i PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MODUS

advertisement
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MODUS
OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING
(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
SAMPURNA PRAJA
E1A007253
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2013
i
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : SAMPURNA PRAJA
NIM
: E1A007253
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI
MODUS
OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING (Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan
Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt). Yang saya buat ini adalah betul-betul hasil
karya sendiri, tidak menjiplak hasil karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain
dan semua sumber data maupun informasi telah dinyatakan secara jelas serta
dapat diperiksa kebenarannya.
Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran
sebagaimana tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari
Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH.) yang telah saya
peroleh.
Purwokerto, 4 November 2013
SAMPURNA PRAJA
E1A007253
iii
ABSTRAK
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MODUS
OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING
(Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt)
Oleh :
SAMPURNA PRAJA
E1A007253
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penilaian hakim
terhadap kekuatan alat bukti dalam tindak pidana penipuan melalui modus
operandi Multi Level Marketing pada Putusan Pengadilan Nomor : 38/
Pid.B/2012/PN.Pwt. Selain itu ditujukan pula untuk mengetahui pembuktian
tindak pidana penipuan melalui modus operandi Multi Level Marketing dalam
Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt. Guna mencapai tujuan
tersebut maka peneletian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis
normatif. Data sekunder yang terkumpul kemudian diolah, disajikan, dan dianalisa
secara kualitatif dengan penyajian data teks naratif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa, Alat bukti yang digunakan hakim
dalam membuktikan tindak pidana penipuan melalui modus operandi Multi Level
Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt antara lain
keterangan saksi, petunjuk dan keterangan terdakwa. Hakim dalam hal ini
mengutamakan dua alat bukti sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yaitu keterangan
saksi dan juga keterangan terdakwa. Walaupun alat bukti keterangan saksi dan
keterangan terdakwa tidak memiliki kekuatan pembuktian sempurna, namun
hakim menilai kedua alat bukti ini memiliki relevansi yang erat dalam
membuktikan perbuatan terdakwa. Pembuktian tindak pidana penipuan melalui
modus operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/
Pid.B/2012/PN.Pwt dilakukan dengan membuktikan keterkaitan satu persatu alat
bukti baik keterangan saksi dan keterangan terdakwa yang menghasilkan petunjuk
dan membuktikan terpenuhinya unsur penipuan. Kemudian alat bukti keterangan
terdakwa membuktikan terpenuhnya unsur dengan maksud untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dan dan hakim yakin akan
kesalahan terdakwa sehingga dijatuhi dengan pidana selama 1 tahun 2 bulan.
.
Kata Kunci: Penipuan, Modus Operandi , dan Multi Level Marketing
iv
ABSTRACT
CRIME EVIDENCE WITH FRAUD THROUGH MULTI LEVEL
MARKETING MODE
(Judicial Review of the Decision Number: 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt)
By:
SAMPURNA PRAJA
E1A007253
This study was conducted to determine the judge's assessment of the
strength of evidence in criminal fraud through Multi Level Marketing mode on
Court Decision No. 38 / Pid.B/2012/PN.Pwt . In addition it also aimed to find out
evidence of criminal fraud through Multi Level Marketing mode in Court
Decision No. 38 / Pid.B/2012/PN.Pwt . To achieve these aims the intensive search
was conducted using the normative juridical approach. Secondary data were
collected and processed , presented , and analyzed qualitatively with the
presentation of narrative text data.
The study states that, Tool judge the evidence used to prove criminal fraud
through Multi Level Marketing mode in Court Decision No. 38 /
Pid.B/2012/PN.Pwt include witness statements , instructions and testimony of the
defendant . The judge in this case put two items of evidence in accordance with
Article 183 of the Criminal Procedure Code which witness testimony and
testimony of the defendant. Although witnesses and evidence testimony of the
defendant does not have the power of proof perfect , but both judges this evidence
has relevance to the defendant to prove. Proof of criminal fraud through Multi
Level Marketing mode in Court Decision No. 38 / Pid.B/2012/PN.Pwt done one
by one to reveal any evidence either evidence and witness testimony that
defendant produced testimony to prove the fulfillment of instructions and fraud .
Later evidence proves the defendant testimony Unfulfilled elements with the intent
to benefit themselves or others and unlawfully and judges believe will mistake the
defendant was sentenced to a penalty of 1 year 2 months.
Keywords: Fraud, Mode and Multy Level Marketing.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat, karunia serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI MODUS
OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING (Tinjauan Yuridis Putusan Pengadilan
Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt) dengan melalui proses yang panjang, serta suka
dan duka telah penulis lewati. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materiil, dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.
Dr. Angkasa, S.H, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman;
2.
Dr. Agus Raharjo, S.H.,M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Jenderal Soedirman;
3.
Handri Wirastuti Sawitri, S.H.,M.H, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
juga selaku pembimbing akademik atas segala wawasan, saran,
nasihat, dan dan dukungan dalam akademis;
4.
Pranoto SH.M.H, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, yang telah
sudi meluangkan waktu untuk konsultasi dan berdiskusi dengan
penulis, sehingga penulis selalu terpacu untuk bangkit dan berfikir
vi
lebih baik serta segala wawasan, saran, nasihat, dan perhatian yang
telah
diberikan
kepada
penulis
selama
ini
sehingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini;
5.
Dr. Hibnu Nugroho, S.H.,M.H., selaku Dosen Penguji atas segala
masukan yang diberikan kepada penulis;
6.
Kedua orang tua beserta keluarga besar yang teah memberikan
dukungan kepada penulis baik materil maupun spiritual hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua orang tua dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang dalam memotivasi penulis hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tak henti mengucap syukur
dan penuh rasa bangga.
7.
Seluruh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
angkatan 2007 atas bantuan, dukungan dan kerjasama.
8.
Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih atas segala bantuannya, dukungan serta doa restu hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saan dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Purwokerto,
4 November 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR......................................................................….............. iv
ABSTRAK.........................................................................................................
vi
ABSTRACT……………………………………………………………….........
vii
DAFTAR ISI......................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .............................................................
1
B.
Perumusan Masalah ....................................................................
5
C.
Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D.
Kegunaan Penelitiaan .................................................................
6
E.
Penelitian Terdahulu.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Multi Level Marketing.................................................................
1.
Pengertian Multi Level Marketing........................................ 7
2.
Legalitas dan Pengaturan Multi Level Marketing di
Indonesia..............................................................................
B.
7
9
Tindak Pidana Penipuan.............................................................. 14
viii
C.
1.
Pengertian Tindak Pidana Penipuan..................................... 14
2.
Unsur Tindak Pidana Penipuan............................................
16
Pembuktian dan Sistem Pembuktian...........................................
18
1.
Pengertian Pembuktian......................................................... 18
2.
Sistem Pembuktian............................................................... 20
3.
Alat Bukti Menurut KUHAP...............................................
25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan……………………………………………… 34
B. Spesifikasi Penelitian……………………………………………. 34
C. Sumber data........... ….…………………………………………..
35
D. Metode Pengumpulan data………………………………………
36
E. Metode Penyajian data…………................................................... 36
F. Metode Analisis data…………………………………………….
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………….. 38
B. Pembahasan………………………………………………….......
78
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................
110
B. Saran ...........................................................................................
111
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 112
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Secara Etimologi Multi Level Marketing (MLM) berasal dari bahasa
lnggris, Multi berarti banyak sedangkan Level berarti jenjang atau tingkat.
Adapun marketing berarti pemasaran. Jadi dari kata tersebut dapat difahami
bahwa MLM adalah pemasaran yang berjenjang banyak.1 Disebut sebagai multi
level karena merupakan suatu organisasi distributor yang melaksanakan
penjualan yang berjenjang banyak atau bertingkat-tingkat.
MLM ini bisa juga disebut sebagai network marketing. Disebut
demikian karena anggota kelompok tersebut semakin banyak sehingga
membentuk sebuah jaringan kerja (network) yang merupakan suatu sistem
pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja berupa sekumpulan banyak orang
yang kerjanya melakukan pemasaran.
Kadang-kadang ada juga yang menyebut MLM sebagai bisnis penjualan
langsung atau direct selling. Pendapat ini didasari pelaksanaan penjualan MLM yang
memang dilakukan secara langsung oleh wiraniaga kepada konsumen. Tidak
melalui perantara lagi atau melalui toko swalayan, kedai dan warung tetapi langsung
kepada pembeli. Di Indonesia saat ini penjualan langsung atau direct selling
baik yang single level maupun multi level bergabung dalam suatu asosiasi yaitu
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Organisasi ini merupakan
1
Andreas Harefa, 1994, Multi Level Marketing, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 4
2
anggota KADIN, bagian dari world Federation Direct selling Association
(WFDSA).2
Ada perbedaan dan persamaan antara Direct selling dan MLM mulai dari
penggunaan bahasa sampai ke substansi sistemnya. Istilah direct selling memang
lebih dulu muncul dibanding MLM. Istilah ini merujuk pada aktifitas
penjualan barang-barang atau produk langsung kepada konsumen, dimana aktifitas
penjualan tersebut dilakukan oleh seorang penjual langsung (direct seller) dengan
disertai kejelasan, presentasi dan demo produk. Esensinya adalah adanya tenaga
penjual independen yang menjualkan produk atau barang dari produsen tertentu
kepada konsumen.
Strategi pemasaran dengan menggunakan sistem MLM dapat meningkatkan
pendapatan seseorang hal ini sesuai dengan pendapat dari Kiyosaki dalam Faisol,
yaitu dengan bergabungnya seseorang dalam bisnis MLM berarti ia adalah
seorang “investor” yang mengendalikan sepenuhnya investasi yang dimilikinya.3
Investasinya adalah ia sendiri dan orang-orang yang berada di bawah jaringannya.
Dengan keberadaannya dengan orang-orang yang berada di bawah jaringannya,
orang tersebut akan memperoleh bonus yang akan semakin bertambah sehingga
dapat meningkatkan pendapatannya dan begitulah seterusnya yang berlaku juga
bagi orang-orang yang berada di bawah jaringan orang tersebut.
Hal inilah yang biasanya disebut investasi jangka pendek, dengan bekerja
keras sekian bulan, nantinya akan diperoleh sistem penjualan yang sistematis dan
2
Gemala Dewi, et al, 2003, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,
hal. 144
3
Muhammad Faisol, MLM Ideal Antara Konsep dan Strategi, Bahana Mandiri Sentosa,
Jakarta, 2003 hal. 29.
3
mempengaruhi pertambahan penjualan yang menghasilkan laba atau disebut pasif
income.
Tetapi ada hal yang buruk juga banyak dirasakan agen atau orang yang
direkrut dari perusahaan Multi Level Marketing. Masyarakat banyak belum
memahami aspek hukum Multi Level Marketing sebagai suatu perusahaan yang
menjanjikan investasi jangka pendek.Untuk hal tersebut penulis mencoba
mengkaji lebih lanjut mengenai aspek hukum Multi Level Marketing sebagai
bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal.
Keawaman masyarakat terhadap strategi pemasaran tersebut menimbulkan
modus baru dalam suatu tindak pidana penipuan. Masalah penipuan banyak terjadi
di berbagai peristiwa hukum. Di Tangerang misalnya kasus penggelapan dana
bermotif Multi Level Marketing (MLM) kembali mencuat. Kali ini, Koperasi
Langit Biru pelakunya dengan modusnya berupa investasi daging dalam berbagai
paket, mulai Rp 385 ribu hingga Rp 14 juta dengan bonus hingga 259 persen per
bulan.4
Di Purwokerto sekitar 40 korban penipuan PT Puri Moro Arto Kencana
mendatangai Polisi Resor Banyumas untuk meminta kejelasan nasibnya. Mereka
adalah korban penipuan usaha Multi Level Marketing keuangan yang rata-rata
mengaku kehilangan Rp 50 juta.5
4
Jaya Supriadin, Penipuan Berkedok MLM Kembali Makan Korban,
http://www.tempo.co/read/news/2012/02/21/089385410/Penipuan-Berkedok-MLM-KembaliMakan-Korban, diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
5
Aris
Andrianto,
Korban
Multi
Level
Marketing
Datangi
Polisi,
http://www.tempo.co/read/news/2009/01/07/058154219/Korban-Multi-Level-Marketing-DatangiPolisi, diakses pada tanggal 10 Maret 2013.
4
Penipuan dengan modus Multi Level Marketing kembali terjadi, berawal
pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa berkenalan
dengan saksi Indra Ari Tafiatun, terdakwa mengaku sebagai distributor PT.
Smart Champion International (PT.SCI) beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
Malang yang bergerak
dibidang obat herbal, terdakwa juga mengaku
akan
mengembangkan distributor obat herbal di Purwokerto dan terdakwa mengatakan
kepada saksi bahwa saksi Indra Ari Tafiatun orang yang pertama menjadi stokist
SCI atau agen di Purwokerto.
Setelah beberapa bulan terdakwa tidak pernah menyetorkan uang hasil
penjualan produk tersebut kepada saksi Indra Ari Tafiatun. Saksi
pernah
menanyakan kepada terdakwa tetapi terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang
laku”, ada kendala sales mogok dan lain-lain. Kemudian sekitar bulan Nopember
2011 terdakwa meyakinkan saksi Indra Ari Tafiatun dengan membayar sejumlah
4 (empat) pcs Pati halia sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus riburupiah), namun
setelah itu sampai sekarang apa yang terdakwa janjikan tersebut tidak pernah
ditepati. Hal inipun terjadi pada korban Tarsikin dengan modus yang sama.
Multi Level Marketing saat ini tengah marak di masyarakat, korbannya
cukup banyak, tetapi terkadang enggan melaporkan kejahatan tersebut. Banyak
masyarakat memandang kejahatan Multi Level Marketing hanya sebagai
kegagalan investasi, yang sebenarnya pandangan itu adalah keliru. Walaupun
terkadang sulit melakukan pembuktian terhadap Multi Level Marketing, tetapi
tindak pidana ini dapat dibuktikan.
5
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang tersebut menjadi
pendorong bagi penulis untuk melakukan penelitian guna penyusunan skripsi
yang berjudul “PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI
MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING (Tinjauan Yuridis
Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt.”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1.
Bagaimana hakim menilai kekuatan alat bukti dalam tindak pidana
penipuan melalui
modus operandi Multi Level Marketing pada
Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt ?
2.
Bagaimana pembuktian tindak pidana penipuan melalui
modus
operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor :
38/ Pid.B/2012/PN.Pwt ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui penilaian hakim terhadap kekuatan alat bukti dalam
tindak pidana penipuan melalui
modus operandi Multi Level
Marketing pada Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt.
2.
Untuk mengetahui pembuktian tindak pidana penipuan melalui modus
operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor :
38/ Pid.B/2012/PN.Pwt.
6
D.
Kegunaan Penelitian
1.
Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan guna memberikan penambahan
pustaka hukum yang berkaitan tindak pidana penipuan.
2.
Kegunaan Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi serta dapat memberikan informasi dan menambah
pengetahuan
dan
tingkat
pemahaman
serta
kesadaran
masyarakat Indonesia pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya terkait dengan tindak pidana penipuan dengan modus
operandi Multi Level Marketing.
b.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi aparatur penegak hukum dalam menanggulangi tindak
pidana
penipuan
Marketing.
dengan
modus
operandi
Multi
Level
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Multi Level Marketing
1.
Pengertian Multi Level Marketing
Perjanjian Multi level marketing dikenal juga dengan nama Network
Marketing, dimana artinya adalah suatu sistem pemasaran yang dilakukan
oleh seseorang dan grup/jalurnya, dimana pelaku akan mendapatkan
keuntungan dari hasil aktivitas pribadi dan grup/jalurnya tersebut. Perjanjian
Multi level marketing adalah perjanjian yang terjadi antara perusahaan,
pabrik, atau produsen untuk memasarkan, mendistribusikan, atau menjual
produk kepada pelanggan eceran dengan memperdayakan distributor, dan
biasanya klausul baku yang disepakati dalam bentuk formulir pendaftaran
anggota. Kemudian distributor tersebut akan mencari downline-downline
baru agar pemasarannya menjadi luas, selanjutnya downline tersebut akan
diberikan pelatihan-pelatihan oleh upline masing-masing agar berhasil,
berkembang, dan sukses6
Konsep MLM adalah berusaha memperpendek jalur yang ada pada
sistem penjualan konvensional dengan cara mempersingkat jarak antara
produsen dan konsumen Sistem ini bertujuan untuk menghilangkan ataupun
meminimalkan jalur distribusi yang panjang untuk memasarkan produkproduk. MLM membawa mereka ke pasar tanpa melalui media periklanan
6
Andrias Harefa, 2007, Menapaki Jalan DS–MLM: Praktik, Pesona, dan Kiat Berbisnis
Direct Selling dan Multi Level Marketing, Gradien Books, Yogyakarta , hal. 1.
8
yang membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan juga sistem MLM
menghindarkan persaingan dari produk-produk lain di toko-toko pengecer.
Hal ini dilakukan dengan pemikiran jika sistem ini berhasil maka dapat
menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memasarkan produkproduk kepada masyarakat.7
Sistem perjanjian atau pemasaran MLM rawan akan penipuan.8 Baik
permasaran obat, haji maupun pemasaran lainnya, selain itu melihat judul
yang diajukan penulis, maka penulis juga menjelaskan mengenai definisi
penipuan.
Untuk mengetahui pembuktian tindak pidana penipuan melalui
modus operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor :
38/ Pid.B/2012/PN.Pwt, maka terlebih dahulu harus ddibuktikan unsurunsur yang memenuhi tindak pidana penipuan dan memenuhi syarat
pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
yang menyebutkan bahwa, Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah
ditambah keyakinan hakim.
7
Benny Santoso, 2003, All About MLM (Memahami Lebih Jauh MLM dan PernakPerniknya), Penerbit Andi, Yogyakarta, hal. 28.
8
NN, MLM Haji Rawan Penipuan, http://www.iphi.web.id/2013/01/23/mlm-haji-rawanpenipuan/, diakses pada tanggal 24 April 2013.
9
2.
Legalitas dan Pengaturan Multi Level Marketing di Indonesia
Bisnis Multi Level Marketing adalah bisnis dengan modal seadanya.
Bisnis MLM hanya membutuhkan dana awal yang minimal sangat kecil.
Untuk bergabung dengan usaha MLM, pada umumnya modal awal yang
harus dikeluarkan berupa pembelian Formulir Pendaftaran berikut informasi
awal (disebut dengan Starter Kit, Business Pack), yang nilainya berkisar Rp.
35.000,- sampai dengan kurang dari Rp. 300.000,-.9
Menurut Andrias Harefa, seorang pengamat yang concern terhadap
perkembangan Multi Level Marketing di Indonesia, pada dasranya
perusahaan yang berbasis MLM, memberikan nuansa berbeda dalam dunia
pemasaran. Jika kita merujuk pada sistem penjualan konvensional dimana
sang penjual hanya mendapatkan keuntungan pada saat barang terjual,
sistem MLM memberikan value added bagi sang member. Selain
mendapatkan keuntungan dari selisih penjualan barang, mereka juga jika
mampu membentuk jaringan kerja untuk memasarkan produk atau jasa
perusahaan, maka setiap bulannya perusahaan yang bersangkutan akan
memperhitungkan bonus atau komisi dari hasil usahanya.10
Itulah enaknya sistem penjualan ala Multi Level Marketing (MLM).
Tanpa harus mengaji tenaga pemasaran, karena mereka merupakan individu
independen yang tidak terikat kontrak kerja dengan perusahaan pengelola
bisnisnya, dan produk-produk yang dikeluarkan perusahaan ternyata mampu
9
Andrias Harefa, Multi Level Marketing “Alternatif Karier dan Usaha menyongsong
millenium Ketiga”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hal.117
10
Ibid., hal. 118.
10
menembus pasaran di masyarakat luas. Istilahnya, kedua belah pihak samasama mendapatkan keuntungan.11
Maka wajar rasanya, ketegaran mereka untuk terus meyakinkan
masyarakat, pada akhirnya membuahkan hasil. Ironisnya, Multi Level
Marketing bisa dikatakan tumbuh dan berkembang pada saat negara kita
dilanda krisis, ataupun dapat dikatakan pada saat kondisi ekonomi
masyarakat
kurang
menguntungkan,
PHK
dimana-mana,
kejahatan
merajarela, pedagang-pedagang sepi pelanggan. Sistem MLM percaya
nggak percaya malah membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Mengapa demikian? Karena dengan modal awal yang relatif kecil tanpa
harus memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, mereka akan dituntun
melalui pendidikan dan pelatihan perusahaan untuk menjadi seorang
“enterpreneur”. Maka jika memang ingin ditekuni dengan baik , bisnis
MLM diharapkan mampu mengubah banyak orang yang pada awalnya
“biasa-biasa saja” menjadi pribadi yang “luar biasa”, yang penuh percaya
diri, berwawasan luas, dan berpikiran positif. Dan secara otomatis mereka
akan menjadi pribadi yang mandiri.
Untuk itu, disaat krisis moneter yang tidak kunjung bertepi,
perusahaan-perusahaan Multi Level Marketing terus menuai keuntungan.
Terbukti dengan semakin gemarnya masyarakat untuk menjadi salah satu
“member” mereka. Perusahaan-perusahaan yang berbasis MLM pun terus
bertambah dan menjamur akhir-akhir ini, dan ikut meramaikan belantika
11
Ibid., hal. 119
11
bisnis Multi Level Marketing. Bahkan dengan berkembangnya kebutuhan
masyarakat, perusahaan-perusahaan MLM yang pada awalnya terkenla
dengan penjualan produk-produk kesehatan, sekarang berinisiatifuntuk terus
mendiversifikasikan produknya.
Sistem pemasaran MLM yang terus mendapatkan tempat dihati
masyarakat ini, ternyata juga mampu menarik hati perusahaan-perusahaan
konvensional untuk berubah menjadi perusahaan yang memasarkan
produknya melalui sistem Multi Level Marketing.
Multi Level Marketing disebut juga Network Marketing, Multi
Generation Marketing, dan Unit Level Marketing. Namun dari semua istilah
itu yang paling sering dipakai dan populer adalah istilah Multi Level
Marketing. Sistem Multi Level Marketing (selanjutnya disingkat MLM),
merupakan salah satu dari beragam cara yang dapat dipilih oleh sebuah
perusahaan (produsen) untuk memasarkan atau mendistribusikan atau
menjual produknya kepada konsumen (pemakai) melalui distributor
independen, tanpa adanya campur tangan langsung dari perusahaan
produsen. Imbal jasa yang diperoleh distributor independen adalah melalui
potongan harga, komisi, atau insentif yang diterapkan oleh perusahaan
produsen secara berjenjang sesuai dengan jumlah nilai penjualan (biasanya
disebut dengan Volume Point atau Business Point).
Untuk menjadi perusahaan yang dapat melakukan sistem penjualan
langsung atau multi level marketing suatu perusahaan memeunihi
persyaratan yang diamanatkan Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor :
12
13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat
Izin Usaha Penjualan Langsung, perusahaan wajib memenuhi ketentuan
Pasal 2.
Suatu perusahaan multi level marketing haruslah berbadan hukum
Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT). Artinya kepemilikan atau
kekayaan perusahaan harus terpisah dari kekayaan pribadi pemilik /
pimpinan perusahaan. Untuk itu perusahaan multi level marketing harus
memiliki modal yang sepenuhnya dimiliki Badan Hukum Indonesia
dan/atau Warga Negara Indonesia dengan jumlah modal disetor sekurangkurangnya sebesar Rp. 500.000,000.,- (lima ratus juta rupiah).
Persyaratan lainnya adalah, suatu perusahaan multi level marketing
harus mmemiliki barang dan/atau jasa yang nyata dan jelas dengan harga
yang layak dan memenuhi ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang
berlaku di Indonesia.
Sebagai perusahaan yang selalu menawarkan investasi jangka pendek,
perusahaan multi level marketing harus memberikan komisi, bonus dan
penghargaan lainnya berdasarkan hasil penjualan barang dan/atau jasa yang
dilakukan oleh Mitra Usaha dan jaringannya sesuai dengan yang
diperjanjikan. Sehingga dari awal pola rekruitmen agen/ downline
perusahaan multi level marketing harus memberikan informasi yang benar,
jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
13
Dalam pola rekruitmen, seorang calon apline harus memberikan
tenggang waktu selama 10 (sepuluh) hari kerja kepada calon Mitra Usaha
untuk memutuskan menjadi Mitra Usaha atau membatalkan pendaftaran
dengan mengembalikan alat bantu penjualan (starter kit) yang telah
diperoleh dalam keadaan seperti semula. Kemudian selama 7 (tujuh) hari
kerja diberikan waktu kepada Mitra Usaha dan konsumen untuk
mengembalikan barang dan/atau jasa apabila ternyata barang dan/atau jasa
tersebut tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
Program pemasaran multi level marketing harus memiliki alur
distribusi barang dan/atau jasa yang jelas dari Perusahaan sampai dengan
kepada konsumen akhir. Jumlah komisi dan/atau bonus atas penjualan yang
dibagi kepada seluruh Mitra Usaha dan jaringan pemasaran di bawahnya
paling banyak 40% (empat puluh persen) dari jumlah penjualan barang
dan/atau jasa Perusahaan kepada Mitra Usaha. Kegiatan usaha perdagangan
dengan sistem Penjualan Langsung diselenggarakan berdasarkan perjanjian
tertulis antara Perusahaan dengan Mitra Usaha.
Perusahaan
multi
level
marketing
dalam
Peraturan
Menteri
Perdagangan R.I. Nomor : 13/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung khususnya
dalam Pasal 13 dilarang untuk melakukan kegiatan sebagai berikut :
a.
b.
Kegiatan yang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
barang dan/atau jasa secara tidak benar atau berbeda atau
bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya;
Kegiatan yang menawarkan barang dan/atau jasa dengan cara
pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan
baik fisik maupun psikis terhadap konsumen;
14
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
B.
Kegiatan yang menawarkan barang dan/atau jasa dengan
membuat atau mencantumkan klausula baku pada dokumen
dan/atau perjanjian yang tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dibidang perlindungan konsumen;
Kegiatan yang menjual barang dan/atau jasa yang tidak
mempunyai tanda daftar dari instansi teknis yang berwenang,
khususnya bagi barang dan/atau jasa yang wajib terdaftar
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
Kegiatan dengan menarik dan/atau mendapatkan keuntungan
melalui iuran keanggotaan/pendaftaran sebagai mitra usaha
secara tidak wajar;
Kegiatan dengan menerima pendaftaran keanggotaan sebagai
mitra usaha dengan nama yang sama lebih dari 1 (satu) kali;
Kegiatan yang mengharuskan atau memaksakan kepada mitra
usaha membeli barang dan/atau jasa untuk dijual atau
pemakaian sendiri dalam jumlah besar yang melebihi
kemampuannya dalam menjual;
Kegiatan usaha perdagangan yang terkait dengan penghimpunan
dana masyarakat;
Kegiatan dengan membentuk jaringan pemasaran terlarang
dengan nama atau istilah apapun;
Kegiatan usaha perdagangan di luar surat izin usaha penjualan
Langsung yang diberikan;
Tindak Pidana Penipuan
1.
Pengertian Tindak Pidana Penipuan
Di dalam Bab ke XXV tersebut dipergunakan perkataan “Penipuan”
atau “Bedrog”, “karena sesungguhnya di dalam bab tersebut diatur sejumlah
perbuatan-perbuatan yang ditujukan terhadap harta benda, dalam mana oleh
si pelaku telah dipergunakan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau
dipergunakan tipu muslihat.12
Kejahatan penipuan (bedrog) dimuat dalam Bab XXV Buku II KUHP,
dari Pasal 378 s/d Pasal 394. Title asli bab ini adalah bedrog yang oleh
12
P.A.F.. Lamintang dan C. Djasman Samosir, Delik-Delik Khusus, Tarsito, Bandung,
1981, hal.262.
15
banyak ahli diterjemahkan sebagai penipuan, atau ada juga yang
menerjemahkannya sebagai perbuatan curang. Perkataan penipuan itu
sendiri mempunyai dua pengertian, yakni :
a.
Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang
dirumuskan dalam Bab XXV KUHP .
b.
Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang
dirumuskan dalam Pasal 378 KUHP (bentuk pokoknya) dan
Pasal 379 KUHP (bentuk khususnya), atau yang biasa disebut
dengan oplichting.
Adapun seluruh ketentuan tindak pidana dalam Bab XXV ini disebut
dengan penipuan, oleh karena dalam semua tindak pidana di sini
terdapatnya perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau membohongi
orang lain.
Pasal 378 KUHP menyatakan bahwa :
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hak, mempergunakan nama palsu atau sifat
palsu ataupun mempergunakan tipu muslihat atau susunan kata-kata
bohong, menggerakan orang lain untuk menyerahkan suatu benda atau
mengadakan suatu perjanjian hutang atau meniadakan suatu piutang,
karena salah telah melakukan penipuan, dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya empat tahun.
Di antara sekian banyak kejahatan dalam Bab XXV ini, ada yang
diberikan kualifikasi tertentu, baik menurut UU maupun yang timbul dalam
praktik. Seperti rumusan Pasal 378 KUHP disebut dalam pasal itu sebagai
penipuan, dan Pasal 379a KUHP yang disebut dalam praktik dikenal dengan
16
sebutan/kualifikasi sebagai flessentrekerij (penarikan botol-botol) yang oleh
disebutnya dengan ngemplang.13
Ketentuan dalam Pasal 378 KUHP ini adalah merumuskan tentang
pengertian penipuan (oplichting) itu sendiri. Rumusan ini adalah bentuk
pokoknya, dan ada penipuan dalam arti sempit dalam bentuk khusus yang
meringankan. Karena adanya unsur khusus yang bersifat meringankan
sehingga diancam pidana sebagai penipuan ringan (Pasal 379 KUHP).
Sedangkan penipuan dalam arti sempit tidak ada dalam bentuk diperberat.
2.
Unsur Tindak Pidana Penipuan
Tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok yang diatur dalam Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Padana (KUHP) terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut :
a.
b.
c.
13
Unsur subjektif :
1)
Dengan maksud atau met het oogmerk
2)
Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
3)
Secara melawan hukum atau wederrechtelijk
Unsur-unsur objektif
:
Barangsiapa
Menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut :
Menyerahkan suatu benda
Mengadakan suatu perikatan utang
Meniadakan suatu piutang
Dengan memakai :
1)
Sebuah nama palsu
2)
Kedudukan palsu
3)
Tipu muslihat
4)
Rangkaian kata-kata bohong. 14
Wirjono Prodjodikoro, Tndak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
2003, hal. 36.
14
PAF Lamintang, Delik-Delik Khusus, Bandung : Sinar Baru, 2009, hal. 142
17
Unsur objektif pertama dari tindak pidana penipuan ialah barangsiapa,
kata barangsiapa menunjukkan orang, yang apabila orang tersebut
memenuhi semua unsur dari tindak pidana penipuan maka ia dapat disebut
pelaku atau dader dari tindak pidana penipuan tersebut.
Unsur objektif kedua ialah iemand bewegen atau menggerakkan orang
lain agar orang lain tersebut :
a.
Mau menyerahkan sesuatu benda, atau
b.
Mau mengadakan perikatan utang atau meniadakan suatu
piutang. 15
Perbuatan untuk menggerakkan orang lain ini tidak diisyaratkan
dipakainya upaya-upaya berupa janji, penyalahgunaan kekuasaan, ancaman
kekerasan, dan sebagainya, melainkan dengan menggunakan tindakantindakan baik berupa perbuatan-perbuatan atau perkataan-perkataan yang
bersifat menipu. Unsur objektif ketiga adalah sarana penipuan yang salah
satu diantaranya dipakai oleh pelaku. Sarana penipuan tersebut diantaranya :
a. Memakai nama palsu
b. Memakai kedudukan palsu
c. Dengan memakai tipu muslihat, atau
d. Memakai serangkaian kebohongan
15
Ibid., hal 149
18
C.
Pembuktian dan Sistem Pembuktian
1.
Pengertian Pembuktian
Kebutuhan pembuktian atas suatu kebenaran yang berkaitan dengan
pergaulan hidup bermasyarakat, ragamnya meliputi pembuktian dari hal-hal
yang bernilai sederhana sampai yang bernilai tinggi. Ketentuan tentang
kaidah dan cara pembuktian tindak pidana bersifat mengikat dan senantiasa
mempedomani aturan atau kaidah pembuktian yang terjelma dalam Hukum
Pembuktian.
Jimly Asshidiqie16 menyatakan bahwa:
Pembuktian yang dilakukan mengenai argumentasi atau dalil yang
didasarkan atas alat-alat bukti yang diajukan dalam pemeriksaan
perkara, merupakan bagian penting hukum acara di pengadlan, karena
di dalamnya terkait persoalan hak-hak hukum bahkan hak-hak asasi
setiap orang atau pihak-pihak yang dipersangkakan telah melakukan
peanggaran hukum.
Hendar Soetarna17 menyatakan bahwa:
Singkatnya aturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur
permasalahan pembuktian yaitu, agar dalam penerapan aturan pembuktian, penegak hukum tidak terbelenggu. Aturan yang terperinci
justru dapat menimbulkan ketakpastian penerapan aturan itu sendiri
dan kekisruhan cara pembuktian, karena terperincinya aturan
pembuktian dapat memberi peluang penafsiran yang bertolak dari
kehendak dan kepentingan masing-masing yang terkait.
16
Jimly Asshidiqie, 2010, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 139.
17
Hendar Soetarna, 2011, Hukum Pembuktian Dalam Acara Pidana, Alumni, Bandung,
hal. 3.
19
Menurut Andi Hamzah18 Pembuktian dalam hukum acara pidana
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)) adalah:
Suatu upaya mendapatkan keterangan-ketarangan melalui alat-alat
bukti dan barang bukti guna memperoleh suatu keyakinan atas benar
tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui
ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa.
Menurut R. Soesilo19, peraturan pembuktian di dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) adalah mengenai :
a.
b.
c.
Alat-alat bukti, artinya alat-alat bukti macam apa yang dapat
dipergunakan untuk menetapkan kebenaran dalam penuntutan
pidana (keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
keterangan terdakwa).
Peraturan pembuktian, artinya peraturan-peraturan cara
bagaimana hakim boleh mempergunakan alat-alat bukti itu (cara
penyumpahan saksi-saksi, cara pemeriksaan saksi dan terdakwa,
pemberian alasan-alasan pengetahuan pada kesaksian dan lainlain).
Kekuatan alat-alat bukti, artinya ketentuan banyaknya alat-alat
bukti yang harus ada untuk dapat menjatuhkan pidana (misalnya
keterangan terdakwa itu hanya merupakan bukti yang sah
apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal
189 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP))
Berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt
dapat diketahui bahwa Jaksa mengajukan beberapa alat bukti yaitu
keterangan Saksi Tarsikin, Tuti Winarti, Saksi Sofin Faiz Bin Ridlo Takdir,
Saksi Indra Ari Tafiatun, dan Ridlo Takdir merupakan alat bukti keterangan
saksi. Keterangan Bimo Suyono Prayogo merupakan alat bukti keterangan
18
Andi Hamzah, 2006, Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Kedua). Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 77.
19
R.Soesilo, 2002, Hukum Acara Pidana, Politeia, Bogor, hal. 111.
20
terdakwa. Selain alat bukti, diajukan pula barang bukti berupa 1 (satu)
lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.4.600.000,- (empat juta enam ratus
ribu rupiah) pada tanggal 13 Desember 2011 yang ditandatangani oleh Bimo
Suyono Prayugo dan 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar
Rp.8.400.000,- (Delapan juta empat ratus ribu rupiah) pada tanggal 24
Oktober 2011 yang ditandatangani oleh Bimo Suyono Prayugo.
2.
Sistem Pembuktian
Hukum acara pidana mengenal beberapa sistem atau teori pembuktian
dalam menilai kekuatan pembuktian alat-alat bukti yang ada, yaitu :
a.
Conviction Intime
Sistem pembuktian conviction intime merupakan sistem
pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka. Sistem pembuktian
ini lebih memberikan kebebasan kepada hakim untuk menjatuhkan
suatu putusan. Tidak ada alat bukti yang dikenal selain alat bukti
berupa keyakinan seorang hakim. Artinya jika dalam pertimbangan
putusan hakim telah menganggap terbukti suatu perbuatan sesuai
dengan keyakinannya yang timbul dari hati nurani, terdakwa yang
diajukan kepadanya dapat dijatuhi putusan. Keyakinan hakim pada
sistem ini adalah menentukan dan mengabaikan hal-hal lainnya jika
sekiranya tidak sesuai atau bertentangan dengan keyakina hakim
tersebut. Bertolak pangkal pada pemikiran itulah maka teori
berdasarkan keyakinan hakim melulu yang didasarkan kepada
21
keyakinan hati nuraninya sendiri ditetapkan bahwa terdakwa telah
melakukan perbuatan yang telah didakwakan. Dengan sistem ini,
pemidanaan dimungkinkan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti
dalam undang-undang.20
Konsekuensi dari sistem pembuktian yang demikian tidak
membuka kesempatan atau paling tidak menyulitkan bagi terdakwa
untuk mengajukan pembelaan dengan menyodorkan bukti-bukti
lainnya sebagai pendukung pembelaannya itu.
Andi Hamzah21 menyatakan bahwa :
Sistem yang demikian memberi kebebasan kepada hakim terlalu
besar, sehingga sulit diawasi. Disamping itu, terdakwa atau
penasihat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan sehingga
di dalam penerapan dengan sistem tersebut membuat
pertimbangan berdasarkan metode yang dapat mengakibatkan
banyaknya putusan-putusan bebas yang sangat aneh.
b. Conviction Rasionnee
Sistem
pembuktian
conviction
rasionnee
adalah
sistem
pembuktian yang tetap menggunakan keyakinan hakim tetapi
keyakinan hakim didasarkan pada alasan-alasan (reasoning) yang
rasional. Berbeda dengan sistem conviction intime, dalam sistem ini
hakim
tidak
lagi
memiliki
kebebasan
untuk
menentukan
keyakinannya, keyakinannya itu harus diikuti dengan alasan-alasan
yang mendasari keyakinannya itu dan alasan-alasan itupun harus
“reasonable “ yakni berdasarkan alasan yang dapat diterima oleh akal
20
21
Andi Hamzah, Op.Cit, hal.248.
Ibid., hal. 248.
22
pikiran. Sistem conviction rasionnee masih menggunakan dan
mengutamakan keyakinan hakim di dalam menentukan salah tidaknya
seseorang terdakwa. Sistem ini tidak menyebutkan adanya alat-alat
bukti yang dapat digunakan dalam menentukan kesalahan terdakwa
selain dari keyakinan hakim semata-mata. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sistem ini hampir sama dengan sistem pembuktian
conviction intime yaitu sama-sama menggunakan keyakinan hakim,
bedanya adalah terletak pada ada tidaknya alasan yang rasional yang
mendasari keyakinan hakim. Jika dalam sistem conviction intime
keyakinan hakim bebas tidak dibatasi oleh alasan-alasan apapun
sementara dalam pembuktian conviction rasionnee kebebasan itu tidak
ada tetapi terikat oeh alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal
sehat.22
Andi Hamzah23 menyatakan bahwa :
Persamaan dari kedua teori pembuktian ini ialah berdasar atas
keyakinan hakim, artinya terdakwa tidak mungkin dipidana
tanpa adanya keyakinan hakim bahwa ia bersalah, sedangkan
perbedaannya ialah pertama berpangkal tolak kepada keyakinan
hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu
kesimpulan (conclusie) yang logis, yang tidak didasarkan
kepada undang-undang, tetapi ketentuan-ketentuan menurut
ilmu pengetahuan hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri
tentang pelaksanaan pembuktian yang mana yang ia akan
pergunakan, kemudian yang kedua berpangkal tolak pada
aturan-aturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh
undang-undang, tetapi hal itu harus diikuti dengan keyakinan
hakim. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaannya ada dua,
yaitu pertama berpangkal tolak pada keyakinan hakim yang
tidak didasarkan dengan suatu konklusi undang-undang,
22
23
M.Yahya Harahap, Op cit., hal. 256.
Andi Hamzah, Op.Cit, hal. 250.
23
sedangkan kedua pada ketentuan undang-undang yang disebut
secara limitatif.
c. Positief Wettelijk Bewijstheorie
Sistem ini adalah sistem pembuktian berdasarkan alat bukti
menurut undang-undang secara positif. Pembuktian menurut sistem ini
dilakukan dengan menggunakan alat-alat bukti yang sebelumnya telah
ditentukan dalam undang-undang. Untuk menentukan ada tidaknya
kesalahan seseorang, hakim harus mendasarkan pada alat-alat bukti.24
d. Negatief Wettelijk Bewisjtheorie
Negatief
wettelijk
bewisjtheorie
ataupun
pembuktian
berdasarkan undang-undang secara negatif adalah pembuktian yang
selain menggunakan alat-alat bukti yang dicantumkan di dalam
undang- undang juga menggunakan keyakinan hakim. Sekalipun
menggunakan keyakinan hakim, namun keyakinan hakim terbatas
pada alat bukti yang tercantum dalam undang-undang. Dengan
menggunakan alat bukti yang tercantum dalam undang-undang dan
keyakinan hakim maka teori pembuktian ini sering juga disebut
pembuktian berganda (doubelen grondslag). Sistem pembuktian
berdasarkan undang-undang secara negatief adalah sistem yang
menggabungkan antara sistem pembuktian menurut undang-undang
secara positif dan sistem pembuktian menurut keyakinan atau
24
Rusli Muhammad, Op cit., hal.189.
24
conviction intime, dari hasil penggabungan kedua sistem yang saling
bertolak belakang tersebut, terwujudlah suatu sistem pembuktian
menurut undang-undang secara negatif.25
Inti ajaran teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara
negatief adalah bahwa hakim di dalam menentukan terbukti tidaknya
perbuatan atau ada tidaknya perbuatan kesalahan terdakwa harus
berdasarkan alat-alat bukti yang tercantum di dalam undang-undang
dan terhadap alat-alat bukti tersebut hakim mempunyai keyakinan
terhadapnya. Jika alat bukti terpenuhi tetapi hakim tidak memperoleh
keyakinan terhadapnya, hakim tidak dapat menjatuhkan putusan yang
sifatnya pemidanaan. Sebaliknya sekalipun hakim mempunyai
keyakinan bahwa terdakwa adalah pelaku dan mempunyai kesalahan,
tetapi jika tidak dilengkapi dengan alat-alat bukti yang sah, ia pun
tidak dapat menjatuhkan putusan pidana tetapi putusan bebas.
Di Indonesia sistem pembuktian terhadap tindak pidana menggunakan
sistem
Negatief
berdasarkan
Wettelijk
Bewisjtheorie,
undang-undang
secara
yaitu
negatief
sistem
adalah
pembuktian
sistem
yang
menggabungkan antara sistem pembuktian menurut undang-undang secara
positif dan sistem pembuktian menurut keyakinan atau conviction intime,
dari hasil penggabungan kedua sistem yang saling bertolak belakang
tersebut, terwujudlah suatu sistem pembuktian menurut undang-undang
secara negatif.
25
M Yahya Harahap, Op cit., hal. 257
25
Berdasarkan ketentuan Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
merumuskan :
"Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali
apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya". Maka para pembuat
undang-undang telah menentukan pilihan bahwa sistem pembuktian
yang paling tepat dalam kehidupan penegakan hukum di Indonesia
adalah sistem pembuktian negatif, demi tegaknya keadilan, kebenaran
dan kepastian hukum. Karena dalam sistem pembuktian ini, terpadu
kesatuan penggabungan antara sistem convictionin time dengan sistem
pembuktian menurut undang-undang secara positif.26
3.
Alat Bukti Menurut KUHAP
Untuk mengetahui alat bukti apa saja yang digunakan hakim dalam
membuktikan tindak pidana penipuan melalui modus operandi multi level
marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt maka
harus melihat jenis-jenis alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
Berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, Alat-alat bukti yang sah
menurut undang-undang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.
26
Keterangan saksi
Leden Marpaung, 2009, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan &
Penyidikan), Sinar Grafika, Jakarta, hal. 27.
26
Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP yang dimaksud dengan saksi adalah
"orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, ia alami sendiri".
Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) KUHAP keterangan saksi sebagai alat
bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Sedangkan
pengertian umum keterangan saksi ada dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yang
berbunyi sebagai berikut :
"Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu".
Hakim sebisa mungkin mendengarkan keterangan saksi yang di
dengar dari orang lain. Kesaksian yang didengar dari orang lain atau biasa
disebut dengan "testimonium de auditu" bukan merupakan keterangan saksi.
Begitu pula pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran
saja bukan merupakan keterangan saksi (Pasal 185 ayat (5) KUHAP).
Berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt
dapat diketahui bahwa Jaksa mengajukan beberapa Saksi antara lain
Tarsikin, Tuti Winarti, Saksi Sofin Faiz Bin Ridlo Takdir, Saksi Indra Ari
Tafiatun, Ridlo Takdir.
b.
Keterangan ahli
Berdasarkan Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah :
"Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan Pemeriksaan"
27
Berdasarkan Pasal 186 KUHAP ialah dari seorang ahli nyatakan
dalam sidang pengadilan. Dalam penjelasan Pasal 186 KUHAP disebutkan :
"Keterangan ahli dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan
oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia
menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada
waktu pemeriksaan, maka di sidang diminta untuk memberikan
keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan
tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di
hadapan hakim".
Pada prinsipnya alat bukti keterangan ahli tidak mempunyai kekuatan
pembuktian yang mengikat dan menentukan. Dengan demikian, nilai
kekuatan pembuktian keterangan ahli sama halnya dengan nilai pembuktian
yang melekat pada alat bukti keterangan ahli.
Keterangan ahli diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji
di hadapan hakim dan juga keterangan ahli itu diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan, baik itu
pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik maupun pemeriksaan yang
dilakukan di pengadilan.
Nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan
ahli :
1)
2)
Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas (Vrij Bewijs
Kracht) Di dalam dirinya tidak ada melekat nilai kekuatan
pembuktian yang sempurna dan menentukan, terserah pada
penilaian hukum. Tidak ada keharusan bagi hakim untuk
menerima kebenaran keterangan ahli dimaksud.
Sesuai dengan prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam
Pasal 183 KUHAP. Keterangan ahli yang berdiri sendiri tanpa
didukung oleh salah satu alat bukti yang lain, tidak Cukup dan
tidak memadai dalam membuktikan kesalahan terdakwa.
Apalagi jika Pasal 183 KUHAP dihubungkan dengan ketentuan
Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang menegaskan, seorang saksi saja
28
tidak cukup untuk membuktikan kesalahan, terdakwa. Oleh
karena itu agar keterangan ahli dapat dianggap cukup
membuktikan kesalahan terdakwa harus disertai oleh alat bukti
lain.27
c.
Surat
Berdasarkan Pasal 187 KUHAP memberikan pengertian alat bukti
surat sebagai berikut :
Surat sebagaimana dimaksud Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP,
dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah;
1)
2)
3)
4)
Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialami sendiri disertai dengan alasan
yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;
Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundangundangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal keadaan;
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan
yang secara resmi daripadanya;
Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain".
Surat yang dimaksud pada Pasal 187 KUHAP adalah surat-surat yang
dibuat oleh pejabat resmi yang berbentuk berita acara, akte, surat keterangan
atau surat lain yang mempunyai hubungan dengan perkara yang sedang
diadili. Syarat mutlak dalam menentukan suatu surat dikategorikan sebagai
suatu alat bukti yang sah ialah bahwa surat-surat itu harus dibuat di atas
sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. Nilai kekuatan pembuktian
surat.
1)
27
Ditinjau dari segi fomil
Ditinjau dari segi formil, alat bukti surat yang disebut Pasal 187
huruf a,b dan c KUHAP adalah alat bukti yang sempurna. Sebab
bentuk-bentuk surat yang disebut di dalamnya dibuat secara
resmi menurut formalitas yang ditentukan perundang-undangan.
Ibid., hal. 283-284
29
2)
d.
Dengan dipenuhinya ketentuan formil dalam pembuatannya dan
dibuat berisi keterangan resmi dari seorang pejabat yang
berwenang serta keterangan yang terkandung dalam surat tadi
dibuat atas sumpah jabatan, maka jika dari segi formil alat bukti
surat seperti yang disebut dalam Pasal 187 huruf a, b dan c
KUHAP adalah alat bukti yang bernilai sempurna. Oleh karena
itu alat bukti surat resmi mempunyai nilai "pembuktian formil
yang sempurna".
Ditinjau dari segi materiil
Ditinjau dari segi materiil, semua alat bukti yang disebut dalam
Pasal 187 KUHAP, bukan alat bukti yang mempunyai kekuatan
mengikat. Pada alat bukti surat ini tidak melekat kekuatan
pembuktian yang mengikat. Nilai kekuatan pembuktian alat
bukti surat inipun sama halnya dengan nilai kekuatan
pembuktian keterangan saksi dan alat bukti keterangan ahli,
sama-sama mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang bersifat
bebas. Tanpa mengurangi sifat kesempurnaan formil alat bukti
surat yang disebut Pasal 187 huruf a, b dan c KUHAP, sifat
kesempurnaan formil tersebut tidak dengan sendirinya
mengadung nilai kekuatan pembuktian yang mengikat. Hakim
bebas untuk menilai kekuatan pembuktiannya. Hakim dapat saja
menggunakan atau menyingkirkannya.28
Petunjuk
Berdasarkan Pasal 188 KUHAP yang terdiri dari ayat (1), (2), dan (3).
Dalam ayat (1) yang diartikan dengan petunjuk adalah :
"Petunjuk ialah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya".
Pasal 188 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa, petunjuk hanyalah
dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa.
Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti haruslah
:
1)
28
Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang
terjadi;
M Yahya Harahap, Op cit., hal.. 288-289.
30
2)
3)
Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu lama lain
dengan kejahatan yang terjadi;
Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa
maupun saksi di persidangan.29
Ketentuan Pasal 188 ayat (3) KUHAP menyatakan bahwa penilaian
atas kekuatan pembuktian dan suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu
dilaksanakan oleh hakim dengan arif dan bijaksana. Setelah hakim
melakukan pemeriksaan dengan cermat dan keseksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Alat bukti petunjuk mempunyai sifat kekuatan pembuktian yang bebas
yakni :
1)
2)
e.
Hakim tidak terikat pada kebenaran persesuaian yang
diwujudkan oleh petunjuk. Oleh karena itu hakim bebas
menilainya dan menggunakannya sebagai upaya pembuktian.
Petunjuk sebagai alat bukti tidak Bisa berdiri sendiri
membuktikan kesalahan terdakwa. Oleh karena itu agar
petunjuk mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang cukup,
harus didukung dengan sekurang-kurangnya satu alat bukti yang
lain.30
Keterangan terdakwa
Alat bukti terdakwa didapati pada urutan terakhir dari alat-alat bukti
yang ada dan uraiannya terdapat pada Pasal 189 ayat (1) KUHAP
dinyatakan bahwa keterangan terdakwa ialah yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau
alami sendiri. Di dalam HIR, alat bukti ini disebut dengan istilah pengakuan
terdakwa, dalam KUHAP disebut dengan istilah keterangan terdakwa.
29
Andi Hamzah, 2002, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 263.
30
M. Yahya Harahap, Op cit., hal. 296
31
Andi Hamzah31 berpendapat bahwa, keterangan terdakwa sebagai alat
bukti tidak perlu sama atau berbentuk pengakuan, semua keterangan
terdakwa hendaknya didengar apakah itu berupa penyangkalan
ataupun pengakuan sebagai dari perbuatan atau keadaan.
Keterangan terdakwa tidak perlu sama dengan pengakuan karena
pengakuan sebagai alat bukti mempunyai syarat :
1)
2)
Mengaku ia melakukan delik yang didakwakan;
Mengaku ia bersalah.32
Pada pengakuan terasa mengandung suatu pernyataan tentang sesuatu
yang dilakukan seseorang sedangkan pada keterangan pengertiannya lebih
bersifat suatu penjelasan akan sesuatu yang akan dilakukan seseorang.
Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah
menurut undang-undang dengan diperlukan beberapa alat sebagai landasan
berpijak, antara lain :
1)
2)
3)
4)
31
32
Keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan.
Tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendiri atau
ia alami sendiri. Sebagai asas kedua ini, agar keterangan
terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus
memuat pernyataan atau penjelasan tentang :
a)
Perbuatan yang dilakukan terdakwa;
b)
Apa yang diketahui sendiri oleh terdakwa;
c)
Atau apa yang dialami sendiri oleh terdakwa.
Keterangan terdakwa hanya merupakan alat bukti bagi dirinya
sendiri. Pasal 189 ayat (3) KUHAP menyatakan :"keterangan
terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri".
Semua yang diterangkan seseorang dalam persidangan yang
kedudukannya sebagai terdakwa, hanya dapat digunakan sebagai
alat bukti terhadap dirinya sendiri. Jika dalam suatu perkara
pidana terdakwanya terdiri dari beberapa orang, masing-masing
keterangan setiap terdakwa hanya merupakan alat bukti yang
mengikat pada diri sendiri.
Keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan
kesalahannya. Pasal 189 ayat (40) KUHP berbunyi : "keterangan
Andi Hamzah, Op cit., hal. 273.
Ibid., hal. 273.
32
terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia
bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain". Ketentuan
tadi merupakan penegasan prinsip batas minimum pembuktian
yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Pasal 183 KUHAP
menentukan asas pembuktian bahwa untuk menjatuhkan pidana
terhadap seorang terdakwa, kesalahannya harus dapat dibuktikan
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.33
H.P Panggabean menyatakan bahwa :
Teori relevansi adalah menyangkut kewenangan Hakim menentukan
ada tidaknya relevansi alat bukti dengan substansi perkara, yang
dengan sikap tersebut Hakim dapat menerima pengajuan alat bukti
dari pihak berperkara di dalam hal Hakim berpendapat tidak ada
relevansi alat bukti tersebut, Hakim berhak menolak pengajuan bukti
tersebut.34
Hakim dalam hal ini harus memilah dan memilih alat-alat bukti mana
yang harus dipergunakan dan bagaimana korelasi alat bukti tersebut dengan
pembuktian yang sedang dilakukan. Terkait dengan judul yang diajukan
penulis, yaitu mengenai Pembuktian Tindak Pidana Penipuan Melalui
Modus Operandi Multi level marketing (Tinjauan Yuridis Putusan
Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt., maka penulis juga mengacu
apa yang dimaksud dengan Multi level marketing.
Untuk dapat membuktikan adanya tindak pidana penipuan, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah dan hakim harus yakin bahwa alat bukti
33
M.Yahya Harahap, Op cit., hal. 299-300.
H.P. Panggabean, 2012, Hukum Pembuktian (Teori Praktek dan Yurisprudensi
Indonesia), Alumni, Bandung, hal. 100.
34
33
yang digunakan dapat mendukung atau membuktikan Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Padana (KUHP).
Berdasar
pertimbangan
Putusan
Pengadilan
Nomor
:
38/
Pid.B/2012/PN.Pwt alat bukti yang digunakan dalam persidangan maka
Putusan hakim menyatakan bahwa Terdakwa : Bimo Suyono Prayugo Bin
Dulsamin terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Penipuan Yang Dilakukan Secara Berlanjut. Oleh karena itu
Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut di atas dengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun dan 2 (dua) bulan.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif,
yaitu suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Dalam kajian ini, hukum dilihat
sebagai sebuah sistem tersendiri yang terpisah dengan berbagai sistem lain yang
ada di dalam masyarakat sehingga memberi batas anatara sistem hukum dengan
sistem lainya. 35
Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji alat bukti apa yang
digunakan hakim dalam membuktikan tindak pidana penipuan melalui modus
operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/
Pid.B/2012/PN.Pwt secara normatif. Selain itu melalui pendekatan yuridis
normatif penulis juga mengkaji pembuktian tindak pidana penipuan melalui
modus operandi Multi Level Marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/
Pid.B/2012/PN.Pwt.
B.
Spesifikasi Penelitian
Dalam usaha memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun penulisan
hukum, maka akan dipergunakan spesifikasi penelitian Preskripsi. Spesifikasi
35
Jhonny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Cetakan Ketiga, Banyumedia Publishing.
35
penelitian ini adalah Preskripsi, yaitu suatu penelitian yang menjelaskan keadaan
obyek yang akan diteliti melalui kaca mata disiplin hukum, atau sering disebut
oleh Peter Mahmud Marzuki sebagai yang seyogyanya.36
C.
Sumber Data
Data sekunder adalah data yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer.37 Data sekunder merupakan data pokok dalam penelitian ini
yang bersumber dari studi pustaka berupa peraturan perundang-undangan,
buku literatur, dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang ada kaitannya dengan
masalah penelitian. Data sekunder di bidang hukum dapat dibedakan menjadi:
1.
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat, yaitu
diperoleh melalui peraturan perundang-undangan serta dokumendokumen resmi lain yang sesuai dengan pokok masalah penelitian
yang diajukan. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
2.
Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, antara lain pustaka di
bidang ilmu hukum, hasil penelitian di bidang hukum, artikel-arikel
ilmiah, baik dari koran maupun internet.
36
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Grup,
Jakarta, hal 91.
37
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal.13.
36
3.
Bahan hukum Tersier , yaitu bahan yang memberikan petunjuk
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain
kamus hukum.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data akan dilakukan dengan cara studi kepustakaan
dengan menginventarisir peraturan Per-Undang-Undangan, dokumen-dokumen
resmi, hasil penelitian, makalah, dan buku-buku yang berkaitan dengan materi
yang menjadi objek penelitian untuk selanjutnya dipelajari dan dikaji sebagai satu
kesatuan yang utuh.
E.
Metode Penyajian Data
Data yang berupa bahan-bahan hukum yang diperoleh kemudian akan
disajikan dalam bentuk teks naratif , uraian-uraian yang disusun secara sistematis,
logis dan rasional. Keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu
dengan yang lainnya disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti
sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
F.
Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode normatif
kualitatif, yaitu dengan cara menjabarkan dan menafsirkan data yang diperoleh
berdasarkan norma-norma atau kaidah-kaidah, teori-teori, pengertian-pengertian
37
hukum dan doktrin-doktrin yang terdapat dalam ilmu hukum, khususnya dalam
Hukum Pidana.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Duduk Perkara
Pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
berkenalan dengan saksi INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa mengaku
sebagai distributor PT. Smart Champion International (PT.SCI) beralamat di
Jalan Satriyan No.4-5
Malang yang bergerak
dibidang obat herbal,
terdakwa juga mengaku akan mengembangkan distributor obat herbal di
Purwokerto dan terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa saksi INDRA
ARI TAFIATUN orang yang pertama menjadi stokist SCI atau agen di
Purwokerto.
Terdakwa juga menjelaskan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
produksinya diantaranya adalah : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk
membakar lemak dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM
SMART untuk meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala
penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian dalam
kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU
KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA
anti oksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh serta terdakwa menjelaskan
dengan menunjukkan foto copy surat Distributor Smart Champion
International No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya memuat :
39
a. Syarat –syarat menjadi agen
1) Pembelian stok agena.
2) Menyiapkan sales minimal 10 orang
3) Stock barang untuk sales : 60 pcs
4) Harga jual Rp. 150.000-/pcsd.Harga agen Rp. 140.000,-/ pcs
b. Sehingga laba agen adalah sebesar Rp. 10.000,-/pcs
c. Pembelian stock agen Rp. 140.000,- x 60 pcs yaitu sebesar Rp.
8.400.000,- 4.Keuntungan agenuntuk 1 sales : - Rp.10.000 x 60 pcs
= Rp 600.000,-a.5 % omset sales = 5 % x 60 x Rp. 140.000,-1
sales = Rp. 420.000,-Jumlahnya Rp. 600.000,- + Rp. 420.000,- =
Rp 1.020.000,-Untuk 10 sales dapat memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 10.200.000,-Setelah saksi INDRA ARI TAFIATUN mendengar penjelasan
terdakwa yang menjanjikan keuntungan besar maka saksi INDRA ARI
TAFIATUN tertarik dan merasa yakin dengan penawaran terdakwa, lalu
saksi INDRA ARI TAFIATUN
tergerak hatinya masuk menjadi Stokist
atau agen SCI, namun saksi tidak diberikan kartu member atau surat yang
menerangkan saksi INDRA ARI TAFIATUN telah menjadi Stokist atau.
Pada tanggal 24 Oktober 2011 atas permintaan terdakwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat
ratus ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011
untuk pembayaran Stok Produk Smart Champion Internasional (SCI)
sebanyak 60 (enam puluh) pcs yang ditandatangani oleh terdakwa sendiri,
40
yang pada saat itu disaksikan oleh RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA
ARI TAFIATUN) serta SOFIN FAIZ
(anak saksi INDRA ARI
TAFIATUN).
Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta
empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu pada
tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang kerumah saksi INDRA ARI TAFIATUN
berpura-pura membawa 60 (enam puluh) produk SCI berupa Lotion PATI
HALIA, tetapi selang waktu satu minggu kemudian terdakwa mengambil
produk tersebut kembali dengan alasan agar dapat diuangkan maksimal tiga
minggu dari pembayaran.
Kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan uang hasil penjualan
produk tersebut kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan saksi INDRA
ARI TAFIATUN pernah menanyakan kepada terdakwa tetapi terdakwa
selalu menjawab “ belum ada yang laku”, ada kendala sales mogok dan lainlain. Kemudian sekitar bulan Nopember 2011 terdakwa meyakinkan saksi
INDRA ARI TAFIATUN dengan membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati
halia sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus riburupiah), namun setelah itu
sampai sekarang apa yang terdakwa janjikan tersebut tidak pernah ditepati.
Sekitar tanggal 7 Nopember 2012 terdakwa juga mengaku sebagai
distributor obat herbal kepada saksi TARSIKIN dan terdakwa meyakinkan
saksi TARSIKIN untuk menjadi agen yang bertugas memasarkan / menjual
produk antara lain : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak
41
dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk
meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala penyakit,
KACIP FATIMAH untuk menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan,
BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU KAMBING
untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA anti oksidan
dan meningkatkan kekebalan tubuh, terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN
dengan keuntungan yang sangat besar
kalau menjadi agen, terdakwa
menjelaskan sambil menunjukkan foto copy surat
Champion International
Distributor Smart
No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya
memuat :
a. Syarat –syarat menjadi agen
b. Pembelian stok agen
1) menyiapkan sales minimal 10 orang
2) stock barang untuk sales : 60 pcs
3) harga jual Rp. 150.000-/pcs
4) Harga agen Rp. 140.000,-/ pcs
5) Sehingga laba agen adalah sebesar Rp. 10.000,-/pcs
c. Pembelian stock agen Rp. 140.000,- x 60 pcs yaitu sebesar Rp.
8.400.000,d. keuntungan agenuntuk 1 sales : - Rp.10.000x 60 pcs = Rp
600.000,-
42
e. 5 % omset sales = 5 % x 60 x Rp. 140.000,-1sales = Rp. 420.000,Jumlahnya Rp. 600.000,- + Rp. 420.000,- = Rp 1.020.000,-Untuk
10 sales dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 10.200.000,
Mendengar penawaran terdakwa tersebut membuat saksi TARSIKIN
tertarik dan menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal, lalu saksi
TARSIKIN langsung membuka toko obat herbal dirumahnya dengan nama
“RUMAH HERBAL SEGER WARAS”.
Pada tanggal 14 Nopember 2011 saksi TARSIKIN diminta untuk
menyerahkan uang sebesar Rp. 4.200.000.- (empat juta dua ratus ribu
rupiah) kepada terdakwa dengan peruntukkan pembelian produk Pati Halia
30 (tiga puluh) dus, lalu saksi TARSIKIN menyerahkan uang yang
dimaksud dan dua hari berikutnya terdakwa menyerahkan produk tersebut.
Pada tanggal 28 Nopember 2011 atas permintaan terdakwa,saksi
TARSIKIN kembali menyerahkan uang sebesar Rp. 2. 800.000,- (dua juta
delapan ratus ribu rupiah) kepada terdakwa untuk pembelian produk Pati
halia, TGM Smart, susu kambing dan kacip fatimah masing-masing 5 (lima)
dus jadi jumlahnya 20 (dua puluh) dus, untuk meyakinkan saksi TARSIKIN
selang waktu satu hari kemudian terdakwa menyerahkan produk yang
dimaksud.
Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB, atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
Rp.4.600.000,-
(empat juta enam ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal 13-12-2011
43
dengan peruntukkan pembelian produk herbal lagi dan terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN dengan menjanjikan barang akan datang pada
tanggal 2 Januari 2012, namun sampai sekarang terdakwa tidak pernah
menyerahkan produk yang dimaksud kepada saksi TARSIKIN melainkan
uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan pribadi terdakwa.
Ternyata pihak
(PT.SCI) beralamat
PT. SMART CHAMPION INTERNATIONAL
Ruko Griya Asri Blok B1 N0.17-18 Jalan Tole
Iskandar Depok bukan beralamat di Jalan Satriyan No.4-5 Malang seperti
yang akui terdakwa dan PT SCI
memberikan surat keterangan bahwa
terdakwa tidak pernah terdaftar sebagai karyawan atau distributor PT. SCI
serta tidak ada hubungan kerjasama atau perjanjian apapun dengan
terdakwa.
Terdakwa melakukan perbuatannya dengan cara yang sama secara
berlanjut, pertama kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan kedua kepada
saksi TARSIKIN dan akibat perbuatan terdakwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN dirugikan sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus
ribu rupiah) dan saksi TARSIKIN dirugikan sebesar Rp.4.600.000 (empat
juta enam ratus ribu rupiah).
2.
Dakwaan Penuntut Umum
Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
Dakwaan alternatif sebagai berikut :
a. Pertama
44
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 378 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, atau
b. Kedua
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 372 KUHP jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP
3. Pembuktian
a. Keterangan Saksi
1) Saksi TARSIKIN
Saksi kenal dengan terdakwa sekitar
bulan September 2011
dikenalkan oleh saudari TUTI ditempat kos saksi. Kemudian sekitar
tanggal 7 Nopember 2011 terdakwa mengaku sebagai distributor obat
herbal kepada saksi
TARSIKIN dan terdakwa meyakinkan saksi
TARSIKIN untuk menjadi agen yang bertugas memasarkan / menjual
produk antara lain : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar
lemak dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART
untuk meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala
penyakit, KACIP FATIMAH untuk menjaga kesehatan bagian dalam
kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal,
SUSU KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA
SENCHA anti oksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh, terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN dengan keuntungan yang sangat besar
kalau menjadi agen, terdakwa menjelaskan sambil menunjukkan foto
copy surat Distributor Smart Champion International.
45
Mendengar
TARSIKIN
penawaran
terdakwa
tersebut
membuat
saksi
tertarik dan menyanggupi untuk menjadi agen obat
herbal, lalu saksi TARSIKIN langsung membuka toko obat herbal
dirumahnya dengan nama “RUMAH HERBAL SEGER WARAS”.
Pada tanggal 14 Nopember 2011 saksi TARSIKIN diminta untuk
menyerahkan uang sebesar Rp. 4.200.000.- (empat juta dua ratus ribu
rupiah) kepada terdakwa dengan peruntukkan pembelian produk Pati
Halia 30 (tiga puluh) dus, lalu saksi TARSIKIN menyerahkan uang
yang dimaksud dan dua hari berikutnya terdakwa menyerahkan
produk tersebut. Pada tanggal 28 Nopember 2011 atas permintaan
terdakwa,saksi TARSIKIN kembali menyerahkan uang sebesar Rp. 2.
800.000,- (dua juta delapan ratus ribu rupiah) kepada terdakwa untuk
pembelian produk Pati halia, TGM Smart, susu kambing dan kacip
fatimah masing-masing 5 (lima) dus jadi jumlahnya 20 (dua puluh)
dus, untuk meyakinkan saksi TARSIKIN selang waktu satu hari
kemudian terdakwa menyerahkan produk yang dimaksud.
Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB, atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
Rp.4.600.000,- (empat juta enam ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal 13-12-2011
dengan peruntukkan pembelian produk herbal lagi dan terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN dengan menjanjikan barang
akan
datang pada tanggal 2 Januari 2012, namun sampai sekarang terdakwa
46
tidak pernah menyerahkan produk yang dimaksud kepada saksi
TARSIKIN melainkan uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan
kebutuhan pribadi terdakwa.
Saksi berusaha menghubungi saudara tersangka dan pada tanggal 2
Januari tersangka datang kerumah saksi lalu mengatakan akan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara memberikan
produk namun sampai sekarang produk yang dimaksud tidak pernah
ada. Akibat perbuatan terdakwa, saksi dirugikan sebesar Rp.
4.600.000,Kwitansi yang diperlihatkan dipersidangan adalah tanda terima
uang dari saksi kepada terdakwa dan foto copy surat
Distributor
Smart Champion International No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang
dijadikan terdakwa sebagai dasar membujuk saksi dan saksi INDRA
ARI TAFIATUN untuk mengikuti penawaran terdakwa. Saksi juga
membenarkan Berita Acara pemeriksaan Saksi yang di penyidikan.
2) Saksi TUTI WINARTI
Saksi
mengerti diminta keterangan sehubungan dengan kasus
penipuan yang dilakukan oleh terdakwa BIMO dan yang menjadi
korbannya adalah saudara TARSIKIN. Kerugian yang dialami saudara
TARSIKIN sebesar Rp. 4.600.000,- benar awalnya pada tanggal 7
Nopember 2011 sekitar pukul 11.00 WIB kenalan dengan saudara
terdakwa, dan akhirnya menjalin hubungan bisnis dengan terdakwa
47
dalam penjualan obat herbal dan suatu saat terdakwa menyampaikan
kepada saksi kalau mempunyai maksud untuk bekerjasama dengan
saudara TARSIKIN dan mau menjadi agen obat herbal.
Akhirnya pada tanggal 14 Nopember 2011 sekitar 13.30 WIB
dirumah
TARSIKIN
saksi
mengenalkan
terdakwa
kepada
TARSIKIN, setelah pembicaraan mereka berdua pada akhirnya
saudara TARSIKIN menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal
dan membuka took obat herbal dirumahnya dengan nama RUMAH
HERBAL SEGER WARAS, pada saat itu terjadi transaksi penjualan
obat herbal produk Pati Halia sebanyak 30 Box dengan harga Rp.
4.200.000,- selanjutnya barang dipasarkan oleh saksi sebanyak 25 Box
dan terdakwa 5 Box.
Pada tanggal 28 Nopember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB tepatnya
dirumah TARSIKIN saksi menyaksikan transaksi jual beli antara
terdakwa dengan TARSIKIN
dengan berbagai
produk herbal
diantaranya : BARLEY sebanyak 4 Box, Auxstea sebanyak 2 box,
TGM sebanyak 5 box, Kacip Fatimah sebanyak 3 box, susu kambing
sebanyak 6 box, dengan harga Rp.2.800.000,-, kemudian semua
barang tersebut dipasarkan oleh terdakwa. Pada tanggal 13 Desember
2011 sekitar jam 13.30 saudara TARSIKIN
menyerahkan uang
sebesar Rp.4.600.000,- kepada terdakwa dengan tujuan membeli
produk herbal lagi, namun saat itu saksi tidak melihat tersangka
membawa produk barangnya, dan menurut terdakwa kalau barang
48
akan datang tanggal 2 Januari 2012, namun sampai sekarang ini
barang belum juga diserahkan oleh terdakwa.
Setiap pembelian barang ada kwitansinya termasuk pembelian
terakhir kwitansinya ditandatangani oleh terdakwa
tertanggal 13
Desember 2011 disaksikan oleh istri TARSIKIN dan saksi sendiri.
benar terdakwa memang menjanjikan bonus yang besar kepada
TARSIKIN, bahkan suatu saat bisa berangkat umrah. Setahu saksi
tersangka membeli barang dari depok Jawa Barat. Saksi mengerti
diminta keterangan sehubungan dengan kasus penipuan yang
dilakukan oleh terdakwa BIMO dan yang menjadi korbannya adalah
suami saksi (TARSIKIN). Kerugian yang dialami saudara TARSIKIN
sebesar Rp. 4.600.000,- . Pada tanggal 14 Nopember 2011 sekitar
13.30 WIB dirumah TARSIKIN saksi mengenalkan tersangka kepada
TARSIKIN, setelah pembicaraan mereka berdua pada akhirnya
saudara TARSIKIN menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal
dan membuka took obat herbal dirumahnya dengan nama RUMAH
HERBAL SEGER WARAS, pada saat itu terjadi transaksi penjualan
obat herbal produk Pati Halia sebanyak 30 Box dengan harga Rp.
4.200.000,- selanjutnya barang dipasarkan oleh saksi TUTI sebanyak
25 Box dan terdakwa 5 Box.
Pada tanggal 28 Nopember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB tepatnya
dirumah TARSIKIN saksi menyaksikan transaksi jual beli antara
terdakwa dengan TARSIKIN
dengan berbagai
produk herbal
49
diantaranya : BARLEY sebanyak 4 Box, Auxstea sebanyak 2 box,
TGM sebanyak 5 box, Kacip Fatimah sebanyak 3 box, susu kambing
sebanyak 6 box, dengan harga Rp.2.800.000,-, kemudian semua
barang tersebut dipasarkan oleh terdakwa.
Benar pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar jam 13.30 saudara
TARSIKIN
menyerahkan uang sebesar Rp.4.600.000,- kepada
terdakwa dengan tujuan membeli produk herbal lagi, namun saat itu
saksi tidak melihat terdakwa
membawa produk
barangnya, dan
menurut terdakwa kalau barang akan datang tanggal 2 Januari 2012,
namun sampai sekarang ini barang belum juga diserahkan oleh
terdakwa.
Setiap pembelian barang ada kwitansinya termasuk pembelian
terakhir kwitansinya ditandatangani oleh terdakwa
tertanggal 13
Desember 2011 disaksikan oleh saksi TUTI, TARSIKIN dan saksi
sendiri. Setahu saksi setelah barang berupa produk herbal tersebut
keluar dari pabrik, oleh terdakwa tidak diserahkan kepada TARSIKIN
akan tetapi dipasarkan sendiri dan setelah barang laku terjual, uangnya
tidak diserahkan kepada suami saksi akan tetapi dipergunakan oleh
terdakwa
untuk kepentingan pribadinya. Terdakwa memang
menjanjikan bonus yang besar kepada TARSIKIN, bahkan suatu saat
bisa berangkat umrah. Barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan
kwitansi tanda terima uang dari saksi TARSIKIN kepada terdakwa
dan foto copy surat Distributor Smart Champion International No.
50
007/001456/SCI/0709/2011 yang dijadikan terdakwa sebagai dasar
membujuk saksi TARSIKIN dan saksi INDRA ARI TAFIATUN
untuk mengikuti penawaran terdakwa.
3) Saksi SOFIN FAIZ Bin RIDLO TAKDIR
Benar saksi membenarkan Berita acara Pemeriksaan Saksi di
Penyidikan. Benar saksi mengerti diminta keterangan sehubungan
dengan kasus penipuan yang dilakukan oleh terdakwa BIMO dan yang
menjadi korbannya adalah ibu kandung saya (saksi
INDRA ARI
TAFIATUN). Kerugian yang dialami saudara saksi
INDRA ARI
TAFIATUN sebesar Rp. 8.400.000, benar berawal pada tanggal 10
Oktober 2011 sekitar pukul 09. 00 WIB terdakwa berkenalan dengan
saksi
INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa
mengaku
sebagai
distributor PT. Smart Champion International beralamat di Jalan
Satriyan No.4-5
Malang yang bergerak
tersangka juga mengaku
distributor obat herbal,
akan mengembangkan
distributor obat
herbal di Purwokerto dan terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA
ARI saksi orang yang pertama menjadi stokist SCI di Purwokerto.
Terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
akan mendapat keuntungan yang besar baik perhari, perminggu
maupun perbulan kalau menjadi agen/stokist atau distributor SCI,
terdakwa berusaha meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN agar
mau menjadi agen/distributor. Kemudian pada tanggal 24 Oktober
51
2011 terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
untuk menjadi agen/stokist atau distributor SCI syaratnya terlebih
dahulu harus menyetorkan uang sebesar Rp. 8.400.000 (delapan juta
empat ratus ribu rupiah), lalu untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa memberikan
foto copy surat
Distributor
Smart Champion International No. 007/001456/SCI/0709/2011.
Setelah saksi INDRA ARI TAFIATUN yakin dengan penawaran
terdakwa lalu saksi INDRA ARI TAFIATUN
tergerak hatinya
masuk menjadi Stokist SCI namun saksi tidak berikan kartu member
atau surat yang menerangkan saksi INDRA ARI TAFIATUN telah
menjadi Stokist, Setelah itu saksi INDRA ARI TAFIATUN
menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus
ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011
untuk pembayaran Stok Produk smart champion internasional 60 pcs
yang ditandatangani oleh terdakwa sendiri dan disaksikan oleh saksi
sendiri dan RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN).
Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu
pada tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang berpura-pura membawa 60 produk SCI
berupa Losyen PATI HALIA, tetapi
selang waktu satu minggu
kemudian terdakwa mengambil produk tersebut dengan alasan agar
dapat diuangkan maksimal tiga minggu dari pembayaran.
52
Kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan kepada saksi
INDRA ARI TAFIATUN dan saksi INDRA ARI TAFIATUN pernah
menanyakan tetapi terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang laku”,
ada kendala sales mogok dan lain-lain, lalu sekitar bulan Nopember
2011 terdakwa meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN dengan
membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati halia sebesar Rp. 600.000,(enam ratus ribu), namun
setelah itu sampai sekarang apa yang
terdakwa janjikan tersebut tidak pernah ditepati.
Setahu saksi setelah barang berupa produk obat herbal tersebut
dipasarkan
oleh terdakwa dan laku terjual, selanjutnya tidak
disetorkan ke ibu saksi melainkan dipergunakan untuk kebutuhan
pribadi terdakwa. Ibu saksi sampai percaya kepada terdakwa karena
dijanjikan kalau menjadi agen akan mendapatkan keuntungan yang
sangat besar karena ibu saya adalah agen yang pertama kali
dipurwokerto.
benar
saksi
membenarkan
barang
bukti
yang
diperlihatkan dipersidangan berupa kwitansi tanda terima uang dari
ibu saksi kepada terdakwa dan foto copy surat
Champion International
Distributor Smart
No. 007/001456/SCI/0709/2011
yang
dijadikan terdakwa sebagai dasar membujuk saksi TARSIKIN dan
saksi INDRA ARI TAFIATUN untuk mengikuti penawaran terdakwa.
53
4) Saksi INDRA ARI TAFIATUN
Benar saksi
mengerti diminta keterangan sehubungan dengan
kasus penipuan yang dilakukan oleh terdakwa BIMO dan yang
menjadi korbannya adalah saksi sendiri. -
benar kerugian yang
dialami saudara saksi sebesar Rp. 8.400.000,-. Berawal pada tanggal
10 Oktober 2011 sekitar pukul 09. 00 WIB terdakwa berkenalan
dengan saksi , terdakwa mengaku
sebagai distributor PT. Smart
Champion International beralamat di Jalan Satriyan No.4-5 Malang
yang bergerak distributor obat herbal, terdakwa juga mengaku akan
mengembangkan distributor obat herbal di Purwokerto dan terdakwa
mengatakan kepada saksi saksi orang yang pertama menjadi stokist
SCI di Purwokerto. Terdakwa mengatakan kepada saksi akan
mendapat keuntungan yang besar baik perhari, perminggu maupun
perbulan kalau menjadi agen/stokist atau distributor SCI, terdakwa
berusaha meyakinkan saksi agar mau menjadi agen/distributor.
Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2011 terdakwa mengatakan
kepada saksi
untuk
menjadi agen/stokist atau distributor
SCI
syaratnya terlebih dahulu harus menyetorkan uang sebesar Rp.
8.400.000 (delapan juta empat ratus ribu rupiah), lalu untuk
meyakinkan saksi, terdakwa memberikan
Distributor
Smart
Champion
foto copy
International
surat
No.
007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya memuat syarat –syarat
menjadi agen, Pembelian stok agen, keuntungan agen, kewajiban
54
saleskewajiban distributor.-
benar setelah saksi yakin dengan
penawaran terdakwa lalu saksi tergerak hatinya masuk menjadi Stokist
SCI namun saksi tidak berikan kartu member atau surat yang
menerangkan saksi setelah menjadi Stokist, Setelah itu saksi
menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus
ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011
untuk pembayaran Stok Produk smart champion internasional 60 pcs
yang ditandatangani oleh tersangka sendiri dan disaksikan oleh saksi
sendiri SOFIN FAIZ dan RIDLO TAKDIR (suami saksi)
Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) dari saksi, lalu pada tanggal 26 Oktober
2011 untuk meyakinkan saksi, terdakwa datang berpura-pura
membawa 60 produk SCI berupa Losyen PATI HALIA,
tetapi
selang waktu satu minggu kemudian terdakwa mengambil produk
tersebut dengan alasan agar dapat diuangkan maksimal tiga minggu
dari pembayaran.-
benar kemudian terdakwa tidak pernah
menyetorkan kepada saksi dan saksi pernah menanyakan tetapi
terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang laku”, ada kendala sales
mogok dan lain-lain, lalu sekitar bulan Nopember 2011 terdakwa
meyakinkan saksi dengan membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati halia
sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus ribu), namun setelah itu sampai
sekarang apa yang terdakwa janjikan tersebut tidak pernah ditepati.
55
Setahu saksi setelah barang berupa produk obat herbal tersebut
dipasarkan
oleh terdakwa dan laku terjual, selanjutnya tidak
disetorkan ke saksi melainkan dipergunakan untuk kebutuhan pribadi
terdakwa. Saksi sampai percaya kepada terdakwa karena dijanjikan
kalau menjadi agen akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar
karena ibu saya adalah agen yang pertama kali di Purwokerto.- benar
barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan berupa kwitansi
tertanggal 24-10-2011 untuk pembayaran Stok Produk Smart
Champion Internasional (SCI) sebanyak 60 (enam puluh) pcs
yang
ditandatangani oleh terdakwa sendiri, yang pada saat itu disaksikan
oleh RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN) serta
SOFIN FAIZ (anak saksi INDRA ARI TAFIATUN) dan foto copy
surat
Distributor Smart Champion International
No.
007/001456/SCI/0709/2011 yang dijadikan terdakwa sebagai dasar
membujuk saksi TARSIKIN dan saksi untuk mengikuti penawaran
terdakwa.
5) Saksi RIDLO TAKDIR
Saksi
mengerti diminta keterangan sehubungan dengan kasus
penipuan yang dilakukan oleh terdakwa BIMO dan yang menjadi
korbannya adalah istri saksi (saksi INDRA ARI TAFIATUN). Benar
kerugian yang dialami saudara INDRA sebesar Rp. 8.400.000,-. Benar
berawal pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09. 00 WIB
56
terdakwa berkenalan dengan saksi
terdakwa mengaku
INDRA ARI TAFIATUN,
sebagai distributor PT. Smart Champion
International beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
bergerak
Malang yang
distributor obat herbal, terdakwa juga mengaku
akan
mengembangkan distributor obat herbal di Purwokerto dan terdakwa
mengatakan kepada saksi saksi orang yang pertama menjadi stokist
SCI di Purwokerto.
Terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
akan mendapat keuntungan yang besar baik perhari, perminggu
maupun perbulan kalau menjadi agen/stokist atau distributor SCI,
terdakwa berusaha meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN agar
mau menjadi agen/distributor. Kemudian pada tanggal 24 Oktober
2011 terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
untuk menjadi agen/stokist atau distributor SCI syaratnya terlebih
dahulu harus menyetorkan uang sebesar Rp. 8.400.000 (delapan juta
empat ratus ribu rupiah), lalu untuk meyakinkan saksi terdakwa
memberikan
International
foto copy
surat
Distributor Smart Champion
No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya memuat
syarat-syarat menjadi agen, Pembelian stok agen, keuntungan agen,
kewajiban sales kewajiban distributor.
Setelah saksi INDRA ARI TAFIATUN yakin dengan penawaran
terdakwa lalu saksi INDRA ARI TAFIATUN
tergerak hatinya
masuk menjadi Stokist SCI namun saksi tidak berikan kartu member
57
atau surat yang menerangkan saksi INDRA ARI TAFIATUN telah
menjadi Stokist, Setelah itu saksi INDRA ARI TAFIATUN
menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus
ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011
untuk pembayaran Stok Produk smart champion internasional 60 pcs
yang ditandatangani oleh terdakwa sendiri dan disaksikan oleh saksi
sendiri dan SOFIN (anak saksi INDRA ARI TAFIATUN)- benar
setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta
empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu
pada tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang berpura-pura membawa 60 produk SCI
berupa Losyen PATI HALIA, tetapi
selang waktu satu minggu
kemudian terdakwa mengambil produk tersebut dengan alasan agar
dapat diuangkan maksimal tiga minggu dari pembayaran.-
benar
kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan kepada saksi INDRA
ARI TAFIATUN dan saksi INDRA ARI TAFIATUN
pernah
menanyakan tetapi terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang laku”,
ada kendala sales mogok dan lain-lain, lalu sekitar bulan Nopember
2011 terdakwa meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN dengan
membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati halia sebesar Rp. 600.000,(enam ratus ribu), namun
setelah itu sampai sekarang apa yang
terdakwa janjikan tersebut tidak pernah ditepati.-
benar setahu
saksi setelah barang berupa produk obat herbal tersebut dipasarkan
58
oleh terdakwa dan laku terjual, selanjutnya tidak disetorkan ke ibu
saksi melainkan dipergunakan untuk kebutuhan pribadi terdakwa.
Istri saksi sampai percaya kepada terdakwa karena dijanjikan kalau
menjadi agen akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena
istri saya adalah agen yang pertama kali di Purwokerto. Benar barang
bukti yang diperlihatkan dipersidangan berupa kwitansi tanda terima
uang dari istri saksi kepada terdakwa dan foto copy surat Distributor
Smart Champion International No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang
dijadikan terdakwa sebagai dasar membujuk saksiTARSIKIN dan
saksi INDRA ARI TAFIATUN untuk mengikuti penawaran terdakwa.
b. Keterangan Terdakwa
Terdakwa
mengaku bekerja sebagai distributor obat herbal dengan
macam produk : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak
dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk
meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala penyakit,
KACIP FATIMAH untuk menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan,
BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU KAMBING
untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA anti oksidan
dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Yang menjadi agen obat herbal melalui terdakwa adalah saudara
TARSIKIN dan saudara INDRA ARI TAFIATUN. Kedua orang tersebut
tertarik menjadi agen bermula pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul
59
09.00 WIB terdakwa berkenalan dengan saksi INDRA ARI TAFIATUN
dirumahnya yang beralamat di kelurahan Berkoh RT 05 RW 01
Kec.
Purwokerto Selatan Kab. Banyumas, setelah berkenalan terdakwa
menawarkan saksi INDRA ARI TAFIATUN untuk menjadi agen produk
herbal, akhirnya saksi INDRA ARI TAFIATUN tertarik . Selanjutnya pada
tanggal 24 - 25 - Oktober sekitar pukul 10.00 WIB saksi INDRA ARI
TAFIATUN
menyerahkan uangnya kepada terdakwa sebesar Rp.
8.400.000,- untuk pembelian obat herbal.
Pada tanggal 14 Nopember 2011 sekitar 13.30 WIB terdakwa berkenalan
dengan saksi TARSIKIN,
lalu terdakwa menawarkan saksi TARSIKIN
untuk menjadi agen obat herbal akhirnya saksi TARSIKIN mau dan
menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal, lalu membuka toko obat
dirumahnya dengan nama RUMAH HERBAL SEGER WARAS, saat itu
terjadi transaksi penjualan obat herbal produk PATI HALIA sebanyak 30
box dengan harga Rp.4.200.000.selanjutnya
barang dipasarkan saudara
TUTI sebanyak 25 box dan terdakwa 5 box.
Pada tanggal 28 Nopember 2011 atas permintaan terdakwa,saksi
TARSIKIN kembali menyerahkan uang sebesar Rp. 2. 800.000,- (dua juta
delapan ratus ribu rupiah) kepada terdakwa untuk pembelian produk Pati
halia, TGM Smart, susu kambing dan kacip fatimah masing-masing 5 dus
jadi jumlahnya 20, untuk meyakinkan saksi TARSIKIN selang waktu satu
hari kemudian terdakwa menyerahkan produk yang dimaksud.
60
Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
Rp.4.600.000,- dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal
13-12-2011 dengan tujuan membeli produk herbal lagi dan terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN barang akan datang pada tanggal 2 Januari
2012, namun sampai sekarang terdakwa tidak pernah menyerahkan produk
yang dimaksud kepada saksi TARSIKIN melainkan uang tersebut
dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan pribadi terdakwa.
Tidak mempunyai kartu atau surat atau sejenisnya yang mnenyatakan
terdakwa adalah sebagai distributor, karena terdakwa adalah distributor
lepas yang sifatnya hanya membeli produk. Menjanjikan
adanya
keuntungan yang besar kepada saksi TARSIKIN adan saksi INDRA yaitu
sebesar Rp. 10.200.000,- apabila produk laku terjual, 26 namun
kenyataannya yang menjalankan pemasaran atau menjual produk tersebut
adalah terdakwa sendiri dan uang hasil penjualan dipergunakan terdakwa
sendiri untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Setiap terdakwa menerima uang dari saksi TARSIKIN dan saksi INDRA
selalu dilengkapi dengan kwitansi yang terdakwa tanda tangan sendiri.
Pihak PT. SMART CHAMPION INTERNATIONAL (PT.SCI) beralamat
Ruko Griya Asri Blok B1 N0.17-18 Jalan Tole Iskandar Depok bukan
beralamat di Jalan Satriyan No.4-5 Malang seperti yang akui terdakwa dan
terdakwa tidak pernah terdaftar sebagai karyawan atau distributor PT. SCI
61
serta tidak ada hubungan kerjasama atau perjanjian apapun dengan
terdakwa.
Terdakwa melakukan perbuatannya dengan cara yang sama secara
berlanjut, pertama kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan kedua kepada
saksi TARSIKIN dan akibat perbuatan terdakwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN dirugikan sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus
ribu rupiah) dan saksi TARSIKIN dirugikan sebesar Rp.4.600.000 (empat
juta enam ratus ribu rupiah). Barang bukti yang diperlihatkan dipersidangan
berupa kwitansi tanda terima uang yang ditandatangani terdakwa dan foto
copy surat Distributor Smart Champion International.
c. Barang Bukti
Selain bukti saksi,
dan alat bukti lainnya Jaksa/Penuntut Umum
mengajukan barang bukti berupa :
- 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.4.600.000,- (empat
juta enam ratus ribu rupiah) pada tanggal 13 Desember 2011 yang
ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO;
- 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) pada tanggal 24 Oktober 2011 yang
ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO;
62
4. Tuntutan Penuntut Umum
Berdasarkan pembuktian dan fakta-fakta hukuk yang terungkap di dalam
persidangan maka Jaksa Penuntut umum berdasarkan Tuntutan Pidana
tanggal 29 Maret 2012 Nomor Register Perkara ; PDM -27/EPP.2/.03/2012
dan dibacakan di persidangan pada tanggal tersebut diatas yang pada
pokoknya Menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purwokerto
yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :
1) Menyatakan terdakwa BIMO SUYONO PRAYOGO bin DUL
SAMIN bersalah melakukan tindak pidana Penipuan yang dilakukan
secara berlanjut, sebagaimana di atur dalam dakwaan pertama Pasal
378 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP;
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa BIMO SUYONO PRAYOGO
bin DUL SAMIN dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6
(enam) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dan dengan perintah terdakwa tetap ditahan;
3) Menyatakan barang bukti berupa:
- 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.4.600.000,- (empat
juta enam ratus ribu rupiah) pada tanggal 13 Desember 2011 yang
ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO;
-
1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.8.400.000,(delapan juta empat ratus ribu rupiah) pada tanggal 24 Oktober
2011 yang ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO;
Dirampas untuk dimusnahkan;
63
4) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.1000,
(seribu rupiah);
5. Putusan
a. Pertimbangan Hakim
Terdakwa diajukan dipersidangan oleh
Penuntut Umum dengan
Dakwaan Alternatif pertama melanggar Pasal 378 KUHP jo pasal 64
ayat 1 KUHP atau Kedua melanggar Pasal 372 ayat (1) KUHP jo Pasal
64 ayat (1) KUHP ; Dakwaan Penuntut Umum disusun secara alternatif,
maka Majelis Hakim mempertimbangkan salah satu dari dakwaan
tersebut yang unsur-unsur sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan, yaitu dakwaan ke Satu melanggar Pasal 378 KUHP jo
Pasal 64 ayat (1) yang mengandung unsur unsur sebagai berikut :
a) Barang Siapa ;
b) Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum
c) Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapuskan piutang;
d) Sebagai Perbuatan berlanjut
64
Ad. a. Unsur “Barang Siapa” :
Rumusan “ BARANG SIAPA” dalam Undang-undang hukum pidana
adalah untuk menunjukkan tentang subyek atau pelaku tindak pidana.
Pengertian “Barang Siapa” dalam rumusan undang-undang hukum
pidana adalah siapa saja, setiap orang sebagai pelaku tindak pidana, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara pidana terhadap perbuatanperbuatan yang dilakukan (yang didakwakan kepadanya).
Subjek hukum yang diajukan dalam perkara ini adalah orang yang
mengaku bernama BIMO SUYONO PRAYUGO Bin DUL SAMIN
dengan identitas lengkap sebagaimaa tersebut dalam surat dakwaan yang
saat ditanyakan oleh Ketua sidang, identitas tersebut dibenarkan oleh
terdakwa
dan
berdasarkan
keterangan
saksi-saksi
dipersidangan
terdakwalah orang yang dimaksud dalam surat dakwaan Penuntut
Umum;, bahwa disamping itu selama persidangan terdakwa sehat
jasmani dan rokhaninya sehingga terdakwa adalah subyek hukum yang
mampu
bertanggung
jawab
atas
perbuatan
yang
dilakukanya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut yang dimaksud barang siapa adalah
terdakwa BIMO SUYONO PRAYUGO Bin DUL SAMIN, dengan
demikian unsur barang siapa terpenuhi.
Ad. b. Unsur “ Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum” ;,
Arti “melawan hukum” menurut profesor Van BEMMELEN Van
HATTUM ialah peruatan yang bertentangan dengan kepatutan di dalam
65
pergaulan bermasyarakat melainkan juga jika cara memperoleh
keuntungan tersebut ternyata bertentangan dengan kepatutan di dalam
pergaulan, bahwa untuk selesainya tindak pidana penipuan menurut
pendapat HOGE RAAD, cukup jika orang yang digerakkan oleh pelaku
itu
telah
melaksanakan
perbuatan
menyerahkan
suatu
benda,
mengadakan perikatan uatang atau meniadakan suatu piutang seperti
dikehendaki oleh pelaku, tanpa harus digantungkan pada kenyataan
apakah pelaku sudah mendapat keuntungan atau belum.
Di dalam doktrin menguntungkan itu telah diartikan sebagai “ setiap
perbaikan keadaan yang dapat dicapai atau yang mungkin dapat dicapai
orang dibidang ekonomi dan di dalam yurisprudensi telah diartikan
sebagai kemungkinan untuk menambah harta kekayaan. Menimbang,
bahwa dari fakta dipersidangan yang berasal dari keterangan para saksi,
dan keterangan terdakwa terungkap :
1) Pada tanggal 24 Oktober 2011 atas permintaan terdakwa saksi
INDRA ARI TAFIATUN menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,(delapan juta empat ratus ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi
tertanggal 24-10-2011 untuk pembayaran Stok Produk Smart Champion
Internasional (SCI) sebanyak 60 (enam puluh) pcs yang ditandatangani
oleh terdakwa sendiri, yang pada saat itu disaksikan oleh
RIDLO
TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN) serta SOFIN FAIZ
(anak saksi INDRA ARI TAFIATUN).
66
2) Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu
pada tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang kerumah saksi INDRA ARI TAFIATUN
berpura-pura membawa 60 (enam puluh) produk SCI berupa Lotion
PATI HALIA, tetapi
selang waktu satu minggu kemudian terdakwa
mengambil produk tersebut kembali dengan alasan agar dapat diuangkan
maksimal tiga minggu dari pembayaran.
3) Kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan uang hasil
penjualan produk tersebut kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan
saksi INDRA ARI TAFIATUN pernah menanyakan kepada terdakwa
tetapi terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang laku”, ada kendala
sales mogok dan lain-lain. Kemudian sekitar bulan Nopember 2011
terdakwa meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN dengan membayar
sejumlah 4 (empat) pcs Pati halia sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus
riburupiah), namun
setelah itu sampai sekarang apa yang terdakwa
janjikan tersebut tidak pernah ditepati dan uang tersebut dipergunakan
untuk kepentingan terdakwa.
4) Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB, atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
Rp.4.600.000,- (empat juta enam ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal 13-12-2011
dengan peruntukkan pembelian produk herbal lagi dan terdakwa
67
meyakinkan saksi TARSIKIN dengan menjanjikan barang akan datang
pada tanggal 2 Januari 2012, namun sampai sekarang terdakwa tidak
pernah menyerahkan produk yang dimaksud kepada saksi TARSIKIN
melainkan uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan
pribadi terdakwa.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut unsur “Dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum; “
terpenuhi.
Ad. c. Unsur “ Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan
tipu
muslihat,
ataupun
rangkaian
kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan
piutang “
Menurut almarhum Profesor SATAUCHID KARTANEGARA yang
dimaksud tipu muslihat ialah tindakan-tindakan yang demikian rupa
sehingga dapat menimbulkan kepercayaan orang atau memberikan kesan
pada
orang
yang
digerakkan,
seolah-olah
keadaannya
sesuai
kebenarannya. HOGERAAD telah memutuskan “ tipu daya ialah
tindakan-tindakan yang sifatnya menipu, yang dapat dipakai sebagai
sarana untuk membuka jalan bagi kesan-kesan dan gambaran-gambaran
yang sesungguhnya tidak benar. Sedangkan menurut HOGE RAAD “
dapat dikatakan terdapat suatau susunan kata-kata bohong bilamana
antara beberapa kebohongan itu terdapat hubungan yang demikian rupa,
dan kebohongan yang satu dengan kebohongan yang lain itu keadaannya
68
adalah demikian rupa, sehingga semua kata-kata bohong itu secara timbal
balik memberikan kesan seolah-olah apa yang dikatakan itu sesuai
dengan kebenaran, padahal keadaan yang sebenarnya adalah tidak
demikian. Yang dimaksud penyerahan sebagaimana dalam unsur Pasal
378 KUHP itu disyaratkan bahwa benda yang diminta oleh pelaku untuk
diserahkan kepadanya itu harus terlepas dari penguasaan orang yang
diminta untuk menyerahkannya, akan tetapi tidak perlu bahwa pada saat
yang sama benda tersebut jatuh dalam penguasaan orang lain.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang satu sama lain terdapat
persesuaian dan keterangan terdakwa terungkap fakta :
1) Pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
berkenalan dengan saksi
INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa
mengaku sebagai distributor PT. Smart Champion International
(PT.SCI) beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
bergerak
Malang yang
dibidang obat herbal, terdakwa juga mengaku
mengembangkan
akan
distributor obat herbal di Purwokerto dan
terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN orang yang pertama menjadi stokist SCI atau agen di
Purwokerto.
2) Terdakwa
TAFIATUN
juga
menjelaskan
kepada
saksi
INDRA
ARI
produksinya diantaranya adalah : obat herbal PATI
HALIA, (obat untuk membakar lemak dan melangsingkan perut
/lotion pelangsing), TGM SMART untuk meningkatkan regenerasi
69
sel dan sebagai penyembuh segala penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan, BARLEY
untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU KAMBING untuk
menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA anti oksidan
dan -
Bahwa setelah saksi INDRA ARI TAFIATUN mendengar
penjelasan terdakwa yang menjanjikan keuntungan besar maka
saksi INDRA ARI TAFIATUN tertarik dan merasa yakin dengan
penawaran terdakwa, lalu saksi INDRA ARI TAFIATUN tergerak
hatinya masuk menjadi Stokist atau agen SCI, namun saksi tidak
diberikan kartu member atau surat yang menerangkan saksi
INDRA ARI TAFIATUN telah menjadi Stokist atau. Pada tanggal
24 Oktober 2011 atas permintaan terdakwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN menyerahkan uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) kepada terdakwa dengan kwitansi
tertanggal 24-10-2011 untuk pembayaran Stok Produk Smart
Champion Internasional (SCI) sebanyak 60 (enam puluh) pcs yang
ditandatangani oleh terdakwa sendiri, yang pada saat itu disaksikan
oleh RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN)
serta SOFIN FAIZ (anak saksi INDRA ARI TAFIATUN).
3) Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN,
lalu pada tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi
INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa datang kerumah saksi INDRA
70
ARI TAFIATUN berpura-pura membawa 60 (enam puluh) produk
SCI berupa Lotion PATI HALIA,
tetapi
selang waktu satu
minggu kemudian terdakwa mengambil produk tersebut kembali
dengan alasan agar dapat diuangkan maksimal tiga minggu dari
pembayaran.•Bahwa kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan
uang hasil penjualan produk tersebut kepada saksi INDRA ARI
TAFIATUN dan saksi INDRA ARI TAFIATUN
pernah
menanyakan kepada terdakwa tetapi terdakwa selalu menjawab “
belum ada yang laku”, ada kendala sales mogok dan lain-lain.
Kemudian sekitar bulan Nopember 2011 terdakwa meyakinkan
saksi INDRA ARI TAFIATUN dengan membayar sejumlah 4
(empat) pcs Pati halia
sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus
riburupiah), namun setelah itu sampai sekarang apa yang terdakwa
janjikan tersebut tidak pernah ditepati.
4) Kemudian sekitar tanggal 7 Nopember 2012 terdakwa juga
mengaku sebagai distributor obat herbal kepada saksi TARSIKIN
dan terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN untuk menjadi agen
yang bertugas memasarkan / menjual produk antara lain : obat
herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak dan
melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk
meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala
penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian
dalam kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan
71
ginjal, SUSU KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan
AOX TEA SENCHA anti oksidan dan meningkatkan kekebalan
tubuh, terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN dengan keuntungan
yang sangat besar.
5) Mendengar
penawaran
terdakwa
tersebut
membuat
saksi
TARSIKIN tertarik dan menyanggupi untuk menjadi agen obat
herbal, lalu saksi TARSIKIN langsung membuka toko obat herbal
dirumahnya dengan nama “RUMAH HERBAL SEGER WARAS”.
6) Pada tanggal 14 Nopember 2011 saksi TARSIKIN diminta untuk
menyerahkan uang sebesar Rp. 4.200.000.- (empat juta dua ratus
ribu rupiah) kepada terdakwa dengan peruntukkan
pembelian
produk Pati Halia 30 (tiga puluh) dus, lalu saksi TARSIKIN
menyerahkan uang yang dimaksud dan dua hari berikutnya
terdakwa menyerahkan produk tersebut.
7) Pada tanggal 28 Nopember 2011 atas permintaan terdakwa,saksi
TARSIKIN kembali menyerahkan uang sebesar Rp. 2. 800.000,(dua juta delapan ratus ribu rupiah) kepada terdakwa untuk
pembelian produk Pati halia, TGM Smart, susu kambing dan kacip
fatimah masing-masing 5 (lima) dus jadi jumlahnya 20 (dua puluh)
dus, untuk meyakinkan saksi TARSIKIN selang waktu satu hari
kemudian terdakwa menyerahkan produk yang dimaksud.
8) Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB, atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
72
Rp.4.600.000,-
(empat juta enam ratus ribu rupiah) kepada
terdakwa dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal
13-12-2011 dengan peruntukkan pembelian produk herbal lagi dan
terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN dengan menjanjikan
barang akan datang pada tanggal 2 Januari 2012, namun sampai
sekarang terdakwa tidak pernah menyerahkan produk yang
dimaksud kepada saksi TARSIKIN melainkan uang tersebut
dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan pribadi terdakwa.
9) Pihak PT. SMART CHAMPION INTERNATIONAL (PT.SCI)
beralamat Ruko Griya Asri Blok B1 N0.17-18 Jalan Tole Iskandar
Depok bukan beralamat di Jalan Satriyan No.4-5 Malang seperti
yang akui terdakwa dan PT SCI memberikan surat keterangan
bahwa terdakwa tidak pernah terdaftar sebagai karyawan atau
distributor PT. SCI serta tidak ada hubungan kerjasama atau
perjanjian apapun dengan terdakwa
Berdasarkan fakta-fakta tersebut unsur “Dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan
piutang” telah terpenuhi.
73
Ad. d. Unsur “ Perbuatan Berlanjut “
Perbuatan berlanjut sebagai dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) KUHP,
adalah beberapa perbuatan pidana yang masing-masing berdiri sendiri,
tetapi mempunyai pertalian satu sama lain. Baik Ilmu Pengetahuan
maupun Praktek telah mengajarkan bahwa dalam menentukan adanya “
Perbuatan Berlanjut” adalah sebagai berikut :•Harus ada kesatuan
putusan kehendak dan perbuatan-perbuatan itu harus berasal dari satu
putusan kehendak yang dilarang. Yang menentukan dalam hal ini adalah
apakah sebenarnya yang menjadi dasar dari perbuatan tersebut.
Perbuatan haruslah sama atau sama macamnya. Waktu antara
perbuatan yang satu dan yang lainnya tidak terlalu lama, akan tetapi
perbuatan itu boleh terus menrus berjalan bertahun-tahun.Menimbang,
bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan terdakwa dipersidangan
terungkap fakta:
1) Pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
berkenalan dengan saksi
INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa
mengaku sebagai distributor PT. Smart Champion International
(PT.SCI) beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
bergerak
Malang yang
dibidang obat herbal, terdakwa juga mengaku
mengembangkan
akan
distributor obat herbal di Purwokerto dan
terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa saksi INDRA ARI
TAFIATUN orang yang pertama menjadi stokist SCI atau agen di
Purwokerto.
74
2) Terdakwa
TAFIATUN
juga
menjelaskan
kepada
saksi
INDRA
ARI
produksinya diantaranya adalah : obat herbal PATI
HALIA, (obat untuk membakar lemak dan melangsingkan perut
/lotion pelangsing), TGM SMART untuk meningkatkan regenerasi
sel dan sebagai penyembuh segala penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan, BARLEY
untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU KAMBING untuk
menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA anti oksidan
dan meningkatkan kekebalan tubuh serta terdakwa menjelaskan
dengan menunjukkan foto copy surat Distributor Smart Champion
Bahwa kemudian sekitar tanggal 7 Nopember 2012 terdakwa juga
mengaku sebagai distributor obat herbal kepada saksi TARSIKIN
dan terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN untuk menjadi agen
yang bertugas memasarkan / menjual produk antara lain : obat
herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak dan
melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk
meningkatkan regenerasi sel dan
penyakit, KACIP FATIMAH
sebagai penyembuh segala
untuk menjaga kesehatan bagian
dalam kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan
ginjal, SUSU KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan
AOX TEA SENCHA anti oksidan dan meningkatkan kekebalan
tubuh, terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN dengan keuntungan
yang sangat besar
kalau menjadi agen, terdakwa menjelaskan
75
sambil menunjukkan foto copy surat Distributor Smart Champion
International No. 007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya memuat
:
a) Syarat –syarat menjadi agen, Pembelian stok agen, a.
menyiapkan sales minimal 10 orang, stock barang untuk sales :
60 pcs, harga jual Rp. 150.000-/pcs, Harga agen Rp. 140.000,-/
pcs, Sehingga laba agen adalah sebesar Rp. 10.000,-/pcs,
3.Pembelian stock agen Rp. 140.000,- x 60 pcs yaitu sebesar
Rp. 8.400.000,- , 4.keuntungan agen, untuk 1 sales : Rp.10.000x 60 pcs = Rp 600.000,-, 5 % omset sales = 5 % x 60
x Rp. 140.000,-, 1sales
= Rp. 420.000,- Jumlahnya
Rp.
600.000,- + Rp. 420.000,- = Rp 1.020.000,b) Untuk 10 sales dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp.
10.200.000,3) Terdakwa melakukan perbuatannya dengan cara yang sama secara
berlanjut, pertama kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan
kedua kepada saksi TARSIKIN yang waktunya berdekatan dan
akibat perbuatan terdakwa saksi INDRA ARI TAFIATUN
dirugikan sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus ribu
rupiah) dan saksi TARSIKIN dirugikan sebesar Rp.4.600.000
(empat juta enam ratus ribu rupiah).
Perbuatan-perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut adalah
merupakan
rangkaian
perbuatan
yang
melawan
hukum
untuk
76
kepentingan terdakwa. berdasarkan fakta-fakta diatas unsur sebagai
unsur“ Perbuatan berlanjut” telah terpenuhi;
Menurut ilmu hukum pidana tujuan pemidanaan itu bukan sematamata ditujukan pada upaya balas dendam semata, akan tetapi lebih
ditujukan pada upaya perbaikan diri pelaku agar kelak di kemudian hari
tidak kembali melakukan perbuatan pidana, dan juga sebagai upaya
preventif agar masyarakat tidak melakukan perbuatan yang dapat
dihukum tersebut ; Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana
atas diri terdakwa tersebut, Majelis Hakim akan memperhatikan sifat
yang baik dan sifat yang jahat dari terdakwa sesuai dengan ketentuan
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
kehakiman, serta hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang
meringankan bagi diri terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal 197 ayat
(1) huruf (f) KUHAP.
Agar
putusan
pemidaan
memenuhi
rasa
keadilan
sebelum
menjatuhkan pidana atas diri terdakwa tersebut, Majelis Hakim akan
memperhatikan sifat yang baik dan sifat yang jahat dari terdakwa sesuai
dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2004
tentang Kekuasaan kehakiman, serta hal-hal yang memberatkan dan halhal yang meringankan bagi diri terdakwa sesuai dengan ketentuan Pasal
197 ayat (1) huruf (f) KUHAP.
77
Hal-hal yang memberatkan
1) Akibat perbuatan terdakwa merugikan saksi TARSIKIN dan saksi
INDRA ARI TAFIATUN.
2) Terdakwa telah menikmati hasil kejahatannya
Hal-hal yang meringankan :
1) Terdakwa Belum pernah dihukum.
2) Terdakwa terus terang dan tidak mempersulit dalam persidangan.
3) Terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya serta meminta
maaf kepada korban
b. Amar Putusan
1) Menyatakan bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “ PENIPUAN YANG DILAKUKAN
SECARA BERLANJUT “
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut di atas dengan pidana
penjara selama : 1 (satu) tahun dan 2 (dua) bulan ;
3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa akan
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4) Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan
5) Memerintahkan barang bukti :
- 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.4.600.000,- (empat
juta enam ratus ribu rupiah) pada tanggal 13 Desember 2011 yang
ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO;
78
- 1 (satu) lembar kwitansi pembayaran sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) pada tanggal 24 Oktober 2011 yang
ditanda tangani oleh BIMO SUYONO PRAYOGO yang dirampas
untuk dimusnahkan ;
6) Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp 1.000 (Seribu
rupiah);
B.
Pembahasan
1.
Penilaian Hakim Terhadap Kekuatan Alat Bukti Dalam Tindak
Pidana Penipuan Melalui
Marketing
pada
Putusan
Modus Operandi Multi Level
Pengadilan
Nomor
:
38/
Pid.B/2012/PN.Pwt.
Masalah hukum adalah masalah pembuktian di pengadilan, demikian
yang sering dikatakan orang, oleh karena itu, peran dari pembuktian dalam
suatu proses hukum di pengadilan sangatlah penting. Sistem pembuktian
dalam acara pidana dikenal dengan "sistem negatif" (negatief wettelijk
bewijsleer), di mana yang dicari oleh hakim adalah kebenaran yang materil.
Sistem negatif merupakan sistem yang berlaku dalam hukum acara pidana,
adalah suatu sistem pembuktian di depan pengadilan agar suatu pidana dapat
dijatuhkan oleh hakim, harusiah memenuhi dua syarat mutlak, yaitu:
a.
Alat bukti yang cukup dan
b.
Keyakinan hakim.
Dengan demikian, tersedianya alat bukti saja belum cukup untuk menjatuhkan hukuman pada seorang tersangka. Sebaliknya, meskipun hakim
79
sudah cukup yakin akan kesalahan tersangka, jika tidak tersedia alat bukti
yang cukup, pidana belum dapat dijatuhkan oleh hakim.
Sistem pembuktian negatif dalam sistem pembuktian pidana
diberlakukan karena yang dicari oleh hakim-hakim pidana adalah suatu
kebenaran materil (materiele waarheid). Terdapat berbagai kelemahan suatu
pembuktian di dalam persidangan al ini disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Faktor sistem adversarial, yang memberikan hak seluas-luasnya
kepada para pihak untuk saling membuktikan, saling
rnembantah, dan saling mengajukan argumennya masingmasing.
Karena menggunakan sistem adversarial, fungsi hakim pasif saja
dalam acara perdata, hakim tidak bolek aktif seperti dalam
sistem inkuisitorial. Pada prinsipnya, hakim perdata tidak boleh
memutuskan melebihi dari hanya yang dikemukakan dan
diminta oleh para pihak yang berperkara, dan harus memutuskan
sesuai dengan bukti-bukti yang ada sekalipun hakim
menyangsikan kebenaran dari pembuktian tersebut.
Sulitnya mencari kebenaran dari suatu alat bukti disebabkan
tidak adanya keharusan untuk menggunakan sistem pencarian
keadilan
Melalui pemakaian metode ilmiah dan teknologi, yang tingkat
kebenarannya dapat terukur. Bahkan, di mana-mana masih
banyak hambatan untuk secara langsung menerima alat bukti
sainstifik di pengadilan. Hal ini terjadi dalam sistem pembuktian
pidana, teriebih lagi dalam sistem pembuktian perdata.38
Teori hukum pembuktian mengajarkan bahwa agar suatu alat bukti
dapat dipakai sebagai alat bukti di pengadilan diperlukan beberapa syaratsyarat sebagai berikut:
a.
38
Diperkenankan oleh undang-undang untuk dipakai sebagai alat
bukti.
M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 496.
80
b.
c.
d.
Reability, yakni alat bukti tersebut dapat dipercaya
keabsahannya
(misalnya, tidak palsu).
Necessity, yakni alat bukti tersebut memang diperlukan untuk
membuktikan suatu fakta.
Relevance, yakni alat bukti tersebut mempunyai relevansi
dengan fakta yang akan dibuktikan.39
Untuk mengetahui alat bukti apa saja yang digunakan hakim dalam
membuktikan tindak pidana penipuan melalui modus operandi multi level
marketing dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt maka
harus melihat jenis-jenis alat bukti yang diatur dalam Pasal 184 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), terdiri dari :
a.
b.
c.
d.
e.
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
Menurut Pasal 1 butir 26 KUHAP yang dimaksud dengan saksi adalah
:
"orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, ia alami sendiri".
Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) KUHAP keterangan saksi sebagai alat
bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan. Sedangkan
pengertian umum keterangan saksi ada dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yang
berbunyi sebagai berikut :
"Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
39
Ibid.
81
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan
menyebut alasan dari pengetahuannya itu".
Berdasarkan keterangan para saksi dapat diketahui bahwa, terdakwa
mengaku sebagai distributor PT. Smart Champion International (PT.SCI)
beralamat di Jalan Satriyan No.4-5 Malang yang bergerak dibidang obat
herbal, terdakwa juga mengaku akan mengembangkan distributor obat
herbal di Purwokerto dan terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa saksi
INDRA ARI TAFIATUN orang yang pertama menjadi stokist SCI atau
agen di Purwokerto.
Saksi INDRA ARI TAFIATUN
menyatakan bahwa, terdakwa
menerangkan kepada saksi mengenai produksinya diantaranya adalah : obat
herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak dan melangsingkan
perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk meningkatkan regenerasi sel
dan sebagai penyembuh segala penyakit, KACIP FATIMAH
untuk
menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan
membersihkan ginjal, SUSU KAMBING untuk menetralkan asam lambung
dan AOX TEA SENCHA anti oksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh
serta terdakwa menjelaskan dengan menunjukkan foto copy surat
Distributor Smart Champion International No. 007/001456/SCI/0709/2011.
Berdasarkan keterangan sanksi Sofin Faiz Bin Ridlo Takdir bahwa:
Saksi INDRA ARI TAFIATUN mendengar penjelasan terdakwa yang
menjanjikan keuntungan besar maka saksi INDRA ARI TAFIATUN
tertarik dan merasa yakin dengan penawaran terdakwa, lalu saksi
INDRA ARI TAFIATUN tergerak hatinya masuk menjadi Stokist
atau agen SCI, namun saksi tidak diberikan kartu member atau surat
yang menerangkan saksi INDRA ARI TAFIATUN telah menjadi
Stokist atau. Pada tanggal 24 Oktober 2011 atas permintaan terdakwa
82
saksi INDRA ARI TAFIATUN menyerahkan uang sebesar
Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus ribu rupiah) kepada
terdakwa.
Pernyataan tersebut terlihat bahwa, memang pada saat proses
penawaran korban yaitu INDRA ARI TAFIATUN yang juga sebagai saksi,
juga disaksikan oleh Sofin Faiz Bin Ridlo Takdir yang merupakan ibu
kandung korban. Hal ini memberian keuntungan pada korban karena adanya
saksi yang melihat dan mendengar langsung.
Selain itu Ridlo Takdir menyatakan pula bahwa:
Terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN akan
mendapat keuntungan yang besar baik perhari, perminggu maupun
perbulan kalau menjadi agen/stokist atau distributor SCI, terdakwa
berusaha meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN agar mau
menjadi agen/distributor. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2011
terdakwa mengatakan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN untuk
menjadi agen/stokist atau distributor SCI syaratnya terlebih dahulu
harus menyetorkan uang sebesar Rp. 8.400.000 (delapan juta empat
ratus ribu rupiah), lalu untuk meyakinkan saksi terdakwa memberikan
foto copy surat Distributor Smart Champion International No.
007/001456/SCI/0709/2011 yang isinya memuat syarat–syarat
menjadi agen, Pembelian stok agen, keuntungan agen, kewajiban sales
kewajiban distributor.
Ridlo Takdir yang merupakan suami korban juga menyaksikan adanya
penawaran serta pembayaran tersebut. Berdasarkan kedua saksi maka unsur
keharusan alat buksti saksi terlihat jelas disana dimana para saksi
mendengar sendiri, melihat sendiri dan mengalami sendiri suatu perbuaatan
pidana tersebut.
Pada kasus tersebut, terdakwa tidak mengajukan saksi yang
meringankan atau ade charge, berdasarkan pernyataan-pernyataan saksi,
83
terdakwa juga membenarkan dan tidak keberatan. Pada alat bukti lainnya
yaitu keterangan terdakwa, terdakwa menyatakan bahwa:
Setelah berkenalan terdakwa menawarkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN untuk menjadi agen produk herbal, akhirnya saksi
INDRA ARI TAFIATUN tertarik. Selanjutnya pada tanggal 24 - 25 Oktober sekitar pukul 10.00 WIB saksi INDRA ARI TAFIATUN
menyerahkan uangnya kepada terdakwa sebesar Rp. 8.400.000,- untuk
pembelian obat herbal.
Terdakwa juga mengakui bahwa, terdakwa tidak mempunyai kartu
atau surat atau sejenisnya yang menyatakan terdakwa adalah sebagai
distributor, karena terdakwa adalah distributor lepas yang sifatnya hanya
membeli produk. Menjanjikan adanya keuntungan yang besar kepada saksi
TARSIKIN adan saksi INDRA
yaitu sebesar Rp. 10.200.000,- apabila
produk laku terjual, 26 namun kenyataannya yang menjalankan pemasaran
atau menjual produk tersebut adalah terdakwa sendiri dan uang hasil
penjualan dipergunakan terdakwa sendiri untuk kebutuhan hidup seharihari. Setiap terdakwa menerima uang dari saksi TARSIKIN dan saksi
INDRA selalu dilengkapi dengan kwitansi yang terdakwa tandatngan
sendiri. Pihak PT. SMART CHAMPION INTERNATIONAL (PT.SCI)
beralamat Ruko Griya Asri Blok B1 N0.17-18 Jalan Tole Iskandar Depok
bukan beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
Malang seperti yang akui
terdakwa dan terdakwa tidak pernah terdaftar sebagai karyawan atau
distributor PT. SCI serta tidak ada hubungan kerjasama atau perjanjian
apapun dengan terdakwa.
84
Keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah
menurut undang-undang dengan diperlukan beberapa alat sebagai landasan
berpijak, antara lain :
1)
2)
3)
4)
Keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan.
Tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui sendiri atau
ia alami sendiri. Sebagai asas kedua ini, agar keterangan
terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus
memuat pernyataan atau penjelasan tentang :
a)
Perbuatan yang dilakukan terdakwa;
b)
Apa yang diketahui sendiri oleh terdakwa;
c)
Atau apa yang dialami sendiri oleh terdakwa.
Keterangan terdakwa hanya merupakan alat bukti bagi dirinya
sendiri. Pasal 189 ayat (3) KUHAP menyatakan :"keterangan
terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri".
Semua yang diterangkan seseorang dalam persidangan yang
kedudukannya sebagai terdakwa, hanya dapat digunakan sebagai
alat bukti terhadap dirinya sendiri. Jika dalam suatu perkara
pidana terdakwanya terdiri dari beberapa orang, masing-masing
keterangan setiap terdakwa hanya merupakan alat bukti yang
mengikat pada diri sendiri.
Keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan
kesalahannya. Pasal 189 ayat (40) KUHP berbunyi : "keterangan
terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia
bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain". Ketentuan
tadi merupakan penegasan prinsip batas minimum pembuktian
yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Pasal 183 KUHAP
menentukan asas pembuktian bahwa untuk menjatuhkan pidana
terhadap seorang terdakwa, kesalahannya harus dapat dibuktikan
dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.40
Terdakwa dalam hal ini mengakui perbuatan yang dilakukan terdkwa
yaitu, terdakwa tidak mempunyai kartu atau surat atau sejenisnya yang
menyatakan terdakwa adalah sebagai distributor, selain itu terhadap kedua
korbannya. Terdakwa tanpa kewenangan me menawarkan saksi INDRA
ARI TAFIATUN
40
untuk menjadi
M.Yahya Harahap, Op cit., hal. 299-300.
agen produk herbal, akhirnya saksi
85
INDRA ARI TAFIATUN tertarik. Selanjutnya pada tanggal 24 - 25 Oktober
sekitar pukul 10.00 WIB saksi INDRA ARI TAFIATUN
menyerahkan uangnya kepada terdakwa sebesar Rp. 8.400.000,- untuk
pembelian obat herbal.
Berdasarkan dakwaan jaksa penuntut umum, dapat diketahui pula
tindakan terdakwa dilakukan secara berlanjut. Hal ini dilihat dari adanya
dua korban dari perbuatan terdakwa. Korban selanjutnya selain INDRA ARI
TAFIATUN ialah Tarsikin. Tarsikin menyatakan bahwa:
Penawaran terdakwa tersebut membuat saksi TARSIKIN tertarik dan
menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal, lalu saksi TARSIKIN
langsung membuka toko obat herbal dirumahnya dengan nama
“RUMAH HERBAL SEGER WARAS”. Pada tanggal 14 Nopember
2011 saksi TARSIKIN diminta untuk menyerahkan uang sebesar Rp.
4.200.000.- (empat juta dua ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan peruntukkan pembelian produk Pati Halia 30 (tiga puluh) dus,
lalu saksi TARSIKIN menyerahkan uang yang dimaksud dan dua hari
berikutnya terdakwa menyerahkan produk tersebut. Pada tanggal 28
Nopember 2011 atas permintaan terdakwa,saksi TARSIKIN kembali
menyerahkan uang sebesar Rp. 2. 800.000,- (dua juta delapan ratus
ribu rupiah) kepada terdakwa untuk pembelian produk Pati halia,
TGM Smart, susu kambing dan kacip fatimah masing-masing 5 (lima)
dus jadi jumlahnya 20 (dua puluh) dus, untuk meyakinkan saksi
TARSIKIN selang waktu satu hari kemudian terdakwa menyerahkan
produk yang dimaksud.
Saksi Tuti Winarti juga menyatakan bahwa:
Pada tanggal 14 Nopember 2011 sekitar 13.30 WIB dirumah
TARSIKIN saksi mengenalkan terdakwa kepada TARSIKIN, setelah
pembicaraan mereka berdua pada akhirnya saudara TARSIKIN
menyanggupi untuk menjadi agen obat herbal dan membuka took
obat herbal dirumahnya dengan nama RUMAH HERBAL SEGER
WARAS, pada saat itu terjadi transaksi penjualan obat herbal produk
Pati Halia sebanyak 30 Box dengan harga Rp. 4.200.000,- selanjutnya
barang dipasarkan oleh saksi sebanyak 25 Box dan terdakwa 5 Box.
Setiap pembelian barang ada kwitansinya termasuk pembelian terakhir
kwitansinya ditandatangani oleh terdakwa tertanggal 13 Desember
2011 disaksikan oleh saksi TUTI.
86
Berdasarkan kedua kesaksian tersebut, terlihat adanya gambaran fakta
hukum bahwa, terdakwa melakukan penawaran terhadap saksi Tarsikin
diketahui oleh Saksi Tuti. Selain itu Saksi Tuti pula lah yang mengenalkan
pada terdakwa.
H.P Panggabean menyatakan bahwa :
Teori relevansi adalah menyangkut kewenangan Hakim menentukan
ada tidaknya relevansi alat bukti dengan substansi perkara, yang
dengan sikap tersebut Hakim dapat menerima pengajuan alat bukti
dari pihak berperkara di dalam hal Hakim berpendapat tidak ada
relevansi alat bukti tersebut, Hakim berhak menolak pengajuan bukti
tersebut.41
Hakim dalam hal ini harus memilah dan memilih alat-alat bukti mana
yang harus dipergunakan dan bagaimana korelasi alat bukti tersebut dengan
pembuktian yang sedang dilakukan. Berdasarkan sinkronisasi dan relevansi
pernyataan saksi dan pengakuan terdakwa maka petunjuk bagi hakim untuk
berpraduga, mengapa terdakwaa tidak memiliki kewenangan, tidak bekerja
di PT. SMART CHAMPION INTERNATIONAL (PT.SCI), menawarkan
suatu kerjasama berformat multi level marketing. Dalam hal ni terlihat jelas
adanya niatan terdakwa untuk melakukan tindak pidana penipuan.
Berdasarkan Pasal 188 KUHAP yang terdiri dari ayat (1), (2), dan (3).
Dalam ayat (1) yang diartikan dengan petunjuk adalah :
"Petunjuk ialah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya".
41
H.P. Panggabean, 2012, Hukum Pembuktian (Teori Praktek dan Yurisprudensi
Indonesia), Alumni, Bandung, hal. 100.
87
Pasal 188 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa, petunjuk hanyalah
dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa.
Syarat-syarat untuk dapat dijadikannya petunjuk sebagai alat bukti haruslah
:
1)
2)
3)
Mempunyai persesuaian satu sama lain atas perbuatan yang
terjadi;
Keadaan-keadaan perbuatan itu berhubungan satu lama lain
dengan kejahatan yang terjadi;
Berdasarkan pengamatan hakim baik dari keterangan terdakwa
maupun saksi di persidangan.42
Ketentuan Pasal 188 ayat (3) KUHAP menyatakan bahwa penilaian
atas kekuatan pembuktian dan suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu
dilaksanakan oleh hakim dengan arif dan bijaksana. Setelah hakim
melakukan pemeriksaan dengan cermat dan keseksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa, terdapat
beberapa alat bukti yang digunakan oleh hakim dalam membuktikan tindak
pidana penipuan melalui modus operandi Multi Level Marketing Dalam
Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt yaitu keterangan saksi
sebanyak 5 orang saksi, petunjuk dan keterangan terdakwa.
42
Andi Hamzah, 2002, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hal. 263.
88
2.
Pembuktian Tindak Pidana Penipuan Melalui Modus Operandi
Multi Level Marketing Dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/
Pid.B/2012/PN.Pwt.
Modus penipuan skema piramida berkedok bisnis penjualan langsung
atau multi level marketing (MLM) kembali marak belakangan ini dan
meminta korban yang tidak sedikit.Saat ini model modus dan polanya telah
diubah dengan konsep terbaru yang sangat mirip sekali dengan bisnis MLM.
Skema piramida sendiri merupakan praktik perputaran uang yang
dikumpulkan dari hasil partisipasi orang-orang yang bergabung, untuk
dibayarkan kembali kepada orang yang merekrutnya.Menurut Ketua Umum
Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Helmy Attamimi kegiatan
ini seringkali dikamuflasekan sebagai kegiatan MLM dengan janji untung
besar dalam waktu singkat.43
Terdakwa diajukan dipersidangan oleh
Penuntut Umum dengan
Dakwaan Alternatif pertama melanggar Pasal 378 KUHP jo Pasal 64 ayat 1
KUHP atau Kedua melanggar Pasal 372 ayat (1) KUHP jo Pasal 64 ayat (1)
KUHP. Kedua perbuatan pidana ini merupakan dua perbuatan yang saling
berdekatan, namun cukup berbeda.
Dakwaan Penuntut Umum disusun secara alternatif, dalam hal ini
Majelis Hakim mempertimbangkan salah satu dari dakwaan tersebut yang
unsur-unsur sesuai dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan, yaitu
dakwaan ke Satu melanggar Pasal 378 KUHP jo Pasal 64 ayat (1).
43
NN,
Waspadai
Penipuan
Berkedok
MLM
Kembali
Marak,
http://www.apli.or.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=146:waspadaipe..
89
Pasal 378 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) yang mengandung unsur unsur
sebagai berikut :
a)
Barang Siapa ;
b)
Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum
c)
Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapuskan piutang;
d)
Sebagai Perbuatan berlanjut
Pada unsur barang siapa merujuk pada setiap orang selaku subyek
hukum yang diduga atau disangka telah melakukan perbuatan yang dapat di
hukum atas perbuatannya dan orang tersebut harus mampu bertanggung
jawab atas perbuatannya.
Setiap orang mengacu pada manusia sebagai subjek hukum. Dalam
hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak dan kewajiban
(subyek) di dalam hukum. Dimaksud dengan orang atau subyek hukum,
dapat diartikan sebagai manusia (naturlijkpersoon) atau badan hukum
(rechtspersoon). Manusia (naturlijkpersoon) sebagai subyek hukum.
Pada kategori orang, maka harus memenuhi unsur mampu
Bertanggung jawab. Dalam tindak pidana pornografi yang dapat
dikualifikasikan sebagai orang adalah orang perseorangan atau korporasi,
90
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Selain itu
apabila subjek hukum tersebut adalah orang maka ia harus dapat
bertanggung jawab dalam arti tidak cacat, atau alasan lainnya tidak ada
alasan pemaaf.
Subjek hukum yang diajukan dalam perkara ini adalah orang yang
mengaku bernama BIMO SUYONO PRAYUGO Bin DUL SAMIN dengan
identitas lengkap sebagaimaa tersebut dalam surat dakwaan yang saat
ditanyakan oleh Ketua sidang, identitas tersebut dibenarkan oleh terdakwa
dan berdasarkan keterangan saksi-saksi dipersidangan terdakwalah orang
yang dimaksud dalam surat dakwaan Penuntut Umum;, bahwa disamping
itu selama persidangan terdakwa sehat jasmani dan rokhaninya sehingga
terdakwa adalah subyek hukum yang mampu bertanggung jawab atas
perbuatan yang dilakukanya. Berdasarkan pertimbangan tersebut yang
dimaksud barang siapa adalah terdakwa BIMO SUYONO PRAYUGO Bin
DUL SAMIN, dengan demikian unsur barang siapa terpenuhi.
Tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok yang diatur dalam Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Padana (KUHP) memiliki unsur
subjektif yaitu :
a.
b.
c.
Dengan maksud atau met het oogmerk
Untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
Secara melawan hukum atau wederrechtelijk
Pada Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt, ketiga
unsur tersebut dijadikan satu kesatuan unsur yaitu, unsur “ Dengan maksud
91
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum”
Salah satu unsur tindak pidana penipuan menurut Moeljatno44 adalah :
Penipu itu bermaksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau
orang lain tanpa hak. Dari maksud itu ternyata bahwa tujuannya
adalah untuk merugikan orang yang menyerahkan barang itu.
Dalam hal ini maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan
menggerakkan harus ditujukan pada menguntungkan diri sendiri atau orang
lain, yakni berupa unsur kesalahan dalam penipuan. Terhadap sebuah
kesengajaan harus ditujukan pada menguntungkan diri, juga ditujukan pada
unsur lain di belakangnya, seperti unsur melawan hukum, menggerakkan,
menggunakan nama palsu dan lain sebagainya. Kesengajaan dalam maksud
ini harus sudah ada dalam diri si pelaku, sebelum atau setidak-tidaknya pada
saat memulai perbuatan menggerakkan. Menguntungkan artinya menambah
kekayaan dari yang sudah ada. Menambah kekayaan ini baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain.
Kemudian menurut bahasa Belanda, melawan hukum adalah
wederrechtelijk (weder: bertentangan dengan, melawan; recht: hukum).
Menurut Pendapat para ahli di dalam buku Teguh Prasetyo mengenai
pengertian melawan hukum antara lain adalah dari:
a.
b.
c.
44
Simon: Melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum
pada umumnya.
Noyon: Melawan hukum berarti bertentangan dengan hak
subjektif orang lain.
Pompe: Melawan hukum berarti bertentangan dengan hukum
dengan pengertian yang lebih luas, bukan hanya bertentangan
Moeljatno, Op cit., hal. 70
92
d.
e.
f.
dengan undang-undang tetapi juga dengan hukum yang tidak
tertulis.
Van hannel: Melawan hukum adalah onrechmatig atau tanpa
hak/ wewenang.
Hoge raad: Dari arrest-arrest-nya dapat disimpulkan, menurut
HR melawan hukum adalah tanpa hak atau tanpa kewenangan.
(arrest 18-12-1911 W 9263).
Lamintang: Berpendapat, perbedaan diantara pakar tersebut
antara lain disebabkan karena dalam bahasa Belanda recht dapat
berarti hukum” dan dapat berarti “hak.” Ia mengatakan, dalam
bahasa Indonesia kata wederrechtelijk itu berarti “secara tidak
sah” yang dapat meliputi pengertian “bertentangan dengan
hukum objektif” dan “bertentangan dengan hak orang lain atau
hukum subjektif”.45
Hoge Raad pada tanggal 31 Januari 1919, N. J. 1919, W. 10365
berpendapat, antara lain sebagai berikut:
“onrechmatig tidak lagi hanya berarti apa yang bertentangan dengan
hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku,
melainkan juga apa yang bertentangan baik dengan tata susila maupun
kepatutan dalam pergaulan masyarakat.”
Melawan hukum artinya meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan (melawan hukum formil) namun
apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa
keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat (melawan
hukum materil) maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Menentukan
perbuatan itu dapat dipidana, pembentuk undang-undang menjadikan sifat
melawan hukum sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini, rumusan
undang-undang akan menjadi terlampau luas.
45
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah. 2005. Politik Hukum Pidana Kajian
Kebijakan Kriminalisasai dan Deskriminalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 31-32.
93
Sifat ini juga dapat dicela kadang-kadang dimasukkan dalam rumusan
delik culpa. Jika unsur melawan hukum itu dengan tegas terdapat di dalam
rumusan delik, maka unsur juga harus dibuktikan, sedangkan jika dengan
tegas dicantumkan maka tidak perlu dibuktikan. Di dalam doktrin
menguntungkan itu telah diartikan sebagai “ setiap perbaikan keadaan yang
dapat dicapai atau yang mungkin dapat dicapai orang dibidang ekonomi dan
di dalam yurisprudensi telah diartikan sebagai kemungkinan untuk
menambah harta kekayaan.
Berdasarkan fakta dipersidangan yang berasal dari keterangan para
saksi, dan keterangan terdakwa terungkap Pada tanggal 24 Oktober 2011
atas permintaan terdakwa saksi INDRA ARI TAFIATUN menyerahkan
uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus ribu rupiah) kepada
terdakwa dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011 untuk pembayaran Stok
Produk Smart Champion Internasional (SCI) sebanyak 60 (enam puluh) pcs
yang ditandatangani oleh terdakwa sendiri, yang pada saat itu disaksikan
oleh
RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN) serta
SOFIN FAIZ (anak saksi INDRA ARI TAFIATUN).
Terdakwa juga menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta
empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu pada
tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang kerumah saksi INDRA ARI TAFIATUN
berpura-pura membawa 60 (enam puluh) produk SCI berupa Lotion PATI
HALIA, tetapi selang waktu satu minggu kemudian terdakwa mengambil
94
produk tersebut kembali dengan alasan agar dapat diuangkan maksimal tiga
minggu dari pembayaran.
Kemudian terdakwa tidak pernah menyetorkan uang hasil penjualan
produk tersebut kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan saksi INDRA
ARI TAFIATUN pernah menanyakan kepada terdakwa tetapi terdakwa
selalu menjawab “ belum ada yang laku”, ada kendala sales mogok dan lainlain. Kemudian sekitar bulan Nopember 2011 terdakwa meyakinkan saksi
INDRA ARI TAFIATUN dengan membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati
halia sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus riburupiah), namun setelah itu
sampai sekarang apa yang terdakwa janjikan tersebut tidak pernah ditepati
dan uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan terdakwa.
Pada tanggal 13 Desember 2011 sekitar pukul 13.30 WIB, atas
permintaan terdakwa saksi TARSIKIN menyerahkan uang sebesar
Rp.4.600.000,-
(empat juta enam ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan kwitansi yang ditandatangani terdakwa tertanggal 13-12-2011
dengan peruntukkan pembelian produk herbal lagi dan terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN dengan menjanjikan barang akan datang pada
tanggal 2 Januari 2012, namun sampai sekarang terdakwa tidak pernah
menyerahkan produk yang dimaksud kepada saksi TARSIKIN melainkan
uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan pribadi terdakwa.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka terlihat bahwa ada upaya
terdakwa dalam menguntungkan diri dengan cara memperoleh uang, dengan
cara melanggar hukum yaitu berkata bohong dengan menawarkan
95
keuntungan kepada korban-korbannya. Perbuatan terdakwa ialah berbohong,
dan ingkar terhadap apa yang dikatakan, sehingga dapat dikatakan melawan
hukum dimana perbuatan terdakwa bertentangan dengan hak subjektif orang
lain, dilarang undang-undang dan merugikan korban.
Dalam hal ini unsur maksud sebagaimana yang diterangkan di atas,
juga ditujukan pada unsur melawan hukum. Maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan menggerakkan haruslah
berupa maksud yang melawan hukum. Unsur maksud dalam rumusan
penipuan ditempatkan sebelum unsur melawan hukum, yang artinya unsur
maksud itu juga harus ditujukan pada unsur melawan hukum. Oleh karena
itu, melawan hukum di sini adalah berupa unsur subjektif. Dalam hal ini
sebelum melakukan atau setidak-tidaknya ketika memulai perbuatan
menggerakkan, pelaku telah memiliki kesadaran dalam dirinya bahwa
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan itu
adalah melawan hukum. Melawan hukum di sini tidak semata-mata
diartikan sekedar dilarang oleh undang-undang atau melawan hukum formil,
melainkan harus diartikan yang lebih luas yakni juga bertentangan dengan
apa yang dikehendaki masyarakat, suatu celaan masyarakat. Karena unsur
melawan hukum ini dicantumkan dalam rumusan tindak pidana, maka
menjadi wajib dibuktikan dalam persidangan. Perlu dibuktikan disini adalah
si pelaku mengerti maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan menggerakkan orang lain dengan cara tertentu dan seterusnya dalam
rumusan penipuan sebagai hal yang dicela masyarakat. Berdasarkan hal
96
tersebut maka jelas bahwa, unsur “Dengan maksud untuk menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum; “ terpenuhi dengan alat
bukti saksi dan juga pengakuan terdakwa.
Unsur lainnya yang harus dibuktikan oleh hakim ialah unsur “
Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun
rangkaian
kebohongan,
menggerakkan
orang
lain
untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang
maupun menghapuskan piutang .
Moeljatno menyatakan bahwa :
Unsur memakai nama palsu yaitu pemakaian nama palsu ini akan
terjadi apabila seseorang menyebutkan sebagai nama yang bukan
namanya, dengan demikian menerima barang yang harus diserahkan
kepada orang yang namanya disebutkan tadi. Unsur menggerakkan
orang lain ialah tindakan berupa perbuatan bersifat menipu. Unsur
menyerahkan suatu benda juga harus dibuktikan dalam tindak pidana
penipuan. Menyerahkan benda tidaklah harus dilakukan sendiri secara
langsung oleh orang yang tertipu kepada orang yang menipu. Dalam
hal ini penyerahan juga dapat dilakukan oleh orang yang tertipu itu
kepada orang suruhan dari orang yang menipu. Hanya dalam hal ini
berarti unsur penyerahan haruslah merupakan akibat langsung dari
adanya daya upaya yang dilakukan oleh si penipu. Unsur memakai
tipu muslihat dan unsur rangkaian kebohongan. Unsur tipu muslihat
adalah rangkaian kata suatu perbuatan yang sedemikian rupa,
sehingga perbuatan tersebut menimbulkan keprcayaan terhadap orang
lain.46
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang satu sama lain terdapat
persesuaian dan keterangan terdakwa terungkap fakta pada tanggal 10
Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa berkenalan dengan saksi
INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa
mengaku
sebagai distributor PT.
Smart Champion International (PT.SCI) beralamat di Jalan Satriyan No.4-5
46
Ibid, hal. 71
97
Malang yang bergerak dibidang obat herbal, terdakwa juga mengaku akan
mengembangkan
distributor obat herbal di Purwokerto dan terdakwa
mengatakan kepada saksi bahwa saksi INDRA ARI TAFIATUN orang yang
pertama menjadi stokist SCI atau agen di Purwokerto.
Berdasarkan keterangan saksi juga pengakuan terdakwa didapatkan
bahwa, Terdakwa juga menjelaskan kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN
produksinya diantaranya adalah : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk
membakar lemak dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM
SMART untuk meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala
penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian dalam
kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU
KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA
anti oksidan dan -
Bahwa setelah saksi INDRA ARI TAFIATUN
mendengar penjelasan terdakwa yang menjanjikan keuntungan besar maka
saksi INDRA ARI TAFIATUN tertarik dan merasa yakin dengan
penawaran terdakwa, lalu saksi INDRA ARI TAFIATUN tergerak hatinya
masuk menjadi Stokist atau agen
SCI, namun saksi tidak diberikan kartu
member atau surat yang menerangkan saksi INDRA ARI TAFIATUN telah
menjadi Stokist atau. Pada tanggal 24 Oktober 2011 atas permintaan
terdakwa saksi INDRA ARI TAFIATUN menyerahkan uang sebesar
Rp.8.400.000,- (delapan juta empat ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
dengan kwitansi tertanggal 24-10-2011 untuk pembayaran Stok Produk
Smart Champion Internasional (SCI) sebanyak 60 (enam puluh) pcs yang
98
ditandatangani oleh terdakwa sendiri, yang pada saat itu disaksikan oleh
RIDLO TAKDIR (suami saksi INDRA ARI TAFIATUN) serta SOFIN
FAIZ (anak saksi INDRA ARI TAFIATUN).
Dalam hal ini terjadi apa yang disebut sebagai perbuatan
menggerakkan (Bewegen). Kata bewegen dapat juga diartikan dengan istilah
membujuk atau menggerakkan hati. Dalam KUHP sendiri tidak memberikan
keterangan
apapun
tentang
istilah
bewegen.
Menggerakkan
dapat
didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh
pada orang lain, karena objek yang dipengaruhi yakni kehendak seseorang.
Perbuatan menggerakkan juga merupakan perbuatan yang abstrak, dan akan
terlihat
bentuknya
secara
konkrit
bila
dihubungkan
dengan
cara
melakukannya, dan cara melakukannya inilah sesungguhnya yang lebih
berbentuk, yang bisa dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang benar dan
dengan perbuatan yang tidak benar. Karena di dalam sebuah penipuan,
menggerakkan diartikan dengan cara-cara yang di dalamnya mengandung
ketidakbenaran, palsu dan bersifat membohongi atau menipu. Hal ini juga
terlihat dari adanya fakta bahwa terdakwa bukan karyawan atau agen di
Smart Champion Internasional (SCI).
Dalam unsur menggerakan dengan tipu muslihat juga terlihat pada
fakta tanggal 7 Nopember 2012 terdakwa juga mengaku sebagai distributor
obat herbal kepada saksi
TARSIKIN dan terdakwa meyakinkan saksi
TARSIKIN untuk menjadi agen yang bertugas memasarkan / menjual
produk antara lain : obat herbal PATI HALIA, (obat untuk membakar lemak
99
dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM SMART untuk
meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala penyakit,
KACIP FATIMAH untuk menjaga kesehatan bagian dalam kewanitaan,
BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU KAMBING
untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA anti oksidan
dan meningkatkan kekebalan tubuh, terdakwa meyakinkan saksi TARSIKIN
dengan keuntungan yang sangat besar.
Setelah terdakwa menerima uang sebesar Rp.8.400.000,- (delapan juta
empat ratus ribu rupiah) dari saksi INDRA ARI TAFIATUN, lalu pada
tanggal 26 Oktober 2011 untuk meyakinkan saksi INDRA ARI
TAFIATUN, terdakwa datang kerumah saksi INDRA ARI TAFIATUN
berpura-pura membawa 60 (enam puluh) produk SCI berupa Lotion PATI
HALIA, tetapi selang waktu satu minggu kemudian terdakwa mengambil
produk tersebut kembali dengan alasan agar dapat diuangkan maksimal tiga
minggu dari pembayaran. Bahwa kemudian terdakwa tidak pernah
menyetorkan uang hasil penjualan produk tersebut kepada saksi INDRA
ARI TAFIATUN dan saksi INDRA ARI TAFIATUN pernah menanyakan
kepada terdakwa tetapi terdakwa selalu menjawab “ belum ada yang laku”,
ada kendala sales mogok dan lain-lain. Kemudian sekitar bulan Nopember
2011 terdakwa meyakinkan saksi INDRA ARI TAFIATUN dengan
membayar sejumlah 4 (empat) pcs Pati halia sebesar Rp. 600.000,- (enam
ratus riburupiah), namun setelah itu sampai sekarang apa yang terdakwa
janjikan tersebut tidak pernah ditepati.
100
Dalam hal ini pengertian benda dalam penipuan memiliki arti yang
sama dengan benda dalam pencurian dan penggelapan, yakni sebagai benda
yang berwujud dan bergerak. Pada penipuan benda yang diserahkan dapat
terjadi terhadap benda miliknya sendiri asalkan di dalam hal ini terkandung
maksud pelaku untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Pendapat
ini didasarkan pada ketentuan bahwa dalam penipuan menguntungkan diri
tidak perlu menjadi kenyataan, karena dalam hal ini hanya unsur maksudnya
saja yang ditujukan untuk menambah kekayaan.
Menggerakkan orang lain ini sama-sama bersifat menipu atau isinya
tidak benar atau palsu, namun dapat menimbulkan kepercayaan atau kesan
bagi orang lain bahwa semua itu seolah-olah benar adanya. Namun terdapat
perbedaan, yakni pada tipu muslihat berupa perbuatan, sedangkan pada
rangkaian kebohongan berupa ucapan atau perkataan. Tipu muslihat
diartikan sebagai suatu perbuatan yang sedemikian rupa dan yang
menimbulkan kesan atau kepercayaan tentang kebenaran perbuatan itu, yang
sesungguhnya tidak benar. Karenanya orang bisa menjadi percaya dan
tertarik atau tergerak hatinya. Tergerak hati orang lain itulah yang
sebenarnya dituju oleh si penipu, karena dengan tergerak hatinya atau
terpengaruh kehendaknya itu adalah berupa sarana agar si korban berbuat
menyerahkan benda yang dimaksud. Oleh karena itu berdasarkan perbuatan
terdakwa dan fakta hukum di dalam persidangan, maka memenuhi unsur
Dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun
rangkaian
kebohongan,
menggerakkan
orang
lain
untuk
101
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang
maupun menghapuskan piutang.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa, ada niat awal
terdakwa dalam melakukan penipuan yaitu menggunakan identitas palsu
guna mengelabuhi para korbannya. Dalam hal ini jelas terlihat ada upaya
tipu muslihat dan serangkaian kebohongan dari terdakwa bukan melarikan
barang korban.
Pasal 378 KUHP mengenai Penipuan, dikatakan bahwa :
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian
kebohongan menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu
benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun” .
Penggelapan yang diatur dalam Pasal 372 KUHP, menyatakan
bahwa :
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukam memiliki suatu
benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling
banyak Rp.900,- “.
Berdasarkan kedua pasal tersebut, dapat dikatakan bahwa di dalam
penipuan, adanya unsur melawan Hukum yang dilakukan oleh si pelaku
untuk memiliki suatu Benda yang bukan merupakan Hak nya. misalnya
dengan memakai nama palsu, tipu muslihat, adanya bujukan / rayuan atau
rangkaian kebohongan. sehingga menyebabkan orang lain menyerahkan
suatu benda kepadanya.
102
Dalam penggelapan, dimilikinya suatu benda terjadi bukan karena
perbuatan yang melawan hukum / bukan karena perbuatan yang tidak sah,
melainkan karena suatu perbuatan yang sah. Perbuatan dimilikinya barang
itu dilakukan dengan kesadaran bahwa si pemberi dan penerima barang
sama-sama menyadari perbuatan mereka, namun pada akhirnya dimilikinya
benda tersebut oleh penerima barang dipandang sebagai perbuatan yang
tidak dikehendaki oleh aturan hukum.
Berdasarkan hal tersebut dan didukung oleh fakta-fakta persidangan,
maka hakim mengenyampingkan Dakwaan Alternatif Kedua melanggar
Pasal 372 ayat (1) KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Majelis hakim
memilih Dakwaan Alternatif pertama melanggar Pasal 378 KUHP jo pasal
64 ayat 1 KUHP. Dalam hal ini bukan hanya penipuan
dalam Pasal 378
KUHP yang harus dibuktikan, tetapi juga pelanggaran terhadap Pasal 64
ayat (1) KUHP.
Pasal 64 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa :
Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan
kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka
hanya diterapkan satu aturan pidana; jika berbeda-beda, yang
diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.
Perbuatan
berlanjut
merupakan
gabungan
daripada
beberapa
perbuatan yang dilakukan seseorang, dimana antara perbuatan yang satu
dengan perbuatan yang lain belum pernah ada putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sehingga terhadap pelaku
103
dikenakan cara penghukuman tertentu, sebagaimana ditentukan pada Pasal
64 KUHP.
Sesungguhnya, apa yang dimaksudkan dengan perbuatan berlanjut
atau voortgezette handeling tidak begitu jelas maksudnya dari perumusan
atau pengaturan dalam undang-undang. Hal ini dikemukakan pula dalam
beberapa tulisan para penulis Hukum Pidana. Misalnya, oleh Drs. P.A.F.
Lamintang dari C. Djisman Samosir, mengemukakan :
"Undang-undang tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai perkataan
beberapa perbuatan itu harus mempunyai hubungan yang demikian
rupa. Hubungan mi dapat ditafsirkan secara macam-macam, misalnya,
karena adanya persamaan waktu, persamaan tempat dari terjadinya
beberapa perbuatan itu dan sebagainya. Hoge Raad mengartikan
voortgezette handeling atau tindakan yang dilanjutkan itu sebagai
perbuatan-perbuatan yang sejenis dun sekaligus merupakan
pelaksanaan dari satu maksud yang sama. Demikian itu pendapat
Hoge Raad antara lain di dalam arrestnya tanggal 19 Oktober 1932,
N.J. 1932".47
Jadi, ketidakjelasan dari pengertian perbuatan berlanjut adalah karena
menurut rumusan Pasal 64 KUHP bahwa perbuatan berlanjut adalah
beberapa perbuatan yang mempunyai hubungan sedemikian rupa tanpa
penjelasan dan penegasan mengenai hubungan bagaimana yang dimaksud.
Dengan demikian, oleh penulis diatas bahwa hubungan itu dapat ditafsirkan
macam-macam, karena keterhubungan itu dapat dilihat dari banyak
kemungkinan, antara lain dapat dikatakan ada hubungan karena waktu,
karena tempat dan karena lain-lain hal.
47
P.A.F. Lamintang Jan C. Djisman Samosir., Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,
Bandung, 2002, hal. 48- 49.
104
Menurut
rumusan
Pasal
64
ayat
I
KUHP
karena
adanya
keterhubungan antara satu perbuatan dengan lain perbuatan, maka
perbuatan-perbuatan itu harus dianggap satu perbuatan Jadi, beberapa
perbuatan yang dilakukan dan tetapi haruslah dianggap satu perbuatan. Jadi
beberapa perbuatan tersebut biarpun merupakan perbuatan atau pelanggaran
yang masing-masing berdiri sendiri.
Sehubungan dengan beberapa perbuatan yang harus dianggap satu
perbuatan ini, ada beberapa komentar :
"... Berkatalah Profesor Simons, antara lain sebagai berikut : Menurut
cara penglihatan saya, pemberlakuan Pasal 64 KUHP itu hanya
berkenaan dengan masalah penjatuhan hukuman dan bukan dengan
masalah pembentukan satu tindak pidana, dengan segala akibatnya
yakni berkenaan dengan tempat terjadinya tindak pidana, dengan
keturutsertaan dengan masalah kadaluarsa dan lain-lain".48
Berdasarkan pandangan Prof. Simons terhadap rumusan Pasal 64 ayat
I KUHP di atas, terutama mengenai beberapa perbuatan yang harus
dianggap satu perbuatan, dikemukakan bahwa Pasal 64 ayat I KUHP
bukanlah mengatur dalam hal bagaimana beberapa perbuatan pidana, tetapi
hanya dapat dikenakan satu hukuman saja, jadi bukan menjumlahkan
ancaman hukuman dari masing-masing perbuatan.
Pendapat serupa dengan diatas, yaitu yang oleh Prof. van Hattum,
katakan :
“Bahwa Pasal 64 KUHP hanya memuat suatu peraturan
mengenai penjatuhan hukuman dan bukan mengatur tentang
masalah pembentukan sejumlah tindak pidana menjadi satu
keseluruhan menurut undang-undang, dan hal mana mempunyai
48
hal. 697.
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinai Baru, Bandung, 2006,
105
arti yang sangat penting bagi lembaga-lembaga locus delicti,
kadaluarsa dan keturutsertaan".
Berdasarkan hal tersebut, bagaimana atau ukuran-ukuran apa yang
digunakan untuk menentukan beberapa perbuatan itu hanya diancam satu
hukuman saja, karena haruslah dipandang sebagai satu perbuatan tidaklah
dijelaskan dalam rumusan undang-undang. Ini merupakan kelemahan
pengaturan dari pada perbuatan berlanjut dalam KUHP, sehingga
nampaknya
pembuat
undang-undang
cenderung
menyerahkan
pemecahannya pada praktek.
Sedikitnya gambaran dalam Memorie Penjelasan atau MvT,
dikemukakan di dalam memorie penjelasan mengenai pembentukan Pasal
64 KUHP itu, pembentuk undang-undang hanya mensyaratkan bahwa
berbagai perilaku itu haruslah merupakan pelaksanaan satu keputusan
terlarang, dan bahwa suatu kejahatan berlanjut itu hanya dapat terjadi dari
sekumpulan tindak pidana sejenis. Di dalam memorie penjelasan itu juga
telah dijelaskan bahwa suatu pencurian atau suatu penganiayaan itu secara
bersama-sama tidak akan pernah dapat menghasilkan suatu tindak pidana
berlanjut, karena untuk melaksanakan kejahatan itu, pelakunya harus
membuat dari suatu keputusan. Selain itu juga untuk membuat keputusankeputusan seperti itu dan untuk melaksanakannya, pelakunya memerlukan
waktu yang berbeda".
Demikianlah
gambaran
dalam
memorie
penjelasan
mengenai
perbuatan berlanjut. Apakah gambaran dalam memorie penjelasan tersebut
sudah dapat memberikan penegasan mengenai ukuran-ukuran dari perbuatan
106
berlanjut yaitu beberapa perbuatan yang harus dianggap satu perbuatan dan
karena itu hanya diancam satu hukuman.
Dalam menentukan beberapa perbuatan berlanjut, diperlukan 3 (tiga)
ukuran atau ciri E.Y. Kanter, dan S.R. Sianturi, dalam bukunya mengatakan
bahwa, ciri-ciri dari perbarengan tindakan berlanjut itu adalah :
a.
b.
c.
Tindakan-tindakan yang terjadi adalah sebagai perwujudan dari
satu kehendak jahat (one criminal intention);
Delik-delik yang terjadi itu sejenis;
Dan tenggang waktu antara terjadinya tindakan-tindakan
tersebut tidak terlampau lama."49
Dalam hal perbuatan berlanjut itu hanyalah dapat dikenakan satu
hukuman, jika perbuatan-perbuatannya diancam hukuman yang berbedabeda, maka dikenakan adalah ketentuan yang termuat ancaman pidana
pokok yang terberat.
Pada tanggal 10 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa
berkenalan dengan saksi INDRA ARI TAFIATUN, terdakwa mengaku
sebagai distributor PT. Smart Champion International (PT.SCI) beralamat di
Jalan Satriyan No.4-5
Malang yang bergerak
dibidang obat herbal,
terdakwa juga mengaku akan mengembangkan distributor obat herbal di
Purwokerto dan terdakwa mengatakan kepada saksi bahwa saksi INDRA
ARI TAFIATUN orang yang pertama menjadi stokist SCI atau agen di
Purwokerto.
Berdasarkan keterangan saksi Tarsikin, saksi kenal dengan terdakwa
sekitar bulan September 2011 dikenalkan oleh saudari TUTI ditempat kos
49
E.Y. Kanter dan S R Sianturi, Azas-azas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya,
Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 2002, hal. 396.
107
saksi.
Kemudian sekitar tanggal 7 Nopember 2011 terdakwa mengaku
sebagai distributor obat herbal kepada saksi
TARSIKIN dan terdakwa
meyakinkan saksi TARSIKIN untuk menjadi agen yang bertugas
memasarkan / menjual produk antara lain : obat herbal PATI HALIA, (obat
untuk membakar lemak dan melangsingkan perut /lotion pelangsing), TGM
SMART untuk meningkatkan regenerasi sel dan sebagai penyembuh segala
penyakit, KACIP FATIMAH
untuk menjaga kesehatan bagian dalam
kewanitaan, BARLEY untuk menjaga dan membersihkan ginjal, SUSU
KAMBING untuk menetralkan asam lambung dan AOX TEA SENCHA
anti oksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh, terdakwa meyakinkan
saksi TARSIKIN dengan keuntungan yang sangat besar kalau menjadi
agen, terdakwa menjelaskan sambil menunjukkan foto copy surat
Distributor Smart Champion International.
Pada tanggal 14 Nopember 2011 saksi TARSIKIN diminta untuk
menyerahkan uang sebesar Rp. 4.200.000.- (empat juta dua ratus ribu
rupiah) kepada terdakwa dengan peruntukkan pembelian produk Pati Halia
30 (tiga puluh) dus, lalu saksi TARSIKIN menyerahkan uang yang
dimaksud dan dua hari berikutnya terdakwa menyerahkan produk tersebut.
Pada tanggal 28 Nopember 2011 atas permintaan terdakwa,saksi
TARSIKIN kembali menyerahkan uang sebesar Rp. 2. 800.000,- (dua juta
delapan ratus ribu rupiah) kepada terdakwa
Terdakwa melakukan perbuatannya dengan cara yang sama secara
berlanjut, pertama kepada saksi INDRA ARI TAFIATUN dan kedua kepada
108
saksi TARSIKIN yang waktunya berdekatan dan akibat perbuatan terdakwa
saksi INDRA ARI TAFIATUN dirugikan sebesar Rp.8.400.000,- (delapan
juta empat ratus ribu rupiah) dan saksi TARSIKIN dirugikan sebesar
Rp.4.600.000 (empat juta enam ratus ribu rupiah).
Perbuatan terdakwa dalam hal ini ialah perbuatan yang sama atau
sama macamnya. Waktu antara perbuatan yang satu dan yang lainnya tidak
terlalu lama, akan tetapi perbuatan itu boleh terus menerus berjalan
bertahun-tahun. Perbuatan pertama terdakwa lakukan pada bulan Oktober,
sedangkan perbuatan kedua dilakukan pada bulan Nopember dengan modus
operandi yang sama yaitu menawarkan keagenan Multi Level Marketing
produk kesehatan.
Perbuatan-perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut adalah
merupakan rangkaian perbuatan yang melawan hukum untuk kepentingan
terdakwa. berdasarkan fakta –fakta diatas unsur sebagai unsur“ Perbuatan
berlanjut”telah terpenuhi.
Berdasar uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa, pembuktian
tindak pidana penipuan melalui modus operandi Multi Level Marketing
dalam Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt mendasarkan
pada dakwaan ke Satu melanggar Pasal 378 KUHP jo Pasal 64 ayat (1)
dengan dibuktikan keterangan saksi, petunjuk dan keterangan terdakwa.
Keterkaitan alat bukti keterangan saksi membuktikan adanya unsur
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun
rangkaian
kebohongan,
menggerakkan
orang
lain
untuk
109
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang
maupun menghapuskan piutang.
Kemudian alat bukti keterangan terdakwa
membuktikan terpenuhnya unsur dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Dengan demikian maka
unsur Pasal 183 KUHAP mengenai minimal alat bukti telah terpenuhi.
110
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1.
Alat bukti yang digunakan hakim dalam membuktikan tindak pidana
penipuan melalui
modus operandi Multi Level Marketing dalam
Putusan Pengadilan Nomor : 38/ Pid.B/2012/PN.Pwt antara lain
keterangan saksi, petunjuk dan keterangan terdakwa. Hakim dalam hal
ini mengutamakan dua alat bukti sesuai dengan Pasal 183 KUHAP
yaitu keterangan saksi dan juga keterangan terdakwa. Walaupun alat
bukti keterangan saksi dan keterangan terdakwa tidak memiliki
kekuatan pembuktian sempurna, namun hakim menilai kedua alat
bukti ini memiliki relevansi yang erat dalam membuktikan perbuatan
terdakwa.
2.
Pembuktian tindak pidana penipuan melalui modus operandi Multi
Level
Marketing
dalam
Putusan
Pengadilan
Nomor
:
38/
Pid.B/2012/PN.Pwt dilakukan dengan membuktikan keterkaitan satu
persatu alat bukti baik keterangan saksi dan keterangan terdakwa yang
menghasilkan petunjuk dan membuktikan terpenuhinya unsur
penipuan. Unsur dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan
111
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapuskan piutang. Kemudian alat bukti
keterangan terdakwa membuktikan terpenuhnya unsur dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum.
B.
Saran
Sebaiknya Pasal 64 ayat (1) KUHP dijadikan hakim dalam memperberat
hukuman terdakwa.
112
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Asshidiqie, Jimly. 2010. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Sinar
Grafika. Jakarta.
Dewi, Gemala. et al. 2003. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Prenada
Media. Jakarta.
Faisol, Muhammad. 2003. MLM Ideal Antara Konsep dan Strategi. Bahana
Mandiri Sentosa. Jakarta.
Fuady, Munir. 2006. Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata). Citra
Adtya Bakti. Bandung.
Hamzah, Andi. 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia (Edisi Kedua). Sinar
Grafika. Jakarta.
Harefa, Andreas. 1994. Multi level marketing. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
------------------------. 2007. Menapaki Jalan DS–MLM: Praktik. Pesona. dan
Kiat Berbisnis Direct selling dan Multi level marketing. Gradien
Books. Yogyakarta
Ibrahim, Jhonny. 2007. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif.
Malang. Cetakan Ketiga. Banyumedia Publishing.
Lamintang, P.A.F. dan C. Djasman Samosir. 1981. Delik-Delik Khusus.
Tarsito. Bandung.
Lamintang, PAF. 2009. Delik-Delik Khusus. Bandung : Sinar Baru.
Marpaung, Leden. 2009. Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan
& Penyidikan). Sinar Grafika. Jakarta.
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media
Grup. Jakarta.
Panggabean, H.P. 2012. Hukum Pembuktian (Teori Praktek dan
Yurisprudensi Indonesia). Alumni. Bandung.
113
Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Refika
Aditama. Bandung.
Santoso, Benny. 2003. All About MLM (Memahami Lebih Jauh MLM dan
Pernak-Perniknya). Penerbit Andi. Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2003. Penelitian Hukum Normatif.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soesilo, R. 2002. Hukum Acara Pidana. Politeia. Bogor.
Sudarto. 2007. Hukum dan Hukum Pidana. Alumni. Bandung.
Syarifin, Pipin. 2000. Hukum Pidana Di Indonesia. Pustaka Setia. Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab UndangUndang Hukum Pidana
-------------,Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana
--------------,Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 13/MDAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat
Izin Usaha Penjualan Langsung
Sumber Lainnya
Andrianto, Aris. Korban Multi level marketing Datangi Polisi.
http://www.tempo.co/read/news/2009/01/07/058154219/KorbanMulti-Level-Marketing-Datangi-Polisi diakses pada tanggal 10 Maret
2013.
NN. MLM Haji Rawan Penipuan. http://www.iphi.web.id/2013/01/23/mlmhaji-rawan-penipuan/. diakses pada tanggal 24 April 2013.
Supriadin, Jaya. Penipuan Berkedok MLM Kembali Makan Korban.
http://www.tempo.co/read/news/2012/02/21/089385410/PenipuanBerkedok-MLM-Kembali-Makan-Korban diakses pada tanggal 10
Maret 2013.
Download