoskeletal
a) Pengaruh hormonal
(1)
Relaksasi persendian karena pengaruh hormone
relaksin.
(2)
Mobilitas dan pliabilitas (pelunakan) meningkat
pada sendi sakroiliaka.
b) Pengaruh mekanik
(1) Peningkatan berat badan karena pembesaran
uterus.
(2) Perubahan postur.
(3) Diastasis rekti.
(4) Sindroma carpal tunnel.
c) Relaksasi dan hipermobilitas sendi pada masa hamil
kembali stabil dan ukuran sama dengan sebelum hamil,
kecuali pada kaki (Hutahaean, 2013: 45).
g. Sistem Endrokin
Menurut Hutahaean pada sistem endokrin terjadi juga
perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Kelenjar tiroid
a) Pembesaran kelenjar tiroid merupakan akibat hiperplasia
jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
b) Konsumsi oksigen (O2) dan peningkatan basal metabolic
rate (BMR) merupakan akibat aktivitas janin.
2) Kelenjar paratiroid
a) Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder
ringan, suatu refleks peningkatan kebutuhan kalsium (Ca)
dan vitamin D.
b) Saat
kebutuhan
raangka
janin
mencapai
puncak
(pertengahan kedua kehamilan), kadar parathormon
plasma meningkat, kadar meningkat antara minggu ke-15
dan ke-35 gestasi.
3) Pankreas
a) Janin butuh glukosa sebagai bahan bakar pertumbuhan,
tidak hanya menghasilkan simpanan glukosa ibu tetapi
juga menurunkan kemampuan ibu menyintesis glukosa
dengan menyedot habis asam amino ibu.
b) Kadar glukosa ibu menurun, insulin ibu tidak dapat
menembus plasenta untuk sampai ke janin. Akibatnya,
pada awal kehamilan pankreas meningkatkan produksi
insulinnya.
c) Seiring peningkatan usia kehamilan, plasenta bertumbuh
dan secara progresif memproduksi hormon dalam jumlah
yang lebih besar (misalnya: human placental lactogen
(HPL), estrogen, dan progesteron). Peningkatan produksi
kortisol oleh kelenjar adrenal juga terjadi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
d) Estrogen, progesteron, dan kortisol secara kolektif
menurunkan kemampuan ibu untuk menggunakan insulin.
Hal ini merupakan mekanisme protektif yang menjamin
suplai glukosa untuk mencukupi kebutuhan unit fetoplaental. Akibatnya, tubuh ibu hamil membutuhkan lebih
banyak insulin.
4) Prolaktin hipofisis
a) Pada kehamilan, prolaktin serum mulai meningkat secara
progresif pada trimester I sampai aterm.
b) Secara umum diyakini bahwa walaupun semua unsur
hormonal (estrogen, progesteron, tiroid, insulin, dan
kortisol bebas) yang diperlukan untuk pertumbuhan
payudara dan produksi susu terdapat dalam kadar yang
meningkat selama kehamilan, kadar estrogen yang tinggi
menghambat sekresi alveolar aktif dengan menghambat
peningkatan prolaktin pada jaringan payudara, sehingga
menghambat efek prolaktin pada epitel target.
c) Progesteron meyebabkan lemak disimpan dalam jaringan
subkutan di abdomen, punggung, dan paha atas. Lemak
berfungsi sebagai cadangan energi, baik pada masa
hamil maupun menyusi.
d) Beberapa hormon lain yang memengaruhi nutrisi adalah
sebagai berikut:
(1) Aldosteron mempertahankan natrium.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
(2) Tiroksin mengatur metabolism.
(3) Paratiroid mengatur metabolisme kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg).
(4) Human placental lactogen (HPL) berperan sebagai
hormon
pertumbuhan
kelenjar
susu
di
dalam
payudara dan berbagai perubahan metabolik yang
mengiringinya.
(5) Human chorionic gonadotropin (HCG) menginduksi
mual dan muntah pada beberapa wanita selama awal
kehamilan (Hutahaean, 2013: 46).
h. Sistem Integumen
Menurut
perubahan
Hutahaean,
selama
sistem
hamil
integument
disebabkan
oleh
mengalami
perubahan
keseimbangan hormon dan peregangan mekanis yang ditandai
dengan beberapa kondisi berikut:
1) Peningkatan
aktivitas
melanophore
stimulating
hormon
mengakibatkan hiperpigmentsi wajah (kloasma gravidarum),
payudara, linea alba, dan striae gravidarum. Jaringan elastis
kulit mudah pecah, menyebabkan striae gravidarum, atau
tanda regangan.
2) Perubahan umum lainnya yang timbul adalah peningkatan
ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi,
pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
keringat dan sebasea, serta peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vasomotor (Hutahaean, 2013: 47).
i.
Sistem Gastrointestinal
Menurut (Hutahaean, 2013: 48) selama masa hamil, nafsu
makan meningkat, sekresi usus berkurang, fungsi hati berubah,
dan absorbs nutrien meningkat. Aktivitas peristaltik (motilitas)
menurun,
akibatnya
bising
usus
menghilang,
sehingga
menyebabkan konstipasi, mual serta muntah. Aliran darah ke
panggul dan tekanan vena meningkat, sehingga menyebabkan
hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan.
j.
Sistem Kardiovaskuler
Hipertrofi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan
oleh peningkatan volume darah dan curah jantung. Oleh karena
diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas lalu
berotasi ke depan dan ke kiri. Peningkatan ini juga menimbulkan
perubahan hasil auskultasi yang umum terjadi selama masa hamil.
Perubahan pada auskultasi mengiringi perubahan ukuran dan
posisi jantung (Hutahaean, 2013: 50).
Menurut
(Hutahaean,
2013:
50)
perubahan
sistem
kardiovaskuler dapat mempengaruhi perubahan-perubahan lain,
seperti sebagai berikut: tekanan darah, volume dan komposisi
darah, curah jantung, dan waktu sirkulasi dan koagulasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
k. Sistem Neurologi
Menurut Hutahaean pada sistem neurologi terjadi juga
perubahan, seperti sebagai berikut:
1) Kompresi
saraf
panggul
atau
stasis
vaskuler
akibat
pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di
tungkai bawah.
2) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan
pada saraf atau kompresi akar saraf.
3) Akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) timbul akibat
posisi bahu yang membungkuk, terkait dengan tarikan pada
segmen pleksus brakialis.
4) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu cemas,
atau juga gangguan penglihatan seperti kesalahan reflaksi,
sinusitis, atau migraine (Hutahaean, 2013: 51).
l.
Plasenta
Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari
ibu dalam bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat
lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2.
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan
tebal 2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat yang
menghubungkan plasenta panjangnya 25 sampai 60 cm. Plasenta
terbentuk sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis
dan desidua kapsulari telah menjadi satu. Sebelum plasenta
terbentuk sempurna dan sanggup untuk memelihara janin,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum. Saat nidasi
vili korialis mengeluarkan hormon korionik gonadotropin sehingga
korpus luteum dapat bertahan (Manuaba, 2013: 96).
Menurut
Manuaba beberapa hormon yang dihasilkan
plasenta: korionik gonadotropin, korionik somatomamotrofin,
estrogen plasenta, dan progestron.
Menurut Manuaba fungsi plasenta adalah sebagai berikut:
1) Sebagai alat nutritive.
2) Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil O2 dan
membuang CO2.
3) Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian
ASI. Hormon yang dihasilkan oleh plasenta adalah: korionik
gonadotropin, korionik somatomamotrofin (plasenta laktogen),
estrogen dan progesteron, eorionik tirotropin, relaksin.
4) Sebagai alat penyalur antibodi ketubuh janin.
5) Sebagai barrier atau filter. Sel trofoblas cukup kuat untuk
bertindak sebagai barrier terhadap beberapa bakteri atau virus
(Manuaba, 2013: 97).
m. Likuor amnii
Jumlah likuor amni (air ketuban) sekitar 1000 ml sampai
1500 ml pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007
sampai 1,008. Likuor amnii terdiri dari 2,3% bahan organik
(protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan
spingomielin) dan 97% sampai 98% bahan anorganik (air, garam,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
yang larut dalam air). Menurut (Manuaba, 2013: 98) fungsi air
ketuban ada beberapa macam, sebagai berikut:
1) Saat kehamilan berlangsung, fungsinya sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan
bebas ke segala arah.
b) Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung.
c) Sebagai penyangga terhadap panasdan dingin.
d) Menghindari trauma langsung terhadap janin.
2) Saat in partu, fungsinya sebagai berikut:
a) Menyebarkan kekutan HIS sehingga serviks dapat
membuka.
b) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan
sebagai desinfektan.
c) Sebagai pelicin saat persalinan.
4. Perubahan Fisiologi Janin pada Kehamilan
a. Perkembangan Konseptus
Konseptus adalah semua jaringan yang membagi diri
menjadi berbagai jaringan embrio, korion, amnion, dan plasenta.
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat
yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16
sel blastomer), kemudian menjadi blastokisis (terdapat cairan di
tengah)
yang
mencapai
uterus,
dan
kemudian
sel-sel
mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu ke-
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
7).
Setelah
minggu
ke-10
hasil
konsepsi
disebut
janin
(Prawirohardjo, 2009: 157).
b. Embrio dan Janin
Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil
konsepsi. Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG
akan tampak sebagai kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi
embrio belum tampak. Pada minggu ke-6 dari haid terakhir usia
konsepsi 4 dengan embrio berukuran 5mm, kantong gestasi
berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung.
Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi 6 minggu dengan embrio
berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak kepala yang relative
besar dan tonjolan jari (Prawirohardjo, 2009: 157).
Tabel 2.3 Perkembangan Fungsi Organ Janin
Usia gestasi
6
7
8
9
13-16
17-24
25-28
29-32
33-36
38-40
Organ
Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah terbentuk,
namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh.
Tampak mata pada muka. Pembentukan alis dan lidah.
Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia eksterna. Sirkulasi melalui
tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.
Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk namun tak akan membuka
sampai 28 minggu.
Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-. Kulit janin masih
transparan, telah mulai tumbuh lanugo. Janin bergerak aktif yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium dalam usus. Jantung
berdenyut 120-150x/menit.
Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh
verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai refleks.
Ini permulan trimester ke-3 dimana terdapat perkembanan otak yang cepat.
Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.
Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup. Tulang telah terbentuk
sempurna, gerakan napas telah regular, suhu relative stabil.
Berat janin 1500-2500 gram. Lanugo mulai berkurang, pada saat 35 minggu
paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.
Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh
uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.
Sumber: Prawirohardjo, 2009
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
c. Sistem Kardiovaskuler
Semua kebutuhan janin disalurkan melalui vena umbilikal,
maka sirkulasi menjadi khusus. Tali pusat berisi 1 vena dan 2
arteri. Vena menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke
janin. Sebaliknya kedua arteri menjadi pembuluh balik yang
menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa
metabolisme. Setelah bayi lahir semua pembuluh umbilikal, duktus
venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir
akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan
paru dan vena pulmonalis, duktus arteriosus akan menutup dalam
3 hari dan total pada minggu ke-2 (Prawirohardjo, 2009: 159)
d. Darah Janin
Proses pembentukan darah janin yaitu bermula diproduksi
yolk sac kemudian di hati dan akhirnya di sum-sum tulang. Eritrosit
janin relatif besar dan berinti. Hemoglobin mengalami peningkatan
dari 12g/dl pada pertengahan kehamilan menjadi 18 g/dl pada
aterm (Prawirohardjo, 2009: 160).
e. Sistem Respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12
minggu dan pada 34 minggu secara reguler gerak napas ialah 4060x/menit dan diantara jeda adalah periode apnea (Prawirohardjo,
2009: 161).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
f.
Sistem Gastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilase
baru nyata pada periode neonatal janin meminum air ketuban dan
akan tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion
yang ditelan akan menghasilkan mekonium di dalam usus
(Prawirohardjo, 2009: 161).
g. Sistem Ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan korpuskel ginjal
di zona jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk
sempurna pada minggu ke-36. Pada janin hanya 2% dari curah
jantung mengalir ke ginjal, mengingat sebagian besar sisa
metabolisme dialirkan ke plasma. Sementara itu, tubuli juga
mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi penuh. Urin janin
menyumbang cukup banyak pada volume cairan amnion. Bila
terdapat
kondisi
oligohidramnion
itu
merupakan
pertanda
penurunan fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi (Prawirohardjo,
2009: 162).
h. Sistem Saraf
Mielinisasi
saraf
spinal
terbentuk
pada
pertengahan
kehamilan dan berlanjut sampai usia bayi 1 tahun. Fungsi saraf
sudah tampak pada usia 10 minggu yaitu janin bergerak, fleksi
kaki, sedangkan genggaman tangan lengkap dapat dilihat pada 4
bulan. Janin sudah dapat menelan pada 10 minggu, sedangkan
gerak respirasi pada 14-16 minggu. Janin sudah mampu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
mendengar sejak 16 minggu. Kemampuan untuk melihat cahaya
baru jelas pada akhir kehamilan. Janin mampu membuat hormon
sendiri misalnya tiroid, ACTH. Korteks adrenal dirangsang oleh
ACTH (Prawirohardjo, 2009: 162).
i.
Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin janin telah bekerja sebelum sistem saraf
mencapai maturitas. Kelenjar hipofisis anterior mempunyai 5 jenis
sel yang mengeluarkan 6 hormon yaitu laktotrop menghasilkan
prolaktin,
kortikotrop
somatotrop
menghasilkan
menghasilkan
hormon
kortikotropin
pertumbuhan,
(ACTH),
tirotrop
menghasilkan TSH, dan gonadotrop menghasilkan LH, FSH.
Nerohipofisis juga sudah berkembang pada usia 10-12 minggu
sehingga oksitosin dan AVP (arginine vasopressin) sudah
dihasilkan (Prawirohardjo, 2009: 162).
j.
Pembentukan Kelamin
Sel benih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi
ke lekukan bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen
testis determining factor (TDF) atau disebut sex determining
region (SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat mullerianinhibiting substance yang berfungsi represi duktus Muller.
Testosteron diproduksi oleh testis akibat rangsang HCG dan LH.
Sebaliknya apabila tidak terdapat testis, akan terbentuk gonad dan
fenotip perempuan. Pada kondisi janin perempuan, akibat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
terpapar androgen berlebihan, akan timbul genitalia ambiguitas
(Prawirohardjo, 2009: 163).
5. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut (Manuaba, 2013: 107) tanda dan gejala kehamilan
dibagi 3, sebagai berikut:
a. Tanda Dugaan Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: amenorea
(terlambat datang bulan), mual dan muntah (emesis), ngidam,
sinkope atau pingsan, payudara tegang, sering miksi, konstipasi
atau obstipasi, pigmentasi kulit, epulis, varises atau penampakan
pembuluh darah vena.
b. Tanda tidak Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: rahim
membesar, pada pemeriksaan dalam dijumpai (tanda hegar,
tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks,
teraba ballottement), pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
c. Tanda Pasti Kehamilan, dijabarkan sebagai berikut: gerakan
janin dalam rahim, terlihat/teraba gerakan janin dan teraba
bagian-bagian janin, denyut jantung janin terdengar.
6. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan dan Cara Mengatasinya
Menurut (Varney, 2007: 536) ketidaknyamanan pada kehamilan
dibagi berdasarkan usia kehamilan, yaitu sebagai berikut:
a. Trimester 1
1)
Nausea
Nausea disertai muntah-muntah ditafsirkan keliru
sebagai morning sickness, tetapi sering terjadi pada siang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
atau sore hari atau bahkan sepanjang hari. Cara mengatasi
Nausea diantaranya yaitu: makan porsi kecil tetapi sering,
jangan menyikat gigi anda segera setelah makan untuk
menghindari stimulasi reflek gak, minum lah minuman yang
mengandung karbohidra, hindari makanan beraroma kuat
atau menyengat, batasi lemak dalam diet anda, istirahat,
gunakan obat–obatan anti mual.
2)
Ptialisme (Salivasi Berlebihan)
Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang
dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut
atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi kelenjar
saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi yang
berlebihan.
3)
Keletihan
Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini
terjadi masih belum jelas. Dugaan lain adalah bahwa
peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur.
4)
Nyeri punggung bagian atas (non patologis)
Nyeri punggung akibat peningkatan ukuran payudara,
yang membuat payudara menjadi berat. Metode untuk
mengurangi
nyeri
ini
adalah
menggunakan
bra
yang
berukuran sesuai ukuran payudara dengan mengurangi
mobilitas payudara,bra penyongkong yang berukuran tepat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
juga
untuk
menguraingi
ketidaknyamanan
akibat
nyeri
tekanan pada payudara yang timbul karena pembesaran
payudara.
5)
Leukorea
Sekresi
vagina
dalam
jumlah
besar,
dengan
konsentrasi kental atau cair, sekresi ini bersifat asam akibat
pengubahan sejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina
menjadi asam laktak oleh basil doderlain untuk mengatasi
leukorea adalah dengan memperhatikan kebersihan tubuh
pada area tersebut dan mengganti pakaian dalam berbahan
katun dengan sering, wanita sebaiknya tidak melakukan
douch atau menggunakan semprot untuk menjaga kebersihan
area genetalia.
6)
Peningkatan frekuensi berkemih (non patologis)
Terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.
Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istimus
menjadi lunak (tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada
uterus yang membesar, hal ini menimbulkan tekanan
langsung
pada
kandung
kemih.
Cara
mengatasinya:
mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam sehingga
tidak perlu bolak balik kekamar mandi pada saat mencoba
tidur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
7)
Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben karena
uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul dan vena
kafa inferior. Satu–satunya cara untuk mengatasi nokturia
adalah menjelaskan mangapa hal ini terjadi lalu membiarkan
memilih cara yang nyaman baginya dan menganjurkan
mengurangi cairan setelah makan sore sehingga asupannya
selama sisa hari tersebut tidak akan memperberat masalah.
b.
Trimester II
1)
Konstipasi
Konstipasi dapat diduga terjadi akibat penurunan
parites yang disebabkan relaksasi otot polos pada uterus
besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron
pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran
uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan
motilitas
dan
saluran
gastroinstetinal
sehingga
menyebabkan konstipasi. Cara penanganan konstipasi
yang paling efektif menurut yaitu: asupan cairan yang
adekuat, yakni minuman air mineral 8 gelas sehari
(ukuran gelas minum), mengkonsumsi buah-buahan,
berjalan setiap hari, pertahankan postur yang baik,
mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot
abdomen bagian bawah secara teratur, semua bagian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
memfasilitasi sirkulasi vena sehingga mencegah kongesti
pada usus besar, makan makanan (berserat, dan
mengandung serat alami (misalnya): slada, daun sledri,
kulit padi).
2)
Hemoroid
Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena
dan usus besar. Pembesaran uterus mengakibatkan
peningkatan tekanan, secara spesifik juga secara umum
pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu
sirkulasi vena dan mengakibatkan kongesti pada vena
panggul. Cara penanganan hemoroid antara lain: hindari
konstipasi,
hindari mengejan saat
berendam
air
hangat,
tirah
defekasi, mandi
baring
dengan
cara
mengelevasi panggul dan ekstermitas bagian bawah.
3)
Kesemutan dan baal pada jari
Perubahan pada pusat gravitalis akibat uterus yang
membesar dan bertambah berat dapat menyebabkan
wanita mengambil prostur dengan posisi bahu terlalu jauh
kebelakang
dan
kepala
antefleksi
sebagai
upaya
menyeimbangkan berat bagian depanya dan lengkung
punggungnya.
Postur
ini
diduga
menyebabkan
penekanan pada syaraf median dan ulnar lengan, yang
akan mengakibatkan kesemutan dan baal pada jari–jari.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
c. Trimester III
1) Nokturia
Aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat
wanita sedang berbaring pada posisi lateral rekumben
karena uterus tidak lagi menekan pembuluh darah panggul
dan vena kava inferior. Cara untuk mengatasi nokturia
adalah cairan setelah makan sore sehingga asupan selama
sisa hari tersebut tidak akan memberatkan masalah.
2) Nyeri ulu hati
Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut:
a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat
pengaruh
yang
ditimbulkan
peningkatan
jumlah
progesteron.
b) Penurunan mortilitas gastrointestinal yang terjadi
akibat
relaksasi
otot
halus
yang
kemungkinan
disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan
tekanan uterus.
c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus.
Saran yang dapat diberikan untuk nyeri ulu hati
antara lain: makan dengan porsi kecil, tetapi sering, untuk
menghindari lambung menjadi terlalu penuh, regangkan
lengan anda melampaui kepala untuk memberi ruang bagi
perut anda untuk berfungsi, hindari makanan berlemak,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
menghindari makanan dingin, menghindari makanan pedas
atau makanan lain yang dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, menghindari makanan berserat atau makanan
lengkap saat sebelum tidur.
3) Dispareunia
Nyeri pada saat berhubungan seksual dapat berasal
dari
sejumlah
penyebab
selama
kehamilan.
Cara
menangani dispareunia antara lain: perubahan posisi
dapat
mengurangi
masalah
yang
disebabkan
oleh
pembesaran abdomen atau nyeri akibat penetrasi yang
terlalu dalam, kompres es dapat mengurangi kongesti yang
dapat
ditangani juga menimbulkan ketidaknyamanan
tersendiri.
4) Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan jumlah progesterone selama kehamilan
diduga mempengaruhi langsung pusat pernafasan untuk
menurunkan kadar karbon dioksida dan meningkatkan
kadar oksigen. Hiperventilasi akan menurunkan kadar
karbon dioksida. Cara–cara penanganannya antara lain:
melakukan berdiri dan meregangkan lengannya diatas
kepalanya secara berkala dan mengambil nafas dalam,
mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan
bahu,
melakukan
pernafasan
interkosta,
melakukan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
peregangan yang sama ditempat tidur seperti saat sedang
berdiri.
5) Varises
Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang
membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk
atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia
berbaring. Penanganan untuk mengatasi varises vulva
sebagai berikut: menghindari menggunakan pakaian ketat,
menghindari berdiri lama, menyediakan waktu istirahat,
dengan kaki dielevasi secara periodik sepanjang hari,
mempertahankan tungkai anda tidak menyilang saat
duduk, melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises
vulva atau hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.
7. Komplikasi selama kehamilan
Menurut Prawirohardjo & Mochtar komplikasi selama kehamilan
antara lain:
a. Perdarahan
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan
dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Pada
umumnya disebabkan oleh molahidatidosa. Perdarahan pada
kehamilan muda dengan uji kehamilan yang tidak jelas,
pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia
kehamilan, dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan
oleh kehamilan ektopi. Perdarahan pada usia kehamilan lanjut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
atau diatas 20 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta
previa (Prawirohardjo, 2010: 282)
b. Preeklamsi
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20
minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal
sering
diasosiasikan
dengan
preeklamsia.
Menurut
(Prawirohardjo, 2010: 283) gejala dan tanda yang lain dari
preeklamsi adalah sebagai berikut:
1. Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak
membaik dengan pengobatan umum.
2. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata,
silau, atau berkunang–kunang.
3. Nyeri epigastrik.
4. Oliguria (iuaran kurang dari 500 ml/24 jam).
5. Tekanan darah sistolik 20–30 mmhg dan diastolik 10-20
mmhg diatas normal.
6. Protein uria (diatas positif 3).
7. Oedem menyeluruh
c. Hiperemesis Gravidarum
Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 2012:
141).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
d. Abortus (keguguran) dan Kelain dalam Kehamilan Tua
Menurut
(Mochtar,
2012:
150)
keguguran
adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Abortus dibagi menjadi:
1) Abortus imminens. Keguguran mengancam keguguran belum
terjadi kehamilan dapat dipertahankan.
2) Abortus insipien, adalah proses keguguran yang sedang
berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah
terjadi kontraksi rahim untuk mengelurakan hasil konsepsi.
Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi.
3) Abortus inkompletus (keguguran bersisa): hanya sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
4) Abortus komplektus (keguguran lengkap). Artinya seluruh
hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga
rongga rahim kosong.
5) Missed abortion. Adalah keadaan dimana janin yang telah
mati masih berada di dalam rahim.
e. Dismaturitas
Dismaturitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan
ketidak sesuaian tuanya kehamilan dengan berat janin lahir
(Mochtar, 2012: 155).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
f.
Postmatur
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung
lebih lama dari 42 minggu, dihitung bedasarkan rumus Neagele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Partusnya disebut partus
postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut post-maturitas
(serotinus) (Mochtar, 2012: 156).
g. Kematian Janin dalam Kandungan
Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan
janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK) atau intra uterine fetal death (IUFD) sering dijumpai, baik
pada kehamilan di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan
20 minggu (Mochtar, 2012: 157).
h. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamilan Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi
berimplantasi di luar endometrium Rahim (Mochtar, 2012: 159).
i. Penyakit Trofoblas
Menurut (Mochtar, 2012: 167), penyakit trofoblas dalam
komplikasi kehamilan dapat menyebabkan seperti:
1) Molahidatidosa, adalah jontot-jontot korion yang tumbuh
berganda
berupa
gelembung-gelembung
kecil
yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (benigna).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
2) Mola
ivasif,
muncul
dari
invasif
myometrium
melalui
penyebaran langsung maupun aliran darah vena. Dianogsia
ditegakkan secara klinis bedasarkan peningkatan atau
pendataran kadar B HCG yang tidak kunjung normal sesudah
evakuasi mola hidatidosa.
3) Choriokarsinorma,
adalah
penyakit
keganasan
dengan
karakteristik hiperplasia dan anaplasia trofoblas abnormal.
4) Placental site throphoblastic tumor. Berasal dari tempat
implantasi
plasenta
yang
mirip
dengan
syncytial
endomyometritis. Secara patologi sel tumor menginfiltrasi
miometrium dan tumbuh diantara sel-sel otot polos dan
menginvasi pembuluh darah.
j. Penyakit dan Kelainan Plasenta dan Tali Pusat
Plasenta normal beratnya kira-kira 500 gr atau 1/6 dari berat
badan janin, diameternya rata-rata 15-20 cm dengan tebal 2,5 cm.
kelainan yang dapat dialami plasenta yaitu kelainan ukuran dan
bobot dan kelainan bentuk dan variasi bentuk (Mochtar, 2012:
171).
k. Air Ketuban
Menurut
(Mochtar,
2012:
175),
terdapat
komplikasi
kehamilan pada air ketuban, seperti:
1) Oligohidramnion, adalah suatu keadaan dimana air ketuban
kurang dari normal, yaitu lebih kecil dari setengah liter.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
2) Hidramnion, adalah suatu keadaan di mana jumlah air
ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih
dari 2 liter.
3) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum ini
perlu.
l.
Perdarahan Antepartum (Hamil Tua)
Menurut (Mochtar, 2012: 187), perdarahan antepartum
adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan
kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan sebelum, sewaktu,
dan sesudah bersalin adalah kelainan yang tetap berbahaya dan
mengancam jiwa ibu, perdarahan dalam kehamilan terjadi bisa
saja karena: plasenta previa dan solusio plasenta.
8. Perubahan Psikologis Ibu Hamil
Menurut Kusmiyati (2009) perubahan psikologis ibu hamil setiap
trimesternya sebagai berikut:
a. Trimester I
Trimester
pertama
sering
dikatakan
sebagai
masa
penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam
keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama
sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan
kehamilannya. Akibat dari peningkatan hormon estrogen dan
progesteron pada tubuh ibu hamil, banyak ibu hamil yang
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
Akan
timbul
kebingungan
tentang
kehamilannya
terkait
pengalaman buruk sebelum kehamilan, efek kehamilan yang
akan terjadi pada hidupnya, tanggung jawab baru atau tambahan
yang akan dipikul, kecemasannya tentang kemampuan dirinya
untuk menjadi seorang ibu, dan penerimaan kehamilannya oleh
orang lain. Kebingungan ini biasanya akan berakhir spontan
pada saat dia menerima kehamilannya, dan penerimaan terjadi
pada akhir trimester pertama. Pada trimester pertama ini juga
timbul kekhawatiran dalam menunggu kehamilan menjadi aman.
Pada trimester ini seorang ibu akan selalu mencari tandatanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Perubahan pada hasrat untuk melakukan hubungan seksual
kebanyakan mengalami penurunan libido, ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti fisik, emosi, maslah disfungsi seksual,
dan perubahan fisik pada wanita. Maka ibu hamil perlu diberi
kasih sayang dan perhatian yang lebih dari biasanya.
b. Trimester II
Pada
trimester
ini
ibu
hamil
sudah
bisa
menerima
kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan
pikirannya secara lebih konstruktif. Mulai merasakan kehadiran
bayinya dari gerakan yang ditimbulkan sang bayi.
Trimester kedua dibagi menjadi 2 fase yaitu prequickening
dan postquickening. Akhir dari trimester pertama dan selama
prequickening
wanita
tersebut
akan
terusmelengkapi
dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan
ibunya sendiri. Sebagai pembelajaran menjadi seorang ibu.
Hubungan sosial wanita akan meningkat dengan wanita hamil
lainnya atau yang baru menjadi ibu. Ketertarikan dan aktivitasnya
terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran
yang baru.
Quickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan
bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam memusatkan
dirinya ke bayi. Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan
kehadiran didalam keluarga.
c. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.
Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai
bagian dari dirinya dan tidak sabar ingin cepat melihat bayinya.
Kegelisahan terjadi jika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya.
Perhatiannya terpusat pada kelahiran bayi, maka wanita
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua.
Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya,
dia tidak akan tahu kapan dia melahirkan. Ibu mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan.
Rasa
tidak
nyaman
timbul
kembali
karena
perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu
memerlukan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan. Wanita
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
juga mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian
dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya
bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan
dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka juga terjadi karena
merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian
yang lebih besar dari pasangannya.
9. Pemeriksaan Leopold
Pada saat melakukan pemeriksaan ANC, pada ibu hamil
trimester II perlu dilakukan pemeriksaan leopold. Menurut Manuaba
tahapan pemeriksaan Leopold sebagai berikut:
1) Leopold I, dilakukan dengan cara sebagai berikut
a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menetukan
tinggi fundus uteri, sehingga perkiraan usia kehamilan dapat
dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.
b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat keras dan melintang pada goyangan;
pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak
keras tak melenting, dan tidak bulat; pada letak lintang, fundus
uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin.
2) Leopold II, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus
untuk menentukan bagian apa yang terletak disamping.
b) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang
teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
c) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana letak kepala janin.
3) Leopold III, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis.
b) Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba
tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis
akan kosong.
4) Leopold IV, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa menghadap kea
rah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang
masuk ke pintu atas panggul.
b) Bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan
divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk
PAP maka tangan pemeriksa konvergen (Manuaba, 2013:
117).
10. Pengawasan Antenatal
Pengawasan
antenatal
memberikan
manfaat
dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkahlangkah dalam pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk
melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap
trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali (Manuaba,
2013: 109).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
Menurut (Manuaba, 2013: 110) WHO Expert Commite on the
Midwife in Maternity Care mengemukakan tujuan maternity care
(pelayanan kebidanan) yaitu:
a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat persalinan.
b. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.
c. Perawatan neonatus bayi.
d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
(Manuaba, 2013: 111) mengemukakan, dengan memerhatikan
batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal pemeriksaan
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan pertama : pemeriksaan pertama dilakukan segera
setelah diketahui terlambat haid
b. Pemeriksaa ulang :
1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
3) Setiap minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan
c. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu
Menurut
(Manuaba,
2013:
114)
jadwal
pemeriksaan
antenatal care:
Trimester I dan II
a. Setiap bulan sekali.
b. Diambil data tentang laboratorium.
c. Pemeriksaan ultrasonograf.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
d. Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan
protein 0,5g/kg BB (satu telur/hari).
e. Observasi
adanya
penyakit
yang
dapat
memengaruhi
kehamilan, komplikasi kehamilan.
f.
Rencana
untuk
pengobatan
penyakitnya,
menghindari
terjadinya komplikasi kehamilan, dan imunisasi tetanus 1.
Trimester III
a. Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran.
b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.
c. Diet empat sehat lima sempurna.
d. Pemeriksaan ultrasonografi.
e. Imunisasi tetanus II.
f.
Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,
komplikasi hamil trimester ketiga.
g. Rencana pengobatan.
h. Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk
melahirkan.
B. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2013: 164).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
Persalinan atau kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi karena cukup bulan (36-42 minggu) dan bersifat
spontan kurang dari 18 jam tanpa ada faktor penyulit dan komplikasi
baik bagi ibu maupun janin (Yongki, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012:
47).
Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan diebut normal apabila prosesnya terjadi pada usia
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai danya penyulit atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
Dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang telah cukup bulan melalui jalan lahir dengan bantuan
maupun tanpa bantuan (persalinan spontan).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi menurut (Manuaba,
2013: 164) dan (Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai
berikut:
a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan. Bila proses perssalinan dengan bantuan
tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus).bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan
berat janin yang dilahirkan menurut (Manuaba, 2013: 166) dan
(Johariyah dan Ningrum, 2012: 1) adalah sebagai berikut:
a.
Abortus, terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan; usia kehamilan 28 minggu;
berat janin kurang dari 1000 g.
b.
Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28
sampai 36 minggu; berat janin kurang dari 2499 g.
c.
Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42
minggu; berat janin diatas 2500 g.
d.
Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42
minggu. Pada janin terdapaat tanda postmaturitas.
e.
Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang
dari 3 jam.
2. Proses Terjadi Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan His (Manuaba, 2013: 166).
Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat
hamil menurut Manuaba dan Johariyah & Ningrum, yaitu:
a. Estrogen
yang
memudahkan
meningkatkan
penerimaan
sensitivitas
rangsangan
dari
otot
rahim,
luar
seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
50
b. Progesteron
menyulitkan
yang
menurunkan
penerimaan
sensitivitas
rangsangan
dari
otot
rahim,
luar
seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
(Johariyah dan Ningrum, 2012: 2).
Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Di samping itu,
faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim. Berdasarkan uraian
terseut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan (Manuaba, 2013: 167).
3. Mekanisme Persalinan
Menurut (Varney, 2008: 754) mekanisme persalinan adalah:
a. Enggagement: terjadi ketika diameter biparental kepala janin telah
melalui pintu atas panggul.
b. Penurunan: terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil
dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,
dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot –
otot abdomennya
c. Fleksi: melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik yang
lebih kecil digantikana dengan diameter kepala janin yang lebih
besar. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan tekanan,
tahapan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang kali
pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi–sisi dinding
pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
51
d. Rotasi
internal:
mekanisme
ini
menyebabkan
diametir
anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diametir
anteroposterior pelvis ibu. Oksiput berotasi kebagian anterior
pelvis ibu, dibawah simfisis pubis.
e. Pelahiran kepala: berlangsung melalui ekstensi kepalan untuk
mengeluarkan oksiput-anterior-ektensi harus terjadi ketika oksiput
berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar
pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala
menuju pintu bawah vulva dengan demikian, kepala dilahirkan
dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,fontanela anterior,
alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara berurutan muncul dari
perinium.
f. Rotasi eksternal: terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat
menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter
anteroposterior pada pintu bawah panggul.
g. Pelahiran bahu: bahu anterior terlihat pada orifisum vulvovagina
yang menyentuh dibawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian
menggembungkan perinium dan lahir dengan fleksi lateral. Setelah
bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu carus dan
segera lahir. Sumbu carus adalah ujung keluar paling bawah pada
lengkung pelvis.
4. Faktor-faktor dalam Persalinan
a.
Penumpang (passanger).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
52
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai janin adalah ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan
yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan
luasnya.
b.
Jalan lahir (passage).
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan
lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras
adalah ukuran dan bentuk tulang pangggul; sedangkan yang
perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah
uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina
dan introitus vagina.
c.
Kekuatan (power).
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:
1) Kekuatan primer (kontraksi involuter)
2) kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal
dan hihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.
3) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
4) Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup
penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus
dan vagina (Sondakh, 2013 hal 4).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
53
d.
Posisi ibu (positioning).
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk
menghilangkan
rasa
letih,
memberi
rasa
nyaman,
dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri,
berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah keuntungan,
salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin (Sondakh, 2013. Hal: 5).
e.
Respons psikologis (psychology response).
Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:
1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.
2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.
3) Saudara kandung bayi selama persalinan.
5. Tanda Persalinan
Menurut Manuaba tanda-tanda persalinan dijabarkan sebagai
berikut:
a. Kekuatan His, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender,
lender bercampur darah).
c. Dapat disertai ketuban pecah.
d. Pada
pemeriksaan
dalam,
dijumpai
perubahan
serviks
(perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan
serviks).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
54
e. Kekuatan yang Mendorong Janin dalam Persalinan (Manuaba,
2013: 169).
6. Tanda-tanda Vital saat Persalinan
Selama kontraksi persalinan tekanan darah meningkat sistolik
15
mmHg
dan
diastolik
5-10
mmHg,
peningkatan
tersebut
dikarenakan rasa cemas, takut dalam menghadapi persalinan.
Peningkatan suhu dianggap normal tidak lebih 0,5 sampai 1°C yang
disebabkan peningkatan metabolisme. Saat menjelang persalinan
pernapasan akan sedikit terjadi peningkatan dikarenakan adanya
peningkatan metabolisme. Frekuensi denyut nadi akan mengalami
sedikit kenaikan saat ada kontraksi, dan akan kembali rendah saat
penurunan HIS (Varney, 2008: 686-687).
7. Gambaran Perjalanan Persalinan secara Klinis
a. Tanda persalinan sudah dekat
Terjadi
lightening.
Menjelang
minggu
ke-36,
pada
primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena bayi sudah
masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi
Braxton
Hicks,
ketegangan
dinding
perut,
ketegangan
ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah
bawah (Manuaba, 2013: 172).
Terjadi His Permulaan. Kontraksi Braxton Hicks terjadi
karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin
tua usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
55
makin
berkurang,
sehingga
oksitosin
dapat
menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, sebagai His palsu. Saat His
permulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan dibagian bawah,
datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau
pembawa tanda, durasinya pendek, dan tidak bertambah bila
beraktivitas (Manuaba, 2013: 172).
b. Tanda persalinan
Terjadinya His persalinan. His persalinan mempunyai ciri
khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya
teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar,
mempunyai pegaruh terhadap perubahan serviks, makin
beraktivitas (jalan) kekuatan makin
bertambah (Manuaba,
2013).
Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan
His
persalinan
menimbulkan
terjadi
pendataran
perubahan
dan
pada
pembukaan.
serviks
yang
Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas. Terjadi perdarahan karena apiler pembuluh darah pecah
(Manuaba, 2013 173).
c. Tahap persalinan
Kala I. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
56
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan untuk
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,
diperhitungkan
pembukaan
primigravida
1cm/jam
dan
pembukaan multigravida 2cm/jam (Manuaba, 2013: 173).
Menurut (Johariyah dan Ningrum, 2012: 4) kala I dibagi
menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase laten, ciri-ciri fase laten: dimulai sejak awal kontraksi
yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm, pada umumnya, fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam, kontraksi mulai teratur tetapi
lamanya masih antara 20-30 detik.
2) Fase aktif, ciri-ciri fase aktif: frekuensi dan lama kontraksi
uterus
akan
meningkat
secara
bertahap
(kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih), dari pembukaan 4 cm sampai dengan 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam
(nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2
cm pada multipara, terjadi penurunan bagian terbawah
janin. Fase aktif dibagi kedalam 3 fase, yaitu:
a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
57
b) Fase
dilatasi
maksimal.
Dalam
waktu
2
jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat. Dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Menurut Maryunani (2016: 275) persiapan asuhan
persalinan pada kala 1 yaitu : menyiapkan kelahiran (ruangan
dan perlengkapan persalinan), menyiapkan perlengkapan,
bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan, memberikan
asuhan sayang ibu kala 1 persalinan, kaji prinsip-prinsip umum
asuhan sayang ibu, mengatur posisi, pencatatan pada partograf
(DJJ, HIS, nadi setiap ½ jam, pembukaan, penurunan bagian
terbawah janin, TD, dan suhu setiap 4 jam, pengosongan urin
setiap 2-4 jam (APN, 2008: 58)).
Kala II dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)
sampai janin lahir. Lama kala II 1-2 jam (Yongky, Judha,
Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).
Kala II atau kala pengusiran. Menurut (Yongky, Judha,
Rodiyah, Sudarti, 2012: 48) gejala utama kala II (pengusiran)
adalah:
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
58
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan
mengejan,
karena
tertekannya
pleksus
Frankenhauser.
d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan
multigravida 30 menit.
Kala
III
dimulai
dari
setelah
janin
lahir
sampai
pengeluaran plasenta, lamanya proses ini harus kurang dari 30
menit, menurut (Yongky, Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 48).
Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus
berheni sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahrnya bayi, mulai
berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim dan terasa mules. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan
tanda-tanda: uterus menjadi bundar, uterus terdorong kearah
atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali
pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan
plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada
fundus uteri (Manuaba, 2013, 174). Uterus setelah kelahiran
plasenta dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen kurang
lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara simfisis pubis
dan umbilikus atau 2–3 jari dibawah pusat. Uterus yang
berkontraksi normal harus keras ketika disentuh (Varney, 2008:
835–836).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
59
Kala IV (obserasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya
perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 2013: 174).
d. Langkah-langkah persalinan normal
Menurut (APN, 2008: 18) langkah-langkah persalinan
normal ada 58 langkah, sebagai berikut:
1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda kala
dua, seperti sebagai berikut: adanya keinginan untuk
meneran, tekanan pada rektum dan vagina, perineum
menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obatobatan
esensial
untuk
menolong
persalinan
dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
sfiksia: tempat datar dank keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi.
a)
menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi
dan ganjal bahu bayi.
b)
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
60
3) Memakai celemek plastik.
4) Melepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk
pribadi yang bersih dan kering.
5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa
dalam.
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik memakai
sarung tangan DTT dan steril.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hai-hati dari depan ke belakang, dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT.
a) Jika
introitus
vagina,
perineum
atau
anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.
b) Membuang
kapas
atau
kasa
pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c) Mengganti
sarung
tangan
jika
terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan
klorin 0,5%)
8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
Bila
selaput
ketuban
belum
pecah
dan
pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
61
9) Mendekontaminasi
sarung
tangan
dengan
cara
mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Memeriksa denyut jantung janin untuk memastikan DJJ
setelah kontrasksi dalam batas normal (120-160 x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu memposisikan diri dengan
nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a) Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin
(ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran
mereka
untuk
mendukung
dan
memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
62
kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Melaksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Medkung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman.
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Mengajurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
f)
Menganjurkan makan minum.
g) Menilai DJJ tiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera merujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14) Menganjurkan
ibu
untuk
berjalan,
berjongkok,
atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
63
16) Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
20) Memeriksa kemungkinan lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan meneruskan
segera proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut.
21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah
kepala
melakukan
putaran
paksi
luar,
menempatkan kedua tangan di masng-masing sisi muka
bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
64
hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan kearah
luar untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menggeserkan tangan
kearah perineum ibu untuk menyangga kepala bayi.
Lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tagan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusuri tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jarijari lainnya).
25) Melakukan penilaian selintas. Bila bayi mengalami asfiksia
lakukan resusitasi.
26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi diatas perut
ibu.
a) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan
bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks)
kecuali bagian tangan.
b) Mengganti handuk basah dengan handuk yang kering.
c) Memastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut
ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
65
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada
bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).
28) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan menyuntikkan
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan
oksitosin 10 unit (IM) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30) Dengan menggunakan klem, menjepit tali pusat (2 menit
setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar bayi. Dari
sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal
(ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31) Memotong dan mengikatkan tali pusat.
a) Dengan satu tangan, mengangkat tali pusat yang telah
dijepit kemudian lakukan pengguntingan, tali pusat
(lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut.
b) Mengikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada
satu sisi kemudian lingkarkan kembali 1 benang ke sisi
berlawanan dan lalkukan ikatan kedua menggunakan
simpul kunci.
c) Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
telah disediakan.
32) Mempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
66
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik
di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting susu ibu.
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi.
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi
atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
belakang-atas
(dorsokranial)
secara
hati-hati
(untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur
diatas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
67
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
b) Jika
plasenta
tidak
lepas
setelah
15
menit
menegangkan tali pusat, penanganannya sebagai
berikut : beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM,
lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan,
ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya,
segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir, bila terjadi perdarahan, lakukan
plasenta manual.
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
melakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terasa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
68
lembek). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidaak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil/masase.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu mupun bayi
dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat yang sudah
disediakan.
41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila leserasi menyebabkan
perdarahan.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi-ibu (di
dada ibu paling sedikit 1 jam).
a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup
menyusui dari 1 payudara
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44) Melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg IM di paha kiri
anterolateral setelah jam kontak kulit ibu-bayi.
45) Memberikan suntikan imunisaasi Hepatitis B (setelah 1 jam
pemberian vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
69
a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktuwaktu bisa disusukan
b) Letakkan kembali bayi pada dada bu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu
46) Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
dan
mencegah
perdarahan pervaginam.
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascpersalinan
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia
uteri
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi.
48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
a) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pascapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
70
50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernapas denga baik (40-60 kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5).
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
53) Membersihkan
badan
ibu
menggunakan
air
DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
54) Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum.
55) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tisu atau handuk
yang bersih.
58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
71
8. Komplikasi Dalam Persalinan
a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua dalam persalinan.
Menurut Varney adalah sebagai berikut :
1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya
2) Persalinan atau kelahiran prematur
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai
pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
ke
37.
Penatalaksanaan
pada
persalinan
prematur
didasarkan pada pertama kali dengan mengidentifikasi
wanita yang beresiko mengalami ini.
3) Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda–
tanda inpartu.
4) Amnionitis dan karioamnionitis
Amnionitis adalah inflamasi kantong
dan cairan
amnion. Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain
infeksi
cairan
amnion
Penatalaksanananya
kesehatan,
induksi
dan
amnionitis
oksitosin
kantong
antara
atau
lain:
augmentasi
amnion.
fasilitas
untuk
memperpendek fase laten dalam persalinan, hidrasi dengan
cairan intravena, pemantauan tanda–tanda vital setiap jam,
pelaporan ke dokter pediatrik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
72
5) Prolapstali pusat
Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali
pusat adalah:
a)
Tempatkan seluruh tangan anda kedalam vagina wanita
dan pegang bagian presentasi janin keatas sehingga
tidak menyentuh tali pusat dipintu atas panggul.
b)
Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada
kondisi apapun.
c)
Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera
rujuk ke fasilitas yang memadai.
6) Disporposi sefalopelvik
Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran
pelvis, yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk
mengakomondasikan keluarnya janin. Indikasi kemungkinan
disporposi sefalopelvik: ukuran janin besar, tipe dan
karakteristik khususnya tubuh wanita secara umum, riwayat
fraktur pelvis, pelvia platiperoid, mal presentasi atau
malposisi.
7) Disfungsi uterus
a) Disfungsi uterus hipotonik.
Tanda
dan
gejala
difungsi
uterus
hipotonis
menurut adalah sebagai berikut: kontraksi saat ini tidak
nyeri
sekali
dan
kemajuan
persalinan
berhenti,
komplikasi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
73
intensitas ringan, tidak ada kemajuan dilatasi servik atau
penurunan janin.
b) Disfungsi uterus hipertonik.
Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik
adalah sebagai berikut: kontraksi terasa sangat nyeri
selama priode persalinan dan keparahan kontraksi saat
palpasi, kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur,
tidak ada kemajuan pendapatan dan dilatasi servik
(Varney, 2008: 779).
8) Kala 1 lama
Menurut Prawirohardjo (2010, 569-573) membagi kelainan
pada kala 1 lama sebagai berikut :
a) Fase laten memanjang
Friedman
mengembangkan
konsep
tiga
tahap
fungsional pada persalinan untuk menjelaskaan tujuantujuan
fisiologis
persalinan.
Tahap
persalinan
ini
mungkin peka terhadap sedasi dan anesthesia regional.
Friedman dan Sachtleben mendefinisikan fase laten
berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam
pada nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor
yang mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah
anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan,
keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak
mengalami pendataran, atau tidak membuka), dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
74
persalinan palsu. Friedman mengklaim bahwa istirahat
atau stimulasi oksitosin sama efektif dan amannya
dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan.
Istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering
tidak disadari. Amniotomi tidak dianjurkan karena
adanya insiden persalinan palsu.
b) Fase aktif memanjang
Menurut Friedman rerata durasi persalinan fase aktif
pada nulipara adalah 4,9 jam. Deviasi standar 3,4 jam
cukup lebar. Dengan demikian, fase aktif dilaporkan
memiliki maksimum statistic sebesar 11,7 jam. Friedman
membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan
protaction (berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest
(macet, tak maju). Protaksi yaitu kecepatan pembukaan
atau penurunan yang lambat, untuk nulipara adalah
kecepatan pembukaan <1,2 cm/jam atau penurunan <1
cm/jam. Untuk multipara protaksi yaitu kecepatan
pembukaan <1,5 cm/jam atau penurunan <2 cm/jam. Ia
mendefinisikan
sebagai
berhentinya
secara
total
pembukaan atau penurunan. Kemacetan pembukaan
(arrest of dilatation) yaitu tidak adanya perubahan
serviks dalam 2 jam, dan kemacetan penurunan (arrest
of descent) sebagai tidak adanya penurunan janin
dalam 1 jam. Pada persalinan yang berkepanjangan dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
75
macet, Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik
untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelvik. Terapi
yang dianjurkan untuk persalinan yang berkepanjangan
adalah menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan
untuk
persalinan
yang
macet
tanpa
disproporsi
sefalopelvik.
b. Komplikasi pada kala tiga persalinan
Menurut
Varney pada
kala tiga persalinan terjadi
komplikasi yaitu:
1) Plasenta tertinggal
Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum
terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak terlihat.
Manajemen untuk kasus ini adalah dengan menual plasenta.
2) Perdarahan kala tiga
3) Retensio plasenta
Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit
setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasusu ini adalah
dengan manual plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas
kesehatan yang memadai.
4) Inversio uterus
Adalah keadaan uterus benar – benar membaik dari
bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus
menonjol keluar melalui orifisum servik, turun dan masuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
76
kedalam introitus vagina, dan menonjol keluar melewati
vulva (Varney, 2008: 831).
c. Komplikasi pada kala empat persalinan
Perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal.
Rata–rata kehilangan darah selama pelahiran pervagina tanpa
komplikasi adalah lebih dari 500 ml. Faktor predisposisi menurut
(Varney, 2008: 841): distensi berlebihan pada uterus, induksi
oksitosin atau augmentasi, persalinan cepat atau presipitatus,
kala satu atau kala dua yang memanjang, grande multipara, dan
riwayat antonia uteri.
C. BAYI BARU LAHIR
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Menurut (Sondakh, 2013: 150) bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir
antara 2500-4000 gram.
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010: 1).
2. Kriteria Bayi Baru Lahir
Sondakh mengemukakan, bayi baru lahir dikatakan normal jika
termasuk dalam kriteria sebagai berikut:
a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-50 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
77
c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian
turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
f.
Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80
kali/menit disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal
dan intercostal, serta rintihan hanya berlaangsung 10-15 menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
i.
Kuku telah agak panjang dan lemas.
j.
Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.
l.
Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket (Sondakh, 2013: 150).
3. Adaptasi Fisiologis BBL terhadap Kehidupan diluar Uterus
Menurut (Sondakh, 2013: 150) adaptasi fisiologis pada bayi
baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus antara lain:
a. Adaptasi Pernapasan
1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.
2) Frekuensi
pernafasan
bayi
baru
lahir
berkisar
30–60
kali/menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
78
3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12–18 jam pertama.
4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung.
b. Adaptasi Kardiovaskular
1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.
2) Sirkulasi perifer lambat, yaitu menyebabkan akrosianosis (pada
tangan, kaki, dan sekitar mulut).
3) Denyut nadi berkisar 120–160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/ menit saat tidur.
4) Rata–rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi
sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
c. Adaptasi Neurologis
1) Sistem neurologis bayi secara anatomic atau fisiologi belum
berkembang sempurna.
2) Bayi
baru
lahir
menunjukkan
gerakan-gerakan
tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot yang
buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
3) Perkembangan neonatus terjadi cepat.
4) Refleks
bayi
baru
lahir
merupakan
indikator
penting
perkembangan normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
79
Tabel 2.3 Refleks Pada bayi Baru Lahir
Refleks
Rooting
menghisap
dan
Menelan
Ekstrusi
Moro
Melangkah
Merangkak
Tonik leher
fencing.
Terkejut
atau
Respon normal
Respon abnormal
Bayi baru lahir menolehkan
kepala ke arah stimulus,
membuka mulut, dan mulai
menghisap bila pipi, bibir, atau
sudut mulut bayi disentuh
dengan jari atau puting.
Bayi baru lahir menelan
berkoordinasi
dengan
menghisap bila cairan ditaruh
di belakang lidah.
Respon yang lemah atau tidak
ada respons yang terjadi pada
prematuritas, penurunan, atau
cedera neurologis, atau depresi
sistem saraf pusat (SSP).
Bayi baru lahir menjulurkan
lidah keluar bila ujung lidah
disentuh dengan jari atau
puting.
Ekstensi simetris bilateral dan
abduksi seluruh ekstremitas,
dengan ibu jari dan jari
telunjuk membentuk huruf c
diikuti
dengan
abduksi
ekstremitas dan kembali ke
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau jika bayi
diletakan
terlentang
pada
permukaan yang datar.
Bayi akan melangkah dengan
satu kaki dan kemudian kaki
lainnya
dengan
gerakan
berjalan bila satu kaki disentuh
pada permukan rata.
Bayi akan berusaha untuk
merangkak ke depan dengan
kedua tangan dan kaki bila
diletakan
telungkup
pada
permukaan datar.
Ekstremitas pada satu sisi
dimana saat kepala ditolehkan
akan ekstensi, dan ekstremitas
yang berlawanan akan fleksi
bila kepala bayi di tolehkan ke
satu sisi di selagi istirahat.
Bayi melakukan abduksi dan
fleksi seluruh ekstremitas dan
dapat mulai menangis bila
mendapat gerakan mendadak
Muntah, batuk, atau regurgitasi
cairan
dapat
terjadi
kemungkinan
berhubungan
dengan
sianosis
sekunder
karena
prematuritas,
defisit
neurologis,
atau
cedera
terutama
terlihat
setelah
laringoskopi.
Ekstrusi lidah secara kontinue
atau menjulurkan lidah yang
berulang-ulang terjadi pada
kelainan SSP dan kejang.
Respons asimetris terlihat pada
cedera saraf perifer (pleksus
brakialis) atau fraktur klavikula
atau fraktur tulang panjang
lengan atau kaki.
Respons asimetris terlihat pada
cedera saraf SSP atau perifer
atau fraktur tulang panjang kaki.
Respon asimetris terlihat pada
cedera
saraf
SSP
dan
gangguan neurologsi.
Respons persisten setelah bulan
keempat dapat menandakan
cedera
neurologis,
respons
menetap tampak pada cedera
SSP dan gangguan neurologis.
Tidak adanya respon dapat
menandakan defisit neurologis
atau cidera. Tidak adanya
respons secara lengkap dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
80
atau suara keras.
Ekstensi silang
Glabellar “blink”
Palmar grasp
Plantar grasp
Tanda babinski
Kaki bayi yang berlawanan
akan fleksi dan kemudian
ekstensi dengan cepat seolaholah
berusaha
untuk
memindahkan stimulus ke kaki
yang
lain
bila
diletakan
terlentang
:
bayi
akan
mengekstensikan satu kaki
sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki.
Bayi akan berkedip bila
dilakukan 4 atu 5 ketuk
pertama pada batang hidung
saat mata terbuka.
Jari bayi akan melengkuk di
sekeliling
benda
dan
menggenggamnya
seketika
bila jari diletakan di tepapak
tangan bayi.
Jari bayi akan melengkuk
disekeliling benda seketika bila
jari diletakkan di telapak kaki
bayi.
Jari-jari bayi akan hiperektensi
dan terpisah seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki bila
satu sisi kaki digosok dari tumit
ke atas melintasi bantalan
kaki.
konsisten terhadap bunyi keras
dapat menandakan ketulian.
Respons dapat menjadi tidak
ada atau berkurang selama tidur
malam.
Respons yang lemah atau tidak
ada respons yang terlihat pada
cidera saat perifer atau fraktur
tulang panjang
Terus berkedip dan gagal untuk
berkedip
menandakan
kemungkinan
gangguan
neurologis.
Respons ini berkurang pada
prematuritas. Asimetris terjadi
pada kerusakan saraf perifer
(pleksus brakialis) atau fraktur
humerus. Tidak ada respons
yang
terjadi
pada
defisit
neurologis yang berat.
Respons yang berkurang terjadi
pada prematuritas. Tidak ada
respons yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat.
Tidak ada respons yang terjadi
pada defisit SSP.
Sumber: Sondakh (2013)
d. Adaptasi Gastrointestinal.
1) Enzim–enzim digesti aktif saat lahir dan dapat menyongkong
kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36–38 minggu.
2) Perkembangan
otot
dan
reflek
yang
penting
untuk
menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
81
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan
dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya
enzim-enzim penkreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai
bayi berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu fases berwarna hitam kehijauan,
lengket dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24
jam pada 90 % bayi baru lahir yang normal.
6) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan
dipayudara, sebagian lainya memerlukan 48 jam untuk
menyusui secara efektif.
7) Gerakkan tangan acak kemulut dan mengisap jari telah diamati
didalam uterus, tindakan–tindakkan ini berkembang baik pada
saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar.
e. Adaptasi Ginjal
1) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir,
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler
glomerulus.
2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir
yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk
berespns terhadap stresor.
3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan
dan kehilangan cairan
yang
berlebihan
mengakibatkan
asidosis dan ketidakseimbangan cairan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
82
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama, stelah itu berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat
f.
Adaptasi Hati
1) Selama kehidupan hati membantu pembentukan darah.
2) Hati memproduksi zat esensial untuk pembekuan darah.
3) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5
bulan setelah lahir, setelah itu bayi rentan tekena defisiensi zat
besi.
4) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin.
5) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vascular
dan menembus jaringan ekstravaskular yang mengakibatkan
ikterus.
g. Adaptasi Imun
1) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang
dipintu masuk.
2) Imaturisas jumlah sistem perlindungan secara singnifikan
menikatkan risiko infeksi pada bayi baru lahir.
3) Infeks merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
selama preode neonatus.
4. Perubahan Termogulasi dan Metabolik
Menurut Sondakh bayi baru lahir mengalami perubahan pada
termoregulasi dan metabolik, yaitu sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
83
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena
lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan pada
uterus.
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit
yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghatarkan panas pada lingkungan.
c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d. Trauma
dingin
hubungannya
(hipotermi)
dengan
pada
asidosis
bayi
baru
metabolik
lahir
dapat
dalam
bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat (Sondakh,
2013: 152).
5. Perlindungan Termal (termoregulasi)
Menurut Sondakh untuk menjaga agar bayi tidak mengalami
termoregulasi dapat dilakukan cara berikut ini:
a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antar kulit
bayi dengan kulit ibu.
b. Gantilah handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut, serta jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
c. Mempertahankan pertubuhan terman netral (Sondakh, 2013: 157).
6. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir
Menurut Manuaba komplikasi pada bayi baru lahir antara lain:
a. Kelainan kongenital
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
84
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan
struktur organ janin sejak saat pembuhan.
b. Infeksi neonatorum
Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui: infeksi antenatal
(terjadi sejak masih dalam kandungan), infeksi intranatal (terjadi
saat berlangsungnya persalinan) infeksi postnatal (terjadi setelah
bayi berada diluar kandungan).
c. Aspirasi pneumonia
Aspirasi pneumonia menyebabkan kematian terutama bayi
dengan berat badan lahir rendah karena reflek menelan dan batuk
yang belum sempurna.
d. Diare
Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena
dengan cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti
kematian yang tinggi. Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk
dapat berlangsung minum kolostrum yang banyak mengandung
protein, kasein, kalsium, sehingga dapat beradaptasi dengan ASI.
e. Tetanus Neonaturum
Masuknya kuman tetanus klostridium tetani sebagaian besar
melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3-10 hari. Tetanaus
neonaturum
menyebabkan
kerusakan
pada
pusat
motoric,
jaringan otak, pusat pernafasan, dan jantung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
85
f.
Ikterus Neonaturum
Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru
lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga
dalam menghilang pada hari kesepuluh. Kernikterus adalah
akumulasi
bilirubin
dalam
jaringan
otak
sehingga
dapat
mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai
akumulasi tersebut (Manuaba, 2013: 432).
7. Penilaian APGAR
Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah bayi
lahir dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh,
2013: 158).
Tabel 2.4 Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR
0
Appearance
kulit)
(warna
1
2
Pucat
Badan merah
Ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahmerahan
Pulse rate (frekuensi
nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100
Letih dari 100
Grimace
rangsang)
Tidak ada
Sedikit
gerakan
mimik/grimace
Batuk/bersin
Activity (tonus otot)
Tidak ada
Ekstremitas
sedikit fleksi
Gerakan aktif
Respiratory
(pernafasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
(reaksi
dalam
Baik/menangis
Sumber: Sondakh (2013)
Menurut Mead (1996) setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau 2
sehingga nilai tertinggi adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
86
menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6
menunjukkan adanya depresi sedang dan membutuhkan beberapa
jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi
serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan
ventilasi (Sondakh, 2013: 158).
8. Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan
yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran.
Aspek penting dari asuhan segera setelah lahir adalah (Yongky,
Judha, Rodiyah, Sudarti, 2012: 51):
a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu, caranya sebagai berikut:
1) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
2) Ganti handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut
dengan
selimut
dan memastikan
bahwa
kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas
tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi
setiap 15 menit.
4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi.
5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 derajat celcius, segera
hangatkan bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
87
b. Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya sesegera mungkin, caranya sebagai berikut:
1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini
antara
ibu
dan
bayi
penting
untuk
kehangatan
mempertahankan panas yng benar pada bayi baru lahir dan
ikatan batin dan pemberian ASI.
2) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi tetap siap
dengan menunjukkan rooting reflek, jangan paksakan bayi
untuk menyusu.
3) Jangan pisahkan bayi sedikitnya stau jam setelah persalinan.
c. Menjaga pernafasan, caranya sebagai berikut:
1) Memeriksa pernafasan dan warna kulit setiap 5 menit.
2) Jika tidak bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut: keringkan
bayi dengan selimut atau handuk hangat, gosoklah punggung
bayi dengan lembut.
3) Jika belum bernafas setelah 1 menit mulai resusitasi.
4) Bila bayi sianosis/kulit biru, atau sukar bernafas/frekuensi
pernafasan 30>60 kali/menit, berikan oksigen dengan kateter
nasal.
d. Merawat mata, caranya sebagai berikut:
1) Berikan
eritromicin
0,5%
atau
tetrasiklin
1%,
untuk
pencegahan penyakit mata.
2) Berikan tetes mata perak nitrat atau neosporin segera setelah
lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
88
Asuhan bayi baru lahir lain yang harus dilakukan yaitu
pemeriksaan
fisik.
Menurut
Sondakh
(2013)
berikut
adalah
pemeriksaan yang harus dilakukan pada bayi baru lahir:
a.
Kepala:
pemeriksaan
menutup/melebar,
terhadap
adanya
ukuran,
caput
bentuk,
sutura
succedaneum,
cepal
hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.
b.
Mata: pemeriksaan terhadap pendarahan, subkonjungtiva, tandatanda infeksi.
c.
Hidung
dan
Mulut:
pemerksaan
terhadap
labio
skisis,
labiopalatosksis dan refleks isap dinilai dari bayi menyusu.
d.
Telinga:
pemeriksaan
terhadap
preaurical
tog.
Kelainan
daun/bentuk telinga.
e.
Leher:pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus,
ductus thyroglossalis, hygroma colli.
f.
Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada,
pernafasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih,
pernafasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (sonor,
vesikular, bronkial dan lain-lain).
g.
Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung,
kelainan bunyi jantung.
h.
Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limfa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita
diafragmatika/atresia esofagus tanpa fistula).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
89
i.
Tali Pusat: pemeriksaan terhadap pendarahan, jumlah darah
pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat
atau di selangkangan.
j.
Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam
skortum, penis berlubang pada ujung pada bayi laki-laki, vagina
berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora pada
bayi perempuan.
9. Kunjungan neonatal menurut (PERMENKES NO 53, 2014: 3), yaitu:
a. KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam
b. KN-2: pada saat bayi berumur 3-7 hari
c. KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari
Penatalaksanaan pada kunjungan neonatal berdasarkan
waktu kunjungan :
a. Pelayanan neonatal esensial 0-6 jam meliputi : menjaga bayi
tetap hangat, IMD, pemotongan dan perawatan tali pusat,
pemberian suntikan vitamin K1, pemberian salep mata antibiotic,
pemberian imunisasi hepatitis B0, pemeriksaan fisik BBL,
pemantauan
tanda
bahaya,
penanganan
asfiksia
BBL,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak
dapat ditangani dalam kondisi stabil, tepat waktu ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
b. Pelayanan neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6 jam28 hari meliputi : menjaga bayi tetap hangat, perawatan tali
pusat, pemeriksaan BBL, perawatan dengan metode kanguru
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
90
pada bayi berat lahir rendah, pemeriksaan status vitamin K1
profilaksis dan imunisasi, penanganan BBL sakit dan kelainan
bawaan, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam
kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
10. Konsep Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini merupakan permulaan menyusu dini atau
bayi menyusu sendiri setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam segera setelah lahir,
kemudian bayi akan mencari payudara ibu dengan sendirinya. Cara
bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan the brest crawl
atau merangkak mencari payudara (Sondakh, 2013: 170).
Manfaat inisiasi menyusui dini (IMD) menurut Sondakh yaitu:
a. Keuntungan untuk bayi: makanan dengan kualitas dan kuantitas
optimal,
mendapat
kolostrum
segera,
disesuaikan
dengan
kebutuhan bayi, segera memberikan kekebalan pasif pada bayi.
Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan
kecerdasan, membantu bayi mengoordinasikan (kemampuan
menghisap, menelan, dan nafas), meningkatkan jalinan kasih
sayang ibu-bayi, mencegah kehilangan panas, meningkatkan
berat badan.
b. Keuntungan inisiasi menyusui untuk ibu: stimulasi kontraksi uterus
dan
menurunkan
resiko
pendarahan
pasca
persalinan,
merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
91
ASI, keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, ibu
menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta, dan
pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur pasca persalinan
lainnya, meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi
stres terhadap berbagai rasa kurang nyaman, memberi efek
relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusui, menunda
ovulasi (Sondakh, 2013: 171).
D. NIFAS
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Puerperium berasal dari bahasa Latin, dari kata Puer yang artinya
bayi dan Parous melahirkan. Jadi Puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperrti
prahamil (Dewi, 2011: 1).
Kala puerperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ
kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2013: 200).
Jadi, masa nifas adalah waktu untuk memulihkan kembali
organ-organ reproduksi secara menyeluruh setelah melewati proses
kehamilan dan persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
92
2. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas
Berdasarkan standar pelayanan kebidanan, standar pelayanan
untuk ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir (standar 13),
penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar 14), serta
pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas (standar 15). Sasaran
asuhan kebidanan masa nifas menurut Dewi meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
b. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fsik maupun
psikis.
c. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak
dan peningkatan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik.
d. Mendukung
dan
memperkuat
percaya
diri
ibu
dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dala situasi keluarga
dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada
ibu.
f.
Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
g. Imunisasi ibu terhadap tetanus (Dewi, 2011: 1).
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tujuan, tujuan
asuhan masa nifas sebagai berikut: mendeteksi adanya perdarahan
masa nifas, menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
93
skrining secara komprehensif, memberikan pendidikn kesehatan diri,
memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan
payudara, konseling mengenai KB (Dewi, 2011: 2).
4. Tahapan Masa Nifas
Menurut Dewi asuhan masa nifas memiliki tahapan, tahapan
asuhan masa nifas sebagai berikut:
a. Puerperium dini, yaitu dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal
lainnya.
b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh alatalat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
perslinan mempunyai komplikasi (Dewi, 2011: 4).
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Menurut Profil Kesehatan 2015: 144 kunjungan masa nifas
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu:
a. KF-1: enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan.
b. KF-2: pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan.
c. KF-3: pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
94
6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut (Dewi, 2011: 55) perubahan fisik pada masa nifas ada
beberapa, dijabarkan sebagai berikut:
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Uterus
Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Menurut Varney (2008: 959) perubahan
tinggi fundus pada proses involusi : hari pelahiran dan hari
pertama (1 jari dibawah pusat), hari ke 2 (2 jari dibawah
pusat), hari ke 3 atau segera pascapartum (3 jari dibawah
pusat), hari ke 4 (4 jari dibawah pusat), hari ke 5
(pertengahan pusat simpisis), hari ke 6 (4 jari diatas
simfisis), hari ke 7 (3 jari diatas simfisis), hari ke 8 (2 jari
diatas simfisis), hari ke 9 (1 jari diatas simfisis), dan hari ke
10 (tidak teraba).
2) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan
tempat dengan perlukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira
sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada
akhir nifas 1-2 cm. Oksitosin menyebabkan terjadinya
kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
95
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus (Sukarni, 2013: 317).
3) Perubahan ligament
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan, setelah
jalan lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala.
4) Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.
Perbahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum
adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong.
Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks
sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah.
5) Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari
desidua yang mengeliingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut
dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau
putih pucat. Lokia dalah ekskresi cairan rahim selama masa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
96
nifas dan mempunyai reaksi basa alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia
mempunyai
bau
yang
amis
meskipun
tidak
terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap
wanita.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya, menurut (Dewi, 2011: 58) diantaranya sebagai
berikut:
a) Lokia rubra/merah (kruenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga
masa
postpartum.
Warnanya
merah
dan
mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta
dan serabut dari desidua dan chorin. Lokia ini terdiri atas
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium.
b) Lokia sanguinolenta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya
pada hari ke 3-5 hari postpartum.
c) Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum.
Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lokia
ini terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
97
d) Lokia alba
Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum.
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih
banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati.
6) Perubahan pada vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang
semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada
ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat,
walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada
umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa
tetap
atrofik
pada
wanita
yang
menyusui
sekurang-
kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan
mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
b. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan. Satu hari (24) jam postpartum suhu badan
akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras
waktu melhirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
2) Nadi. Denyut nadi normal pada orang dewasa 6080x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu
akan lebih cepat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
98
3) Tekanan darah. Biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena
ada pendarahan.
4) Pernapasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan
juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran napas.
c. Perubahan sistem kardiovaskuler
1) Volume darah
Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir,
volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume
darah
sbelum
hamil.
Pada
persalinan
pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila
kelahiran melalui SC, maka kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri atas darah dan hematokrit.
Pada persalinan pervaginam, hematokrit akan naik,
sedangkan pada SC, hematokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu.
2) Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah
jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah
wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
99
sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis
kelahiran.
3) Perubahan sistem hematologi
Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen
dan
plasma,
meningkat.
serta
Pada
faktor-faktor
hari
pertama
pembekuan
darah
postpartum,
kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis
yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat
mencapai 15.000 selama persalinan akan tetapi tinggi
dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.
4) Sistem pencernan pada masa nifas
a) Nafsu makan
Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas
otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
100
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal.
c) Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal
masa
pascapartum,
diare
sebelum
persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau
dehidrasi. Menurut (Varney, 2008: 961) konstipasi
mungkin menjadi masalah pada puerperium awal
karena kurangnya makanan padat selama persalinan
dan karena wanita menahan defekasi. Menahan
defekasi karena takut akan merobek atau merusak
jahitan.
d. Perubahan sistem perkemihan
1) Fungsi sistem perkemihan
2) Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar
steroid yang tinggi) turut meyebabkan peningkatan fungsi
ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita
melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penurunan
fungsi ginjal selama masa postpartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
101
3) Komponen urine
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot
uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama
satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan.
4) Diuresis postpartum
Diuresis
penurunan
pascapartum,
kadar
yang
estrogen,
disebabkan
hilangnya
oleh
peningkatan
tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
5) Uretra dan kandung kemih
Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah
wanita
perdarahan
melahirkan
berlebih
dapat
karena
menyebabkan
keadaan
ini
bisa
menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
7. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, menurut (Dewi,
2011: 65) ibu nifas akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
a. Adaptasi psikologi ibu masa nifas menurut (Dewi, 2011: 65)
dibagi menjadi seperti sebagai berikut:
1) Fase
taking
in.
Fase
taking
in
yaitu
periode
ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat fase ini
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
102
2) Fase taking hold. Fase taking hold adalah fase yang
berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah.
3) Fase letting go. Fase letting go merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat.
b. Postpartum blues
Menurut (Dewi, 2011: 67) postpartum blues atau sering
juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru yaitu
sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah
persalinan. Cara untuk mengatasi postpartum blues adalah
sebagai berikut:
1) Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk
menghadapi masa nifas.
2) Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin
disampaikan.
3) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
103
4) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah
dialami dan berusaha melakukan peran barunya sebagai
seorang ibu dengan baik.
5) Cukup istirahat.
6) Menghindari perubahan hidup yang drastis.
7) Berolahraga ringan.
8) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami, atau
saudara.
9) Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang
professional agar dapat memfasilitasi faktor risiko lainnya
selama masa nifas dan membantu dalam melakukan
upaya pengawasan.
8. Kebutuhan dasar Ibu Masa Nifas
Menurut (Dewi, 2011: 71), ibu yang berada dalam masa nifas
membutuhkan kebutuhan dasar, sebagai berikut:
a.
Nutrisi dan cairan, kebutuhan nutrisi masa nifas, sebagai
berikut:
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan
jumlah air susu ibu yang diihasilkan dan lebih tinggi
selama menyusui disbanding selama hamil. Rata-rata
ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.
2) Ibu memerlukan tambahan
20 gr
protein diatas
kebutuhan normal ketika menyusui.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
104
3) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah
asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3
liter/hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.
4) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali
yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
b.
Ambulasi.
Ambulasi
dini
adalah
kebijaksanaan
untuk
secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk
berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi
dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke
kanan untuk mencegah adanya trombosit).
c. Eliminasi.
Bila
kandung
kemih
penuh,
maka
harus
diusahakan agar pederita dapat buang air kecil sehingga
tidak memerlukan pemasangan kateter.
d.
Kebersihan diri dan perineum
1) Personal
hygiene,
kebersihan
yang
harus
lebiih
diperhatikan yaitu putting susu, pengeluaran lokia yang
berbau busuk, karena ini merupakan indikasi infeksi.
2) Perineum, cara membersihkan perineum yaitu dari
depan ke belakang. Kebanyakan ibu nifas merasa takut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
105
untuk membersihkan perineum karena ada luka jahitan.
Namun itu bukan penghalang, karena harus tetap
dibersihkan supaya tidak terjadi infeksi.
e. Istirahat. Saat setelah melahirkan ibu nifas sering merasa
cemas karena memikirkan mampu untuk merawat bayinya
atau tidak. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya
adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah yaitu untuk merawat bayinya.
f.
Seksual. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman
ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.
Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sebisa mungkin
sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu
diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali.
9. Program Tindak Lanjut Asuhan Nifas di Rumah
Tugas bidan tidak selesai setelah menolong persalinan, masih
ada tugas untuk melakukan kunjungan rumah agar ibu nifas
terpantau. Yaitu dengan melakukan kunjungan rumah, tergantung
pada kebtuhan bayi dan keluarga. Tujuan dari kunjungan rumah
menurut (Dewi, 2011: 93) adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi perjalanan pascapartum dan kesejahteraan
ibu.
b. Mengevaluasi kesejateraan bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
106
c. Mengevaluasi
kemajuan
dan
kenyamanan
dalam
kemampuan merawat dan penrimaan peran sebagai orang
tua.
d. Meninjau riwayat persalinan ibu.
e. Memudahkan akses dalam menerima pertanyaan dan
masalah.
f.
Memberikan pengajaran dan konseling yang dbutuhkan.
Kunjungan rumah juga meliputi pemeriksaan singkat fisik
ibu dan bayi. Menurut (Dewi, 2011: 94) pemeriksaan singkat
pada ibu dapat meliputi sebagai berikut:
a. Tekanan darah.
b. Suhu badan.
c. Evaluasi payudara.
d. Pengkajian abdomen.
e. Pemeriksaan perineum termasuk pengkajian lokia.
Menurut (Dewi, 2011: 94) pemeriksan singkat pada bayi
dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Suhu tubuh, nadi, frekuensi pernapasan.
b. Pemeriksaan dehidrasi (turgor kulit, cekungan)
c. Auskultasi jantung dan paru-paru.
d. Pemeriksaan tali pusat.
f.
Pemeriksaan sirkumsisi.
g. Pendeteksian ikterus.
h. Observasi responsivitas/perhatian.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
107
i.
Pengkajian kesejahteran fisik dan keadaan perawatan.
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas menurut (Dewi,
2011: 94) adalah sebagai berikut:
a. Kunjungan I (6 jam-48 jam), hal yang dipantau:
1) Pemberian ASI.
2) Perdarahan.
3) Involusi uterus.
4) Pembahasan tentang kelahiran.
5) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin
antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan
fisik, komunikasi, dan rangsangan.
Bidan
memberikan
penyuluhan
mengenai
tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi
keadaan darurat.
b. Kunjungan II (hari ke-4 sampai hari ke-28), hal yang
dipantau:
1) Diet.
2) Kebersihan atau perawatan diri sendiri.
3) Kebutuhan akan istirahat.
4) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda postpartum lues.
5) Keluarga berencana.
6) Tanda-tanda bahaya.
7) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
108
c. Kunjungan III (hari ke-29 sampai ke-42)
Pemeriksaan 4-6 minggu pascapartum sering kali
terdiri atas pemeriksaan riwayat lengkap fisik dan panggul
dalam. Setiap catatan yang ada dalam kehamilan harus
ditinjau.
10. Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya
Pada masa nifas sering terjadi komplikasi, menurut (Dewi,
2011: 107) macam-macam komplikasi masa nifas yaitu sebagai
berikut:
a. Hemoragi
1) Perdarahan pasca persalinan primer
Perdarah pervaginam yang melebihi 500 ml
setelah bersalin diidentifikasikan sebagai perdarahan
pascapersalinan.
Penatalaksanaan
yang
dapat
dilakukan berdasarkan kejadian perdarahannya adalah
sebagai berikut:
a)
Perdarahan kala III
Masase fundus uteri untuk memicu kontraksi
uterus di sertai dengantarikan tali pusat terkendali.
Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus telah
berkontraksi dengan baik, periksa kemungkinan
laserasi jalan lahir atau rupture uteri. Bila plasenta
belum dapat dikeluarkan lakukan manual plasenta.
Bila setelah dilahirkn terlihat tidak lengkap, maka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
109
harus
dilakukan
eksplorasi
kavum
uteri
atau
kuretase.
b)
Perdarahan pascapersalinan primer (true HPP)
dapat dilakukan:
(1) Periksa apakah plasenta lengkap.
(2) Masase fundus uteri.
(3) Pasang infus RL dan berikan uterotonika
(oksitosin, methergin, atau misoprostol).
(4) Bila
perdarahan
>1
liter
pertimbangkan
transfusi.
(5) Periksa faktor pembekuan darah.
(6) Bila kontraksi uterus baik dn perdarahan terus
terjadi, periksa kembali kemungkinan adanya
laserasi jalan lahir.
(7) Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan
kompresi bimanual.
(8) Bila
perdarahan
terus
berlngsung
pertimbangkan ligasi arteri hipoastrika.
2) Perdarahan pascapersalinan sekunder
Etiologi utama dari perdarahan pascapersalinan
adalah sebagai berikut: proses repitelialisasi plasental
site yang buruk dan sisa konsepsi atau gumpalan darah
b. Infeksi masa nifas
Jenis-jenis infeksi pada masa nifas yaitu sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
110
1)
Endometritis
Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
biasanya naik turun. His lebih nyeri dari biasa dan lebih
lama dirasakan. Lokia bertambah banyak, berwarna
merah atau cokelat, serta berbau. Leukosit naik antara
15.000-30.000/mm3. Tanda dan gejala endometritis
adalah sebagai berikut: peningkatan demam secara
konstan hingga 40°C, tergantung pada keprahan infeksi,
takikardi, menggigil dengan infeksi berat, nyeri tekan
uteri menyebar secara lateral, nyeri panggul dengan
pemeriksaan bimanual, subinvolusi, lokia sedikit, tidak
berbau atau berbau tidak sedap, lokia seropurelenta,
kemungkinan sel darah putih meningkat.
2) Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang
dapat terjadi melalui beberapa cara: penyebaran melalui
limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis, penyebaran langsung dari luka pada
serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum, serta
penyebaran sekunder dari trombofeblitis.
3) Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui
pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke
peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
111
atau
langsung
sewaktu
tindaka
per
abdominal.
Peritonitis yang terlokalisasi hanya dalam rongga pelvis
disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga
peritoneum disebut peritonitis umum, dan keadaan ini
sangat
berbahaya
karena
dapat
menyebabkan
kematian.
4) Infeksi trauma vulva, perineum, vagina dan serviks
Tanda dan gejala infeksi episiotomi, laserasi, atau
trauma meliputi sebagai berikut: nyeri local, dysuria,
suhu rendah, edema, sisi jahitan merah dan inflamasi,
mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu
kehijauan, pemisahan atau terlepasnya lapisan luka
operasi.
5) Infeksi saluran kemih
Infeksi
saluran
kemih
dihubungkan
dengan
hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih
saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,
kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi
yang sering.
6) Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi
akibat invasi jaringan payudara (misalnya glandular,
jaringan ikat, areola, lemak) oleh mkroorganisme
infeksius atau adanya cedera payudara. Pencegahan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
112
yang dapat dilakukan yaitu dengan menyusui sejak awal
dan sering, memposisikan bayi dengan tepat saat
menyusui, memakai Bra yang tidak terlalu ketat.
c. Tromboflebitis dan emboli paru
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada
wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara
genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan statis
vena. Penanganan yang dapat dilakukan meliputi tirah
baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres panas,
stoking elastis, dan analgesia jika dibutuhkan.
d. Hematoma
Hematoma dalah pembengkakan jaringan yang beriisi
darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah
karena hemoragi, anemia, dan infeksi. hematoma terjadi
karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma.
E. Perencanaan Keluarga Berencana (KB)
1. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut (Varney, 2007: 414) keluarga berencana yaitu
pertimbangan tambahan terhadap faktor fisik, sosial, psikologis,
ekonomi, dan keagamaan yang mengatur sikap keluarga sekaligus
memengaruhi keputusan
keluarga
dalam
menetapkan
ukuran
keluarga, jarak antar anak, dan pemilihan serta penggunaan metode
pengendalian kehamilan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
113
(Manuaba, 2013: 592) mengemukakan jenis dan waktu yang
tepat untuk ber-KB, sebagai berikut:
Table 2.3 Jenis dan Waktu yang Tepat Untuk ber-KB
Postpartum
Postmentrual regulation
Pasca abortus
Saat menstruasi
Masa interval
Post koitus
Kb suntik
Norplant (KB susuk)/implanon
AKDR
Pil KB hanya progesteron
Kontap
Metode sederhana
Kb suntik
Kb susuk atau implanon
AKDR
Kontap
Metode sederhana
Kb suntik
Kb susuk atau implanon
AKDR
Metode sederhana
Kb darurat
Sumber: Manuaba, 2013
2. Metode-metode KB menurut (Manuaba, 2013: 593) sebagai berikut:
a. Metode KB Sederhana
Metode KB sederhana merupakan metode KB yang
digunakan tanpa bantuan orang lain. Metode sederhana akan
lebih efektif bila penggunaanya diperhitungkan dengan masa
subur. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom,
pantang berkala, senggama terpusus, dan spermisid.
1) Kondom
Manfaat kondom menurut Affandi, yaitu:
a) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
b) Efektif bila di pakai dengan baik dan benar.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
114
c) Dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk
mencegah IMS (Affandi, 2014: 17).
Tipe kondom menurut Affandi terdiri dari:
a) Kondom biasa.
b) Kondom berkontur (bergigi).
c) Kondom beraroma.
d) Kondom tidak beraroma.
e) Kondom pria dan wanita (Affandi, 2014: 17).
Cara kerja kondom menurut Affandi yaitu:
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan
sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang di pasang pada penis sehingga
sperma
tersebut
tidak
tercurah
kedalam
saluran
reproduksi perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termsuk
HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada
pasangan yang lainya (khusus kondom yang terbuat
dari lateks dan vinil) (Affandi, 2014: 18)
Keterbatasan metode KB kondom menurut yaitu:
a) Efektivitas tidak terlalu tinggi.
b) Cara penggunaan sangat mempengruhi keberhasilan
kontrasepsi.
c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
115
d) Pada bebrapa klien biasanya menyebabkan kesulitan
untuk mempertahankan eraksi.
e) Harus selalu bersedia setiap kali berhubungan seksual.
f)
Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat
umum.
g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah (Affandi, 2014: 19).
2) Pantang Berkala
a) Pantang berkala dengan sistem kalender
Sistem ini dikenal dengan nama sistem OginoKnaus, nama orang yang meneliti terjadinya ovulasi
sekitar
12
sampai
16
hari
sebelum
menstruasi.
Kelemahan sistem ini sulit menilai menstruasi yang akan
datang. Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang
teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur
untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan
hubungan seks (Manuaba, 2013: 596)
Masa
subur
wanita
dapat
dihitung
dengan
melakukan perhitungan minggu subur menurut Manuaba
sebagai berikut:
(1) Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.
(2) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi
hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
116
pertama minggu subur dan akhir minggu subur
adalah hari pertama menstruasi ditambah 19.
(3) Puncak
minggu
subur
adalah
hari
pertama
menstruasi ditambah 14 (Manuaba, 2013: 596).
b) Pantang berkala dengan sistem suhu basal
Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal
sebanyak 0,5 sampai 1 derajat celcius pada hari ke 12
sampai 13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi pada hari ke
14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu
basal sehingga siklus menstruasi yang disertai ovulasi
terdapat temperatur bifasik (Manuaba, 2013: 596).
3) Senggama terputus
Konsep senggama terputus adalah mengeluarkan
kemaluan
menjelang
terjadinya
ejakuasi.
Kekurangan
metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah
pihak, kegagalan hamil sekitar 30-35% karena semen keluar
sebelum
mencapai
puncak
kenikmatan,
terlambat
mengeluarakan kemaluan, semen yang tertumpah di luar
sebagian dapat masuk ke genetalia, dan dapat menimbulkan
ketegangan jiwa kedua belah pihak (Manuaba, 2013: 596).
4) Spermisida
Spermisida dalah zat kimia yang dapat melumpuhkan
bahkan mematikan spermatozoa yang di gunakan menjelang
hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5-10 menit,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
117
hubungan seksual dapat dilakukan agar spermasid dapat
berfungsi (Manuaba, 2013: 597).
Kekurangan spermasida menurut Manuaba adalah
sebagai berikut:
a) Merepotkan menjelang hubungan senggama.
b) Nilai kepuasan berkurang.
c)
Dapat menimbulkan iritasi atau alergi (Manuaba, 2013:
597).
b. Metode KB Efektif
Menurut (Manuaba, 2013: 597), KB meode efektif ada
beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
1) Kontrasepsi hormonal
Perkembangan
hormonal
telah
ilmu
pengetahuan
mempelajari
bahwa
dan
teknologi
estrogen
dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat
pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehingga
perkembangan dan kematangan folikel de graaf tidak terjadi.
Disamping itu progesterone dapat menghambat pengeluaran
Hormon Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik
tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus-endometrium
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
118
yang belum siap untuk menerima implantasi. Fungsi
komponen progesterone:
a) Rangsangan
sehingga
baik
ke
pengeluaran
hipotalamus
LH
dan
tidak
hipofisis,
terjadi
dan
mengakibatkan ovulasi.
b) Progesteron
mengubah
endometrium,
sehingga
kapasitasi spermatozoa tidaj berlangsung.
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus
spermatozoa.
d) Menghambat peristaltik tuba, menyulitkan konsepsi.
e) Menghindari implantasi, melalui perubahan struktur
endometrium.
2) Kontrasepsi hormonal pil
Berbagai nama paten KB pil di pasaran menurut
(Manuaba, 2013: 598):
Tabel 2.4 Nama Paten KB di pasaran
Progesterone kuat
Anovlar
Gynovlar
Norlestrine
Anacycline
Ovosta
Eugynon
Norinyl
Microgynon 60 ED
Microgynon 30 ED
Progesteron lemah
Ovulen
Volidan
Lyndiol
Noracycline
Conovid E
Prevision
Ortho novum
Nuvacim
S
Sumber: Manuaba (2013)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
119
Sifat khas kontrasepsi hormonal dengan komponen
estrogen menyebabkan pemakai mudah tersinggung,
tegang, retensi air dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, pendarahan banyak saat
menstruasi,
meningkatkan
pengeluaran
leukorea,
menimbulkan perlunakan serviks. Sedangkan dengan
komponen progesteron menyebabkan payudara tegang,
acne (kukulan), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama
kering. Keuntungan pemakaian KB pil menurut (Manuaba,
2013: 599): dijamin keberhasilan jika rutin meminum 100%
pil KB, dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa
masalah (ketegangan menjelang menstruasi, pendarahan
menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat menstruasi,
pengobatan pasangan mandul), pengobatan penyakit
endometriosis, dan dapat meningkatkan libido.
Sedangkan kerugian pemakaian KB pil menurut
(Manuaba, 2013: 599): harus minum pil secara teratur,
dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium,
penyulit
ringan
(berat
badan
bertambah,
rambut
rontok,tumbuh acne,mual sampai muntah), mempengaruhi
fungsi hati dan ginjal.
3) Kontrasepsi hormonal suntikan
Menurut Marmi (2016: 217) KB suntik dibagi 2 yaitu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
120
a) KB suntik progestin
Merupakan
KB
sintesa
progestin
yang
mempunyai efek progestin asli dari tubuh wanita dan
merupakan suspense steril medroxy progesterone
asetat dalam air yang mengandung progesterone
asetat 150 mg. KB suntik progestin dibagi dalam 2
jenis yaitu Depoprovera yang mengandung 150 mg
DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat) diberikan
setiap 3 bulan dan Depo Noristerat mengandung 200
mg Noretindron Enantat yang diberikan setiap 2 bulan.
Cara
kerja
mencegah
dari
ovulasi,
perubahan
KB
suntik
progestin
mengentalkan
endometrium
lendir
sehingga
yaitu
serviks,
implantasi
terganggu, dan menghambat transportasi gamet.
Keuntungan KB suntik progestin yaitu : sangat
efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh
pada
hubungan
mengandung
estrogen
suami
sehingga
istri,
aman
tidak
terhadap
penyakit jantung, tidak berpengaruh pada ASI, dapat
digunakan
oleh
perimenopause,
perempuan
membantu
>
35
tahun-
mencegah
kanker
endometrium, menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara,
mencegah
beberapa
penyakit
radang
panggul, dan menurunkan anemia.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
121
Keterbatasan KB suntik progestin yaitu : sering
ditemukan gangguan haid, tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu, kenaikan berat badan, tidak mejamin
perlingdungan dari IMS, terlambatnya kesuburan
setelah
penghentian
pemakaian,
teerjadinya
perubahan lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
Indikasi dan kontraindikasi KB suntik progestin
yaitu
:
usia
reproduksi,
setelah
melahirkan,
menghendaki kontraasepsi jangka panjang, sedang
menyusui, perokok, setelah abortus/keguguran, tidak
dapat menggunakan kontrasepsi berestrogen, anemia
defisiensi
besi,
TD
normal,
menggunakan
obat
epilepsi, dan mendekati usia menopause. Sedangkan
kontraindikasinya
perdarahan
gangguan
yaitu
:
pervaginam,
haid,
hamil/dicurigai
tidak
dan
dapat
hamil,
menerima
menderita
kanker
payudara/riwayat kanker payudara.
Efek samping dari KB suntik progestin yaitu :
gangguan haid, sakit kepala, penambahan berat
badan,
keputihan,
galaktorea,
peninggian
depresi,
pusing
dan
kadar
mual,
insulin,
pada
penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
kekeringan pada vagina.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
122
b) KB suntik kombinasi
KB ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Cyclofem
berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol spionat yang
diberikan
setiap
bulan
dan
kombinasi
50
mg
Noretindrone Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan setiap bulan.
Cara kerja dari KB kombinasi yaitu : menekan
ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental,
perubahan pada endometrium sehingga implantasi
terganggu, menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Keuntungan dan keterbatasan dari KB suntik
kombinasi yaitu : risiko terhadap kesehatan kecil, tidak
berpengaruh
pada
hubungan
suami
istri,
tidak
diperlukan pemeriksaan dalam, efek samping kecil,
mengurangi kejadian amenore, mengurangi nyeri haid,
khasiat
pencegahan
mengurangi
penyakit
terhadap
kanker
payudara
jinak,
ovarium,
mencegah
kehamilan ektopik. Sedangkan keterbatasannya yaitu :
terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan, efektivitas berkurang jika digunakan
dengan obat epilepsi, dapat terjadi efek samping serius
seperti serangan jantung, penambahan berat badan,
tidak menjamin perlindungan terhadap IMS, dan
kemungkinan pemulihan masa subur yang lama.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
123
Indikasi
KB
suntik
kombinasi
yaitu
:
usia
reproduksi, telah memiliki anak maupun yang belum
punya anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektivitas tinggi, pasca persalinan dan tidak menyusui,
dan nyeri haid hebat.
Kontraindikasi
KB
suntik
kombinasi
yaitu
:
hamil/diduga hamil, menyusui, perdarahan pervaginam
yang belum jelas, penyakit hati akut, usia > 35 tahun
yang merokok, riwayat penyakit (jantung, stroke,
tekanan
darah
tinggi),
riwayat
kencing
manis,
keganasan pada payudara.
4) Kontrasepsi hormonal susuk (norplant atau implan).
Setiap
kali
susuk
KB
mengandung
36
mg
levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya
sebanyak 80 mcg. Konsep mekanisme kerja sebagai
progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH
sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks
dan
mengahalangi
migrasi
spermatozoa,
dan
menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjadi
tempat nidasi (Manuaba, 2013: 602).
Keuntungan pemakaian KB susuk yaitu: dipasang
selama 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di
daerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi, biaya
murah. Kerugian pemakaian KB susuk yaitu: menimbulkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
124
gangguan menstruasi, yaitu (tidak mendapat menstruasi
dan terjadi pendarahan yang tidak teratur), berat badan
bertambah, menimbulkan akne, ketegangan payudara,
liang senggama terasa kering (Manuaba, 2013: 603).
b. Kontrasepsi Mekanis (AKDR)
Mekanisme kerja lokal AKDR menurut Manuaba sebagai
berikut:
1) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,
makrofag, dan limfosit.
2) AKDR
menimbulkan
perubahan
pengeluaran
cairan,
prostaglandin, yang menghalangi kapasitas spermatozoa.
3) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan
limfosit menyebabkan blastokis mungkin dirusak oleh
makrofag dan blastokis tidak mampu melaksanakan nidasi.
4) Ion
Cu
yang
dikeluarkan
AKDR
dengan
Cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga
mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi
(Manuaba, 2013: 611).
Keuntungan pemakaian AKDR yaitu: alat kontrasepsi
dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, pemasangan
tidak memerlukan teknik medis yang sulit, kontrol medis yang
ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya kesuburan setelah
AKDR dicabut berlangsung baik. Kekurangan pemakaian AKDR
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
125
yaitu: masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, terdapat
pendarahan, leukorea, sehinnga menguras protein tubuh dan
liang enggama terasa lebih basah, dapat terjadi infeksi, tingkat
akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan
kehamilan ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan
portio uteri dan menggangu hubungan seksual (Manuaba, 2013:
611).
c. Metode KB Darurat
Kontrasepsi
darurat
adalah
kontrasepsi
yang
dapat
diberikan pada hubungan seks yang tidak langsug dalam waktu
72 jam sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan
(Manuaba, 2013).
1) Metode hormonal
Cara kerja kontrasepsi darurat menurut (Manuaba,
2013: 618), sebagai berikut:
a) Komponen
estrogen
dosis
tinggi
atau
derivatnya
menghindari konsepsi dengan cara:
(1) Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam
rahim
tetap
dalam
keadaan
fase
proliferasi,
sehingga tidak memungkinkan nidasi dari hasil
konsepsi.
(2) Dengan
peristaltik
tuba
yang
meningkat,
spermatozoa tidak mungkin dapat mencapai ovum
untuk melakukan konsepsi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
126
(3) Dalam fase proliferasi, endometrium tdak dapat
menimbulkan Susana sempurna hingga mengurangi
kemampuan konsepsi spermatozoa.
b)
Komponen progesterone dalam dosis tinggi menghindari
terjadinya konsepsi dan nidasi dengan cara:
(1) Mengentalkan lendir serviks, endometrium, dan
tuba fallopi, sehingga mengurangi kemampuan
bergerak spermatozoa untuk mencapai ovum,
sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.
(2) Pada endometrium terjadi perubahan sehingga
kurang memberikan peluang untuk terjadinya nidasi.
Kerugian kontrasepsi darurat hormonal yaitu terasa
mual, muntah, payudara tegang dan nyeri, dan menoragia
(perdarahan menstruasi banyak).
2) Metode insersi AKDR
Cara kerja kontrasepsi darurat dengan insersi AKDR
meurut Manuaba yaitu:
a) AKDR berbentuk inert seperti Lippes Loop menimbulkan
reaksi benda asing dengan terjadi migrasi leukosit,
limfosit dan makrofag. Pemadatan lapisan endometrium
menyebabkan gangguan nidasi hasil konsepsi sehingga
tidak terjadi kehamilan.
b) AKDR yang mengandung Copper segera setelah insersi
selain
menimbulkan
pemadatan
endometrium,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
127
melepaskan ion Cu dengan konsentrsi tinggi (Manuaba,
2013: 618).
d. Kontrasepsi mantap wanita
Kontrasepsi mantap wanita atau sterilisai merupakan
metode KB yang paling efektif, murah, aman dan mempunyai
nilai demografi yang tinggi (Manuaba, 2013: 620).
1) Teknik sterilisai vaginal
Pada prinsipnya melakukan insisi dan membuka forniks
posterior dan melalui tempat tersebut dilakukan sterilisaasi
pada tuba.
2) Vasektomi tuba (Ma)
Vasektomi tuba (Ma) merupakan peningkatan dan
penyederhanaan dari NTTOT (nontraumatic tubal occlusion
technique).
Vasektomi
tuba
(Ma)
mengantar
wanita
mencapai klimakterium dalam suasana alami.
3) Operasi kontap dengan laparoskop
Operasi endoskop adalah operasi dengan jalan
memasukkan alat optic dan alat operasi ke dalam rongga
tubuh.
Keuntungan
melakukan
kontap
dengan
laparoskopi:
keuntungannya masa rawat inapnya pendek, tidak banyak
memerlukan pengawasan setelah operasi, dan dapat dilakukan
secara masal. Kerugian melakukan kontap dengan laparoskopi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
128
memerlukan keterampilan khusus, biasanya relatif mahal, dan
metode penutupan tuba terbatas.
e. Kontrasepsi mantap pria
Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi
merupakan operasi ringan, murah, dan aman (Manuaba, 2013:
631).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
129
II. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan suatu metode proses berfikir logis sistematis.
Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang
bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam memberikan arah/kerangka
dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Estiwidani,
2008: 124)
Ketujuh langkah-langkah Manajemen Kebidanan menurut (Varney,
2007: 27), adalah sebagai berikut:
A. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah
pertama
dalam
pengumpulan
data
dasar
yang
menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data ini meliputi
pengkajian riwayat pemeriksaan fisik dan pelvik sesuai indikasi,
meninjau kembali proses perkembangan keperawatan saat ini atau
catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat, data dasar
yang diperlukan adalah semuah data yang berasal dari sumber
informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
B. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosis dan
kebutuhan keperawatan kesehatan yang akurat bedasarkan perbaikan
interprestasi data yang benar.
C. Langkah III (Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial)
Langkah
ketiga
berkenaan
dengan
tindakan
antisipasi,
pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
130
dan persiapan terhadap semuah keadaan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi
perawatan kesehatan yang aman.
D. Langkah IV (Evaluasi Kebutuhan Segera)
Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan/atau konsultasi
bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta manajemen
kolaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan lain, sesuai dengan
kondisi yang diperlihatkan oleh ibu dan bayi baru lahir.
E. Langkah V (Perencanaan)
Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, didukung oleh penjelasan rasional yang valid, yang
mendasari keputusan yang dibuat dan dilaksanakan pada langkahlangkah sebelumnya.
F. Langkah VI (Pelaksanaan)
Langkah keenam adalah melakukan rencana perawaaatan secara
menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan
atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan atau anggota tim
kesehatan lain.
G. Langkah VII (Evaluasi)
Langkah ketujuh, merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar mencapai langkah
tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang didentifikasikan
pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan
perawatan kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
131
III. Landasan Hukum
Peraturan
menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
nomer
1464/MENKES/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggaraan
praktek bidan sebagai berikut:
A. Landasan hukum izin dan penyelenggaraan praktik bidan
BAB II perizinan pasal 2 yang berisi: bidan dapat menjalankan
praktik mandiri dan/ atau bekerja difasilitas pelayanan kesehatan, bidan
yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma
III (D III) Kebidanan. Pada pasal 3 yang berisi: setiap bidan yang bekerja
difasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB, setiap bidan yang
menjalankan praktik mandiri wajim memiliki SIPB, SIKB atau SIPB
berlaku untuk 1 tempat. Pada pasal 4 yang berisi: untuk memperoleh
SIKB atau SIPB bidan harus mengajukan permohonan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota, kewajiban memiliki STR sesuai
dengan ketentuan perudang-undangan, apabila belum terbentuk Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Majelis Tenaga Kesehatan
Propinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat dilaksanakan,
makan Surat Izin Bidan dtetepkan berlaku sebagai STR. Pasal 5 yang
berisi: SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota,
permohonan SIKB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan
oleh
pemerintah
daerah
kabupaten/kota
atau
dinas
kesehatan
kabupaten/kota kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 1
bulan sejak tanggal permohonan diterima. Pasal 6 yang berisi tentang:
bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
132
1 tempat kerja dan 1 tempat praktik. Pasal 7 yang berisi: SIKB/SIPB
berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika
habis masa berlakunya, pembaharuan SIKB/SIPB diajukan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota setempat. Pasal 8 yang berisi:
SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku karena tempat kerja/praktik tidak
sesuai lagi dengan SIKB/SIPB, masa berlakunya habis dan tidak
diperpanjang, dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.
BAB III Penyelenggaran praktik pasal 9 yang berisi: bidan dalam
menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10 yang berisi: pelayanan kesehatan ibu (pelayanan konseling
pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal,
pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu
menyusui dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan),
bidan dalam memberikan pelayanan berwenang untuk episiotomi,
penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2, penanganan kegawat
daruratan dilanjutkan perujukan pemberian tablet Fe ibu hamil,
pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitas atau bimbingan
inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif, pemberian uteronik
pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan
konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat
keterangan kematian, pemberian surat keterangan cuti bersalin. Pasal
11 yang berisi: pelayanan kesehatan anak diberikan pada (bayi baru
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
133
lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah), bidan dalam memberikan
pelayananan kesehatan anak berwenang untuk melakukan asuhan
pelayanan bayi baru lahir normal termasuk (resusitasi, pencegahan
hipotermi, IMD, injeksi Vit K1, Perawatan BBL pada masa neonatal (028 hari) dan perwatan tali pusat), penanganan hipotermi pada BBL dan
segera merujuk, penanganan kegawatdarurata dan perujukan, pemberin
imunisasi rutin, pemantauan (tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah), pemberian konseling dan penyuluhan, pemberian
surat keterangan kelahiran, dan pemberian surat keterangan kematian.
Pasal 12 yang berisi: bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk
memeberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, memberikan alat kontrasepsi oral
dan kondom. Pasal 13 yang berisi: bidan dalam menjalankan program
pemerintah
suntikan,
berwenang
AKDR,
melakukan
AKBK),
asuhan
((pemberian
antenatal
alat
kontrasepsi
terintegrasi
dengan
intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi
dokter, penanganan bayi dan anak balita sakit, melakukan pembinaan
peran serta masyarakat di bidang kesehatan, pemantauan (tumbuh
kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah), melaksanakan pelayanan
kebidanan komunitas, melaksanakan deteksi dini dan memberikan
penyuluhan mengenai IMS dan pemberian kondom, pencegahan
penyalahgunaan NAPZA, pelayanan kesehatan lain yang merupakan
program pemerintah). Pasal 14 yang berisi: bagi bidan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
134
menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter dapat
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan, daerah yang tidak
memiliki dokter adalah kecematan atau kelurahan/desa yang ditetapkan
oleh kepala dinas kesehatab kabupaten/kota, dalam hal daerah terdapat
dokter kewenangan bidan tidak berlaku. Pasal 15 berisi: pemerintah
daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktik mandiri
tertentu untuk melaksanakan program pemerintah, bidan praktik mandiri
yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas
pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi / kabupaten /
kota. Pasala 16: pada daerah yang belum memiliki dokter pemerintah
dan pemerintah daerah harus menempatkan bidan dengan pendidikan
minimal Diploma III Kebidanan, apabila tidak terdapat tenaga bidan
pemerintah dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang
telah mengikuti pelatihan, pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota
bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang
memberikan pelayanan di daerah tidak memeliki dokter. Pasal 17 berisi:
bidan dalam menjalan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan
meliputi memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk
tindakan
asuhan
kebidanan,
serta
peralatan
untuk
menunjang
pelayanan (kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah), menyediakann
maksimal 2 tempat tidur untuk persalinan, dan memiliki sarana perlatan
dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 18 berisi: dalam
melaksanakan praktik/kerja bidan berkewajiban untuk (menghormati hak
pasien, memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
135
pelayanan
yang
kewenangannya,
dibutuhkan,
meminta
merujuk
persetujuan
kasus
yang
yang
akan
bukan
dilakukan,
menyimpan rahasia pasien, melakukan pencatatan asuhan kebidanan
dan pelayanan lainnya secara sistematis, mematuhi standar, melakukan
pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk
pelaporan
kelahiran
dan
kematian),
bidan
dalam
menjalankan
praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dan
bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pasal
19 berisi: bidan dalam melaksanakan praktik/kerja mempunyai hak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja
sepanjang sesuai dengan standar, memperoleh informasi yang lengkap
dan benar dari pasien dan/atau keluarganya, melaksanakan tugas
sesuai dengan kewenangan dan standar, dan menerima imbalan jasa
profesi.
B. Pencatatan dan Pelaporan
Tercantum dalam pasal 20 yaitu dalam melakukan tugasnya bidan
wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan
yang diberikan ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nisa Ul Jannah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download