BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengelolaan Pengelolaan atau manajemen memiliki pengertian sangat luas dan beragam. Beberapa ahli dalam bidang ini mendefinisikan dan merumuskannya menurut pandangan sendiri. Sudjana (2000:17) mengemukakan bahwa: Manajemen atau pengelolaan adalah merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Paturusi (2012: 2) menjelaskan bahwa manajemen atau pengelolaan pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Slameto (2009: 1) mengartikan manajemen adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 13 Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah seni dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian serta pengembangan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi. Sekolah adalah sebuah kelompok masyarakat kecil terdiri dari kepala sekolah, guru, karyawan, siswa didik, serta komite sekolah. Dari beberapa macam unsur yang ada di sekolah, maka sekolah akan mempunyai beberapa macam adat dan budaya yang dibawa oleh penghuni sekolah tersebut. Sagala (2000: 77) mengatakan sekolah merupakan masyarakat mini yang menjadi pusat pengembangan para siswa, sekolah bukan merupakan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi. Untuk itu kegiatan yang ada di sekolah adalah merupakan proses pelayanan. Siswa adalah merupakan pelanggan (client) yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya, siswa bukanlah sebuah bahan baku mentah (raw input) yang akan dicetak untuk menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Dengan adanya beberapa unsur yang ada di sekolah, maka manajeman sangat diperlukan oleh sekolah maupun oleh guru guna memberi pelayanan sebaik mungkin terhadap peserta didik, sehingga peserta didik merasa nyaman dengan pelayanan yang ada di sekolah, dan pada akhirnya dapat memberikan out came yang baik yang dapat memenuhi tuntutan masyarakat. 14 Paparan di atas merupakan gambaran pengelolaan secara umum, maka pendekatan pengelolaan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan proses pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Suryosubroto (2004: 22) “ciri manajemen yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan penilaian”. 2.1.1 Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Perencanaan menurut Sudjana (2000: 61) “prinsip prinsip perencanaan mencakup pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir”. Sedangkan Uno (2006:1) menyatakan bahwa: Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membantu kegiatan agar dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetap-kan. Menurut Handoko (1992: 34), perencanaan adalah: a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan b) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tertentu. 15 Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan merupakan suatu usaha untuk menyusun langkahlangkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan”. Dari beberapa pendapat tersebut hampir semuanya menyatakan bahwa fungsi organisasi tegantung dari perencanaan, karena perencanaan merupakan pembuka jalan. Apabila jalan itu salah maka tidak akan sampai tujuan, tetapi apabila jalan itu benar maka tujuan akan bisa dicapai. Perencanaan sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan yang dibuat sebelum mengambil suatu tindakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan dan menetapkan kegiatan yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Proses perencanaan harus dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai aspek untuk mengatasi berbagai permasalahan. Dari beberapa pendapat dan kajian di atas maka pengertian perencanaaan dapat disimpulkan sebagai berikut: Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung banyak rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, program, metode-metode dan prosedur tertentu, serta kegiatan berdasarkan jadwal yang ada. 16 2.1.2 Pengorganisasian (Organizing) Sepanjang perkembangannya, pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen memiliki pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan latar belakang keahlian para pakar yang memberikan pengertian masalah pengorganisasian, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dalam menerapkan fungsi pengorganisasian tersebut. Menurut Sudjana (2000: 116): Pengorganisasian adalah kegiatan untuk membentuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumbersumber manusiawi yang akan mendayagunakan sumber-sumber lainnya untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun Handoko (1992: 34) mengemukakan pengorganisasian sebagai: (1) penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; (2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; (3) penugasan tanggungjawab tertentu; (4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Sementara itu Paturusi (2012: 76) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah “kegiatan manajerial suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan siapa yang akan melaksanakan tugas terentu untuk mencapai tugas yang diinginkan organisasi”. 17 Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerjasama di antara orang-orang yang ada dalam kelompok, yang meliputi: tugas-tugas, wewenang, tanggung- jawab, serta tata hubungan masing masing orang. 2.1.3 Penggerakan (Actuating) Menurut Sutomo (2009: 14), pergerakan dapat didefinisikan sebagai: Keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendo-rong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis. Menggerakkan adalah kemampuan membujuk orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat (Paturusi, 2012: 79). Dengan demikian dalam pengelolaan pembelajaran, kemampuan untuk menggerakkan sangatlah penting agar siswa tidak menyimpang dari arah yang telah ditetapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang diperkirakan dapat timbul dalam kegiatan pembelajaran. 2.1.4 Pengkoordinasian (Coordination) Dalam pembelajaran sangat diperlukan sebuah koordinasi, karena dengan koordinasi kegiatan akan berjalan sesuai yang diharapkan. Suryosubroto (2004: 18 25) mengartikan pengkoordinasian sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit yang ada agar kegiatan mereka berjalan selaras dalam rangka mencapai suatu tujuan. Paturusi (2012: 81) menyatakan: Pengkoordinasian harus dilakukan dalam organisasi pendidikan, karena dalam organisasi pendidikan ada pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manajemen satuan pendidikan dan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang diharapkan”. Dengan demikian pengkoordinasian dalam pembelajaran sangat penting dimiliki oleh guru, karena dengan kemampuan mengkoordinasi maka pembelajaran akan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. 2.2 Pengelolaan Pembelajaran Pembelajaran adalah sebuah istilah baru sebagai pengganti istilah belajar mengajar. Kedua istilah tersebut hampir mengandung arti yang sama, hanya saja istilah pembelajaran menitikberatkan pada bagaimana membelajarkan siswa didik secara optimal. Dengan kata lain peran siswa didik harus lebih aktif dibanding dengan guru dalam proses pembelajaran. Sanjaya (2006: 97) mempunyai anggapan bahwa peran guru di dalam kelas bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Artinya guru harus lebih banyak membantu siswa didik untuk belajar. 19 Sementara menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 6): “pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang belajar, tujuannya adalah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar”. Hasil suatu pendidikan ditentukan oleh efektif tidaknya guru dalam mengatur atau mengelola pembelajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang baik akan mengasilkan tujuan pembelajaran yang baik pula. Menurut Seivert (2005: 1) “intensitas dan efektivitas hasil pendidikan (out put/graduated) sangat ditentukan oleh manajemen mutu pembelajaran dan instruksi yang dijalankan dalam lembaga pendidikan tersebut”. Guru sebagai tenaga pendidik harus profesional, dan dapat menunjukkan keprofesionalnnya melalui bentuk pelayanan jasa kepada masyarakat. Layanan jasa itu diwujudkan dengan pelayanan yang memuaskan terhadap siswa didiknya. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang memuaskan, maka guru harus bisa melaksanakan manajemen yang baik dalam menjalankan tugas kesehariannya. Dalam UndangUndang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab XI, pasal 39, ayat 2 dinyatakan bahwa: Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan 20 proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penilaian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Slameto (2009: 123) menyatakan bahwa manajemen atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara efektif dan efisien. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan (1996-1997: 35) mengemukakan: Fungsi dan tugas guru sebagai seorang pendidik dan pengajar adalah: (a) menyusun perangkat program pengajaran, (b) pelaksanaan pelajaran, (c) evaluasi, (d) analisa hasil ulangan, dan (e) pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan. Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2005: 1) bahwa: Rincian subtansi manajemen pembelajaran terdiri: a) perencanaan meliputi: membuat AMP, menyusun kalender pendidikan, menyusun program tahunan, menyusun program semester, menyusun program satuan pelajaran, dan menyusun RPP, b) pengorganisasian meliputi: penyusunan jadwal kegiatan, c) pelaksanaan yaitu: melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan d) pengawasan yaitu kegiatan evaluasi proses pembelajaran dan hasil kegiatan pembelajaran. Penulis sependapat dengan Slameto yang menyatakan bahwa pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang 21 guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi agar dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Dengan kata lain seorang guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya tidak hanya melakukan fungsi instruksionalnya saja, melainkan juga harus melaksanakan tugas manajerial. 2.3 Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan 2.3.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Seiring perkembangan bangsa dengan berbagai macam problematika yang menyertainya, maka dipastikan akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu sistem pendidikan harus mampu menghadapi perkembangan pendidikan, dan kurikulum dapat diubah sesuai kebutuhan. Perubahan kurikulum tersebut, mengakibatkan perubahan nama mata pelajaran yang di dalamnya termasuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Perubahan nama atau istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat kita lihat pada setiap kali perubahan kurikulum. Dalam Kurikulum 1994 dikenal dengan nama pendidikan jasmani, kemudian muncul Kurikulum 2004 yang kita kenal 22 dengan Kurikulum Berbasis Kompeteni (KBK). Dalam kurikulum tersebut muncul nama pendidikan jasmani dan olahraga. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 2006 pemerintah mengganti lagi dengan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2006 yang sering kita kenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum 2006 tersebut muncul istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Pengertian pendidikan jasmani menurut Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktoran Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 2) adalah: Proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan sportif, serta kecerdasan emosi. Menurut Khomsin (2001: 4) bahwa: Pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara ekplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Pada prinsipnya pendidikan jasmani adalah sebuah bentuk pendidikan yang mengutamakan gerak manusia dengan tanpa mengesampingkan perkembangan aspek yang lain yaitu sikap dan pengetahuannya. Dengan kata lain, bahwa pendidikan jasmani di samping mengutamakan aspek psikomorik juga mem23 perhatikan aspek yang lain yaitu afektif dan kognitif. Pengertian pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang muncul dalam KTSP atau Kurikulum 2006 menurut Peraturan Republik Indonesia Menteri Pendidikan No. 22 tahun 2006 Nasional tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, seperti yang saya uraikan pada bab I, mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolahsekolah memiliki peran yang sangat penting, karena melalui pendidikan ini anak didik dapat terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Dengan pengalaman belajar tersebut siswa memperoleh pembinaan pertumbuhan fisik dan mengalami pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. 24 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada prinsipnya adalah sama, yaitu melakukan gerak sepanjang hayat yang merupakan pendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, serta keterampilan motorik. Hanya saja pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung makna yang lebih luas yaitu pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 2.3.2 Hakikat Pendidikan Jasmani Tim KBK Penjas Direktorat Menengah Kejuruan (2003:3) mengatakan bahwa “manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dengan sendirinya dapat terpilah-pilah, yaitu komponen jasmani dan rohani (dikhotomi). Pandangan semacam ini mempunyai anggapan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hanya semata-mata mendidik jasmani saja atau sebagai penyeimbang serta penyelaras pendidikan rohani. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap. Pandangan seperti di atas bisa menimbulkan salah kaprah seorang guru pendidikan jasmani dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan, dan penilaian. Pada akhirnya pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cenderung hanya mengarah kepada upaya dalam memperkuat badan, memperhebat keterampilan fisik, dan mengarah pada kemampuan jasmaniah saja. Guru 25 lupa bahwa sebenarnya manusia juga terdiri dari unsur rohaniah dan sosial. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan olahraga. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang meyakini bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Pendidikan jasmani (physical education) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan. Berkaitan dengan pendidikan jasmani, Aip dan Muhadi (1991/1992:4) menyatakan bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. 26 Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan yang lainnya dan hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan pikiran serta jiwanya. Jadi melalui pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekaligus akan diperoleh tiga aspek, yaitu: psikomotorik; afektif; dan kognitif. Itulah yang menjadikan ciri bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Tidak ada mata pelajaran lainnya yang seperti mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kepentingan dengan perkembangan manusia secara menyeluruh. 2.3.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Bucher yang dikutip oleh Khomsin (2001: 5), mengatakan bahwa: Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian utama yaitu: (1) Organi, aspek ini terkait dengan kekuatan otot, kelentukan, dan daya tahan kardiosvaskular, (2) Interperatif, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan membuat penilaian, (3) pekembangan neuromoskuler, (4) untuk perkembangan faktor sosial, aspek ini terkait dengan kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain dengan menghubungkan individu untuk masyarakat dan lingkungan, (5) sebagai perkembangan emosional, aspek ini terkait dengan ke- 27 mampuan melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhankebutuhan dasar. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006, tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diberikan di sekolah adalah agar para siswa didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih; (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan; (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis; (6) Mengembangkan keterempilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Pendidikan jasmani merupakan jenis pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak sebagai media pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, (Paturusi, 2012: 15). 28 emosional, maupun moral Dari beberapa pandangan tentang tujuan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seperti telah diuraikan di atas, maka guru berperan sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran. Hasil akhir dari sebuah pembelajaran dituangkan dalam nilai rapor. Menutur buku laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa tengah, aspek-aspek yang dinilai pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah meliputi: Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembangan, Uji diri/Senam, Aktivitas Ritmik, dan Aquatik/ Pendidikan luar sekolah. Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan jasmani menuju perkembangan menyeluruh sebagai berikut: 29 Pendidikan Jasmani Praktik Pengajaran berorientasi pada Karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak Psikomotorik Kesegaran Jasmani Perseptual motorik Afektif Konsep Diri Kognitif Intelegensia emosional dan watak Penalaran dan pembuatan keputusan Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan kesehatan Gambar 1 Skematis Pendidikan Jasmani menuju Perkembangan Menyeluruh (Lutan 2000: 4) Gambar tersebut menunjukkan cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak. Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan, pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, meningkat30 kan keterampilan gerak, membentuk karakter moral yang baik, menumbuhkan sikap sportif, mengembangkan keterampilan menjaga keselamatan dan pencapaian pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup yang sehat dan kebugaran serta memiliki sikap yang sportif. 2.3.4 Manfaat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum. Melalui program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa ada pendidikan jasmani di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Mahendra (2004: 7-8) mengatakan bahwa: Secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup: (1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak, (2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya, (3) Menanamkan dasardasar keterampilan yang berguna, (4) Menyalurkan energi yang berlebihan, (5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan, banyak manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani di antaranya: sebagai pemenuhan akan gerak anak; mengenalkan lingkungan dan potensi anak; menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna; untuk menyalurkan energi yang berlebihan; dan sebagai proses secara serempak baik fisik, mental, maupun 31 emosional. Pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek mental, emosional dan spiritual. 2.3.5 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Ruang lingkup pendidikan jasmani mencakup banyak aspek. Menurut Furqon (2007: 4) bahwa: Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga meliputi aspek-aspek sebagai berikut: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan diri meliputi, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, kesehatan. Pendapat tersebut menunjukkan, ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi enam aspek yaitu: olahraga permainan, pengembangan diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan budaya hidup sehat. Dari masing-masing aspek tersebut di dalamnya terdiri beberapa macam cabang olahraga yang telah diatur berdasarkan kurikulum yang berlaku. Olahraga permainan, meliputi permainan bola besar, permainan bola kecil, bela diri dan atletik. Permainan bola besar terdiri dari sepak bola, bola voli, bola basket. Permainan bola kecil meliputi tenis meja, bulu tangkis. Bela diri merupakan bagian dari olahraga permainan. Dalam kurikulum SMP, beladiri yang diajarkan adalah pencaksilat. Atletik juga merupakan salah satu aspek permainan olahraga yang diajarkan 32 di Sekolah. Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa macam nomor, yaitu: lari, lompat, dan lempar. Aspek pengembangan diri meliputi kebugaran jasmani dan senam lantai. Aktivitas ritmik meliputi senam irama. Aktivitas air atau aquatik adalah kegiatan yang berhubungan dengan air, dalam hal ini adalah renang. Pendidikan luar kelas meliputi penjelajahan, berkemah. 2.4 Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Seperti telah penulis uraikan di atas bahwa seorang guru dituntut bisa mengelola atau mengatur tugas-tugas pokok sebagai seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pakar pendidikan Hamalik (2001: 123-124) menyatakan: Peran guru dapat juga sebagai seorang pemimpin, artinya guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis. Majid (2007:112) mengatakan bahwa: “guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung”. Pendapat lain dari Yamin (2007: 55) adalah: 33 Guru memiliki peran ganda di sekolah. Mutu pendidikan menjadi tanggung jawab guru. Guru juga sebagai seorang menajerial yang akan mengelola proses pembelajaran, merencanakan pembelajaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan mengadakan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa masing-masing. Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam menjalankan tugasnya seorang guru (termasuk guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) harus bisa mengelola atau mengatur pembelajarannya, karena apabila guru dapat mengatur pembelajarannya dengan baik miscaya hasil yang diharapkan juga akan lebih baik. Seperti disampaikan Sukardi (2006:26): Sebagai seorang guru yang profesional dan harus dilakukan oleh setiap guru di sekolah, memiliki lima tugas pokok, yaitu merencanakan, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling. Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa seorang guru termasuk di dalamnya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam menjalankan tugas kesehariannya harus bisa mengatur atau mengelola pembelajarannya dengan sebaik mungkin. Karena pengertian pengelolaan pembelajaran mengandung arti yang sangat luas, maka dalam tulisan ini penulis membatasi tentang pengertian pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah sebagai berikut: pengelolaan pembelajaran 34 pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi proses pembelajaran, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi. Untuk itu seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan manajemen pembelajaran di kelas harus melaksanakan kegiatan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) melaksanakan evaluasi, dan (4) melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi. 2.4.1 Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran memainkan peran yang sangat penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan melayani siswanya. Perencanaan pembelajaran juga merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Apabila perencanaan dipersiapkan dengan baik maka tujuan pembelajaran juga akan tercapai dengan baik pula. Sebaliknya apabila perencanaan pembelajaran kurang dipersiapkan dengan baik maka pelaksanaan pembelajarannya juga menjadi kurang baik, sehingga hasil yang diharapkan pun juga menjadi tidak baik pula. Majid (2007: 22) mengemukakan bahwa, terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran, yaitu: 35 1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan; 2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan; 3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun siswa; 4. Sebagai alat ukur efektif dan tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambanan kerja; 5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja; 6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya. Sementara Hamalik (2001:135) berpendapat bahwa “guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pelaksanaan pembelajaran berhasil”. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Begitulah betapa pentingnya sebuah perencanaan pembelajaran bagi seorang guru yang akan melaksanakan action di depan siswa didiknya. Dengan perencanaan pembelajaran yang baik, maka guru tersebut tidak akan kehilangan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sukardi (2006: 26-27) mengatakan bahwa “fungsi perencanaan pembelajaran adalah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya”. Oleh sebab itu tidaklah benar bahwa membuat perencanaan pembelajaran hanya akan merepotkan pekerjaan guru. Selanjutnya Sukardi juga membagi 36 beberapa bentuk kegiatan persiapan pembelajaran yang berupa penyusunan (1) analisis materi pelajaran (AMP); (2) program tahunan dan program semester (Prota dan Promes); (3) silabus; (4) rencana program pembelajaran (RPP); dan (5) program perbaikan dan pengayaan. Sedangkan menurut Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana Pendidikan (1996-1997: 35), tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran adalah menyusun perangkat program pengajaran. Adapun perangkat program pengajaran terdiri dari: (1) Analisis Materi Pelajaran (AMP); (2) program tahuan; (3) program semester; (4) rencana satuan pelajaran; (5) rencana pengajaran. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas seorang guru yang baik dalam kegiatan perencanaan pembelajaran dapat dibuktikan dengan: (1) tersajinya AMP; (2) tersajinya program tahunan dan program semester; (3) tersajinya pemetaan; (4) tersajinya silabus; dan (5) tersajinya rencana program pembelajaran (RPP) sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan denga baik. Dengan perencanaan yang baik maka proses kegiatan berikutnya akan dapat berjalan dengan baik pula. 2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu kegiatan inti guru di 37 sekolah. Setelah guru selesai merencanakan pembelajaran maka guru harus melakukan kegiatan berikutnya yaitu mempraktikkan perencanaan yang telah dibuat di dalam kelas melalui pelaksanaan pembelajaran. Menurut Usman (2006: 4): Pelaksanaan pembelajaran sama artinya dengan kegiatan belajar mengajar yang berarti merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara Sukardi (2006: 28) mengatakan bahwa: Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru harus benar-benar siap materi, siap mental, siap metodologi, siap media, dan siap strategi pembelajaran. Hal ini akan didapat apabila sebelumnya guru tersebut melaksanakan langkah pertama yaitu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik. Khomsin (2001: 8) berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis sependapat dengan Sukardi, karena seorang guru harus mampu menampilkan diri seprima mungkin saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Artinya seorang guru harus menunjukkan kemampuan ter38 baiknya di depan para siswanya, penjelasannya mudah dipahami, penguasaan keilmuannnya benar, menguasai metodologinya, serta mempunyai strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang bersifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya memiliki kecenderungan bermain. Akibatnya siswa kurang memiliki daya tarik dan merasa bosan untuk mengikuti pelajaran praktik penjas, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka. Selain metode pembelajaran, pendidik juga dapat melakukan dengan metode lain seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri (menggunakan metode pendekatan bermain untuk meningkatkan prestasi). Dengan metode bermain diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajarnya, sehingga terjadi proses pembelajaran yang menarik dan berkesan. Hal ini akan memberi penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah sehingga siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya dan dapat mencapai prestasi yang gemilang. 1. Strategi Pembelajaran Menurut Sudjana (2005: 6): Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, 39 sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta didik dan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran. Sagala (2007: 221) berpendapat bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar meliputi: (1) menentukan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku belajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Menurut Sanjaya (2007: 126) “dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau tindakan yang di dalamnya termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi pembelajaran adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah pembelajaran, pemanfaatan sumber dan fasilitas semuanya diarahkan pada pencapaian hasil belajar. 2. Tahapan Pembelajaran Sagala (2007: 225) mengatakan, ada tiga hal pokok yang harus dilaksanakan oleh guru dalam 40 melaksanakan mengajar, yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap pengajaran (instruksional), serta tahap penilaian dan tindaklanjut. Tahap Praintruksionall Tahap Intruksional Tahap Evaluasi & Tidak Lanjut Gambar 2 Tahapan Pembelajaran (Sagala (2007: 225) Ketiga tahapan ini harus ditempuh oleh seorang guru setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika salah satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pembelajaran (Sagala, 2007: 226). 1. Tahap Pra-Instruksional Tahap pra-instruksional adalah tahapan yang ditempuh oleh seorang guru pada saat ia memulai pembelajaran. Tujuan dari tahapan ini adalah mengungkap kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kegiatan semacam ini disebut dengan pemanasan. 2. Tahap Instruksional Tahap instruksional sering disebut dengan tahap pembelajaran atau tahap inti, yakni tahap mem41 berikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) menentukan materi pokok atau kompetensi dasar yang akan dipelajari, (3) membahas pokok materi yang telah ditentukan, (4) penggunaan alat bantu atau media pembelajaran, dan (5) menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. 3. Tahap Penilaian dan Tindaklanjut Tahap penilaian dan tindak lanjut bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan intruksional. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah: (1) mengajukan pertanyaan atau siswa disuruh melakukan kegiatan tentang materi yang telah dipelajarinya; (2) apabila 75% siswa belum bisa melakukan, maka guru hendaknya mengulangi kembali penjelasan meteri yang telah diberikan; (3) guru bisa memberikan tugas-tugas di rumah yang ada hubungannya dengan materi pokok; dan (4) mengakhiri pelaksanaan pembelajaran. Wahjoedi (2005: 1) memaparkan, pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan umumnya dilakukan dalam serangkaian dari tiga tahapan, yaitu: pemanasan (warming up), latihan inti, dan pendinginan (cooling down). Latihan inti mendapat porsi waktu terbesar setiap kali pertemuan yaitu 70% sampai 80%, sisanya 10% sampai 15% untuk pemanasan, dan 5% 42 sampai 10% untuk pendinginan. Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat disampaikan bahwa banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran, karena itu guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas harus memiliki sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Kompetensi berarti kemampuan, kecakapan (ability). Kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. 2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar Langkah ketiga yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah melakukan kegiatan pembelajaran adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Kegiatan evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik (feet back) atas kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru. Dengan evaluasi, kita dapat mengetahui pencapaian standar kompetensi atau pencapaian tujuan yang diharapkan. Selain itu evaluasi juga dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang dilakukan, karena seorang guru tidak akan mungkin mengetahui perkembangan siswa didiknya tanpa melakukan evaluasi. 43 Menurut Hamalik (2001: 145-146), istilah evaluasi sering disebut juga assessment yang mempunyai arti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional. Majid (2007: 185) menyebutkan sebagai berikut: Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Sudjana (2007: 243) membagi evaluasi menjadi dua yaitu: (1) evaluasi proses pengajaran; dan (2) evaluasi hasil pengajaran. Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri, artinya evaluasi harus tidak terpisahkan dengan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran, sedangkan evaluasi hasil pengajaran merupakan bentuk hasil akhir dari sebuah pengajaran. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi yang harus dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah evaluasi proses bukan evaluasi hasil, karena evaluasi hasil cenderung mengukur prestasi. Evaluasi pembelajaran akan lebih baik apabila menggunakan evaluasi proses. Dalam pembelajaran, terutama pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, penampilan gerak dan kesegaran jasmani adalah merupakan tujuan utama dari pembelajaran tersebut. 44 Namun karena evaluasi dapat berfungsi sebagai umpan balik dan remidial pengajaran, apa pun hasil evaluasi tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan guru untuk melaksanakan strategi pembelajaran berikutnya. Dengan demikian strategi pembelajaran guru dari waktu ke waktu akan selalu berubah menyesuaikan kondisi lapangan. 2.4.4 Analisis Hasil Evaluasi Setelah dilakukan kegiatan evaluasi, guru kemudian melaksanakan kegiatan berikutnya, yaitu analisis hasil evaluasi. Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak ia tidak mendukung. Farida (2008:112) mengatakan: Tujuan dari analisis ialah membuat singkatan dari data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai sebagai dasar yang tentatif untuk mengambil suatu keputusan. Hasil penilaian belajar dianalisis untuk mendapatkan umpan balik tentang berbagai komponen dalam proses pembelajaran. Analisis untuk ulangan harian dengan tengah semester ditekankan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang dan faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari 45 batas minimal ketuntasan belajar diberikan remidial, sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan. Lebih lanjut Farida (2008:114) mengatakan: Analisis hasil evaluasi dilaksanakan setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi. Analisis hasil evaluasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah suatu kegiatan menganalisis data dari evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari analisis evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dilaksanakan. Karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama, sehingga dengan kata lain analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari suatu pembelajaran yang direncanakan. 46 2.4.5 Tindaklanjut Hasil Evaluasi Setelah dilakukan kegiatan analisis hasil evaluasi, guru kemudian melaksanakan kegiatan berikutnya yaitu tindaklanjut hasil evaluasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk perbaikan dan pengayaan, perbaikan dilakukan terhadap anak yang belum mencapai ketuntasan belajar, sedangkan pengayaan dilakukan kepada siswa yang sudah mencapai ketuntasan, atau yang sering kita kenal dalam pembelajaran tuntas. Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 21) mengatakan program layanan dalam pembelajaran tuntas adalah sebagai berikut: a. Bagi siswa yang belum mencapai skor 75 untuk kompetensi dasar (KD) tertentu, maka siswa yang bersangkutan harus diberi layanan yang berupa program remedial (perbaikan); b. Bagi siswa yang mencapai skor untuk kompetensi dasar (KD) tertentu antara 75 – 90, kelompok siswa ini perlu diberikan program pengayaan (enrichment); c. Sedangkan siswa yang skor penguasaan kompetensi dasar (KD) tertentu lebih dari 90, maka siswa tersebut sebaiknya diberikan layanan program percepatan (akselerasi). Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2006: 20) mengatakan: Sekolah boleh menetapkan atau membuat sendiri kriteria ketuntasan minimum (KKM) boleh lebih rendah atau kalau mungkin boleh lebih tinggi dari 75% dengan memperhatikan dan mempertimbang- 47 kan tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampuan daya dukung dari sekolah tersebut. Secara skematis ketiga bentuk program layanan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004: 21) menggambarkan sebagai berikut: >90 Percepatan Mencapai ketuntasan KD 1 Tes K D1 75-90 Belum mencapai Ketuntasan (< 75) Pengayaan Remidial KD 2 KD 3 Mencapai Ketuntasan Gambar 3 Skema Bentuk Program Layanan (Depdiknas, 2004: 21) 1. Program Perbaikan Majid (2006: 236) menyatakan: “program perbaikan adalah merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa 48 orang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar”. Jadi program perbaikan adalah sebuah proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki atau melayani peserta didik yang kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dengan bentuk mengulangi kompetensi dasar (KD) yang belum dikuasai siswa. Adapun model atau cara yang dapat ditempuh untuk pelaksanaan kegiatan remedial adalah seperti yang diuraikan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 25) sebagai berikut: a. Menjelaskan kembali kompetensi dasar (KD) yang bersangkutan dengan penyederhanaan materi; b. Pemberian bimbingan secara khusus; tugas-tugas atau perlakuan c. Pemberian (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular; d. Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran tutor sejawat (peer tutor). 2. Program Pengayaan Kondisi yang sebaliknya terjadi dari program remedial adalah: program pengayaan. Menurut Majid (2006: 240), program pengayaan adalah suatu bentuk pembelajaran khusus yang diberikan kepada siswa yang sangat cepat dalam pembelajaran. Siswa yang cepat menguasai kompetensi semacam ini tidak boleh diterlantarkan. Menurut Departemen Pendidikan 49 Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 30), siswa yang sudah tuntas dalam kompetensi dasar tertentu tidak boleh diterlantarkan agar siswa tersebut tidak terganggu dalam belajarnya. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 23) mengatakan, cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan program pengayaan adalah sebagai berikut: 1. Memberikan bacaan tambahan atau berdiskusi yang dapat memperluas wawasan; 2. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragrap, dll; 3. Memberikan soal-soal atau latihan-latihan tambahan yang bersifat pengayaan; 4. Membantu guru membimbing teman-teman yang belum mencapai ketuntasan. 2.5 Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dengan judul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Magelang (2008), bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP/MTs yang ada di wilayah kota Magelang. Melalui penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP kota Magelang 50 pada prinsipnya telah membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melakukan evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut evaluasi dengan baik, namun dalam kegiatan tindak lanjut belum semuanya terlaksana dengan baik. Penelitian oleh Saleh dengan judul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP se-Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi (2011), bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perencanaan pembelajaran, pengorganisasian atau pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran dan pengawasan pembelajaran atau penilaian pembelajaran pendidikan jasmani di SMP se Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan perencanaan termasuk dalam kategori cukup baik (75%). Dalam pengorganisasian, guru merasa telah melakukan pengorganisasian dengan baik (94%), namun dalam penilaian, siswa menganggap kurang baik (54,03%); pada tahap pelaksanaan guru menganggap dirinya termasuk dalam kategori baik (95%), sedangkan menurut penilaian siswa kurang baik (57,7%); dan pada tahap pengawasan guru menilai dirinya sendiri termasuk dalam kategori sangat baik (96%) namun menurut penilaian siswa cukup baik yaitu 64,1%. Manajemen pembelajaran pendidikan jasmani di SMP se Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi 51 secara keseluruhan guru menganggap manajemen yang dilakukannya cukup baik, namun guru tidak pernah tahu bagaimana penilaian siswa tentang manajemen yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa menilai guru kurang baik dalam memanage pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Penelitian Puspawati (2008) tentang Manajemen Pembelajaran Pengalaman Lapangan Bidang Studi Matematika Kelompok Belajar Paket A Nusa Indah di Kecamatan Bandar, Batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi objektif perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pengalaman lapangan bidang studi matematika di kelompok belajar Paket A Nusa Indah, Kabupaten Batang. Hasil penelitian terebut menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran pengalaman lapangan bidang studi matematika di kelompok belajar paket A Nusa Indah, Kabupaten Batang telah dilaksanakan sesuai tahapan yang ditetapkan, yaitu: (1) mengadakan rapat; (2) menyusun rencana kebutuhan; (3) menyusun langkah langkah pelaksanaan; dan (4) membagi tugas sesuai peran. Pelaksanaan pembelajaran pengalaman lapangan juga telah dilaksanakan sesuai langkah-langkah mulai dari: (1) kegiatan pendahuluan; (2) penjelasan pokok bahasan dan tujuan; (3) penjajagan awal; (4) pengelompokan peserta didik; (5) pembagian media; (6) penjelasan cara pelaksanaan; (7) pelaksanaan praktik pengalaman lapangan; (8) pembuatan laporan, 9) kesimpulan, 10) penguatan dan penegasan. 52 Evaluasi pembelajaran pengalaman lapangan diperoleh hasil bahwa peserta didik menunjukkan sikap senang dan tertarik dengan metode pembelajaran pengalaman lapangan. Penggunaan metode tersebut memiliki kelemahan dan kekuatan. Dari evaluasi tersebut ditemukan adanya ketidaksiapan pendidik dalam hal penyiapan media belajar yang merupakan kebutuhan mutlak pembelajaran pengalaman lapangan. Penelitian Kurikulum Astuti (2009) tentang Manajemen dan Pembelajaran Pondok Pesantren Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah (Studi Multi Kasus di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok pesantren. Dalam penelitian ini penulis memaparkan empat hal yang dideskripsikan berdasarkan manajemen kurikulum dan pembelajaran pondok pesantren untuk memperoleh status kesetaraan/mu’adalah, yaitu: (1) perencanaan kurikulum dan pembelajaran; (2) pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran; (3) implementasi kurikulum dan pembelajaran; (4) evaluasi kurikulum dan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, perencanaan kurikulum dan pembelajaran merupakan kunci awal dalam pelaksanaan manajemen kurikulum dan pembelajaran. Perencanaan kurikulum dan pem53 belajaran Madrasah Aliyah pondok pesantren dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan dari Madrasah Aliyah dan pondok pesantren. Kedua, pengorganisasian kurikulum dan pembelajaran Madrasah Aliyah pondok pesantren dimulai dari pengorganisasian elemen pelaksanaannya, yaitu guru dan elemen lainnya agar dapat melaksanakan fungsi berdasarkan tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan pengorganisasian materi-materi umum dan agama agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembelajaran dan kemudian disajikan dalam jenjang-jenjang yang sudah disiapkan. Ketiga, pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk klasikal/madrasah, ada yang telah membuat serangkaian perangkat pembelajaran dengan beberapa metode pembelajaran. Media dan strategi pembelajaran sebagai pendukung keefektifan dan efisiensi pelaksanaannya namun masih ada yang belum. Keempat, penilaian yang dilakukan sudah berorientasi pada input, proses dan output. Penelitian Ainii Firdaus (2009) tentang Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan (Studi Multi Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang), bertujuan untuk menjelaskan bentuk manajemen pembelajaran yang diterapkan dan upaya yang dilakukan guru dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode 54 deskriptif analisis melalui rancangan studi multi kasus ini, ditemukan bahwa bentuk manajemen pembelajaran MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang meliputi: (1) Perencanaan berdasar pada prinsip amanah; (2) Pengelolaan guru yang diarahkan kepada peningkatan kompetensi dan profesionalismenya; (3) Pengelolaan siswa melalui seleksi siswa secara ketat, pengelompokan secara heterogen-klasikal, pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan dan aspek psikologis, dan pembinaan belajar dan ibadah siswa; (4) Pengelolaan pembelajaran berupa penyambutan guru kepada para siswa saat datang ke sekolah, pelaksanaan prapembelajaran, dan pelaksanaan proses pembelajaran; (5) Pengelolaan metode, berupa pemilihan metode Quantum Teaching and Learning serta kolaborasi berbagai motode pembelajaran modern; (6) Evaluasi dalam bentuk supervisi, self assessment dan evaluasi hasil belajar siswa (formatif dan sumatif). Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, penulis tertarik Siswanto dengan dengan penelitian judul yang dilakukan Manajemen oleh Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Magelang. Tulisan ini menguraikan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjasorkes. Penulis akan meneliti pada wilayah yang lebih kecil, karena menurut pendapat penulis keberhasilan pembelajaran penjasorkes akan diawali dengan pengelolaan pembelajaran yang baik pada sekolah, sehingga akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara 55 keseluruhan. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas penjasorkes harus memiliki kemampuan mengelola pembelajarannya, karena kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. 2.6 Kerangka Pikir Kurikulum merupakan salah satu bagian penting dalam lembaga pendidikan. Kegiatan dalam belajar mengajar di sekolah berpedoman pada kurikulum. Kualitas kurikulum akan dapat menggambarkan dan mencerminkan sistem suatu pendidikan. Pada dasarnya kurikulum suatu pendidikan di dalamnya berisi mata pelajaran yang harus ditempuh sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Suatu kurikulum terdiri atas empat komponen penting yaitu: tujuan, isi, organisasi dan penilaian. Keempat komponen kurikulum tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya yang akan menentukan kualitas dari suatu pendidikan. 56 Salah satu bagian dalam kurikulum sekolah yaitu pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Karena pentingnya peranan pendidikan jasmani dan olahraga, maka pendidikan jasmani dan olahraga diajarkan dari tingkat sekolah paling rendah yaitu Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Guru memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran guna menentukan dan mengarahkan segala kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan, bukan sekedar formalitas saja akan tetapi harus diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai tugas-tugasnya. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dibutuhkan suatu pengelolaan yang berupa perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut hasil evaluasi. Hal ini artinya, keberhasilan dalam belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga sangat dibutuhkan pengelolaan yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan kerangka pikir dalam pengelolaan pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 5 Ambarawa, seperti berikut ini: 57 Pelaksanaan Analisis hasil Evaluasi Perencanaan Pembelajaran K U R I K U L U M Pelaksanaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran Penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pelaksanaan Analisis hasil Evaluasi Pelaksanaan Tindak lanjut hasil Evaluasi Gambar 4 Kerangka Pikir 58 Hasil Belajar