PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALTERNATIF TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus ) Siti Komariah 1, Armein Lusi Zeswita 2, Elza Safitri 2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected] 1 ABSTRACT Catfish is a comodity of air tawar. The increased demand of catfish, making people interested to cultivate catfish larvae even catfish to consume. In cultivating catfish, there are some difficulties is found such as difficulty in finding Tubifex worm, so it is important to find the alternative to substitute Tubifex worm for maximal production. This research purposes to determine the growth and survival of sangkuriang catfish larvae ( Clarias Gariepinus) by giving alternative feeds. The research was done on july-august 2017 in UPTD BBI Teluk Kabung Padang, West Sumatera. Type of this research is experimental with randomized complete as the design and consist 4 treatments and 6 re-treatments. In giving the treatment, it used 100% Tubifex worm, 100% boiled egg yolk, snail flour 75% + pellets 25% and kijing flour 75% + 25% pellets. The data was analyzed by varience test and BNT-test. The results showed that the highest survival of catfish sangkuriang larvae is treated Tubifex worm, 75% kijing flour + 25% pellets, 75% snail flour + 25% pellets and the lowest is 100% boiled egg yolk. The varience analysis showed that F-test>F-table means all feeds are influenced to catfish sangkuriang larvae survival and each of feed has different influenced. The highest growth of catfish sangkuriang larvae is treated by Tubifex worm and the lowest is treated by egg yolk. The varience analysis showed that F-test < F-table means all feeds are not influenced to catfish sangkuriang larvae growth. Kijing flour can be used as alternative feed and substitution of Tubifex worm. Keyword : Alternative Feed, Survival, Growth, Catfish PENDAHULUAN Ikan lele merupakan salah satu pertumbuhan cepat, mudah dikem- komoditas perairan air tawar yang bangbiakkan, toleran terhadap mutu banyak dibudidayakan di Indonesia air yang kurang baik, relatif tahan karena permintaannya terus mening- terhadap kat setiap tahunnya. Ikan lele banyak dipelihara hampir disemua wadah disukai masyarakat karena ikan lele budidaya memiliki rasa yang enak, harga tadinata, 2013). Untuk memenuhi relatif murah, kandungan gizi tinggi, kebutuhan penyakit (Suryani dan dan masyarakat dapat Suman- yang meningkat, maka diperlukan pening- lokasi daerah para pembudidaya katan intensifikasi usaha budidaya sangat jauh sehingga menyebabkan yang biaya usaha budidaya semakin tinggi didukung oleh adanya ketersediaan benih yang memadai. Untuk meningkatkan produksi dan tingkat sutera keselamatan rendah cacing akibat jarak ikan lele mulai dari larva sampai pengangkutan. Namun juga harga menjadi dapat dari cacing sutera yang cukup mahal terpenuhi proyeksi dari Kementrian juga menjadi salah satu kendala para Kelautan pembudidaya. benih dan sehingga Perikanan sangat Jika hal tersebut tergantung pada kecukupan pakan dibiarkan maka akan memakan biaya alami. Jenis pakan alami yang sering pemeliharaan yang cukup tinggi. digunakan adalah cacing sutera (Tubifex sp). baku lokal yang dapat dimanfaatkan Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pembudidaya Untuk itu diperlukan bahan untuk pakan larva mudah lele dengan dicerna, mudah dengan para kriteria keterbatasan stok didapatkan dan murah harganya. cacing sutera yang ada di daerah Inovasi sekitar pembudidaya ikan lele sering diantaranya menjadi kendala yang dialami para mas dan kerang air tawar atau kijing pelaku usaha pembenihan sehingga karena bahan pakan ini memiliki untuk memenuhi kebutuhan akan tekstur yang halus, lembut dan lunak cacing sehingga mudah dicerna oleh larva sutera tersebut para pembudidaya ikan lele biasanya teknologi pakan menggunakan ikan keong lele. membeli cacing sutera di Kota Menurut Dewiningtias, 2013 Padang, namun meskipun demikian menyatakan bahwa tepung keong kebutuhan akan cacing sutera belum memiliki bisa maksimal 32,17%, lemak 3,91%, abu 16,68% karena selain para pelaku usaha dan air 8,50%. Dan untuk daging pembenihan banyak yang berada kijing sendiri menurut Prasetyo,et.al. pada daerah yang sulit menjangkau (2014) memiliki kandungan protein lokasi penyedia cacing sutera yang protein mengakibatkan jarak pengangkutan 5,85%, kadar abu cacing dari Kota Padang menuju karbohidrat 29,26%. terpenuhi secara kandungan sekitar protein 48,21%, lemak 16,68% dan Berdasarkan permasalah terse- keong, tepung kijing, pelet halus, air, but maka penelitian ini dilakukan kuning telur rebus dan cacing sutra. bertujuan untuk mengetahui penga- Pemberian pakan dilakukan seba- ruh alternatif nyak 3 kali dalam sehari yakni pagi, terhadap kelangsungan hidup dan sore dan malam hari. Penelitian ini pertumbuhan larva lele sangkuriang dirancang (Clarias gariepinus). RAL (Rancangan Acak Lengkap) pemberian pakan Menurut Warisno dan Dahana menggunakan metode dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. (2009) , lele sangkuriang mempunyai Sebagai perlakuan adalah: klasifikasi taksonomi yang sama 1. Perlakuan A : cacing sutera hidup dengan lele dumbo yakni; Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Kelas: Pisces, Subkelas: Telestei, Ordo: Ostariophusi, 100% 2. Perlakuan B : Kuning telur rebus 100% Subordo: Siluridae, 3. Perlakuan C: tepung keong mas Familia: Clariidae, Genus: Clarias, 75% + tepung pelet 25% + air Spesies: Clarias gariepinus. secukupnya 4. Perlakuan D: tepung kerang air METODE PENELITIAN Penelitian penelitian ini tawar 75% + tepung pelet 25% + merupakan eksperimen, air secukupnya yang dilaksanakan pada bulan Juli - Data kelangsungan hidup dan Agustus 2017 yang berlokasi di pertumbuhan panjang mutlak akan UPTD Balai Benih Ikan (BBI) dianalisis Bungus Padang analisis sidik ragam dan uji lanjut Provinsi Sumatera Barat. Penelitian BNT. Rumus yang digunakan untuk ini menggunakan sampel larva lele menentukan perentase kelangsungan sangkuriang berumur 5 hari dengan hidup dan pertumbuhan panjang padat tebar 10 ekor per akuarium. mutlak berdasarkan Effendie (1979) : Adapun alat yang digunakan adalah Kelangsungan Hidup Teluk Kabung pH meter, Themoeter, sendok, seser, jangka sorong, rol, baskom dan akuarium sebanyak 24 buah. Bahan yang digunakan adalah tepung dengan 𝑁𝑡 mengguinakan SR (%) = 𝑁𝑜 x 100% Keterangan : SR = Kelangsungan hidup/ survival rate (%) Nt = jumlah benih ikan akhir/panen (ekor) No = jumlah benih ikan awal/penebaran (ekor) kijing + 25% pelet berbeda nyata dengan 75% tepung keong + 25% pelet, dan begitu juga dengan 75% tepung keong + 25% pelet berbeda Partumbuhan Panjang Mutlak nyata dengan 100% kuning telur . Artinya L = Lt – Lo setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda Keterangan : L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt = Panjang benih pada akhir pemeliharaan (cm) Lo= Panjang benih pada awal pemeliharaan (cm) nyata terhadap kelangsungan hidup larva lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pemberian pakan alternatif maka dihasilkan HASIL DAN PEMBAHASAN tingkat kelangsungan hidup tertinggi 1. Kelangsungan Hidup larva lele sangkuriang adalah pada Persentase kelangsungan hidup larva lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dapat dilihat pada Tabel 1. perlakuan A dengan persentase sebesar 80%, selanjutnya pada perlakuan D dengan persentase sebesar 76,66% dan pada urutan ketiga perlakuan C Tabel 1. Data Persentase Kelangsungan Hidup Larva Lele Sangkuriang Perlakua n A D C B Rata-rata kelangsung an hidup (%) 80 76,66 73,33 66,66 Notasi yaitu sebesar 73,33%, sedangkan untuk tingkat kelangsungan hidup terendah yaitu pada perlakuan B dengan persentase sebesar 66,66%. a Dari b c d Ket : A = Cacing sutra 100%, B = Kuning telur 100%, C = 75% Tepung keong + 25% pelet, D = 75% Tepung kijing + 25% pelet Dari Tabel 1, pada perlakuan 100% cacing sutra berbeda nyata dengan 75% tepung kijing + 25% pelet, lalu perlakuan 75% tepung hasil analisa menunjukkan Ftabel yang bahwa sidik ragam Fhitung artinya > bahwa pemberian pakan alternatif mempengaruhi kelangsungan hidup larva lele sangkuriang. Sehingga perlu dilakukan uji lanjut BNT karena nilai KK < dari 10%. Sehingga didapatkan hasil seperti yang telah di cantumkan pada Tabel 1. Pada penelitian ini digunakan 4 dan menjadi tempat yang subur bagi perlakuan yang mana pada perlakuan perkembangan penyakit. Dan dari A menggunakan cacing sutera 100%, pembususkan perlakuan B kuning telur 100%, dapat menyebabkan kandungan amo- perlakuan C 75% tepung keong + niak dalam air pemeliharaan tinggi. 25% pelet dan pada perlakuan D Sehingga perlu penyifonan kotoran menggunakan 75% tepung kijing + setiap harinya agar air pemeliharaan 25% pelet. Dari ke 4 perlakuan selalu tersebut tingkat kelangsungan hidup terhindar dari bibit penyakit yang tertinggi yaitu pada perlakuan A dapat yaitu dengan menggunakan cacing Menurut Wicaksono (2005), kandu- sutera hidup, sehingga air peme- ngan amoniak dapat menghambat liharaan tetap terjaga kebersihannya daya serap hemoglobin terhadap karena meskipun pakan yang diberi- oksigen sehingga dapat menyebab- kan tidak habis termakan oleh larva kan ikan mati lemas. sisa-sisa terjaga makanan kebersihan menyebabkan dan kematian. namun cacing sutera masih tetap bisa Menurut pendapat Zonneveld, hidup didalam wadah pemeliharaan dkk (1991), kelangsungan hidup sehingga tidak terjadi pembusukan yang tinggi juga dipengaruhi oleh sisa pengelolaan kualitas air. Kualitas air makanan Selanjutnya pada tingkat akuarium. kelangsungan yang baik akan mempengaruhi hidup terendah terjadi pada perla- kelangsungan hidup dan pertum- kuan B yaitu menggunakan kuning buhan ikan. Pendapat lain dari Arie telur yang direbus terlebih dahulu, (2000), kualitas air menjadikan ikan hal ini bisa saja disebabkan karena hidup dengan baik dan tumbuh terjadi pembusukan sisa-sisa makan- dengan cepat. Bila kualitas airnya an di dalam wadah pemeliharaan kurang baik maka dapat menyebab- yang menyebabkan air pemeliharaan kan ikan menjadi lemah, nafsu mudah kotor dan berbau makan diban- dingkan menggunakan cacing sutera. menurun dan mudah terserang penyakit. Menurut Kordi dan Ghufran Respon terhadap pakan yang (2010) sisa pakan ataupun kotoran diberikan juga mempengaruhi ke- ikan itu sendiri jika tidak dikeluarkan langsungan hidup larva lele. Dari maka akan menurunkan kualitas air semua pakan uji yang diberikan, untuk pakan B,C dan D respon untuk Setelah dilakukan uji pengaruh mencaplok makanan sangat lamban atau analisis sidik ragam maka jika dibandingkan dengan perlakuan didapatkan hasil bahwa Fhitung < A. sehingga terkadang masih ditemu- Ftabel yang artinya pemberian pakan kan sisa-sisa makanan pada wadah alternatif tidak berpengaruh terhadap pemeliharaan. Sehingga perlu dilaku- pertumbuhan panjang mutlak larva kan lele sangkuriang. penyifonan kotoran dan pergantian air setiap harinya. Dalam Pertumbuhan panjang mutlak pemberian pakan pun harus dilaku- larva lele sangkuriang diperoleh dari kan setiap hari, jumlahnya sesuai hasil dengan jumlah ikan, ukuran sesuai panjang akhir dengan panjang awal dengan bukaan mulut dan tepat larva lele sangkuriang. Data lengkap waktu agar tidak terjadi kanibalisme pertumbuhan panjang mutlak larva antar sesama ikan karena kekurangan lele makanan serta ukuran pakan yang dalam Tabel 2 sebelumnya. tidak sesuai dengan bukaan mulut larva lele. Fachrurrozi Karena (2000) pengurangan sangkuriang pengukuran telah disajikan Dari hasil analisis sidik ragam menurut menunjukkan bahwa nilai Fhitung < kanibalisme Ftabel yang artinya pemberian pakan dapat disebabkan oleh kurangnya alternatif makanan pertumbuhan panjang mutlak larva yang tersedia dan bervariasinya ukuran larva. tidak mempengaruhi lele sangkuriang. Pakan yang memiliki kandung- 2. Pertumbuhan panjang mutlak Data pertumbuhan panjang mutlak larva lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dapat dilihat Tabel 2. Rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva Lele Sangkuriang A B C D sutra yakni 57% dan menunjukkan angka pertumbuhan panjang tertinggi dibandingkan dengan pakan yang pada Tabel 2. Perlakuan an ptotein tertinggi adalah cacing Pertumbuhan panjang (cm) 19,81 16,58 16,71 17,71 lainnya, kemudian tepung kijing yakni 48,21% yang menunjukkan tingkat pertumbuhan panjang mutlak kedua setelah cacing sutra,lalu tepung keong 32,17% menunjukkan angka pertumbuhan panjang mutlak tertinggi ketiga setelah tepung kijing, pelet yakni 32% dan yang terakhir Selain dipengaruhi oleh sistem adalah kuning telur dengan protein pencernaan yang masih sederhana sebesar namun 12,9% menunjukkan faktor genetis juga pertumbuhan panjang mutlak teren- mempengaruhi pertumbuhan panjang dah. Tingginya angka pertumbuhan dari larva lele sangkuriang, menurut panjang mutlak pada perlakuan A Estriyani, 2013 (dalam Elpawati dkk, karena memiliki kandungan protein 2015) pertumbuhan panjang badan yang ikan tinggi, dimana menurut dipengaruhi oleh genetika Khairuman dan Amri,2002 bahwa- masing-masing individu dan juga sannya ikan memerlukan protein asupan protein untuk mendukung untuk menunjang pertumbuhan dan pertumbuhan yang diperoleh dari perbaikan sel-sel ikan yang rusak. pakan. Dimana Elpawati kebutuhan protein ikan Widiastuti, dkk, 2009 (dalam 2015) juga berkisar 20-60% dan perlakuan A menyatakan memiliki nutrisi pakan, pertumbuhan juga protein terbesar 57% dibanding perlakuan lainnya. alternatif memiliki protein antara namun pakan yaitu genetik, hormon, kelamin dan lingkungan. tidak memberikan perbedaan yang nyata artinya dipengaruhi dipengaruhi oleh beberapa faktor Meskipun pada semua pakan 12,9-48,21% selain alternatif KESIMPULAN yang Berdasarkan penelitian yang diberikan tidak berpengaruh terhadap telah pertumbuhan disimpulkan yaitu pakan alternative panjang larva lele dilaksanakan sangkuriang. Menurut Stroband & memberikan Dabrowski,1979 (dalam Effendi dkk, kelangsungan 2003) sangkuriang pada pencernaannya larva masih ikan alat sangat maka pengaruh hidup akan dapat terhadap larva tetapi lele tidak berpegaruh terhadap pertumbuhan sederhana, relatif pendek, produksi panjang enzim-enzim pencernaan yang sangat sangkuriang. Dan tepung kijing dapat rendah dan belum berdiferensiasi dijadikan sebagai pakan alternatif sehingga menyebabkan tidak semua pengganti cacing sutra. protein dapat tercerna sepenuhnya. mutlak larva lele DAFTAR PUSTAKA Arie, Usni. 2000. Budidaya Ikan Bawal. Jakarta : Penebar Swadaya Dewiningtias, Wulan. 2013. “ Pengaruh Pemberian Keong Mas (Pomacea canaliculata) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Dan Kadar Hemoglobin (Hb) Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) ” .Skripsi. IPB Effendi, Moch.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri Effendi.Widanarni & D.Augustine. 2003. Perkembangan Enzim pencernaan Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus Sp.)Jurnal Akuakultur Indonesia,2 (1):13-20 (2003) Elpawati.,D.R.Pratiwi & N.Radiastuti. 2015. Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM10) Untuk Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus Var. Sangkuriang)Di Kolam Budidaya Lele Jombang, Tangerang.Journal Biologi Vol.8 Nomor 1 Fachrurrozi. 2000. Pengaruh Perendaman Larva Ikan Patin (Pangasius Hypopthalmus) Umur 7 Hari Dalam Larutan 17 Methylestoseron Pada Suhu Berbeda Terhadap Lasio Kelamin, Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup. Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Khairuman & K. Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Kordi K ,M & Ghufran, H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Yogyakarta : Andi. Prasetyo,G.W.D,Yulisman & A.D.Sasanti .2014 . Pemanfaatan Tepung Kijing (Pilsbryoconcha Sp.) Sebagai Subtitusi Tepung Ikan Dalam Formulasi Pakan Ikan Patin Siam (Pangasius Hypopthalmus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia,2(2) Hlm: 215-224 Suryani,A dan K. Sumantadinata. 2013. Usaha Pembesaran Dan Pemasaran Ikan Lele Serta Strategi Pengembangannya Di UD Sumber Rezeki Parung Jawa Barat. Management IKM.Hlm.45-46 Warisno & K.Dahana. 2009. Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang. Yogyakarta : Andi. Wicaksono, P. 2005. Pengaruh Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V) yang Dipelihara Dalam Keramba Jaring Apung Waduk Cirata dengan Pakan Perifiton. Skripsi. IPB. Zonneveld, N.,E.A Huisman and J,H.Boon. 1991. Prinsipprinsip Budidaya Ikan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.