BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian

advertisement
11 BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2003).
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognotif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang
terjadi proses yang berurutan), yakni :
a.
Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
12 b.
Interest (merasa tertarik)
Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
c.
Evaluation (menimbang-menimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d.
Trial
Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adaption
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi,
Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif terdiri
dari 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :
13 a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai peningkatan suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengikat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari
seluruhan badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima,
oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang
dipelajari
antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan,
contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sesungguhnya). Aplikasi
disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode
dan prinsip dalam situasi yang lain.
14 d. Analisis (Analysis)
Merupakan situasi kemampuan untuk menjabarkan materi suatu
objek keadaan komponen-komponen tapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan tanda kerja :
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Syintesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang
ditentukan atau menggunakan kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang akan datang dan akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu
15 yang berpendidikan tentu akan banyak memberikan perubahan
terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu.
2) Paparan Media
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat di terima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media masa (TV, radio, majalah dan lain-lainnya)
akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibanding dengan
orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti
paparan media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki seseorang.
3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi kebutuhan
seseorang tentang berbagai hal.
4) Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya.
Misalnya sering mengikuti kegiatan-kegiatan mendidik misalnya
seminar, organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya,
karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang sesuatu hal
16 diperoleh adanya pengetahuan tentang sesuatu hayalan menyebabkan
timbulnya suatu respon baik positif maupun negatif pada seseorang
sehingga akan membuat ia bersikap dan berperilaku demi kesehatan
(Walgito, 1997) merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan karena dari pengalaman orang lain dapat dijadikan
sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan.
5) Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikan untuk menerina pesan sebagai model
komunikasi media (Rahman, 2003). Support Sistem Lingkungan
disekitar kita juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
manusia, karena dari lingkungan ini dapat pengetahuan serta
mengetahui sesuatu yang belum diketahui.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun)
seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada
usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak
17 produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin
tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap
tradisional Mengenai jalannya perkembangan hidup :
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan
yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
4. Parameter Tingkat Pengetahuan
1) Baik
: 76-100%
2) Cukup
: 56-75%
3) Kurang : <56% (Arikunto, 2006).
18 B. Hubungan Seksual Pranikah
a. Pengertian
Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan
dapat ditunjuk (Inggrid, 2004).
Hubungan seks adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu
karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis kedalam
vagina. Perilaku ini disebut juga koitus, tetapi ada juga penetrasi ke
mulut (oral) atau ke anus (anal). Koitus secara moralitas hanya
dilakukan oleh sepasang individu yang telah menikah. Tidak ada satu
agamapun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan.
Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja (Salemba Medika,
2010).
Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, orangorang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka
(pasangannya). Barang siapa yang mencari di balik itu (zina,
homoseksual, dan sebagainya), maka mereka itu adalah orang-orang
yang melampaui batas (Q.S.: 23: 1,5,6. dan 7).
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan
dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkaraperkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan (Mu’tadin,
2004).
19 Seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan
manusia, dimulai dari saat manusia lahir sebagai bayi hingga secara
fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika
seseorang meninggal dunia (Inggrid, 2004).
Dewasa ini jika kita berbicara tentang seks, tak luput dari tindakan
seks yang menyimpang. Contohnya hubungan seks pranikah, hubungan
seks sesama jenis, antara manusia dengan binatang, dan hubungan
melalui anal (Meta, 2006).
Biasanya yang kerap terjadi pada perilaku penyimpangan seksual
adalah perilaku seksual pranikah, yaitu perilaku seks yang dilakukan
tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Dhe de,
2002).
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama
jenis. Dalam hal ini, perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan
dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan
tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.
Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut (Sarwono,
2006):
1) Berkencan
2) Berpegangan tangan
3) Mencium pipi
20 4) Berpelukan
5) Mencium bibir
6) Memegang buah dada di atas baju
7) Memegang buah dada di balik baju
8) Memegang alat kelamin di atas baju
9) Memegang alat kelamin di bawah baju
10) Melakukan senggama
b. Hal-hal yang Menyebabkan Timbulnya perilaku Seksual
Menurut Sarwono (2006), secara garis besar perilaku seksual pada
remaja disebabkan oleh :
1) Meningkatnya libido seksual
Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi
seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik.
2) Penundaan usia perkawinan
Dengan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, dengan makin
banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda
kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya untuk bersekolah dulu
sebelum mengawinkan mereka.
3) Tabu/larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap
berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual
sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan
21 tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti
berciuman dan masturbasi, untuk renaja yang tidak dapat menahan
diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut.
4) Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya
secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua
mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat
perilaku
seks
pranikah
maka
mereka
sulit
mengendalikan
rangsangan-rangsangan dan banyak kesemapatan seksual pornografi
melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku
seksual secara bebas tanpa mengetahui risiko-risiko yang dapat
terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular
seksual.
5) Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan
pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat
pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah
kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh karena
itu disamping komunikasi yang baik dengan anak, orang tua juga
perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orang tua.
c. Pola atau Tahap Perilaku Seksual Remaja
Menurut Masland (2004) dan Mu’tadin (2002), perilaku seks bebas
meliputi:
22 1) Kissing
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual,
seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian yang
sensitif yang bisa menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman
dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan.
Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk
menggunakan lidah itulah yang disebut dengan french kiss. Kadangkadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/soul kiss.
2) Necking
Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking
adalah istilah yang umumnya untuk menggambarkan ciuman dan
pelukan yang lebih mendalam.
3) Petting
Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif seperti
payudara, organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam
dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-ngusap tubuh
pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadangkadang daerah kemaluan, entah di luar atau di dalam pakaian.
4) Intercourse
bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan
pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk
ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.
23 d. Dampak Perilaku Seksual Pranikah
Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah
sebagai berikut:
1) Risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis,
HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis, dan lain sebagainya.
2) Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi yang tidak
aman dan risiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila
kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang
kurang/tidak sehat.
3) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena
berzina).
4) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan.
e. Cara mencegah melakukan hubungan seksual pranikah
Banyak variabel yang memberikan kontribusi remaja melakukan
hubungan seksual mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal
tersebut tidak terjadi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak.
Berikut ini adalah beberapa alternatifnya:
1) Mengurangi besarnya dorongan biologis
a. Menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang
menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi.
24 b. Membiasakan mengenakan pakaian yang sopan dan tidak
merangsang.
c. Membuat
kelompok-kelompok
kegiatan
yang
positif
dan
bermanfaat untuk mengembangkan diri.
2) Meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis
a. Pendidikan agama dan budi pekerti.
b. Penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menghindari
penggunaan
narkoba,
karena
hal
ini
akan
menghancurkan kemampuan remaja dalam pengendalian diri.
d. Orang tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari.
3) Membuka informasi kesehatan reproduksi bagi remaja
Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit
sebagai sekadar hubungan seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada
remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini.
Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan
oleh kedua orang tua. Sementara itu, di sekolah juga dibuka
informasi kesehatan reproduksi.
4) Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
a. Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak
mengekang
remaja,
namun
memberikan
kebebasan
yang
terkendali.
b. Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang
berlebihan.
25 c. Dukungan dari pemerintah juga diperlukan.
C. Remaja
1. Pengertian
Remaja atau “adolescense” (Inggris), berasal dari bahasa latin
“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan, bukan hanya
kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis
(Fitramaya, 2009).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.
Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Fitramaya, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi, da psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19
tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Fitramaya, 2009).
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak engan
masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia
12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya ke
kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu di
mana individu mulai bertindak terlepas dari orangtua mereka (Mirza
Maulana, 2008).
26 Pada masa remaja terjadi perubahan organ-organ fisik secara
cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan
kejiwaan (mental emosional). Terjadinya kematangan seksual atau alatalat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi (Fitramaya,
2009).
Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan
erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini
berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis
yang tersebar luas.
2. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada
tiga tahap, yaitu :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul persaan cinta yang mendalam.
4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
27 c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan persaan cinta.
5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
3. Perkembangan Remaja dan Tugasnya
Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y. Havighurst
dalam bukunya Human Development and Education yang dikutip oleh
Panut Panuju dan Ida Umami (1999:23-26) ada sepulih yaitu :
a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik
dengan teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing.
c. Menerima kenyataan jasmaniah sert menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas.
d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya.
e. Mencapai kebebasan ekonomi
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.
g. Mempersipkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual.
28 i. Memperlihatkan
tingkah
laku
yang
secara
sosial
dapat
dipertanggungjawabkan.
j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam
tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
4. Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan organ-organ reproduksi
diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
a. Tanda-tanda Seks Primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ
seks. Pada laki-laki gonad atau testes. Pada usia 14 tahun baru
sekitar 10% dari ukuran matang. Testes berkembang penuh pada usia
20 atau 21 tahun. Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ
reproduksi pria matang lazimnya terjadi mimpi basah, yaitu
bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual
sehingga mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.
Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan lainnya berbeda.
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada permpuan adalah
datangnya haid.
b. Tanda-tanda Seks Sekunder
1) Pada Laki-laki
29 a. Rambut
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah
rambut kemluan, rambut ketiak dan rambut di wajah misalnya
kumis dan cambang.
b. Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar.
c. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar minyak di bawah kulit menjadi lebih aktif, aktivitas
kelenjar keringat juga bertambah.
d. Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat.
e. Suara
Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka
terjadi perubahan suara.
f. Benjolan di dada
Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecilkecil di sekitar kelenjar susu.
2) Pada Wanita
a. Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi
setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak
dan bulu kulit wajah mulai tampak setelah haid.
30 b. Pinggul
Pinggul menjadi berkembang, membesar, dan membulat.
c. Payudara
Payudara juga membesar dan puting susu menonjol.
d. Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih
tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan lakilaki kulit pada wanita tetap lebih lembut.
e. Kelenjar minyak dan kelenjar keringat
Kelenjar minyak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
f. Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
g. Suara
Suara berubah semakin merdu.
5. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja
adalah :
a. Perubahan Emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi :
1) Sensitif atau peka
2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau
rangsangan luar yang mempengaruhinya.
3) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua.
31 b. Perkembangan Intelegensia
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja :
1) Cenderung
mengembangkan
cara
berpikir
abstrak,
suka
memberikan kritik.
2) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba.
D. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan adalah upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah), dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Machfoedz (2005), pendidikan kesehatan adalah sejumlah
pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan
kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat. Menurut Rosyid
(2007) pendidikan seks adalah bagian dari komponen pokok yang
dibutuhkan manusia karena ini mengenai tentang kebutuhan hidup
manusia. Menurut Sarwono (2008) pendidikan seks adalah suatu cara
32 untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks khususnya
untuk mencegah dampak negatif yang tidak diharapkan. Muatan
pendidikan seks meliputi organ reproduksi, identifikasi baliq,
kesehatan seksual, penyimpangan seksual dan dampak penyimpangan
seksual (Sunaryo, 2004)
2. Tujuan
Tujuan dari suatu pemberian pendidikan seks kepada remaja
yaitu 1. Memberikan pemahaman yang benar kepada remaja tentang
organ reproduksi, penyimpangan seks, dampak dari seks bebas,
kehamilan.
2.
Mampu
mengantisipasi
dampak
buruk
dari
penyimpangan seksual. 3. Diharapkan anak remaja menjadi anak
dengan generasi sehat (Notoatmodjo, 2003). Menurut gawshi ,
pendidikan seks adalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan
yang benar kepada anak dan menyiapkannya untuk beradaptasi secara
baik dengan sikap-sikap seksual dimasa depan kehidupannya dan
pemberian
pengetahuan
ini
menyebabkan
anak
memperoleh
kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah seksual
dan reproduksi (Handi, 2009)
3. Sasaran
Untuk dapat mencapai hasil yang efektif, menurut Notoatmodjo
(2003), sasaran pendidikan kesehatan dapat dipilah menjadi tiga, yaitu
: sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer
biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi,
33 seperti kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, remaja putri
dan wanita usia subur untuk masalah kesehatan reproduksi, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak dan anaka
sekolah untuk kesehatan remaja.
Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama,
dan tokoh adat. Tujuan memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok
ini
yaitu
diharapkan
mereka
menggetoktularkan,
memberikan contoh perilaku sehat, kepada msyarakat di sekitarnya
(Notoaatmodjo, 2003).
Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan kelompok ini akan mempunyai
dampaka terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder)
dan masyarakat umum (sasaran primer) (Notoatmodjo, 2003).
4. Metode
Didalam menyampaikan pendidikan kesehatan atau pendidikan
seks pada remaja ada 3 metoda yang digunakan yaitu metode
pendidikan individual (perorangan), metode ini bersifat individual
yang berguna untuk membina perilaku baru yang dapat berupa
bimbingan dan penyuluhan serta wawancara; metode pendidikan
kelompok, metode ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
besar meliputi ceramah dan seminar sedangkan kelompok kecil
meliputi diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok
34 kecil-kecil, role play dan permainan simulasi. Metode pendidikan yang
terakhir adalah metode pendidikan massa, metode ini ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik yang dapat berupa
ceramah umum, pidato-pidato melalui media elektronik baik tv
maupun radio, simulasi, tulisan di media cetak, serta bill board yang
dipasang di pinggir jalan. (Notoatmodjo, 2007).
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual,
kelompok dan massa (public).
1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual
ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat
serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini).
Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek
dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan
35 dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian,
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (Wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian
atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran pendidikan.
a) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain :
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.
36 2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita
sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
kelompok kecil antara lain :
1) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok
dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi
duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga
mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang
satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara
peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih
tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga
tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
37 2) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode
ini
merupakan
modifikasi
metode
diskusi
kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok.
Bedanya,
pada
permulaannya
pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak
boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua
anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang
bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian
tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
38 4) Kelompok Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil
(buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan
sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota
yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play
dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk
arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang
39 menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama
sumber.
3. Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah
pendekatan massa. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan
perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap
perubahan perilaku
adalah wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan
massa
(cara)
ini
tidak
langsung.
Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode
ini, antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya
berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan massa.
b. Pidato-pidato
diskusi
elektronik baik TV
tentang
kesehatan
melalui
media
maupun radio, pada hakekatnya adalah
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
40 c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek
Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan
bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau
penyakit juga merupakan bentuk
pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.
Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".
5. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan
untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat
yang dituju. Menurut Notoatmodjo (2005), media pendidikan
kesehatan didasarkan cara produksinya dikelompokkan menjadi :
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan visual. Media cetak terdiri dari :
41 1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan
kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.
2) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui
lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat
maupun gambar.
3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat
maupun kombinasi.
4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan
dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar
tersebut.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang
biasanya ditempel di tempat umum.
7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi
untuk member informasi dan menghibur.
b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat
bantu elektronika.adapun macam media elektronik :
1) Televisi
2) Radio
3) Video
42 4) Slide
5) Film
c. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar
ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara
statis, missal :
1) Pameran
2) Banner
3) TV Layar Lebar
4) Spanduk
5) Papan Reklame
43 E. Kerangka Teori
Pendidikan
Masa media /
Perilaku
informasi :
(Proses terjadinya
perilaku) :
-radio
-majalah
1. Kesadaran
-televisi
2. Merasa tertarik
-penyuluhan
3. Menimbangnimbang
Pengetahuan
4. Mencoba
Ekonomi
5. Mengadopsi
perilaku
Pengalaman
hubungan
sosial
Sumber : Modifikasi Notoatmodjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
44 F. Kerangka Konsep
Pengetahuan seks
Pengetahuan seks
pranikah sebelum
pranikah sesudah
pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan
seks pranikah
seks pranikah
Pendidikan Kesehatan
Seks Pranikah
( penyuluhan )
G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas atau independen merupakan suatu variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya suatu variabel dependen
(terikat) dan bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008).
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah pendidikan
kesehatan seks pranikah.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dapat
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini
dapat tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Hidayat,
2008). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja
tentang seks pranikah.
45 H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang seks pranikah di SMA
Muhammadiyah Gubug tahun 2011 sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan.
Download