IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP`s) KATEGORI

advertisement
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s)
KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA
SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2015
ARTIKEL
Oleh :
DARA DWIPA TUWUH SAFITRI
NIM. 050112a014
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRP’s)
KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD RAA
SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2015
ARTIKEL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Oleh :
DARA DWIPA TUWUH SAFITRI
NIM. 050112a014
PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
AGUSTUS, 2016
Identifikasi Drug Related Problems (DRP’s) Kategori Interaksi Obat pada
Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo
Pati Periode Juli-Desember 2015
Dara Dwipa Tuwuh Safitri
Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Drug Related Problems (DRP’s) merupakan suatu kejadian
tidak diharapkan berupa pengalaman pasien yang melibatkan atau diduga
berkaitan dengan terapi obat yang mempengaruhi outcome terapi pasien. Salah
satu golongan pasien yang sering mengalami kejadian DRP’s yaitu hipertensi
geriatri. Pasien geriatri mempunyai resiko yang lebih tinggi atas terjadinya
interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kejadian DRP’s
kategori interaksi obat pada pengobatan penyakit hipertensi geriatri di Instalasi
Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015.
Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif,
dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Pengambilan data
dilakukan dengan cara mengambil data sebesar 97 sampel yang memenuhi kriteria
penelitian di rekam medik RSUD RAA Soewondo Pati. Data dianalisis secara
deskriptif berdasarkan nilai signifikansi dan mekanisme interaksi.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi obat terjadi pada 27 pasien
(27,84%). Kejadian interaksi obat antihipertensi berdasarkan mekanisme yang
paling banyak terjadi adalah interaksi farmakokinetik sebanyak 70,59% (24 kasus)
yang diikuti dengan interaksi farmakodinamik sebanyak 20,59% dan interaksi
yang tidak diketahui mekanisme sebanyak 8,82%. Berdasarkan nilai
signifikansinya didapatkan hasil interaksi dengan level signifikansi 1 sebanyak
11,76%, level signifikansi 2 sebanyak 8,82%, level signifikansi 4 sebanyak 5,88%
dan tidak ditemukan interaksi dengan level signifikansi 3, serta terdapat 21 kasus
(61,76%) interaksi obat yang belum diketahui level signifikansinya. Jenis obat
yang sering berinteraksi adalah amlodipin dengan valsartan.
Kesimpulan: Drug Related Problems (DRP’s) kategori interaksi obat pada
pengobatan hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo
Pati periode Juli-Desember 2015 masih relatif tinggi yaitu sebanyak 27,84%.
Kata Kunci : Drug Related Problems (DRP’s), Interaksi Obat, Hipertensi
Geriatri
Kepustakaan : 77 (1995-2016)
1
ABSTRACT
Background: Drug Related Problems (DRP's) is an undesirable event in the form
of patient’s experience involving or suspected to be related to drug therapies,
which affect the outcome of treatment that is being undertaken by the patient. One
group of patients who often experiences the occurrence of DRP's is geriatric
hypertension patients. Geriatric patients have a higher risk for the occurrence of
drug interactions. This study aims to determine the incidence of DRP's in the
category of drug interactions in the treatment of geriatric hypertension patients at
the Outpatient Installation of RAA Soewondo General Hospital Pati from July to
December 2015.
Method: This type of research was descriptive research, where data collection
was done retrospectively. Data collection was performed by taking the data of 97
samples that met the criteria of research from the medical record at RAA
Soewondo Hospital Pati. Data were analyzed descriptively based on the
significance and mechanisms of interaction.
Results: The results show that the drug interaction occurs in 27 patients (27,84%).
The incidence of antihypertensive drug interactions based on the most common
mechanism is a pharmacokinetic interaction as many as 70,59% (24 cases)
followed by a pharmacodynamics interaction as many as 20,59% and the
unknown mechanism interaction as many as 8,82%. Based on the value of its
significance, the result of interaction with the significance level of 1 is 11,76%,
the significance level 2 is 8,82%, the significance level 4 is 5,88% and no
interaction with the significance of level 3. In addition, there are 21 cases (61,
76%) of drug interactions in which their significance level is remain unknown.
The type of drugs that often interacts is amlodipine with valsartan.
Conclusion: Incidence of DRP's category of drug interactions in the treatment of
geriatric hypertension at the Outpatient Installation of RAA Soewondo Hospital
Pati from July to December 2015 is still relatively high as many as 27,84%
: Drug Related Problems (DRP’s), Drug Interaction, Geriatric
Hipertention.
Biliographies : 77 (1995-2016)
Keywords
2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang paling
hakiki selain makan, sandang dan tempat tinggal. Berbicara tentang kesehatan
maka tidak dapat dipisahkan dengan gangguan kesehatan atau penyakit.
Gangguan kesehatan usia lanjut bersifat khas yang timbul akibat perubahan
fisiologik dan penurunan status fungsional. Penyakit yang sering muncul
akibat perubahan ini adalah hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Sheps, 2005).
Kejadian yang tidak menyenangkan sering dialami oleh pasien
berkaitan dengan terapi obat seperti disebutkan oleh: Cipolle dkk., (1998)
yang menyatakan bahwa Drug Related Problems (DRP’s) dapat juga
dikatakan sebagai suatu pengalaman atau kejadian yang tidak menyenangkan
yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau diduga berkaitan dengan
terapi obat dan secara aktual maupun potensial mempengaruhi outcome terapi
pasien.
Menurut Fradgley (2003) pasien lanjut usia mempunyai resiko yang
lebih tinggi atas terjadinya interaksi obat karena beberapa sebab: pasien lebih
berkemungkinanan untuk memperoleh terapi berbagai macam obat; sering
kali memiliki gangguan fungsi ginjal dan hati; dan pemahaman terhadap
pengobatan yang buruk.
Menurut profil Jawa Tengah tahun 2013, prevalensi hipertensi di Jawa
Tengah tahun 2013 masih sebesar 26,4% dan di salah satu kabupaten di Jawa
Tengah, yaitu Pati, hipertensi termasuk dalam daftar 10 kasus penyakit
terbanyak yang terjadi di kabupaten tersebut. Hal inilah yang mendukung
diadakannya penelitian pada pasien hipertensi khususnya di Kabupaten Pati.
Berkaitan dengan pembahasan dan latar belakang permasalahan maka
penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Drug Related
Problems (DRP’s) Kategori Interaksi Obat Pada Pasien Hipertensi Geriatri di
Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya kejadian DRP’s kategori interaksi obat
pada pengobatan penyakit hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui persentase interaksi yang terjadi pada fase
farmakokinetika dan interaksi farmakodinamik di Instalasi Rawat
Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015.
2) Untuk mengetahui persentase interaksi obat antihipertensi yang
terjadi berdasarkan nilai signifikansinya di Instalasi Rawat Jalan
RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
3
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini dilakukan di
RSUD RAA Soewondo Pati pada bulan Mei 2016. Pengambilan data dilakukan
dengan cara mengambil data sebesar 97 sampel yang memenuhi kriteria
penelitian di rekam medik pasien hipertensi geriatri RSUD RAA Soewondo Pati
periode Juli-Desember 2015.
Data yang diperoleh dianalisis terhadap Drug Related Problems (DRP’s)
kategori interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan
RSUD RAA Soewondo Pati dan disajikan secara diskriptif untuk mengetahui
karakteristik pasien, pola pengobatan antihipertensi, jumlah pasien yang
mengalami kejadian interaksi obat antihipertensi, dan identifikasi interaksi obat
antihipertensi berdasarkan interaksi farmakokinetik, farmakodinamik dan nilai
signifikan. Analisis adanya interaksi obat menggunakan buku-buku standar
berupa Drug Interaction Facts dari Tatro (2012) dan Drug Interaction dari
Stockley (2008)
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Karakteristik Pasien Hipertensi Geriatri
a) Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, dan Tipe Derajat Hipertensi
Tabel 1. Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin, dan Tipe Derajat Hipertensi di Instalasi
Rawat Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember
2015
Umur
Jenis
(tahun)
Kelamin
65-74 Laki-Laki
Perempuan
75-90 Laki-Laki
Perempuan
>90
Laki-Laki
Perempuan
Diagnosa
Hipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hipertensi stage 3
Total
Tekanan
Darah
140-159
160-179
≥180
140-159
160-179
≥180
140-159
160-179
≥180
140-159
160-179
≥180
140-159
160-179
≥180
140-159
160-179
≥180
Jumlah
(orang)
6
17
7
13
23
6
2
8
1
4
6
3
1
97
Persentase
(%)
6,18
17,53
7,22
13,40
23,71
6,19
2,06
8,25
1,03
4,12
6,19
3,09
0,00
1,03
0,00
0,00
0,00
0,00
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien yang
paling banyak adalah pada pasien hipertensi geriatri dengan jenis
kelamin perempuan dan umur antara 65-74 dengan hipertensi stage 2.
4
Hal ini kemungkinan terjadi karena pada usia 65 tahun keatas terjadi
ketuaan secara normal terhadap sistem kardiovaskuler. Perubahan ini
menyebabkan penurunan elastisitas aorta dan pembuluh darah yang
besar. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik
(TDS). (Kuswardhani, 2005). Sedangkan pada pasien perempuan lebih
banyak menderita hipertensi disebabkan karena perubahan hormon
estrogen yang dialami oleh perempuan setelah menopause. Seperti
penjelasan oleh Kumar (2005) menyatakan bahwa peran hormon
estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor
pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan hormon estrogen dianggap sebagai adanya imunitas
wanita. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan.
b) Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Penyakit Penyerta
Tabel 2. Distribusi Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan
Penyakit Penyerta di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA
Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
No.
Penyakit
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Diabetes Mellitus (DM)
Dyspepsia
Dislipidemia
Osteartritis
Vertigo
Gastritis
Bronchitis
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Chepalgia
ISPA
SNH
Neurophati
Gout
Ulkus
Disuria
Stomatitis
Edema
Struma
Total pasien
Jumlah
(Orang)
25
22
15
15
6
6
3
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
97
Persentase
(%)
25,77
22,68
15,46
15,46
6,19
6,19
2,09
2,09
2,06
2,06
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
Keterangan: ISPA
: Infeksi Saluran Pernapasan Atas
SNH
: Stroke Non Hemoragik
Hasil penelitian menunjukkan penyakit penyerta yang paling
banyak terjadi adalah diabetes mellitus yaitu sebanyak 25 kasus
(25,77%). Hal ini kemungkinan terjadi karena pasien geriatri
mengalami gangguan metabolisme glukosa akibat faktor usia yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah. Akibatnya
hormon insulin tidak mampu mengubah gula yang lebih tersebut dan
5
kepekaan terhadap insulin akan berkurang. Mekanisme ini dapat
menyebabkan tekanan arteri meningkat (Saseen and Carter, 2009).
c) Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Obat
Antihipertensi
Tabel 3. Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri
Berdasarkan Obat Antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan
RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
No.
Golongan
1.
CCB (Calcium Channel Blockers)
2.
ARB (Angiotensin Receptor
Blocker)
3.
4.
ACE inhibitor (Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor)
Diuretik
5.
Beta bloker
6.
Kombinasi
Total
Nama Obat
(generik)
Amlodipin
Nifedipin
Valsartan
Candesartan
Irbesartan
Losartan
Captopril
Ramipril
Furosemid
Spironolakton
Bisoprolol
Carvedilol
Propanolol
Amlodipin+valsartan
Amlodipin+bisoprolol
Amlodipin+furosemid
Candesartan+furosemid
Candesartan+diltiazem
Amlodipin+irbesartan
Amlodipin+candesartan
Candesartan+spironolakton
Amlodipin+ramipril
Amlodipin+captopril
Amlodipin+spironolakton
Bisoprolol+nifedipin
Losartan+carvedilol
Furosemid+nifedipin
Jumlah
(orang)
48
4
25
7
2
1
8
1
8
3
13
3
4
8
7
3
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
160
Persentase
(%)
30,00
2,50
15,63
4,38
1,25
0,62
5,00
0,62
5,00
1,88
8,13
1,88
2,50
5,00
4,38
1,88
1,25
1,25
1,25
1,25
0,62
0,62
0,62
0,62
0,62
0,62
0,62
100
Hasil penelitian menunjukkan jenis obat antihipertensi yang
paling banyak digunakan adalah golongan CCB (Calcium Channel
Blocker) sebesar 30%. Obat golongan CCB bekerja dengan cara
mencegah atau menghambat masuknya ion-ion kalsium kedalam sel-sel
otot polos pembuluh darah dan tekanan darah menurun (Karyadi, 2002).
Saseen dan Carter (2005) menyatakan bahwa CCB merupakan salah
satu golongan antihipertensi tahap pertama dan dapat mengurangi
kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pasien lanjut usia dengan
hipertensi sistolik. Antagonis kalsium terbukti memiliki efektifitas,
keamanan dan dapat ditoleransi oleh pasien lanjut usia (Harvey dan
Woorward, 2001).
6
d) Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan Obat Non
Antihipertensi
Tabel 4. Pola Pengobatan Pasien Hipertensi Geriatri Berdasarkan
Obat Non Antihipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD RAA
Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Nama Obat
(generik)
Analgesik dan
Glukosamin
antiinflamasi
Parasetamol
Meloxicam
Dexketoprofen
Ketoprofen
K-diklofenac
Asam mefenamat
Kortikosteroid
Methyl prednisolon
Dexamethason
Obat saluran cerna
Ranitidine
Sukralfat
Lansoprazol
Omeprazol
Rebamipid
Antasida
Antibiotic
Amoxicillin
Cefixim
Co-amoxiclav
Ciprofloxacin
Thiamfenicol
Antidiabetik
Metformin
Gliquidon
Glimepirid
Glicazide
Pioglithazon
Antikolestrol
Atorvastatin
Simvastatin
Gemfibrozil
Lovastatin
Obat batuk dan
Ambroxol
mukolitik
Codein
Antiemetic
Domperidon
Neuroleptik
Diazepam
Aprazolam
Neurotonik/neurotropik Piracetam
Antitiroid
PTU (Propiltiourasil)
Antiangina
ISDN (Isosorbid Dinitrat)
Antitrombotik
Aspilet
Glikosida jantung
Digoksin
Preparat gout
Allopurinol
Obat hypokalemia
Potassium chloride
Antidepresan trisiklik
Amitriptilin
Obat sariawan
Nystatin
Obat vertigo
Betahistin
Total
Golongan
Jumlah
(orang)
4
6
3
4
4
4
1
3
1
16
17
16
5
16
1
7
5
2
1
1
19
5
11
3
1
10
5
2
1
1
7
3
1
1
3
1
8
3
4
6
2
1
1
7
223
Persentase
(%)
1,79
2,69
1,35
1,79
1,79
1,79
0,45
1,35
0,45
7,17
7,62
7,17
2,24
7,17
0,45
3,14
2,24
0,90
0,45
0,45
8,52
2,24
4,92
1,35
0,45
4,48
2,24
0,90
0,45
0,45
3,14
1,35
0,45
0,45
1,35
0,45
3,60
1,35
1,79
2,69
0,90
0,45
0,45
3,14
100
7
Hasil penelitian menunjukkan jenis obat yang digunakan
bersamaan dengan terapi hipertensi yang paling sering digunakan
adalah metformin yang merupakan obat antidiabetes golongan biguanid
yang bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
insulin yang diproduksi oleh tubuh, tidak merangsang peningkatan
produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat
hipokalemia (Tjay dan Rahardja, 2002).
2) Interaksi Obat
a) Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme dan Level Signifikansi
Tabel 5. Interaksi Obat Berdasarkan Mekanisme dan Level
Signifikansi pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
Nilai
Signifikansi
1
2
4
5
Obat A
Obat B
Digoksin
Candesartan
Glimepirid
Nifedipin
Diltiazem
Bisoprolol
Aspirin
Parasetamol
Nifedipin
Furosemid
Spironolakton
Captopril
Ranitidine
Ranitidine
Nifedipin
Furosemid
Furosemid
Omeprazol
Total
Mekanisme
Interaksi
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Tidak diketahui
Farmakodinamik
Tidak diketahui
Jumlah
kasus
3
1
2
1
1
1
1
2
1
13
Persentase
(%)
8,82
2,94
5,88
2,94
2,94
2,94
2,94
5,88
2,94
Keterangan: Obat A = obat yang dipengaruhi
Obat B = obat yang mempengaruhi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan mekanismenya
interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah pada fase
farmakokinetik sebanyak 24 kasus (70,59%). Beberapa obat memiliki
mekanisme interaksi yang belum atau tidak diketahui. Hal ini
dimungkinkan karena beberapa obat dapat berinteraksi dengan tidak
hanya satu mekanisme tetapi dapat dua atau lebih mekanisme
(Stockley, 2008).
Berdasarkan level signifikansinya terjadi 4 kasus (11,76%)
interaksi yang mempunyai level signifikansi 1, 3 kasus (8,82%) dengan
level signifikansi 2, 2 kasus (5,88%) dengan level signifikansi 4, 4
kasus (11,76%) dengan level signifikansi 5 dan tidak ditemukan
interaksi dengan level signifikansi 3 pada penelitian ini, serta terdapat
21 kasus (61,76%) interaksi obat yang belum dikerahui level
signifikansinya.
Jenis interaksi yang memiliki jumlah kejadian paling tinggi yaitu
interaksi antara obat furosemid dengan digoksin sebesar 8,82%.
Interaksi yang terjadi antara obat furosemid dengan digoksin memiliki
level signifikansi 1 dan masuk dalam keparahan mayor. Efek yang
mungkin timbul akibat interaksi ini adalah furosemid menginduksi
gangguan elektrolit sehingga mengakibatkan terjadinya aritmia yang
diinduksi oleh digoksin. Mekanisme yang terjadi yaitu meningkatkan
8
ekskresi kalium dan magnesium yang mempengaruhi kerja otot jantung
serta faktor-faktor lain mungkin terlibat. Perlu dilakukan pengukuran
kadar kalium darah ketika menggunakan kombinasi obat ini. Disamping
itu juga dapat dilakukan pemberian suplemen pada pasien dengan kadar
kalium yang rendah untuk pencegahan kehilangan kalium dengan diet
pembatasan natrium atau penambahan diuretik hemat kalium juga
bermanfaat (Tatro, 2012).
b) Interaksi Obat yang Belum Diketahui Level Signifikansinya
Beberapa dari interaksi obat belum diketahui level signifikansinya
karena belum terdaftar pada monograf interaksi obat dalam Drug
Interaction Fact (Tatro, 2012). Hal ini kemungkinan karena adanya
interaksi obat yang belum dilaporkan, sehingga keterangan interaksi
obat dilihat dari Stockley (2008).
Tabel 6. Interaksi Obat yang Belum Diketahui Level
Signifikansinya pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat
Jalan RSUD RAA Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2015
Obat A
Amlodipin
Digoksin
Amlodipin
Amlodipin
Diltiazem
Amoxicillin
Nifedipin
Propranolol
Obat B
Valsartan
Amlodipin
Atorvastatin
Simvastatin
Glicazide
Nifedipin
K-diklofenak
Lansoprazol
Total
Mekanisme
Farmakokinetik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
Tidak diketahui
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Jumah
kasus
8
2
4
3
1
1
1
1
21
Persentase
(%)
23,53
5,88
11,76
8,82
2,94
2,94
2,94
2,94
Keterangan: Obat A = obat yang dipengaruhi
Obat B = obat yang mempengaruhi
Hasil penelitian menunjukkan interaksi yang sering terjadi yaitu
antara amlodipin dengan valsartan. Interaksi antara amlodipin dengan
valsartan belum diketahui level signifikansinya. Tidak ada interaksi
farmakokinetik secara signifikan yang terjadi antara kedua obat ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Champlain., dkk (2007) pada 47 pasien
dengan Tekanan Darah Diastol (TDD) 95 mmHg dan 110 mmHg.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi dengan
amlodipin/valsartan tidak menurunkan aktivitas simpatetik yang
diinduksi oleh amlodipin. Aksi menurunkan tekanan darah dari
valsartan dapat dimediasi sebagian oleh penghambatan baroreflek
simpatetik pada pasien hipertensi.
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi Drug Related Problems
(DRP’s) kategori interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat
jalan RSUD RAA Soewondo Pati periode Juli-Desember 2015 dapat didapatkan
kesimpulan seagai berikut:
1. Interaksi obat terjadi pada 27 (27,84%) pasien dengan jumlah kasus
interaksi sebanyak 34 kasus.
9
2. Interaksi obat yang terjadi pada fase farmakokinetik sebanyak 24
kasus (70,59%), interaksi farmakodinamik sebanyak 7 kasus
(20,59%), dan interaksi yang tidak diketahui mekanismenya sebanyak
3 kasus (8,82%).
3. Berdasarkan level signifikansinya terjadi 4 kasus (11,76%) interaksi
yang mempunyai level signifikansi 1, 3 kasus (8,82%) dengan level
signifikansi 2, 2 kasus (5,88%) dengan level signifikansi 4, 4 kasus
(11,76%) dengan level signifikansi 5 dan tidak ditemukan interaksi
dengan level signifikansi 3, serta terdapat 21 kasus (61,76%) interaksi
obat yang belum diketahui level signifikansinya.
E. UCAPAN TERIMA KASIH
Seluruh civitas akademika STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Ketua Program
Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes,
Dosen Pembimbing I Dian Oktianti, S.Far.,M.Sc.,Apt., Dosen Pembimbing II
Nova Hasani F,S.Farm., M.Sc., Apt.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Champlain, J., dkk. (2007). Effects of Valsartan or Amlodipine Alone or
in Combination on Plasma Catecholamine Levels at Rest and During
Standing in Hypertensive Patients. J Clin Hypertens: Canada.
2. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C., (1998). Pharmaceutical Care
Practice,. McGraw-Hill. New York.
3. Dinkes Pati. (2013). Data Kasus Hipertensi Kabupaten Pati. DKK: Pati.
4. Fradgley, S., (2003). Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan,C.K.,
Prayitno,A., Farmasi Klinis. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
5. Harvey, P. A,. And Woodward, M. C., (2001). Management of
Hypertention in Older People, Geriatric Therapeutics, Aged Care Servis
Austin and Repatriation Medical Centre: Victoria.
6. Karyadi, E. (2002). Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat dan
Jantung Koroner. Intisari Mediatama: Jakarta.
7. Kumar V, A. A. (2005). Pathologic Basic of Disease. Elsavier Saunders:
Philadelphia.
8. Kuswardhani, R, A, T. (2005). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut
Usia. Jurnal Penyakit Dalam Volume 7. Nomor 2. FK Unud: Denpasar.
9. Saseen, J.J., Carter, B.L., (2005). Hypertention, in DiPiro, J.T., Talbert,
R.L., Yee, G.c., Matzke, G.r., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds),
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth edition. Appleton
and Lange: USA
10. Saseen, J.J., dan Carter, B.L. (2009). Essential Hypertension, in : Koda
Kimble, M.A.,Young, L.Y., Kradjan, W. A., Gugleolmo, B.J., Alldredge,
B.K., dan Corelli,R.L., editors. Applied Therapeutics the Clinical Use of
Drugs. Ninth Edition. New York: Lippicont Williams & Wilkin, Chapter :
13.
11. Sheps, Sheldon, G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Darah Tinggi. PT Intisari Mediatama: Jakarta.
12. Stockley, I.H. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Edisi kedelapan.
Pharmaceutical Press: Great Britain.
10
13. Tatro, D.S. (2001). Drug Interaction Facts, Edisi kelima, St Louis
Missouri: A Wolters Kluwer Company:USA
14. Tjay, H. T., dan Rahardja, K., (2002), Obat-Obat Penting: Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, Edisi V. Gramedia: Jakarta.
11
Download