PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP ISLAM RUHAMA CIPUTAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: SEPTIANA 1110104000018 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE PROGRAM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Septiana, NIM : 1110104000018 The Effect of Health Education toward the Knowledge Level of Adolescent about Reproductive Health in SMP Islam Ruhama Ciputat xviii + 75 pages + 6 figures + 9 tables + 7 appendixes ABSTRACT Adolescent requires knowledge about reproductive health begins as they enter puberty. One of the ways to improve the knowledge of adolescents about reproductive health is to provide health education to prevent problems related to reproductive health in adolescents. This study aims to see the influence of reproduction health education toward students’ knowledge. The study was implemented at SMP Islam Ruhama Ciputat. The study sample was 24 students and taken by the convenience sample technique. The method was a pre-experimental design with one group pre-test post-test design. Data collecting using a questionnaire research instruments. The data analysis technique which used is the Wilcoxon test. The results showed the students' knowledge before they were given the health education with an average value of 81.9% and 86.3% after they were given the health education. The results of hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained significant score P> 0.05 means that there is no significant difference in adolescents knowledge about reproductive health before and after they were given the health education. It can be concluded that there is no influence of health education on the level of knowledge of adolescents. Researchers suggest the schools hold counseling adolescent reproductive health programs in collaboration with health workers and train peer educators and peer counselors to improve the knowledge of adolescents about reproductive health Keywords : Adolescent, health education, reproductive health iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Septiana, NIM : 1110104000018 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat xviii + 75 halaman + 6 gambar + 9 tabel + 7 lampiran ABSTRAK Remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dimulai saat mereka memasuki masa pubertas. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah masalah terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Ruhama Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 orang dengan teknik convenience sample. Metode yang digunakan adalah Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 81.9%. dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 86.3%. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan alpha 0.05 didapatkan nilai p>0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja. Peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja yang bekerja sama dengan petugas kesehatan dan melatih pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Kata kunci : Remaja, pendidikan kesehatan, kesehatan reproduksi iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : SEPTIANA Tempat, tanggal Lahir : Cirebon, 10 September 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Pangeran Jakatawa No. 63 Blok III RT 003 RW 007 Desa Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon 45164 No. HP : +6287829706216 E-mail : [email protected] Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan PENDIDIKAN 1. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Gegesik Kidul 1997-1998 2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gegesik Kidul 1998-2004 3. SMP Negeri 1 Gegesik 2004-2007 4. SMA Negeri 1 Gegesik 2007-2010 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-Sekarang viii KATA PENGANTAR السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMP Islam Ruhama Ciputat”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua tercinta, Ibunda Bainah dan Ayahanda Arwata, yang telalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ix 5. Ibu Mira Suminar, S.Kp, M.Kes. dan Ibu Yenita Agus. M.Kep. Sp.Mat.PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama Ciputat yang telah memberi persetujuan awal kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Islam Ruhama Ciputat 7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. 8. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman Saya di Ilmu Keperawatan 2010 khususnya Cherries (Alif Nurul, Ratu Ummu Hani, Adis Anggulasi, Devica Kesuma, Laras Ayunda Pratama, dan Rizkinuary Hidayah) yang selalu ada dalam senang maupun susah, mendukung dan memberi semangat. 10. Kepada seluruh keluarga PSIK Kakak-Kakak dan Adik-Adik Saya di Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. x Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. والسالم عليكن ورحمة هللا وبركاته Ciputat, Juli 2014 Septiana xi DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................ i Pernyataan Keaslian Karya ........................................................................ ii Abstract ...................................................................................................... iii Abstrak ....................................................................................................... iv Pernyataan Persetujuan .............................................................................. v Lembar Pengesahan ................................................................................... vi Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ viii Kata Pengantar ........................................................................................... ix Daftar Isi..................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................ xvi Daftar Tabel ............................................................................................... xvii Daftar Lampiran ......................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 6 D. Tujuan ............................................................................................ 7 1. Tujuan Umum .......................................................................... 7 2. Tujuan Khusus ......................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 7 xii 2. Manfaat Praktis ........................................................................ 7 F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan .................................................................... 9 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ............................................ 9 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan .................................................. 9 3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan .................................... 10 4. Media Pendidikan Kesehatan ................................................... 14 B. Kesehatan Reproduksi Remaja ...................................................... 15 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi............................................ 15 2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja .............................. 15 3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja....... 16 4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi ............................... 17 a. Wanita ................................................................................ 17 b. Pria ..................................................................................... 20 5. Tujuan Kesehatan Reproduksi ................................................. 22 6. Cara Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi ...................... 22 7. Pubertas dan Seksualitas .......................................................... 25 8. Kehamilan ................................................................................ 27 a. Tanda tak pasti ................................................................... 27 b. Tanda pasti ......................................................................... 27 C. Remaja............................................................................................ 28 1. Pengertian Remaja ................................................................... 28 2. Tugas Perkembangan Remaja .................................................. 29 3. Perubahan pada Masa Remaja ................................................. 31 4. Karakteristik Seksualitas Remaja............................................. 32 D. Pengetahuan ................................................................................... 33 1. Pengertian Pengetahuan ........................................................... 33 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................ 33 xiii E. Model Kepercayaan Kesehatan ...................................................... 37 F. Penelitian Terkait ........................................................................... 39 G. Kerangka Teori............................................................................... 41 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ........................................................................... 42 B. Definisi Operasional....................................................................... 43 C. Hipotesis......................................................................................... 44 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ............................................................................ 45 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 46 C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 46 1. Populasi .................................................................................... 46 2. Sampel ...................................................................................... 46 D. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 47 E. Instrumen Penelitian....................................................................... 47 F. Teknik Pengujian Instrumen .......................................................... 49 G. Tahapan Pengambilan Data ........................................................... 51 H. Tahap Pengolahan Data.................................................................. 55 I. Teknik Analisa Data....................................................................... 56 1. Analisis Univariat..................................................................... 56 2. Analisis Bivariat ....................................................................... 56 J. Etika Penelitian .............................................................................. 57 BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat................................................. 58 B. Hasil Analisis Univariat ................................................................. 58 xiv C. Analisis Bivariat ............................................................................. 64 BAB VI PEMBAHASAN A. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi .................................................................... 67 B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi .................................................................... 69 C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi ..................................... 70 D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 72 BAB VII KESIMPULAN A. Kesimpulan .................................................................................... 74 B. Saran ............................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar ................................. 18 Gambar 2.2 Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam .............................. 20 Gambar 2.3 Organ Reproduksi Pria ........................................................... 21 Gambar 2.4 Kerangka Teori ....................................................................... 41 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 42 Gambar 4.1 Desain Penelitian .................................................................... 45 xvi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 43 Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ...................................................... 48 Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi ......................................................... 59 Tabel 5.2 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 60 Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan Tentang Reproduksi ................................................................................... 61 Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan ............................................................... 63 Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan ............................................................... 64 Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikn Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 65 Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan ................................................................................ xvii 66 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Dokumen Perizinan Lampiran 2.Lembar Informed Consent Lampiran 3.Kuesioner Penelitian Lampiran 4.Hasil Uji Validitas Lampiran 5.Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 6.Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 7.Hasil Olahan SPSS Bivariat xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau 27,6% dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010). Dengan jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental spiritual.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan diantaranya perubahan fisik, psikis, dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang mungkin dapat mengganggu perkembangan remaja di masa depan (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012). Hasil analisis Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes dan Kesejahteraan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012). Masalah kesehatan reproduksi yang memungkinkan dialami oleh remaja diantaranya yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular 1 2 seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan pelayanan kesehatan. Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya merasa risih untuk memberikan penjelasan mengenai masalah reproduksi dan seksualitas kepada anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja juga cenderung merasa malu untuk bertanya secara terbuka kepada orang tuanya (BKKBN, 2012). Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang sedang dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29% sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja lakilaki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masingmasing sebanyak 48,6% dan 46,5% (BKKBN, 2012). Penelitian Kesehatan UI tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 (usia <17 – 24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% mengalami kehamilan dan 3 kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk media masa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses reproduksinya sendiri (BKKBN, 2008). Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009), program kesehatan seharusnya lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif).Perubahan perilaku tersebut berkontribusi 50% untuk menyehatkan masyarakat, sedangkan program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilakukan di rumah sakit atau puskesmas hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat dan khususnya untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan tentang reproduksi di Indonesia lebih banyak diberikan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama (SMP), padahal jumlah siswa SMP lebih banyak daripada jumlah siswa SMA (Kemenkes, 2010). Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja ataupun tidak. Dikarenakan pada tahap ini remaja berada pada periode mencari identitas, menyebabkan remaja masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam 4 tubuhnya baik itu perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru dan mulai mencari tahu atas perubahanperubahan yang terjadi dalam diri mereka. Oleh karena itu, masa yang paling tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja awal. Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya. Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan akan mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun media yang baik. Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah ceramah Tanya jawab.Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Purwono (2009) pada siswa SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang stress. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 11 orang siswa 8 orang siswa memiliki sikap positif terhadap seksual pranikah sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi didukung dengan pendapat mereka tentang aktivitas pacaran, 3 orang 5 lainnya mengaku belum pernah berpacaran. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui akibat dari perilaku seks sering berganti pasangan yaitu diantaranya adalah terkena penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan siswa tentang reproduksi manusia sebagian mereka dapatkan dari pelajaran biologi tetapi belum pernah ada kegiatan pendidikan kesehatan yang diadakan secara khusus tentang kesehatan reproduksidi sekolah ini Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ditunjukan dengan remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29% sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masingmasing sebanyak 48,6% dan 46,5%. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja seperti yang 6 disarankan oleh Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan bahwa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya. Dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama Ciputat. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatandi SMP Islam Ruhama Ciputat 2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat 3. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat 7 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat. b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama Ciputat c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi kesehatan pada remaja dalam rangka mencegah masalah kesehatan reproduksi pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Institusi pendidikan keperawatan 8 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan dalam keperawatan dan keperawatan maternitas yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi kesehatan. b. Pelayanan Keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi perawat untuk menjalankan fungsinya sebagai health educator dan health counselor dalam strategi promosi kesehatan reproduksi pada remaja dalam mencegah masalah kesehatan reproduksi. c. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evidence base practice dalam upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi pada remaja. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, yaitu tentang kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat, dengan menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain one group pre-test dan post-test design. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011). 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu (Mubarak, 2009): 1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri 2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar 3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masayarakat. 9 10 Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (BKKBN, 2012). 3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain (Fitriani, 2011): 1) Dimensi Sasaran a) Individu Metode yang dapat dilakukan adalah: - Bimbingan dan konseling Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Maulana, 2009) - Wawancara Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan penyuluhan.Menggali informasi mengapa individu tidak atau belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan 11 apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011). b) Kelompok Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya: - Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. - Mengungkapkan pendapat (Brainstorming) Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari setiap peserta. - Bermain peran Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu pertunjukkan di dalam kelas pertemuan, - Kelompok yang membahas tentang desas-desus Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya. 12 - Simulasi Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari role play dan diskusi kelompok. c) Masyarakat luas Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya: - Seminar Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di masyarakat (Fitriani, 2011). - Ceramah Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam Simamora, 2009). 2) Dimensi Tempat Pelaksanaan a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan 13 3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu: a) Peningkatan kesehatan Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya. b) Perlindungan umum dan khusus Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada perlindungan seseorang tersebut atau seperti masyarakat.Bentuk imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lainlain. c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi memeriksakan penyakitnya. penyakit kesehatan bahkan dirinya enggan dan untuk mengobatai 14 d) Pembatasan kecacatan Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan.Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain. e) Rehabilitasi Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihanlatihan tersebut (Mubarak, 2009). 4. Media Pendidikan Kesehatan Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara lain, 1) harus bisa meningkatkan motivasi subyek untuk belajar, 2) merangsang pembelajaran mengingat apa yang sudah dipelajari, 3) mengaktifkan subyek belajar dalam memberikan tanggapan/umpan balik, 4) mendorong pembelajar untuk melakukan praktek-praktek yang benar (Boore, 1997, dalam Era, 2003).sedangkan alat bantu yang digunakan antara lain alat bantu lihat 15 (visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan lihat (audio visual) serta alat bantu dengan media tulis seperti poster, leaflet, booklet, lembar balik, flipchart (notoatmodjo, 2010). B. Kesehatan Reproduksi Remaja 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010). Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. 2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial (BKKBN, 2008). 16 3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang perlu diketahui oleh remaja yaitu: 1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan 2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan perlunya serta bagaimana menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual menjadi kegiatan yang positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat. Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih dahulu. 3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan, serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja juga memerlukan pembekalan tentang kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA 4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emocional dalam memasuki kehidupan berkeluarga 5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja 17 laki-laki dan remaja perempuan dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan. 4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Perlu dipahami oleh remaja bahwa pria dan wanita memiliki organ reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau fungsinya. Alat reproduksi pria terdiri dari testis dan penis, sedangkan pada wanita terdiri dari ovarium, uterus, dan vagina. Berikut adalah penjelasan fungsi dari tiap organ reproduksi yang dapat dijelaskan kepada remaja (Bobak, dkk., 2005). a. Wanita Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar: 1) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae, glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae. 2) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya (labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina). 3) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu. Berfungsi 18 dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan seksual. 4) Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui. Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita bagian luar Organ reproduksi bagian dalam: 1) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja. 19 2) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual atau setelah melahirkan. 3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan jalan lahir. 4) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi. 5) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum. 6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah. 20 Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita bagian dalam b. Pria Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar: 1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut uretra. 21 2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis. Gambar 2.3 Organ reproduksi pria Organ reproduksi bagian dalam: 1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa. 2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa, berjumlah 2 buah. 3) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim. 22 4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi. 5. Tujuan Kesehatan Reproduksi Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan diri atau konsultasi dengan petugas dan orang-orang yang tepat untuk membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih (2004) yaitu: 1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak dikehendaki 2) Menurunkan penularan infeksi menular seksual/HIV-AIDS 3) Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran) 4) Konseling untuk mengambil keputusan Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk mengatasi masalah remaja seperti yang diuraikan diatas. 6. Cara memelihara kesehatan organ reproduksi Memelihara organ reproduksi wanita: 1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap 23 sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal. 2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur. 3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan mengandung bakteri dan jamur. 4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami keputihan saja. 5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman. 6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim. 7) Cukur rambut kemaluan secara berkala. 24 8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang. Memelihara organ reproduksi pria: 1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain. 2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis. 3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air. 4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran pada lipatan luar penis. 5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman 25 mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan sebagainya. 6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin (poltekkes negeri Jakarta, 2010). 7. Pubertas dan Seksualitas Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi(soetjiningsih, 2004). Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-laki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan (buku ajar keperawatan maternitas). - Ciri primer 26 Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi.Menstruasi pertama disebut menarche.Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus. Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama yaitu testosterone.Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu dengan mengalami mimpi basah.Mimpi basah merupakan peristiwa alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya. - Ciri sekunder Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu (BKKBN, 2008): 1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh 2. Payudara mulai menonjol 3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar 4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin 5. Muka cenderung tumbuh jerawat 6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu: 1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar 2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian wajah tertentu 3. Suara memberat, tumbuh jakun 4. Betis memanjang 27 5. Pinggul menyempit Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai padausia 13-14 tahun dan anak perempuan pada usia 11-12 tahun.Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antaralain gizi, kesehatan, lingkungan keluarga, dll. 8. Kehamilan Kehamilan diawali dengan fertilisasi.Implantasi (penempelan embrio di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi.Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi terakhir (Manuaba, 2009). Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2009) yaitu, a. Tanda tak pasti - Terlambat haid - Perubahan pada payudara (membesar dan tegang) - Ngidam - Mual dan muntah - Sering kencing - Pigmentasi kulit - Konstipasi atau obstipasi b. Tanda pasti - Adanya gerakan janin dalam rahim - Denyut jantung janin 28 - Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama.Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan pembukaan serviks sempurna.Tahap kedua adalah pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar dengan sempurna. Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau terlalu tua (BKKBN, 2008). C. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional.Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescene (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 29 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Klierman & Jenson, 2004). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. WHO memberikan definisi tentang batasan remaja secara konseptual yang terdiri dari tiga kriteriayaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Sehingga dalam definisi tersebut remaja adalah suatu masa dimana: individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual; individu mengalami perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002 dalam Iriani 2006). 2. Tugas Perkembangan Remaja Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh, (2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sstem nilai personal, (4) membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/bebas dari 30 orang tua, (6) mengembangkan mengambil keputusan, (7) mengembangkan identitas seorang yang dewasa (Bobak, dkk., 2005). Periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap akhir. Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin besar kesiapan untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain (Bobak, dkk., 2005). a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun) Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan perilaku mereka dengan konsekuensi perilaku tersebut. b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun) Remaja tahap menengah bergumul antara perasaan bergantung versus perasaan mandiri karena kawan-kawan sebaya menggantikan kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menengah belajar dan menerima informasi, tetapi tidak mampu menerima informasi tersebut dalam kehidupan mereka. Sering kali mereka melakukan trial dan error tanpa memperhitungkan konsekuensinya. c. Remaja tahap akhir (usia 17-20 tahun) Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam hidupnya. 31 Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan berkenaan dengan aktivitas seksual (Bobak, dkk., 2005). 3. Perubahan Pada Masa Remaja Menurut Kusmiran (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi moral. a. Dimensi Biologis Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. b. Dimensi Kognitif Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termasuk dalam tahap formal operasional, dimana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja adalah rasa kritis dimana segala hal harus rasional dan jelas, sehingga remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya, rasa ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan sesuatu yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang berkaitan dengan penentangan terhadap atau pola pikir orang lain yang 32 tidak sejalan dengan pola pikir diri sendiri. Disamping itu terdapat pula imagery audience, keadaan dimana remaja merasa merasa selalu menjadi pusat perhatian orang lain serta personal fables, yaitu remaja merasa dirinya unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini menyebabkan kecenderungan terbentuknya konsep diri yang terpengaruh dari luar. c. Dimensi moral Masa remaja adalah saat dimana seseorang mulai bertanya tentang fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang sering terjadi dan berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan social, dan sebaginya. Secara kritis remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanam kepadanya. 4. Karakteristik Seksualitas Remaja Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, pskologis personal, dan lingkungan.Fungsi biologis mengacu pada kemampua individu untuk member dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas, seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita dan 33 pembelajaran peran;peran maskulin dan feminin. Nilai-nilai aturan sosiobudaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain (Bobak, dkk., 2005). Seiring dengan pertumbuhan remaja kearah kematangan seksual yang sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Mutadin, 2002 dalam Sudibio, 2009). D. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini terjadi melalui penginderaan manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu: a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari 34 sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan. c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi. e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada. 35 f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada atau disusun sendiri. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal: Faktor internal : a. Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan. b. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. 36 c. Usia Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pegetahuan akan berkurang. Faktor eksternal : a. Pendidikan Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. b. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. 37 c. Informasi Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikirnya. E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model 38 kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Bensley, 2008). Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana, 2009) yaitu: a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang mengingatkan (reminders) d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku bangsa) e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan tertentu) Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri.Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada yang mengingatkan) (Maulana, 2009). 39 F. Penelitian Terkait Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua. Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak diberi penyuluhan. Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak dilakukan penyuluhan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00 dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai post test 26,00 nilai p>0.05. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap 40 pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi penyuluhan kesehatan reproduksi tentang seksual pranikah. Pemberian memberikan pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah. peningkatan terhadap 41 G. Kerangka Teori Remaja Biologi Kognitif Sosial Persepsi individu Kelemahan terhadap penyakit yang dirasakan Keseriusan terhadap penyakit yang dirasakan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan: Pendidikan Minat Pengalaman Usia Ekonomi Informasi Lingkungan Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Pendidikan Kesehatan Metode - Konseling - Wawancara - Ceramah - Seminar - Diskusi kelompok - Bermain peran - Mengungkapkan pendapat - Simulasi - dll Media - Leaflet - Booklet - Poster - Video - Power Point - dll Bagan 2.4 Kerangka Teori modifikasi dari Notoatmodjo (1993) dan Health Belief Model Rosenstock 1974( dalam Maulana, 2009) BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan konsep atau teori, pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalahmasalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam diagram (Alimul, 2007). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun kerangka konsep mengenai pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai berikut: Input Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi Output Intervensi Pendidikan kesehatan Perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Gambar 3.1 Kerangka Konsep 42 43 B. No 1. 2. . Definisi Operasional Variabel Definisi Pengetahuan siswa Tingkat pengetahuan siswa mengenai tentang kesehatan kesehatan reproduksi: reproduksi Definisi kesehatan reproduksi Organ reproduksi Pubertas Kehamilan Seksualitas Cara merawat kesehatan reproduksi Penyakit menular seksual Pendidikan Penyampaian materi pendidikan kesehatan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja dengan metode ceramah selama 60 menit Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Responden akan diberikan pertanyaan melalui kuesioner berjumlah 21 pertanyaan Kuesioner B Jika benar bernilai 1 Jika salah bernilai 0 Nilai minimal= 0, nilai maksimal= 21 Rasio - - - - 44 C. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan metode Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design karena tidak dilakukan random assignment terhadap subjek penelitian.Random assignment merupakan pemilihan secara acak peserta penelitian yang akan ditempatkan pada kelompok yang berbeda, seperti kelompok eksperimental dan kelompok kontrol (Louis, 2010). Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1. (Arikunto, 2006) O1-------------------------------------X----------------------------------O2 pretest Pendidikan kesehatan reproduksi posttest Gambar 4.1 Desain Penelitian Keterangan: O1 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner. X : memberikan tindakan berupa pendidikan kesehatan. O2 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner kembali. 45 46 B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat yang beralamat di Jl. Tarumanegara no. 67 Cireundeu – Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada 3 Juni 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk kedalam kelompok remaja awal yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII. 2. Sampel Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut: a. Siswa kelas VIII b. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penandatanganan lembar informed consent c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest Kriteria eksklusi: a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian. b. Tidak hadir saat penelitian 47 c. Tidak mengikuti acara pendidikan kesehatan secara keseluruhan (tidak ikut posttest) D. Teknik Pengambilan Sampel Sampel penelitian diambil menggunakan teknik convenience sample adalah metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti bila penarikan sampel secara acak tidak dapat dilakukan. Alasan peneliti menggunakan convience sample adalah dikarenakan pihak sekolah hanya memberikan ijin peneliti untuk mengambil sampel pada satu kelas saja. Sampel diperoleh dengan memilih para peserta yang telah tersedia di kelas VIII 4 berjumlah 30 orang akan tetapi karena 6 orang tidak hadir pada saat pendidikan kesehatan dilaksanakan maka responden yang dapat diambil adalah sebanyak 24 orang. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dipakaiterdiri dari: 1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang data demografi responden. 2. Kuesioner B berisi 21 pertanyaan terkait pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner B disusun berdasarkan materi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kemudian jawaban dari para siswa akan diberikan bobot nilai. Nilai-nilainya adalah 48 berdasarkan total skor jawaban benar yang diperoleh. Setiap jawaban benar dari Kuesioner B diberi nilai 1, dan jika jawaban salah diberi nilai 0 Tabel 4.1 Uraian kuesioner penelitian Variabel Data Demografi (Kuesioner A) Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Parameter Nama, umur, kelas, jenis kelamin, sumber pengetahuan. - Definisi kesehatan reproduksi - Fungsi organ reproduksi - Tanda pubertas - Kehamilan - Penyakit menular seksual - Pendidikan Kespro - Cara menjaga kesehata organ reproduksi - Seks pranikah Jumlah Pertanyaan 6 Nomor Pertanyaan 1,2,3,4,5,6 1 1 2 2, 5 5 3, 4, 8, 11, 12 7, 13, 14, 15, 16, 17 6 1 21 1 19 3 6, 9, 20 1 10 49 F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, kemudian diuji menggunakan uji t dan kemudian lihat penafsiran dari indeks korelasinya (Hidayat, 2008). Rumus Pearson Product Moment: = ( √[ ) ( ( Keterangan: : koefisisen korelasi i : jumlah skor item i : jumlah skor total (item) n : jumlah responden Rumus uji t: = √( √( ) ) )] [ )( ) ( ] 50 Keterangan: t : nilai r : koefisien korelasi hasil n : jumlah responden Untuk tabel tα= 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung > t tabel maka dinyatakan valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel maka dinyatakan tidak valid. Reliabilitas instrument adalah suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. (Ary dkk., 1997 dalam Setiadi, 2007). Uji reabilitas dapat menggunakan rumus Spearmen Brown metode ini menggunakan satu instrumen kemudian dibagi menjadi dua sama banyak, bagian yang pertama memuat skor dari unsur-unsur pokok bernomor ganjil dan bagian yang kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor genap (Hidayat, 2008). Rumus Spearamen Brown: Keterangan: koefisien reliabilitas internal seluruh item 51 Apabila r tabel berarti reliable dan apabila r tabel maka tidak reliabel. Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014 uji coba dilakukan pada 31 orang siswa kelas VII 1 di SMP Islam Ruhama Ciputat. Hasil uji validitas kuesioner menunjukkan 9 pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0.699. Karena jumlah pertanyaan banyak yang tidak valid maka dilakukan uji valid yang kedua dengan hasil 12 pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0.623 sehingga didapatkan jumlah item soal dari kuesioner untuk penelitian ini berjumlah 21 soal. G. Tahapan Pengambilan Data 1. Prosedur administrasi a. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak SMP Islam Ruhama Ciputat. b. Melakukan sosialisasi penelitian kepada kepala SMP Islam Ruhama Ciputat beserta jajarannya yang kemudian dibuat kesepakatan untuk melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Islam Ruhama Ciputat. c. Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden penelitian setelah dijelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang sudah bersedia kemudian diminta untuk menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden. 52 2. Persiapan intervensi Sebelum melakukan intervensi peneliti menentukan topik tentang kesehatan reproduksi dengan sasaran siswa kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama Ciputat.Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan pada Juni 2014 selama 60 menit. Tujuan isntruksional umum dari kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa diharapkan mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Materi yang akan diberikan yaitu meliputi pengertian kesehatan reproduksi, organ reproduksi dan fungsinya, cara menjaga kesehatan reproduksi, tanda pubertas, faktor yang mendorong hasrat seksual, kehamilan, akibat seks pranikah, cara mengendalikan dorongan seksual, serta macam penyakit menular seksual. Metode yang digunakan adalah ceramah, lalu peserta mengisi kuesioner dan diadakan tanya jawab. Media yang dipakai adalah power point.Setelah itu peneliti menyusun pengorganisasian yang terdiri dari penyaji yaitu peneliti sendiri, sebagai moderator adalah Ratu Ummu Hani dan sebagai fasilitator yaitu Rizkinuary Hidayah.Uraian tugasnya adalah penyaji bertugas untuk menyampaikan materi penyuluhan, moderator untuk mengarahkan jalannya acara penyuluhan, fasilitator membantu mengarahkan peserta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk dan mengikuti acara pendidikan kesehatan dengan baik. 53 3. Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan, perkenalan, menjelaskan tujuan dari kegiatan pendidikan kesehatan, menyebutkan pokok materi yang akan disampaikan serta menyampaikan berapa lama kegiatan ini akan dilaksanakan.Dilakukan selama 10 menit.Kemudian membagikan kuesioner pertama sebagai pretestpeserta diberikan waktu menjawab pertanyaan selama 15 menit.Kemudian berlanjut dengan kegiatan inti yaitu penyampaian materi oleh penyaji. Penyaji melakukan observasi pengetahuan siswa dengan cara menggali sejauh mana pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi setelah itu menyampaikan apa itu pengertian dari kesehatan reproduksi, organorgan reproduksi berikut dengan fungsinya, bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi, lalu menjelaskan tanda pubertas, faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah, menjelaskan tentang proses kehamilan dan aborsi, cara untuk mengendalikan dorongan seksual, serta menjelaskan macam-macam penyakit menular seksual. Setelah penyampaian materi selesai moderator membuka sesi tanya jawab selama 5 menit, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi pendidikan kesehatan reproduksi yang masih kurang dipahami. Setelah itu berlanjut pada sesi evaluasi dilakukan selama 10 menit dengan cara penyaji menanyakan kembali kepada para siswa tentang materi yang baru saja diberikan dan juga memberikan reinforcement kepada peserta yang berhasil menjawab dengan benar. 54 Kemudian diakhiri dengan kegiatan penutup, moderator menjelaskan kesimpulan dari kegiatan pendidikan kesehatan yang telah berlangsung, mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup. Setelah kegiatan selesai peserta diberikan waktu istirahat 10 menit kemudian dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sebagai posttest peserta diberikan waktu untuk menjawab pertanyaan selama 15 menit. Peneliti menentukan kriteria evaluasi dari kegiatan pendidikan kesehatan ini yang terdiri dari evaluasi struktur memastikan bahwa peserta hadir tepat waktu saat penyuluhan, penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama Ciputat. Sedangkan untuk evaluasi proses yaitu melihat apakah peserta antusias mengikuti jalannya kegiatan pendidikan kesehatan ini. Apakah peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan baik, kemudian untuk evaluasi hasil adalah diharapkan setelah dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh penyaji selama kegiatan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi berlangsung. 55 H. Tahap Pengolahan Data Tahap-tahap pengolahan data, yaitu: (Setiadi, 2007) a. Editing Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. b. Coding Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden dengan cara member tanda atau kode berbentuk angka pada setiap jawaban. c. Sorting Sorting adalah memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki. d. Entry data Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan kedalam table dengan cara manual atau melalui computer. e. Cleaning Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah masuk dengan benar atau belum. f. Mengeluarkan informasi Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. 56 I. Teknik analisa data 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan, yaitu pengetahuan dan sikap secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. 2. Analisi Bivariat Tujuan analisis bivariat ini adalah diagnosis data dan uji hipotesis dua variabel.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat.Teknik yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis inferensial dengan uji hipotesis komparatif numerik berpasangan karena skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala interval dan data yang dihasilkan yaitu dua data dari satu kelompok yang sama untuk variabel yang sama. Oleh karena itu berdasarkan hipotesisnya maka uji yang digunakan adalah uji t berpasangan.Uji t berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel untuk satu grup sampel tunggal. Kriteria data untuk uji t sampel berpasangan: a. Data untuk tiap pasangan yang diuji dalam skala interval atau rasio b. Data berdistribusi normal c. Nilai variannya dapat berupa sama ataupun tidak 57 Bila sebaran data tidak normal atau syarat uji t tidak terpenuhi maka uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011). J. Etika Penelitian Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian. Berikut adalah beberapa prinsip etik yang digunakan peneliti selama penelitian ini berlangsung: a. Prinsip manfaat Segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan manusia.Prinsip ini ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk eksploitasi. b. Prinsip menghormati manusia Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati.Manusia berhak untuk menentukan pilihan antara bersedia atau tidak untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian. c. Prinsip keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti dengan menghargai hak dan menjaga privasi manusia. BAB V HASIL PENELITIAN A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat SMP Islam Ruhama didirikan pada tahun 1987 dengan SK Pendirian Nomor: 490/L02/E.88 tertanggal 5 Juli 1988 berada dibawah naungan Yayasan Prof.DR. Zakiah Daradjat, yang bertujuan untuk dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam ilmu yang digelutinya serta berakhlakul kharima. Dalam proses perjalanannya, SMP Islam Ruhama telah meluluskan 21 angkatan dan telah tiga kali diakreditasi ulang dengan status terakreditasi dalam kelompok A. B. Hasil Analisa Univariat 1. Karakteristik Responden berdasarkan Data Demografi Data demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, informasi tentang kesehatan reproduksi dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi yang didapat, tercantum dalam tabel di bawah ini. 58 59 Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden No Item Pertanyaan 1 Jenis kelamin 2 3 4 Umur Pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi Jawaban Perempuan Laki-laki 13 tahun 14 tahun 15 tahun Pernah Tidak pernah TV/Radio Petugas kesehatan Orang tua Saudara Koran/Majalah Teman Guru Lain-lain Jumlah Siswa 6 16 3 18 3 12 12 % 25 75 12.5 75 12.5 50 50 3 5 1 0 0 0 2 1 12.5 20.8 4.1 0 0 0 8.3 4.1 N 24 24 24 12 Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 24 orang responden mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 75% (16 orang) sedangkan perempuan 25% (6 orang). Umur responden berkisar antara 13 sampai 15 tahun. 3 orang berumur 13 tahun, 18 orang berumur 14 tahun, dan 3 orang berumur 15 tahun. Responden yang pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 orang, sumber informasinya berasal dari TV/radio, petugas kesehatan, orang tua, guru dan lain-lain. Sedangkan responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan kesehatan berjumlah 12 orang. 60 2. Deskripsi Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Reproduksi Remaja Tabel 5.2 Daftar nilai pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan No. Responden Nilai Pretest (%) Nilai Posttest (%) 1 90.4 100 2 80.9 85.7 3 61.9 61.9 4 61.9 61.9 5 76.1 100 6 85.7 100 7 80.9 71.4 8 95.2 90.5 9 80.9 76.1 10 71.4 90.4 11 66.6 66.6 12 85.7 95.2 13 90.4 85.7 14 71.4 85.7 15 80.9 52.3 16 76.1 66.6 17 76.1 85.7 18 80.9 85.7 19 80.9 100 20 100 100 21 85.7 100 22 85.7 95.2 23 90.4 85.7 24 90.4 90.4 61 Dari table di atas dapat diketahui pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu: Kurang : 0% Cukup: 12.5% Baik: 87.5% Sesudah diberikan pendidikan kesehatan: Kurang: 4% Cukup: 16.6% Baik: 79.1% Perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang reproduksi remaja dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Reproduki Sebelum N Min Mean Max SD Median 95% CI 24 13 17.21 21 1.865 17.00 16.42 18.00 Nilai Total Kuesioner 21 Sesudah 24 11 18.13 21 2.894 18.50 16.90 19.35 Dari analisis didapatkan hasil rata-rata nilai pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.2 (81.9%), nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21, dengan nilai total 21 jika responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 17.00 dengan standar 62 deviasi 1.865. hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja antara 16.42 sampai 18.00. Kemudian setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan, hasil analisis nilai rata-rata yang didapat adalah 18.13 (86.3%) dengan nilai terendah 11 dan nilai tertinggi adalah 21. Nilai median 18.50 dengan standart deviasi (SD) 2.894. standart deviasi menggambarkan sebaran nilai-nilai sampel, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin mendekati nilai rata-ratanya yang berarti data tersebut semakin bagus dari sebelumnya. Hasil 95% Confidence Interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi antara 16.90 sampai dengan 19.35. Data tersebut menggambarkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja. 63 3. Deskripsi pengetahuan siswa setiap item pertanyaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Tabel dibawah ini akan menjelaskan tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Item Pertanyaan Pengertian kesehatan reproduksi Organ reproduksi Pubertas Kehamilan Seksualitas Cara merawat kesehatan reproduksi Penyakit Menular Seksual Benar Salah Total Poin Keseluruhan Pertanyaan Per Item Poin 24 % 100 Poin 0 0 % 24 19 58 121 91 57 39.5 76 84 75.5 75 29 18 23 29 19 60.5 24 16 24.5 25 48 76 144 120 76 19 79 5 21 24 Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pertanyaan yang paling banyak tidak diketahui oleh siswa adalah tentang organ reproduksi sebanyak 60.5%, sedangkan yang paling banyak diketahui adalah pengertian dari mengetahuinya. kesehatan reproduksi itu sendiri 100% siswa 64 Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan No Item Pertanyaan Benar 1. Pengertian Poin 24 2. 3. Organ reproduksi Pubertas 41 59 4. Kehamilan 125 5. 6. Seksualitas Pencegahan dan cara merawat kesehatan reproduksi 107 62 7. Penyakit Menular Seksual 23 Salah Total Poin Keseluruhan Pertanyaan Per Item % 10 0 85 77. 7 86. 9 89 81. 5 Poin 0 % 0 7 17 15 22. 3 13. 1 11 18. 5 48 76 95. 8 1 4.2 24 19 113 14 24 144 120 76 Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan siswa tentang organ reproduksi mengalami kenaikan dari 60.5% menjadi 85%.Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikannya pendidikan kesehatan. C. Analisis Bivariat 1. Uji Normalitas Normalitas hasil pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.6 65 Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan Statistic .971 Sebelum Df 24 Sig. .683 Statistic .867 Sesudah Df 24 Sig. .005 Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena uji ini lebih tepat jika digunakan untuk menguji normalitas pada sampel yang kurang dari 50 (ayuningtyas, 2012). Berdasarkan hasil uji normalitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa data setelah diberikan intervensi berdistribusi tidak normal karena p = 0.05 sedangkan data sebelum diberikan intervensi berdistribusi normal p > 0.05. kesimpulannya bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji analisis t test berpasangan melainkan menggunakan uji Wilcoxon yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji Wilcoxon digunakan apabila syarat uji t berpasangan tidak terpenuhi. 2. Perbedaan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dari hasil analisis data perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji Wilcoxon two tail. One tail dipakai apabila peneliti sudah mengetahui arah hipotesis, apakah pengaruhnya baik atau buruk, positif atau negatif, sedangkan two tail digunakan apabila peneliti belum mengetahui arah hipotesis tersebut. Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti merumuskan hipotesis “terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat”. 66 Hasil analisis perbedaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.7 Z Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan Sebelum – Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan -1.955b Asymp. Sig. (2-tailed) .051 Nilai alpha pada penelitian ini adalah 0.05.dari data pada table diatas menunjukkan nilai A symp. Sig 0.051 >α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan teori yang telah ada, penelitian sebelumnya dan kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berasal dari kelas VIII 4 yang diharapkan berasal dari kisaran umur yang sama. Tetapi ada beberapa responden yang berusia lebih dari 14 tahun dikarenakan mereka mulai bersekolah pada usia yang lebih tua dibandingkan dengan teman sekelasnya. A. Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Nilai rata-rata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.21 atau 81.9% dari jumlah total nilai tertinggi. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). 67 68 Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan yang lain tinggal menerimanya melainkan pengetahuan itu sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami reorganisasi pemahaman-pemahaman baru. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang paling banyak tidak diketahui responden adalah pengetahuan tentang organ reproduksi dan pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah cara untuk menjaga kesehatan reproduksi. Seperti yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka bahwa pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dalam hal ini pengetahuan siswa yang baik tentang kesehatan reproduksi mereka dapatkan melalui pendidikan formal yaitu pada saat belajar biologi tentang reproduksi manusia. Faktor lainnya yang mungkin juga berperan dalam pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi adalah paparan informasi baik itu yang berasal dari media masa, dari orang tua ataupun dari petugas kesehatan. Hasil penelitian dari pengetahuan siswa sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan pada siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Benita (2012) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan sebesar 36.4% dengan kategori kurang dan belum pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi 69 sebelumnya, 42.7% berada dalam kategori sedang pernah mendapat informasi dari media massa saja atau dari konseling dengan guru saja, dan 21% pada kategori baik yang telah mendapatkan informasi baik dari media massa, internet, maupun konseling dengan guru. B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 18.13 atau 86.3% dari total jumlah nilai tertinggi. Nilai yang didapat setelah pemberian pendidikan kesehatan lebih besar dari nilai sebelum diberikan intervensi pendidikan kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Namun hasil yang didapatkan tidak memberikan perbedaan nilai yang terlalu signifikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Buzarudima (2013) bahwa terdapat perubahan nilai yang sangat signifikan antara sebelum dilakukan intervensi pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar 19,5% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik, 70.2% memiliki tingkat pengetahuan tidak baik dan 10.3% memiliki pengetahuan yang cukup dengan nilai rata-rata 29.6 sedangkan nilai tengah setelah diberikan intervensi yaitu 66.67 yang berarti responden memiliki tingkat pengetahuan cukup baik. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu nilai awal tingkat pengetahuan responden itu sendiri yang sudah masuk dalam kategori baik sehingga 70 setelah dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan hasilnya adalah tetap dengan kategori baik hanya saja nilai rata-rata yang mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 81.8% menjadi 86.3%. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap baiknya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi adalah dari segi faktor pendidikan itu sendiri mereka mendapatkan informasi tentang reproduksi manusia pada saat guru menyampaikan pelajaran biologi serta 50% dari jumlah responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi itu sendiri dari berbagai sumber. Menurut Tana (2004) dalam Nurfitrianie (2008) berbagai faktor yang memungkinkan dapat berpengaruh pada pendidikan kesehatan adalah pemberi materi, media penyuluhan, serta sasaran yang akan diberikan intervensi. Sejalan dengan teori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) bahwa pendidikan formal dan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi pada saat pretest adalah 17.21 dengan standar deviasi 1.865. pada saat posttest didapat rata-rata pengetahuan siswa 18.13 dengan standar deviasi 2.894. dari uraian tersebut kita bisa mendapat informasi perbedaan nilai mean antara pretest dan posttest adalah 0.92. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig. = 0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α (alpha) sebesar 0.05. Dengan 71 demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Dalam penelitian Istichomah (2004) yang berjudul pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah pada ibu hamil di Puskesmas Pundong Bantul didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap terpeliharanya tekanan darah ibu hamil. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Buzarudina (2013) yang berjudul efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap tingkat pengetahuan siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Hasil penelitiannya dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai Sig. sebesar 0.000 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah penyuluhan. Kesimpulannya adalah penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa tidak adanya perbedaan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, sejalan dengan uji statistik. Dalam hal ini pemberi materi kesehatan reproduksi adalah orang yang belum pernah mereka kenal dengan baik, sehingga dapat mempengaruhi tidak adanya perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan. Pendapat ini didasarkan pada Ludlow (2000) dalam 72 Nurfitrianie (2008), yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan suatu informasi ditentukan oleh sifat dan mutu informasi yang diterima dan dalam hal ini ditentukan oleh sifat dan mutu dari informasi yang disampaikan oleh peneliti kepada siswa. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi hasil penelitian ini adalah persepsi, motivasi dan pengalaman yang menurut Notoatmodjo (2010) adalah faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. D. Keterbatasan Penelitian 1. Kuesioner Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri, belum ada kuesioner baku yang dapat digunakan sebagai instrument pengukur tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi 2. Pelaksanaan intervensi pendidikan kesehatan Tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan adalah di dalam ruangan kelas dengan jendela terbuka sehingga suara dari luar kelas dapat terdengar dari dalam. Waktu penelitian bertepatan dengan waktu sebelum jam istirahat sehingga pada saat beberapa menit sebelum waktu istirahat siswa sudah tidak kondusif yang mengganggu proses penyampaian informasi dari pemberi materi. 73 3. Pengisisan kuesioner Pada saat mengisi kuesioner responden seringkali bertanya pada teman sebangkunya walaupun sudah diperingatkan agar respronden mengisi kuesioner itu sendiri BAB VII KESIMPULAN A. Kesimpulan 1. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21 dengan nilai rata-rata 17.21 atau sekitar 81.9%. responden memiliki pengetahuan yang baik 2. Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah dilakukan pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 21 dengan rata-rata 18.13 atau sekitar 86.3% 3. Hasil uji statistik diperoleh nilai Asymp. Sig 0.051 > α 0.05 maka Ho diterima disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dikarenakan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi hanya naik 4.4% B. Saran 1. Bagi sekolah Bagi SMP Islam Ruhama Ciputat diharapkan dapat membuat suatu program konseling kesehatan reproduksi remaja seperti yang sudah dicanangkan oleh pemerintah melalui BKKBN. Program tersebut akan membantu siswa memperoleh informasi yang benar dan tepat mengenai kesehatan reproduksi khusus pada saat remaja 74 75 2. Bagi pelayanan kesehatan Bagi pelayanan kesehatan khususnya puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tigkat awal diharapkan agar lebih meningkatkan program promoasi kesehatan khususnya mengenai remaja dan segala permasalahannya. Puskesmas dapat bekerja sama dengan pihak sekolah dalam menjalankan program promosi kesehatan ini. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Diharapkan lebih memperhatikan faktor yang dapat mengganggu pelaksanaan pendidikan kesehatan b. Disarankan untuk melakukan observasi dengan cermat saat melakukan studi pendahuluan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi agar lebih tepat sasaran pada saat memberikan materi yaitu sesuai dengan kebutuhan mereka yang belum pernah mereka dapatkan dalam pendidikan formal c. Perlu adanya penelitian yang mnghubungkan antara pengaruh pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi terhadap sikap siswa tentang masalah kesehatan reproduksi remaja serta bagaimana perilaku mereka dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka. d. Perlu diperhatikan jenis kuesioner yang dipakai akan lebih baik jika pertanyaan yang diberikan bersifat terbuka sehingga dapat diketahui dengan jelas tingkat pengetahuan siswa yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2008. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), cetakan kedua. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Survei Demografidan Kesehatan Indonesia.Jakarta :Kementerian Kesehatan Behrman, R.E., Kliegman, R.M, Jenson, H.B., 2004. Adolescence.In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17thed. Philadelphia: Saunders. Benita, Nydia Rena. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji [laporan hasil karya tulis ilmiah].Semarang :Universitas Diponegoro Bobak, Irene M., et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC Buzarudina, Frisa. 2013. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Terdadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Pontianak: Universitas Tanjungpura Dahlan, M Sopiyudin. 2011. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian. Jakarta: Salemba Medika Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pendekatan dan Penanganan pada Remaja Beresiko Tinggi. Diperoleh dari : http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=107 0&.Itemid=2 Diaksespada 15 Desember 2013 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Edukasi(KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta Komunikasi,Informasi, Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rosulullah Saw. Tidak Pernah Sakit?Meneladani Pola Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Hikmah Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika Iriani Fransisca, dkk. 2006. Jurnal psikologi vol. 4 Perbedaan Sikap Terhadap Hubungan Seks Pranikah Antara Remaja Yang Diberikan Penyuluhan Dan Yang Tidak Diberikan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja. Universitas Tarumanagara Jakarta Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Jakarta Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Louis. 2010. Psikologi Eksperimen. Artikel tersedia: http://www.infoskripsi.com [akses: 11 Januari 2014] Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC Maulana, H. (2009), Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC Massolo, Ardin Prima.,dkk. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksual Pranikah.Universitas Hasanuddin Makassar Mubarak, Wahit I, dkk. 2009. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nugroho Taufan, 2010, Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya, Nuha. Medika,Yogyakarta Purwanto, Andi. 2009. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Stres Melalui Ceramah Pada Remaja di SMP 34 Semarang Setiadi. 2007. Konsepdan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Simamora, Raymond H. 2009, Buku Ajar Pendidikan dalam Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta Keperawatan, Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta. Sudibio.2009. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009.Medan: Universitas Sumatera Utara Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika; 2010 Wardani, Rachma. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta.UniversitasSebelasMaret Surakarta World Health Organization.Promoting adolescent sexual and reproductive health throurh schools in low income contries: an information brief. 2009. [cited 2013 Desember 03]. Available from: http://whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_ADH_09.03_eng.pdf FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat” Saya adalah mahasiswi semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lainnya. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Ciputat, Peneliti (Septiana) Peserta ( ) Juni 2014 Petunjuk Pengisian : 1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang tersedia. 2. Isilah kuesioner ini sesuai dengan pendapat Anda. 3. Dimohon untuk tidak berdiskusi dengan teman selama mengisi kuesioner ini. 4. Jika ada pertanyaan, silahkan bertanya kepada peneliti. - Nama : Kelas : Umur : Jenis Kelamin Selamat Mengerjakan - : Pendidikan Orang Tua: Tidak sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat DIII/Perguruan Tinggi Pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi Pernah Tidak pernah Informasi mengenai kesehatan reproduksi diperoleh dari TV/radio Koran/majalah Petugas kesehatan Teman Orang tua Guru Saudara kandung Lain-lain No Pertanyaan 1. Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi adalah pengertian dari kesehatan reproduksi 2. Vagina adalah organ reproduksi wanita yang digunakan untuk senggama 3. Tanda utama kematangan alat reproduksi perempuan adalah terjadinya menstruasi pertama 4. Mimpi basah merupakan tanda utama kematangan alat reproduksi pada perempuan 5. Hormone reproduksi pada laki-laki adalah testosterone 6. Cara membersihkan saluran kemih dan saluran pencernaan (anus) yang benar adalah membilas dengan air bersih dari arah depan ke belakang 7. Telat haid selama 2 minggu, merasa mual adalah tanda kehamilan subjektif (anggapan sendiri) 8. Keinginan seksual muncul karena hormon-hormon seksual pada remaja sudah mulai berfungsi 9. Cara mengalihkan dorongan seksual pada remaja agar tidak terjerumus hal negatif salah satunya dengan melakukan kegiatan positif seperti olahraga,mengikuti kegiatan ekstrakurikuler 10. Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan sebelum menikah 11. Meningkatnya dorongan seksual adalah penyebab remaja melakukan hubungan seks pranikah. 12. Remaja yang sedang mengalami pubertas cenderung ingin mencoba hal-hal baru yang beresiko menyebabkan efek negative dikemudian hari seperti unsure pornografi 13. Kehamilan pada usia remaja termasuk tidak disarankan karena organ reproduksi masih belum matang Benar Salah 14. Usia perempuan yang baik untuk hamil adalah 16-40 tahun 15. Kehamilan akan terjadi bila sel sperma bertemu dengan sel telur 16. Cara mencegah kehamilan yang benar adalah tidak melakukan hubungan seksual 17. Terlambat mens bukan merupakan tanda pasti kehamilan 18. Mencoba hal-hal yang berhubungan dengan unsur pornografi akan mencetuskan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab 19. Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebaiknya diberikan pada remaja sejak SMP 20. Pria perlu melakukan sunat untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh penumpukan kotoran pada ujung kulit penis 21. Penyakit menular seksual adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui hubungan kelamin SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN Topik : Kesehatan Reproduksi Remaja Sasaran : Siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat Tempat : SMP Islam Ruhama Ciputat Hari/Tanggal : Juni 2014 Waktu : 60 menit I. Tujuan Instruksional umum Setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa diharapkan mengetahui tentang kesehatan reproduksi II. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu : 1. Menyebutkan pengertian dan cara memelihara kesehatan organ-organ reproduksi 2. Menyebutkan organ reproduksi dan fungsi organ reproduksi 3. Menyebutkan tanda-tanda pubertas 4. Mengetahui faktor yang mendorong seksual pranikah 5. Menyebutkan akibat yang dapat ditimbulkan oleh seks pranikah 6. Mengetahui cara mengendalikan dorongan seks 7. Mengetahui macam-macam penyakit menular seksual III. Materi 1. Pengertian kesehatan reproduksi 2. Organ reproduksi dan fungsinya 3. Cara menjaga kesehatan reproduksi 4. Tanda-tanda pubertas 5. Faktor yang mendorong seks pranikah 6. Kehamilan 7. Akibat seks pranikah 8. Cara mengendalikan dorongan seksual 9. Macam-macam penyakit menular seksual 1 IV. Metode 1) Ceramah 2) Mengisi kuesioner 3) Tanya jawab V. Media 1. Power point VI. Pengorganisasian Penyaji : Septiana Moderator : Ratu Ummu Hani Fasilitator : Rizkinuary Hidayah Job Description 1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara 2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan 3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk dan mengikuti acara pendidikan kesehatan dengan baik VII. Kegiatan Penyuluhan NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA 1 10 menit Mendengarkan Pembukaan a) membuka kegiatan dengan pembukaan mengucapkan salam yang disampaikan b) Memperkenalkan diri moderator. c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan d) Menyebutkan materi yang akan diberikan e) Menyampaikan kontrak waktu 2 oleh 2 30 menit Pelaksanaan Mendengarkan Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan a) Menggali pengetahuan peserta balik tehadap dan umpan materi tentang kesehatan reproduksi dan yang disampaikan. memberikan lembar kuesioner. b) Menjelaskan tentang pengertian kesehatan reproduksi c) Menjelaskan tentang organ reproduksi fungsinya d) Menjelaskan cara menjaga kesehatan organ reproduksi e) Menjelaskan tanda-tanda pubertas f) Menjelaskan tentang tanda pubertas g) Menjelaskan tentang faktor yang mendorong seks pranikah h) Menjelaskan proses kehamilan dan aborsi i) Menjelaskan cara mengendalikan dorongan seksual j) Menjelaskan macam-macam penyakit menular seksual 3 5 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami 4 10 Evaluasi Menjawab pertanyaan menit Menanyakan kembali kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan memberikan reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan 3 5 5 menit Penutup Mendengarkan dengan a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab pendidikan kesehatan salam b) Ucapan terima kasih c) Salam penutup VIII. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a) Peserta hadir ditempat penyuluhan b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VII SMP Islam Ruhama Ciputat 2. Evaluasi Proses a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar 3. Evaluasi Hasil Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus. 4 LAMPIRAAN MATERI KESEHATAN REPRODUKSI a. Pengertian Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya. kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menikmati perilaku seksual dan reproduksi sejalan dengan etika sosial dan personal; kebebasan dari rasa takut, rasa malu, rasa bersalah, prasangka dan faktor psikologis lainnya yang menghambat respon seksual dan menghalangi relasi dengan sesama; kebebasan dan kelainan organic, penyakit, maupun definisi yang berhubungan dengan fungsi reproduksi Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh remaja. b. Organ Reproduksi dan Fungsinya Organ reproduksi wanita: 1) Vulva disusun oleh jaringan lemak, disebut juga Mons pubis. Pada bagian bawah dari mons pubis terdapat suatu lipatan yang berjumlah sepasang yang disebut dengan labia mayora (bibir besar). Setelah puber labia mayora akan ditumbuhi rambut. Pada bagian lebih dalam dari labia mayora terdapat pula lipatan yang kedua berjumlah sepasang yang disebut dengan labia minora (bibir kecil). Kedua lipatan ini berfungsi untuk melindungi vagina. Saluran yang langsung berhubungan dengan vulva adalah uretra dan vagina. 2) Klitoris Klitoris banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Hal ini yang membuat klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan dan bisa mengalami ereksi. Klitoris merupakan penonjolan kecil yang sangat peka (homolog dengan penis pada pria). Di bawah klitoris terdapat uretra, yakni muara saluran kencing. Kemudian, di bawah klitoris juga 5 terdapat bagian yang mengelilingi tepi ujung vagina. Bagian yang dimaksud yakni selaput dara atau hymen. Hymen berselaput mukosa dan mengandung banyak pembuluh darah. 3) Perineum merupakan jaringan yang terletak diantara vagina dan anus. 4) Kelenjar susu, kelenjar ini bukan bagian dari sistem reproduksi, tetapi sangat penting dalam reproduksi mamalia. 5) Uterus (rahim) merupakan suatu rongga pertemuan dari dua saluran tuba fallopii bagian kiri dan kanan. Uterus mempunyai beberapa lapisan penyusun, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan tengah yang berotot (miometrium), dan selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan endometrium mengandung banyak pembuluh darah dan lendir. Ketika terjadi ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi ketika menstruasi lapisan endometrium akan meluruh. Fungsi uterus adalah sebagai tempat menempelnya janin. 6) Serviks (leher uterus) Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina. Serviks biasanya merupakan penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa ovulasi (pelepasan sel telur). pada saat ovulasi kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2 – 3 hari. 6 Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke tuba fallopii untuk membuahi sel telur. Oleh karena itu, hubungan seksual yang dilakukan dalam waktu 1 -2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan kehamilan. 7) Tuba falopii, berjumlah sepasang berfungsi menyalurkan sel telur dari ovarium menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk pembuahan dan perkembangan sel telur sebelum pembuahan. 8) Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim. Sepasang ovarium ini secara bergantian memiliki tugas memproduksi telur setiap bulan. Umumnya sel telur diproduksi setiap 28 hari. Pada saat folikel telur tumbuh, ovarium menghasilkan hormon estrogen, dan setelah ovulasi menghasilkan hormon progesteron. Organ reproduksi pria: 1) Penis, yaitu alat kelamin pada pria yang juga berfungsi sebagai organ eksternal untuk urinisasi. Terdiri dari badan dan batang penis, badan organ penis ini yang masuk ke vagina selama berhubungan seksual. Penis dapat 7 mengalami ereksi. Ereksi yaitu penegangan dan pengembangan penis karena terisinya saluran penis oleh darah. Apabila rangsangan ini terus menerus terjadi, sperma akan keluar melalui uretra. Keadaan ini disebut ejakulasi. 2) Skrotum disebut juga kantong pelir, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis. 3) Testis, yaitu merupakan isi skrotum berfungsi untuk menghasilkan sperma dan memproduksi hormone. Salah satu hormone yang dihasilkan adalah hormone testosterone yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seks sekunder. 4) Epididimis, yaitu saluran yang menghubungkan antara testis dengan vas deferens. Dalam epididimis sperma yang dihasilkan di dalam testis akan ditampung untuk beberapa saat, kurang lebih 2 minggu sampai menjadi sperma menjadi matang. 5) Vas deferens, saluran untuk mengangkut sperma ke vesikula seminalis (kantung sperma). Epididimis dan vas deferens merupakan salah satu kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan tempat pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Setelah dari vas deferens, mani yang terbentuk akan dialirkan ke duktus ejakulatoris. 6) Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Pada pria, uretra 8 berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani. 7) Vesika seminalis, adalah saluran yang terletak di atas dan bawah kandung kemih. Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma. 8) Kelenjar prostat tersusun melingkar, terletak pada bagian atas uretra dan di bagian bawah kantong kemih yang merupakan pertemuan antara uretra dengan vas deferens. d) Cara Memelihara Organ Reproduksi Memelihara organ reproduksi wanita: 1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal. 2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur. 3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan mengandung bakteri dan jamur. 4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami keputihan saja. 5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman. 6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu 9 sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatalgatal di area organ intim. 7) Cukur rambut kemaluan secara berkala. 8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang. Memelihara organ reproduksi pria: 1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain. 2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis. 3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air. 4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan kotoran pada lipatan luar penis. 5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan sebagainya. 6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin. 10 e) Pubertas dan Seksualitas Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak lakilaki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak perempuan berhenti. Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan. - Ciri primer Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama disebut menarche. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus. Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama yaitu testosterone. Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu dengan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya. - Ciri sekunder Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu: 1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh 2. Payudara mulai menonjol 3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar 4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin 5. Muka cenderung tumbuh jerawat 6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu: 1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar 2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian wajah tertentu 3. Suara memberat, tumbuh jakun 4. Betis memanjang 11 5. Pinggul menyempit Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai pada usia 13-14 tahun dan anak perempuan pada usia 11-12 tahun. Batasan umur ini tidak mutlak tergantung beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan, lingkungan keluarga, dll. f) Kehamilan Kehamilan diawali dengan fertilisasi. Implantasi (penempelan embrio di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi terakhir. Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama. Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan pembukaan serviks sempurna. Tahap kedua adalah pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar dengan sempurna. Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan. Umur ibu yang masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau terlalu tua. g) Seksual pranikah Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan. Penyebab terjadinya seks pranikah: 1) Pengaruh teman sebaya Teman adalah bagian dari komunitas sosial yang turut membentuk perkembangan pribadi seseorang, setelah komunitas dan keluarga. 12 Proses pembentukan tersebut terjadi melalui proses yang sangat alamiah, yakni interaksi antarindividu dalam komunitas soasialnya yang di dalamnya terdapat komunikasi. 2) Krisis kasih sayang orang tua Cinta dan rasa hormat atas dasar timbal balik antara orang tua dan anak merupakan kunci terbaik dalam menghadapi seluruh pengaruh negatif. 3) Kurangnya pedoman orang tua Sikap, keteladanan serta perilaku orang tua adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap anak. Hal penting yang perlu diperhatikan bagi orang tua adalah memberikan informasi seluas-luasnya terhadap anak, dengan catatan, membimbing mereka dalam menerima segala akses informasi yang masuk dan menyertakan berbagai dampak yang timbul dari beberapa informasi tersebut. 4) Pengaruh media masa Tayangan-tayangan yang didalamnya pesan-pesan pornografi dapat mempengaruhi kondisi seksual seseorang, yakni aktifnya hormon melatonin, yaitu hormon yang berasal dari kelenjar pineal di otak.yaitu kelenjar yang dapat memicu pubertas dan mempengaruhi siklus reproduksi dan kondisi seksual seseorang. 5) Cinta adalah seks = pacaran yang kebablasan Seks pranikah banyak dilakukan oleh orang yang berpacaran. Mereka sering berasumsi bahwa cinta sama dengan seks. h) Akibat yang Ditimbulkan dari Seksual Pranikah 1) Hamil yang tidak dikehendaki Merupakan akibat dari perilaku sesual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru seperti: melakukan hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan sebelum dan sesudah menstruasi, atau bila 13 menggunakan teknik senggama terputus, kehamilan tidak akan terjadi adalah pencetus semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki. 2) Kemungkinan pengguguran kandungan (aborsi) yang sebenarnya mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan yang melakukan aborsi 3) Putus sekolah 4) Penyakit menular seksual (PMS) – HIV/AIDS Seringkali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman. Kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular HIV/PMS, seperti sivilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. 5) Psikologis Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan adalah korban utama dalam masalah ini. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik pada diri sendiri ataupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang berhubungan dengan system, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak terpenuhi. 6) Persepsi masyarakat yang negatif terhadap remaja yang hamil sebelum menikah i) Cara Mencegah Seks Pranikah 1) Pelihara pertumbuhan psikoseksual yang normal sejak kecil. 2) Tumbuhkan identitas sendiri yang benar untuk masing-masing jenis kelamin. 14 3) Tanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma susila, moral dan ajaran agama, agar kelak tumbuh kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi rangsangan seksual. 4) Hindari kontak dengan benda-benda pornografi. 5) Bila berpacaran jangan biarkan tenggelam dalam rangsangan seks yang menggoda 6) Bila berpacaran jangan biarkan erotic zone dirangsang 7) Saling mengingatkan bahaya seks bebas, jika ada teman yang berada dalam situasi yang menjurus pada hubungan seksual pranikah 8) Ciptakan kelompok yang mampu saling menahan dorongan seks. 9) Peran serta masyarakat untuk saling mengawasi adanya peluang terjadinya hubungan seks pranikah 10) Wanita harus berani mengatakan “tidak” sekalipun dengan pacar atau tunangan apabila menjurus pada hubungan seks pranikah. 11) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdo’a 12) Orang berperan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang tercurah melalui komunikasi dua arah dengan cara persuasive dan memperlakukan remaja sebagai sahabat di rumah. j) Penyakit Menular Seksual Penyakit menular seksual dikenal juga dengan istilah infeksi menular seksual digunakan untuk sejumlah infeksi tertentu yang ditularkan melakui kontak seksual. Ada beberapa jenis penyakit menular seksual, antara lain (Manuaba, 2009): 1) Gonore, penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeae. Masa inkubasi 2-10 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Tanda-tanda 15 penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak, dan nanah pada alat kelamin. Dapat mengakibatkan kemandulan maupun radang pinggul. 2) Sífilis (raja singa), penyebabnya adalah parasit Treponema pallidum. Masa inkubasi tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, hingga 13 minggu timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Pada 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan saraf pusat, pembuluh darah, dan jantung. Pada perempuan hamil, sífilis ditularkan pada bayi akan lahir dengan kerusakan hati, kerusakan kulit, dan keterbelakanga mental. 3) Herpes genital, disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa inkubasi 4-7 hari setelah virus masuk kedalam tubuh. Gejala yang timbul: timbul bintil-bintil berair yang sangat nyeri di sekitar alat kelamin, 16 4) Klamidia, disebabkan oleh Chlamidia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada organ genital luar baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan maupun laki-laki infeksi ini akan berakibat kemandulan, dan radang saluran kencing. 5) Trikomoniasis, disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis (protozoa). Gejalanya adalah cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa, dan bau busuk. Vulva menjadi bengkak, merah, gatal, dan rasa tidak nyaman. Nyeri saat buang air kecil. 6) Kandidiasis vagina, merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Pada saat normal, jamur ini memang terdapat di kulit maupun vagina. Tapi pada keadaan tertentu, jamur ini dapat menyebabkan kemandulan. 7) HIV/AIDS, AIDS kepanjangan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga penderita AIDS menjadi rentan terhadap berbagai infeksi. Bahkan penyakit flu dapat menyebabkan penderita AIDS meninggal dunia. 17 Kuesioner 1 Case Processing Summary N % Valid 34 100,0 a Cases Excluded 0 ,0 Total 34 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,623 Keadaan sejahtera fisik Vagina adalah Fungsi penis Pubertas adalah Mimpi basah adalah Menstruasi adalah Masa subur adalah Wanita hamil saat masa subur Wanita tidak akan hamil saat melakukan hubungan seksual pertama kali Wanita bisa hamil walaupun saat berhubungan seksual pria mengeluarkan sperma diluar vagina Kehamilan resiko tinggi pada remaja 28 Item-Total Statistics Scale Mean Scale if Item Variance if Deleted Item Deleted 22,62 5,577 22,71 5,244 22,50 6,561 22,47 6,560 22,47 6,560 22,50 6,318 22,74 6,261 Corrected Cronbach's Item-Total Alpha if Item Correlation Deleted ,503 ,457 ,573 ,432 -,034 ,529 ,000 ,524 ,000 ,524 ,246 ,509 ,044 ,533 22,50 6,500 ,035 ,524 22,85 6,372 -,022 ,549 22,59 6,492 -,024 ,536 22,56 6,375 ,070 ,523 Pembuahan adalah Telat haid selama 2 minggu Keinginan seksual muncul Olahraga merupakan Menggunakan WC umum Seks Pranikah adalah Meningkatnya dorongan seksual adalah penyebab Penyebab remaja melakukan hubungan seks pranikah adalah kurang pengetahuan Hamil yang tidak diinginkan adalah akibat Perasaan takut, depresi Penyakit menular seksual adalah Islam mengharamkan Interaksi laki-laki dan perempuan Tidak memasukkan benda asing Cara membersihkan saluran kemih Pria perlu sunat Mencukur bulu kemaluan 22,50 6,682 -,171 ,538 22,85 5,887 ,179 ,508 22,68 6,650 -,122 ,557 22,85 6,250 ,027 ,539 23,12 6,107 ,091 ,526 22,82 5,725 ,258 ,492 22,62 5,455 ,581 ,444 22,65 5,508 ,497 ,454 22,59 6,310 ,087 ,521 22,50 6,258 ,318 ,504 22,68 5,922 ,235 ,498 22,53 6,378 ,103 ,519 22,56 6,072 ,285 ,497 22,56 6,315 ,112 ,518 22,56 6,678 -,135 ,546 22,47 6,560 ,000 ,524 22,68 6,225 ,081 ,525 Kuesioner ke2 Case Processing Summary N % Valid 27 100,0 a Cases Excluded 0 ,0 Total 27 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,699 30 Item-Total Statistics Scale Mean Scale if Item Variance if Deleted Item Deleted Testis adalah salah satu alat reproduksi lakilaki Uretra bukan merupakan saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma pada laki-laki Pemberian informasi tentang seksual tabu dan berbahaya diberikan pada remaja sejak dini Payudara bukan merupakan alat reproduksi perempuan Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted 21,30 11,524 ,128 ,595 21,74 12,199 -,121 ,626 21,81 11,772 ,012 ,609 21,44 11,026 ,241 ,582 Tanda utama kematangan alat reproduksi perempuan adalah terjadinya menstruasi pertama Mimpi basah merupakan tanda utama kematangan alat reproduksi pada perempuan Hormone reproduksi pada laki-laki adalah testosterone Hormone reproduksi pada perempuan adalah progesterone Tubuh mulai meninggi dan membesar dalam waktu singkat bukan merupakan tanda pubertas Mulai membesarnya ukuran testis dan penis adalah tanda pubertas pada perempuan Cara mengalihkan dorongan seksual pada remaja agar tidak terjerumus hal negatif salah satunya dengan melakukan kegiatan positif seperti olahraga,mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Tertarik kepada lawan jenis pada remaja SMP adalah akibat peningkatan hormone 21,30 10,832 ,398 ,567 21,26 11,046 ,353 ,573 21,26 10,815 ,453 ,563 21,41 11,866 -,018 ,613 21,63 11,242 ,154 ,593 21,52 11,028 ,224 ,584 21,22 11,103 ,384 ,573 21,11 12,026 ,000 ,600 Dalam berpacaran sebaiknya menghindari berpelukan atau berciuman sebab hal tersebut beresiko meningkatkan kemungkinan terjadinya hubungan seks sebelum menikah Wanita bisa hamil walaupun saat melakukan hubungan seksual pria mengeluarkan sperma diluar vagina Remaja yang sedang mengalami pubertas cenderung ingin mencoba hal-hal baru yang beresiko menyebabkan efek negative dikemudian hari seperti unsure pornografi Kehamilan pada remaja menyebabkan kerugian karena bayi yang dilahirkan akan mengalami lahir premature atau lahir dengan berat badan kurang akibat kurang gizi Kehamilan pada usia remaja termasuk tidak disarankan karena organ reproduksi masih belum matang Usia perempuan yang baik untuk hamil adalah 16-40 tahun 21,11 12,026 ,000 ,600 21,70 11,678 ,028 ,609 21,37 10,934 ,302 ,575 21,33 11,923 -,026 ,612 21,22 10,795 ,536 ,560 21,44 10,026 ,582 ,537 Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebaiknya diberikan pada remaja sejak SMP Kehamilan akan terjadi bila sel sperma bertemu dengan sel telur Cara mencegah kehamilan yang benar adalah tidak melakukan hubungan seksual Terlambat mens bukan merupakan tanda pasti kehamilan Seorang perempuan tidak akan hamil apabila baru pertama kali melakukan hubungan seksual Mencoba hal-hal yang berhubungan dengan unsur pornografi akan mencetuskan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab Akibat melakukan hubungan seks dengan berganti pasangan beresiko tertular penyakit HIV Aborsi menyebabkan banyak wanita meninggal Pria perlu melakukan sunat untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh penumpukan kotoran pada ujung kulit penis 21,41 12,328 -,159 ,629 21,22 10,718 ,575 ,556 21,26 11,123 ,320 ,576 21,33 10,846 ,358 ,569 21,56 11,179 ,174 ,590 21,19 11,387 ,315 ,582 21,33 11,692 ,053 ,603 21,33 11,615 ,080 ,600 21,15 11,362 ,483 ,578 Berhubungan dengan banyak pasangan beresiko menyebabkan kanker rahim pada wanita Penyakit sifilis terjadi akibat hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan Mencuci alat kelamin dengan antiseptik setelah melakukan hubungan seksual dapat mencegah kehamilan 21,48 11,644 ,042 ,607 21,33 11,462 ,134 ,594 21,44 12,564 -,226 ,637 Pretest skor Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 24 100,0% 0 0,0% Total N Percent 24 100,0% Descriptives Statistic Mean 17,21 Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean skor Std. Error ,381 16,42 18,00 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum 17,23 17,00 3,476 1,865 13 Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis 21 8 3 -,243 ,227 ,472 ,918 Percentiles 5 Weighted Average(Definitio skor n 1) Tukey's Hinges skor 10 13,2 14,50 5 25 Percentiles 50 75 90 95 16,00 17,00 18,75 19,50 20,75 16,00 17,00 18,50 skor Extreme Values Case Number 1 20 2 8 Highest 3 1 4 13 5 23 1 4 2 11 Lowest 3 14 Value 21 20 19 19 19a 13 14 15 4 10 15 5 17 16b a. Only a partial list of cases with the value 19 are shown in the table of upper extremes. b. Only a partial list of cases with the value 16 are shown in the table of lower extremes. Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. skor ,164 24 ,095 a. Lilliefors Significance Correction ,971 24 ,683 Posttest skor Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent 24 100,0% 0 0,0% Total N Percent 24 100,0% Descriptives Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean skor 18,13 Lower Bound Upper Bound Std. Error ,591 16,90 19,35 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum 18,34 18,50 8,375 2,894 11 Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis 21 10 5 -,969 ,161 ,472 ,918 Percentiles 5 Weighted Average(Definition skor 1) Tukey's Hinges skor 10 Percentiles 25 50 75 90 95 11,5 13,50 16,50 18,50 21,00 21,00 21,00 0 17,00 18,50 21,00 skor Extreme Values Case Number 1 1 2 3 Highest 3 5 4 6 5 19 1 15 2 4 Lowest 3 16 Value 21 21 21 21 21a 11 13 14 4 11 14 5 7 15 a. Only a partial list of cases with the value 21 are shown in the table of upper extremes. Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. skor ,233 24 ,002 ,867 24 ,005 a. Lilliefors Significance Correction Pretest-posttest Descriptives Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean pretest 17,21 Lower Bound Upper Bound 16,42 18,00 5% Trimmed Mean Median 17,23 17,00 Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean 3,476 1,865 13 21 8 3 -,243 ,227 18,13 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Std. Error ,381 ,472 ,918 ,591 16,90 19,35 5% Trimmed Mean Median posttest Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range 18,34 18,50 8,375 2,894 11 21 10 5 Skewness Kurtosis -,969 ,161 ,472 ,918 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pretest ,164 24 ,095 ,971 24 ,683 posttest ,233 24 ,002 ,867 24 ,005 a. Lilliefors Significance Correction Uji wilcoxon Ranks N Negative Ranks posttest – Positive Ranks pretest Ties Total a. posttest < pretest b. posttest > pretest c. posttest = pretest Test Statisticsa posttest pretest Z -1,955b Asymp. Sig. (2,051 tailed) a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks. Mean Rank Sum of Ranks 7a 7,57 53,00 13b 4c 24 12,08 157,00