PRIORITAS PENGELOLAAN ZONA KONSERVASI AIR TANAH DI

advertisement
PRIORITAS PENGELOLAAN ZONA KONSERVASI AIR
TANAH DI KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Management Priority of Groundwater Conservation Zone in Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Rezha Ramadhika1 ,Heru Hendrayana2
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah
merupakan salah satu upaya untuk mencegah
degradasi kuantitas dan kualitas air tanah yang
didasarkan pada konsep Pengelolaan Cekungan
Air Tanah (CAT), sehingga dapat digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan program
pengelolaan air tanah di Kabupaten Kulon Progo.
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mengetahui
konfigurasi dan sistem akuifer CAT, (b)
menentukan kondisi batas CAT secara lateral dan
vertikal, (c) menentukan nilai dari parameter
yang digunakan dalam penentuan zona
konservasi, dan (d) menentukan prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah. Metode
yang digunakan untuk penentuan prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah dengan
menentukan
nilai
parameter
prioritas
pengelolaan, yaitu: (a) keterdapatan dan potensi
air tanah, (b) kedudukan muka air tanah, (c)
kualitas air tanah, (d) lingkungan air tanah, (e)
ketersediaan sumber air selain air tanah, (f)
prioritas pemanfaatan air tanah, serta (g)
kepentingan masyarakat dan pembangunan.
Kemudian dengan teknik pembobotan dan
penampalan dari setiap parameter dapat
ditentukan prioritas pengelolaan zona konservasi
air tanah pada daerah penelitian. Daerah
penelitian terdapat dua cekungan air tanah yaitu
CAT Wates dan CAT yang belum ditetapkan.
Hidrogeologi daerah penelitian merupakan sistem
akuifer pantai yang terdiri dari Subsistem Aluvial
Pantai dengan litologi endapan pasir-lempung
dan lensa-lensa pasir serta Subsistem Gumuk
Pasir dengan litologi endapan pasir lepas. Dasar
akuifer tersusun oleh batuan Tersier bersifat
relatif kedap air. Tipe akuifer utama adalah
akuifer bebas dengan ketebalan semakin
bertambah dari utara ke selatan. Arah aliran air
tanah relatif utara – selatan. Prioritas pengelolaan
zona konservasi air tanah di daerah penelitian
terbagi menjadi 4 zona, yaitu Zona Prioritas I, I,
III dan IV.
Kata Kunci : Cekungan Air Tanah, Konfigurasi
dan Sistem Akuifer, Zona Konservasi, Prioritas
Pengelolaan
ABSTRACT
Management
priority
of
groundwater
conservation zone is an effort to prevent the
degradation of the quantity and quality of
groundwater based on Groundwater Basin
(GWB) Management concept, which can be used
as a reference in the implementation of
groundwater management program in Kulon
Progo. The purpose of this study were (a)
determine the configuration and aquifer system
of GWB, (b) determine the boundary conditions
of GWB laterally and vertically, (c) determining
the values of the parameters used in
determination of conservation zones, and (d)
determining the management priority of
groundwater conservation zones. The method
used to determine the management priority of
groundwater conservation zones by determining
the value of the parameter management
1
priorities, namely: (a) availability and potential
groundwater, (b) the position of the groundwater
level, (c) the quality of groundwater, (d)
environment of groundwater, (e) the availability
of sources of water other than groundwater, (f)
the priority use of groundwater, and (g) the
importance of society and development. Then the
weighting technique and overlaying of each
parameter can be specified management priority
of groundwater conservation zones in the study
area. The area of research there are two
groundwater basins, namely Wates GWB and
Unassigned GWB. Hydrogeological of study area
is a coastal aquifer system consisting of alluvialbeach subsystems with sand-clay lithology and
some sand lenses, and then sand dunes subsystem
with loose sand sediment lithology. Basement
aquifer composed of Tertiary rocks are relatively
impermeable. The type of main aquifer is a freeboundary aquifer with thickness increasing from
north to south. Direction of groundwater flow
relatively from north to south. Management
priority of groundwater conservation zones in the
study area is divided into four zones, namely
Zone Priority I, I, III and IV.
Keywords : Groundwater Basin, Configuration
and Aquifer System, Conservation Zone,
Management Priority
PENDAHULUAN
Pada
umumnya
kegiatan
manusia
mempengaruhi kondisi lingkungan, khususnya
lingkungan air tanah akibat kegiatan industri,
daerah permukiman dan kegiatan pertanian.
Menurut Hendrayana dan Putra, 2008, dalam
upaya mencegah degradasi kuantitas dan kualitas
air tanah, konservasi air tanah merupakan salah
satu komponen penting dalam pengelolaan air
2
tanah yang berkelanjutan. Dalam penentuan zona
konservasi perlu dilakukan identifikasi geometri
dan konfigurasi Cekungan Air Tanah di
Kabupaten Kulon Progo untuk mengetahui ruang
lingkup daerah penelitan. Hasil dari penelitian ini
menghasilkan geometri dan konfigurasi sistem
akuifer, zona konservasi dan prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah pada
Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian, hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk menjadi acuan pemerintah dalam
melaksanakan program kerja kegiatan konservasi
di Kabupaten Kulon Progo dan pengelolaan air
tanah secara berkelanjutan dapat tercapai.
LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian mencakup seluruh
wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo
dengan luas wilayah sekitar 586.3 km2.
Geomorfologi Regional
Menurut Van Bemmelen (1949) daerah
penelitian secara geomorfologi dapat dibedakan
menjadi 6 (enam) satuan geomorfologi sebagai
berikut: (a) Satuan Pegunungan Kulon Progo, (b)
Satuan Perbukitan Sentolo, (c) Satuan Teras
Progo, (d) Satuan Dataran Aluvial, (e) Satuan
Dataran Pantai dan (f) Satuan Gumuk Pasir.
Stratigrafi Regional
Menurut penelitian Rahardjo, 1977,
Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 5 (lima)
formasi berumur Tersier dan 2 (dua) formasi
berumur Kuarter.
Batuan Tersier ini merupakan basement
dari CAT di Kabupaten Kulon Progo yaitu
Formasi Nanggulan, Andesit Tua, Kebo Butak,
Jonggrangan dan Sentolo. Sedangkan batuan
kuarter merupakan pengisi dari cekungan air
tanah, meliputi Formasi Volkanik Merapi Muda
dan Endapan alluvium.
METODE
Dalam
metodologi
penentuan
prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah di
Kabupaten Kulon Progo yang pertama kali
dilakukan adalah menentukan konfigurasi dan
geometri sistem akuifer dari CAT yang ada pada
daerah tersebut dengan korelasi data hasil survey
geolistrik yang tersebar di daerah penelitian,
baik yang berasal sekunder maupun data primer.
Kemudian pengumpulan data yang diperlukan
pengelolaan zona konservasi air tanah. Secara
rinci dapat dilihat pada diagram alir (lihat
Gambar 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Batas CAT
Cekungan Air Tanah (CAT) atau
groundwater basin adalah suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian
hidrogeologis
seperti
proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
sebagai parameter konservasi air tanah. Setelah
itu dengan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process) dilakukan pembobotan sesuai prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah. Terakhir
dilakukan penampalan untuk mendapatkan zona
konservasi air tanah dan peta prioritas
berlangsung (PP No. 43, 2008).
Berdasarkan hasil identifikasi oleh Badan
Geologi, Departemen ESDM, tahun 2007, maka
Kabupaten Kulon Progo memiliki dua cekungan
air tanah, yaitu Cekungan Air Tanah Wates yang
merupakan CAT No. 45 dan pada bagian utara
3
dari CAT Wates terdapat satu CAT yang belum
di tetapkan namun pada penelitian kali ini akan
diusulkan nama
CAT
Menoreh untuk
memudahkan identifikasi. Peta Batas Cekungan
Air Tanah di Kabupaten Kulon Progo dapat
dilihat pada Gambar 2.
Batas Horisontal CAT Wates
Tipe dan batas horisontal CAT Wates dapat
ditentukan dari hasil korelasi data survey
geolistrik sebagai berikut (lihat (Gambar 3): (a)
Batas Horisontal H2 (Groundwater Divide), (b)
Batas Horisontal H3 (External Head-Controlled
Boundary), (c) Batas Horisontal H4 (Inflow
Boundary) dan (d) Batas Horisontal H5 (Outflow
Boundary).
Batas Vertikal CAT Wates
Tipe dan batas vertikal CAT Wates dapat
ditentukan dari hasil korelasi data survey
geolistrik sebagai berikut (lihat Gambar 4) : (a)
Batas Vertikal V1 (Free Surface Boundary). (b)
Batas Vertikal V2 (Internal Head-Controlled
Boundary) dan (c) Batas Vertikal V3 (Internal
Zero-Flow/No Flow Boundary).
Konfigurasi Sistem Akuifer CAT Wates
Berdasarkan konsep satuan hidrostratigrafi,
maka konfigurasi sistem akuifer di CAT Wates
termasuk ke dalam Sistem Akuifer Pantai
(Coastal Aquifer System) dan memiliki 2 (dua)
subsistem (lihat Gambar 4) yaitu :
 Subsistem Alluvial - Pantai (Kelompok
Akuifer 1)
 Subsistem Gumuk Pasir (Kelompok
Akuifer 2)
 Dasar Akuifer / Kelompok Non Akuifer
Secara geomorfologis rangkaian Perbukitan
Kulonprogo dan Perbukitan Sentolo yang
tersusun oleh batuan Tersier juga membatasi
CAT Wates berturut-turut di bagian barat laut
dan timur laut. Sedangkan secara geologis, CAT
Wates dibatasi oleh Formasi Kebo Butak,
Andesit Tua dan Sentolo. Litologi utama
penyusun CAT Wates adalah Formasi Wates dan
sebagian Formasi Yogyakarta serta endapan
Merapi
Muda
pada
bagian
timur
(Kusumayudha,2010).
Secara umum air tanah mengalir dari utara
ke selatan dengan landaian hidraulika yang
secara bergradasi semakin kecil (lihat Gambar 8).
Di daerah selatan, terdapat subsistem gumuk
4
pasir yang memiliki pola aliran cenderung
berlawanan yaitu utara – selatan mengikuti pola
morfologi dari gumuk pasir tersebut secara local
(Santosa,2010).
Di dalam CAT Wates, semakin ke arah
selatan terjadi penurunan gradien topografi yang
disertai dengan penurunan gradien hidraulika
serta nilai-nilai karakteristik akuifer, sehingga
kecepatan aliran air tanah ke arah selatan juga
akan semakin berkurang.
Ketebalan sistem akuifer CAT Wates sangat
beragam, secara umum ketebalan semakin
bertambah besar ke arah selatan dengan
ketebalan akuifer mencapai lebih dari 70 meter di
daerah Pantai Temon, sedangkan di daerah Pantai
Wates mencapai sekitar 50 meter. Ketebalan
akuifer ini berkurang menuju tepian cekungan
bagian utara, barat dan timur menjadi sekitar 30
m.
Berdasarkan data log bor, dapat diketahui
bahwa endapan Kuarter Wates yang menyusun
daerah dataran Wates atau daerah lepasan air
tanah di bagian selatan, merupakan campuran
dari rombakan dari Formasi Sentolo, Kebo Butak
dan Andesit Tua. Pada log litologi tersebut dapat
diketahui adanya pecahan batugamping dan
koral. Serta pengaruh fluvial tersusun dari
endapan material lempung, lanau, pasir halus
serta lensa pasir dan lempung yang berada di
sekitar aliran Kali Serang (Kinanda,2016). Dapat
disimpulkan, bahwa lensa pasir dan lempung
yang berada diantara lempung pasir tersebut
merupakan hasil proses fluviatil.
Konfigurasi secara horisontal dan vertikal
dari penyebaran masing-masing kelompok
akuifer utama dan dasar akuifer / kelompok non
akuifer, dapat dilihat pada Konfigurasi
hidrostratigrafi sistem akuifer CAT Wates
(Utara-Selatan) (Gambar 6) dan Konfigurasi
hidrostratigrafi sistem akuifer CAT Wates (BaratTimur) (Gambar 7). Seluruh konfigurasi
hidrostratigrafi tersebut memiliki persebaran
pada Peta lokasi sumur bor dan survey geolistrik
di CAT Wates (Gambar 5).
Batas Horisontal CAT Menoreh
Tipe dan batas horisontal CAT Menoreh
dapat ditentukan dari hasil interpretasi Peta
Geologi, dengan batas berupa Batas Horisontal
H2 dan Batas Horisontal H5 (lihat Gambar 8).
Batas Vertikal CAT Menoreh
Tipe dan batas vertikal CAT Menoreh dapat
ditentukan dari hasil interpretasi Peta Geologi
dengan batas sebagai berikut (lihat Gambar 9) :
(a) Batas Vertikal V1 (Free Surface Boundary).
(b) Batas Vertikal V2 (Internal Head-Controlled
Boundary) dan (c) Batas Vertikal V3 (Internal
Zero-Flow/No Flow Boundary).
Konfigurasi Sistem Akuifer CAT Menoreh
Sistem akuifer CAT Menoreh merupakan
kelompok akuifer koluvium yang berupa endapan
berumur
Kuarter.
Berdasarkan
profil
hidrostratigrafi
dapat
diketahui,
bahwa
persebaran dari kelompok akuifer koluvium
mengikuti morfologi dari daerah CAT tersebut
(lihat Gambar 11). Hal tersebut dipengaruhi
karena kelompok akuifer ini terbentuk dari
material hasil pelapukan maupun rombakan dari
formasi yang berumur Tersier. Sehingga
ketebalan dari kelompok akuifer ini terpengaruh
dari tingkat pelapukan dari daerah tersebut.Pada
daerah penelitian ketebalan berkisar antara 10-20
meter. Namun juga beberapa tempat juga
ditemukan ketebalan hingga mencapai 30 meter.
Untuk daerah di bagian barat CAT
Menoreh tersusun oleh litologi yang didominasi
oleh endapan hasil rombakan dan lapukan dari
Formasi Kebo Butak dan Andesit Tua yang
terdiri dari pasir tufan, batupasir, lempung, lanau
dan lensa lempung-lanau, sedangkan pada bagian
selatan CAT Menoreh didominasi oleh endapan
hasil pelapukan Formasi Sentolo yang terdiri dari
lapukan lempung pasir, lempung gampingan dan
lensa-lensa pasir.
Sedangkan pada bagian timur CAT
Menoreh di sepanjang aliran Kali Progo terdapat
endapan Merapi Muda yang merupakan endapan
fluviovolkanik, yaitu adanya pengaruh proses
fluviatil pada saat pengendapannya tersusun oleh
pasir kasar, pasir konglomeratan sampai pasir
sedang-halus.
Secara umum, kelompok akuifer
Koluvium menunjukkan produktivitas sedang
hingga tinggi dan didominasi kedalaman muka
air tanah sekitar 3 meter dari permukaan tanah
namun juga ditemukan beberapa tempat yang
setempat yang ditemukan kedalaman mencapai
hingga 15 meter. Kelompok akuifer Koluvium ini
termasuk kedalam kelompok akuifer bebas.
Berdasarkan profil hidrogeologi pada
sistem akuifer CAT Menoreh dapat diketahui
dasar dari sistem akuifer ini merupakan batuan
berumur Tersier. Berdasarkan profil hidrogeologi
tersebut juga dapat disimpulkan, bahwa CAT
Menoreh dilandasi batuan Tersier dari Formasi
Sentolo, Kebo Butak dan Andesit Tua.
Berdasarkan sifat fisik dan karakteristik
hidraulika yang tercermin pada nilai-nilai
karakteristik akuifer (seperti nilai K, T dan S),
maka batuan-batuan berumur Tersier tersebut
berfsifat sebagai lapisan non akuifer dan
berfungsi sebagai dasar akuifer (aquifer
basement) atau dasar cekungan (basin basement)
dari sistem akuifer CAT Menoreh, dan disebut
sebagai Kelompok Non Akuifer.
Parameter Zona Konservasi
Daerah imbuhan dan lepasan air tanah
Penentuan batas antara daerah imbuhan
air tanah dan daerah lepasan air tanah sangat
penting dalam menyusun rancangan penetapan
cekungan air tanah. Menurut penelitian
Hendrayana & Vicente, 2015, batas daerah
imbuhan air tanah dan daerah lepasan air tanah di
Kabupaten Kulon Progo ditetapkan melalui
analisis data geologi dan hidrogeologi yang ada,
yaitu dengan mendasarkan metoda sebagai
berikut :
 Analisis morfologi tekuk lereng
 Analisis pemunculan mata air
 Analisis kedudukan dan kerapatan kontur
muka air tanah
 Hubungan antara kedudukan muka air tanah
dan air permukaan
Daerah resapan dan imbuhan (lihat
Gambar 12) berkaitan dengan ketersediaan air
tanah pada CAT yang saling berhubungan satu
sama lainnya, karena apabila sistem pada daerah
resapan terganggu keseimbangannya maka akan
merusak sistem yang ada pada daerah lepasan air
tanah, sehingga secara umum akan merusak
keseluruhan sistem air tanah pada Kabupaten
Kulon Progo.
Elevasi dari daerah imbuhan CAT Wates
(recharge area) terletak antara elevasi 15 m sd
25 m dml dan daerah lepasan (discharge area)
mempunyai elevasi antara 15 sd 0 m dml. Daerah
imbuhan mempunyai garis kontur elevasi muka
air tanah relatif lebih rapat dibandingkan daerah
lepasan yang mimiliki garis kontur elevasi muka
air tanah yang jarang. Persebaran daerah imbuhan
air tanah berada pada bagian utara di CAT Wates
yang memiliki kontur mulai meninggi.
5
Sedangkan untuk daerah lepasannya berada pada
bagian yang lebih datar berada diselatan daerah
imbuhan air tanah.
Elevasi dari daerah imbuhan CAT
Menoreh (recharge area) terletak antara elevasi
90 m sd 700 m dml dan daerah lepasan
(discharge area) mempunyai elevasi antara 20 sd
225 m dml. Daerah imbuhan mempunyai garis
kontur elevasi muka air tanah relatif lebih rapat
dibandingkan daerah lepasan yang mimiliki garis
kontur elevasi muka air tanah yang jarang.
Persebaran daerah imbuhan air tanah berada pada
bagian barat di CAT Menoreh yang memiliki
kontur mulai meninggi. Sedangkan untuk daerah
lepasannya berada pada bagian yang lebih datar
berada diselatan daerah imbuhan air tanah.
berupa batuan breksi dan andesit yang memiliki
nilai permeabilitas yang rendah.
Zona perlindungan mata air
Zona perlindungan mata air merupakan
kawasan semu dengan radius 1000 meter yang
ditentukan oleh persebaran mata air pada
Kabupaten Kulon Progo yang berkaitan dengan
sumber air strategis untuk kepentingan umum.
Kawasan ini diperlukan untuk melindungi
keberlanjutan pemanfaatan air tanah pada mata
air. Kabupaten Kulon Progo sendiri terdapat
beberapa mata air dengan debit yang berarti (lihat
Gambar 13)
Kualitas air tanah
Daya hantar listrik adalah salah satu
parameter kualitas kimia air tanah yang
menunjukan sifat menghantarkan listrik dari air.
Air yang banyak mengandung garam akan
mempunyai
harga
daya
hantar
listrik.
Berdasarkan nilai daya hantar listrik dapat dibuat
klasifikasi air seperti pada Tabel 1, kualitas air
tanah di Kabupaten Kulon Progo pada umumnya
termasuk Aman dan Aman Sekali (lihat Gambar
16). Namun ditemukan setempat pada Kecamatan
Panjatan yang termasuk kedalam zona rawan.
Karakteristik potensi akuifer
Potensi akuifer berhubungan dengan
jumlah besarnya air tanah yang dapat
dimanfaatkan pada Kabupaten Kulon Progo.
Pada penelitian ini menggunakan nilai
transmissivitas sebagai parameter karakteristik
potensi
akuifer.
Besar
kecilnya
nilai
transmissivitas pada Kabupaten Kulon Progo
akan berpengaruh terhadap besarnya kemampuan
ketersediaan air tanah yang dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Nilai transmisivitas dari
Kabupaten Kulon Progo sebagian besar berkisar
510 m2/hari yang termasuk kedalam nilai cukup
tinggi yang melampar merata di bagian selatan
wilayah penelitian (lihat Gambar 14). Hal ini
dipengaruhi litologi penyusun daerah tersebut
berupa endapan kuarter dari Formasi Wates dan
Yogyakarta serta Endapan Merapi Muda. Pada
bagian utara Kabupaten Kulon Progo juga
terdapat nilai transmissivitas kurang dari 100
m2/hari yang termasuk kedalam nilai rendah,
tersebar pada bagian barat daerah penelitian. Hal
ini dipengaruhi litologi penyusun daerah tersebut
6
Kedalaman muka air tanah
Kedalaman muka air tanah umumnya
tergantung pada besar kecilnya pemanfaatan yang
ada pada suatu daerah. Pemanfaatan air tanah
secara berlebihan yang tidak memperhatikan
kuantitas ketersediaan air tanah yang ada akan
dapat menyebabkan bertambahnya kedalaman
muka air tanah di Kabupaten Kulon Progo. Pada
umumnya kedalaman muka air tanah pada
Kabupaten Kulon Progo berada pada 0-5 m dari
permukaan (lihat Gambar 15). Namun ditemukan
setempat pada Kecamatan Temon dan Samigaluh
dengan kedalaman muka air tanah mencapai 10
m.
Tabel 1. Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai Daya
Hantar Listrik (modifikasi Bouwer,1978)
No
1
2
3
Nilai DHL (mikroS/cm )
< 750
750 – 1500
> 1500
Macam air
Baik sekali – baik
Baik – diijinkan
Diijinkan - Tidak dapat dipakai
Pemanfaatan air tanah
Pemanfaatan air tanah ini secara langsung
akan mempengaruhi kondisi akuifer yang ada
sehingga dalam perkembangannya kondisi
akuifer tersebut akan berubah seiring berubahnya
jumlah pemanfaatan air tanah. Oleh karena itu,
pemanfaatan air tanah ini harus diperhatikan
dengan sebaik – baiknya disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga tidak merusak tatanan
akuifer yang telah ada. Potensi degradasi
kuantitas air tanah pada Kabupaten Kulon Progo
dilihat dari pemanfaatan air tanahnya berada di
tingkat tinggi, sedang dan rendah (lihat Gambar
17). Dengan pemanfaatan tertinggi pada
Kecamatan Pengasih dan Sentolo. Sedangkan
pemanfaatan terendah pada Kecamatan Temon.
Klas resiko lahan terhadap degradasi
kuantitas dan kualitas air tanah
Pemanfaatan air tanah akan sangat
berkaitan dengan pemanfaatan lahan yang
berkembang pada suatu daerah. Tata guna lahan
dalam kehidupan manusia merupakan aspek yang
tidak dapat dikesampingkan, karena dalam upaya
manusia memenuhi berbagai kebutuhan dan
keperluan hidupnya manusia memanfaatkan
lahan untuk keperluan yang berbeda-beda.
Perbedaan pemanfaatan tersebut berdasarkan
kebutuhan dari manusia itu sendiri dan
kemampuan, serta kecocokan lahan dalam
penggunaanya. Tiap-tiap pemanfaatan lahan
memiliki
nilai
dan bobotnya
terhadap
pengaruhnya pada prioritas konservasi. Daerah
pada Kabupaten Kulon Progo pada umumnya
digunakan sebagai Tegalan, semak/belukar,
sawah, kebun, dan pemukiman (lihat Gambar
18).
Peta konservasi air tanah
Dengan melakukan penampalan pada 3
parameter utama zona konservasi yaitu
karakteristik potensi akuifer, kedalaman muka air
tanah dan kualitas air tanah, maka daerah pada
Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi 3
zona yaitu Zona Aman, Zona Cukup Aman, Zona
Kurang Aman dan Zona Rawan (lihat Gambar
19).
a. Zona Aman
Potensi air tanah baik dan mempunyai
tingkat kerusakan air tanah AMAN. Zona ini
memiliki potensi air tanah baik, umumnya
kedudukan muka air tanah pada kedalaman
kurang dari 5 m dari permukaan tanah. Nilai
transmissvitas akuifer lebih besar dari 500
m2/hari, nilai konduktvitas hidrolika sebesar 17
m/hari, dengan ketebalan akuifer rata-rata 30 m.
Kualitas air tanah baik dengan nilai DHL < 750
μS/cm. Pada zona ini diperlukan tindakan
perlindungan, pelestarian dan pemantauan
pemanfaatan air tanah dimana pada daerah
dalam CAT Wates, pemanfaatan air tanah dijaga
agar tidak mencapai interface dan pada CAT
Menoreh pemanfaatan air tanah perlu dikontrol
dikarenakan ketebalan akuifer yang cukup tipis,
sehingga sangat memungkinkan terjadinya
degradasi kuantitas.
b. Zona Cukup Aman
Potensi air tanah baik dan mempunyai
tingkat kerusakan air tanah CUKUP AMAN.
Zona ini memiliki potensi air tanah baik,
umumnya kedudukan muka air tanah pada
kedalaman kurang dari 5 m dari permukaan
tanah. Nilai transmissvitas akuifer lebih besar
dari 500 m2/hari, nilai konduktivitas hidrolika
sebesar 17 m/hari, dengan ketebalan akuifer ratarata 30 m. Kualitas air tanah sangat baik dengan
nilai DHL 750 – 1000 μS/cm. Pada zona ini
diperlukan tindakan perlindungan, pelestarian,
pengawetan, pengendalian kualitas air tanah dan
pemantauan pemanfaatan air tanah dimana pada
daerah dalam CAT Wates, pemanfaatan air tanah
dijaga agar tidak mencapai interface dan pada
CAT Menoreh pemanfaatan air tanah perlu
dikontrol dikarenakan ketebalan akuifer yang
cukup tipis, sehingga sangat memungkinkan
terjadinya degradasi kuantitas
c. Zona Kurang Aman
Potensi air tanah baik dan mempunyai
tingkat kerusakan air tanah Kurang Aman. Zona
ini memiliki potensi air tanah baik, umumnya
kedudukan muka air tanah pada kedalaman dari 5
– 10 m dari permukaan tanah. Nilai
transmissvitas akuifer 1 - 100 m2/hari, nilai
konduktivitas hidrolika sebesar 0.01 m/hari,
dengan ketebalan akuifer rata-rata 20 m. Kualitas
air tanah sangat baik dengan nilai DHL < 750
μS/cm. Pada zona ini diperlukan tindakan
perlindungan,
pelestarian,
pengawetan,
pengendalian pemanfaatan air tanah dan
pemantauan.
d. Zona Rawan
Potensi air tanah sedang dan mempunyai
tingkat kerusakan air tanah RAWAN. Zona ini
memiliki potensi air tanah sedang, umumnya
kedudukan muka air tanah pada kedalaman lebih
dari 10 m dari permukaan tanah. Nilai
transmissvitas akuifer 1 - 100 m2/hari, nilai
konduktivitas hidrolika sebesar 0.01 m/hari,
dengan ketebalan akuifer rata-rata 20 m. Kualitas
air tanah sangat baik dengan nilai DHL < 750
μS/cm. Pada zona ini diperlukan tindakan
perlindungan,
pelestarian,
pengawetan,
pemantauan, pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan air tanah dikarenakan nilai
transmisvitas yang kecil, sehingga pemanfaatan
air tanah dijaga agar tidak melebihi kemampuan
akuifer dalam memenuhi kebutuhan air tanah.
Penentuan nilai klas parameter prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah
Nilai dari klas-klas parameter ditentukan
berdasarkan aspek kerentanan akuifer (aquifer
7
susceptibility) terhadap proses pemanfaatan air
tanah dan atau resiko terhadap kerusakan
kuantitas dan kualitas air tanah dari suatu
parameter. Konsep yang digunakan pada
pembagian nilai ini adalah “semakin tidak
rentannya suatu parameter terhadap terjadinya
kerusakan kuantitas dan atau kualitas air tanah
maka nilainya semakin kecil dalam aspek
kepentingannya (necessity) untuk dilakukan suatu
tindakan konservasi”.
Dalam hal ini, klas parameter dengan nilai
kerentanan terendah untuk terjadinya kerusakan
kuantitas dan atau kualitas air tanah akibat
kondisi alamiah maupun aspek pemanfaatan dan
atau pencemaran air tanah ditentukan bernilai 1
dan klas kerentanan yang lebih tinggi berturutturut bernilai 2, 3 dan seterusnya sesuai dengan
pembagian klas tiap parameter yang digunakan.
Adapun, pembagian klas setiap parameter yang
digunakan pada penentuan prioritas pengelolaan
zona konservasi air tanah di wilayah Kabupaten
Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 2 s/d Tabel
8.
Tabel 2. Nilai Klas Aspek Wilayah Imbuhan dan
Lepasan Air tanah
Klas Parameter
Daerah
Imbuhan/Recharge
Daerah
lepasan/Discharge
Deskripsi
kepentingan
Kerusakan
daerah ini akan
sangat
mempengaruhi
kelestarian dan
keberlanjutan
pemanfaatan air
tanah di seluruh
wilayah CAT
Kerusakan
daerah ini akan
mempengaruhi
kelestarian dan
keberlanjutan
pemanfaatan air
tanah di daerah
lepasan CAT
Susceptibility
Nilai
tinggi
2
kelestarian dan
keberlanjutan
pemanfaatan
air tanah di
mataair/sumber
air baku
Tabel 4. Nilai Klas Aspek Karakteristik Potensi
Akuifer (Transmissivitas)
Klas Parameter
(Transmissivitas –
m2/hari)
1 - 100
100 – 500
> 500
Klas Parameter
(Kedalaman
muka air tanah –
m dari
permukaan)
0–5m
1
> 10 m
Tabel 3. Nilai Klas Aspek Zona Perlindungan Mataair/
Sumber Air Baku
Klas Parameter
Daerah dalam
sempadan/perlindungan
(< 1000 m)
Daerah di luar
sempadan/perlindungan
(> 1000 m)
8
Deskripsi
kepentingan
Kerusakan
daerah ini akan
sangat
mempengaruhi
kelestarian dan
keberlanjutan
pemanfaatan
mataair/sumber
air baku
Kerusakan
daerah ini akan
mempengaruhi
Susceptibility
Nilai
tinggi
2
rendah
Susceptibility
Nilai
Transmissivitas
rendah, degradasi
kuantitas air
tanah akibat
pemanfaatan
tinggi
Transmissivitas
sedang, degradasi
kuantitas air
tanah akibat
pemanfaatan
sedang
Transmissivitas
tinggi, degradasi
kuantitas air
tanah akibat
pemanfaatan
kecil
Tinggi
3
Sedang
2
Rendah
1
Tabel 5. Nilai Klas Aspek Kedalaman Muka Air tanah
5 – 10 m
rendah
Deskripsi
kepentingan
Deskripsi
kepentingan
Susceptibility
Nilai
Kedalaman MAT
yang besar
mencapai kurang
lebih 1/10 dari
total minimum
ketebalan akuifer
Kedalaman MAT
yang sedang
mencapai kurang
lebih 1/7 dari
total minimum
ketebalan akuifer
Kedalaman MAT
yang kecil
mencapai kurang
lebih 1/5 dari
total minimum
ketebalan akuifer
Kecil
1
Sedang
2
Besar
3
Tabel 6. Nilai Klas Aspek Persebaran Kualitas Air
Tanah
Klas Parameter
(Daya Hantar
Listrik - μS/cm)
> 1500
1
750 – 1500
Deskripsi
kepentingan
Susceptibility
Nilai
Konsentrasi
garam terlarut
yang tinggi
menunjukkan
tingkat degradasi
kualitas yang
tinggi
Konsentrasi
garam terlarut
Tinggi
3
Sedang
2
< 750
yang sedang
menunjukkan
tingkat degradasi
kualitas yang
sedang
Konsentrasi
garam terlarut
yang rendah
menunjukkan
tingkat degradasi
kualitas yang
rendah
Rendah
1
Tabel 7. Nilai klas Aspek Resiko Kerusakan Air tanah
Akibat Tata Guna Lahan
Klas Parameter
(Tata Guna
Lahan)
Industri,Komersial/
Pemukiman
Pertanian
Perkebunan,
Tegalan
Hutan, Air tawar,
Pasir darat,
Belukar/semak,
bentukan alamiah
Deskripsi
kepentingan
Susceptibilit
y
Nila
i
Probabilitas tinggi
sebagai pengguna
air yang cukup
besar dan sumber
pencemar
Probabilitas sedang
sebagai pengguna
air yang besar
namun relatif
sedang sebagai
sumber pencemar
Probabilitas rendah
sebagai pengguna
air yang besar dan
sumber pencemar
Probabilitas sangat
rendah sebagai
pengguna air yang
besar dan sumber
pencemar
Tinggi
4
Sedang
3
Rendah
2
Sangat
rendah
1
Deskripsi
kepentingan
Susceptibility
Nilai
Potensi degradasi
kuantitas air
tanah besar
Potensi degradasi
kuantitas air
tanah sedang
Potensi degradasi
kuantitas air
tanah kecil
Tinggi
3
Sedang
2
Dengan
menggunakan
metoda
AHP
(Analytical Hierarchy Process), bobot masingmasing parameter diatas dihitung dan didapatkan
bobot-bobot seperti diperlihatkan pada Tabel 9.
Besaran bobot-bobot ini memiliki nilai
konsistensi (CI) mendekati 0 (≈ 0) dan nilai
konsistensi yang dapat diterima dalam teori AHP
adalah < 0,1, sehingga bobot-bobot tersebut dapat
digunakan.
Rendah
1
Tabel 9. Matrik AHP (Analytical Hierarchy Process)
Penentuan Bobot Parameter
Tabel 8. Nilai Klas Aspek Pemanfaatan Air Tanah
Klas Parameter
(Pemanfaatan
Air tanah –
m3/tahun)
> 1.000.000
500.000 –
1.000.000
< 500.000
sangat penting oleh karena satu parameter akan
memiliki prioritas lebih dalam kerangka
konservasi, semisal parameter daerah imbuhanlepasan air tanah adalah parameter yang utama
dalam konservasi oleh karena kelestarian,
keberlanjutan pemanfaatan air tanah sangat
bergantung pada kelestarian zona imbuhan.
Sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan
yang berlaku, nampak bahwa urutan parameter
prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah
telah ditetapkan sebagai berikut (dari yang
terpenting):
1. Peta daerah imbuhan – lepasan air tanah;
atau peta daerah resapan air tanah (Re);
2. Peta perubahan muka air tanah (Ked);
3. Peta perubahan kualitas/mutu air tanah
(DHL);
4. Peta klas resiko lahan terhadap degradasi
kuantitas dan kualitas air tanah (Lahan);
5. Peta
karakteristik
potensi
akuifer
(Transmisivitas) yang mewakili potensi air
tanah (Tr);
6. Peta zona perlindungan mataair dan
perlindungan sumber air baku (Ab);
7. Peta debit pemompaan/pemanfaatan air
tanah sekarang yang didasarkan pada
wilayah administrasi (Pump).
Penentuan
bobot
parameter
prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah
Pada suatu proses overlay, bobot parameter
merupakan salah satu hal yang vital untuk
ditentukan. Secara sederhana, dapat juga
diasumsikan bahwa setiap parameter memiliki
bobot pengaruh yang sama, tetapi pada
kenyataannya suatu parameter akan lebih penting
dibandingkan parameter yang lain.
Pada penentuan prioritas pengelolaan zona
konservasi air tanah, penentuan bobot menjadi
Re
Ked
DH
L
Lah
an
Tr
Ab
Pum
p
Re
Ke
d
DH
L
Lah
an
Tr
Ab
Pu
mp
1
0.5
0
0.3
3
0.2
5
0.2
0
0.1
7
0.1
4
2
1
3
1.5
4
2
6
3
7
3.50
0.6
7
0.5
0
0.4
0
0.3
0
0.2
8
1
1.33
2
2.33
12,9
0.7
5
0.6
0
0.5
0
0.4
3
1
5
2.5
0
1.6
7
1.2
5
1
Bob
ot
(%)
38,6
19,3
1.5
0
1.2
0
1
1.75
9,6
1.40
7,7
1.17
6,4
0.8
5
1
5,5
0.80
0.67
0.57
0.8
3
0.7
1
9
Peta prioritas pengelolaan zona konservasi air
tanah
Untuk menentukan daerah prioritas
pengelolaan zona konservasi air tanah, peta
konservasi air tanah ditampalkan lagi dengan
parameter daerah imbuhan dan lepasan air tanah,
daerah sempadan mata air, tingkat pemanfaatan
air tanah dan tataguna lahan. Setelah dilakukan
penampalan, maka dapat terlihat Kabupaten
Kulon Progo termasuk kedalam zona prioritas I,
II, III dan IV (lihat Gambar 20).
Gambar 2. Peta batas CAT Wates dan Menoreh
Gambar 3. Tipe batas horizontal CAT Wates
Gambar 4. Tipe batas vertikal CAT Wates
11
Gambar 5. Peta lokasi sumur bor dan survey geolistrik
Gambar 6. Konfigurasi sistem akuifer CAT Wates (Barat – Timur)
12
Gambar 7. Konfigurasi sistem akuifer CAT Wates (Utara – Selatan)
Gambar 8. Tipe batas horizontal CAT Menoreh
13
Gambar 9. Tipe batas vertikal CAT Menoreh
Gambar 10. Lokasi sayatan hidrostratigrafi di CAT Menoreh
14
Gambar 11. Sayatan hidrostratigrafi di CAT Menoreh
Gambar 12. Peta daerah imbuhan dan lepasan air tanah di Kabupaten Kulon Progo
15
Gambar 13. Peta kawasan perlindungan mata air di Kabupaten Kulon Progo
Gambar 14. Peta zona transsmisivitas di Kabupaten Kulon Progo
16
Gambar 15. Peta zona kedalaman muka air tanah di Kabupaten Kulon Progo
Gambar 16. Peta zona daya hantar listrik di Kabupaten Kulon Progo
17
Gambar 17. Peta pemanfaatan air tanah di Kabupaten Kulon Progo
Gambar 18. Peta tataguna lahan di Kabupaten Kulon Progo
18
Gambar 19. Peta zona konservasi air tanah di Kabupaten Kulon Progo
Gambar 20. Peta prioritas pengelolaan zona konservasi air tanah di Kabupaten Kulon Progo
19
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengelompokan satuan-satuan
hidrostratigrafi di dalam CAT Menoreh dapat
dikelompokan menjadi (a) Sistem Akuifer
Koluvium dan (b) Dasar Akuifer. Sedangkan
dalam CAT Wates dikelompokan menjadi (a)
Subsistem Alluvial - Pantai / Akuifer Bebas
(Kelompok Akuifer 1); (b) Subsistem Gumuk
Pasir / Akuifer Bebas (Kelompok Akuifer 2)
dan (c) Dasar Akuifer / Kelompok Non
Akuifer.
2. Secara umum air tanah di CAT Menoreh
menuju dari perbukitan Kulon Progo menuju
Sungai Progo yaitu dari barat ke timur,
sedangkan pada bagian CAT Wates mengalir
dari utara ke selatan dengan landaian
hidraulika yang secara bergradasi semakin
kecil. Di daerah selatan, terdapat subsistem
gumuk pasir yang memiliki pola aliran
cenderung berlawanan yaitu utara – selatan
mengikuti pola morfologi dari gumuk pasir
tersebut secara lokal.
3. Ketebalan sistem akuifer CAT Wates dan CAT
Menoreh sangat beragam, secara umum
ketebalan di CAT Wates semakin bertambah
besar ke arah selatan dengan ketebalan akuifer
mencapai lebih dari 70 meter di daerah Pantai
Temon, sedangkan di daerah Pantai Wates
mencapai sekitar 50 meter. Pada daerah utara
cekungan ketebalan akuifer sekitar 30 m.
Ketebalan akuifer ini juga berkurang menuju
tepian cekungan bagian barat dan timur
menjadi sekitar 30 m. Untuk CAT Menoreh
memiliki ketebalan akuifer hingga 30 meter,
namun sebagian besar memiliki ketebalan
kurang dari 10 meter dengan persebaran
mengikuti tingkat pelapukan batuan.
4. Zona konservasi pada Kabupaten Kulon
Progo termasuk kedalam tingkat kerusakan air
tanah Aman, Cukup Aman, Kurang Aman dan
Rawan. Tingkat prioritas pengelolaan pada
daerah ini terbagi menjadi Prioritas I, Prioritas
II, Prioritas III dan Prioritas IV.
20
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis
mengucapkan
terimakasih
kepada Departemen Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, UGM yang telah memberikan pendanaan
penelitian kepada penulis sehingga segala
kebutuhan untuk penelitian dapat terpenuhi
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R, W. 1949. The Geology of
Indonesia, Vol. 1A. Government Printing
Office,The Hauge. Amsterdam
Bouwer, H.,1978. Groundwater Hydrology. Mc
Graw-Hill series in water resources and
environmental engineering. New York
Hendrayana, H., dan Putra, D.P.E. 2008.
Konservasi Airtanah “Sebuah Pemikiran”.
Jurusan Teknik Geologi-Fakultas Teknik.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Hendrayana, H., dan Vicente, V.A.D.S,. 2015.
Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri
dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan
Airtanah
Yogyakarta-Sleman.
Jurusan
Teknik
Geologi,
Fakultas
Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Kinanda, A,. 2016. Geokimia Airtanah di
Wilayah Sub Daerah Aliran Sungai Tinalah
dan Sub Daerah Aliran Sungai Serang,
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada
Kusumayudha, S.B,. 2010. Model Konseptual
Hidrogeologi
Kubah
Kulon
Progo
berdasarkan
pemetaan
dan
Analisis
Geometri Fraktal. Jurnal of Proccedings PIT
IAGI 39th Annual Convention and
Exhibition. Lombok
Santosa, L,W., 2010. Pengaruh Genesis
Bentuklahan Terhadap Hidrostratigrafi
Akuifer dan Hidrogeokimia dalam Evolusi
Airtanah Bebas. Program Pascasarjana
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Rahardjo,W dan Rusidi, S., 1977. Geological
Report to Accompany Geological Map of
The Yogyakarta Quadrangle, Java Bandung:
Geological
Survey
of
Indonesia
Download