Zakat Zakat Untuk Peradaban dan Kemandirian: BRI Syariah: 100 0783 214 BNI Syariah Prima: 009 555 5554 REPUBLIKA SENIN, 14 FEBRUARI 2011 Membangun Kepercayaan Masyarakat Terhadap Organisasi Pengelola Zakat S ebagaimana diketahui zakat tidak hanya menyangkut urusan individu, dalam arti urusan muzakki dengan mustahik, tetapi terdapat peran amil sebagai penghubung dan penyambung antara yang membayar dengan yang menerima zakat. Peran amil secara eksplisit terungkap dalam dua ayat Alquran surat AtTaubah ayat 60 dan 103. Di masa Rasulullah SAW, yang diangkat dan ditugaskan sebagai amil zakat bukanlah sembarang orang, melainkan orang-orang terbaik dan kepercayaan dari pemimpin negara dalam hal ini Rasulullah, seperti Ali bin Abi Thalib, Muadz bin Jabal, dan lain-lain. Mereka diutus sampai ke daerah luar kota Madinah untuk memungut zakat dari harta para muzakki dan didistribusikan kepada orang-orang yang menurut ketentuan syariah berhak menerimanya. Pelaksanaan zakat sebagai rukun Islam dan sarana untuk mewujudkan keadilan sosial tidak akan dapat berjalan secara sempurna, tanpa adanya kepercayaan muzaki terhadap keamanahan amil maupun kepercayaan amil terhadap mustahik. Secara ideologis, filosofis, dan historis, peran pemerintah dalam pengaturan pengelolaan zakat tidak bisa dihilangkan selamanya. Legitimasi amil sesungguhnya adalah melekat pada tugas pemerintah yang kemudian didelegasikan kepada orangorang yang ditunjuk untuk menjalankan tugas pengumpulan dan penyaluran zakat sesuai yang diamanatkan. Ketika kepercayaan kepada pemerintah berkurang atau pemerintah tidak dapat melaksanakan tugas sebagai amil zakat dalam artian sepenuhnya, maka terdapat alternatif yaitu pemerintah bekerjasama dengan masyarakat untuk menyelenggarakan pengelolaan zakat secara profesional dan penuh tanggung jawab. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap organisasi pengelola zakat, dalam hal ini BAZ dan LAZ, perlu dilakukan secara terus menerus dan tidak boleh berhenti pada satu titik pencapaian. Di sisi lain, organisasi pengelola zakat sendiri dituntut untuk selalu berupaya menjadikan lembaganya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Untuk mendorong pengelolaan zakat yang legitimated sehingga menghadirkan manfaat yang sebesar-besarnya dalam rangka mengurangi Misi Profetik untuk Kesejahteraan Kantor layanan zakat di BAZNAS. kemiskinan, di antara hal terpenting yang perlu dibangun dan dipelihara adalah kerjasama antara pemerintah dengan amil, maupun kerjasama antara amil yang satu dengan amil yang lain. Kerjasama antar-stakeholder zakat akan melahirkan kekuatan dan perubahan di tengah umat. Dan sebaliknya, jalan sendiri-sendiri tidak akan pernah menyelesaikan persoalan umat yang begitu kompleks,. Siapa pun amilnya, tujuan atau muaranya adalah sama, yaitu melayani muzakki dan mustahik. Dengan demikian, penilaian umat terhadap kinerja amil zakat tidak akan berbeda satu sama lain karena adanya persamaan kriteria obyeknya. Dalam rangka menata dan membangun perzakatan ke depan yang lebih baik, tidak seharusnya saling menafikan antara pemerintah dan masyarakat. Tetapi harus saling membangun kepercayaan dan mempererat kerjasama dengan semua stake- Cairan Rongga Kepala itu pun Disedot dengan Dana Zakat holder zakat. Sayap kekuatan umat Islam yang besar perannya dalam menggerakkan perkembangan pengelolaan zakat di tanah air, adalah Majelis UIama Indonesia (MUI), ormas-ormas Islam dan kekuatan umat yang lainnya dalam semangat ukhuwah Islamiyah. BAZNAS sejak lama telah menjalin kerjasama dengan MUI dan ormas-ormas Islam sesuai dengan peran masing-masing. Pemberdayaan zakat untuk meningkatkan kesejahteraan umat haruslah menjadi gerakan bersama dari dan untuk umat. Kita semua menyadari bahwa zakat tidak hanya sematamata menyangkut uang atau dana, melainkan inheren dengan pembinaan nilai-nilai hidup sebagai muslim, seperti etos kerja, etika kerja, sikap hidup yang selalu bersyukur kepada Allah serta penunaian tanggung jawab sosial seorang muslim di tengah masyarakat. Wallahi a’lam bishawab. K egembiraan di wajah Meliza Apriza tak secerah sebelumnya. Gadis kelahiran Bengkulu, 19 Mei 1997 yang seharusnya bermain, tertawa dan bergembira mengisi hari-harinya, namun kini hanya duduk dan tidur terdiam tidak banyak yang dilakukan. Sering kali dia kejang-kejang, tidak mau makan, muntah-muntah dan lingkar kepala semakin besar. Sudah 3 bulan ini Meliza tergolek lemah di Rumah Sehat Masjid Sunda Kelapa (RS MASK) karena menderita penyakit Hidrocepallus (penyakit pembengkakan kepala akibat cairan otak yang berlebihan). Saat ditemui di RS MASK, Jum’at ( 11/2) Gunardi, ayah Meliza mengatakan bahwa penyakit yang diderita anaknya sudah terjadi sewaktu anaknya dilahirkan. Tapi karena keterbatasan biaya, penyakit yang bersarang dikepala Meliza dibiarkan saja. Hingga akhirnya ketika Meliza masuk kelas 1 SMP. Dalam sebulan, Meliza selalu mengalami sakit kepala yang luar biasa. Tak tahan melihat anaknya yang sakit, Gunardi pun membawa anaknya ke Rumah Sakit (RS) M Yunus Bengkulu yang dekat dengan rumahnya. Setelah dibawa ke RS M Yunus di Bengkulu dan mendapat pemeriksaan akhirnya tim dokter yang menangani mengatakan bahwa anaknya positif menderita Hidrocepallus dan tim dokter pun merujuk ke Palembang atau Jakarta serta menyarankan anaknya itu supaya secepatnya di operasi karena penyakit yang dideritanya amat serius. Mendengar kabar itu Gunardi dan istrinya terkejut karena penyakit yang diderita anaknya amatlah berat sedangkan biaya untuk operasi tak punya. Berbagai upaya dilakukan orang tua Meliza agar bisa membawa anaknya berobat. Termasuk menemui Walikota Bengkulu untuk minta bantuan hingga sampai ke Jakarta. BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL. Tepat 16 November 2010, Gunardi membawa Ketua Dewan Pertimbangan: Meliza ke RS MASK yang merupakan Rumah Sehat program BAZNAS. Hingga kini, Meliza sudah mengKetua Komisi Pengawas: alami dua kali operasi dengan 3 bolongan di kepalanya. Kondisinya pun semakin membaik. “Kami saKetua Umum Badan Pelaksana: ngat bersyukur kepada BAZNAS yang telah membantu meringankan beban kami sehingga anak kami bisa Dewan Redaksi: menjalani operasi tanpa membayar sedikitpun. Selain itu, sudah tiga bulan kami di RS MASK tanpa mengeRedaktur Pelaksana: luarkan sepeser dana pun,” kata Gunardi penuh haru. Alamat redaksi: Gunardi hanya bagian kecil dari puluhan orang rawat inap yang merasakan manfaat dari dana ZIS website: yang diberikan muzakki melalui BAZNAS. Hingga kini, banyak pasien dari berbagai daerah seperti Lampung, Bengkulu, Yogyakarta bahkan sampai NTT yang datang ke RS MASK untuk merasakan manfaat dari dana yang disalurkan oleh BAZNAS. Semua boleh sehat di Rumah Sehat Rumah Sehat (RS) adalah Rumah Sakit yang memberikan layanan kesehatan gratis bagi para mustahik, khususnya fakir miskin. Fasilitas RS yang terletak di areal Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, ini terdiri dari poli umum, poli gigi, poli kebidanan, kamar rawat inap (kapasitas 30 pasien), laboratorium, dan poli dokter spesialis. Selain layanan dalam ruang RS, juga memberikan layanan luar ruang bekerjasama dengan Unit Kesehatan Keliling (UKK) BAZNAS. Saatnya bersatu untuk wujudkan Indonesia lebih baik. Sempurnakan zakat Anda, salurkan melalui : www.baznas.or.id >>dari kebon sirih<< >>kilas program<< 087 87 73 73 555 7 Konfirmasi Donasi : Ketik : Nama <spasi> RS <spasi> Bank <spasi> Nominal kirim ke 08787 7373 555 Contoh : BUDI RS BSM 500.000 Syaiful Anwar BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL. Ketua Dewan Pertimbangan: H. Muchtar Zarkasyi, SH. Ketua Komisi Pengawas: Drs. H. Achmad Subianto, MBA. Ketua Umum Badan Pelaksana: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Dewan Redaksi: KH Didin Hafidhuddin, Mukhlis Yusuf, Emmy Hamidiyah, M Fuad Nasar Redaktur Pelaksana: Hermin Rachmawanti. Alamat redaksi: Jl. Kebon Sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat 10340 website: www. baznas.or.id eringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, meski bukan sunnah dan ritual agama, dalam tinjauan sosiologi agama dipandang sebagai momentum yang baik untuk memperkuat kecintaan dan kesetiaan umat Islam kepada risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Memperingati maulid bermakna menggali suri tauladan akhlak dan intisari perjuangan besar Nabi Muhammad yang tidak lapuk kena hujan, tidak lekang kena panas hingga akhir zaman. Menarik disimak Mohammad Natsir (alm) menulis dalam Capita Selecta I, ”Sudah berbelas abad yang silam, semenjak datang dan perginya junjungan kita. Datang mendapati kaum yang rusak, kaum yang luluh dalam lumpur kehinaan. Perginya meninggalkan peraturan yang sempurna, umat yang terpimpin kepada setinggi-tinggi tingkat kemanusiaan.” Dalam Alquran diungkapkan, “Telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Terasa berat baginya penderitaanmu, dia sangat menginginkan kebaikan bagimu, dan sangat kasih sayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS At-Taubah [9]: 128). Sejalan dengan ayat Alquran di atas, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman terhadap misi profetik (kenabian) Muhammad untuk kesejahteraan. Kesejahteraan yang harus diperjuangkan oleh umat Islam adalah kesejahteraan yang meliputi semua orang. Kesejahteraan material dan spiritual yang lebih sempurna daripada yang dicita-citakan dalam Sosialisme. Dalam sebuah Hadis diungkapkan, “Manusia itu semuanya adalah ‘iyalullah (keluarga Allah, dalam makna tanggungan Allah), dan yang dikasihi Allah adalah yang paling bermanfaat bagi iyalullah Allah itu.” (HR Abu Ya’la). Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, mereka hidup dalam suasana cinta kasih satu sama lain. Tatkala melihat ada kesempatan untuk membantu orang lain, mereka bersikap itsar, yakni mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingannya sendiri. “Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang besertanya bersikap tegas terhadap orang-orang yang ingkar dan berkasih sayang terhadap sesama orang beriman…” (QS Al Fath [48]: 29). Dalam dustur masyarakat Islam yang dibina oleh Rasulullah, setiap individu menikmati hidup dalam kebersamaan, keadilan, dan kesetaraan. Untuk mencegah tumbuhnya sifat individualisme dan egoisme di dalam masyarakat, Rasulullah mengingatkan, tidaklah beriman seseorang hingga dia mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Lebih jauh diperingatkan, “Tidaklah beriman orang yang merasa kenyang sepanjang malam, sedangkan tetangganya menderita kelaparan.” (HR Thabrani). Prof Dr H A Mukti Ali (alm) pernah mengungkapkan bahwa dimensi kesadaran beragama dalam masyarakat kita masih lebih berat pada “kepekaan susila” dan kurang pada “kepekaan sosial”. Gambaran kepincangan tersebut dilukiskan sebagai berikut: Rasa keagamaan kita tersinggung bila melihat seseorang berpakaian terbuka auratnya dan kita berkata dalam hati “wah ini wajib diberantas”. Tetapi bila kita melihat seorang tua terlunta-lunta dan berpakaian compang-camping, rasa keagamaan kita tidak tersentuh dan kita tidak berkata dalam hati, “kasihan, ini wajib dibantu”. Dan kalau toh tersentuh, namun ia tidak mengganggu pikiran kita dan tidak membangkitkan rasa solidaritas kita, ujar mantan Menteri Agama dan Bapak Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia itu. Salah satu peran yang melekat dengan organisasi pengelola zakat dalam mengaktualisasikan misi profetik untuk kesejahteraan, ialah membangkitkan kepekaan sosial di kalangan umat Islam. Mereka yang menikmati hidup dalam standar kecukupan dengan harta mencapai nishab, perlu dan mesti diingatkan terhadap kewajiban mengeluarkan zakat dan memberikan infak dan sedekah. Zakat, infak, dan sedekah di samping berfungsi untuk membersihkan harta dan jiwa, sekaligus membantu penderitaan dan nasib masyarakat sekitar yang kurang beruntung. Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah secara terlembaga dan tersistem oleh organisasi pengelola zakat, juga bisa membantu kekurangan dana yang dialami oleh berbagai kegiatan umat di bidang sosial, pendidikan, dan dakwah dalam konteks fisabilillah. Wallahu a’lam bishawab. >>mozaik<< “Umat Islam itu adalah satu umat dan apa pun perbedaan yang ada, umat Islam tetap terikat oleh persaudaraan keislaman. Kita harus mampu mengisi kelemahan yang satu dengan kekuatan yang lain. Saling memperkuat satu sama lain. Setiap berkembang su’udh-dhan di tengah kehidupan umat Islam, yang mengambil keuntungan ialah orang lain. Merekalah yang memanas-manasi, dan kitalah yang terbakar.” KH Masjkur Ulama dan Pejuang Kemerdekaan, Anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tahun 1945, Menteri Agama RI tahun 1947 –1955, Wakil Ketua DPR/MPR-RI periode 1977-1982. Dinukil dari buku Mohammad Natsir Pemandu Ummat. (Jakarta: Bulan Bintang, 1989).