Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan

advertisement
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
KESEHATAN REPRODUKSI DI SMP
ISLAM RUHAMA CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
SEPTIANA
1110104000018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE PROGRAM
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014
Septiana, NIM : 1110104000018
The Effect of Health Education toward the Knowledge Level of Adolescent
about Reproductive Health in SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 pages + 6 figures + 9 tables + 7 appendixes
ABSTRACT
Adolescent requires knowledge about reproductive health begins as they enter
puberty. One of the ways to improve the knowledge of adolescents about
reproductive health is to provide health education to prevent problems related to
reproductive health in adolescents.
This study aims to see the influence of reproduction health education toward
students’ knowledge. The study was implemented at SMP Islam Ruhama Ciputat.
The study sample was 24 students and taken by the convenience sample technique.
The method was a pre-experimental design with one group pre-test post-test design.
Data collecting using a questionnaire research instruments. The data analysis
technique which used is the Wilcoxon test.
The results showed the students' knowledge before they were given the health
education with an average value of 81.9% and 86.3% after they were given the health
education. The results of hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained
significant score P> 0.05 means that there is no significant difference in adolescents
knowledge about reproductive health before and after they were given the health
education. It can be concluded that there is no influence of health education on the
level of knowledge of adolescents.
Researchers suggest the schools hold counseling adolescent reproductive health
programs in collaboration with health workers and train peer educators and peer
counselors to improve the knowledge of adolescents about reproductive health
Keywords : Adolescent, health education, reproductive health
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Septiana, NIM : 1110104000018
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja
tentang Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat
xviii + 75 halaman + 6 gambar + 9 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dimulai saat
mereka memasuki masa pubertas. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan untuk mencegah masalah terkait dengan kesehatan reproduksi pada remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang
kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan siswa. Penelitian ini dilaksanakan
di SMP Islam Ruhama Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 24 orang
dengan teknik convenience sample. Metode yang digunakan adalah Pre experimental
design dengan one group pre-test post-test design. Pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji
Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebelum diberikan
pendidikan kesehatan dengan nilai rata-rata 81.9%. dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan menjadi 86.3%. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan alpha 0.05
didapatkan nilai p>0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan
remaja sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
remaja.
Peneliti menyarankan pihak sekolah mengadakan program konseling
kesehatan reproduksi remaja yang bekerja sama dengan petugas kesehatan dan
melatih pendidik sebaya dan konselor sebaya untuk meningkatkan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi.
Kata kunci : Remaja, pendidikan kesehatan, kesehatan reproduksi
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: SEPTIANA
Tempat, tanggal Lahir
: Cirebon, 10 September 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Pangeran Jakatawa No. 63 Blok III RT 003 RW 007 Desa
Gegesik Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon 45164
No. HP
: +6287829706216
E-mail
: [email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu
Keperawatan
PENDIDIKAN
1. Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Gegesik Kidul
1997-1998
2. Sekolah Dasar Negeri 1 Gegesik Kidul
1998-2004
3. SMP Negeri 1 Gegesik
2004-2007
4. SMA Negeri 1 Gegesik
2007-2010
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010-Sekarang
viii
KATA PENGANTAR
‫السالم عليكن ورحمة هللا وبركاته‬
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMP Islam
Ruhama Ciputat”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta
kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Ibunda Bainah dan Ayahanda Arwata, yang telalu
memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik
tersayang dan seluruh keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan
dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
5. Ibu Mira Suminar, S.Kp, M.Kes. dan Ibu Yenita Agus. M.Kep.
Sp.Mat.PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu
dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi
kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama Ciputat yang telah memberi
persetujuan awal kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP
Islam Ruhama Ciputat
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama kuliah.
8. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Saya di Ilmu Keperawatan 2010 khususnya Cherries (Alif
Nurul, Ratu Ummu Hani, Adis Anggulasi, Devica Kesuma, Laras Ayunda
Pratama, dan Rizkinuary Hidayah) yang selalu ada dalam senang maupun
susah, mendukung dan memberi semangat.
10. Kepada seluruh keluarga PSIK Kakak-Kakak dan Adik-Adik Saya di
Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi
dalam mencapai cita-cita.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini.
x
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khususnya.
‫والسالم عليكن ورحمة هللا وبركاته‬
Ciputat, Juli 2014
Septiana
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................
i
Pernyataan Keaslian Karya ........................................................................
ii
Abstract ......................................................................................................
iii
Abstrak .......................................................................................................
iv
Pernyataan Persetujuan ..............................................................................
v
Lembar Pengesahan ...................................................................................
vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
viii
Kata Pengantar ...........................................................................................
ix
Daftar Isi.....................................................................................................
xii
Daftar Gambar ............................................................................................
xvi
Daftar Tabel ...............................................................................................
xvii
Daftar Lampiran .........................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................
6
D. Tujuan ............................................................................................
7
1. Tujuan Umum ..........................................................................
7
2. Tujuan Khusus .........................................................................
7
E. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
1. Manfaat Teoritis .......................................................................
7
xii
2. Manfaat Praktis ........................................................................
7
F. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan ....................................................................
9
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ............................................
9
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ..................................................
9
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ....................................
10
4. Media Pendidikan Kesehatan ...................................................
14
B. Kesehatan Reproduksi Remaja ......................................................
15
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi............................................
15
2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja ..............................
15
3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja.......
16
4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi ...............................
17
a. Wanita ................................................................................
17
b. Pria .....................................................................................
20
5. Tujuan Kesehatan Reproduksi .................................................
22
6. Cara Memelihara Kesehatan Organ Reproduksi ......................
22
7. Pubertas dan Seksualitas ..........................................................
25
8. Kehamilan ................................................................................
27
a. Tanda tak pasti ...................................................................
27
b. Tanda pasti .........................................................................
27
C. Remaja............................................................................................
28
1. Pengertian Remaja ...................................................................
28
2. Tugas Perkembangan Remaja ..................................................
29
3. Perubahan pada Masa Remaja .................................................
31
4. Karakteristik Seksualitas Remaja.............................................
32
D. Pengetahuan ...................................................................................
33
1. Pengertian Pengetahuan ...........................................................
33
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................
33
xiii
E. Model Kepercayaan Kesehatan ......................................................
37
F. Penelitian Terkait ...........................................................................
39
G. Kerangka Teori...............................................................................
41
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ...........................................................................
42
B. Definisi Operasional.......................................................................
43
C. Hipotesis.........................................................................................
44
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................
45
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .........................................................
46
C. Populasi dan Sampel ......................................................................
46
1. Populasi ....................................................................................
46
2. Sampel ......................................................................................
46
D. Teknik Pengambilan Sampel..........................................................
47
E. Instrumen Penelitian.......................................................................
47
F. Teknik Pengujian Instrumen ..........................................................
49
G. Tahapan Pengambilan Data ...........................................................
51
H. Tahap Pengolahan Data..................................................................
55
I. Teknik Analisa Data.......................................................................
56
1. Analisis Univariat.....................................................................
56
2. Analisis Bivariat .......................................................................
56
J. Etika Penelitian ..............................................................................
57
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat.................................................
58
B. Hasil Analisis Univariat .................................................................
58
xiv
C. Analisis Bivariat .............................................................................
64
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi ....................................................................
67
B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi ....................................................................
69
C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi .....................................
70
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................
72
BAB VII KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................
74
B. Saran ...............................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar .................................
18
Gambar 2.2 Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam ..............................
20
Gambar 2.3 Organ Reproduksi Pria ...........................................................
21
Gambar 2.4 Kerangka Teori .......................................................................
41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................
42
Gambar 4.1 Desain Penelitian ....................................................................
45
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................
43
Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian ......................................................
48
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi .........................................................
59
Tabel 5.2 Daftar Nilai Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan ................................................................................
60
Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa
Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan
Tentang Reproduksi ...................................................................................
61
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan ...............................................................
63
Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan ...............................................................
64
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikn
Pendidikan Kesehatan ................................................................................
65
Tabel 5.7 Distribusi Perbedaan Tingkat Pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan ................................................................................
xvii
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Dokumen Perizinan
Lampiran 2.Lembar Informed Consent
Lampiran 3.Kuesioner Penelitian
Lampiran 4.Hasil Uji Validitas
Lampiran 5.Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 6.Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 7.Hasil Olahan SPSS Bivariat
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun adalah 64 juta atau 27,6% dari
total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Dengan jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus
bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat jasmani, rohani dan mental
spiritual.Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan diantaranya perubahan fisik, psikis,
dan sosial. Berbagai perubahan yang terjadi pada remaja tersebut dapat menimbulkan
permasalahan yang mungkin dapat mengganggu perkembangan remaja di masa depan
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2012).
Hasil analisis Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Depkes dan
Kesejahteraan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa
kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia dewasa ini masih belum seperti yang
diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara ASEAN lainnya.
Indonesia masih tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi, termasuk
kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, 2012).
Masalah kesehatan reproduksi yang memungkinkan dialami oleh remaja
diantaranya yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, penyakit menular
1
2
seksual (PMS), kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses informasi dan
pelayanan kesehatan. Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai
kesehatan reproduksi yang di dalamnya mencakup seksualitas disebabkan karena
masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan
tidak layak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya merasa risih untuk
memberikan penjelasan mengenai masalah reproduksi dan seksualitas kepada
anaknya yang mulai tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja juga cenderung merasa
malu untuk bertanya secara terbuka kepada orang tuanya (BKKBN, 2012).
Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan
terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang
sedang dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut
ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi. Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai
29% sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja lakilaki yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk
pertama kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan
dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan
30,9% sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masingmasing sebanyak 48,6% dan 46,5% (BKKBN, 2012). Penelitian Kesehatan UI tahun
2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (JATABEK) dengan jumlah sampel 3006
(usia <17 – 24 tahun), menunjukkan bahwa 20,9% mengalami kehamilan dan
3
kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum
menikah dan kelahiran setelah menikah.
Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan
reproduksi membuat remaja berusaha untuk mencari akses dan melakukan eksplorasi
sendiri. Remaja sering kali menjadikan media internet, televisi, majalah dan bentuk
media masa lainnya yang dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang
seksualitas dan reproduksi. Oleh karena itu remaja memerlukan informasi tentang
kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja akan memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses reproduksinya
sendiri (BKKBN, 2008).
Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009), program kesehatan seharusnya
lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif).Perubahan perilaku
tersebut berkontribusi 50% untuk menyehatkan masyarakat, sedangkan program
pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yang dilakukan di rumah sakit atau puskesmas
hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat dan khususnya
untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi.
Pendidikan kesehatan tentang reproduksi di Indonesia lebih banyak diberikan
pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) daripada Sekolah Menengah Pertama
(SMP), padahal jumlah siswa SMP lebih banyak daripada jumlah siswa SMA
(Kemenkes, 2010). Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah
mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja ataupun
tidak. Dikarenakan pada tahap ini remaja berada pada periode mencari identitas,
menyebabkan remaja masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
4
tubuhnya baik itu perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Mereka mulai
mengembangkan pikiran-pikiran baru dan mulai mencari tahu atas perubahanperubahan yang terjadi dalam diri mereka. Oleh karena itu, masa yang paling tepat
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi adalah pada masa remaja awal.
Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan pentingnya pendidikan kesehatan
reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun.
Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan mempersiapkan mereka untuk
mengambil
keputusan
yang
lebih
bertanggung
jawab
terhadap
kesehatan
reproduksinya.
Salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi adalah melalui pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan akan
mempunyai efek yang baik apabila dalam prosesnya menggunakan metode maupun
media yang baik. Salah satu metode pendidikan kesehatan adalah ceramah Tanya
jawab.Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan
sekelompok pendengar, metode ini baik untuk sarana yang berpendidikan tinggi
maupun berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh
Purwono (2009) pada siswa SMPN 34 Semarang menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan menggunakan metode ceramah efektif terhadap peningkatan pengetahuan
remaja tentang stress.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
11 orang siswa 8 orang siswa memiliki sikap positif terhadap seksual pranikah
sebagai akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi didukung dengan pendapat mereka tentang aktivitas pacaran, 3 orang
5
lainnya mengaku belum pernah berpacaran. Rata-rata dari mereka sudah mengetahui
akibat dari perilaku seks sering berganti pasangan yaitu diantaranya adalah terkena
penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan siswa tentang reproduksi manusia sebagian mereka
dapatkan dari pelajaran biologi tetapi belum pernah ada kegiatan pendidikan
kesehatan yang diadakan secara khusus tentang kesehatan reproduksidi sekolah ini
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi pada siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012)
masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi ditunjukan
dengan remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur baru mencapai 29%
sedangka remaja laki-laki sebesar 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki
yang mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama
kali masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5%. Remaja perempuan dan remaja
laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai teman pernah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah masing-masing mencapai 34,7% dan 30,9%
sedangkan remaja perempuan dan laki-laki usia 20-24 tahun yang mengaku
mempunyai teman pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah masingmasing sebanyak 48,6% dan 46,5%.
Hal-hal tersebut diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja seperti yang
6
disarankan oleh Badan kesehatan dunia (WHO, 2009) menekankan bahwa pentingnya
pendidikan kesehatan reproduksi kepada kelompok remaja muda, yaitu kelompok
usia 10 hingga 14 tahun. Usia ini adalah masa emas untuk membentuk dan
mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab
terhadap kesehatan reproduksinya.
Dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Pertama Islam Ruhama Ciputat.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatandi SMP Islam Ruhama
Ciputat
2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi sesudah diberikan pendidikan kesehatan di SMP Islam Ruhama
Ciputat
3. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat
7
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi
tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
kesehatan
reproduksi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam
Ruhama Ciputat.
b. Mengidentifikasi
tingkat
pengetahuan
remaja
tentang
kesehatan
reproduksi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Islam
Ruhama Ciputat
c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama
Ciputat
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk promosi
kesehatan pada remaja dalam rangka mencegah masalah kesehatan
reproduksi pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi pendidikan keperawatan
8
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan
dalam keperawatan dan keperawatan maternitas yang berguna dalam
mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi
kesehatan.
b. Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi perawat untuk
menjalankan fungsinya sebagai health educator dan health counselor
dalam strategi promosi kesehatan reproduksi pada remaja dalam
mencegah masalah kesehatan reproduksi.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evidence base
practice dalam upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi pada
remaja.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, yaitu tentang
kesehatan reproduksi remaja. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat,
dengan menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan desain one group
pre-test dan post-test design.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa
Charter, 1986 dikutip oleh Notoatmodjo 2010). Pendidikan kesehatan adalah
upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga dapat melakukan seperti yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan (Fitriani, 2011).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu
(Mubarak, 2009):
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masayarakat.
9
10
Sedangkan tujuan utama pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No.23 tahun 1992 adalah meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik secara fisik,
mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial
(BKKBN, 2012).
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ada beberapa dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan, antara lain
(Fitriani, 2011):
1) Dimensi Sasaran
a) Individu
Metode yang dapat dilakukan adalah:
-
Bimbingan dan konseling
Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidian kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi
juga mau dan bersedia melakukan anjuran yang berhubungan
dengan kesehatan (Maulana, 2009)
-
Wawancara
Wawancara
adalah
bagian
dari
bimbingan
dan
penyuluhan.Menggali informasi mengapa individu tidak atau
belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau
tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan
11
apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan
penyuluhan yang lebih mendalam (Fitriani, 2011).
b) Kelompok
Metode yang bisa digunakan untuk kelompok kecil diantaranya:
-
Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara tukar
pikiran antara dua orang atau lebih dalam suatu kelompok yang
dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.
-
Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)
Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada prinsipnya
sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya adalah untuk
menghimpun
gagasan,
pendapat,
informasi,
pengetahuan,
pengalaman, dari setiap peserta.
-
Bermain peran
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu
pertunjukkan di dalam kelas pertemuan,
-
Kelompok yang membahas tentang desas-desus
Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu
permasalahan yang sama atau berbeda antara kelompok satu
dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok
tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok
mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.
12
-
Simulasi
Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk mengembangkan
keterampilan peserta belajar. Metode ini merupakan gabungan dari
role play dan diskusi kelompok.
c) Masyarakat luas
Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya:
-
Seminar
Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu
presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic
yang dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di
masyarakat (Fitriani, 2011).
-
Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan
menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah siswa,
yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah, 2000 dalam
Simamora, 2009).
2) Dimensi Tempat Pelaksanaan
a) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid
b) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau di tempat pelayanan
kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan juga keluarga pasien
c) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan
13
3) Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel dan Clark ada lima tingkat pencegahan yang dapat
dilakukan melalui pendidikan kesehatan, yaitu:
a) Peningkatan kesehatan
Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, konsultasi perkawinan,
pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya.
b) Perlindungan umum dan khusus
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan
dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus atau
umum
kepada
perlindungan
seseorang
tersebut
atau
seperti
masyarakat.Bentuk
imunisasi
dan
higiene
perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan
kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lainlain.
c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap
kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan
untuk
mendeteksi
memeriksakan
penyakitnya.
penyakit
kesehatan
bahkan
dirinya
enggan
dan
untuk
mengobatai
14
d) Pembatasan kecacatan
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya
dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan.Oleh
karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap
ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi
lanjutan,
pencegahan
komplikasi,
perbaikan
fasilitas
kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.
e) Rehabilitasi
Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah
sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.Karena
kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya
rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihanlatihan tersebut (Mubarak, 2009).
4. Media Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media
sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara lain, 1) harus bisa
meningkatkan motivasi subyek untuk belajar, 2) merangsang pembelajaran
mengingat apa yang sudah dipelajari, 3) mengaktifkan subyek belajar dalam
memberikan tanggapan/umpan balik, 4) mendorong pembelajar untuk
melakukan praktek-praktek yang benar (Boore, 1997, dalam Era,
2003).sedangkan alat bantu yang digunakan antara lain alat bantu lihat
15
(visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan lihat (audio
visual) serta alat bantu dengan media tulis seperti poster, leaflet, booklet,
lembar balik, flipchart (notoatmodjo, 2010).
B. Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan pemikiran kesehatan
reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga
bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010).
Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki
oleh remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial
(BKKBN, 2008).
16
3. Dasar Pengetahuan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja
Menurut Depkes RI (2008) dasar pengetahuan kesehatan reproduksi yang
perlu diketahui oleh remaja yaitu:
1) Pengetahuan tentang perubahan fisik, kejiwaan dan kematangan
seksual. Misalnya informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang
alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Bekal pemahaman seks
sebagai kebutuhan manusia secara biologis dan perlunya serta
bagaimana menyalurkan dan mengendalikan naluri seksual menjadi
kegiatan yang positif seperti olahraga atau hobi yang bermanfaat.
Sementara penyaluran berupa hubungan seksual hanya untuk
melanjutkan keturunan yaitu dengan cara menikah terlebih dahulu.
3) Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan remaja perempuan,
serta kewaspadaan terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja
juga
memerlukan
pembekalan
tentang
kiat
untuk
mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam
menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual diluar nikah dan penggunaan NAPZA
4) Persiapan pranikah. Informasi ini diperlukan agar calon pengantin
lebih siap secara mental dan emocional dalam memasuki kehidupan
berkeluarga
5) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya. Remaja perlu
mendapat informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja
17
laki-laki dan remaja perempuan dalam memasuki kehidupan
berkeluarga di masa depan.
4. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi
Perlu dipahami oleh remaja bahwa pria dan wanita memiliki organ
reproduksi yang berbeda, baik dalam hal struktur atau fungsinya. Alat
reproduksi pria terdiri dari testis dan penis, sedangkan pada wanita terdiri
dari ovarium, uterus, dan vagina. Berikut adalah penjelasan fungsi dari
tiap organ reproduksi yang dapat dijelaskan kepada remaja (Bobak, dkk.,
2005).
a. Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar
dan organ reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae,
glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.
2) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak
yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari
mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya
(labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina).
3) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan
anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan
ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu. Berfungsi
18
dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan
seksual.
4) Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk
menyusui.
Gambar 2.1 Organ reproduksi wanita bagian luar
Organ reproduksi bagian dalam:
1) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan
berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa
perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian
tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih
saja.
19
2) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya
berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan
organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita
berhubungan seksual atau setelah melahirkan.
3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot
melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini)
menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas
seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan
jalan lahir.
4) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer,
bagian
bawahnya
mengecil
dan
berakhir
sebagai
leher
rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai
tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah
dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.
5) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan
uterus, sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.
6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini
berjumlah 2 buah.
20
Gambar 2.2 Organ reproduksi wanita bagian dalam
b. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria
bagian luar dan alat kelamin pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang
berubah ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis
berisi pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian
tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan
sperma yang di sebut uretra.
21
2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat,
terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan
ditumbuhi rambut pubis.
Gambar 2.3 Organ reproduksi pria
Organ reproduksi bagian dalam:
1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari
saluran
kecil-kecil
membentuk
anyaman,
sebagai
tempat
pembentukan sel spermatozoa.
2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel
spermatozoa, berjumlah 2 buah.
3) Kelenjar
prostat,
yaitu
merupakan
sebuah
kelenjar
yang
menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel
spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.
22
4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan
cairan untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama
cairan tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang
disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.
5. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Remaja memerlukan tempat yang aman untuk memeriksakan diri
atau konsultasi dengan petugas dan orang-orang yang tepat untuk
membahas mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja. Adapun
tujuan kesehatan reproduksi remaja menurut Soetjiningsih (2004) yaitu:
1) Menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak
dikehendaki
2) Menurunkan penularan infeksi menular seksual/HIV-AIDS
3) Memberikan informasi kontrasepsi (untuk pasca keguguran)
4) Konseling untuk mengambil keputusan
Bila pelayanan reproduksi esensial tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, maka langkah-langkah tersebut sangat baik untuk mengatasi
masalah remaja seperti yang diuraikan diatas.
6. Cara memelihara kesehatan organ reproduksi
Memelihara organ reproduksi wanita:
1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil
atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan
ke belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap
23
sebelum menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan
lembab maka jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.
2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang
mudah menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana
dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan
membuat suasana lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.
3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang
mengalir. Karena kemungkinan air yang berada di tempat
penampungan mengandung bakteri dan jamur.
4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat
menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami
keputihan saja.
5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut
dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah
pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah
yang tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya
kuman.
6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara
rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina.
Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik
dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.
Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.
7) Cukur rambut kemaluan secara berkala.
24
8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan
teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Memelihara organ reproduksi pria:
1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan
berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali
sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat
dan daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak
yang bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat,
dan lain-lain.
2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap
pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada
bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga
tidak baik untuk dicukur habis.
3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah
buang air.
4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan
kotoran pada lipatan luar penis.
5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup
sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan
rontgen. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang
merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman
25
mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan
sebagainya.
6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat
berada pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah
menggunakan pakaian yang ketat yang berbahan panas kurang
ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang meningkatkan suhu alat
kelamin seperti memangku laptop di paha dekat alat kelamin
(poltekkes negeri Jakarta, 2010).
7. Pubertas dan Seksualitas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana
seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan
sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi(soetjiningsih,
2004). Anak perempuan biasanya memasuki pubertas dua sampai dua
setengah tahun lebih awal dibandingkan laki-laki yaitu sekitar usia
delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak laki-laki, begitu pubertas
dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama setelah anak
perempuan berhenti.Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa laki-laki
lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan (buku ajar
keperawatan maternitas).
-
Ciri primer
26
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi.Menstruasi
pertama disebut menarche.Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah
ovulasi yaitu saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.
Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama
yaitu testosterone.Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu
dengan mengalami mimpi basah.Mimpi basah merupakan peristiwa
alami keluarnya cairan dari organ reproduksinya.
-
Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu (BKKBN, 2008):
1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat
kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada
bagian wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
4. Betis memanjang
27
5. Pinggul menyempit
Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai padausia 13-14 tahun dan
anak perempuan pada usia 11-12 tahun.Batasan umur ini tidak mutlak
tergantung beberapa faktor antaralain gizi, kesehatan, lingkungan
keluarga, dll.
8. Kehamilan
Kehamilan diawali dengan fertilisasi.Implantasi (penempelan embrio di
uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi.Kehamilan pada manusia
berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus menstruasi
terakhir (Manuaba, 2009).
Tanda-tanda kehamilan menurut Manuaba (2009) yaitu,
a. Tanda tak pasti
-
Terlambat haid
-
Perubahan pada payudara (membesar dan tegang)
-
Ngidam
-
Mual dan muntah
-
Sering kencing
-
Pigmentasi kulit
-
Konstipasi atau obstipasi
b. Tanda pasti
-
Adanya gerakan janin dalam rahim
-
Denyut jantung janin
28
-
Pemeriksaan dengan USG untuk melihat janin
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama.Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang
berakhir
dengan
pembukaan
serviks
sempurna.Tahap
kedua
adalah
pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi keluar
dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena merupakan
salah satu faktor penting dalam kehamilan.Umur ibu yang masih terlalu muda
(remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena alat reproduksinya masih
terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil lebih dari 40 juga termasuk
dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan pada umur 40 tahun fungsi organ
reproduksi sudah mengalami penurunan sehingga dikhawatirkan kehamilan
dapat mengancam kondisi fisik ibu sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia
terlalu dini atau terlalu tua (BKKBN, 2008).
C.
Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek
fungsional.Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early
adolescene (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16
29
tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Klierman
& Jenson, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI,
2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa muda.
WHO memberikan definisi tentang batasan remaja secara konseptual
yang terdiri dari tiga kriteriayaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.
Sehingga dalam definisi tersebut remaja adalah suatu masa dimana: individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ini mencapai kematangan seksual; individu
mengalami perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa; terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002 dalam Iriani
2006).
2. Tugas Perkembangan Remaja
Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja
sebelum menjadi individu dewasa sebelum menjadi individu dewasa yang
matang. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari: (1) menerima citra tubuh,
(2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sstem nilai personal, (4)
membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri/bebas dari
30
orang tua, (6) mengembangkan mengambil keputusan, (7) mengembangkan
identitas seorang yang dewasa (Bobak, dkk., 2005).
Periode masa remaja dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap
menengah dan tahap akhir. Semakin tinggi tahap perkembangannya, semakin
besar kesiapan untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain
(Bobak, dkk., 2005).
a. Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang
dirinya. Mereka belum mampu mengaitkan perilaku mereka dengan
konsekuensi perilaku tersebut.
b. Remaja tahap menengah (usia 15-16 tahun)
Remaja tahap menengah bergumul antara perasaan bergantung versus
perasaan
mandiri
karena
kawan-kawan
sebaya
menggantikan
kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menengah belajar dan
menerima informasi, tetapi tidak mampu menerima informasi tersebut
dalam kehidupan mereka. Sering kali mereka melakukan trial dan
error tanpa memperhitungkan konsekuensinya.
c. Remaja tahap akhir (usia 17-20 tahun)
Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan lebih baik dan
dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak ke dalam
hidupnya.
31
Salah satu tugas penting remaja adalah mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan berkenaan
dengan aktivitas seksual (Bobak, dkk., 2005).
3. Perubahan Pada Masa Remaja
Menurut Kusmiran (2011) perubahan-perubahan yang terjadi pada
remaja dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif
dan dimensi moral.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri ataupun mimpi basah pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan. Pubertas menjadikan
seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.
b. Dimensi Kognitif
Menurut teori Piaget, kemampuan kognitif remaja termasuk dalam tahap
formal operasional, dimana tingkah laku yang ditampilkan oleh remaja
adalah rasa kritis dimana segala hal harus rasional dan jelas, sehingga
remaja sering mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya,
rasa ingin tahu yang merangsang adanya kebutuhan atau kegelisahan akan
sesuatu yang harus dipecahkan, dan jalan pikiran egosentris yang
berkaitan dengan penentangan terhadap atau pola pikir orang lain yang
32
tidak sejalan dengan pola pikir diri sendiri. Disamping itu terdapat pula
imagery audience, keadaan dimana remaja merasa merasa selalu menjadi
pusat perhatian orang lain serta personal fables, yaitu remaja merasa
dirinya unik dan berbeda dengan orang lain. Hal ini menyebabkan
kecenderungan terbentuknya konsep diri yang terpengaruh dari luar.
c. Dimensi moral
Masa remaja adalah saat dimana seseorang mulai bertanya tentang
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang sering terjadi dan
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,
perang, keadaan social, dan sebaginya. Secara kritis remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanam kepadanya.
4. Karakteristik Seksualitas Remaja
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang
berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu.Seksualitas
ialah
interaksi
faktor-faktor
biologis,
pskologis
personal,
dan
lingkungan.Fungsi biologis mengacu pada kemampua individu untuk member
dan menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri
seksual psikologis mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang
seksualitas, seperti citra diri, identifikasi sebagai pria atau wanita dan
33
pembelajaran peran;peran maskulin dan feminin. Nilai-nilai aturan sosiobudaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan dunia
bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain (Bobak,
dkk., 2005).
Seiring dengan pertumbuhan remaja kearah kematangan seksual yang
sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan
seksualnya.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah
dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua
insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan
(Mutadin, 2002 dalam Sudibio, 2009).
D.
Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan ini
terjadi melalui
penginderaan
manusia,
yaitu
indera
penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Menurut taksonomi Bloom dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan
mencakup 6 tingkatan dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya
dapat mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
34
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat
menyebutkan, menuraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami,
artinya
kemampuan
untuk
menjelaskan
dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, member contoh dan menyimpulkan.
c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat
menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, metode dalam situasi
nyata.
d. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke
dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur
objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan,
membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi
perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisologi.
e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau
kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada.
Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan,
merencanakan, dan menyesuaikan atau rumusan yang telah ada.
35
f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan criteria yang telah ada
atau disusun sendiri.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) dikutip oleh Azwar (2009) pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal:
Faktor internal :
a. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadapa sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diinginkan.
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan.
Oleh
sebab
itu
pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi pada masa lalu.
36
c. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau
mengingat suatu pegetahuan akan berkurang.
Faktor eksternal :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan
yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan.Sedangkan
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) mendefinisikan bahwa
pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan
status ekonomi lebih baik mudah tercukupi disbanding dengan
keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
37
c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang.Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberika landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah
tetapi jika ia mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai media
maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal
positif atau hal negatif tergantung dari lingkungannya. Di dalam
lingkungan inilah seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan
mempengaruhi cara berfikirnya.
E. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Menurut Resentrock (1977 dalam Maulana, 2009) model ini dekat dengan
pendidikan kesehatan.Model ini merupakan salah satu model pertama yang
dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan ke arah kesehatan
yang positif.Health belief model sebagai suatu pendekatan pendidikan kesehatan
yang berdasarkan pada kepercayaan dan persepsi yang dimiliki seseorang
berhubungan dengan kerentanannya terhadap penyakit dan merupakan model
38
kognitif, yang digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan
(Bensley, 2008).
Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Resentrock (dalam Maulana,
2009) yaitu:
a. Ancaman berupa persepsi individu tentang kerentanan diri terhadap
penyakit (atau kesediaan menerima diagnosis penyakit) dan persepsi
tentang keparahan penyakit atau kondisi kesehatannya
b. Harapan berupa persepsi tentang keuntungan dari suatu tindakan, persepsi
tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan tertentu
c. Pencetus tindakan yaitu media, pengaruh orang lain, dan hal-hal yang
mengingatkan (reminders)
d. Faktor-faktor sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin, suku
bangsa)
e. Penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan
tindakan tertentu)
Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap
individu.Keputusan untuk mengambil tindakan sebagai upaya untuk
penanggulangan penyakit itu tergantung pada persepsi individu tentang
keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan
untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang
kemampuan diri
sendiri.Untuk
menguatkan
keputusan bertindak,
diperlukan faktor pencetus (media, ajakan orang yang dikenal, atau ada
yang mengingatkan) (Maulana, 2009).
39
F. Penelitian Terkait
Fransisca Iriani, M. Nasfiannoor, dan Nina Yuana Tendi (2006) dengan
penelitiannya yang berjudul perbedaan sikap terhadap hubungan seks pranikah
antara remaja yang diberikan penyuluhan dan yang tidak diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja menerangkan bahwa adanya perbedaan antara
kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok satu lebih tidak menyetujui
hubungan seks pranikah dibandingkan dengan kelompok yang kedua.
Kesmpulannya adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan dari sikap terhadap
hubungan seks pranikah antara remaja yang diberi penyuluhan dan yag tidak
diberi penyuluhan.
Dalam penelitian Rachma Wardani (2010) yang berjudul pengaruh
penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
perempuan.Penelitian tersebut menggunakan 61 siswi sebagai sampel 30 orang
sebagi kelompok kontrol dan 31 orang sampel sebagai kelompok perlakuan.
Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi antara yang dilakukan penyuluhan dan yang tidak
dilakukan penyuluhan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ardin Prima Massolo, Muh. Ikhsan, dan
Rahma (2011) dengan judul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap
pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi
didapatkan hasil nilai kelompok ekserimen pre test 27,60 dan nilai post test 35,00
dengan nilai p < 0.05, sedangkan nilai kelompok kontrol pre test 33,40 dan nilai
post test 26,00 nilai p>0.05. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap
40
pengetahuan siswa SMAN 1 Masohi
penyuluhan
kesehatan
reproduksi
tentang seksual pranikah. Pemberian
memberikan
pengetahuan dan sikap remaja tentang seks pranikah.
peningkatan
terhadap
41
G. Kerangka Teori
Remaja
Biologi
Kognitif
Sosial
Persepsi individu
 Kelemahan
terhadap penyakit
yang dirasakan
 Keseriusan
terhadap penyakit
yang dirasakan
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:







Pendidikan
Minat
Pengalaman
Usia
Ekonomi
Informasi
Lingkungan
Pengetahuan tentang
kesehatan
reproduksi
Pendidikan Kesehatan
Metode
- Konseling
- Wawancara
- Ceramah
- Seminar
- Diskusi kelompok
- Bermain peran
- Mengungkapkan pendapat
- Simulasi
- dll
Media
- Leaflet
- Booklet
- Poster
- Video
- Power Point
- dll
Bagan 2.4 Kerangka Teori modifikasi dari Notoatmodjo (1993) dan Health Belief
Model Rosenstock 1974( dalam Maulana, 2009)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
A.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah bagian dari penelitian yang menyajikan
konsep atau teori, pembuatan kerangka konsep ini mengacu pada masalahmasalah yang akan diteliti atau berhubungan dengan penelitian dan dibuat
dalam diagram (Alimul, 2007). Berdasarkan kerangka teori, maka disusun
kerangka konsep mengenai pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebagai
berikut:
Input
Pengetahuan remaja
tentang kesehatan
reproduksi
Output
Intervensi
Pendidikan
kesehatan
Perbedaan tingkat
pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
42
43
B.
No
1.
2.
.
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Pengetahuan siswa Tingkat pengetahuan siswa mengenai
tentang kesehatan kesehatan reproduksi:
reproduksi
 Definisi kesehatan reproduksi
 Organ reproduksi
 Pubertas
 Kehamilan
 Seksualitas
 Cara merawat kesehatan reproduksi
 Penyakit menular seksual
Pendidikan
Penyampaian materi pendidikan
kesehatan
kesehatan tentang kesehatan
reproduksi remaja dengan metode
ceramah selama 60 menit
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Responden akan
diberikan
pertanyaan melalui
kuesioner
berjumlah 21
pertanyaan
Kuesioner B
Jika benar
bernilai 1
Jika salah
bernilai 0
Nilai
minimal= 0,
nilai
maksimal= 21
Rasio
-
-
-
-
44
C.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan (Setiadi, 2007). Berdasarkan kerangka konsep yang
telah dibuat, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.
Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan
metode Pre experimental design dengan one group pre-test post-test design
karena tidak dilakukan random assignment terhadap subjek penelitian.Random
assignment merupakan pemilihan secara acak peserta penelitian yang akan
ditempatkan pada kelompok yang berbeda, seperti kelompok eksperimental dan
kelompok kontrol (Louis, 2010).
Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan seperti
pada gambar 4.1. (Arikunto, 2006)
O1-------------------------------------X----------------------------------O2
pretest
Pendidikan
kesehatan
reproduksi
posttest
Gambar 4.1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner.
X
: memberikan tindakan berupa pendidikan kesehatan.
O2 : mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner
kembali.
45
46
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Ruhama Ciputat yang beralamat di Jl.
Tarumanegara no. 67 Cireundeu – Ciputat Timur. Penelitian ini dilaksanakan
pada 3 Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk kedalam
kelompok remaja awal yaitu siswa kelas VII dan kelas VIII.
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut:
a. Siswa kelas VIII
b. Bersedia menjadi responden dibuktikan dengan penandatanganan
lembar informed consent
c. Mengikuti acara pendidikan kesehatan baik pretest dan posttest
Kriteria eksklusi:
a. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
b. Tidak hadir saat penelitian
47
c. Tidak mengikuti acara pendidikan kesehatan secara keseluruhan (tidak
ikut posttest)
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diambil menggunakan teknik convenience sample adalah
metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti bila penarikan sampel
secara acak tidak dapat dilakukan. Alasan peneliti menggunakan convience
sample adalah dikarenakan pihak sekolah hanya memberikan ijin peneliti untuk
mengambil sampel pada satu kelas saja. Sampel diperoleh dengan memilih para
peserta yang telah tersedia di kelas VIII 4 berjumlah 30 orang akan tetapi karena
6 orang tidak hadir pada saat pendidikan kesehatan dilaksanakan maka responden
yang dapat diambil adalah sebanyak 24 orang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner yang dipakaiterdiri dari:
1.
Kuesioner A berisi pertanyaan tentang data demografi responden.
2.
Kuesioner B berisi 21 pertanyaan terkait pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner B disusun
berdasarkan materi yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Kemudian
jawaban dari para siswa akan diberikan bobot nilai. Nilai-nilainya adalah
48
berdasarkan total skor jawaban benar yang diperoleh. Setiap jawaban benar
dari Kuesioner B diberi nilai 1, dan jika jawaban salah diberi nilai 0
Tabel 4.1 Uraian kuesioner penelitian
Variabel
Data
Demografi
(Kuesioner
A)
Pengetahuan
tentang
kesehatan
reproduksi
Parameter
Nama, umur,
kelas, jenis
kelamin,
sumber
pengetahuan.
- Definisi
kesehatan
reproduksi
- Fungsi organ
reproduksi
- Tanda
pubertas
- Kehamilan
- Penyakit
menular
seksual
- Pendidikan
Kespro
- Cara menjaga
kesehata
organ
reproduksi
- Seks
pranikah
Jumlah
Pertanyaan
6
Nomor
Pertanyaan
1,2,3,4,5,6
1
1
2
2, 5
5
3, 4, 8, 11,
12
7, 13, 14,
15, 16, 17
6
1
21
1
19
3
6, 9, 20
1
10
49
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen
dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang
seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment,
kemudian diuji menggunakan uji t dan kemudian lihat penafsiran dari indeks
korelasinya (Hidayat, 2008).
Rumus Pearson Product Moment:
=
(
√[
) (
(
Keterangan:
: koefisisen korelasi
i
: jumlah skor item
i
: jumlah skor total (item)
n
: jumlah responden
Rumus uji t:
=
√(
√(
)
)
)] [
)(
)
(
]
50
Keterangan:
t
: nilai
r
: koefisien korelasi hasil
n
: jumlah responden
Untuk tabel tα= 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung >
t tabel maka dinyatakan valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t
tabel maka dinyatakan tidak valid.
Reliabilitas
instrument
adalah
suatu
kesamaan
hasil
apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang
berbeda. (Ary dkk., 1997 dalam Setiadi, 2007).
Uji reabilitas dapat menggunakan rumus Spearmen Brown metode ini
menggunakan satu instrumen kemudian dibagi menjadi dua sama banyak,
bagian yang pertama memuat skor dari unsur-unsur pokok bernomor ganjil
dan bagian yang kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor
genap (Hidayat, 2008).
Rumus Spearamen Brown:
Keterangan:
koefisien reliabilitas internal seluruh item
51
Apabila
r tabel berarti reliable dan apabila
r tabel maka
tidak reliabel. Pada penelitian ini uji coba instrumen dilakukan pada tanggal
22 Mei 2014 uji coba dilakukan pada 31 orang siswa kelas VII 1 di SMP
Islam Ruhama Ciputat. Hasil uji validitas kuesioner menunjukkan 9
pertanyaan yang valid dengan nilai reliabilitas 0.699. Karena jumlah
pertanyaan banyak yang tidak valid maka dilakukan uji valid yang kedua
dengan hasil 12 pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0.623 sehingga
didapatkan jumlah item soal dari kuesioner untuk penelitian ini berjumlah 21
soal.
G. Tahapan Pengambilan Data
1.
Prosedur administrasi
a.
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari pihak SMP
Islam Ruhama Ciputat.
b.
Melakukan sosialisasi penelitian kepada kepala SMP Islam Ruhama
Ciputat beserta jajarannya yang kemudian dibuat kesepakatan untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMP Islam
Ruhama Ciputat.
c.
Meminta calon responden agar bersedia menjadi responden penelitian
setelah dijelaskan tujuan, manfaat, prosedur penelitian serta hak dan
kewajiban selama menjadi responden. Responden yang sudah bersedia
kemudian diminta untuk menandatangani surat persetujuan untuk
menjadi responden.
52
2.
Persiapan intervensi
Sebelum melakukan intervensi peneliti menentukan topik tentang
kesehatan reproduksi dengan sasaran siswa kelas VIII 4 SMP Islam Ruhama
Ciputat.Kegiatan pendidikan kesehatan akan dilaksanakan pada Juni 2014
selama 60 menit. Tujuan isntruksional umum dari kegiatan pendidikan
kesehatan ini adalah setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa
diharapkan mengetahui tentang kesehatan reproduksi.
Materi yang akan diberikan yaitu meliputi pengertian kesehatan
reproduksi, organ reproduksi dan fungsinya, cara menjaga kesehatan
reproduksi, tanda pubertas, faktor yang mendorong hasrat seksual,
kehamilan, akibat seks pranikah, cara mengendalikan dorongan seksual,
serta macam penyakit menular seksual.
Metode yang digunakan adalah ceramah, lalu peserta mengisi
kuesioner dan diadakan tanya jawab. Media yang dipakai adalah power
point.Setelah itu peneliti menyusun pengorganisasian yang terdiri dari
penyaji yaitu peneliti sendiri, sebagai moderator adalah Ratu Ummu Hani
dan sebagai fasilitator yaitu Rizkinuary Hidayah.Uraian tugasnya adalah
penyaji bertugas untuk menyampaikan materi penyuluhan, moderator untuk
mengarahkan jalannya acara penyuluhan, fasilitator membantu mengarahkan
peserta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk dan mengikuti acara
pendidikan kesehatan dengan baik.
53
3. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan, perkenalan, menjelaskan
tujuan dari kegiatan pendidikan kesehatan, menyebutkan pokok materi yang
akan disampaikan serta menyampaikan berapa lama kegiatan ini akan
dilaksanakan.Dilakukan selama 10 menit.Kemudian membagikan kuesioner
pertama sebagai pretestpeserta diberikan waktu menjawab pertanyaan selama
15 menit.Kemudian berlanjut dengan kegiatan inti yaitu penyampaian materi
oleh penyaji. Penyaji melakukan observasi pengetahuan siswa dengan cara
menggali sejauh mana pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi
setelah itu menyampaikan apa itu pengertian dari kesehatan reproduksi, organorgan reproduksi berikut dengan fungsinya, bagaimana cara menjaga
kesehatan organ reproduksi, lalu menjelaskan tanda pubertas, faktor yang
mendorong remaja melakukan hubungan seks pranikah, menjelaskan tentang
proses kehamilan dan aborsi, cara untuk mengendalikan dorongan seksual,
serta menjelaskan macam-macam penyakit menular seksual.
Setelah penyampaian materi selesai moderator membuka sesi tanya jawab
selama 5 menit, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
materi pendidikan kesehatan reproduksi yang masih kurang dipahami. Setelah
itu berlanjut pada sesi evaluasi dilakukan selama 10 menit dengan cara
penyaji menanyakan kembali kepada para siswa tentang materi yang baru saja
diberikan dan juga memberikan reinforcement kepada peserta yang berhasil
menjawab dengan benar.
54
Kemudian diakhiri dengan kegiatan penutup, moderator menjelaskan
kesimpulan dari kegiatan pendidikan kesehatan yang telah berlangsung,
mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup.
Setelah kegiatan selesai peserta diberikan waktu istirahat 10 menit kemudian
dilanjutkan dengan memberikan kuesioner sebagai posttest peserta diberikan
waktu untuk menjawab pertanyaan selama 15 menit.
Peneliti menentukan kriteria evaluasi dari kegiatan pendidikan kesehatan ini
yang terdiri dari evaluasi struktur memastikan bahwa peserta hadir tepat
waktu saat penyuluhan, penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VIII 4 SMP
Islam Ruhama Ciputat. Sedangkan untuk evaluasi proses yaitu melihat apakah
peserta antusias mengikuti jalannya kegiatan pendidikan kesehatan ini.
Apakah peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
baik, kemudian untuk evaluasi hasil adalah diharapkan setelah dilakukannya
kegiatan pendidikan kesehatan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh penyaji selama
kegiatan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi berlangsung.
55
H. Tahap Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data, yaitu: (Setiadi, 2007)
a. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data.
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
dengan cara member tanda atau kode berbentuk angka pada setiap
jawaban.
c. Sorting
Sorting adalah memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang
dikehendaki.
d. Entry data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan
kedalam table dengan cara manual atau melalui computer.
e. Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah masuk dengan benar
atau belum.
f. Mengeluarkan informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
56
I. Teknik analisa data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang
dikumpulkan, yaitu pengetahuan dan sikap secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
2. Analisi Bivariat
Tujuan analisis bivariat ini adalah diagnosis data dan uji hipotesis dua
variabel.Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di
SMP Islam Ruhama Ciputat.Teknik yang digunakan untuk menganalisa data
dalam penelitian ini menggunakan analisis inferensial dengan uji hipotesis
komparatif numerik berpasangan karena skala yang digunakan pada penelitian
ini adalah skala interval dan data yang dihasilkan yaitu dua data dari satu
kelompok yang sama untuk variabel yang sama. Oleh karena itu berdasarkan
hipotesisnya maka uji yang digunakan adalah uji t berpasangan.Uji t
berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel untuk satu
grup sampel tunggal. Kriteria data untuk uji t sampel berpasangan:
a. Data untuk tiap pasangan yang diuji dalam skala interval atau rasio
b. Data berdistribusi normal
c. Nilai variannya dapat berupa sama ataupun tidak
57
Bila sebaran data tidak normal atau syarat uji t tidak terpenuhi maka
uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2011).
J. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat
perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian. Berikut adalah
beberapa prinsip etik yang digunakan peneliti selama penelitian ini
berlangsung:
a. Prinsip manfaat
Segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat
untuk
kepentingan
manusia.Prinsip
ini
ditegakkan
dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk eksploitasi.
b. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus
dihormati.Manusia berhak untuk menentukan pilihan antara bersedia
atau tidak untuk diikutsertakan sebagai subjek penelitian.
c. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti
dengan menghargai hak dan menjaga privasi manusia.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP Islam Ruhama Ciputat
SMP Islam Ruhama didirikan pada tahun 1987 dengan SK Pendirian
Nomor: 490/L02/E.88 tertanggal 5 Juli 1988 berada dibawah naungan
Yayasan Prof.DR. Zakiah Daradjat, yang bertujuan untuk dapat menciptakan
generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam ilmu yang
digelutinya serta berakhlakul kharima. Dalam proses perjalanannya, SMP
Islam Ruhama telah meluluskan 21 angkatan dan telah tiga kali diakreditasi
ulang dengan status terakreditasi dalam kelompok A.
B. Hasil Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden berdasarkan Data Demografi
Data demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, informasi tentang
kesehatan reproduksi dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi
yang didapat, tercantum dalam tabel di bawah ini.
58
59
Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden
No
Item Pertanyaan
1
Jenis kelamin
2
3
4
Umur
Pernah mendapat
informasi tentang
kesehatan
reproduksi
Sumber informasi
tentang kesehatan
reproduksi
Jawaban
Perempuan
Laki-laki
13 tahun
14 tahun
15 tahun
Pernah
Tidak pernah
TV/Radio
Petugas
kesehatan
Orang tua
Saudara
Koran/Majalah
Teman
Guru
Lain-lain
Jumlah
Siswa
6
16
3
18
3
12
12
%
25
75
12.5
75
12.5
50
50
3
5
1
0
0
0
2
1
12.5
20.8
4.1
0
0
0
8.3
4.1
N
24
24
24
12
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 24 orang responden mayoritas
responden adalah laki-laki sebanyak 75% (16 orang) sedangkan
perempuan 25% (6 orang). Umur responden berkisar antara 13 sampai 15
tahun. 3 orang berumur 13 tahun, 18 orang berumur 14 tahun, dan 3 orang
berumur 15 tahun. Responden yang pernah mendapatkan informasi
tentang kesehatan reproduksi sebanyak 12 orang, sumber informasinya
berasal dari TV/radio, petugas kesehatan, orang tua, guru dan lain-lain.
Sedangkan responden yang belum pernah mendapatkan informasi tentang
pendidikan kesehatan berjumlah 12 orang.
60
2. Deskripsi
Pengetahuan
Siswa
Sebelum
dan
Sesudah
Diberikan
Pendidikan Kesehatan tentang Reproduksi Remaja
Tabel 5.2 Daftar nilai pengetahuan siswa sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan
No. Responden
Nilai Pretest (%)
Nilai Posttest (%)
1
90.4
100
2
80.9
85.7
3
61.9
61.9
4
61.9
61.9
5
76.1
100
6
85.7
100
7
80.9
71.4
8
95.2
90.5
9
80.9
76.1
10
71.4
90.4
11
66.6
66.6
12
85.7
95.2
13
90.4
85.7
14
71.4
85.7
15
80.9
52.3
16
76.1
66.6
17
76.1
85.7
18
80.9
85.7
19
80.9
100
20
100
100
21
85.7
100
22
85.7
95.2
23
90.4
85.7
24
90.4
90.4
61
Dari table di atas dapat diketahui pengetahuan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan yaitu:
Kurang : 0%
Cukup: 12.5%
Baik: 87.5%
Sesudah diberikan pendidikan kesehatan:
Kurang: 4%
Cukup: 16.6%
Baik: 79.1%
Perbedaan tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang reproduksi remaja dapat dilihat
dari tabel dibawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah
Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Reproduki
Sebelum
N
Min
Mean
Max
SD
Median
95%
CI
24
13
17.21
21
1.865
17.00
16.42
18.00
Nilai
Total
Kuesioner
21
Sesudah
24
11
18.13
21
2.894
18.50
16.90
19.35
Dari analisis didapatkan hasil rata-rata nilai pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.2
(81.9%), nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21, dengan nilai total 21 jika
responden dapat menjawab semua pertanyaan. Nilai median 17.00 dengan standar
62
deviasi 1.865. hasil 95% confidence interval (CI) dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi remaja antara 16.42
sampai 18.00.
Kemudian setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan, hasil
analisis nilai rata-rata yang didapat adalah 18.13 (86.3%) dengan nilai terendah 11
dan nilai tertinggi adalah 21. Nilai median 18.50 dengan standart deviasi (SD)
2.894. standart deviasi menggambarkan sebaran nilai-nilai sampel, semakin kecil
nilai standar deviasi maka semakin mendekati nilai rata-ratanya yang berarti data
tersebut semakin bagus dari sebelumnya. Hasil 95% Confidence Interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini pengetahuan siswa tentang kesehatan
reproduksi antara 16.90 sampai dengan 19.35. Data tersebut menggambarkan
bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan siswa setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja.
63
3. Deskripsi pengetahuan siswa setiap item pertanyaan sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan
Tabel dibawah ini akan menjelaskan tingkat pengetahuan siswa
tentang kesehatan reproduksi.
Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Item Pertanyaan
Pengertian
kesehatan
reproduksi
Organ reproduksi
Pubertas
Kehamilan
Seksualitas
Cara merawat
kesehatan
reproduksi
Penyakit Menular
Seksual
Benar
Salah
Total Poin
Keseluruhan
Pertanyaan Per Item
Poin
24
%
100
Poin
0
0
%
24
19
58
121
91
57
39.5
76
84
75.5
75
29
18
23
29
19
60.5
24
16
24.5
25
48
76
144
120
76
19
79
5
21
24
Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, pertanyaan yang paling
banyak tidak diketahui oleh siswa adalah tentang organ reproduksi
sebanyak 60.5%, sedangkan yang paling banyak diketahui adalah
pengertian
dari
mengetahuinya.
kesehatan
reproduksi
itu
sendiri
100%
siswa
64
Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan
No
Item Pertanyaan
Benar
1.
Pengertian
Poin
24
2.
3.
Organ reproduksi
Pubertas
41
59
4.
Kehamilan
125
5.
6.
Seksualitas
Pencegahan dan cara merawat
kesehatan reproduksi
107
62
7.
Penyakit Menular Seksual
23
Salah
Total Poin
Keseluruhan
Pertanyaan
Per Item
%
10
0
85
77.
7
86.
9
89
81.
5
Poin
0
%
0
7
17
15
22.
3
13.
1
11
18.
5
48
76
95.
8
1
4.2
24
19
113
14
24
144
120
76
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan siswa
tentang organ reproduksi mengalami kenaikan dari 60.5% menjadi
85%.Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikannya
pendidikan kesehatan.
C. Analisis Bivariat
1. Uji Normalitas
Normalitas hasil pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dapat dilihat pada
tabel 5.6
65
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan
Kesehatan
Statistic
.971
Sebelum
Df
24
Sig.
.683
Statistic
.867
Sesudah
Df
24
Sig.
.005
Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena uji ini lebih
tepat jika digunakan untuk menguji normalitas pada sampel yang kurang
dari 50 (ayuningtyas, 2012). Berdasarkan hasil uji normalitas di atas maka
dapat disimpulkan bahwa data setelah diberikan intervensi berdistribusi
tidak normal karena p = 0.05 sedangkan data sebelum diberikan intervensi
berdistribusi normal p > 0.05. kesimpulannya bahwa penelitian ini tidak
dapat
menggunakan
uji
analisis
t
test
berpasangan
melainkan
menggunakan uji Wilcoxon yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji
Wilcoxon digunakan apabila syarat uji t berpasangan tidak terpenuhi.
2. Perbedaan pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum dan
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dari hasil analisis data perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan uji
Wilcoxon two tail. One tail dipakai apabila peneliti sudah mengetahui arah
hipotesis, apakah pengaruhnya baik atau buruk, positif atau negatif,
sedangkan two tail digunakan apabila peneliti belum mengetahui arah
hipotesis tersebut. Penelitian ini menggunakan two tail karena peneliti
merumuskan hipotesis “terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam
Ruhama Ciputat”.
66
Hasil analisis perbedaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan
dapat dilihat pada tabel 5.7
Z
Tabel 5.7 Distribusi
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
Sebelum – Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan
-1.955b
Asymp. Sig. (2-tailed)
.051
Nilai alpha pada penelitian ini adalah 0.05.dari data pada table
diatas menunjukkan nilai A symp. Sig 0.051 >α 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan.
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi. Hasil
penelitian ini akan dibandingkan dengan teori yang telah ada, penelitian sebelumnya
dan kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian.
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berasal dari kelas VIII 4
yang diharapkan berasal dari kisaran umur yang sama. Tetapi ada beberapa responden
yang berusia lebih dari 14 tahun dikarenakan mereka mulai bersekolah pada usia
yang lebih tua dibandingkan dengan teman sekelasnya.
A. Pengetahuan Sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi
Nilai rata-rata pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 17.21 atau 81.9% dari
jumlah total nilai tertinggi. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa siswa
mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
67
68
Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan yang lain tinggal
menerimanya melainkan pengetahuan itu sebagai suatu pembentukan yang
terus menerus oleh seorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
pemahaman-pemahaman baru.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi yang paling banyak tidak diketahui responden adalah
pengetahuan tentang organ reproduksi dan pengetahuan yang paling
banyak diketahui oleh siswa adalah cara untuk menjaga kesehatan
reproduksi.
Seperti yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka bahwa
pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dalam
hal ini pengetahuan siswa yang baik tentang kesehatan reproduksi mereka
dapatkan melalui pendidikan formal yaitu pada saat belajar biologi tentang
reproduksi manusia. Faktor lainnya yang mungkin juga berperan dalam
pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
adalah paparan
informasi baik itu yang berasal dari media masa, dari orang tua ataupun
dari petugas kesehatan.
Hasil penelitian dari pengetahuan siswa sebelum mendapatkan
pendidikan kesehatan pada siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat
ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Benita (2012)
yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan sebesar 36.4% dengan kategori kurang
dan belum pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi
69
sebelumnya, 42.7% berada dalam kategori sedang pernah mendapat
informasi dari media massa saja atau dari konseling dengan guru saja, dan
21% pada kategori baik yang telah mendapatkan informasi baik dari
media massa, internet, maupun konseling dengan guru.
B. Pengetahuan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Kesehatan Reproduksi
Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah diberikan
pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 18.13 atau 86.3% dari total
jumlah nilai tertinggi. Nilai yang didapat setelah pemberian pendidikan
kesehatan lebih besar dari nilai sebelum diberikan intervensi pendidikan
kesehatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi. Namun hasil yang
didapatkan tidak memberikan perbedaan nilai yang terlalu signifikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Buzarudima (2013) bahwa
terdapat perubahan nilai yang sangat signifikan antara sebelum dilakukan
intervensi pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu
sebesar 19,5% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang baik,
70.2% memiliki tingkat pengetahuan tidak baik dan 10.3% memiliki
pengetahuan yang cukup dengan nilai rata-rata 29.6 sedangkan nilai
tengah setelah diberikan intervensi yaitu 66.67 yang berarti responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup baik. Yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya yaitu nilai awal tingkat pengetahuan
responden itu sendiri yang sudah masuk dalam kategori baik sehingga
70
setelah dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan hasilnya adalah tetap
dengan kategori baik hanya saja nilai rata-rata yang mengalami sedikit
peningkatan yaitu dari 81.8% menjadi 86.3%.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap baiknya pengetahuan
siswa tentang kesehatan reproduksi adalah dari segi faktor pendidikan itu
sendiri mereka mendapatkan informasi tentang reproduksi manusia pada
saat guru menyampaikan pelajaran biologi serta 50% dari jumlah
responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi mengenai
kesehatan reproduksi itu sendiri dari berbagai sumber. Menurut Tana
(2004) dalam Nurfitrianie (2008) berbagai faktor yang memungkinkan
dapat berpengaruh pada pendidikan kesehatan adalah pemberi materi,
media penyuluhan, serta sasaran yang akan diberikan intervensi. Sejalan
dengan teori pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) bahwa pendidikan
formal dan informasi mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
C. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata
pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi pada saat pretest adalah
17.21 dengan standar deviasi 1.865. pada saat posttest didapat rata-rata
pengetahuan siswa 18.13 dengan standar deviasi 2.894. dari uraian
tersebut kita bisa mendapat informasi perbedaan nilai mean antara pretest
dan posttest adalah 0.92. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai Asymp. Sig.
= 0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α (alpha) sebesar 0.05. Dengan
71
demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
Dalam penelitian Istichomah (2004) yang berjudul pengaruh
pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan
tekanan darah pada ibu hamil di Puskesmas Pundong Bantul didapatkan
hasil bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi
kehamilan terhadap terpeliharanya tekanan darah ibu hamil.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Buzarudina (2013) yang
berjudul efektivitas penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap
tingkat pengetahuan siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur. Hasil
penelitiannya dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai Sig.
sebesar 0.000 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara skor sebelum penyuluhan dengan skor setelah
penyuluhan. Kesimpulannya adalah penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi remaja efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden
mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa tidak adanya
perbedaan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja,
sejalan dengan uji statistik. Dalam hal ini pemberi materi kesehatan
reproduksi adalah orang yang belum pernah mereka kenal dengan baik,
sehingga dapat mempengaruhi tidak adanya perbedaan pengaruh
pendidikan kesehatan. Pendapat ini didasarkan pada Ludlow (2000) dalam
72
Nurfitrianie (2008), yang menyatakan bahwa keberhasilan dalam
menyampaikan suatu informasi ditentukan oleh sifat dan mutu informasi
yang diterima dan dalam hal ini ditentukan oleh sifat dan mutu dari
informasi yang disampaikan oleh peneliti kepada siswa. Faktor lain yang
mungkin juga mempengaruhi hasil penelitian ini adalah persepsi, motivasi
dan pengalaman yang menurut Notoatmodjo (2010) adalah faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti
sendiri, belum ada kuesioner baku yang dapat digunakan sebagai
instrument pengukur tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi
2. Pelaksanaan intervensi pendidikan kesehatan
Tempat dilaksanakannya pendidikan kesehatan adalah di dalam
ruangan kelas dengan jendela terbuka sehingga suara dari luar kelas
dapat terdengar dari dalam. Waktu penelitian bertepatan dengan waktu
sebelum jam istirahat sehingga pada saat beberapa menit sebelum
waktu istirahat siswa sudah tidak kondusif yang mengganggu proses
penyampaian informasi dari pemberi materi.
73
3. Pengisisan kuesioner
Pada saat mengisi kuesioner responden seringkali bertanya pada teman
sebangkunya walaupun sudah diperingatkan agar respronden mengisi
kuesioner itu sendiri
BAB VII
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan
pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 13 dan nilai tertinggi 21
dengan nilai rata-rata 17.21 atau sekitar 81.9%. responden memiliki
pengetahuan yang baik
2.
Pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan memiliki nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 21
dengan rata-rata 18.13 atau sekitar 86.3%
3.
Hasil uji statistik diperoleh nilai Asymp. Sig 0.051 > α 0.05 maka Ho
diterima disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dikarenakan nilai rata-rata antara sebelum dan sesudah intervensi hanya naik
4.4%
B. Saran
1.
Bagi sekolah
Bagi SMP Islam Ruhama Ciputat diharapkan dapat membuat suatu program
konseling kesehatan reproduksi remaja seperti yang sudah dicanangkan oleh
pemerintah melalui BKKBN. Program tersebut akan membantu siswa
memperoleh informasi yang benar dan tepat mengenai kesehatan reproduksi
khusus pada saat remaja
74
75
2.
Bagi pelayanan kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan khususnya puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan tigkat awal diharapkan agar lebih meningkatkan program
promoasi
kesehatan
khususnya
mengenai
remaja
dan
segala
permasalahannya. Puskesmas dapat bekerja sama dengan pihak sekolah
dalam menjalankan program promosi kesehatan ini.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
a.
Diharapkan lebih memperhatikan faktor yang dapat mengganggu
pelaksanaan pendidikan kesehatan
b.
Disarankan untuk melakukan observasi dengan cermat saat melakukan
studi pendahuluan untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan
siswa tentang kesehatan reproduksi agar lebih tepat sasaran pada saat
memberikan materi yaitu sesuai dengan kebutuhan mereka yang belum
pernah mereka dapatkan dalam pendidikan formal
c.
Perlu adanya penelitian yang mnghubungkan antara
pengaruh
pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi terhadap sikap
siswa tentang masalah kesehatan reproduksi remaja serta bagaimana
perilaku mereka dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.
d.
Perlu diperhatikan jenis kuesioner yang dipakai akan lebih baik jika
pertanyaan yang diberikan bersifat terbuka sehingga dapat diketahui
dengan jelas tingkat pengetahuan siswa yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba
Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2008. Kurikulum dan
Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR), cetakan kedua. Jakarta: Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Survei Demografidan
Kesehatan Indonesia.Jakarta :Kementerian Kesehatan
Behrman, R.E., Kliegman, R.M, Jenson, H.B., 2004. Adolescence.In : Nelson
Textbook of Pediatrics, 17thed. Philadelphia: Saunders.
Benita, Nydia Rena. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji [laporan
hasil karya tulis ilmiah].Semarang :Universitas Diponegoro
Bobak, Irene M., et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Buzarudina, Frisa. 2013. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja
Terdadap Tingkat Pengetahuan Siswa SMAN 6 Kecamatan Pontianak Timur.
Pontianak: Universitas Tanjungpura
Dahlan, M Sopiyudin. 2011. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pendekatan dan Penanganan pada
Remaja Beresiko Tinggi. Diperoleh dari :
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=107
0&.Itemid=2 Diaksespada 15 Desember 2013
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
Edukasi(KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta
Komunikasi,Informasi,
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hashman, Ade. 2009. Kenapa Rosulullah Saw. Tidak Pernah Sakit?Meneladani
Pola Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Hikmah
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data.Jakarta: Salemba Medika
Iriani Fransisca, dkk. 2006. Jurnal psikologi vol. 4 Perbedaan Sikap Terhadap
Hubungan Seks Pranikah Antara Remaja Yang Diberikan Penyuluhan Dan
Yang Tidak Diberikan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja.
Universitas Tarumanagara Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2010-2014. Jakarta
Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Louis. 2010. Psikologi Eksperimen. Artikel tersedia: http://www.infoskripsi.com
[akses: 11 Januari 2014]
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan,
dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC
Maulana, H. (2009), Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC
Massolo, Ardin Prima.,dkk. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Terhadap
Pengetahuan
dan
Sikap
Remaja
Tentang
Seksual
Pranikah.Universitas Hasanuddin Makassar
Mubarak, Wahit I, dkk. 2009. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmodjo, Sukidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho Taufan, 2010, Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya, Nuha.
Medika,Yogyakarta
Purwanto, Andi. 2009. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang Stres Melalui Ceramah Pada Remaja di SMP 34
Semarang
Setiadi. 2007. Konsepdan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Simamora, Raymond H. 2009, Buku Ajar
Pendidikan dalam
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Keperawatan,
Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto.
Jakarta.
Sudibio.2009. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan
Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009.Medan: Universitas Sumatera Utara
Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika; 2010
Wardani, Rachma. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan SMP Muhammadiyah 7
Surakarta.UniversitasSebelasMaret Surakarta
World Health Organization.Promoting adolescent sexual and reproductive health
throurh schools in low income contries: an information brief. 2009. [cited
2013
Desember
03].
Available
from:
http://whqlibdoc.who.int/hq/2009/WHO_FCH_CAH_ADH_09.03_eng.pdf
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Kesehatan Reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat”
Saya adalah mahasiswi semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan
sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
reproduksi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Saya berharap jawaban yang Anda berikan adalah berdasarkan pengetahuan Anda
sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas
Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lainnya.
Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih
untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda
bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan
di bawah ini.
Ciputat,
Peneliti
(Septiana)
Peserta
(
)
Juni 2014
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang
tersedia.
2. Isilah kuesioner ini sesuai dengan pendapat Anda.
3. Dimohon untuk tidak berdiskusi dengan teman selama mengisi kuesioner ini.
4. Jika ada pertanyaan, silahkan bertanya kepada peneliti.
-
Nama
:
Kelas
:
Umur
:
Jenis Kelamin
Selamat Mengerjakan
-
:
Pendidikan Orang Tua: Tidak sekolah
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
DIII/Perguruan Tinggi
Pernah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi
Pernah
Tidak pernah
Informasi mengenai kesehatan reproduksi diperoleh dari
TV/radio
Koran/majalah
Petugas kesehatan
Teman
Orang tua
Guru
Saudara kandung
Lain-lain
No
Pertanyaan
1.
Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi adalah
pengertian dari kesehatan reproduksi
2.
Vagina adalah organ reproduksi wanita yang digunakan untuk
senggama
3.
Tanda utama kematangan alat reproduksi perempuan adalah terjadinya
menstruasi pertama
4.
Mimpi basah merupakan tanda utama kematangan alat reproduksi
pada perempuan
5.
Hormone reproduksi pada laki-laki adalah testosterone
6.
Cara membersihkan saluran kemih dan saluran pencernaan (anus)
yang benar adalah membilas dengan air bersih dari arah depan ke
belakang
7.
Telat haid selama 2 minggu, merasa mual adalah tanda kehamilan
subjektif (anggapan sendiri)
8.
Keinginan seksual muncul karena hormon-hormon seksual pada
remaja sudah mulai berfungsi
9.
Cara mengalihkan dorongan seksual pada remaja agar tidak
terjerumus hal negatif salah satunya dengan melakukan kegiatan
positif seperti olahraga,mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
10. Seks pranikah adalah hubungan seks yang dilakukan sebelum
menikah
11. Meningkatnya dorongan seksual adalah penyebab remaja melakukan
hubungan seks pranikah.
12. Remaja yang sedang mengalami pubertas cenderung ingin mencoba
hal-hal baru yang beresiko menyebabkan efek negative dikemudian
hari seperti unsure pornografi
13. Kehamilan pada usia remaja termasuk tidak disarankan karena organ
reproduksi masih belum matang
Benar
Salah
14. Usia perempuan yang baik untuk hamil adalah 16-40 tahun
15. Kehamilan akan terjadi bila sel sperma bertemu dengan sel telur
16. Cara mencegah kehamilan yang benar adalah tidak melakukan
hubungan seksual
17. Terlambat mens bukan merupakan tanda pasti kehamilan
18. Mencoba hal-hal yang berhubungan dengan unsur pornografi akan
mencetuskan perilaku seksual yang tidak bertanggungjawab
19. Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja sebaiknya diberikan pada
remaja sejak SMP
20. Pria perlu melakukan sunat untuk mencegah infeksi yang disebabkan
oleh penumpukan kotoran pada ujung kulit penis
21. Penyakit menular seksual adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui hubungan kelamin
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN
Topik
: Kesehatan Reproduksi Remaja
Sasaran
: Siswa kelas VIII SMP Islam Ruhama Ciputat
Tempat
: SMP Islam Ruhama Ciputat
Hari/Tanggal : Juni 2014
Waktu
: 60 menit
I. Tujuan Instruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan siswa diharapkan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian dan cara memelihara kesehatan organ-organ
reproduksi
2. Menyebutkan organ reproduksi dan fungsi organ reproduksi
3. Menyebutkan tanda-tanda pubertas
4. Mengetahui faktor yang mendorong seksual pranikah
5. Menyebutkan akibat yang dapat ditimbulkan oleh seks pranikah
6. Mengetahui cara mengendalikan dorongan seks
7. Mengetahui macam-macam penyakit menular seksual
III. Materi
1. Pengertian kesehatan reproduksi
2. Organ reproduksi dan fungsinya
3. Cara menjaga kesehatan reproduksi
4. Tanda-tanda pubertas
5. Faktor yang mendorong seks pranikah
6. Kehamilan
7. Akibat seks pranikah
8. Cara mengendalikan dorongan seksual
9. Macam-macam penyakit menular seksual
1
IV. Metode
1) Ceramah
2) Mengisi kuesioner
3) Tanya jawab
V. Media
1. Power point
VI. Pengorganisasian
Penyaji
: Septiana
Moderator
: Ratu Ummu Hani
Fasilitator
: Rizkinuary Hidayah
Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji
: Menyampaikan materi penyuluhan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk mengisi kuesioner
sesuai petunjuk dan mengikuti acara pendidikan kesehatan
dengan baik
VII. Kegiatan Penyuluhan
NO
WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN PESERTA
1
10 menit
Mendengarkan
Pembukaan
a) membuka
kegiatan
dengan pembukaan
mengucapkan salam
yang
disampaikan
b) Memperkenalkan diri
moderator.
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan
materi
yang
akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2
oleh
2
30 menit
Pelaksanaan
Mendengarkan
Penyampaian materi oleh pemateri:
memberikan
a) Menggali
pengetahuan
peserta balik
tehadap
dan
umpan
materi
tentang kesehatan reproduksi dan yang disampaikan.
memberikan lembar kuesioner.
b) Menjelaskan
tentang
pengertian
kesehatan reproduksi
c) Menjelaskan
tentang
organ
reproduksi fungsinya
d) Menjelaskan cara menjaga kesehatan
organ reproduksi
e) Menjelaskan tanda-tanda pubertas
f)
Menjelaskan tentang tanda pubertas
g) Menjelaskan tentang faktor yang
mendorong seks pranikah
h) Menjelaskan proses kehamilan dan
aborsi
i)
Menjelaskan
cara
mengendalikan
dorongan seksual
j)
Menjelaskan
macam-macam
penyakit menular seksual
3
5 menit
Tanya jawab
Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
4
10
Evaluasi
Menjawab pertanyaan
menit
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
memberikan
reinforcement
kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan
3
5
5 menit
Penutup
Mendengarkan dengan
a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
pendidikan kesehatan
salam
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup
VIII. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang kelas VII SMP Islam
Ruhama Ciputat
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 90% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus.
4
LAMPIRAAN MATERI
KESEHATAN REPRODUKSI
a. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta
proses-prosesnya.
kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menikmati
perilaku seksual dan reproduksi sejalan dengan etika sosial dan personal;
kebebasan dari rasa takut, rasa malu, rasa bersalah, prasangka dan faktor
psikologis lainnya yang menghambat respon seksual dan menghalangi relasi
dengan sesama; kebebasan dan kelainan organic, penyakit, maupun definisi
yang berhubungan dengan fungsi reproduksi
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
b. Organ Reproduksi dan Fungsinya
Organ reproduksi wanita:
1) Vulva disusun oleh jaringan lemak, disebut juga Mons pubis. Pada bagian
bawah dari mons pubis terdapat suatu lipatan yang berjumlah sepasang
yang disebut dengan labia mayora (bibir besar). Setelah puber labia
mayora akan ditumbuhi rambut. Pada bagian lebih dalam dari labia
mayora terdapat pula lipatan yang kedua berjumlah sepasang yang disebut
dengan labia minora (bibir kecil). Kedua lipatan ini berfungsi untuk
melindungi vagina. Saluran yang langsung berhubungan dengan vulva
adalah uretra dan vagina.
2) Klitoris Klitoris banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf
perasa. Hal ini yang membuat klitoris sangat sensitif terhadap rangsangan
dan bisa mengalami ereksi. Klitoris merupakan penonjolan kecil yang
sangat peka (homolog dengan penis pada pria). Di bawah klitoris terdapat
uretra, yakni muara saluran kencing. Kemudian, di bawah klitoris juga
5
terdapat bagian yang mengelilingi tepi ujung vagina. Bagian yang
dimaksud yakni selaput dara atau hymen. Hymen berselaput mukosa dan
mengandung banyak pembuluh darah.
3) Perineum merupakan jaringan yang terletak diantara vagina dan anus.
4) Kelenjar susu, kelenjar ini bukan bagian dari sistem reproduksi, tetapi
sangat penting dalam reproduksi mamalia.
5) Uterus (rahim) merupakan suatu rongga pertemuan dari dua saluran tuba
fallopii bagian kiri dan kanan. Uterus mempunyai beberapa lapisan
penyusun, yakni lapisan terluar (perimetrium), lapisan tengah yang berotot
(miometrium), dan selaput rahim/lapisan terdalam (endometrium). Lapisan
endometrium mengandung banyak pembuluh darah dan lendir. Ketika
terjadi ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi ketika
menstruasi lapisan endometrium akan meluruh. Fungsi uterus adalah
sebagai tempat menempelnya janin.
6) Serviks (leher uterus) Serviks merupakan uterus bagian bawah yang
membuka ke arah vagina. Serviks biasanya merupakan penghalang yang
baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan selama masa
ovulasi (pelepasan sel telur). pada saat ovulasi kelenjar penghasil lendir di
serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2 – 3 hari.
6
Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk ke
tuba fallopii untuk membuahi sel telur. Oleh karena itu, hubungan seksual
yang dilakukan dalam waktu 1 -2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan
kehamilan.
7) Tuba falopii, berjumlah sepasang berfungsi menyalurkan sel telur dari
ovarium menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk
pembuahan dan perkembangan sel telur sebelum pembuahan.
8) Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim. Sepasang ovarium ini
secara bergantian memiliki tugas memproduksi telur setiap bulan.
Umumnya sel telur diproduksi setiap 28 hari. Pada saat folikel telur
tumbuh, ovarium menghasilkan hormon estrogen, dan setelah ovulasi
menghasilkan hormon progesteron.
Organ reproduksi pria:
1) Penis, yaitu alat kelamin pada pria yang juga berfungsi sebagai organ
eksternal untuk urinisasi. Terdiri dari badan dan batang penis, badan organ
penis ini yang masuk ke vagina selama berhubungan seksual. Penis dapat
7
mengalami ereksi. Ereksi yaitu penegangan dan pengembangan penis
karena terisinya saluran penis oleh darah. Apabila rangsangan ini terus
menerus terjadi, sperma akan keluar melalui uretra. Keadaan ini disebut
ejakulasi.
2) Skrotum disebut juga kantong pelir, yaitu organ yang tampak dari luar
berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang
mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
3) Testis, yaitu merupakan isi skrotum berfungsi untuk menghasilkan sperma dan
memproduksi hormone. Salah satu hormone yang dihasilkan adalah hormone
testosterone yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan seks sekunder.
4) Epididimis, yaitu saluran yang menghubungkan antara testis dengan vas deferens.
Dalam epididimis sperma yang dihasilkan di dalam testis akan ditampung untuk
beberapa saat, kurang lebih 2 minggu sampai menjadi sperma menjadi matang.
5) Vas deferens, saluran untuk mengangkut sperma ke vesikula seminalis
(kantung sperma). Epididimis dan vas deferens merupakan salah satu
kantung cadangan yang menyimpan sel sperma sementara waktu dan
tempat pendewasan sel sperma sebelum dikeluarkan. Setelah dari vas
deferens, mani yang terbentuk akan dialirkan ke duktus ejakulatoris.
6) Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan
luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem
kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Pada pria, uretra
8
berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air
mani.
7) Vesika seminalis, adalah saluran yang terletak di atas dan bawah kandung kemih.
Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari
vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan
fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma.
8) Kelenjar prostat tersusun melingkar, terletak pada bagian atas uretra dan di
bagian bawah kantong kemih yang merupakan pertemuan antara uretra
dengan vas deferens.
d)
Cara Memelihara Organ Reproduksi
Memelihara organ reproduksi wanita:
1) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil atau
buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke
belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap sebelum
menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka
jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.
2) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah
menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang
terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana
lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.
3) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir.
Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan
mengandung bakteri dan jamur.
4) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat
menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami
keputihan saja.
5) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut dan
kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut
sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang tertampung
pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.
6) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin
karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu
9
sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang
selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatalgatal di area organ intim.
7) Cukur rambut kemaluan secara berkala.
8) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan
teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Memelihara organ reproduksi pria:
1) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan berbahan
menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali sehari. Celana
dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan daki, serta
lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa
mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain.
2) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap pendek
agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri baik
yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik untuk
dicukur habis.
3) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air.
4) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan
kotoran pada lipatan luar penis.
5) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup
sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen.
Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak kesehatan
alat reproduksi seperti minum minuman mengandung alkohol, merokok,
menggunakan narkoba, dan sebagainya.
6) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada
pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian
yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan
yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha
dekat alat kelamin.
10
e)
Pubertas dan Seksualitas
Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan, dimana seorang
individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang
memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Anak perempuan biasanya
memasuki pubertas dua sampai dua setengah tahun lebih awal dibandingkan
laki-laki yaitu sekitar usia delapan sampai tiga belas tahun. Bagi anak lakilaki, begitu pubertas dimulai mereka terus tumbuh dan berkembang lama
setelah anak perempuan berhenti. Itulah sebabnya kebanyakan orang dewasa
laki-laki lebih tinggi dari kebanyakan orang dewasa perempuan.
-
Ciri primer
Pubertas pada perempuan ditandai dengan menstruasi. Menstruasi pertama
disebut menarche. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari setelah ovulasi yaitu
saat lapisan endometrium terlepas dari uterus.
Pubertas pada laki-laki yaitu ketika organ reproduksinya mulai mampu
memproduksi androgen (hormone seks laki-laki) hormone yang utama
yaitu testosterone. Tanda remaja laki-laki yang sudah pubertas yaitu
dengan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa alami
keluarnya cairan dari organ reproduksinya.
-
Ciri sekunder
Remaja perempuan yang mengalami pubertas yaitu:
1. Sel-sel lemak didistribusikan ke seluruh tubuh
2. Payudara mulai menonjol
3. Pinggul, paha, pantat mulai membesar
4. Rambut halus mulai tumbuh di area ketiak dan sekitar alat kelamin
5. Muka cenderung tumbuh jerawat
6. Kulit menjadi lebih halus karena distribusi lemak
Remaja laki-laki yang mengalami pubertas yaitu:
1. Penis, testis, dan skrotum mulai membesar
2. Rambut tumbuh pada ketiak, sekitar alat kelamin, dan pada bagian
wajah tertentu
3. Suara memberat, tumbuh jakun
4. Betis memanjang
11
5. Pinggul menyempit
Masa puber anak laki-laki biasanya dimulai pada usia 13-14 tahun dan anak
perempuan pada usia 11-12 tahun. Batasan umur ini tidak mutlak tergantung
beberapa faktor antara lain gizi, kesehatan, lingkungan keluarga, dll.
f)
Kehamilan
Kehamilan diawali dengan fertilisasi. Implantasi (penempelan embrio
di uterus) terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Kehamilan pada
manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari permulaan siklus
menstruasi terakhir.
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama. Tahap pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang
berakhir dengan pembukaan serviks sempurna. Tahap kedua adalah
pengeluaran bayi. Tahap akhir adalah keluarnya plasenta setelah bayi
keluar dengan sempurna.
Umur yang baik untuk hamil adalah antara 16-40 tahun karena
merupakan salah satu faktor penting dalam kehamilan. Umur ibu yang
masih terlalu muda (remaja) dianggap beresiko dalam kehamilan karena
alat reproduksinya masih terlalu muda. Sedangkan jika umur ibu hamil
lebih dari 40 juga termasuk dalam kelompok resiko tinggi dikarenakan
pada umur 40 tahun fungsi organ reproduksi sudah mengalami penurunan
sehingga dikhawatirkan kehamilan dapat mengancam kondisi fisik ibu
sehingga tidak dianjurkan hamil pada usia terlalu dini atau terlalu tua.
g)
Seksual pranikah
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku
seksual maupun orientasi seksual.
Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan.
Penyebab terjadinya seks pranikah:
1) Pengaruh teman sebaya
Teman adalah bagian dari komunitas sosial yang turut membentuk
perkembangan pribadi seseorang, setelah
komunitas dan keluarga.
12
Proses pembentukan tersebut terjadi melalui proses yang sangat
alamiah, yakni interaksi antarindividu dalam komunitas soasialnya
yang di dalamnya terdapat komunikasi.
2) Krisis kasih sayang orang tua
Cinta dan rasa hormat atas dasar timbal balik antara orang tua dan anak
merupakan kunci terbaik dalam menghadapi seluruh pengaruh negatif.
3) Kurangnya pedoman orang tua
Sikap, keteladanan serta perilaku orang tua adalah hal yang sangat
berpengaruh terhadap anak. Hal penting yang perlu diperhatikan bagi
orang tua adalah memberikan informasi seluas-luasnya terhadap anak,
dengan catatan, membimbing mereka dalam menerima segala akses
informasi yang masuk dan menyertakan berbagai dampak yang timbul
dari beberapa informasi tersebut.
4) Pengaruh media masa
Tayangan-tayangan yang didalamnya pesan-pesan pornografi dapat
mempengaruhi kondisi seksual seseorang, yakni aktifnya hormon
melatonin, yaitu hormon yang berasal dari kelenjar pineal di otak.yaitu
kelenjar yang dapat memicu pubertas dan mempengaruhi siklus
reproduksi dan kondisi seksual seseorang.
5) Cinta adalah seks = pacaran yang kebablasan
Seks pranikah banyak dilakukan oleh orang yang berpacaran. Mereka
sering berasumsi bahwa cinta sama dengan seks.
h)
Akibat yang Ditimbulkan dari Seksual Pranikah
1) Hamil yang tidak dikehendaki
Merupakan akibat dari perilaku sesual remaja. Anggapan-anggapan yang
keliru seperti: melakukan hubungan seks pertama kali, atau hubungan
seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila
hubungan seks dilakukan sebelum dan sesudah menstruasi, atau bila
13
menggunakan teknik senggama terputus, kehamilan tidak akan terjadi
adalah pencetus semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak
dikehendaki.
2) Kemungkinan pengguguran kandungan (aborsi) yang sebenarnya
mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan yang melakukan aborsi
3) Putus sekolah
4) Penyakit menular seksual (PMS) – HIV/AIDS
Seringkali remaja melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Kebiasaan
berganti-ganti
pasangan
dan
melakukan
anal
seks
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular HIV/PMS, seperti
sivilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS.
5) Psikologis
Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan adalah korban utama dalam
masalah ini. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami
remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan
depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan
marah baik pada diri sendiri ataupun kepada pasangan, dan kepada nasib
membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang
berhubungan dengan system, fungsi, dan proses reproduksi remaja tidak
terpenuhi.
6) Persepsi masyarakat yang negatif terhadap remaja yang hamil sebelum
menikah
i)
Cara Mencegah Seks Pranikah
1) Pelihara pertumbuhan psikoseksual yang normal sejak kecil.
2) Tumbuhkan identitas sendiri yang benar untuk masing-masing jenis
kelamin.
14
3) Tanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma susila, moral dan ajaran
agama, agar kelak tumbuh kemampuan mengendalikan diri dalam
menghadapi rangsangan seksual.
4) Hindari kontak dengan benda-benda pornografi.
5) Bila berpacaran jangan biarkan tenggelam dalam rangsangan seks yang
menggoda
6) Bila berpacaran jangan biarkan erotic zone dirangsang
7) Saling mengingatkan bahaya seks bebas, jika ada teman yang berada
dalam situasi yang menjurus pada hubungan seksual pranikah
8) Ciptakan kelompok yang mampu saling menahan dorongan seks.
9) Peran serta masyarakat untuk saling mengawasi adanya peluang
terjadinya hubungan seks pranikah
10) Wanita harus berani mengatakan “tidak” sekalipun dengan pacar atau
tunangan apabila menjurus pada hubungan seks pranikah.
11) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdo’a
12) Orang berperan dalam memberikan perhatian dan kasih sayang yang
tercurah melalui komunikasi dua arah dengan cara persuasive dan
memperlakukan remaja sebagai sahabat di rumah.
j) Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual dikenal juga dengan istilah infeksi menular
seksual digunakan untuk sejumlah infeksi tertentu yang ditularkan melakui
kontak seksual. Ada beberapa jenis penyakit menular seksual, antara lain
(Manuaba, 2009):
1) Gonore, penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorhoeae. Masa
inkubasi 2-10 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Tanda-tanda
15
penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak, dan nanah pada alat
kelamin. Dapat mengakibatkan kemandulan maupun radang pinggul.
2) Sífilis (raja singa), penyebabnya adalah parasit Treponema pallidum.
Masa inkubasi tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, hingga 13
minggu timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Pada 5-10 tahun
penyakit ini akan menyerang susunan saraf pusat, pembuluh darah, dan
jantung. Pada perempuan hamil, sífilis ditularkan pada bayi akan lahir
dengan kerusakan hati, kerusakan kulit, dan keterbelakanga mental.
3) Herpes genital, disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa
inkubasi 4-7 hari setelah virus masuk kedalam tubuh. Gejala yang
timbul: timbul bintil-bintil berair yang sangat nyeri di sekitar alat
kelamin,
16
4) Klamidia, disebabkan oleh Chlamidia trachomatis. Masa tanpa gejala
berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada organ
genital luar baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan
maupun laki-laki infeksi ini akan berakibat kemandulan, dan radang
saluran kencing.
5) Trikomoniasis, disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis
(protozoa). Gejalanya adalah cairan vagina encer, berwarna kuning
kehijauan, berbusa, dan bau busuk. Vulva menjadi bengkak, merah,
gatal, dan rasa tidak nyaman. Nyeri saat buang air kecil.
6) Kandidiasis vagina, merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur
Candida albicans. Pada saat normal, jamur ini memang terdapat di
kulit maupun vagina. Tapi pada keadaan tertentu, jamur ini dapat
menyebabkan kemandulan.
7) HIV/AIDS, AIDS kepanjangan dari Acquired Immunodeficiency
Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit
AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga penderita
AIDS menjadi rentan terhadap berbagai infeksi. Bahkan penyakit flu
dapat menyebabkan penderita AIDS meninggal dunia.
17
Kuesioner 1
Case Processing Summary
N
%
Valid
34
100,0
a
Cases Excluded
0
,0
Total
34
100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
N of
Alpha
Items
,623
Keadaan sejahtera fisik
Vagina adalah
Fungsi penis
Pubertas adalah
Mimpi basah adalah
Menstruasi adalah
Masa subur adalah
Wanita hamil saat
masa subur
Wanita tidak akan
hamil saat melakukan
hubungan seksual
pertama kali
Wanita bisa hamil
walaupun saat
berhubungan seksual
pria mengeluarkan
sperma diluar vagina
Kehamilan resiko
tinggi pada remaja
28
Item-Total Statistics
Scale Mean
Scale
if Item
Variance if
Deleted
Item Deleted
22,62
5,577
22,71
5,244
22,50
6,561
22,47
6,560
22,47
6,560
22,50
6,318
22,74
6,261
Corrected
Cronbach's
Item-Total Alpha if Item
Correlation
Deleted
,503
,457
,573
,432
-,034
,529
,000
,524
,000
,524
,246
,509
,044
,533
22,50
6,500
,035
,524
22,85
6,372
-,022
,549
22,59
6,492
-,024
,536
22,56
6,375
,070
,523
Pembuahan adalah
Telat haid selama 2
minggu
Keinginan seksual
muncul
Olahraga merupakan
Menggunakan WC
umum
Seks Pranikah adalah
Meningkatnya
dorongan seksual
adalah penyebab
Penyebab remaja
melakukan hubungan
seks pranikah adalah
kurang pengetahuan
Hamil yang tidak
diinginkan adalah
akibat
Perasaan takut, depresi
Penyakit menular
seksual adalah
Islam mengharamkan
Interaksi laki-laki dan
perempuan
Tidak memasukkan
benda asing
Cara membersihkan
saluran kemih
Pria perlu sunat
Mencukur bulu
kemaluan
22,50
6,682
-,171
,538
22,85
5,887
,179
,508
22,68
6,650
-,122
,557
22,85
6,250
,027
,539
23,12
6,107
,091
,526
22,82
5,725
,258
,492
22,62
5,455
,581
,444
22,65
5,508
,497
,454
22,59
6,310
,087
,521
22,50
6,258
,318
,504
22,68
5,922
,235
,498
22,53
6,378
,103
,519
22,56
6,072
,285
,497
22,56
6,315
,112
,518
22,56
6,678
-,135
,546
22,47
6,560
,000
,524
22,68
6,225
,081
,525
Kuesioner ke2
Case Processing Summary
N
%
Valid
27
100,0
a
Cases Excluded
0
,0
Total
27
100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
N of
Alpha
Items
,699
30
Item-Total Statistics
Scale Mean
Scale
if Item
Variance if
Deleted
Item Deleted
Testis adalah salah satu
alat reproduksi lakilaki
Uretra bukan
merupakan saluran
yang berfungsi untuk
mengalirkan sperma
pada laki-laki
Pemberian informasi
tentang seksual tabu
dan berbahaya
diberikan pada remaja
sejak dini
Payudara bukan
merupakan alat
reproduksi perempuan
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
21,30
11,524
,128
,595
21,74
12,199
-,121
,626
21,81
11,772
,012
,609
21,44
11,026
,241
,582
Tanda utama
kematangan alat
reproduksi perempuan
adalah terjadinya
menstruasi pertama
Mimpi basah
merupakan tanda
utama kematangan alat
reproduksi pada
perempuan
Hormone reproduksi
pada laki-laki adalah
testosterone
Hormone reproduksi
pada perempuan adalah
progesterone
Tubuh mulai meninggi
dan membesar dalam
waktu singkat bukan
merupakan tanda
pubertas
Mulai membesarnya
ukuran testis dan penis
adalah tanda pubertas
pada perempuan
Cara mengalihkan
dorongan seksual pada
remaja agar tidak
terjerumus hal negatif
salah satunya dengan
melakukan kegiatan
positif seperti
olahraga,mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
Tertarik kepada lawan
jenis pada remaja SMP
adalah akibat
peningkatan hormone
21,30
10,832
,398
,567
21,26
11,046
,353
,573
21,26
10,815
,453
,563
21,41
11,866
-,018
,613
21,63
11,242
,154
,593
21,52
11,028
,224
,584
21,22
11,103
,384
,573
21,11
12,026
,000
,600
Dalam berpacaran
sebaiknya menghindari
berpelukan atau
berciuman sebab hal
tersebut beresiko
meningkatkan
kemungkinan
terjadinya hubungan
seks sebelum menikah
Wanita bisa hamil
walaupun saat
melakukan hubungan
seksual pria
mengeluarkan sperma
diluar vagina
Remaja yang sedang
mengalami pubertas
cenderung ingin
mencoba hal-hal baru
yang beresiko
menyebabkan efek
negative dikemudian
hari seperti unsure
pornografi
Kehamilan pada
remaja menyebabkan
kerugian karena bayi
yang dilahirkan akan
mengalami lahir
premature atau lahir
dengan berat badan
kurang akibat kurang
gizi
Kehamilan pada usia
remaja termasuk tidak
disarankan karena
organ reproduksi masih
belum matang
Usia perempuan yang
baik untuk hamil
adalah 16-40 tahun
21,11
12,026
,000
,600
21,70
11,678
,028
,609
21,37
10,934
,302
,575
21,33
11,923
-,026
,612
21,22
10,795
,536
,560
21,44
10,026
,582
,537
Penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja
sebaiknya diberikan
pada remaja sejak SMP
Kehamilan akan terjadi
bila sel sperma
bertemu dengan sel
telur
Cara mencegah
kehamilan yang benar
adalah tidak
melakukan hubungan
seksual
Terlambat mens bukan
merupakan tanda pasti
kehamilan
Seorang perempuan
tidak akan hamil
apabila baru pertama
kali melakukan
hubungan seksual
Mencoba hal-hal yang
berhubungan dengan
unsur pornografi akan
mencetuskan perilaku
seksual yang tidak
bertanggungjawab
Akibat melakukan
hubungan seks dengan
berganti pasangan
beresiko tertular
penyakit HIV
Aborsi menyebabkan
banyak wanita
meninggal
Pria perlu melakukan
sunat untuk mencegah
infeksi yang
disebabkan oleh
penumpukan kotoran
pada ujung kulit penis
21,41
12,328
-,159
,629
21,22
10,718
,575
,556
21,26
11,123
,320
,576
21,33
10,846
,358
,569
21,56
11,179
,174
,590
21,19
11,387
,315
,582
21,33
11,692
,053
,603
21,33
11,615
,080
,600
21,15
11,362
,483
,578
Berhubungan dengan
banyak pasangan
beresiko menyebabkan
kanker rahim pada
wanita
Penyakit sifilis terjadi
akibat hubungan
seksual dengan
berganti-ganti
pasangan
Mencuci alat kelamin
dengan antiseptik
setelah melakukan
hubungan seksual
dapat mencegah
kehamilan
21,48
11,644
,042
,607
21,33
11,462
,134
,594
21,44
12,564
-,226
,637
Pretest
skor
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
24 100,0%
0
0,0%
Total
N
Percent
24 100,0%
Descriptives
Statistic
Mean
17,21
Lower
Bound
Upper
Bound
95% Confidence
Interval for Mean
skor
Std.
Error
,381
16,42
18,00
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
17,23
17,00
3,476
1,865
13
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
21
8
3
-,243
,227
,472
,918
Percentiles
5
Weighted
Average(Definitio skor
n 1)
Tukey's Hinges
skor
10
13,2
14,50
5
25
Percentiles
50
75
90
95
16,00
17,00
18,75
19,50
20,75
16,00
17,00
18,50
skor
Extreme Values
Case
Number
1
20
2
8
Highest 3
1
4
13
5
23
1
4
2
11
Lowest 3
14
Value
21
20
19
19
19a
13
14
15
4
10
15
5
17
16b
a. Only a partial list of cases with the value 19
are shown in the table of upper extremes.
b. Only a partial list of cases with the value 16
are shown in the table of lower extremes.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
skor
,164
24
,095
a. Lilliefors Significance Correction
,971
24
,683
Posttest
skor
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
24 100,0%
0
0,0%
Total
N
Percent
24 100,0%
Descriptives
Statistic
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
skor
18,13
Lower
Bound
Upper
Bound
Std.
Error
,591
16,90
19,35
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
18,34
18,50
8,375
2,894
11
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
21
10
5
-,969
,161
,472
,918
Percentiles
5
Weighted
Average(Definition skor
1)
Tukey's Hinges
skor
10
Percentiles
25
50
75
90
95
11,5
13,50 16,50 18,50 21,00 21,00 21,00
0
17,00 18,50 21,00
skor
Extreme Values
Case
Number
1
1
2
3
Highest 3
5
4
6
5
19
1
15
2
4
Lowest 3
16
Value
21
21
21
21
21a
11
13
14
4
11
14
5
7
15
a. Only a partial list of cases with the value 21
are shown in the table of upper extremes.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
skor
,233
24
,002
,867
24
,005
a. Lilliefors Significance Correction
Pretest-posttest
Descriptives
Statistic
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
pretest
17,21
Lower
Bound
Upper
Bound
16,42
18,00
5% Trimmed Mean
Median
17,23
17,00
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
3,476
1,865
13
21
8
3
-,243
,227
18,13
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
Std.
Error
,381
,472
,918
,591
16,90
19,35
5% Trimmed Mean
Median
posttest Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
18,34
18,50
8,375
2,894
11
21
10
5
Skewness
Kurtosis
-,969
,161
,472
,918
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
pretest
,164
24
,095
,971
24
,683
posttest
,233
24
,002
,867
24
,005
a. Lilliefors Significance Correction
Uji wilcoxon
Ranks
N
Negative
Ranks
posttest –
Positive Ranks
pretest
Ties
Total
a. posttest < pretest
b. posttest > pretest
c. posttest = pretest
Test Statisticsa
posttest pretest
Z
-1,955b
Asymp. Sig. (2,051
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Mean
Rank
Sum of
Ranks
7a
7,57
53,00
13b
4c
24
12,08
157,00
Download