PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA

advertisement
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA INDUSTRI
PENGOLAHAN PANGAN DI KOTA TERNATE
Oleh:
ICHSAN MANDAR
ABDUL WAHAB HASYIM
MUHAMMAD ASRIL ARILAHA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara empiric Pengaruh
Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Usaha Kecil Menengah Di Kota
Ternate (Studi Pada Industri Pengolahan Pangan). Penelitian menggunakan data primer yang
dikumpulkan melalui kuesioner yang diberikan pada 108 responden yang dijadikan sampel dan
data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Metode analisis yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif untuk menguraikan orientasi kewirausahaan yang terdiri dari sikap
Inovatif (X1), sikap Proaktif (X2), keberanian mengelola resiko (X3), dan Kinerja perusahaan
(Y).Selanjutnya analisis regresi linier berganda digunakan sebagai model analisis untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas tersebut terhadap kinerja perusahaan (Y).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial (individu)orientasi
kewirausahaan yang terdiri dari sikap Inovatif (X1), sikap Proaktif (X2), keberanian mengelola
resiko (X3), berpengaruh positif terhadap Kinerja perusahaan (Y). padataraf keyakinan 95%.
Perubahan yang cepat dibidang teknologi juga sudah disikapi oleh sebagian besar pengusaha
dengan cara mencari alternatif untuk menjaga keunggulan kompetitif dengan menerapkan
proses dan metode pertmbuhan yang baru. Sikap proaktif yang menonjol dari para pengusaha
industri pengolahan pangan di Kota Ternate sangat menunjang kinerja usahanya. Hasil
pengujian secara statistik menunjukkan bahwa sikap proaktif
mempunyai pengaruh yang
dominan dibandingkan dengan sikap inovatif dan kemampuan mengelola resiko terhadap
kinerja perusahaan.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, pengusaha pada industri pangan diharapkan
mampu melakukan analisis atas kebutuhan dan keinginan konsumen yang sedang berkembang
dan akan berkembang di masa yang akan datang. Kemampuan untuk melakukan observasi
serta analisis atas keadaan di sekeliling akan membuahkan prospek bagi entrepreneur yang
kreaktif, inovatif, self confidence, dan berani menanggung risiko.
Kata Kunci: Kinerja perusahaan, orientasi kewirausahaan
PENDAHULUAN
Dewasa ini semakin disadari oleh banyak pihak bahwa dalam menjalankan roda
organisasi, manusia merupakan unsur yang terpenting terlebih lagi pada perusahaanperusahaan yang masih tergolong industri kecil. Industri Kecil merupakan salah satu bagian
penting dari perekonomian suatu negara ataupun wilayah. Peran penting tersebut telah
mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan industri
kecil. Industri kecil dan industri rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting
dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan
rumah tangga (Kuncoro, 2004).
Di Indonesia, industri kecil dapat memainkan peranan penting untuk menjaga dinamika
pertumbuhan dan perluasan manfaat ekonomi bagi masyarakat luas. Industri kecil berperan
bukan saja pada aspek sosial seperti pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja,
tetapi juga dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi pada sektor industri dan ekspor.
Industri kecil di Kota Ternate juga mengalami perkembangan yang cukup meningkat sampai
saat ini.Hal ini karena penggunaan teknologi yang relatifyang digunakan di industri ini cukup
sederhana disamping keterbatasan aspek permodalan keterbatasan lahan/lokasi produksi.
Meskipun jenis industri yang ada sebagian besar berskala kecil tapi cukup mampu menyerap
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Kota Ternate.
Jenis industri yang terus berkembang di Kota Ternate adalah industri di bidang pangan,
industri di bidang kimia dan bahan bangunan, industri bidang sandang, kulit dan kerajinan
umum, serta industri bidang logam. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan industri kecil yang
bergerak di bidang pangan sebanyak 111 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak
364 orang dengan total investasi sebesar Rp. 822.955.000,-.Untuk sektor industri pengolahan
pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan 2,53 % atau lebih tinggi dari yang dicapai pada
tahun 2009 yaitu 2,10 persen. Peningkatan pada sektor ini dipengaruhi oleh perkembangan
pada industri mikro dan kecil di Kota Ternate. Meskipun data statistik menunjukkan
perkembangan yang meningkat, namun demikian dari sisi produksi ternyata sebagian besar
Industri pengolahan yang berkembang di Kota Ternate masih berorientasi pada jenis produk
dengan penerapan teknologi rendah dan proses produksi yang relatif sederhana. Hal ini terlihat
pada produk yang dihasilkan masih dipasarkan pada pasar lokal (pasar Maluku Utara), dan
jarang sekali produk tersebut dipasarkan di luar provinsi ini.
Pada tahun 2011 jumlah perusahaan industri kecil yang bergerak di bidang pangan
menurun drastis hingga tersisa43 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 149 orang
dengan jumlah investasi sebesar Rp. 423.049.000,-.Penurunan jumlah usaha yang paling
menonjol adalah jenis usaha industry pengasapan ikan dan industri roti. Industri pengasapan
ikan di tahun 2010 sebanyak 41 perusahan dan di tahun 2011 menurun menjadi 6 perusahaan.
Sementara industry produk roti dari 55 perusahaan di tahun 2010 mengalami penurunan hingga
tersisa 13 perusahaan di tahun 2011. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan industri kecil yang bergerak di bidang pangan di Kota Ternate tidak sesuai dengan
harapan, karena 68 perusahaan tidak dapat melanjutkan usahanya (61,26 perusahaan memiliki
kinerja tidak maksimal).
Fenomena tersebut menarik minat penulis untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan
kemampuan 43 perusahaan industri kecil yang bergerak di bidang pangan dalam
mempertahankan eksistensinya dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat tersebut.
Keberhasilan perusahaan tersebut perlu dikaji agar dapat menjadi contoh bagi para pengusaha
yang telah ada ataupun yang baru akan merintis usaha agar tetap eksis dalam persaingan
usahanya. Penelitian yang akan dilakukan ini lebih difokuskan pada area manajemen sumber
daya manusia. Hal ini didasari oleh pernyataan Priyanto (2004; 12) bahwa salah satu penentu
keberhasilan usaha kecil adalah adanya kemampuan entrepreneur (wirausaha) dalam
menjalankan usahanya.Adapun konsep entrepreneur yang dimaksud disini adalah seseorang
yang memiliki tindakan kreatif yang membangun nilai dari suatu yang tidak nampak
sebelumnya.Kewirausahaan juga membutuhkan kemauan untuk menghitung dan mengambil
resiko.Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji pengaruh orientasi
kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan yang bergerak pada industri kecil khususnya
industri pengolahan pangan di Kota Ternate.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Orientasi Kewirausahaan
Pengertian orientasi kewirausahaan (enterpreneurial orientation = EO) berkaitan dengan
aspek psikometrik yang dilihat dari inovasinya, sifat proaktifnya dan keberanian mengambil
risiko. Dari tiga dimensi ini bisa dilihat orientasi kewirausahaan seseorang (Covin dan Slevin,
1989 dalam Kreiser et al., 2002). Dalam sebuah studi pada perusahaan manufaktur berskala
kecil, Covin dan Slevin (1989) mengembangkan suatu skala orientasi kewirausahaan untuk
mengukur tiga sub dimensi tersebut di atas.Secara mendasar teori tentang orientasi
kewirausahaan masih berada dalam dugaan bahwa ada perbedaan antara jenis perusahaan
yang satu dengan perusahaan lainnya. Pada penelitian tentang orientasi kewirausahaan yang
terdahulu didapatkan hasil kewirausahaan memiliki tingkat risiko yang lebih besar dari jenis
perusahaan lainnya dan jenis perusahaan ini akan menjadi lebih proaktif dalam mencari
peluang bisnis baru (Khandwalla, 1977; Mintzberg, 1973). Miller dan Friesen (1982)
berpendapat bahwa kewirausahaan menjadi berbeda karena memiliki titik berat pada inovasi
produk baru.Hal ini ditandai oleh beberapa organisasi yang memiliki kemauan berinovasi secara
berani dan reguler pada pengambilan risiko yang cukup besar dalam strategi pemasaran
produknya.
Para peneliti dengan pendekatan multidimensional seperti Lumpkin dan Dess,
1996.(Kreiser et al., 2002), menyatakan bahwa inovasi, pengambilan risiko dan proaktivitas
membentuk kontribusi unik terhadap orientasi kewirausahaan suatu perusahaan.Di samping itu,
Miller, 1983 dan Miller dan Friesen, 1983. (Kreiser et al., 2002) menyatakan bahwa tingkat
kewirausahaan suatu perusahaan merupakan total jumlah dari ketiga sub dimensi tersebut
dimana sebuah perusahaan yang benar-benar “entrepreneurial” akan menampilkan tingkat
yang tinggi pada masing-masing sub dimensi. Dalam hal ini, pengukuran agregat terhadap
konsep orientasi kewirausahaan didasarkan pada asumsi bahwa ketiga sub dimensi (inovasi,
proaktivitas dan pengambilan risiko) tersebut memberikan kontribusi yang sama terhadap
keseluruhan level orientasi kewirausahaan perusahaan pada semua situasi (Vitale, et al. 2002).
Walaupun demikian, literatur yang saat ini sedang berkembang menyatakan bahwa masingmasing dari sub dimensi tersebut kemungkinan memberikan kontribusi unik terhadap kondisi
kewirausahaan suatu perusahaan (Lumpkin dan Dess, 1996) Hasil riset Ghosh, Liang, Meng
dan Chan (2001; 12), yang menganalisis dinamika strategi dan faktor-faktor kunci kesuksesan,
mengungkapkan bahwa kesuksesan UKM di Singapura ditentukan oleh manajemennya yang
proaktif terhadap lingkungan bisnis. Sedangkan DeHayes dan Haeberle (1990; 16)
mengidentifikasi alasan suatu bisnis untuk sukses adalah kemampuan untuk mengidentifikasi
dan terfokus pada satu atau sedikit pangsa pasar.Vitale dan kawan-kawan (2001;
14)membuktikan bahwa interaksi antara orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar memiliki
hubungan positif dan signifikan dengan kinerja bisnis.
Pada penelitian tentang orientasi kewirausahaan yang terdahulu didapatkan hasil
kewirausahaan memiliki tingkat risiko yang lebih besar dari jenis perusahaan lainnya dan jenis
perusahaan ini akan menjadi lebih proaktif dalam mencari peluang bisnis baru (Khandwalla,
1977; Mintzberg, 1973). Miller dan Friesen (1982) berpendapat bahwa kewirausahaan menjadi
berbeda karena memiliki titik berat pada inovasi produk baru.Hal ini ditandai oleh beberapa
organisasi yang memiliki kemauan berinovasi secara berani dan reguler pada pengambilan
risiko yang cukup besar dalam strategi pemasaran produknya.para peneliti masalah
kewirausahaan mencetuskan istilah “orientasi kewirausahaan” (enterpreneurial orientation, EO)
untuk menggambarkan sebuah himpunan yang relatif kosisten yang terdiri dari kegiatankegiatan atau proses-proses yang saling terkait" (Lumpkin dan Dess, 1977; Miles dan Arnold,
1991; Morris dan Paul, 1987: Smart dan Conant, 1994).
2. Kinerja Industri Kecil
Para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi menjelaskan konsep
kinerja (performance) dengan menggunakan ungkapan bahasa dari sudut pandang yang
berbeda-beda, tetapi pada dasarnya kinerja berkaitan dengan hasil kerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya atau hasil (outcome) yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu
dalam satu periode tertentu pula. Ndraha (2003 : 196) mengungkapkan bahwa kata kinerja
adalah kosa-kata baru dalam bahasa Indonesia, digunakan sebagai padanan kata
performance. Kinerja berasal dari kata kerja, diberi sisipan in, menjadi kinerja. Dari sudut
accountability, kinerja adalah pelaksanaan tugas atau perintah (task accomplishment), dari
segi obligation, kinerja adalah kewajiban untuk menepati janji (penetapan janji), dan dari segi
cause, kinerja adalah proses tindakan (prakarsa) yang diambil menurut keputusan batin
berdasarkan pilihan bebas pelaku pemerintahan yang bersangkutan dan kesiapan memikul
segala resiko (konsekuensi)nya. Kinerja pada dasarnya merupakan perilaku atau tanggapan
yang menghasilkan sesuatu.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III tahun 2003,
“Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja”.
Randal dan Susan (1997:3) mengemukakan kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur
yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,
perilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran. Kinerja merupakan tolok ukur dari sebuah
keberhasilan seperti yang diungkapkan oleh Milkovich dan Boudreau (1997:99) yaitu:”
Performance reflects the organizational success”, lebih lanjut diungkapkan bahwa: “Employee
performance is the degree to which employees a complish work requirement” yaitu bahwa
kinerja dapat merefleksikan kesuksesan organisasi sedangkan prestasi karyawan adalah
tingkat dimana karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Kajian-kajian empirik mengenai faktor-faktor keberhasilan suatu perusahaan telah banyak
dilakukan oleh para peneliti dengan berbagai pendekatan. Keberhasilan seorang wirausaha
untuk mengembangkan bisnisnya tergantung pada kecerdasan, imajinasi, dan kekuatan
keinginan individu yang bersangkutan. Sedikit keberuntungan diperlukan, tetapi dapat
diargumentasikan bahwa tidak ada keberuntungan mengubah visi menjadi realita lebih berupa
kerja keras, disamping imajinasi dan kemampuan yang mampu merubah karir individu menjadi
sukses. (Rachbini, 2001 :100)
Hasil penelitian lainnya tentang hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja
menyatakan bahwa hubungan keduanya berpengaruh nyata terhadap perubahan laba
sebagaimana yang dikemukakan oleh Becherer dan Muller (1997) bahwa orientasi
kewirausahaan dan orientasi pasar saling berhubungan langsung dengan koefisien korelasi
yang tinggi, selain itu orientasi kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap perubahan laba
sedangkan orientasi pasar tidak berpengaruh nyata. Pernyataan bahwa orientasi
kewirausahaan berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja juga dikemukakan oleh
Wiklund, (1999), selanjutnya dikatakan oleh Deshpande (1999) dan Gima (2001). Sementara
hasil riset Vitale, et al. (2002) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara inovasi dengan
kinerja dan ada hubungan positif dan signifikan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja.
Dalam penelitian ini yang menjadi konstruk atau konsep yang akan diukur adalah kinerja usaha
kecil dimana akan ditempatkan sebagai variabel dependent (Y), dan sikap inovatif (X1), proaktif
(X2) dan keberanian mengelola risiko (X3) sebagai variabel independent. Untuk pengukuran ini
akan mendeskripsikan orientasi kewirausahaan pengusaha kecil di Kota Ternate dan melihat
pengaruhnya terhadap kinerja perusahaannya.Kinerja perusahaan yang dimaksudkan pada
penelitian ini adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama 3 tahun terakhir yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan.
Berdasarkan uraikan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis penelitian ini sebagai
berikut bahwa:
1. Sikap inovatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja industri pengolahan
pangan di Kota Ternate.
2. Sikap proaktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja industri pengolahan
pangan di Kota Ternate.
3. Keberanian mengelola risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja industri
pengolahan pangan di Kota Ternate.
Orientasi Kewirausahaan yang terdiri dari sikap inovatif, proaktif, dan keberanian mengelola
risiko berpengaruh, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja industri pengolahan
pangan di Kota Ternate secara simultan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama bulan Marettahun 2013sampai bulan Juni tahun 2013, dimana
objek penelitian ini adalah perusahaan yangtergolong dalam industri kecil pengolahan pangan
di Kota Ternate, dan subjek yang diteliti adalah karyawan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semuakaryawanyang bekerja pada industri kecil
pengolahan pangan di Kota Ternate yang berjumlah 149 orang. Dari jumlah populasi tersebut
penulis tidak lagi menggunakan sampel oleh karena jumlah populasi yang tidak terlalu banyak,
juga disebabkan karena semua karyawan tersebut berdomisili di Ternate dan dapat dijangkau
oleh peneliti.
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survei. Dalam pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara yakni menggunakan kuesioner yang telah dirancang dan disiapkan untuk
penelitian.Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel
indenpendentdari konsepOrientasi Kewirausahaanyakni Sikap Inovatif (X1),Sikap Proaktif (X2),
dan Berani Mengelola Resiko (X3) sementara variabel dependent (Y) adalahKinerja
Perusahaan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengaruh antara variabel Sikap inovasi,
proaktifdan berani mengelola resiko terhadap variabel kinerja karyawan adalah kombinasi
antara teknik statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis) dengan metode
OLS (Ordinary Least Square).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan perusahan yang bekerja di sektor industri
pengolahan pangan dan tergolong dalam kelompok usaha kecil di Kota Ternate. Jumlah
responden adalah sebanyak 108 orang yang terdiri dari 84 orang perempuan (73%) dan24
orang laki-laki (22%). Jika hasil tersebut dikaitkan dengan pekerjaan yang memerlukan
ketrampilan khusus maka sesuai dengan kenyataan bahwa sebagaian besar karyawan yang
bergerak di sektor industri pengolahan ini didominasi oleh seorang wanita yang pada umumnya
memiliki keahlian dalam pengolahan pangan.Demikian pula dengan usia responden yang
mayoritas adalah berusia produktif atau kurang dari 45 tahun yakni sebesar 90,7% (98 orang)
dan memungkinkan mereka produktif dalam menjalankan suatu usaha. Dari tingkat
pendidikannya mayoritas hanya sampai pada tingkat SLTA/sederajat atau sebanyak 70,4% (76
orang).Hasil tanggapan responden terhadap pernyataan pada variable penelitian adalah
sebagai berikut: 1). rata-rata jawaban responden terhadap instrumen variabel sikap inovatif
cukup baik karena nilai rata-rata (mean) pada 6 item pernyataan pada variabel sikap inovatif
berkisar antara 4,20 hingga 4,59. Hal ini berarti sikap inovatif yang dimiliki oleh sebagian besar
karyawan perusahaan industri kecil di Kota Ternate dirasakan sudah cukup baik. 2). bahwa
rata-rata jawaban responden terhadap instrumen sikap proaktif perusahaan industri pangan di
Kota Ternate selama ini sudah cukup baik karena nilai rata-ratadari tanggapan karyawan
terhadap10 item pernyataan untuk variabel sikap proaktif (X2) berkisar antara 4,20 hingga 4,59.
Hal ini berarti bahwa sikap proaktif perusahaan industri pangan di Kota Ternate (X2) yang
dirasakan oleh para karyawan perusahaan di Kota Ternate sudah cukup baik atau sesuai
dengan harapan. 3). rata-rata jawaban responden terhadap instrumen variabel keberanian
mengelola resikodari perusahaan industri pengolahan pangan cukup baik karena nilai rata-rata
(mean) pada 4 item pernyataan pada variabel keberanian mengelola resiko (X3) berkisar antara
4,20 hingga 4,59. Hal ini berarti bahwa keberanian mengelola resikoperusahaan industri
pengolahan pangandi sekolah dirasakan sudah cukupbaik atau sesuai dengan harapan. Total
skor yang diperoleh pada masing-masing item pernyataan jika dibandingkan dengan jumlah
skor maksimal menunjukkan bahwa pada item X3.4. memiliki nilai terendah yakni sebesar
84,07% (454) dari total skor maksimal yang seharusnya diperoleh (540). Sementara skor
penilaian tertinggi yang diapresiasi oleh responden adalah pada item X3.3.sebesar 91,85%
(496). Rata-rata jawaban responden terhadap variabel X3 adalah 4,41.. 4). rata-rata jawaban
responden terhadap instrumen variabel kinerja industri kecil pengolahan pangan di Kota
Ternate cukup baik karena nilai mean pada 3 item pernyataan pada variabel kinerja berkisar
antara 4,83 hingga 4,94. Hal ini berarti bahwa kinerja industri kecil pengolahan pangan di Kota
Ternatedirasakan sudah sangat baik dan sesuai dengan harapan. Total skor yang diperoleh
pada masing-masing item pernyataan jika dibandingkan dengan jumlah skor maksimal
menunjukkan bahwa pada item Y1. memiliki nilai terendah yakni sebesar 96,67% (522) dari
total skor maksimal yang seharusnya diperoleh (540). Sementara skor penilaian tertinggi yang
diapresiasi oleh responden adalah pada item Y2sebesar 98,89% (534). Rata-rata jawaban
responden terhadap variabel Y adalah 4,90.
Dari hasil pengujian instrumen penelitian terhadap 108 responden baik dari validitas
maupun reliabilitasnya dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah valid dimana nilai korelasinya lebih besar dari 0,3 dan nilai probabilitas untuk korelasinya
lebih kecil dari 0,05 serta koefisien kehandalannya (Cronbach Alpha) lebih besar dari 0,60.
Hasil analisis regresi linier berganda yang meliputi variabel-variabel: inovatif (X1), proaktif (X2)
dan mengelola risiko (X3) terhadap kinerja perusahaan disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Berganda
Koefisien Regresi Koefisien Regresi
(Unstandardized)
(Standardized)
0,732
0,712
0,649
0,870
0,823
0,383
0,351
Variabel (X)
Constant
X1
X2
X3
Adjusted R Squared
2
= 0,832
R Squared (R )
= 0,842
Multiple R
= 0,918
Sumber: Data Primer yang diolah (2013)
T
hitung
6,893
9,271
4,281
Sig.
0,115
0,000
0,000
0,000
F Hitung = 88,761
Sig.
= 0,000
Hipotesis yang telah diuji ada lima dengan menggunakan multiple regression,
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel: inovatif (X1), proaktif (X2) dan
mengelola risiko (X3) terhadap kinerja industri pengolahan pangan.
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat,
digunakan alat uji koefisien korelasi parsial (r) atau koefisien regresi berganda ()
dengan melihat apakah nilai-nilai koefisien berbeda secara signifikan atau tidak antara
t hitung dan t tabel pada tingkat keyakinan 95% ( = 0,05).
Dari hasil analisis korelasi dari output regresi (lampiran 3) yang menunjukkan pengaruh
sikap inovatif (X1) terhadap kinerja perusahaan diperoleh nilai t hitung = 6,893, namun
nilai tersebut ternyata lebih besar dari nilai t tabel = 1,675 atau dapat juga melihat nilai
signifikansi (0,00) yang ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel sikap inovatif (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja (Y). Dengan demikian maka hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa sikap inovatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
diterima.
Pengaruh sikap proaktif (X2) terhadap kinerja (Y) diperoleh nilai t hitung sebesar =
9,271 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian hasil ini menunjukkan
bahwa nilai t hitung pada variabel proaktif (X2) tersebut ternyata lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai t tabel = 1,675 dan nilai signifikansi yang ditunjukkan pada
hasil perhitungan ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,05). Hal ini
membuktikan bahwa secara parsial variabel proaktif (X2) berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja (Y), maka hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya bahwa
sikap proaktif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja diterima.
Pengujian hipotesis ketiga juga menggunakan uji t atau alat uji koefisien korelasi
parsial (r) atau koefisien regresi berganda () dengan melihat apakah nilai-nilai
koefisien berbeda secara signifikan atau tidak antara t hitung dan t tabel pada tingkat
keyakinan 95% ( = 0,05).yakni untuk mengetahui pengaruh variabel keberanian
mengelola resiko terhadap variabel kinerja.
Pengaruh variable keberanian mengelola risiko (X3) terhadap kinerja diperoleh nilai t
hitung sebesar = 4,281 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00. Dengan demikian hasil
ini menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel mengelola risiko (X3) tersebut
ternyata lebih besar dari nilai t tabel = 1,671 dan nilai signifikansi yang ditunjukkan
pada hasil perhitungan ternyata lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,05). Hal
ini membuktikan bahwa secara parsial keberanian mengelola risiko (X3) berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja (Y) atau dengan kata lain, hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa keberanian mengelola risiko berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha kecil di Kota Ternate diterima.
Pengujian hipotesis keempat dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersamasama (simultan) antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam hal ini variabel
sikap inovatif (X1), sikap proaktif (X2 ) dan keberanian mengelola risiko (X 3 )
terhadap variabel kinerja (Y), dengan melihat apakah nilai-nilai koefisien yang
diperoleh bernilai nyata atau tidak antara Fhitung dan Ftabel pada tingkat keyakinan 5% (
= 0,05). Keeratan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) juga
dapat diketahui dari besarnya nilai-nilai koefisien tersebut.
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa besarnya nilai Fhitung adalah sebesar
88,761 > Ftabel sebesar 2,76 pada taraf nyata  = 0,05. Dengan demikian maka hasil
ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yakni
sikap inovatif (X1), sikap proaktif (X2) dan keberanian mengelola risiko (X3) terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat
diterima.
Hasil analisis korelasi dari output regresi (lampiran 3) yang menjelaskan pengaruh
inovatif (X1), proaktif (X2) dan mengelola risiko (X3) terhadap kinerja perusahaan
diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) = 0,842, menunjukkan bahwa secara simultan
variabel-variabel independen tersebut mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap
variabel kinerja perusahaan (Y) sebesar 84,2%, sedangkan sisanya sebesar 15,8%,
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luar persamaan model
penelitian. Demikian pula dengan nilai adjusted R2 yang sebesar 0,834, maka dapat
diinterpretasikan bahwa korelasi antara variabel; inovatif (X1), proaktif (X2) dan
mengelola risiko (X3) terhadap kinerja perusahaan adalah cukup kuat.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang dilakukan maka, dapat disimpulkan
bahwa :
a. Secara bersama-sama orientasi kewirausahaan yang terdiri dari inovatif (X1),
proaktif (X2) dan mengelola risiko (X3), berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perusahaan pada industri kecil di Kota Ternate.
b. Sikap inovatif wirausahaan yang terbentuk dari (1) Menemukan target usaha/
pasar baru; (2) Menciptakan produk baru yang akan melengkapi nilai terhadap
pelanggan baru atau yang sudah ada; (3) Menemukan cara non produk untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan baru atau yang sudah ada, seperti melalui
saluran distribusi, kekuatan penjualan, periklanan; (4) Menemukan cara untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan baru/yang sudah ada melalui hubungan
kemitraan dengan penjual lain berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja secara Parsial.
c. Sikap proaktif wirausahaan yang terlihat dari indikator (1) mengalahkan para
pesaing untuk memasuki pasar baru; (2) Memperkenalkan produk/jasa baru
sebelum pesaing melakukannya; (3) Meningkatkan nilai pelanggan melalui caracara non produk seperti distribusi, periklanan, atau alat komunikasi lain, sebelum
para pesaing melakukannya; (4) Menetapkan harga secara proaktif (sehingga
para pesaing harus bereaksi terhadap harga tersebut); (5) Membina kemitraan
dengan patner terbaik yang ada dalam industri sebelum para pesaing
menariknya; (6) Menekan harga lebih rendah lebih cepat dari para pesaing; (7)
Melakukan re-engineering proses supaya lebih efisien dibanding proses para
pesaing; (8) Meningkatkan kualitas atau jumlah fitur produk/jasa sebelum para
pesaing melakukannya, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
secara Parsial.
d. Keberanian mengelola resiko wirausahawan pada industri kecil yang terbentuk
dari indikator (1) Hampir selalu ada cara untuk menghindari kegagalan; (2) Untuk
membuat perubahan efektif terhadap penawaran perusahaan, harus mau
menerima paling tidak sebuah tingkat risiko moderat dengan kerugian yang
signifikan; (3) Risiko kehilangan kesempatan sama pentingnya dengan risiko
kegagalan. Sangat penting untuk tidak kehilangan kesempatan yang cukup
berarti; (4) Jika seorang manajer mengambil sebuah risiko dan gagal, tidak
seharusnya dihukum, berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja secara
Parsial.
e. Sikap proaktif (X2) wirausahawan pada industri kecil di kota Ternate memberikan
pengaruh paling berarti terhadap kinerja jika dibandingan dengan sikap inovatif
(X1) dan keberanian mengelola risiko (X3).
2. Saran
Setelah mempelajari, menganalisa dan menarik kesimpulan, maka penyusun
akan memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan keputusan bagi perusahaan baik
dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, antara lain :
a. Pengusaha harus mampu melakukan analisis atas kebutuhan dan keinginan
konsumen yang sedang berkembang dan akan berkembang di masa yang akan
datang. Kemampuan untuk melakukan observasi serta analisis atas keadaan di
sekeliling akan membuahkan prospek bagi entrepreneur yang kreaktif, inovatif, self
confidence, dan berani menanggung risiko. Kemampuan tersebut di atas dapat
dicapai dengan mengikuti kegiatan lokakarya atau sejenisnya yang dilaksanakan
oleh lembaga pendidikan formal maupun non formal.
b. Adanya perubahan sikap pengusaha dan karyawannya dari pasif menjadi aktif, dari
bagaimana nanti (reaktif, jangka pendek) menjadi nanti bagaimana (proaktif, jangka
panjang), dari yang bersikap tertutup menjadi terbuka, dari peniru menjadi kreator,
dari problem maker menjadi problem solver, dari penakut menjadi pemberani, dari
risk averse menjadi risk taker, dan dari suka aman menjadi suka tantangan.
c. Bagi peneliti lain yang tertarik mengembangkan lebih lanjut penelitian ini, agar dapat
lebih mendalam tentang kemampuan para pengusaha dalam melihat dan
memanfaatkan peluang dan menciptakan terobosan bagi industri pengolahan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Asatuan dan Augusty Ferdinand (2004), “Studi mengenai orientasi pengelolaan
tenaga penjualan” Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Volume III, Nomor 1, p. 1-22
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosediur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revise 5. PT
Rineka Cipta. Jakarta
Barringer, Bruce R dan Allan C Bludorn (1999). "The Relationship BetweenCoorporate
Entrepreneurship and Strategic Management", Strategic Management Journal, 20 (5),
421-444.
Bernandin, H John & Joice A. Russel,1998. Human Resource Management. New York McGraw
Hill Inc.
DeHayes DW, Haeberle WL, (1990). University Alumni Small Business Research Program: A
Study of Emerging Businesses. Bloomington: Centre for Entrepreneurship and
Innovation, IndianaUniversity.
Djajanto, Ludfi. (1998). Analisis Strategi Pemasaran Untuk Industri Kecil di Jawa Timur. Majalah
Bistek Edisi 06/TH. VI.
Drucker, Peter. (1985) Innovation and Entrepreneurship. New York: Harper & Row. P. 189.
Duncan, I. (1991). An Introduction To Entrepreneurs. CMA Mag.;65(9):32.
Ghosh, Liang, Meng, and Chan. (2001). The Key Success Factors, Distinctive Capabilities, and
Strategic Thrusts of Top SMEs in Singapore.Journal of Business Research. P. 209221.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Undip, Semarang.
Gluek, F.William and Lawrence R. Jauch. (1998). Strategic Management and Business Policy,
5th Edition Mc Graw-Hill, Inc.
Griffith, David A; Noble, Stephanie M; Chen, Qimei. (2006), "The Performance Implications Of
Entrepreneurial Proclivity : A Dynamic Capabilities Approach", Journal Of Retailing
Vol. 82
Gujarati, D. (1995) Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Cetakan keempat,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hellriegel, D. and Slocum Jr, J.W. 2004. Organizational Behavior, Tenth Edition. SouthWestern. Thomson Learning.
Kao, Raymond W.Y. (1995) Entrepreneurship: A Wealth Creation and Value Adding Process.
Prentice Hall. Singapore
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan pembangunan daerah: Reformasi, perencanaan,
Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kreiser, P.M. L.D. Marino and K.M. Waever. (2002). Assessing the Psychometric Properties,
and Entrepreneurial Orientation Scale: A. Multi – Country Analysis. Journal of
Entrepreneurship Theory and Practice. Vol. 26 Iss. 4 p. 71-03
Lee, S.M. and S.J. Peterson. 2000. Culture, Entrepreneurial Orientation, And Global
Competitiveness. Journal of World Business. 35(4), 401-416
Lumpkin, D.T., Dess, G.G, (1996). Clarifying the Entrepreneurial Orientation Consrtruct and
Linking iti to Performance, Academy of Management Review, Vol. 21, pp :135-172,
Lupiyoadi, Rambat (2004). Entrepreneurship: from Mindset to Strategy. FEUI-Jakarta
Mathis, R.L & Jackson, J.H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku 1. PT. Salemba
Empat. Jakarta.
Matsuno, Ken, John T. Mentzer and aysegul Ozsomer (2002). "The Effect of Entrepreneurial
Proclivity and Market Orientation on Business Performance", Journal of Marketing;
66 (3), 18-32,
Miller, (1983). Business Research Method, Prentice Hall Inc. New Jersey.
Paige, Rosalind C and Littrell, Mary A. (2002), Craft Retailers’ Criteria for Success and
Assosiated Business Strategies, Journal of Small Business Management, pages. 314331.
Priyanto, S.H. 2004. Pengaruh Lingkungan Eksternal, Kewirausahaan dan Kapasitas
Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Tani: Studi Empiris Pada Petani Tembakau di
Jawa Tengah. Disertasi S3 PPS Universitas Brawijaya. Tidak diupublikasi
Sekaran, Uma. 2002. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 3rd Ed., New
York: John dan Sons, Inc.
Sujan, Harish, (1999), “ Optimism and Street-Smart: Identifying and Improving Salesperson
Intelligence “, Journal of Personal selling and Sales Management, Vol. XIX, No. 3
(Summer ),p.17-33
Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 1995 Depkop dan
Pembinaan Pengusaha Kecil, Jakarta
Vitale, R., j. Giglierano and M. Miles. (2002). Entrepreneurial Orientation, Market Orientation
and Performance in Established and Start up Firm, p. 1 -12.
Werther, Williams B. Jr. & Keith Davis. 1996. Human Resourch and Personnel Management.
Fifth Edition. McGraw-Hill, Inc.
Wheelen, Thomas dan J. Davids Hunger. 2002. Strategic Management and Business Policy.
Eight Edition. Prentice Hall. New Jersey
Wiklund, J. (1999). The Suistainability of the Entrepreneurial Orientation Performance
Relationship. Entrepreneurship Theory and Practice, p. 37-48
Download