6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100). Penelitian mengenai peran komunikasi antar pribadi pernah dilakukan oleh Aryanti Widyanigrum (2014). Penelitian tersebut berjudul “Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15)”. Dalam penelitian tersebut, didapat kesimpulan bahwa komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh anggota dan calon anggota angkatan 15 UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung mempunyai peranan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi. Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar- 7 dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera, komposisi, angel dan pencahayaan. Berikut ini tabel perbedaan penelitian terdahulu. Judul Penulis Hasil Penelitian Perbedaan Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15) Aryanti Widyaningrum (2014) Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasardasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera, komposisi, angel dan pencahayaan. Dalam penelitian Aryanti Widyaningrum (2014), anggota yang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan materi tentang fotografi sehingga terlihat jelas bahwa tujuan untuk berkomunikasi untuk menyampaikan materi tentang fotografi. Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh pengurus ICI terhadap anggota baru yang bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi. Penelitian tentang peran komunikasi antar pribadi yang kedua dilakukan oleh Annisa Faisal (2013). Penelitian tersebut berjudul “Seberapa Besarkah Pengaruh Komunikasi Antarpribadi antara Pimpinan dan Karyawan dalam 8 Kegiatan Employee Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja ?” (Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee gathering pada PT.AKASHI WAHANA INDONESIA) Berikut adalah tabel penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Annisa Faisal: Judul Penulis Hasil Penelitian Perbedaan 2.2 Seberapa Besarkah Pengaruh Komunikasi Antarpribadi antara Pimpinan dan Karyawan dalam Kegiatan Employee Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja (Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan Employee Gathering pada PT.AKASHI WAHANA INDONESIA) Annisa Faisal (2013) Besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadap peningkatan kualitas kerja termasuk dalam kategori cukup. Dari pendekatan humanistik yang berdasarkan lima karakteristik antara lain, keterbukan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraaan atau kesamaan. Semua mempunyai karakteristik-karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi namun, komunikasi yang paling efektif diantara kelima karakteristik tersebut yaitu keterbukaan karena didalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan keterbukan antara pimpinan dan karyawan agar dapat terjalin komunikasi yang efektif berlangsung secara diadik. Dalam penelitian Annisa Faisal (2013) anggota yang mengikuti employee gathering hanya mengikuti kegiatan sebanyak dua kali dalam setahun, dan bertujuan untuk mendekatkan karyawan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Sedangkan penelitian ini dilakukan rutin setiap minggu oleh anggota ICI, dengan tujuan bertujuan sematamata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi. Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang 9 diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat langsung. Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti mencari kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain, yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67). Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka, dimana komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan antara dua individu dalam proses komunikasi, serta diantara individu tersebut berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu berhasil karena antara individu yang melakukan komunikasi tersebut saling mempertukarkan pesan secara bergantian 10 dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Interaksi dalam komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat, sikap, perilaku dan tindakan tertentu. Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain karena : 1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan. 2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat. 3. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan menjadikan orang mengatisipasi masa depan. 4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang baru. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan bahwa keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum dan tidak dimiliki seseorang sebelumnya. 11 2.2.2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi (Cangara, 2004:33) 2.2.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut: 1. Keterbukaan (Openess) Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing. 2. Empati (Emphaty) Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komuniakan mempunyai kemampuan untuk melakukan 12 empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif. 3. Dukungan (Supportiveness) Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan. 4. Rasa Positif (Possitivenes) Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi. 5. Kesamaan (Equality) Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya. Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang identik dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi dilaksanakan oleh seorang individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi antar pribadi juga berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja, dan kerap kali bentuk komunikasinya berbalas-balasan dengan suasana yang 13 penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai lambanglambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi tersebut (Cangara, 2004:54) 2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi Berkomunikasi komunikan secara memiliki efektif memiliki pengertian yang arti bahwa komunikator sama tentang isi suatu dan pesan. Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan. Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat, 2001:133) menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif setidaknya menimbulkan hal sebagai berikut : 1. Saling pengertian 2. Memberikan kesenangan 3. Mempengaruhi sikap Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah komunikasi antar pribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi yang dilakukan melalui tatap muka pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba dan 14 merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan lambang- lambang sebagai media penyampaian pesan. Adapun lambang yaitu : 1. Lambang Verbal Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan bahasa seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya. 2. Lambang Non Verbal Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika orang lain terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan sesuatu tentang dirinya. Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat dan atribut 15 diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan normanorma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily (Rakhmat, 2001:133) 2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada komunikasi antar pribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang terlibat di dalamnya Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1991:29): 1. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi. 2. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat tertentu. 16 3. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik. Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir. 4. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik. 5. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik 2.2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi 1. Komunikasi antar pribadi Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31) Klasifikasi Komunikasi interpersonal a. Interaksi intim Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik 17 dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar peranan dan fungsinya di organisasi b. Percakapan Sosial Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik. c. Interogasi atau Pemerikasaan Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menurut informasi daripada yang lain. d. Wawancara Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. 2. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama. Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122) yaitu: a. menemukan diri sendiri b. menemukan dunia luar c. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti d. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik e. untuk bermain dan kesenangan f. untuk saling membantu 18 3. Hubungan Antar pribadi yang efektif Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi : a. Bertemu satu sama lain secara personal b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dari empati satu sama lain. e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain. 2.3 Definisi Organisasi Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompokkelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Menurut jenisnya organisasi dibagi dalam dua jenis yaitu organisasi formal dan organisasi informal (Liliweri, 1991:35) 19 Pada dasarnya organisasi hanya memiliki 4 ciri-ciri yaitu : a. Mempunyai Tujuan dan Sasaran untuk dicapai dalam Organisasi. b. Mempunyai aturan yang harus ditaati oleh anggota dari Organisasi tersebut. c. Mempunyai pembagian kerja atau bisa disebut juga kerjasama. d. Ada yang mengkoordinasi tugas dan wewenang. 2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan hubungan personal Jenis organisasi berdasarkan hubungan personal terbagi menjadi dua yaitu organisasi yang bersifat formal dan organisasi yang bersifat informal (Liliweri, 1991:67) a. Organisasi Formal Organisasi formal adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum. Organisasi formal sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas. Contoh: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain. b. Organisasi Informan Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby. Karena sifatnya tidak resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi tidak begitu jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas, kadangkadang terjadi secara spontanitas. 20 Contoh: kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, fans club pecinta motor antik dan lain sebagainya (Liliweri, 1991:67) 2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Organisasi Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pengurus dan anggota. Di antara kedua belah pihak harus ada two-waycommunications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik citacita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Komunikasi menjadi sebuah media penting dalam sebuah organisasi, karena dalam berorganisasi kecakapan menyampaikan maksud dan tujuan (berkomunikasi) antar pribadi dapat meredam gesekan-gesekan konflik. Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas (Effendy, 2003: 71) Fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut: 1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: 21 a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction). b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale). c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices). d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. 2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan. b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. 3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para bawahan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a. Memperbaiki koordinasi tugas b. Upaya pemecahan masalah. c. Saling berbagi informasi 22 d. Upaya pemecahan konflik. e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama. 2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi 4. Komunikasi antar pribadi Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31) Klasifikasi Komunikasi interpersonal e. Interaksi intim Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar peranan dan fungsinya di organisasi f. Percakapan Sosial Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik. g. Interogasi atau Pemerikasaan Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menurut informasi daripada yang lain. h. Wawancara 23 Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. 5. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama. Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122) yaitu: g. menemukan diri sendiri h. menemukan dunia luar i. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti j. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik k. untuk bermain dan kesenangan l. untuk saling membantu 6. Hubungan Antar pribadi yang efektif Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi : g. Bertemu satu sama lain secara personal h. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti i. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan j. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dari empati satu sama lain. 24 k. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti l. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain. 2.7 Proses Komunikasi Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu: 1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry (Syaiful Rohim, 2009) yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinnerdalam (Syaiful Rohim, 2009) dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana 25 simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan setiap oleh pengirim pesan (sender) dari pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak (Syaiful Rohim, 2009:52) Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut. Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut: a. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. b. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, 26 tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar. c. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki. d. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan 27 kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding penerima. dan hanya terjadi dalam pikiran Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut. e. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi. 2.8 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi (Syaiful Rohim, 2009) yaitu: 1. Fungsi informative Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik 28 dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkanbawahan membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas of authority) supaya (position perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada: 1) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah. 2) Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi. 29 3) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi. 4) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. 5) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darma wisata. 30 Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi (Syaiful Rohim, 2009:40-55) 2.9 Memahami Komunikasi dalam Organisasi Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenisjenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi organsasi, kita akan dalam diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). (Liliweri, 1991:72) Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb: 31 a. The Controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. 32 b. The Equalitarian style Aspek penting kesamaan. gaya komunikasi ini ialah adanya landasan The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. c. The Structuring style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan 33 (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. i. The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang bawahan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. e. The Relinguishing style 34 Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. j. The Withdrawal style Untuk akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat. 35 2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional Istilah Kedekatan atau kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002). Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramah tamahan dan kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan melalui lambang-lambang dan ritual (Prisbell dan Anderson 1980) 1. Keramahtamahan Barangkali yang pertama dan kalau bukan yang paling yang paling penting yang merupakan karakteristik keakraban ialah keramahtamahan dan kasih sayang. Sahabat-sahabat kental saling menyukai satu sama lain. Singkat kata, hubungan akrab yang baik bukanlah hal yang menjengkelkan. Satu cara sahabat kental menyatakan kesukaannya adalah dengan cara menghabiskan waktu bersama-sama entah pergi menonton, jalan-jalan atau mengobrol. Teman akrab selalu berharap untuk selalu bersama sama karena meraka mengalami kegembiraan atau kesenangan secara bersama sama, mereka menikmati bersama sama dalam berbicara, dan mereka menikmati dalam berbagi pengalaman. 2. Kepercayaan Karakteristik penting lainnya mengenai keakraban ialah kepercayaan atau trust. Kepercayaan ialah menempatkan kepercayaan atau confidence kepada yang lain 36 sedikit banyak hamper selalu melibatkan beberapa resiko. Ini merupakan suatu prediksi jika anda mengungkapkan diri anda kepada yang lain, hasilnya akan menguntungkan anda dan bukan merugikan anda. Kita percaya orang-orang itu yang antara lain tidak akan dengan sengaja merugikan kepentingan kita (Lafollette, 1996), rusbult dan koleganya (2001) menunjukkan. “sebagaimana para mitra mengembangkan kepercayaan yang bertambah terhadap satu sama lain, maka tingkat ketergantungan mereka menjadi bertambah satu sama lain. Yakni, mereka menjadi bertambah tingkat kepuasannya, meningkat keinginnanya untuk tidak melakukan berbagai alternative, dan makin bertambah keinginan untuk memperkuat didalam hubungan.” 3. Pengungkapan Diri Keakraban menghendaki secara relative pengungkapan diri atau self-disclousure tingkat tinggi. Melalui berbagai perasaan dan proses pengungkapan diri yang sangat pribadi orang benar-benar dapat mengerti dan mengetahui satu sama lain. Sahabat kental seringkali memperoleh pengetahuan yang paling dalam mengenai mitrra nya. Sebagai hasil dari jumlah pengungkapan diri yang meningkat, maka meraka meningkatkan hubungan investasi mereka didalam sebuah hubungan dan mengembangkan rasa “kekitaan”. Meskipun tidak realistis dan mungkin tidak diinginkan untuk berharap dapat berbagi perasaan dengan sejumlah besar orang, pencapaian mengenai tingkat berbagi perasaan mengenai komunikasi dengan sejumlah orang merupakan tujuan komunikasi yang sangat bermanfaat. Apabila orang merasakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan karna bersama-sama dan mampu berbagi gagasan dan perasaan, maka keakraban mereka tumbuh. Sekalipun dengan hubungan yang akrab, masih terdapat batas batas mengenai 37 jumlah pengungkapan diri yang sesuai. Meskipun mengkomunikasikan informasi pribadi mengenai diri dan melakukan pengamatan pribadi mengenai orang lain adalah perlu bagi keakraban supaya berkembang, pada kejadian keterbukaan tanpa syarat dapat terjadi gangguan hubungan sebagai kebalikan dari hubungan balik. Seperti Mills & Clark (2001) menjelaskan: “Berbagi dan mengemukakan informasi pribadi merupakan karakteristik hubungan komunal secara timbale balik yang kuat dimana pengungkapan diri telah diajarkan sebagai inti dari hubungan yang erat” 4. Tanggung Jawab Hubungan akrab memerlukan tanggung jawab yang mendalam, misalnya hubungan akrab dicirikan oleh pada tahap tertentu dimana seseorang membatalkan hubungan dengan orang lain agar dapat menyediakan lebih banyak waktu dan energy pada hubungan yang utama. Hubungan yang akrab memiliki ikatan yang kuat sekali. Adakalanya seseorang pindah ke kota lain, hubungan mereka berdua tidak terpengaruh. Walaupun mereka hanya dapat berjumpa sesekali setahun. 5. Model Interaksional Terdapat beberapa model atau teori untuk menganalisa hubungan antarpribadi. Dalam penelitian ini menggunakan model interaksional. Model interaksional menekankan pada proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah yaitu dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. 38 Model interaksional memandang setiap hubungan antar pribadi sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat structural, integrative dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Semua sistem mempunyai kecendrungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuannya. Bila ekuilibrum sistem terganggu, segera akan ambil tindakannya. Dalam mempertahankan ekuilibrium , sistem dan subsistem harus melakukan transaksi yang tepat dengan lingkungannya (medan). Selain itu dalam model interaksional, manusia dianggap lebih aktif. Menurut model interaksional para pesertanya adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi social. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima yang memiliki kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interaksional adalah umpan balik (feedback) atau tanggapan terhadap suatu pesan. 2.11 Kerangka Pikir Selayaknya makhluk sosial, kita pasti membutuhkan komunikasi dengan orang lain, bisa dalam jumlah kecil ataupun jumlah banyak (kelompok). Komunikasi ini dilakukan untuk menjalin hubungan antar makhluk satu dengan yang lainnya. Menurut Thomas M Scheidel kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan mempengaruhi orang lain, merasa berpikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Jadi menurutnya tujuan utama kita berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi lingkungan fisik dan psikologis kita. 39 Sebagai makhluk sosial kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan makhluk sosial lain. Hal ini dapat terjadi jika kita melakukan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Maksud dari Proses ini, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus- menerus. Komunikasi antar pribadi dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antar pribadi dilakukan secara tatap muka dimana antara komunikator dan komunikan saling terjadi kontak pribadi. Pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan, sehingga akan ada seketika (perkataan, ekspresi umpan balik yang wajah, ataupun gesture). Komunikasi inilah yang dianggap sebagai suatu teknik psikologis manusiawi. Proses pertukaran makna dalam komunikasi antar pribadi ini lah yang disebut dengan yang namanya interaksi. Sedangkan komunikasi yang efektif melalui sudut pandang Humanistik Menurut Joseph A. Devito (2007 : 259) : a. Aspek Keterbukaan b. Empati c. Sikap Mendukung d. Sikap Positif e. Kesetaraan 40 Keefektifan dalam berkomunikasi ditandai dengan pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap pesan yang dipertukarkan. Aspek keterbukaan dapat dikatakan baik apabia pengurus dapat mengetahui nama anggota dan mempunyai sikap-sikap keakraban untuk mengenal lebih jauh para anggota ada rasa percaya dan keterbukaan hingga akhirnya para anggota terbuka dengan masalah kehidupan sehari-hari yang dialaminya, seringnya berinteraksi melalui i-massage dalam berkomunikiasi dengan anggota baru. Intensitas pertemuan yang rutin juga mempengaruhi interaksi komunikasi karena pertemuan tersebut dapat membantu mendekatkan antar individu atau adanya kedekatan emosional. Timbulnya keakraban merupakan nilai plus untuk komunikasi antar pribadi. Semakin dekat individu yang satu dengan yang lain, maka akan mudah untuk membentuk kesamaan makna yang kemudian akan merubah pola perilaku individu tersebut. Aspek Empati dapat dikatakan baik apabia pengurus mampu merasakan dan keinginan anggota, tidak mengecilkan status anggota dan anggota mendukung penuh kegiatan atau keputusan yang diambil oleh pengurus. komunikasi aktif ini akan berkembang sesuai dengan interaksi manusia yang berbeda-beda. Sikap Mendukung dapat dikatakan baik apabia setiap anggota spontan, 41 bersemangat untuk bersikap penuh keyakinan mendukung keputusan pengurus demi kemajuan organisasi, sikap mendukung yang menghasilkan kedekatan emosional antara pengurus dan anggota. Sikap positif dapat dikatakan baik apabia anggota baru mempunyai sikap positif dan mempunyai sudut pandangan positif dalam hubungan pertemanan/memperluas jaringan pertemanan. penting dalam model interaksional adalah bidang pengalaman seseorang. Karena dalam berkomunikasi, adanya pengalaman serta budaya seseorang dapat menjadi penentu orang tersebut dalam berkomunikasi, Aspek Kesetaraan dapat dikatakan baik apabia tidak adanya diskriminasi baik gender, usia, dan pekerjaan anggota, senioritas, kedudukan anggota dalam sebuah organisasi, pengharhaan terhadap pengurus. Kedekatan emosional yang menciptakan kenyamanan dalam interaksi antara anggota dan pengurus. Jenis komunikasi yang seperti inilah yang digunakan ICI Lampura untuk melakukan pendekatan, Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing pihak. Sebuah komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang atau sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu dimana proses tatap muka akan memberikan efek yang dapat langsung dirasakan guna meningkatkan intensitas pertemuan yang rutin. Dari proses pertemuan yang 42 rutin itulah selama ini ICI Lampura telah sukses melakukan berbagai kegiatan positif untuk mengembangkan pengalaman organisasi pemuda dan pemudi di Lampung Utara. Contoh kecil kegiatan yang pernah sukses mereka laksanakan adalah: Bakti sosial ke panti asuhan, mengadakan turnamen futsal se-Lampung Utara, donor darah, kegiatan romadhon rutin, serta ikut mensukseskan gathering daerah dan nasional. Sesuai dengan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu mengubah perilaku komunikan berdasarkan yang diharapkan oleh komunikator. Melalui komunikasi antar pribadi antar pengurus dan anggota baru dalam organisasi ICI Lampura diharapkan dapat menghasilkan suatu akibat atau efek yang sesuai dengan tujuan dari berkomunikasi antarpribadi tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode interaksional yang merupakan komunikasi yang terjadi dua arah, yaitu komunikasi yang dilakukan bisa dari pengirim ke penerima pesan dan juga dari si penerima pesan kepada pengirim pesan. Dalam model komunikasi interaksional ini manusia cenderung dilihat lebih aktif dalam memberikan dan menerima respond dan dalam memberi dan menerima stimulus. Menurut Wilbur Schramm: “Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Karena didalamnya terdapat sebuah lingkaran yang saling terkait satu sama lain dan komunikasi selalu berlangsung. Dan sistem yang berjalan juga baku, dimana komunikasi selalu berjalan dua arah. Dari pengirim kepada penerima dan penerima kepada pengirim”. Disebutkan dalam komunikasi ini, bahwa mereka yang berkomunikasi menurut model interaksional 43 merupakan orang- orang yang mengembangkan dirinya melalui adanya interaksi yang terus berlanjut dengan lingkungan sosialnya. Sesuai dengan nama model komunikasi ini yaitu interaksional, maka tidak salah jika dinyatakan bahwa komunikasi ini berlangsung sesuai dengan adanya interaksi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dimulai dengan orang- orang terdekatnya. Pada model ini terdapat elemen penting yaitu umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan tanggapan terhadap pesan yang diterima oleh seseorang. Berbeda dengan komunikasi linier, bahwa di dalam komunikasi linier tanggapan yang diberikan oleh komunikan berupa respon tanpa seleksi dan interpretasi. Umpan balik merupakan bentuk adanya dialog antara komunikator dan komunikan. Dengan demikian kedekatan emosional yang diharapkan ialah : menciptakan dan memepertahankan hubungan yang berkualitas, perilaku suportif dan positif, memiliki sifat simpati dan empati terhadap sesama anggota, mengetahui perkembangan dunia luar, bermain dan mencari hiburan 44 2.12 Bagan Kerangka Pikir Komunikasi Antar Pribadi antara Pengurus dengan Anggota baru ICI Lampung Utara Kegiatan Komunikasi antarpribadi berdasarkan aspek humanistik : a) Keterbukaan (openness) -Terbuka dalam berinteraksi -Tidak acuh -Seringnya berinteraksi b) Empati (empathy) -Mampu merasakan apa yang dirasakan sesama anggota -Pengungkapan diri atau masalah -Peka terhadap komunikasi nonverbal c) Mendukung (supportiveness) -Menciptakan suasana kondusif -Pesan bersifat mendukung dan mendekatkan -Memberi rasa tenang Perubahan Sikap Meliputi: 1. Kesedian - Berperan aktif - Memperoleh respon positif 2. Identifikasi - Merasa senang - Sarana memelihara hubungan 3. Internalisasi - Bersedia menerima pengaruh - Pembentukan sikap Yang diharapkan pada diri anggota dan pengurus Terbentuknya sikap yang lebih baik - d) Sikap Positif (positiveness) -Dorongan untuk maju -Menghargai pendapat -Perilaku baik - e) Kesetaraan (equality) -Tidak Membedakan Status sosial -Menghargai lawan bicara -Rendah Hati - Menciptakan dan memepertahankan hubungan yang berkualitas Perilaku suportif dan positif Memiliki sifat simpati dan empati terhadap sesama anggota Mengetahui perkembangan dunia luar Bermain dan mencari hiburan Rasa percaya diri untuk berinteraksi bersama