Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Dewi Yayuningsih, Atun Farihatun, Nis Niswatun. S, Mimah Mustaannah Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis *email:[email protected] ABSTRACT Diseases of the pulmonary tuberculosis is an infektious diseases directly caused by the Mycobacterium tuberculosis. A high leukocyte count in patients of pulmonary tuberculosis or TB treatment first stage due to inflammation in the lung or cellular immunity so inflammatory to form a high leukocyte. The purpose of this research is to know the description of the leukocyte count in people with pulmonary tuberculosis. The research was carried out in the laboratory of RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya City. The method checks the leukocyte count is used manual methods. This research is descriptive. The population in this research is the entire pulmonary tuberculosis who are undergoing treatment first stages 0-2 months. Sampling techniques using the quota sampling, the sample in this study is the blood of patients with pulmonary tuberculosis who were undergoing first stages 0-2 months in the Laboratory of RSUD installation dr. Soekardjo Tasikmalaya as many as 30 people. Result of the study showed that of the total leukocyte count insfection result on pulmonary tuberculosis treatment first stages 0-2 months from 30 sample leukocyte count that are abnormal (high) as many as 21 people (70%) and the leukocyte count are normal as many as 9 people (30%). An overview of the result of the leukocytes count tuberculosis patient in the first stages of treatment is till high. Keywords : Pulmonary Tuberculosis, Leukocyte Count INTISARI Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Bawang putih banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersipat anti bakteri dan antiseptik. Bawang putih selain sebagai penyedap masakan banyak juga digunakan sebagai obat tradisional sebagai obat bisul, karena mudah diperoleh dan cara pemakaianya mudah. Pemakaianya dengan cara dihaluskan atau diblender kemudian air perasan atau lumatanya dapat langsung digunakan untuk keperluan pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat air perasan bawang putih terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Manfaat penelitian ini agar bawang putih dapat digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan yaitu Kirby Bauer. Dengan prinsip pemeriksaan : menggunakan berbagai konsentrasi air perasan bawang putih untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukan diameter zona hambat air perasan bawang putih yaitu diameter zona hambat minimumnya 17 mm pada konsentrasi 10% dan maksimumnya 27 mm pada konsentrasi 50%. Simpulan dari penelitian ini adalah sampel air perasan bawang putih dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20 % sudah dinyatakan sensitif, berarti mikroorganisme mempunyai kelemahan ketika diberikan obat antimikroba. Kata Kunci : Staphylococcus aureus, Kirby Bauer Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Pendahuluan antibodi dan limfosit yang peka terhadap Leukosit disebut juga sel darah serangan bakteri tersebut. Sehingga dapat putih merupakan sel unit sistem pertahanan dihancurkan tubuh. Leukosit darah (sel darah putih) dan bakteri menjadi tidak aktif lagi (Pearce, sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit 2008). merupakan suatu sistem khusus yang bertugas untuk melawan agen-agen atau membuat serangan Pemeriksaan jumlah leukosit cukup bermanfaat infeksius dan toksik (Guyton dan Hall, keadaan 2007). Perubahan untuk menyatakan suatu fisiologis maupun patologis. dalam jumlah leukosit Sistem imun yang tidak spesifik menandakan suatu keadaan abnormal dan merupakan pertahanan tubuh terdepan menunjukan respon tubuh (Widman, 1995). dalam mengahadapi serangan berbagai Penyakit tuberkulosis paru merupakan mikroorganisme, oleh karena itu dapat penyakit menular secara langsung yang memberikan respon langsung terhadap disebabkan oleh bakteri Mycobacterium antigen, sedangkan sistem imun spesifik tuberculosis membutuhkan waktu untuk mengenal infeksi kronis menular yang menjadi sebelum masalah kesehatan dan perhatian dunia antigen terlebih dahulu dan (Depkes, salah satu organ tubuh yang mempunyai menyerang ke berbagai organ atau jaringan daya proteksi melalui suatu mekanisme tubuh, terutama pada tuberkulosis paru dan pertahanan paru, berupa sistem pertahanan non paru. Untuk mengetahui tentang tubuh yang spesifik maupun tidak spesifik. penderita tuberkulosis paru harus dikenali Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) tanda dan gejalanya. Gejala paling utama menunjukan adanya proses infeksi atau pada penderita tuberkulosis paru yaitu radang tuberkulosis, batuk berdahak lebih dari tiga minggu, pneumonia,dan meningitis (Fatmah, 2006). batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, Sistem ini terdiri dari atas leukosit berkeringat pada malam hari, demam tidak darah dan sel-sel jaringan yang berasal dari tinggi atau meriang dan penurunan berat leukosit. Semua sel-sel ini bekerja sama badan (Widoyono, 2008). misalnya melalui dua cara untuk mencegah penyakit Penyakit penyakit memberikan responnya. Paru merupakan akut, 2006). merupakan ini dapat Infeksi penyakit tuberkulosis paru ini yaitu dengan benar-benar merusak bahan terjadi ketika tetesan atau melawan bakteri yang masuk melalui mengandung proses fagosit, dan dengan membentuk menyebabkan bakteri ini masuk ke dalam bakteri halus yang terhirup, dapat paru-paru. Infeksi ini dapat dihentikan oleh Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA sistem imun yaitu leukosit (Richadson, Penelitian sebelumnya telah dilakukan 2003). Leukosit yang tinggi pada pasien oleh saudari Eti Khotimah (2012) tentang tuberkulosis paru tahap pengobatan awal gambaran jumlah leukosit pada penderita disebabkan terjadi Tuberkulosis Paru didapatkan hasil normal. peradangan di paru atau inflamasi sehingga Berdasarkan latar belakang masalah kekebalan karena seluler biasanya untuk membentuk tersebut penulis ingin meneliti gambaran leukosit yang tinggi (Guyton and Hall, 2007 jumlah ). Tuberkulosis Paruyang sedang menjalani Berdasarkan penderita pengobatan tahap awal 0-2 bulan yang ada kesehatan rumah tangga) tahun 1986, di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. tuberkulosis SKRT pada (survei penyakit hasil leukosit di Indonesia merupakan penyebab kematian ke 3 yang menduduki urutan ke 10 penyakit yang Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan terbanyak pada masyarakat. Sedangkan adalah menurut WHO kasus TBC diperkirakan menggambarkan hasil pemeriksaan jumlah terjadi sebanyak 9 juta per tahun di seluruh leukosit pada penderita tuberkulosis yang dunia pada tahun 1999, dengan jumlah sedang menjalani pengobatan tahap awal di kematian sebanyak 3 juta orang per tahun. RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. metode deskriptif yang Dari seluruh kematian tersebut, 25% terjadi Pada penelitian ini yang menjadi pada negara yang berkembang. Sebanyak sampel adalah darah pasien penderita TB 75% dari penderita yang berusia 15-50 paru yang sedang menjalani pengobatan tahun. WHO menduga pada kasus TBC di tahap indonesia merupakan urutan ke 3 terbesar Laboratorium RSUD dr. Soekardjo Kota di dunia (Widoyono, 2008). Sebagaimana Tasikmalaya dalam Al-Qur’an telah disebutkan dari menggunakan jumlah minimal sampel firman Allah SWT, sebagai berikut: untuk penelitian yaitu 30 orang. awal 0-2 bulan dengan di instalasi ukuran sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya berdasarkan quota sampling. Teknik ini telah datang kepadamu pelajaran dari mengacu Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- ditentukan sampel kurun waktu tertentu penyakit (yang berada) dalam dada dan dengan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. yang beriman.” (Qs. Yunus : 57) pada memilih jumlah subjek yang yang sudah telah Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Prosedur Penelitian dari kanan ke kiri (Gandasoebrata, 1) Masukkan larutan Turk sebanyak 1000 2011). μL ke dalam tabung 3. Post Analitik 2) Kemudian pipet 100 μL, lalu buang Data hasil pemeriksaan dicatat pada 3) Tambahkan 100 μL darah yang sudah buku laporan data pasien, kemudian a) di isi EDTA 10%, lalu homogenkan. dimasukkan pada komputer sesuai Mengisi Kamar Hitung dengan identitas pasien. 1) Letakkan kamar hitung yang bersih dan benar dengan kaca penutupnya. Hasil Penelitian 2) Kemudian pipet 10 μL sampel yang telah dilakukan pengenceran. 3) Teteskan hitung permukaan kamar sampai terisi dengan menyinggung kaca penutupnya. atau 3 menit agar leukosit-leukosit dapat mengendap. Jika tidak dapat segera dihitung, simpanlah kamar hitung itu pada cawan petri yang berisi kapas dengan tertutup. tahap pengobatan awal didapat 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan di ini dilakukan di Laboratorium RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya pada bulan Juni – Juli 2014. Berdasarkan hasil penelitian didapat hasil sebagai berikut : Berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah leukosit pada pasien tuberkulosis b) Menghitung Jumlah Sel paru tahap pengobatan awal di RSUD dr. kamar hitung mikroskop dengan lensa pembesaran 10x. pada objektif Kemudian cari lapang pandangnya. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2014 di dapat hasil bahwa jumlah sampel yang mempunyai nilai leukosit yang tinggi dari 30 sampel yang diperiksa sebanyak 21 2) Jika sudah didapat lapang pandang bergaris pengambilan ambil dari BTA yang positif (+). Penelitian 4) Lalu biarkan kamar hitung selama 2 dengan hasil sampel darah penderita tuberkulosis paru pada 1) Letakkan Berdasarkan kotak, orang (70%) hal tersebut dikarenakan hitunglah terjadi infeksi peradangan di paru, terdapat semua leukosit yang terdapat dalam ke hasil pemeriksaan dengan hasil normal empat bidang besar pada sudut susdut sebanyak 9 orang (30%) sudah tidak terjadi seluruh infeksi, permukaan. Cara menghitungnya lakukan dari sudut kanan ke kiri kemudian turun ke bawah pasien tersebut pengobatan. patuh dalam Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA aktif kembali untuk membantu tubuh Pembahasan Berdasarkan ini melawan berbagai penyakit infeksi sebagai menggunakan sampel darah pada pasien bagian dari sistem kekebalan tubuh. tuberkulosis paru tahap pengobatan awal 0- Sehingga kekebalan tubuh pada pasien 2 bulan di RSUD dr. Soekardjo Kota yang lemah yang dipengaruhi dari asupan Tasikmalaya. Sampel dari penelitian ini nutrisi yang kurang baik, kemudian asupan didapat pola makan yang tidak sehat dan tidak dari hasil responden penelitian yaitu pasien tuberkulosis paru tahap pengobatan awal bergizi, yang melakukan pemeriksaan di RSUD dr. pengobatan Soekardjo penyembuhan. Kota Tasikmalaya. Jumlah dan tidak patuh untuk terhadap melakukan Kemungkinan penyebab sampel ini sebanyak 30 sampel yang terdiri lain nilai leukosit abnormal dapat terjadi dari 19 orang laki-laki (63,3%) dan 11 karena orang thyroid, diabet dan jantung. Peningkatan perempuan (36,7%), kemudian leukemia, kanker, kehamilan, peneliti melakukan pemeriksaan sampel di jumlah Laboratorium RSUD dr. Soekardjo Kota menunjukkan bahwa adanya proses infeksi Tasikmalaya. atau radang akut, misalnya pneumonia, Pemeriksaan sampel dilakukan secara manual. Pemeriksaan jumlah leukosit ini didapat dari data sekunder pemeriksaan BTA leukosit (leukositosis) meningitis dan tuberkulosis. Pada infeksi bakteri alasan di keberadaan utama leukosit dalam darah Laboratorium RSUD dr. Soekardjo Kota adalah karena sel di angkut dari sumsum Tasikmalaya dalam buku register 04 dan tulang atau jaringan limfoid ke area-area 06, sedangkan buku register 05 yang ada di tubuh yang memerlukan. Masa hidup DOTS. Data sekunder hasil pemeriksaan granulosit sesudah dilepaskan dari sumsum BTA tercantum dalam lampiran . tulang normalnya 4-8 jam sirkulasi darah. Dari pemeriksaan jumlah leukosit Pada keadaan infeksi jaringan yang berat pada pasien Tuberkulosis Paru Tahap masa kehidupan keseluruhan sering kali Pengobatan Awal di RSUD dr. Soekardjo berkurang sampai hanya beberapa jam, Kota Tasikmalaya dapat digambarkan karena pada granulosit dengan cepat bahwa jumlah sampel yang mempunyai menuju nilai leukosit abnormal dengan jumlah fungsinya dan masuk dalam proses dimana leukosit meningkat sebanyak 21 orang sel-sel itu sendiri di musnahkan. daerah infeksi melakukan (70%). Hal tersebut dimungkinkan bakteri Sedangkan pada 9 orang lainnya Mycobacterium tuberculosis aktif lagi (30%) nilai leukosit didapatkan hasil sehingga sel darah putih (leukosit) dapat normal, karena pasien ada yang sudah Dewi Yayuningsih : PEMERIKSAAN LEUKOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS (TB PARU) TAHAP PENGOBATAN AWAL DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA mengkonsumsi obat atau patuh dalam melakukan pengobatan dalam keadaan infeksi peradangan yang terjadi. Kemudian asupan pola makan yang sehat dan bergizi. Berdasarkan kebijakan pemerintah dalam pembiayaan program TB, kesehatan menyebabkan untuk pasien melakukan pengobatan hingga selesai sampai tahap akhir. Setelah pasien melakukan pengobatan selama 6 bulan dan rutin meminum obat secara teratur, maka pasien merasakan adanya penyembuhan pada dirinya. Penyembuhan yang dirasakan seperti batuk-batuk dan demam yang sudah tidak dirasakan dan nafsu makan yang meningkat serta berat badan yang semakin bertambah. Simpulan Jumlah leukosit pada penderita tuberkulosis pada tahap awal pengobatan masih tinggi. Ucapan Terima Kasih Sumber dana penelitian ini menggunakan dana hibah dari LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Daftar Pustaka AL-Qur’an Terjemahan. (2005) Jakarta. PT. Syamil Cipta Media. Departemen Kesehatan. (2007) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes. Departemen Kesehatan. (2006) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes. Departemen Kesehatan. (2002) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Depkes. Fatmah. (2006) Respon imunitas yang renda pada tubuh manusia usia lanjut. Guyton, A.C., John E. Hall, (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.http://dokterolifvia.c om/2011/05/hematologileukimia.html[diakses 17 januari 2015]. Pearce C. Evelyn. (2008) Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Widmann, Frances. K. (1995) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 9. Jakarta: EGC. Widoyono. (2008) Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.