Haswati, Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran

advertisement
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PADA KELAS VIII MTs NEGERI 1 KENDARI1
HASWATI2
ABSTRAK: Haswati, Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas
VIII MTs Negeri 1 Kendari, dibimbing oleh H. Mursidin dan Abdul Halim Momo.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan aktifitas mengajar guru
dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT), (2) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT), dan (3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
Pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT).
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, subyeknya adalah siswa
kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari yang berjumlah 33 orang. Faktor yang diteliti
adalah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran serta hasil pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengikuti tahapan dalam PTK yaitu: (1)
Perencanaan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi; (4) Evaluasi dan (5) Refleksi.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis kualitatif dalam bentuk
persentase dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Siklus I hasil belajar siswa dari 33
orang siswa hanya 16 orang atau 48,48% yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 17
orang atau 51,52% belum tuntas. Hasil pembelajaran Siklus II menunjukkan bahwa
sebanyak 31 orang atau 93,93% siswa berada pada kategori tuntas dan 2 orang atau
6,07% siswa tidak tuntas. Pada aspek aktivitas belajar Siklus I pertemuan 1 hanya
mencapai 44,44% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 61,11%. Aktivitas belajar
siswa pada Siklus II pertemuan 1 menjadi 88,89% dan pada pertemuan 2 berada pada
level 100,00%. Pada aspek aktivitas guru Siklus I pertemuan 1 persentase yang
diperoleh adalah 61,11% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 83,33%.. Pada
Siklus II pertemuan 1, dan aktivitas guru mencapai 100,00%. Pada siklus II pertemuan
2 juga 100,00%,.
Kesimpulannya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari dalam
mata pelajaran IPS.
Kata kunci: Team Games Tournament (TGT), aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil
belajar IPS
1
2
Hasil Penelitian
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS
1
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dalam dinamika pembelajaran saat ini
adalah lemahnya proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran yang selama ini
berlangsung siswa biasanya kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada
kemampuan anak untuk menghafal informasi, mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut pemahaman terhadap pengetahuan yang
diperolehnya dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya setelah siswa lulus sekolah, mereka pintar secara teoritis tetapi
miskin aplikasi.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi dasar
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlaqul karimah, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No.20 tahun
2003). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dimaksud, diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistim pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang standar Nasional Pendidikan, Madrasah merupakan bagian integral dari
sistim pendidikan Nasional serta merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Meskipun demikian
Madrasah tetap memiliki cirihas dan karakteristik tersendiri, yang
mencerminkan eksistensi dan jati diri madrasah sebagai satuan pendidikan
islam.
Proses pembelajaran diMadrasah dewasa ini senantiasa menekankan
pengembangan siswa sebagai individu, sekolah (guru) jarang mengembangkan
siswa secara bersama sebagai suatu kelompok. Mulai dari tugas-tugas harian,
tanya jawab dan diskusi di kelas sampai evaluasi akhir hasil studi, semua
merupakan tugas individual. Dalam persaingan untuk mencapai prestasi
diantara siswa madrasah jarang sekali untuk dapat menanamkan semangat
kerjasama dan solidaritas sosial. Penekanan pada pengembangan siswa secara
individual menyebabkan kesenjangan hasil pendidikan.
Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang lain. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) sesungguhnya memiliki kedudukan yang strategis terutama untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sosial. Dalam pembelajaran IPS siswa dapat
mempelajari segala aspek kehidupan sosial mulai dari dimensi sejarah,
geografi, ekonomi dan sosiologi. Dengan demikian siswa akan dapat memetik
pelajaran untuk mencapai kehidupan sosial yang lebih baik. Kehidupan social
siswa akan meeningkat jika mereka mengimplementasikan pelajaran IPS yang
2
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
diintegrasikan dengan pendidikan karakter.Mengingat luasnya materi mata
pelajaran IPS tersebut maka dalam penelitian ini hanya menfokuskan kajian
pada salah satu materi pelajaran IPS saja. Oleh karena itu dalam pembelajaran
IPS guru perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat dan mampu menarik
minat siswa dalam kegiatan pengolahan informasi yang baik.
Dalam pembelajaran IPS guru diharapkan mampu membangkitkan
minat siswa untuk mengembangkan dan memaknai fakta-fakta
sejarah.Berbagai masalah dalam pembelajaran IPS pada MTsNegeri 1 Kendari
disebabkan kurangnya variasi guru dalam menerapkan model pembelajaran
sehingga minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM)
menurun, implikasinya adalah ketidak tercapaian tingkat ketuntasan hasil
belajar siswa.
Pembelajaran IPS pada MTsNegeri 1 Kendari dengan berbagai masalah
yang ditemukan di dalam kelas VIII-2 adalah kurangnya minat siswa terhadap
mata pelajaran dimungkinkan karna kurangnya upaya guru untuk
meningkatkan kreativitas belajar siswa. Kebanyakan guru masih banyak
menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga tidak teercipta proses
pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi yang dapat menambah
semangat belajar siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar kurang menarik
dan membosankan karna siswa tidak dirangsang atau ditantang untuk belajar
dan berfikir keatif.
Aktualitas pembelajaran IPS yang terjadi di MTs Negeri 1 Kendari,
khususnya kelas VIII-2 yang cenderung monoton dan kurang variarif,
berimplikasi terhadap: (1) hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.
Rata-rata hasil ulangan harian siswa hanya mencapai Nilai <70, masih kurang
dari Nilai KKM 70 (Kiteria Ketuntasan Minimal). (2) Masih kurang kritisnya
siswa dalam pola berpikir dan kesadaran belajarnya masih rendah; (3) input
siswa tergolong kurang mengakibatkan kualitas siswa dalam meningkatkan
mutu pembelajaran sekolah secara umum rendah. Dari masalah tersebut upaya
mengatasinya perlu adanya perbaikan dengan cara melakukan inovasi dalam
penggunaan model pembelajaran.Pendekatan yang dianggap tepat untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
pendekatan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT).
Berdasarkan pernyataan tersebut, perlu ada upaya untuk memperbaiki
proses pembelajaran disekolah agar bermakna dan membangkitkan semangat
belajar serta perhatian siswa. Salah satu upaya untuk memperbaiki proses
pembelajaran disekolah adalah penerapan Teams Games Tournamen (TGT).
Teams Games Tournamentdalam aplikasinya mengembangkan solidaritas di
kalangan siswa yang berbasis kerjasama, kebersamaan dan kolaborasi,
kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi serta kemampuan untuk mengambil
keputusan. Kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran merupakan
kerjasama diantara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama.
Disamping tujuan bersama yang akan dicapai, kebersamaan dan kerja sama
3
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
kerja sama diantara para siswa.
Fenomena yang ditunjukkan oleh hasil pengamatan lapangan
menunjukkan bahwa; (1) diantara 28 siswa yang diberikan pertanyaan oleh
guru untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran
terdapat 3 (tiga) orang yang mampu menjawab dengan baik, (2) Siswa yang
bertanya kepada guru hanya terdapat 2 (dua) orang, (3) siswa yang diberikan
tugas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan dan jawabannya benar hanya terdapat 5 (lima) orang, (4)
menyelesaikan tugas tetapi jawabannya belum lengkap terdapat 17 (tujuh
belas) orang, (5) tidak menyelesaikan tugasnya terdapat 6 (enam) orang.
Fenomena tersebut di atas meresahkan guru mata pelajaran IPS
MTsNengeri 1 Kendari1 karena tingkat partisipasi aktif dan minat siswa dalam
proses pembelajaran sangat rendah. Untuk mengatasi rasa kegelisahan guru
tersebut, peneliti menawarkan model pembelajaran yang diduga dapat
mengatasi rendahnya minat belajar siswa terhadap materi pelajaran IPS. Model
pembelajaran tersebut adalah Teams Games Tournament (TGT).
Aktualitas pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament
(TGT), guru tidak selalu memberikan tugas-tugas secara individual, melainkan
secara kelompok. Bahkan penentuan hasil evaluasi akhirpun menggunakan
prinsip kelompok. Artinya, hasil individu siswa tidak hanya didasarkan
kemampuan masing-masing, tetapi juga dilihat berdasarkan hasil prestasi
kelompok. Dengan demikian, siswa yang pandai akan menjadi tutor membantu
siswa yang kurang pandai demi prestasi kelompok sebagai satu kesatuan.
Setiap siswa tidak hanya bertanggung jawab atas kemampuan dan keberhasilan
dirinya, tetapi juga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan
kelompoknya.
Menurut Ibrahim, dkk. (2000: 7-8) model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran.
Ketiga tujuan tersebut adalah.
1. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Ahli pembelajaran berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsepkonsep yang sulit.
2. Pemberian peluang yang sama kepada siswa yang berbeda latar belakang
dan kondisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugastugas bersama melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif serta
belajar untuk menghargai satu sama lain.
3. Mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Berdasarkan kenyataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan salah satu model pembelajaran
4
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
kooperatif yaitu Teams Games Tournament (TGT), yang digunakan dalam
mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari. Adapun
judul penelitian tindakan kelas yang diajukan adalah meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kendari.
Untuk memfokuskan penelitian, maka kelas objek dalam penelitian adalah
kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari
B. KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian pembelajaran kooperatif
Model
pembelajaran
kooperatif
adalah
metode
belajar
yang
mengelompokkan siswa kemudian membagi materi pelajaran dalam
beberapa kelompok tersebut. Indikator keberhasilan penerapan metode
pembelajaran ini adalah apabila siswa dapat mencapai rerata 65 dan proses
kategori yang cukup baik.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana
siswa belajar dalam kelompo-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda, dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan
secara kooperatif (Iriani, 2005). Oleh Rachmadiarti (2003), siswa yang
bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki atau
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Pembelajaran
kooperatif dkembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial.
Berdasarkanuraianyang telahdikemukakandiatasdapatdikatakan bahwa
pembelajarankooperatifataucooperativelearningmerupakansuatu
modelpembelajarandimanasiswa
belajardanbekerjasamadalam
kelompoknyamasing-masingdenganstruktur
kelompokyang
berbeda-beda
antaraanggotasatu
denganyang
lainnyademimencapaisuatutujuanproses
pembelajaran.
2. Paradigma pembelajaran kooperatif
Paradigmasistempembelajaranyang
seharusnyaditerapkansaatini
adalahparadigmakonstruktivistik(Santyasa,2007:2).Menurutparadigma
ini,pembelajaranlebihmementingkanpenyelesaian masalah, pengembangan
konsep,
konstruksi
alogaritmadaripadamenghafalprosedurdan
penggunaannyahanyauntukmencarijawabanyang
benar.
Paradigma
pembelajaraniniditandaiadanya
aktivitasekperimentasi,pertanyaanpertanyaan,investigasi,hipotesisdanmodel-modelyang
dibangkitkanoleh
keinginan siswasendiri.
5
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Ibrahim,dkk.(2000:10) menuliskanlangkah-langkahmodel pembelajaran
kooperatifsecaraumumsepertiyangterlihat padatabel berikut.
Tabel 1
Langkah-langkah Model PembelajaranKooperatif
Fase
1.
2.
3.
TingkahLakuGuru
Menyampaikan
Gurumenyampaikansemuatujuanpelajaranyang
tujuandanmemotifasisisw ingindicapai
a
padapelajarantersebutdanmemotivasisiswa belajar
Menyajikaninformasi
Gurumenyajikan informasikepadasiswa
denganjalandemonstrasi ataulewat bahanbacaan
Mengorganisasisiswa
kedalam kelompokkelompokbelajar
Gurumenjelaskankepadasiswabagaimanacaranya
membentuk kelompokbelajardan membantu
setiapkelompok agarmelakukan
transisisecaraefisien
Gurumembimbingkelompok-kelompokbelajar
padasaatmereka mengerjakantugas
4.
Membimbingkelompok
bekerja danbelajar
5. Evaluasi
6.
Memberikan
penghargaan
Gurumengevaluasihasilbelajartentang materiyang
telahdipelajari ataumasingmasingkelompokmempresentasikan
hasilkerjanya.
Gurumencaricara-carauntuk menghargaibaik
upayamaupunhasil belajar individu
dankelompok.
Solihatin dan Raharjo (2007: 10-12) mengatakan langkah-langkah
penggunaan modelcooperative learningsecara umumadalah sebagai berikut.
a. Guru merancang rencana program pembelajaran dan menetapkan target
pembelajaranyangakandi capai.
b. Gurumenyusunlembarobservasiyangakandigunakanuntukmengobservasi
kegiatan siswadalam belajarsecarabersama-samadalam kelompok.
6
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
c. Guru melakukan observasi sekaligus membimbing dan mengarahkan
terhadap kegiatan siswabaik secaraindividual ataupun kelompok.
d. Gurumenjadimoderatordanmemberikankesempatankepadasiswauntuk
berdiskusi dan mempresentasikan hasildiskusinya. Dalam presentasi
terakhir, guru mengajak siswauntuk melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran.
Daripenjelasanlangkah-langkahyang
telahdisampaikandiatasdapat
dikatakanbahwa
pembelajarankooperatif
adalah
pelaksanaanproses
pembelajaranyang
dilaksanakandalamsuatukelompoktertentu,kemudian
diakhirprosesnyadiakhiridenganpresentasihasilkerjakelompokyang
telah
dipersiapkan sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran ini terkadang
sedikit bervariasi disesuaikan dengan pendekatan yang ingin digunakan dalam
pelaksanaan pembelajarannya.
Tinjauan tentang Pembelajaran
1. Motivasi Belajar
Menurut Winkel (1989) motivasi adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
tertentu. Menurut James O Whittaker (1970) motivasi adalah suatu istilah
yang sifatnya luas yang digunakan dalam psikologi yang meliputi kondisikondisi atau keadaan internal yang mengaktifkan atau memberiii kekuatan
kepada organisme dan mengarahkan tingkah laku organisme untuk
mencapai tujuan.
2. Metode kerja kelompok
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan
metode yang sesuai dengan aspek yang menjadi bahasan. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk menggali kemampuan motiorik dan kognitif
siswa adalah metode bermain dalam kelompok. Menurut Prasetyo (2003:
14) metode bermain kelompok adalah suatu metode dimana siswa di dalam
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok. Menurut Gilstrap dan Martin (Prasetyo 2003) kerja kelompok
sebagai kegiatan kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil yang
diorganisir untuk kepentingan belajar. Menurut Ulin dalam Prasetyo (2003)
metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dimana guru setelah mengelompokkan siswa menyuruh siswa mengerjakan
tugas tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran
Menurut Raka dan Ngatmini (2005: 67) strategi pembelajaran adalah
pola umum perbuatan guru mengajar di dalam perwujudan proses belajar
mengajar. Dengan demikian strategi pembelajaran adalah kegiatan belajar
7
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
mengajar yang dipilih guru yang memberiii kemudahan siswa untuk dapat
mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif.
4. Aktivitas belajar
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai
dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi.
Keterampilan
dasar
yaitu
mengobservasi,
mengklasifikasi,
memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan
terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data,
menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel,
mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
mendefinisikan
variabel
secara
operasional,
merancang
penelitian
dan
melaksanakan eksperimen.
C. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Kendari. Waktu pelaksanaan
penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, pada kelas VIII-2.
Dengan jumlah siswa 36 orang, dengan rincian laki-laki 22 orang dan perempuan
14 orang. Waktu penelitian adalah bulan April sampai dengan Mei 2015.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menurut metodenya termasuk penelitian tindakan.
Penelitian ini dicirikan oleh adanya tindakan yang dilakukan oleh guru secara
berulang-ulang dalam proses pembelajaran sebagai bentuk perbaikan proses
pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Burns menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan
penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan
pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan didalamnya,
yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang
awam (Madya, 2007:). Ciri lain yang dapat dikemukakan adalah sebelum
kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan langsung pada obyeknya, terlebih
dahulu mengadakan observasi awal untuk menetapkan langkah-langkah
penelitian yang mencirikan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian
tindakan kelas.
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini, menurut Taba dan
Noel (1990: 67) adalah sebagai berikut:
8
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
1. Identifying problems.
2. Analyzing problems and determining some pertinent causal factors.
3. Formulating tentative ideas about the crucial factors.
4. Gathering and interpreting data to sharpen these ideas and to develop
action hypotheses.
5. Formulating action
5. Evaluating the results of action.
Pada dasarnya pendapat di atas menginformasikan bahwa langkah-langkah
dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis
masalah, merumuskan hipotesis tindakan, membuat rencana tindakan,
melaksanakan tindakan, dan evaluasi
Faktor yang Diteliti
Untuk memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang telah
dikemukakan dalam penelitian ini, maka ada empat faktor yang akan diteliti,
yaitu:
1. Faktor siswa, yaitu untuk melihat apakah dengan penerapan model Teams
Games Tournament(TGT) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat
memahami materi secara maksimal.
2. Faktor guru, melihat bagaimana penerapan model Teams Games
Tournament (TGT) selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Faktor sumber belajar, yaitu dengan melihat apakah sumber dan bahan
belajar yang digunakan sesuai dengan tujuan dan mendukung pembelajaran
yang berlangsung.
4. Faktor hasil belajar, yaitu untuk mengetahui adakah peningkatan hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaannya direncanakan dalam tiga
siklus. Pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan tingkat perubahan yang
ingin dicapai berdasarkan desain tentang faktor-faktor yang diselidiki.
Sebenarnya tidak ada ketentuan tentang berapa siklus yang harus dilakukan.
Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran,
sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.
Sebagai dasar perbandingan kompetensi siswa terhadap materi pelajaran
IPS sebelum pemberian tindakan, apakah ada atau tidak ada peningkatan
proses aktifitas siswa dan prestasi belajarnya, maka hasil observasi awal
dijadikan sebagai acuan.Penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaanya
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan
yang didasarkan pada silabus pembelajaran IPS kelas VIII.2Adapun desain
pelaksanaan tindakan secara umum digambarkan dalam siklus seperti pada
gambar 3.1 berikut:
9
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan
Siklus 1
Perencanaan
Tindakan 1
Pelaksanaan
tindakan 1
Refleksi 1
Pengamatan/
observasi
Perencanaan
tindakan II
Permasalahan baru
hasil refleksi
refleksirefleksi
Siklus II
Refleksi II
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/
observasi
terselesaikan
(Sumber: Iskandar ,2009: 49 )
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti langkahlangkah/prosedur sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi dan evaluasi, serta (4) refleksi (Madya, 2006).
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan
observasi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa model pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaran konvensional, dimana guru
mendominasi pembelajaran dengan kegiatan ceramah. Berdasarkan hasil
tersebut, diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT).
Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah
kurikulum 2007 yaitu pada Pada Standar Proses (Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007) bagian perencanaan pembelajaran dinyatakan bahwa kegiatan
inti pembelajaran merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar (KD), dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
1. Tindakan Pembelajaran Siklus 1
a. Perencanaan
10
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran IPS materi persiapan
kemerdekaan Indonesia, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan
peneliti adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat
pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan guru sejawat sebagai
observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran dalam bentuk RPP (pertemuan 1 dan
2) untuk tindakan siklus I.
2) Membuat lembar observasi guru yang akan selama pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas (Pertemuan 1 dan 2).
3) Membuat lembar observasi siswa yang akan digunakan selama
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (pertemuan 1 dan 2).
4) Membuat alat evaluasi dalam bentuk tes tertulis berdasarkan
pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan pembelajaran IPS materi
pokok persiapan kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan sesuai dengan
skenario pembelajaran yang telah disiapkan. Dalam proses pembelajaran
pada tahap awal siswa menyimak penjelasan guru tentang
indikator/materi pelajaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.
Siswa berkelompok dalam kelompok diskusinya masing-masing dan
menyiapkan bahan yang akan didiskusikandengan kelompok siswa
lainnya berdasarkan materi pelajaran Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang disajikan pada Siklus I.
Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok siswa,
kemudian meminta setiap kelompok menyelesaikan soal-soal LKS.
Selanjutnya dilakukan diskusi antar kelompok, dimana guru berposisi
sebagai pemantau kelompok selama diskusi berlangsung dan menunjuk
wakil dari kelompok untuk mempresentasikan pekerjaan kelompoknya.
Guru memberi skor untuk masing-masing kelompok sesuai dengan hasil
peekerjaan mereka. Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok
yang telah selesai mempresentasikan laporannya dan sekaligus
menyimpulkan setiap materi yang telah didiskusikan oleh siswa.
Pada bagian penutup atau akhir pembelajaran, guru membimbing
siswa untuk membuat rangkuman terhadap materi pelajaran yang telah
dibahas bersama dalam diskusi kelompok, kemudian guru memberikan
tugas rumah. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru observer
melaksanakan tindakan peneliti observasi jalannya pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa.
c. Observasi
Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah
langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran, sejak awal hingga akhir
(penutup) yang berisikan cara guru membuka pembelajaran, menyajikan
11
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
materi pelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran
model Teams Games Tournament (TGT)yang telah dibuat atau belum dan
kemudian terakhir menilai kemampuan guru membuat kesimpulan
tentang materi pembelajaran. Selain itu, observasi juga melihat dan
menilai aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran berdasarkan skenario
format observasi yang dibuat berdasarkan tahapan pembelajaran.
Hasil observasi yang dilakukan oleh guru observer menunjukkan
bahwa proses pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, pada siklus I sudah berjalan dengan baik, namun pada aspek
siswa, masih ditemui adanya siswa yang kurang aktif dalam
kelompoknya, sedangkan pada aspek pembelajaran yang disajikan oleh
guru menunjukkan bahwa komponen dalam RPP belum semua terlaksana
dengan baik, karena guru mata pelajaran belum mampu melakukan
apersepsi terhadap yang dapat membuka wawasan dan pencerahan pada
siswa tentang materi serta dalam proses pembelajaran, guru belum dapat
mengelola waktu pembelajaran dengan baik.
Tabel. 2
Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Model Teams Games
Tournament (TGT) Siklus I (Pertemuan 1 dan 2)
No
Aspek yang Diobservasi
1
2
Guru menyampaikan salam.
Guru menyiapkan siswa untuk
belajar.
Guru
menyampaikan
indikator
pencapaian hasil belajar.
Guru memotivasi siswa.
Guru
mengawali
pembelajaran
dengan mengecek pemahaman dasar
siswa tentang pemerintahan daerah.
Guru menerapkan cara belajar
kelompok
Guru mengoptimalkan tanggung
jawab seluruh anggota dalam
berpartisipasi
dalam
kelompok
belajar.
Guru membagi LKS kepada masingmasing kelompok.
Guru meminta setiap kelompok
menyelesaikan soal-soal LKS.
3
4
5
6
7
8
9
P1
Ya
√
P2
Tidak
√
Ya
√
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
10
Guru memantau kerja dari kelompok
√
selama diskusi berlangsung
11
Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam
√
√
untuk mengungkapkan idenya
12
Gurumengaitkan
kegiatan
pembelajaran dengan pengalaman
√
√
siswa sehari-hari
13
Gurumenggunakan alat bantu sebagai
sumber
belajar
membuat
√
√
pembelajaran
menarik
dan
menyenangkan
14
Guru memberikan kesempatan siswa
untuk menanyakan materi yang
√
√
kurang dimengerti.
15
Guru menjelaskan kembali materi
√
√
yang kurang dimengerti siswa.
16
Gurumemantau kerja siswa.
√
√
17
Guru memberikan umpan balik
√
√
18
Guru memberikan tugas rumah.
√
√
Jumlah
11
7
15
3
Persentase (%) 61,11 38,89 83,33 16,67
Sumber: Lampiran 2
Keterangan:
P1= Pertemuan ke-1
P2= Pertemuan ke-2
d. Evaluasi
Dari hasil tes siklus I kemudian dianalisis untuk menentukan
ketuntasan belajar siswa. Hasil anlisis ketuntasan belajar siswa pada
siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Ketuntasan Pembelajaran IPS materi Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Siswa kelas VIII-2 Siklus I
F (%)
No
Skor Siswa
N
Tuntas
>70
1
16 (48,48%)
33
≤ 70
2
Tidak Tuntas
Skor rata-rata
17 (51,52%)
36,97
13
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
3
Skor tertinggi
90
4
Skor terendah
15
5
Rentang nilai
75
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
Sumber : Data Primer (lampiran. 6) diolah 2013
Keterangan : N = Jumlah Responden
F = Frekuensi
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa hasil
belajar yang dicapai siswa selama pelaksanaan tindakan penelitian dalam
2 (dua) kali pertemuan pembelajaran, pada siklus I dari jumlah siswa
sebanyak 33 orang yang mengikuti kegiatan pembelajaran, terdapat 16
orang atau 48,48 persen siswa yang tuntas belajar, sedangkan 17 orang
atau 51,52 persen belum tuntas. Dengan demikian, nilai indikator
penelitian yang ditetapkan belum tercapai, sehingga penelitian tindakan
kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I,
pembelajaran model Teams Games Tournament (TTG) beberapan catatan
yang dijadikan sebagai hasil refleksi adalah sebagai berikut:
1) Guru IPS dalam penyajian materi pelajaran belum sempurna sesuai
dengan yang diharapkan, hal ini terlihat dari kekurangan guru yang
belum melakukan apersepsi dengan sempurna untuk merangsang
pengetahuan, minat dan perhatian siswa untuk memasuki materi yang
disajikan
2) Guru masih kurang Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai
bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Setelah diadakan
refleksi antara observer dan peneliti maka diperoleh hal-hal sebagai
berikut:
3) Sebagian siswa belum berani mengungkapkan pendapatnya.
4) Sebagian siswa kurang aktif dalam proses diskusi.
5) Semua komponen dalam RPP belum terlaksana dengan baik (persentase
keterlaksanaan skenario pembelajaran 72,22% pada siklus I).
Pembahasan Hasil Penelitian
Seluruh tindakan penelitian kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa
kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari yang menyajikan mata pelajaran IPS
materi persiapan kemerdekaan Indonesia, telah selesai dilaksanakan dan
indikator pembelajaran baik pada aspek pembelajaran maupun hasil
pembelajaran telah tercapai pada siklus 2. Dengan demikian, tindakan
penelitian kelas dihentikan pada siklus 2. Adapun mengenai fenomena dan
14
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
dinamika yang berlangsung selama proses tindakan pembelajaran, peneliti
melakukan analisis pada sepek aktivitas pembelajaran (guru dan siswa) dan
juga hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Berikut dikemukakan uraian
mengenai aktivitas pembelajaran dan hasil pembelajaran.
2. Aktivitas pembelajaran
Penelitian ini dilaksanan dalam dua siklus, terdiri atas kegiatan
pendahuluan yakni observasi awal mengetahui tingkat kemampuan siswa
dan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran khususnya model
pembelajaran yang diterapkan.Selama proses pembelajaran, peneliti
menyerahkan kegiatan observasi kepada guru observer untuk melakukan
pengamatan dan penilaian terhadap setiap aspek dan tindakan pembelajaran
dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan dan keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Hal-hal yang diobservasi adalah aktivitas mengajar guru dan
aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran.
Secara skematis perbandingan dan kenaikan persentase ketuntasan
aktivitas pembelajaranIPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari, dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 4.1 Diagram ketuntasan aktivitas pembelajaran Siklus I dan II
(Sumbe
r: data Tabel 4.1, 4.2, 4.4 dan 4.5 diolah)
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari
penelitian adalah sebagai berikut:
15
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG) dapat
meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi pokok Persiapan
Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa yaitu secara klasikal tindakan
pembelajaran siklus I, dari 33 orang siswa hanya 16 orang atau sebesar 48,48 persen
yang tuntas dan yang tidak tuntas sebanyak 17 orang atau 51,52%. Pada siklus II
siswa yang memperoleh nilai tuntas meningkat mencapai 31 orang atau sebesar
93,93 persen dan yang tidak tuntas hanya sebanyak 2 orang atau 6,17%. Hal ini
membuktikan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG) dapat
meningkatkan hasil belajar IPS pokok bahasan Persapan Kemerdekaan Indonesia
pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari.
2. Peningkatan hasil belajar tersebut di atas didahului oleh peningkatan aktivitas
pembelajaran siswa pada setiap siklus yaitu aktivitas belajar siswa pada siklus I
mencapai 44,44% pada pertemuan pertama meningkat menjadi 61,11% pada
pertemuan kedua. Pada siklus II pertemuan pertama menjadi 88,89% dan meningkat
menjadi 94,44% pada pertemuan kedua.
3. Peningkatan aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan pertama adalah 61,11%
meningkat menjadi 83,33% pada pertemuan kedua dan pada siklus II meningkat
mencapai 100% pada pertemuan 1 dan pertemuan kedua juga berada pada level
100%.
Saran/Rekomendasi
Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut.
1. Kepada guru-guru IPS MTs Negeri 1 Kendari kiranya dapat menerapkan model
pembelajaran Teams Games Tournament(TTG)untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, karena dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament(TTG), maka guru dapat mengeksplorasikan seluruh
kemampuan siswa dalam berdiskusi dan mengemukakan gagasan sehingga
siswa semakin memahami dan mengetahui materi pembelajaran yang disajikan.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan dan lebih memahami
model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG), sehingga pada
penelitian selanjutnya tidak lagi menghadapi kendala dalam proses
pembelajaran, khususnya upaya-upaya untuk mengaktifkan siswa secara
optimal.
16
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002, dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta.
Anonim. 2007. Pedoman Penilain dalam KTSP. Jakarta.Departemen Pendidikan
Nasional.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk GuruYrama Widya, . Bandung.
Budiningsih, C. 2005, Belajar Dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penilaian dalam KTSP.
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Depdiknas,2006, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu, Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, Jakarta.
Depdiknas,
2000,
http://learning-with-mebogspot.com/2006_09_01_archive.htmlDiakses, 25 Maret 2015.
-------------, 2008, Model Pembelajaran Kooperatif, Depdiknas, Jakarta.
-------------. 2008. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK
Depdiknas, Jakarta.
Djamarah, Syaiful, Bahri, 2002. Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Edi Sugito, 2001, Kinerja Guru Profesional. Istrumen Pembinaan, Peningkatan, Dan
Penelitian. Aruzz Media, Jokjakarta.
Etin Solihatin, Raharjo,2007, Cooperative Learning Analisis Model PembelajaranIPS,
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Hamzah, 2006, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar).
Alfabeta, Bandung.
Hasan, Hamid. S.1996. Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (buku II). Bandung: Jurusan
FIPS IKIP Bandung
Hernawan, A. H. 2008, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran .Universitas
Terbuka, Jakarta.
Isjoni, 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta,
Bandung.
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada: Jakarta.
James, O Withaker, 1970, The condition of Learning (3rd Ed). Hall Reinhart and
Winston Inc.
Lie Anita, 2008 ,Cooperative Learning,PT Gramedia, Jakarta.
17
Hubungan Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan
Wonggeduku Kabupaten Konawe
Jurnal Edisi 2015
Vol. 1 No. 2
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Action Research.
Alfabeta, Bandung.
Richard L. Arend, 2008, Learning to Teach; Belajar Untuk mengajar, Pustaka Pelajar ,
Yogyakarta.
Rukmana, A. 2006. Pengelolaan Kelas. UPI PRESS.Bandung.
Sapriya. 2006, Konsep Dasar IPS. UPI PRESS.Bandung.
Slavin Robert E., 2007 ,Cooperative Learning; Teori Riset dan Praktek,
Soemanto, 2000, Model-Model Pembelajaran. Depdiknas, Jakarta.
Stahl, 1992, Teaching and Media: A systematic approach, Prentice-Hall, Englewood
Cliffs, N.J.
Sudjana, Nana. 2002 Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Sugiyono Metodologi Penelitian Kuantitatif,kualitatif. Alfabeta Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suhandini, Purwadi. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES
Sundawa, D. 2006, Pembelajaran Dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI
PRESS.Bandung.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.
20
Tahun
2003.
Sistem
PendidikanNasional. Citra Umbara, Bandung.
Wahyudi, 2004, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wartono, 2004, Bimbingan&Konseling di Sekolah. Andi, Yogyakarta
18
Download