Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA KELAS VIII MTs NEGERI 1 KENDARI1 HASWATI2 ABSTRAK: Haswati, Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri 1 Kendari, dibimbing oleh H. Mursidin dan Abdul Halim Momo. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan aktifitas mengajar guru dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), (2) Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), dan (3) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, subyeknya adalah siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari yang berjumlah 33 orang. Faktor yang diteliti adalah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran serta hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengikuti tahapan dalam PTK yaitu: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi; (4) Evaluasi dan (5) Refleksi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis kualitatif dalam bentuk persentase dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Siklus I hasil belajar siswa dari 33 orang siswa hanya 16 orang atau 48,48% yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 17 orang atau 51,52% belum tuntas. Hasil pembelajaran Siklus II menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau 93,93% siswa berada pada kategori tuntas dan 2 orang atau 6,07% siswa tidak tuntas. Pada aspek aktivitas belajar Siklus I pertemuan 1 hanya mencapai 44,44% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 61,11%. Aktivitas belajar siswa pada Siklus II pertemuan 1 menjadi 88,89% dan pada pertemuan 2 berada pada level 100,00%. Pada aspek aktivitas guru Siklus I pertemuan 1 persentase yang diperoleh adalah 61,11% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 83,33%.. Pada Siklus II pertemuan 1, dan aktivitas guru mencapai 100,00%. Pada siklus II pertemuan 2 juga 100,00%,. Kesimpulannya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari dalam mata pelajaran IPS. Kata kunci: Team Games Tournament (TGT), aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar IPS 1 2 Hasil Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS 1 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 A. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dalam dinamika pembelajaran saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran yang selama ini berlangsung siswa biasanya kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut pemahaman terhadap pengetahuan yang diperolehnya dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya setelah siswa lulus sekolah, mereka pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi dasar peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlaqul karimah, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No.20 tahun 2003). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dimaksud, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistim pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, Madrasah merupakan bagian integral dari sistim pendidikan Nasional serta merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Meskipun demikian Madrasah tetap memiliki cirihas dan karakteristik tersendiri, yang mencerminkan eksistensi dan jati diri madrasah sebagai satuan pendidikan islam. Proses pembelajaran diMadrasah dewasa ini senantiasa menekankan pengembangan siswa sebagai individu, sekolah (guru) jarang mengembangkan siswa secara bersama sebagai suatu kelompok. Mulai dari tugas-tugas harian, tanya jawab dan diskusi di kelas sampai evaluasi akhir hasil studi, semua merupakan tugas individual. Dalam persaingan untuk mencapai prestasi diantara siswa madrasah jarang sekali untuk dapat menanamkan semangat kerjasama dan solidaritas sosial. Penekanan pada pengembangan siswa secara individual menyebabkan kesenjangan hasil pendidikan. Mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang lain. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesungguhnya memiliki kedudukan yang strategis terutama untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial. Dalam pembelajaran IPS siswa dapat mempelajari segala aspek kehidupan sosial mulai dari dimensi sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi. Dengan demikian siswa akan dapat memetik pelajaran untuk mencapai kehidupan sosial yang lebih baik. Kehidupan social siswa akan meeningkat jika mereka mengimplementasikan pelajaran IPS yang 2 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 diintegrasikan dengan pendidikan karakter.Mengingat luasnya materi mata pelajaran IPS tersebut maka dalam penelitian ini hanya menfokuskan kajian pada salah satu materi pelajaran IPS saja. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPS guru perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat dan mampu menarik minat siswa dalam kegiatan pengolahan informasi yang baik. Dalam pembelajaran IPS guru diharapkan mampu membangkitkan minat siswa untuk mengembangkan dan memaknai fakta-fakta sejarah.Berbagai masalah dalam pembelajaran IPS pada MTsNegeri 1 Kendari disebabkan kurangnya variasi guru dalam menerapkan model pembelajaran sehingga minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM) menurun, implikasinya adalah ketidak tercapaian tingkat ketuntasan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPS pada MTsNegeri 1 Kendari dengan berbagai masalah yang ditemukan di dalam kelas VIII-2 adalah kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran dimungkinkan karna kurangnya upaya guru untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa. Kebanyakan guru masih banyak menggunakan metode ceramah dalam mengajar sehingga tidak teercipta proses pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi yang dapat menambah semangat belajar siswa. Akibatnya kegiatan belajar mengajar kurang menarik dan membosankan karna siswa tidak dirangsang atau ditantang untuk belajar dan berfikir keatif. Aktualitas pembelajaran IPS yang terjadi di MTs Negeri 1 Kendari, khususnya kelas VIII-2 yang cenderung monoton dan kurang variarif, berimplikasi terhadap: (1) hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah. Rata-rata hasil ulangan harian siswa hanya mencapai Nilai <70, masih kurang dari Nilai KKM 70 (Kiteria Ketuntasan Minimal). (2) Masih kurang kritisnya siswa dalam pola berpikir dan kesadaran belajarnya masih rendah; (3) input siswa tergolong kurang mengakibatkan kualitas siswa dalam meningkatkan mutu pembelajaran sekolah secara umum rendah. Dari masalah tersebut upaya mengatasinya perlu adanya perbaikan dengan cara melakukan inovasi dalam penggunaan model pembelajaran.Pendekatan yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pendekatan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Berdasarkan pernyataan tersebut, perlu ada upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran disekolah agar bermakna dan membangkitkan semangat belajar serta perhatian siswa. Salah satu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran disekolah adalah penerapan Teams Games Tournamen (TGT). Teams Games Tournamentdalam aplikasinya mengembangkan solidaritas di kalangan siswa yang berbasis kerjasama, kebersamaan dan kolaborasi, kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi serta kemampuan untuk mengambil keputusan. Kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran merupakan kerjasama diantara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama. Disamping tujuan bersama yang akan dicapai, kebersamaan dan kerja sama 3 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerja sama diantara para siswa. Fenomena yang ditunjukkan oleh hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa; (1) diantara 28 siswa yang diberikan pertanyaan oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran terdapat 3 (tiga) orang yang mampu menjawab dengan baik, (2) Siswa yang bertanya kepada guru hanya terdapat 2 (dua) orang, (3) siswa yang diberikan tugas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dan jawabannya benar hanya terdapat 5 (lima) orang, (4) menyelesaikan tugas tetapi jawabannya belum lengkap terdapat 17 (tujuh belas) orang, (5) tidak menyelesaikan tugasnya terdapat 6 (enam) orang. Fenomena tersebut di atas meresahkan guru mata pelajaran IPS MTsNengeri 1 Kendari1 karena tingkat partisipasi aktif dan minat siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah. Untuk mengatasi rasa kegelisahan guru tersebut, peneliti menawarkan model pembelajaran yang diduga dapat mengatasi rendahnya minat belajar siswa terhadap materi pelajaran IPS. Model pembelajaran tersebut adalah Teams Games Tournament (TGT). Aktualitas pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), guru tidak selalu memberikan tugas-tugas secara individual, melainkan secara kelompok. Bahkan penentuan hasil evaluasi akhirpun menggunakan prinsip kelompok. Artinya, hasil individu siswa tidak hanya didasarkan kemampuan masing-masing, tetapi juga dilihat berdasarkan hasil prestasi kelompok. Dengan demikian, siswa yang pandai akan menjadi tutor membantu siswa yang kurang pandai demi prestasi kelompok sebagai satu kesatuan. Setiap siswa tidak hanya bertanggung jawab atas kemampuan dan keberhasilan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan kelompoknya. Menurut Ibrahim, dkk. (2000: 7-8) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran. Ketiga tujuan tersebut adalah. 1. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Ahli pembelajaran berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsepkonsep yang sulit. 2. Pemberian peluang yang sama kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi, untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugastugas bersama melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif serta belajar untuk menghargai satu sama lain. 3. Mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Berdasarkan kenyataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan salah satu model pembelajaran 4 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 kooperatif yaitu Teams Games Tournament (TGT), yang digunakan dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari. Adapun judul penelitian tindakan kelas yang diajukan adalah meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kendari. Untuk memfokuskan penelitian, maka kelas objek dalam penelitian adalah kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari B. KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah metode belajar yang mengelompokkan siswa kemudian membagi materi pelajaran dalam beberapa kelompok tersebut. Indikator keberhasilan penerapan metode pembelajaran ini adalah apabila siswa dapat mencapai rerata 65 dan proses kategori yang cukup baik. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompo-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan secara kooperatif (Iriani, 2005). Oleh Rachmadiarti (2003), siswa yang bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki atau bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Pembelajaran kooperatif dkembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial. Berdasarkanuraianyang telahdikemukakandiatasdapatdikatakan bahwa pembelajarankooperatifataucooperativelearningmerupakansuatu modelpembelajarandimanasiswa belajardanbekerjasamadalam kelompoknyamasing-masingdenganstruktur kelompokyang berbeda-beda antaraanggotasatu denganyang lainnyademimencapaisuatutujuanproses pembelajaran. 2. Paradigma pembelajaran kooperatif Paradigmasistempembelajaranyang seharusnyaditerapkansaatini adalahparadigmakonstruktivistik(Santyasa,2007:2).Menurutparadigma ini,pembelajaranlebihmementingkanpenyelesaian masalah, pengembangan konsep, konstruksi alogaritmadaripadamenghafalprosedurdan penggunaannyahanyauntukmencarijawabanyang benar. Paradigma pembelajaraniniditandaiadanya aktivitasekperimentasi,pertanyaanpertanyaan,investigasi,hipotesisdanmodel-modelyang dibangkitkanoleh keinginan siswasendiri. 5 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Ibrahim,dkk.(2000:10) menuliskanlangkah-langkahmodel pembelajaran kooperatifsecaraumumsepertiyangterlihat padatabel berikut. Tabel 1 Langkah-langkah Model PembelajaranKooperatif Fase 1. 2. 3. TingkahLakuGuru Menyampaikan Gurumenyampaikansemuatujuanpelajaranyang tujuandanmemotifasisisw ingindicapai a padapelajarantersebutdanmemotivasisiswa belajar Menyajikaninformasi Gurumenyajikan informasikepadasiswa denganjalandemonstrasi ataulewat bahanbacaan Mengorganisasisiswa kedalam kelompokkelompokbelajar Gurumenjelaskankepadasiswabagaimanacaranya membentuk kelompokbelajardan membantu setiapkelompok agarmelakukan transisisecaraefisien Gurumembimbingkelompok-kelompokbelajar padasaatmereka mengerjakantugas 4. Membimbingkelompok bekerja danbelajar 5. Evaluasi 6. Memberikan penghargaan Gurumengevaluasihasilbelajartentang materiyang telahdipelajari ataumasingmasingkelompokmempresentasikan hasilkerjanya. Gurumencaricara-carauntuk menghargaibaik upayamaupunhasil belajar individu dankelompok. Solihatin dan Raharjo (2007: 10-12) mengatakan langkah-langkah penggunaan modelcooperative learningsecara umumadalah sebagai berikut. a. Guru merancang rencana program pembelajaran dan menetapkan target pembelajaranyangakandi capai. b. Gurumenyusunlembarobservasiyangakandigunakanuntukmengobservasi kegiatan siswadalam belajarsecarabersama-samadalam kelompok. 6 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 c. Guru melakukan observasi sekaligus membimbing dan mengarahkan terhadap kegiatan siswabaik secaraindividual ataupun kelompok. d. Gurumenjadimoderatordanmemberikankesempatankepadasiswauntuk berdiskusi dan mempresentasikan hasildiskusinya. Dalam presentasi terakhir, guru mengajak siswauntuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. Daripenjelasanlangkah-langkahyang telahdisampaikandiatasdapat dikatakanbahwa pembelajarankooperatif adalah pelaksanaanproses pembelajaranyang dilaksanakandalamsuatukelompoktertentu,kemudian diakhirprosesnyadiakhiridenganpresentasihasilkerjakelompokyang telah dipersiapkan sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran ini terkadang sedikit bervariasi disesuaikan dengan pendekatan yang ingin digunakan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Tinjauan tentang Pembelajaran 1. Motivasi Belajar Menurut Winkel (1989) motivasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut James O Whittaker (1970) motivasi adalah suatu istilah yang sifatnya luas yang digunakan dalam psikologi yang meliputi kondisikondisi atau keadaan internal yang mengaktifkan atau memberiii kekuatan kepada organisme dan mengarahkan tingkah laku organisme untuk mencapai tujuan. 2. Metode kerja kelompok Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan metode yang sesuai dengan aspek yang menjadi bahasan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menggali kemampuan motiorik dan kognitif siswa adalah metode bermain dalam kelompok. Menurut Prasetyo (2003: 14) metode bermain kelompok adalah suatu metode dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Menurut Gilstrap dan Martin (Prasetyo 2003) kerja kelompok sebagai kegiatan kelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Menurut Ulin dalam Prasetyo (2003) metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru setelah mengelompokkan siswa menyuruh siswa mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Strategi pembelajaran Menurut Raka dan Ngatmini (2005: 67) strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru mengajar di dalam perwujudan proses belajar mengajar. Dengan demikian strategi pembelajaran adalah kegiatan belajar 7 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 mengajar yang dipilih guru yang memberiii kemudahan siswa untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. 4. Aktivitas belajar Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. C. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Kendari. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, pada kelas VIII-2. Dengan jumlah siswa 36 orang, dengan rincian laki-laki 22 orang dan perempuan 14 orang. Waktu penelitian adalah bulan April sampai dengan Mei 2015. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menurut metodenya termasuk penelitian tindakan. Penelitian ini dicirikan oleh adanya tindakan yang dilakukan oleh guru secara berulang-ulang dalam proses pembelajaran sebagai bentuk perbaikan proses pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Burns menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan didalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam (Madya, 2007:). Ciri lain yang dapat dikemukakan adalah sebelum kegiatan penelitian tindakan dilaksanakan langsung pada obyeknya, terlebih dahulu mengadakan observasi awal untuk menetapkan langkah-langkah penelitian yang mencirikan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini, menurut Taba dan Noel (1990: 67) adalah sebagai berikut: 8 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 1. Identifying problems. 2. Analyzing problems and determining some pertinent causal factors. 3. Formulating tentative ideas about the crucial factors. 4. Gathering and interpreting data to sharpen these ideas and to develop action hypotheses. 5. Formulating action 5. Evaluating the results of action. Pada dasarnya pendapat di atas menginformasikan bahwa langkah-langkah dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis tindakan, membuat rencana tindakan, melaksanakan tindakan, dan evaluasi Faktor yang Diteliti Untuk memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, maka ada empat faktor yang akan diteliti, yaitu: 1. Faktor siswa, yaitu untuk melihat apakah dengan penerapan model Teams Games Tournament(TGT) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat memahami materi secara maksimal. 2. Faktor guru, melihat bagaimana penerapan model Teams Games Tournament (TGT) selama proses pembelajaran berlangsung. 3. Faktor sumber belajar, yaitu dengan melihat apakah sumber dan bahan belajar yang digunakan sesuai dengan tujuan dan mendukung pembelajaran yang berlangsung. 4. Faktor hasil belajar, yaitu untuk mengetahui adakah peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaannya direncanakan dalam tiga siklus. Pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan tingkat perubahan yang ingin dicapai berdasarkan desain tentang faktor-faktor yang diselidiki. Sebenarnya tidak ada ketentuan tentang berapa siklus yang harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Sebagai dasar perbandingan kompetensi siswa terhadap materi pelajaran IPS sebelum pemberian tindakan, apakah ada atau tidak ada peningkatan proses aktifitas siswa dan prestasi belajarnya, maka hasil observasi awal dijadikan sebagai acuan.Penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaanya dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan yang didasarkan pada silabus pembelajaran IPS kelas VIII.2Adapun desain pelaksanaan tindakan secara umum digambarkan dalam siklus seperti pada gambar 3.1 berikut: 9 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Permasalahan Siklus 1 Perencanaan Tindakan 1 Pelaksanaan tindakan 1 Refleksi 1 Pengamatan/ observasi Perencanaan tindakan II Permasalahan baru hasil refleksi refleksirefleksi Siklus II Refleksi II Pelaksanaan tindakan II Pengamatan/ observasi terselesaikan (Sumber: Iskandar ,2009: 49 ) Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti langkahlangkah/prosedur sebagai berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan evaluasi, serta (4) refleksi (Madya, 2006). D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran konvensional, dimana guru mendominasi pembelajaran dengan kegiatan ceramah. Berdasarkan hasil tersebut, diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah kurikulum 2007 yaitu pada Pada Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007) bagian perencanaan pembelajaran dinyatakan bahwa kegiatan inti pembelajaran merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD), dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 1. Tindakan Pembelajaran Siklus 1 a. Perencanaan 10 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 Setelah ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia, maka kegiatan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Setelah berkonsultasi dengan guru sejawat sebagai observer, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran dalam bentuk RPP (pertemuan 1 dan 2) untuk tindakan siklus I. 2) Membuat lembar observasi guru yang akan selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (Pertemuan 1 dan 2). 3) Membuat lembar observasi siswa yang akan digunakan selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (pertemuan 1 dan 2). 4) Membuat alat evaluasi dalam bentuk tes tertulis berdasarkan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan pembelajaran IPS materi pokok persiapan kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disiapkan. Dalam proses pembelajaran pada tahap awal siswa menyimak penjelasan guru tentang indikator/materi pelajaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Siswa berkelompok dalam kelompok diskusinya masing-masing dan menyiapkan bahan yang akan didiskusikandengan kelompok siswa lainnya berdasarkan materi pelajaran Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang disajikan pada Siklus I. Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok siswa, kemudian meminta setiap kelompok menyelesaikan soal-soal LKS. Selanjutnya dilakukan diskusi antar kelompok, dimana guru berposisi sebagai pemantau kelompok selama diskusi berlangsung dan menunjuk wakil dari kelompok untuk mempresentasikan pekerjaan kelompoknya. Guru memberi skor untuk masing-masing kelompok sesuai dengan hasil peekerjaan mereka. Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok yang telah selesai mempresentasikan laporannya dan sekaligus menyimpulkan setiap materi yang telah didiskusikan oleh siswa. Pada bagian penutup atau akhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman terhadap materi pelajaran yang telah dibahas bersama dalam diskusi kelompok, kemudian guru memberikan tugas rumah. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru observer melaksanakan tindakan peneliti observasi jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa. c. Observasi Hal-hal yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran, sejak awal hingga akhir (penutup) yang berisikan cara guru membuka pembelajaran, menyajikan 11 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 materi pelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran model Teams Games Tournament (TGT)yang telah dibuat atau belum dan kemudian terakhir menilai kemampuan guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. Selain itu, observasi juga melihat dan menilai aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran berdasarkan skenario format observasi yang dibuat berdasarkan tahapan pembelajaran. Hasil observasi yang dilakukan oleh guru observer menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia, pada siklus I sudah berjalan dengan baik, namun pada aspek siswa, masih ditemui adanya siswa yang kurang aktif dalam kelompoknya, sedangkan pada aspek pembelajaran yang disajikan oleh guru menunjukkan bahwa komponen dalam RPP belum semua terlaksana dengan baik, karena guru mata pelajaran belum mampu melakukan apersepsi terhadap yang dapat membuka wawasan dan pencerahan pada siswa tentang materi serta dalam proses pembelajaran, guru belum dapat mengelola waktu pembelajaran dengan baik. Tabel. 2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Model Teams Games Tournament (TGT) Siklus I (Pertemuan 1 dan 2) No Aspek yang Diobservasi 1 2 Guru menyampaikan salam. Guru menyiapkan siswa untuk belajar. Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar. Guru memotivasi siswa. Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek pemahaman dasar siswa tentang pemerintahan daerah. Guru menerapkan cara belajar kelompok Guru mengoptimalkan tanggung jawab seluruh anggota dalam berpartisipasi dalam kelompok belajar. Guru membagi LKS kepada masingmasing kelompok. Guru meminta setiap kelompok menyelesaikan soal-soal LKS. 3 4 5 6 7 8 9 P1 Ya √ P2 Tidak √ Ya √ Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 10 Guru memantau kerja dari kelompok √ selama diskusi berlangsung 11 Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam √ √ untuk mengungkapkan idenya 12 Gurumengaitkan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman √ √ siswa sehari-hari 13 Gurumenggunakan alat bantu sebagai sumber belajar membuat √ √ pembelajaran menarik dan menyenangkan 14 Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan materi yang √ √ kurang dimengerti. 15 Guru menjelaskan kembali materi √ √ yang kurang dimengerti siswa. 16 Gurumemantau kerja siswa. √ √ 17 Guru memberikan umpan balik √ √ 18 Guru memberikan tugas rumah. √ √ Jumlah 11 7 15 3 Persentase (%) 61,11 38,89 83,33 16,67 Sumber: Lampiran 2 Keterangan: P1= Pertemuan ke-1 P2= Pertemuan ke-2 d. Evaluasi Dari hasil tes siklus I kemudian dianalisis untuk menentukan ketuntasan belajar siswa. Hasil anlisis ketuntasan belajar siswa pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4.3 Hasil Analisis Ketuntasan Pembelajaran IPS materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa kelas VIII-2 Siklus I F (%) No Skor Siswa N Tuntas >70 1 16 (48,48%) 33 ≤ 70 2 Tidak Tuntas Skor rata-rata 17 (51,52%) 36,97 13 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe 3 Skor tertinggi 90 4 Skor terendah 15 5 Rentang nilai 75 Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 Sumber : Data Primer (lampiran. 6) diolah 2013 Keterangan : N = Jumlah Responden F = Frekuensi Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa selama pelaksanaan tindakan penelitian dalam 2 (dua) kali pertemuan pembelajaran, pada siklus I dari jumlah siswa sebanyak 33 orang yang mengikuti kegiatan pembelajaran, terdapat 16 orang atau 48,48 persen siswa yang tuntas belajar, sedangkan 17 orang atau 51,52 persen belum tuntas. Dengan demikian, nilai indikator penelitian yang ditetapkan belum tercapai, sehingga penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. e. Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I, pembelajaran model Teams Games Tournament (TTG) beberapan catatan yang dijadikan sebagai hasil refleksi adalah sebagai berikut: 1) Guru IPS dalam penyajian materi pelajaran belum sempurna sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terlihat dari kekurangan guru yang belum melakukan apersepsi dengan sempurna untuk merangsang pengetahuan, minat dan perhatian siswa untuk memasuki materi yang disajikan 2) Guru masih kurang Analisis terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Setelah diadakan refleksi antara observer dan peneliti maka diperoleh hal-hal sebagai berikut: 3) Sebagian siswa belum berani mengungkapkan pendapatnya. 4) Sebagian siswa kurang aktif dalam proses diskusi. 5) Semua komponen dalam RPP belum terlaksana dengan baik (persentase keterlaksanaan skenario pembelajaran 72,22% pada siklus I). Pembahasan Hasil Penelitian Seluruh tindakan penelitian kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari yang menyajikan mata pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia, telah selesai dilaksanakan dan indikator pembelajaran baik pada aspek pembelajaran maupun hasil pembelajaran telah tercapai pada siklus 2. Dengan demikian, tindakan penelitian kelas dihentikan pada siklus 2. Adapun mengenai fenomena dan 14 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 dinamika yang berlangsung selama proses tindakan pembelajaran, peneliti melakukan analisis pada sepek aktivitas pembelajaran (guru dan siswa) dan juga hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Berikut dikemukakan uraian mengenai aktivitas pembelajaran dan hasil pembelajaran. 2. Aktivitas pembelajaran Penelitian ini dilaksanan dalam dua siklus, terdiri atas kegiatan pendahuluan yakni observasi awal mengetahui tingkat kemampuan siswa dan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran khususnya model pembelajaran yang diterapkan.Selama proses pembelajaran, peneliti menyerahkan kegiatan observasi kepada guru observer untuk melakukan pengamatan dan penilaian terhadap setiap aspek dan tindakan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang diobservasi adalah aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran. Secara skematis perbandingan dan kenaikan persentase ketuntasan aktivitas pembelajaranIPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari, dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 4.1 Diagram ketuntasan aktivitas pembelajaran Siklus I dan II (Sumbe r: data Tabel 4.1, 4.2, 4.4 dan 4.5 diolah) E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: 15 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG) dapat meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS materi pokok Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa yaitu secara klasikal tindakan pembelajaran siklus I, dari 33 orang siswa hanya 16 orang atau sebesar 48,48 persen yang tuntas dan yang tidak tuntas sebanyak 17 orang atau 51,52%. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai tuntas meningkat mencapai 31 orang atau sebesar 93,93 persen dan yang tidak tuntas hanya sebanyak 2 orang atau 6,17%. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG) dapat meningkatkan hasil belajar IPS pokok bahasan Persapan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VIII-2 MTs Negeri 1 Kendari. 2. Peningkatan hasil belajar tersebut di atas didahului oleh peningkatan aktivitas pembelajaran siswa pada setiap siklus yaitu aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 44,44% pada pertemuan pertama meningkat menjadi 61,11% pada pertemuan kedua. Pada siklus II pertemuan pertama menjadi 88,89% dan meningkat menjadi 94,44% pada pertemuan kedua. 3. Peningkatan aktivitas mengajar guru pada siklus I pertemuan pertama adalah 61,11% meningkat menjadi 83,33% pada pertemuan kedua dan pada siklus II meningkat mencapai 100% pada pertemuan 1 dan pertemuan kedua juga berada pada level 100%. Saran/Rekomendasi Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut. 1. Kepada guru-guru IPS MTs Negeri 1 Kendari kiranya dapat menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG)untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament(TTG), maka guru dapat mengeksplorasikan seluruh kemampuan siswa dalam berdiskusi dan mengemukakan gagasan sehingga siswa semakin memahami dan mengetahui materi pembelajaran yang disajikan. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan dan lebih memahami model pembelajaran Teams Games Tournament(TTG), sehingga pada penelitian selanjutnya tidak lagi menghadapi kendala dalam proses pembelajaran, khususnya upaya-upaya untuk mengaktifkan siswa secara optimal. 16 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2002, dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta. Anonim. 2007. Pedoman Penilain dalam KTSP. Jakarta.Departemen Pendidikan Nasional. Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk GuruYrama Widya, . Bandung. Budiningsih, C. 2005, Belajar Dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penilaian dalam KTSP. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Depdiknas,2006, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Jakarta. Depdiknas, 2000, http://learning-with-mebogspot.com/2006_09_01_archive.htmlDiakses, 25 Maret 2015. -------------, 2008, Model Pembelajaran Kooperatif, Depdiknas, Jakarta. -------------. 2008. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas, Jakarta. Djamarah, Syaiful, Bahri, 2002. Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT Rineka Cipta, Jakarta. Edi Sugito, 2001, Kinerja Guru Profesional. Istrumen Pembinaan, Peningkatan, Dan Penelitian. Aruzz Media, Jokjakarta. Etin Solihatin, Raharjo,2007, Cooperative Learning Analisis Model PembelajaranIPS, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Hamzah, 2006, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Alfabeta, Bandung. Hasan, Hamid. S.1996. Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (buku II). Bandung: Jurusan FIPS IKIP Bandung Hernawan, A. H. 2008, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran .Universitas Terbuka, Jakarta. Isjoni, 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta, Bandung. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada: Jakarta. James, O Withaker, 1970, The condition of Learning (3rd Ed). Hall Reinhart and Winston Inc. Lie Anita, 2008 ,Cooperative Learning,PT Gramedia, Jakarta. 17 Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Guru SMP Negeri se-Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe Jurnal Edisi 2015 Vol. 1 No. 2 Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Action Research. Alfabeta, Bandung. Richard L. Arend, 2008, Learning to Teach; Belajar Untuk mengajar, Pustaka Pelajar , Yogyakarta. Rukmana, A. 2006. Pengelolaan Kelas. UPI PRESS.Bandung. Sapriya. 2006, Konsep Dasar IPS. UPI PRESS.Bandung. Slavin Robert E., 2007 ,Cooperative Learning; Teori Riset dan Praktek, Soemanto, 2000, Model-Model Pembelajaran. Depdiknas, Jakarta. Stahl, 1992, Teaching and Media: A systematic approach, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J. Sudjana, Nana. 2002 Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sugiyono Metodologi Penelitian Kuantitatif,kualitatif. Alfabeta Bandung: Remaja Rosdakarya. Suhandini, Purwadi. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES Sundawa, D. 2006, Pembelajaran Dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS.Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem PendidikanNasional. Citra Umbara, Bandung. Wahyudi, 2004, Psikologi Belajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wartono, 2004, Bimbingan&Konseling di Sekolah. Andi, Yogyakarta 18