pengembangan model pembelajaran tematik dengan metode

advertisement
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
TEMATIK DENGAN METODE RUMAH
QURANI UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN
MULTIPLE INTELLIGENCES SISWA
Dian Fajarwati1
Universitas Negeri Semarang  [email protected]
Abstrak: Model pembelajaran tematik dapat dijadikan
salah satu model pembelajaran inovatif di sekolah kelas
awal, yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik
proses maupun hasil. Model pembelajaran tematik yang
dirancang dengan mengintegrasikan metode Rumah
Qurani, ternyata cukup kondusif menumbuhkembangkan
multiple intelligences siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
skor hasil asesmen yang secara internal dibandingkan antar
skor hasil asesmen selama pembelajaran tematik
berlangsung. Pada umumnya hasil dari perkembangan
setiap aspek multiple intelligences siswa di tiga Madrasah
Ibtidaiyah dengan kualifikasi baik, sedang, kurang
mengalami peningkatan yang berarti. Dengan demikian,
model pembelajaran yang dikembangkan ini dapat
dijadikan
alternatif
untuk
memperbaiki
kualitas
pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Tematik, Rumah Qurani,
Multiple Intelligences.
Pendahuluan
Berdasarkan pernyataan tujuan pendidikan dalam pembukaan
UUD Dasar 1945, pendidikan harus mampu mengembangkan seluruh
aspek potensi manusia secara utuh dan salah satunya adalah aspek
kecerdasan siswa. Kecerdasan adalah kualitas kemanusiaan yang tidak
bisa diabaikan. Aspek ini tidak kalah pentingnya dengan aspek-aspek
yang lain yang harus ditumbuhkembangkan.
Terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, menurut
Muhaimin (2001) diperlukan adanya upaya penyelenggaraan satu
1
Penulis saat ini sedang menempuh Program Doktor Manajemen Pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 141
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
sistem pendidikan nasional yang secara sungguh-sungguh berusaha
memfungsikan kecerdasan (intelligence) secara optimal. Optimalnya
fungsi kecerdasan tersebut selama proses pembelajaran, merupakan
upaya untuk mencapai kualitas pendidikan yang tinggi. Pada masa lalu
individu dikatakan cerdas dan akan sukses bila memiliki IQ yang tinggi.
Ternyata pendapat ”konvensional” tersebut sekarang terbantahkan
dengan munculnya beragam kecerdasan. Baik yang digagas oleh
Gardner dengan multiple intelligences ataupun oleh para ahli lainnya
seperti Daniel Goleman dengan kecerdasan emosinya (Emotional
Intelligence) serta Ian Marshal dan Danah Zohar dengan kecerdasan
spiritual (Spiritual/ultimate Intelligence).
Pada pembelajaran kelas awal, proses pembelajaran dituntut
untuk mampu memfungsikan kecerdasan tersebut dalam pendekatan
pembelajaran tematik. Sementara, dilihat dari kondisi di lapangan,
sebagian besar guru belum memahami dengan baik bagaimana
pelaksanaan pembelajaran tematik dan pembelajaran bagaimana yang
mampu menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
Dengan demikian yang menjadi permasalahan penelitian ini
adalah pembelajaran tematik yang bagaimana, yang dapat
menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
Pembelajaran Tematik dengan Metode Rumah Qurani.
Pembelajaran Tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.2
Pembelajaran tematik sebagai salah satu model dalam
pembelajaran terpadu (integrated instruction) merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual
maupun kelompok aktif menggali menemukan konsep serta prinsipprinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.3
Adapun penjabaran karakteristik dari pembelajaran tematik ini
(Tim Pengembang PGSD: 1997) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau
peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik
diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari
sudut pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu
fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada
gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi
2
3
Rusman, Manajemen Kurikulum. (Bandung: SPS UPI Bandung, 2007), hlm. 172
Rusman, Manajemen Kurikulum. (Bandung: SPS UPI Bandung, 2007), hlm. 172
142 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan
siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin
dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan
berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri di mana siswa terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
Dengan tema diharapkan memberikan banyak keuntungan, di
antaranya (1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema
tertentu, (2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran
dalam tema yang sama, (3) Pemahaman terhadap mata pelajaran lebih
mendalan dan berkesan, (4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan
lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi siswa, (5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat
dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang
jelas, (6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam
satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, (7)
Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.4
Pembelajaran tematik dalam penelitian ini akan diorkestrasikan
dengan desain pembelajaran Rumah Qurani, di mana dalam setiap
tema akan bernuansa ayat al-Quran. Model pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian, mengaplikasikan Metode Rumah
Qurani. Metode Rumah Qurani layak dipilih sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran untuk tumbuhkembang multiple
intelligences SD/MI, mengingat metode ini dikembangkan dengan
prinsip-prinsip yang berpihak pada multiple intelligences pebelajarnya.
Metode Rumah Qurani baru dikenal khalayak luas setelah buku
dan CD mereka yang didistribusikan Mizan, mendapat perhatian
masyarakat dengan mencapai best seller pada tahun 2007. Buku
tersebut memperkenalkan tentang metode menyenangkan untuk anak
hafal dan paham Al Quran, yang teruji dari pengalaman Lembaga
Pendidikan Jamiatul Quran di Iran.
Selanjutnya, Tim kreatif dari para generasi muda praktisi
pendidikan di Bandung membuat pilot project untuk mengembangkan
4
Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar Kelas Awal, Jakarta:
Puskur-Balitbang, Depdiknas, 2006), hlm. 5
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 143
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
metode tersebut agar sesuai dengan konteks keindonesiaan, Dari hasil
uji coba mereka di TK Babussalam Dago selama setahun, mereka
menetapkan tiga langkah yang bisa mengakomodasi pembelajaran Al
Quran yang menyenangkan yaitu dengan bercerita/dongeng, bermain
dan isyarat tangan. Dari hasil metode pembelajaran yang mereka
kembangkan tersebut, penulis melihat bahwa metode tersebut strategis
dan tepat diterapkan pada masa usia dini (0-8 tahun) termasuk untuk
siswa SD/MI kelas awal (kelas 1-3). Di samping metode ini didesain
dengan menyenangkan, tim Rumah Qurani juga telah menganalisa
metode ini dengan Multiple intelligences.
Metode yang diusung Rumah Qurani, turut memberi warna
yang berbeda dalam ragam pembelajaran yang bermuara pada tema
agama Islam. Metode ini dapat dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran yang Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini.
Pendidikan Agama Islam untuk anak, selama ini masih banyak terjebak
dengan metode tradisional berupa ceramah dan mencatat, sehingga
kurang optimal. Sementara materi pelajarannya tetap dibiarkan
abstrak, misalnya dalam pelajaran Al Quran. Di samping itu tema-tema
yang dikembangkan Metode Rumah Qurani juga dapat diorkestrasikan
dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran tematik. Metode
Rumah Qurani mendekatkan siswa pada pemahaman yang lebih
konkrit dan bermakna dengan tetap menyenangkan.
Tiga langkah pendekatan pembelajaran yang digunakan Metode
Rumah Qurani adalah:
1. Permainan yaitu yang dilakukan sebagai hiburan bermakna untuk
siswa. Permainan ini antara lain mengajarkan konsep sebab akibat
dari makna ayat yang dimaksud dan atau terkait dengan tema lain
yang relevan.
2. Cerita yang merupakan kesimpulan dari permainan (melalui cerita
keteladanan, makna yang diajarkan lebih terjelaskan kepada anak) .
3. Penggunaan isyarat tangan ala “Jamiatul Quran” Iran yang telah
disesuaikan dengan konteks budaya dan bahasa Indonesia. Langkah
ini dapat membantu siswa memahami ayat yang abstrak menjadi
lebih konkrit dengan gerakan tangan.
Ketiga langkah tersebut dapat dijadikan sebagai stimulasi
multiple intelligences siswa dan dapat diorkestrasi dengan mata
pelajaran lain yang terkait dengan tema. Tema pembelajaran diwarnai
oleh kompetensi pada mata pelajaran Agama yang diorkestrasikan
dengan kompetensi mata pelajaran lain seperti: Matematika, Bahasa
Indonesia, PKN, IPS, Pendidikan Jasmani, Seni budaya, dan IPA.
144 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
Tema yang dikembangkan Rumah Qurani relevan dengan
Standar Kompetensi/Kompetensi dasar Agama Islam (akhlak) di kelas
awal (I, I, III). Di antara tema ayat akhlak yang relevan menjadi materi
pembelajaran antara lain: Berdamai, Membiasakan perilaku hidup
bersih, adab makan dan minum, musyawarah, berbuat baik kepada
orang tua, perintah memelihara shalat, menampilkan perilaku tolongmenolong, jujur, disiplin, hidup sederhana perilaku hemat, dan
sebagainya.
Dengan menggunakan ketiga langkah model pembelajaran
Rumah Qurani, penelitian pengembangan ini akan mengorkestrasikan
materi-materi pelajaran agama Islam dalam pembelajaran tematik
menggunakan model Rumah Qurani sehingga menjadi pembelajaran
yang menarik karena berupaya menstimulasi multiple intelligences dan
bernuansakan nilai akhlak pada peserta didik di sekolah yang telah
peneliti pilih sebagai tempat ujicoba/praktik.
Multiple Intelligences
Dalam penelitian ini, pembelajaran tematik yang diujicobakan
dengan skenario Metode Rumah Qurani akan dinilai dan dianalisa
hasilnya melalui delapan aspek teori multiple intelligences menurut
Howard Gardner yaitu pada kecerdasan linguistik (berkaitan dengan
dengan bahasa), kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar
logika dan matematika), kecerdasan bodily/kinestetis (berkaitan
dengan badan dan gerak tubuh), kecerdasan visual spasial (berkaitan
dengan ruang dan gambar), kecerdasan interpersonal (berkaitan
dengan hubungan antar pribadi, sosial), kecerdasan intrapersonal
(berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pengembangan pribadi),
kecerdasan naturalistik (berkaitan dengan alam) pada siswa. Teori
Multiple Intelligences bergema sangat kuat di kalangan pendidik
karena menawarkan model pembelajaran yang berpegang pada
prinsip” semua anak memiliki kecerdasan” atau dengan kata lain tidak
ada anak yang bodoh.5
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian dan
pengembangan (Research and Development) Tahapan-tahapan yang
dilakukan peneliti hanya sampai pada tahap tujuh dari sepuluh
tahapan Borg dan Gall, di mana dalam Sukmadinata, disederhanakan
5
Thomas R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences, Terjemahan, (Bandung: Kaifa,
2007)
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 145
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
dalam tiga tahap yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model,
dan 3) uji model. 6
Pada tahap pengembangan model digunakan rancangan
penelitian tindakan, yang secara berkelanjutan dievaluasi dan
dilakukan refleksi untuk perbaikan dan modifikasi pada tindakan
berikutnya. Hasil uji coba tersebut, akhirnya diperoleh suatu produk
yaitu model pembelajaran tematik dengan metode Rumah Qurani.
Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa Madrasah Ibtidaiyah
kelas satu di Kota Bandung. Dalam penelitian studi pendahuluan, guru
dan siswa pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung yang mengajar
di kelas satu dan siswa kelas satu Madrasah Ibtidaiyah dijadikan subjek
penelitian dalam rangka memperoleh profil yang menggambarkan
proses pembelajaran tematik yang telah dilaksanakan. Penetapan
sampel dilakukan secara random yakni memilih secara acak 10
(sepuluh) kecamatan dari seluruh kecamatan di kota Bandung yang
berjumlah 30 (lebih dari 30%). Dari 10 (sepuluh) Madrasah Ibtidaiyah
yang dijadikan subjek penelitian studi pendahuluan dilakukan
penetapan satu Madrasah Ibtidaiyah yang akan dijadikan subjek
penelitian pengembangan yakni tempat dilakukannya uji coba terbatas
(MI Al Inayah). Madrasah yang dijadikan sebagai tempat Uji coba luas
adalah MI Nurul Huda, MI Persis 29, MI Qosrul Muttaqin.
Hasil Penelitian
1. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran tematik pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah saat ini.
Kondisi pembelajaran tematik saat ini secara umum masih belum
berjalan sesuai konsep pembelajaran tematik yang seharusnya, lebih
khusus lagi terkait dengan usaha meningkatkan multiple intelligences
siswa Madrasah Ibtidaiyah.
Fakta yang terlihat, pertama guru sebagai tokoh sentral belum
mempunyai pemahaman yang cukup tentang pembelajaran tematik
baik dalam tujuan pembelajaran, harapan siswanya, dan pandangan
tentang tugas mengajar. Budaya pembelajaran konvensional masih
melekat, seperti subject matter oriented (guru masih berorientasi pada
pemenuhan materi),di samping itu harapan guru terhadap siswa belum
mengarah pada keaktifan dan kreatifitas siswa yang akan membawa
pembelajaran pada suasana menyenangkan karena sesuai dengan
minat siswa. sedangkan pandangan guru tentang tugas mengajar masih
6
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 184
146 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
terbatas pada kewajiban yang harus dijalankan sesuai perintah
sehingga guru mengajar tanpa motivasi untuk mengembangkan
kreatifitas.
Kedua, perencanaan pembelajaran tematik pada umumnya
belum mengarah kepada pembuatan RPP yang sesuai kaidah.
Penentuan materi masih terpaku hanya pada buku sumber belajar.
Guru belum banyak yang mempunyai keberanian untuk membuat
indikator sendiri yang berpijak dari SK/KD untuk membangun
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menjadi
lebih menyenangkan dan bermakna tidak selalu membuat rencana
pembelajaran dulu sebelumnya. Dalam penentuan materi guru masih
terjebak dengan mengambil dari buku teks pegangan siswa atau buku
sumber belajar lainnya. Padahal pembelajaran dapat lebih bermakna
dan menyenangkan jika guru bisa berani membuat indikator-indikator
dari kompetensi dasar sebagai dasar dalam mengembangkan materi
pembelajaran. Demikian pula dalam pengembangan tema guru
madrasah masih belum berani membuat tema yang berporos pada
agama.
Ketiga, Guru dalam melakukan proses pembelajaran, pada
umumnya belum mengoptimalkan kreatifitas untuk membuat variasi
pembelajaran agar dapat menstimulasi multiple intelligences. Metode
mengajar di sekolah atau madrasah yang masih mendominasi adalah
ceramah/ekspositori. Penggunaan media pembelajaran yang inovatif
meski tidak harus mahal belum terbangun di kalangan guru kelas awal
ini. Dalam proses penilaian, guru hendaknya lebih memanfaatkan hasil
belajar yang diperoleh melalui postes dan belum nampak penilaian
proses yang dapat dijadikan alat untuk menggambarkan keragaman
potensi siswa.
Keempat, aktifitas belajar siswa kurang bervariasi, dan kurang
bermakna. Siswa selama proses pembelajaran kurang mendapat
rangsangan untuk berkembangnya multiple intelligences, seperti
kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, musikal, natural, bodi atau
kinestetis, intrapersonal maupun logis-matematis.
Kelima, dalam pemanfaatan sumber daya pendidikan Dalam
pemanfaatan sumber daya pendidikan bisa disimpulkan masih minim,
belum terlihat upaya pengkondisian ruang dan halaman sebagai
tempat belajar sambil bermain, untuk dapat mengakomodasi
keragaman kecerdasan siswa.
Dengan demikian, kondisi obyektif pembelajaran tematik kelas
satu saat ini memerlukan pembenahan untuk dapat meningkatkan
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 147
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
kualitas pendidikan secara umum. Upaya meningkatkan kualitas
tersebut dapat dimulai dari aspek kinerja guru, agar lebih meningkat
kualitasnya sebagai motivator dan fasilitator di kelas maupun aspek
proses pembelajaran di kelas sehingga menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna karena sesuai dengan kebutuhan, dan keunikan siswa
atau peserta didik.
2. Perencanaan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Tematik Hasil
Pengembangan
Mencermati kondisi pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah
khususnya kelas satu yang masih belum optimal, maka salah satu
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran tematik tersebut adalah
dilakukan pengembangan model pembelajaran tematik dengan
menggunakan metode Rumah Qurani.
Tujuan dikembangkan model ini adalah sebagai upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran tematik pada Madrasah
Ibtidaiyah, agar kondusif dalam menumbuhkembangkan multiple
intelligences siswa. Di samping itu juga dapat membangun suasana
religiusitas yang terwarrnai dalam materi maupun metode yang
digunakan dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan:
Pertama, pembelajaran tematik dengan mengintegrasikan materi
Agama (ayat tentang akhlak yang dikembangkan Rumah Qurani,
diintegrasikan dalam indikator akhlak) dalam sebuah tema, kemudian
mengaitkan materi agama tersebut dengan beberapa materi yang lain.
Kedua, dalam penyajiannya di kelas, menggunakan metode
menyenangkan dan dapat mengakomodasi multiple intelligences siswa
(sebagaimana metode yang dikembangkan di Rumah Qurani) seperti
bermain, bercerita, dan menggunakan gerakan isyarat tangan (untuk
membantu memahamkan siswa pada ayat/dalil al-Quran yang terkait
dengan tema). Dengan model tersebut, diharapkan mampu
menghantar siswa pada pemahaman yang utuh terhadap apa yang
dipelajarinya.
Berdasarkan hasil pengembangan, hasil akhirnya adalah berupa
model rancangan pembelajaran tematik yang secara sistematis dan
berkelanjutan mengembangkan langkah-langkah kegiatan awal,
kegiatan inti (yang terdiri dari bermain, bercerita, dan isyarat tangan),
serta kegiatan penutup.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan yang menjadi keunikan dari
model pengembangan ini. Kegiatan yang dikembangkan adalah
bermain, bercerita, dan isyarat tangan.
148 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
Langkah bermain, merupakan aktifitas merangsang panca indra,
kepekaan dan gerak badan anak. Langkah ini sebagai upaya membuat
siswa lebih mengerti tema dan sub tema yang dipelajarinya melalui
eksplorasi berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen,
mengubah bentuk (object manipulation), tebak-tebakan, dan kegiatan
lainnya yang dapat mengeksplorasi gerak tubuh anak dengan
menyenangkan. Aktitas yang dikembangkan di lapangan antara lain,
belajar dengan menyanyikan lagu, menempel gambar dua dimensi,
lomba kecepatan lari dalam permainan lari bendera dan sebagainya.
Media dan sumber belajar yang dapat dieksplorasi antara lain gambar,
tape recorder, bendera kata dari kertas, LKS, lingkungan sekitar dan
sebagainya. Langkah bermain ini tidak terjebak hanya pada awal
kegiatan inti, tapi dapat mewarnai pada langkah cerita dan isyarat
tangan. aktifitas ini dapat menstimulasi pada semua aspek kecerdasan
seperti spasial, linguistik, interpersonal, musikal, naturalis,
bodi/kinestetis, intrapersonal, logika matematika.
Langkah bercerita, meliputi kegiatan menyimak, membaca atau
menceritakan kembali tentang cerita yang relevan dengan konteks
tema yang dikembangkan. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang
lebih mengeksplorasi kecerdasan linguistik (berbahasa). Namun
demikian, jika bercerita dapat dilakukan guru dengan kehangatan
dapat menumbuh kembangkan kecerdasan interpersonal. Kegiatan ini
juga dapat menumbuhkembangkan kecerdasan intrapersonal siswa
yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.
Dalam kegiatan menceritakan kembali dengan bahasa sendiri ini dapat
dilakukan dengan berdiri di tempat duduknya atau dengan maju ke
depan kelas. Dalam aktifitas bercerita, media dan sumber belajar dapat
menggunakan gambar, sehingga lebih memperkuat visualisasi cerita
untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spasial visual siswa.
Langkah isyarat tangan, adalah gerakan isyarat tangan yang
mendekati bahasa tubuh tuna rungu. Aktifitas ini adalah sebagai upaya
membantu memahamkan anak dengan konsep Ayat al-Quran supaya
lebih konkrit. Ayat / dalil yang diajarkan adalah yang relevan dengan
tema/sub tema. Jadi dalam aktifitas ini siswa belajar konsep al-Quran
dengan proses yang bermakna.
Melalui rancangan model pembelajaran hasil pengembangan ini,
ternyata efektif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran tematik di
kelas satu. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian, dari hasil
pengamatan dan catatan lapangan terhadap belajar siswa dapat
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 149
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
diidentifikasi bahwa pembelajaran tematik dengan menggunakan
metode Rumah Qurani dapat menumbuhkembangkan multiple
intelligences siswa, seperti kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal,
musikal, natural, bodi/kinestetis, intrapersonal, logis-matematis.
3. Hasil pembelajaran tematik dengan menggunakan Metode Rumah
Qurani dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa
Model pembelajaran tematik hasil pengembangan, dapat
dijadikan salah satu model pembelajaran inovatif di madrasah kelas
awal, yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik proses
maupun hasil. Alasannya karena model ini merupakan sinergi dari
berbagai temuan-temuan baru yang dapat mengorkestrasikan
kesuksesan pengembangan multiple intelligences siswa.
Dengan kata lain, model pembelajaran tematik yang dirancang
dengan mengintegrasikan metode Rumah Qurani, ternyata cukup
kondusif dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences siswa.
Hal tersebut dapat dilihat dari skor hasil asesmen yang secara
internal dibandingkan antar skor hasil asesmen selama pembelajaran
tematik berlangsung. Pada umumnya hasil dari perkembangan setiap
aspek multiple intelligences siswa di tiga Madrasah Ibtidaiyah dengan
kualifikasi baik, sedang, kurang mengalami peningkatan yang berarti,
yaitu rata-rata skor hasil asesmen selama dan setelah pembelajaran
tematik, dengan menggunakan analisis rumus statistik uji t hitungnya
lebih besar daripada t tabel dan rata-rata dari setiap aspek multiple
intelligences.
Dengan demikian, model pembelajaran yang dikembangkan ini
dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
tematik di Madrasah Ibtidaiyah.
4. Rekomendasi
Model pembelajaran tematik dengan menggunakan metode
Rumah Qurani hasil penelitian dan pengembangan ini, dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk mengubah kebiasaan pembelajaran
konvensional. Untuk itu beberapa hal berikut perlu diperhatikan guru,
Kementerian Agama, dan peneliti selanjutnya:
a. Perlu adanya kemauan guru untuk mampu merealisasikan prinsip 5
M, yaitu Menarik, Menyenangkan, Memberikan kesan mendalam,
Mudah dipelajari, Mudah diterapkan. Kelima prinsip tersebut
diintegrasikan dalam aktifitas bermain, bercerita dan gerakan isyarat
tangan yang juga harus dikuasai oleh guru dengan baik. Model
150 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Model Pembelajaran Tematik Rumah Qurani
Pembelajaran tematik ini memerlukan guru yang kreatif, dalam
menyiapkan kegiatan atau pengalaman belajar siswa, memilih
kompetensi dari berbagai bahan ajar dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih interaktif, inspiratif, menantang, dan
memotivasi siswa atau peserta didik, memberi ruang bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, fisik, dan
perkembangan psikologi siswa atau peserta didik sehingga dapat
menumbuhkembangkan multi kecerdasan (multiple intelligences)
siswa atau peserta didik.
b. Penerapan model ini diperlukan dukungan dari pihak Kementerian
Agama bidang Mapenda, mengingat model pembelajaran Rumah
Islami ini sangat relevan dengan program peningkatan mutu
pembelajaran usia dini, seperti pembelajaran pada Taman
Pendidikan al-Quran (TPA), kelompok belajar, bahkan juga
pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) berbasis Islam. Dukungan dari
bidang Penamas pada Kementerian Agama juga diperlukan
mengingat metode ini relevan dengan pembelajaran anak usia dini
pada Taman Pendidikan al-Quran.
c. Peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan model pembelajaran
tematik dengan metode Rumah Qurani ini, dengan tema dan sub
tema yang lain, yang esensinya selain memfasilitasi siswa atau
peserta didik dalam menumbuhkembangkan multiple intelligences
siswa atau peserta didik, juga dapat secara berkelanjutan
meningkatkan kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran yang
kreatif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard, Multiple Intelligences. Jakarta: Interaksara, 2003.
Lwin May. Et.al How to Multiply Your Child’s Intellegences,
(terjemahan Christine Sudjana). Yogyakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia, 2003.
Hoerr, Thomas R., Buku Kerja Multiple Intelligences, Terjemahan.
Bandung: Kaifa, 2007.
Megawangi, Ratna, et.al., Pendidikan Holistik, Jakarta: Indonesia
Heritage Foundation, 2005.
Sulaiman, Dina Y, Doktor Cilik, Faham dan Paham Al Quran,
Bandung: Pustaka Iman, 2007.
Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar Kelas
Awal, Jakarta: Puskur-Balitbang, Depdiknas, 2006.
JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA | 151
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Dian Fajarwati
Tim Pengembang PGSD, Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S2
Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997.
Rusman, Manajemen Kurikulum. Bandung: SPS UPI Bandung, 2007.
Sukmadinata, Nana S., Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
152 | JURNAL DIDAKTIKA ISLAMIKA
Volume 5 Nomor 1 Pebruari 2015
Download