penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

advertisement
WAHANA INOVASI
VOLUME 3 No.2
JULI-DES 2014
ISSN : 2089-8592
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN LKS
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA DI
KELAS VII-4 SMPN 15 MEDAN
Irianna
NIP. 19620921 198501 2 001
Guru SMP Negeri 15 Medan
Jl. M. Nawi Harahap Gang Suka, Medan
ABSTRAK
Kegiatan belajar bersama dapat
membantu memacu belajar aktif. Kegiatan
belajar dan mengajar di kelas memang
dapat menstimulasi belajar aktif. Namun
kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan
memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
hasil belajar siswa itu rendah, antara lain :
(1) Sistem pengajaran yang kurang
efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan gairah siswa untuk belajar (2)
Aktivitas siswa rendah, karena siswa
kurang terlibat dalam pembelajaran.
Siswa hanya mendengarkan informasi
yang diberikan guru (3) Kualitas rancangan pengajaran yang kurang menarik
minat siswa untuk belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat rendahnya hasil belajar
disebabkan proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran konvensional.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar PKn siswa yaitu
dengan mengubah suasana pembelajaran
yang lebih menekankan siswa aktif dalam
proses belajar mengajar bukan sekedar
menghafal dan mengerjakan soal. Guru
harus memilih model pembelajaran yang
tepat dan inovatif yang dapat mengaktifkan dan memberi semangat bagi
siswa untuk belajar. Salah satunya adalah
Model Pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) yang diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar PKn
siswa.
Hasil analisis menunjukkan terjadi
peningkatan aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS di Kelas VII-4 SMPN 15 Medan.
Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pengamat pada Siklus I antara lain
menulis/membaca (47,0%), mengerjakan
LKS (23,0%), bertanya sesama teman
(17,0%), bertanya kepada guru (9,5%),
dan yang tidak relevan dengan KBM
(3,5%). Data aktivitas siswa menurut
pengamatan pada Siklus II antara lain
menulis/membaca (23,0%), mengerjakan
LKS (53,0%), bertanya sesama teman
(12,0%), bertanya kepada guru (11,0%),
dan yang tidak relevan dengan KBM
(1%).
Dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share hasil belajar siswa dari Siklus ke
Siklus berikutnya mengalami peningkatan.
Hasil belajar siswa dengan menerapkan
model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share pada Formatif I dan
Formatif II menunjukkan 18 orang siswa
tuntas secara individu, sedangkan kelas
tidak tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara
individu sebanyak 34 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan ratarata siklus I dan siklus II adalah 73,4 dan
82,4.
Kata Kunci : Tipe Think Pair Share, Hasil
Belajar
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan.
Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi siswanya dan memperbaiki
kualitas mengajarnya.
352
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Kegiatan belajar bersama dapat
membantu memacu belajar aktif. Kegiatan
belajar dan mengajar di kelas memang
dapat menstimulasi belajar aktif. Namun
kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan
memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.
Apa yang didiskusikan siswa dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan
siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.
Berdasarkan pengalaman peneliti
selama mengajar di SMP Negeri 15
Medan ditemukan beberapa masalah
yaitu hasil belajar PKn siswa yang rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa itu rendah,
antara lain : (1) Sistem pengajaran yang
kurang efektif, kurang efisien, dan kurang
membangkitkan gairah siswa untuk
belajar (2) Aktivitas siswa rendah, karena
siswa kurang terlibat dalam pembelajaran.
Siswa hanya mendengarkan informasi
yang diberikan guru (3) Kualitas rancangan pengajaran yang kurang menarik
minat siswa untuk belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat rendahnya hasil belajar
disebabkan proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana
kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif (Trianto,
2007:6). Dari pendapat ini maka perlu
dilakukan perbaikan terhadap rancangan
pengajaran di kelas, seperti menerapkan
model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran student centered.
Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk
itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas
dengan bekerja dalam kelompok kecil dan
menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
(Hartoyo, 2000:24).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini
siswa akan melakukan komunikasi aktif
dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat
menguasai materi pelajaran dengan
mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya di-
banding penjelasan dari guru, karena
taraf pengetahuan serta pemikiran
mereka lebih sejalan dan sepadan”.
(Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar PKn siswa yaitu
dengan mengubah suasana pembelajaran
yang lebih menekankan siswa aktif dalam
proses belajar mengajar bukan sekedar
menghafal dan mengerjakan soal. Guru
harus memilih model pembelajaran yang
tepat dan inovatif yang dapat mengaktifkan dan memberi semangat bagi
siswa untuk belajar. Salah satunya adalah
Model Pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) yang diharapkan
mampu meningkatkan hasil belajar PKn
siswa. Johnson & Johnson (dalam Trianto
: 2009) menyatakan bahwa tujuan pokok
belajar kooperatif adalah memaksimalkan
belajar siswa untuk peningkatan hasil
akademik dan pemahaman baik secara
individu maupun secara kelompok.
Pada model pembelajaran kooperatif
Tipe think-pair-share siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena mereka saling berdiskusi dengan temannya. Arends (2009 :
351) menyatakan bahwa:
“Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurangkurangnya tiga tujuan instruksional
penting yaitu: hasil akademik, toleransi
dan penerimaan perbedaan, serta perkembangan keterampilan sosial”.
Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian di SMP
Negeri 15 Medan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
pada materi Kasus-kasus pelngaaran
HAM dan upaya penegakan HAM. Dalam
hal ini, penulis akan menggunakan
instrumen tes hasil belajar dan observasi
untuk memperoleh data penelitian.
Selanjutnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan
LKS Dalam Meningkatkan Aktivitas
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Siswa Di Kelas VII-4 SMPN 15 Medan”.
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan judul penelitian, maka
yang menjadi identifikasi masalah dalam
meningkatkan aktivitas belajar PKn ber-
353
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
dasarkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Shareditetapkan:
1. Minat belajar siswa rendah.
2. Aktivitas siswa rendah, karena
siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru.
3. Guru kurang maksimal dalam
menggunakan model pembelajaran.
4. Kurangnya sarana dan prasarana
di sekolah.
3. Batasan Masalah
Untuk
menyelesaikan
masalahmasalah yang dihadapi siswa, maka
peneliti membatasi permasalahan sesuai
dengan kemampuan peneliti antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share.
2. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VII-4 semester genap SMP
Negeri 15 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013.
3. Materi pokok yang diterapkan
selama pengambilan data adalah
Hak Asasi Manusia.
4. Kurikulum yang digunakan adalah
KTSP
4. Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah dalam
penelitian ini yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share. Dengan model pembelajaran
ini diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran PKn.
5. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang
akan dibahas, maka yang menjadi
rumusan-rumusan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah aktivitas siswa meningkat
saat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Sharedi kelas VII-4 SMP
Negeri 15 Medan?
2. Apakah ada peningkatan hasil
belajar siswa setelah menerapkan
Model Pebelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Sharedi kelas VII4 SMP Negeri 15 Medan?
6. Tujuan Penelitian
Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan
tujuan penelitian ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui peningkatan
aktivitas siswa saat bekerja dalam
kelompok saat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share di kelas VII-4
SMP Negeri 15 Medan.
2. Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedi
kelas VII-4 SMP Negeri 15
Medan.
7. Manfaat Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh:
1. Bagi siswa:
a. Meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan
logis.
c. kerja kelompok lebih menguntungkan dari pada kerja
individu.
d. Menumbuh kembangkan kemampuan bekerjasama antar
siswa dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.
e. Membangun kecakapan siswa
untuk berfikir dalam proses
belajarnya dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan nyata
yang dihadapinya
2. Bagi guru
a. Sebagai alternatif bagi guru
dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dalam
proses belajar mengajar untuk
meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
b. Diharapkan setelah penelitian
ini, guru tidak lagi berperan
sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam pembelajaran
PKn, tetapi menjadi perannya
sebagai fasilitator dan mediator.
3. Bagi Sekolah
a. Khususnya bagi Kepala sekolah sebagai bahan pertim-
354
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
bangan bagaimana pentingnya
model pembelajaran Kooperatif tipe TPS.
Gg Suka Medan dan pelaksanaannya
pada bulan Februari sampai dengan Mei
Tahun Pelajaran 2012/2013.
8. Definisi Operasional
Definisi Operasional penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
kooperatif
tipe
Think Pair Share (TPS) adalah
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk
mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam
think-pair-share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir,
untuk merespon dan saling
membantu.
2. Aktivitas belajar adalah suatu
aktivitas yang sadar akan tujuan.
Tujuan dalam belajar adalah
terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya
2.
3. Hasil belajar adalah kemampuan
– kemampuan yang dimiliki siswa
setelah 3.ia mengalami pengalaman belajarnya.
2. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15
Medan. Dengan mempertimbangkan perolehan nilai terendah untuk seluruh kelas
VII adalah pada kelas VII-4, maka subjek
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMP
Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran
2012/2013, dengan jumlah siswa yang
terikut dalam penelitian sebanyak 38
orang.
METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 15 Medan Jl. M. Nawi Harahap,
3. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan, yakni 4
jam pelajaran untuk pokok bahasan
sebagai berikut :
1. Materi pembelajaran siklus 1 :
indikator dan kasus pelanggaran HAM
Materi Pembelajaran siklus 2 :
Cara-cara penanganan pelanggaran HAM
Pada tiap putaran terdiri atas 4
tahap, yaitu :
1. Rancangan
2. Kegiatan dan pengamatan
3. Refleksi
4. Revisi
Adapun putaran dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :
355
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Perencanaan
Revisi
Refleksi
Siklus 1
Kegiatan dan
Pengamatan
Perencanaan
Revisi
Refleksi
Siklus 2
Kegiatan dan
Pengamatan
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Tim PGSM, 1999)
4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas
ditempuh dalam 2 (dua) siklus kegiatan.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Siklus I
Kegiatan pada Siklus I meliputi:
1) Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti berdiskusi
secara kolaboratif dengan guru mata
pelajaran sejenis dan pembimbing
serta nara sumber dari UNIMED dan
LPMP SUMUT dengan kegiatan
perencanaan meliputi:
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar
kegiatan siswa yang telah dibuat
oleh guru tentang sub materi
“Indikator dan Kasus-kasus pelanggaran HAM” untuk KBM 1
dengan sub materi “cara-cara penanganan pelanggaran HAM”
untuk KBM 2. Selanjutnya diubah
atau ditambah sesuai dengan
model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share.
b) Penyusunan instrumen penelitian
berupa lembar observasi aktivitas
siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share dan tes pemahaman
siswa tentang hasil belajar siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
(Action and Observation)
Melaksanakan tindakan pembelajaran
ke-1 dan ke-2 sesuai dengan RPP
oleh peneliti sebagai guru di kelas VII4. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru
sejawat) untuk mengamati aktivitas
siswa dan pengelolaan pembelajaran
oleh guru. Diakhir Siklus I dilakukan
356
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
3)
B.
1)
2)
pula tes hasil belajar siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang kasus pelanggaran HAM dan
upaya penegakan HAM sebagai
Formatif I.
Refleksi (Reflective)
Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator berdasarkan
hasil observasi dan evaluasi hasil
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share. Dari hasil refleksi kemudian
peneliti berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari
UNIMED dan LPMP SUMUT untuk
memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan Siklus II.
Siklus II
Kegiatan pada Siklus II meliputi:
Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi terhadap
proses pembelajaran pada Siklus I
maka pada Siklus II disusun skenario
model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share dengan revisi
tindakan untuk memperbaiki proses.
Peneliti berdiskusi secara kolaboratif
dengan guru mata pelajaran sejenis
dan pembimbing serta nara sumber
dari UNIMED dan LPMP SUMUT
dengan kegiatan perencanaan meliputi:
a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar
kegiatan siswa yang telah dibuat
oleh guru tentang sub materi
“Peranan lembaga perlindungan
HAM” untuk KBM 3 dengan sub
materi “Sikap positif terhadap
upaya penegakan HAM” untuk
KBM 4.
b) Penyusunan instrumen penelitian
berupa lembar observasi aktivitas
siswa serta pengelolaan guru
terhadap proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share dan tes pemahaman
siswa tentang hasil-hasil amandemen UUD 1945 siswa.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
(Action and Observation)
Melaksanakan tindakan pembelajaran
ke-3 dan ke-4 sesuai dengan RPP
model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share dengan topik
“peranan lembaga perlindungan HAM
dan sikap positif terhadap upaya
penegakan HAM” oleh peneliti sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VII-4 Selama proses pembelajaran dilakukan observasi
oleh observer (guru sejawat) untuk
mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru.
Diakhir Siklus II dilakukan pula tes
hasil belajar untuk mengahui pemahaman siswa tentang peranan lembaga
perlindungan HAM dan sikap positif
terhadap upaya penegakan HAM
sebagai Formatif II.
3) Refleksi (Reflective)
Setelah kegiatan pembelajaran Siklus
II dilaksanakan, dilanjutkan dengan
kegiatan refleksi oleh peneliti berkolaborasi guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara
sumber dari UNIMED dan LPMP
SUMUT. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa dalam pembelajaran
dan ketuntasan hasil belajar siswa
ditelaah.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun melalui
diskusi kolaborasi antara peneliti dengan
guru sejawat, pembimbing, dan nara
sumber dari LPMP SUMUT dan UNIMED.
Perangkat Siklus I disusun dalam perencanaan Siklus I. Sementara dalam Siklus
II perangkat disusun dalam perencanaan
Siklus II, ini dimaksudkan agar teridentifikasi kelemahan pembelajaran dan
tersusun rencana yang direvisi terlebih
dahulu. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun
untuk tiap siklus. Masing-masing RPP
berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran
khusus, dan kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share.
2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar
Istrumen ini terdiri dari lembar
observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, untuk melihataktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tiap siklus.
357
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
3. Tes formatif
Tes digunakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan model Kooperatif
Tipe Think Pair Share. Tes disusun dalam
bentuk pilihan ganda yang mengacu pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) untuk SMP kelas VII bidang studi
Pendidikan kewarganegaraan. Tes yang
digunakan sebanyak 20 item dengan 4
option. Tes tersebut dituangkan dalam
bentuk Tabel spesifikasi seperti tercantum
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Tabel Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indikator
Bentuk
Soal
No Soal
Tingkat Kognitif
PG
1,2,3
C1, C2, C3
PG
4,5,6
C4, C3 ,C2
PG
7,8,9
C2 C2 ,C3
PG
10,11,12
C4, C1 C3
PG
13,14,15,2
0
C4, C1 C2 C3
PG
16,17,18,1
9
C4 ,C3 ,C2 C3
Menjelaskan indicator pelanggaran HAM dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM
dalam kehidupan sehari-hari
Menguraikan
upaya-upaya
penanganan
pelanggaran
HAM
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Menguraikan pengadilan HAM dan fungsi
perannya dalam upaya perlindungan dan
penegakkan HAM
Menguraikan lembaga perlindungan HAM dan
perannnya di Indonesia
Menunjukkan sikap positif terhadap upaya
perlindungan HAM yang dilakukan lembaga
perlindungan HAM
Keterangan :
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Aplikasi
C4 : Analisis
C5 : Sintesis
C6 : Evaluasi
6. Teknik Analisis Data
Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif
dengan membandingkan hasil belajar
siswa sebelum tindakan dengan hasil
belajar siswa setelah tindakan.
Langkah-langkah pengolahan data
sebagai berikut:
1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum
tindakan dan nilai tes akhir Siklus I
dan Siklus II
2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada
Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil
belajar.
3. Penilaian
a. Data nilai hasil belajar (kognitif)
diperoleh
dengan
menggunakan
rumus:
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘π‘Žπ‘› π‘π‘’π‘›π‘Žπ‘Ÿ
π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘ π‘–π‘ π‘€π‘Ž =
π‘₯100
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘ π‘’π‘™π‘’π‘Ÿπ‘’β„Ž π‘ π‘œπ‘Žπ‘™
b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan
rumus sebagai berikut:
Xο€½
οƒ₯X
N
Keterangan :
c.
X = Nilai rata-rata
Σ = Jumlah nilai X
N = Jumlah peserta tes
Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
%π‘ƒπ‘Ÿπ‘œπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘ π‘–π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘Žπ‘  =
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Žπ‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿπ‘¦π‘”π‘‘π‘–π‘π‘’π‘Ÿπ‘œπ‘™π‘’β„Ž
π‘₯100%
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Žπ‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿπ‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™
(Majid, 2009:268)
d. Ketentuan persentase ketuntasan
belajar kelas
∑ 𝑆𝑏
πΎπ‘’π‘‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘›π‘π‘’π‘™π‘Žπ‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘˜π‘’π‘™π‘Žπ‘  =
π‘₯100%
𝐾
Keterangan:
ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ KKM
ΣK = Jumlah siswa dalam sampel
Sebagai tolak ukur keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat
dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa
358
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
mencapai KKM secara individual dan 85%
secara klasikal.
7. Indikator Ketercapaian
Penelitian menggunakan indikator
ketercapaian yakni KKM Pendidikan
Kewarganegaraan untuk kelas VII di SMP
Negeri 15 Medan sebesar 75 untuk
individu siswa. Artinya siswa dikatakan
tuntas belajar jika nilainya dalam formatif
mencapai KKM ini. Sedangkan kelas
dikatakan tuntas atau penelitian berhasil
jika paling tidak 85% dari jumlah siswa
dalam kelas subjek memperoleh nilai
mencapai KKM.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Data penelitian diperoleh dari data
observasi berupa pengamatan pengelolaan model pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS dan pengamatan aktivitas guru
dan siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari
dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dan
data pengamatan aktivitas guru dan
siswa.
Data tes formatif untuk mengetahui
peneingkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkannya
model
pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS. Sebelum melakukan
kegiatan belajar mengajar maka dilakukan
tes hasil belajar atau disebut Pretes.
Análisis data menunjukan hasil pretes
siswa rata-rata adalah 30,0.
A. Diskripsi Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Pra Tindakan
a. Identifikasi
permasalahan
pembelajaran
Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan
pra survei pada bulan Januari 2013.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
menyampaikan maksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Shareuntuk meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Perencanaan
kegiatan
sebelum
penelitian
1) Urutan tindakan
a) Survei dan penjajakan
Survei dan penjajakan dilakukan secara langsung untuk mengetahui kemungkinan dan ketersediaan sekolah
yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian. Tujuan survei yang lain
adalah untuk mendapatkan informasi baik
fisik maupun non fisik keadaan sekolah
dan sarana pembelajaran.
b) Penyusunan proposal
Penyusunan proposal atau rencana
tindakan terlebih dahulu dikonsultasikan
dengan tutor pembimbing.
c) Perijinan
Perijinan diperoleh dengan prosedur
yang ada dengan ijin dan rekomendasi
lembaga terkait untuk perijinan ke
lapangan.
2) Pelaksanaan Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian, diperlukan suatu rancangan yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran.
Rencana penelitian ini merupakan suatu
rancangan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedengan
upaya meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Secara umum Model pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share Tugas
guru selama proses pembelajaran berlangsung adalah menyampaikan tujuan
pembelajaran sejelas-jelasnya, memantau
aktivitas siswa dan memberi bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan proses
pembelajaran, mengevaluasi kerja siswa,
menerangkan materi pelajaran.
Dalam desain pembelajaran ini peran
guru selain sebagai fasilitator juga sebagai koordinator dan konsultan dalam
memperdayakan siswa, artinya guru
mempunyai kewajiban untuk mengamati
siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam menganalisa permasalahan
dengan penuh tanggung jawab.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan selama 2
siklus/putaran dan masing-masing siklus
dilaksanakan selama 2 x pertemuan. Jadi
penelitian ini dilaksanakan selama 4 x
pertemuan. Masing-masing siklus terdiri
dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
359
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
a. Siklus I
1) Pertemuan 1
a) Perencanaan Tindakan
Standar Kompetensi : Menampilkan
sikap
positif
terhadap perlindungan dan
penegakkan
Hak
Azasi
Manusia
(HAM)
Kompetensi Dasar
Materi
: Mendeskripsikan
kasus
pelanggaran
dan upaya penegakkan
HAM
:Indikator dan
kasus pelanggaran HAM
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan 1
Ketika guru masuk kelas, pada jam ke 3 pelajaran, hari Selasa pada tanggal 26 Maret 2013, siswa
kelas VII-4 mereka sedang asyik bercerita sambil tertawa, ada yang duduk berkelompok, ada juga yang
masih berjalan-jalan, sadar gurunya sudah datang, semua siswa duduk di meja masing-masing. Setelah
siswa diam guru memberi salam “Selamat pagi anak-anak” “Selamat pagi Bu” “Siapa yang tidak hadir hari
ini?” siswa menjawab “Tidak ada, Bu”. Jawab Nurul Fauzih selaku sekretaris kelas.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, dan menjelaskan materi mengenai Indikator
pelanggaran HAM dan kasus pelanggaran HAM. Guru menjelaskan kasus pelanggaran HAM
dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan negara.
Setelah guru selesai menjelaskan materi pelajaran, Pada tahap pertama, think, Guru memberikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu,
kemudian Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya. Siswa berdiskusi dengan pasangannya
mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan.
Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok)
untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah
disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok,
peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan
membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam
kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya tahap share (berbagi) perwakilan tiap
kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya secara bergantian dengan
intonasi yang tepat.
Setelah dipersentasikan secara kelompok dan waktu sudah habis maka diskusi diakhiri. Guru
memberi kesimpulan. Karena waktu tinggal 10 menit lagi, guru memberi siswa tugas PR kemudian
menjelaskan cara mengerjakan tugas tersebut dan menutup pelajaran dan memberi salam.
Gambar 1. Vignette Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII-4 SMP
Negeri 15 Medan
Skenario Pertemuan 2
Setelah bel pertukaran jam belajar guru masuk kelas tanggal 2 April 2013 hari Selasa, di kelas VII-4 dan
mengatakan “Selamat pagi anak-anak!”. Sebelum guru memulai pelajaran terlebih mengabsen siswa. Kemudian
guru memberikan Tanya jawab pelajaran yang lalu selama lima menit. Guru bertanya, “coba sebutkan contoh
pelanggaran HAM di lingkungan sehari-hari?” salah seorang siswa menjawab “memberikan kesempatan orang lain
untuk beribadah dengan khusuk bu” jawab Mutiara. “Bagus” jawab Guru.
Baiklah pada hari ini materi kita “Cara-cara penangangan HAM”. Kemudian guru menjelaskan Upaya
menangani pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM tentang kedudukan dan wewenangnya sesuai UU No 26 tahun
2000.
Guru menyuruh siswa membentuk kelompok dan membagi LKS. Setelah diberi penjelasan tersebut, guru
mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru
menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa.
Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama, think, guru memberikan siswa
soal Guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan
dan menuliskan upaya menangani pelanggaran HAM tersebut dalam bentuk diskusi kelompok.
Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk
mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan
ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair
(berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika
diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya
tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya
secara bergantian dengan intonasi yang tepat.
Setelah dipersentasikan secara kelompok dan waktu sudah habis maka diskusi diakhiri. Guru memberi
kesimpulan.
Gambar 2. Vignette Pembelajaran PKnKelas VII-4 SMPN 15 Medan
360
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Seperti dapat dilihat dalam Gambar
1 dan 2, Peneliti yang memulai kegiatan
pembelajaran. Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru melakukan presensi. Setelah
pelaksanaan presensi, guru menjelaskan
kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar, dan tujuan pembelajaran. Guru juga melakukan tanya
jawab dengan siswa tentang materi yang
telah dipelajari pada pertemuan yang lalu.
Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (ThinkPair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya,
masuk ke pembelajaran TPS (Think-PairShare). Pada tahap pertama, think, guru
memberikan Lembar Kerja Siswa untuk
dikerjakan secara individu pada lembar
kerja yang telah disediakan.
Setelah tahapan think selesai, guru
meminta siswa berpasangan dengan
temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil
diskusi ditulis pada lembar kerja yang
telah disediakan. Tahapan ini disebut
dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan)
dari kelompok satu ke kelompok yang lain
dan membantu jika ada kesulitan yang
dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok
berjalan sesuai harapan. Selanjutnya
tahap share (berbagi) masing-masing kelompok di suruh mempresentasikan hasil
diskusinya ke depan. guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Namun, pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi, siswa dari kelompok
lain belum begitu antusias dalam memberikan tanggapannya maupun pertanyaannya kepada kelompok yang maju.
Data awal tersedia dalam beberapa
vignette yang dicermati bersama kolaboratornya dalam suasana terbuka dimana
setiap peserta penelitian mendapatkan
kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapatnya.
c) Tahap Observasi
• Data aktivitas belajar siswa
Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung dengan bantuan dua orang
guru untuk mengamati kegiatan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi
aktifitas siswa. Dari hasil pengamatan
aktivitas siswa diperoleh data aktivitas
yang disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Siklus I
No
Aktivitas
Jumlah
Rata-Rata
1
Menulis,membaca
94
23.5
2
Mengerjakan
46
11.5
3
Bertanya pada teman
34
8.5
4
Bertanya pada guru
19
4.75
5 Yang tidak relevan
7
1.75
Jumlah
200
50
• Data Hasil Belajar Siswa
Akhir Siklus I dilakukan tes hasil
belajar atau disebut Formatif I, dengan
data dapat dilihat Pada Tabel 3. Merujuk
pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti
berusaha memperbaiki proses dan hasil
Proporsi
47.0%
23.0%
17.0%
9.5%
3.5%
100%
belajar siswa Melalui Model Pembelajaran
kooperatif tipe think pair share. Hasil
belajar yang diperoleh pada Siklus I
selama dua pertemuan disajikan dalam
Tabel berikut:
361
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Nilai
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif I
Tuntas
Tuntas
Frekuensi
Individu
Kelas
60
7
-
-
70
13
-
-
80
16
16
42%
90
2
2
5%
Jumlah
38
18
47 %
Pada Tabel 3 tersebut, nilai terendah
Formatif I adalah 60 sebanyak 7 orang
dan nilai tertinggi adalah 90 sebanyak 2
orang, dengan 20 orang mendapat nilai
dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 47%.
Dengan nilai KMM sebesar 75. Nilai ini
berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan
KBM Siklus I kurang berhasil memberi
ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai ratarata kelas adalah 73,4.
d) Refleksi dan Revisi Siklus I
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut :
1) Guru kurang maksimal dalam
memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kerjasama siswa dalam kelompok
masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka
memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya
sebagian kecil saja dari mereka
yang mengerjakan, yang lainnya
hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa
kurang mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan kinerja siswa
masih kurang 23,0%.
3) Beberapa orang siswa mengganggu dalam pelaksanaan think
dengan aktivitas tidak relevan
yang tinggi (3,5%)
4) Sebagian besar siswa aktif bekerja sama dan berdiskusi, dan
hanya sebagian kecil siswa yang
dapat menjawab pertanyaan soal
yang ada I LKS
5) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung, hal ini
terlihat ketika guru bertanya,
Nilai ratarata
73,4
hanya sebagian kecil siswa yang
menjawab pertanyaan guru.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi
untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode
TPS (Think-Pair-Share), peneliti
memberikan pengarahan secara
detail kepada siswa tentang
prosedur pelaksanaan penerapan
pembelajaran TPS (Think-PairShare) serta tujuan pembelajaran.
Hal ini dilakukan agar siswa tidak
bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah untuk
mengikuti pembelajaran. Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung
dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
2) Untuk meningkatkan keaktifan
dan kerjasama siswa dalam kelompok, Peneliti memberikan
peringatan bahwa, jika terdapat
siswa yang membuat gaduh, tidak
mengikuti pelaksanaan dengan
seksama, maka akan dicatat dan
akan mempengaruhi nilai siswa
(semua siswa dalam kelas mendengarkan informasi dari guru
dan tenang).
3) Sebelum LKS dibagi, siswa diberi
pertanyaan agar siswa dapat
berpikir (Think).
4) Guru juga menggunakan media
power point yang ditampilkan
melalui infocus untuk membantu
siswa mengamati dan menarik
perhatian siswa dalam pembelajaran.
362
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
b. Siklus II
a) Perencanaan tindakan
Standar Kompetensi : Menampilkan
sikap
positif
terhadap perlindungan dan
penegakkan
Hak
Azasi
Manusia
(HAM)
Kompetensi Dasar
: Menghargai
upaya
Materi
perlindungan
HAM
: Peranan lembaga perlindungan
HAM
dan
sikap
positif terhadap upaya penegakan HAM.
b) Pelaksanaan tindakan
Pertemuan 3
Pada saat guru masuk kelas, pada jam 09.00, hari Selasa tanggal 9 April 2013 siswa kelas VII-4 suara ribut,
beberapa siswa masih asyik mengerjakan PRnya, ada yang mondar mandir di depan kelas, ada yang masih
bercerita dengan asyiknya. Melihat gurunya datang, siswa pun sadar lalu mereka menuju masing-masing. Guru
memberi salam, “Selamat pagi, anak-anak, Apa kabar?” siswa menjawab “Baik Bu”, “Apakah ada yang tidak hadir
hari ini?, “Tidak Bu”, jawab Ahmad Fauzi selaku ketua kelas. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian Guru
mengarahkan para siswa kepada materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali
informasi yang berhubungan dengan Cara-cara penangangan HAM. Guru lebih memberikan motivasi kepada siswa.
Selanjutnya Guru menjelaskan peranan perlindungan HAM dengan menggunankan media power point.
Setelah diberi penjelasan tersebut, guru mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan
Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan
metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada
tahap pertama, think, guru memberikan siswa soal. Guru memberi tugas kepada siswa menjelaskan peranan
perlindungan HAM yang diberikan guru dalam bentuk LKS.
Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk
mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini
disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair
(berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika
diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya
tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat. Guru Menyuruh
siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis. Siswa yang lain menanggapi penjelasan yang disampaikan
teman. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Pada iur pendapat, hamper semua siswa ikut
berpartisipasi.
Guru memberikan soal-soal sebagai latihan untuk siswa. guru membimbing siswa untuk menuliskan kembali
materi yang telah didapatkan dalam bentuk rangkuman. Karena waktu sudah mau habis, guru memberi tugas PR
dan menutup pelajaran dan memberi salam.
Gambar 3. Vignette Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan
Skenario Pertemuan 4
Pada saat guru masuk kelas, hari Selasa pagi tanggal 19 April 2013 siswa baru saja selesai pergantian jam
pelajaran, siswa sudah menunggu pergantian. Sadar guru sudah datang merekapun diam dan duduk dengan baik.
Guru memberi salam dan mengumpulkan PR siswa masing-masing. Guru memberikan motivasi dan Apersepsi. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa.
Guru menjelaskan Sikap positif terhadap upaya penegakan HAM. Setelah diberi penjelasan tersebut, guru
mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru
menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa.
Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama, think, guru memberikan LKS
mengidentifikasi sikap positif terhadap upaya penegakan HAM.
Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk
mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini
disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair
(berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika
diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya
tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya
secara bergantian dengan intonasi yang tepat. Guru Menyuruh siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis.
Siswa yang lain menanggapi penjelasan yang disampaikan teman. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada
siswa.
Setelah diskusi selesai, guru menyuruh siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis. Siswa yang lain
menanggapi penjelasan tentang sikap positif terhadap upaya penegakan HAM. Karena jam pelajaran sudah mau
habis, lalu guru memberi tugas PR dan memberi salam dan siswa bersalaman dengan guru sambil keluar.
Gambar 4. Vignette Pembelajaran PKn Kelas VII-4 SMPN 15 Medan
363
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Seperti dapat dilihat dalam Gambar
3 dan 4, peneliti telah melaksanakan KBM
sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TPS.
Sebelum masuk ketahapan pembelajaran
TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan
prosedur
pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif dengan metode TPS (ThinkPair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya,
masuk ke pembelajaran TPS (Think-PairShare). Guru juga melakukan tanya jawab
dengan siswa tentang materi yang telah
dipelajari. Masing-masing kelompok di
suruh mempresentasikan hasil diskusinya
ke depan. guru telah melibatkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat
siswa presentasi, siswa sudah mulai aktif
bertanya dan memberi tanggapannya
kepada kelompok yang persentasi. Dari
Data tersebut dalam beberapa vignette
No
1
2
3
4
5
yang dicermati bersama kolaboratornya
dalam suasana terbuka dimana setiap
peserta penelitian mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan mengajukan
pendapatnya.
c) Tahap Observasi
• Data aktivitas belajar siswa
Pada tahap observasi peneliti
melakukan pengamatan selama kegiatan
berlangsung dengan bantuan dua orang
guru untuk mengamati kegiatan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan lembar observasi
aktifitas siswa.
Dari hasil pengamatan aktivitas
siswa Siklus II diperoleh data aktivitas
yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Siklus II
Aktivitas
Jumlah
Rata-Rata
Menulis,membaca
42
10.5
Mengerjakan
95
23.75
Bertanya pada teman
22
5.5
Bertanya pada guru
20
5
Yang tidak relevan
1
0.25
Jumlah
180
• Data Hasil Belajar Siswa
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar
Nilai
45
1.0%
100%
yang telah dilakukan. Instrument yang
digunakan adalah tes formatif II. Adapun
data hasil penelitian pada siklus II
datanya dapat dilihat Pada Tabel 5 adalah
sebagai berikut.
Tabel 5. Distribusi Hasil Formatif II
Tuntas
Tuntas
Frekuensi
Individu
Kelas
70
4
-
-
80
90
23
9
23
9
60%
24%
100
2
2
5%
Jumlah
38
34
89%
Merujuk pada Tabel 5, nilai terendah
untuk Formatif II adalah 70 sebanyak 4
orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak
2 orang. Dengan 4 orang mendapat nilai
dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 89%.
Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM
Siklus II berhasil memberi ketuntasan
Proporsi
23.0%
53.0%
12.0%
11.0%
Ratarata
82,4
belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas
adalah 82,4.
d) Refleksi dan Revisi Siklus II
Pada tahap ini akan dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses
belajar mengajar dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
364
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Dari data-data yang telah diperoleh dapat
diuraikan sebagi berikut :
Beberapa hal yang dapat dicatat
dalam refleksi pembelajaran Siklus II
adalah sebagai berikut
1. Siswa mulai aktif dalam diskusi
dengan ditunjukkan oleh hasil observasi aktivitas belajarnya yang sedikit
lebih baik dari pada Siklus I. peningkatan aktivitas siswa ini disajikan
dalam Gambar 5.
Grafik Aktivitas siklus I dan II
6.0%
5.0%
4.0%
3.0%
2.0%
1.0%
0.0%
Siklus 1
4.7%
2.3%
1.7%
1.0%
0.4%
Siklus 2
2.3%
5.3%
1.2%
1.1%
0.1%
Keterangan:
1. Menulis,membaca
2. Mengerjakan
3. Bertanya pada teman
4. Bertanya pada guru
5. Yang tidak relevan
Gambar 5. Grafik Aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II
2. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari 37,5 % atau gagal menjadi 90,0% atau dalam ketogori ber-
hasil. Secara keseluruhan peningkatan hasil bbelajar siswa disajikan
dalam Gambar 6.
Grafik Prestasi Belajar
120
100
80
60
40
20
0
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata nilai
tes
Ketuntasan
klasikal (%)
Data Awal
50
20
30
0
Siklus 1
90
60
73.4
47
siklus 2
100
70
82.4
89
Gambar 6. Grafik Hasil Belajar Kognitif
365
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
3. Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua
pembelajaran
dengan
baik.
Meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing
aspek
cukup
besar.
4. Berdasarkan data Hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung. Ini dikarenakan siswa
sudah mulai terbiasa dengan
bekerja secara kelompok.
5. Siswa mulai aktif dan tahu akan
tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang
dihadapi kepada teman dalam
kelompoknya.
Revisi Pada siklus II guru telah
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan baik dan dilihat dari
aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlau banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
2. Pembahasan
Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share dalam pelaksanaannya berupa
diskusi kelompok untuk menginvestigasi
bahan yang diajarkan kelompok yang
selanjutnya diadakan presentasi kelompok. Instrumen yang disiapkan untuk
pembelajaran adalah silabus PKn, RPP,
lembar
pengamatan aktivitas, lembar
kerja siswa, dan Instrumen Tes hasil
belajar. Instrument tersebut dihasilkan
dari diskusi antara peneliti bersama
dengan tutor pembimbing penelitian dan
pendamping penelitian.
Sebelum melaksanakan silkus I
terlebih dahulu dilakukan pretes untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
diperolah nilai rata-rata sebesar 30,0
belum tuntas dan semua siswa tidak
memperoleh nilai tuntas atau ketuntasan
klasikal 0%. Berdasarkan Hasil data yang
dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal
pokok yang perlu diatasi, yaitu meningkatkan aktivitas siswa dan Hasil belajar
PKn dengan cara mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar dan
meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan RPP yang dibuat, siklus I
direncanakan dalam dua kali pertemuan
dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x
45 menit. Untuk pertemuan pertama, guru
mulai menerapkan model pembelajaran
kooperatif Kooperatif Tipe Think Pair
Share. Untuk diskusi pada siklus I setiap
kelompok diberikan soal yang sama. Hal
ini bertujuan agar pada saat dipresentasikan salah satu kelompok kedepan,
kelompok yang lain dapat memperhatikan
jawaban yang benar. Setiap kelompok
berdiskusi dan mencari jawaban masingmasing.
Guru memberikan waktu untuk
masing-masing kelompok berdiskusi, setelah selesai kemudian jawaban dikumpulkan kedepan. Guru menyuruh salah
satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, seluruh
siswa fokus pada pekerjaan yang dikerjakan didepan kelas. Selanjutnya setiap
siswa pada setiap kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk mengajukan pertanyaan, pendapat ataupun
tanggapan atas hal-hal yang belum dipahami. Pembelajaran pada pertemuan
pertama diakhiri dengan refleksi dan
menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan bersama-sama antara
guru dan siswa. Dengan begitu siswa
akan lebih paham apa saja yang telah
dipelajari pada pertemuan pertama ini.
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk
siklus I. Pada pelaksanaan pembelajaran
siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu
dua guru sejawat yang bertindak sebagai
observer yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa.
Pertemuan kedua, dimulai dengan
fase yang sama seperti pertemuan sebelumnya. Sebelum berakhirnya pertemuan kedua, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila
ada hal-hal yang masih belum paham
mengenai pelajaran yang didiskusikan
366
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
kemarin. Setelah sudah tidak ada yang
bertanya, guru melakunan formatif I
setelah dilakukan proses pembelajaran
dengan metode Kooperatif Tipe Think
Pair Share. Tes yang diberikan adalah
sebagian dari pretes yang indikatornya
telah dipelajari pada siklus I. Alokasi
waktu untuk melaksanakan kegiatan ini
adalah 20 menit dengan soal pilihan
berganda. Setelah waktu tes selesai, guru
menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban. Pembelajaran
pada pertemuan kedua diakhiri dengan
refleksi yang bertujuan untuk memberikan
penguatan kepada siswa didalam memahami materi.
Merujuk pada Tabel 4, nilai rata-rata
formatif I adalah 73,4 dengan ketuntasan
klasikal adalah sebesar 47%. Kriteria
ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai dibawah
KKM PKn. Sehingga nilai ini berada di
atas kriteria keberhasilan sehingga dapat
dikatakan KBM siklus I belum berHasil
memberi ketuntasan belajar dalam kelas.
Hasil observasi dan analisis data
siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa dalam melaksanakan diskusi belum maksimal terlihat dari
Tanya jawab antar siswa yang belum
begitu menonjol (17,0%). Dalam segi
penyampaian kurang jelas karena rasa
kepercayaan diri yang rendah, hal ini
membuat teman yang lain kurang memperhatikan terlihat dari dokumentasi
penelitian dan kurang memahami tugas
kerja terlihat dari aktivitas menulis dan
membaca yang cukup menonjol (47,0%),
sehingga mempengaruhi tingkat pengkuasaan materi dan proses pembelajaran
kurang optimal. Kondisi kelas kurang
kondusif dengan aktivitas tidak relevan
yang cukup tinggi (3,5%). Ini dapat dilihat
dari pencapaian indikator dan Hasil
observasi yang belum mencapai batas
minimal. Upaya yang dilakukan adalah
mengadakan perbaikan pada siklus II
agar pembelajaran lebih optimal.
Berdasarkan Hasil refleksi pasca
siklus I dan diskusi bersama pembimbing
penelitian dan pendamping penelitian,
maka revisi tindakan yang dapat dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam
memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kerjasama siswa dalam kelompok
masih belum optimal, masih
banyak siswa yang pasif. Mereka
memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya
sebagian kecil saja dari mereka
yang mengerjakan, yang lainnya
hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa
kurang mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap tugas yang
diberikan. Keaktifan kinerja siswa
masih kurang 23,0%.
3) Beberapa orang siswa menggangu dalam pelaksanaan think
dengan aktivitas tidak relevan
yang tinggi (3,5%)
4) Sebagian besar siswa aktif bekerja sama dan berdiskusi, dan
hanya sebagian kecil siswa yang
dapat menjawab pertanyaan soal
yang ada I LKS.
5) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung, hal ini
terlihat ketika guru bertanya,
hanya sebagian kecil siswa yang
menjawab pertanyaan guru.
Kekurangan-kekurangan pada putaran I yang berhubungan dengan minat
belajar siswa dan kemandirian siswa
dalam belajar dibenahi guru pada pembelajaran putaran II ini. Dalam pembahasan materi ajar, guru menggunakan
aturan seperti pada pertemuan sebelumnya, tetapi pada pembelajaran kali ini
guru membenahi gaya mengajarnya
seperti melakukan pendekatan kepada
siswa yang kurang perhatian pada saat
pelajaran berlangsung. Di samping itu
guru juga menggunakan media chart
berupa gambar-gambar dengan jumlah
karakter yang berlainan untuk dihitung
unuk membantu siswa mengamati dan
menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru juga berkeliling
memantau dan memberikan bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam menangkap inti pelajaran serta
yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Pada akhirnya, pertemuan ini,
guru memberikan tes untuk mengukur
kemampuan siswa memahami materi
sebagai Formatif II.
Siklus II juga dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan, setelah berakhirnya
siklus II dilakukan tes Hasil belajar
sebagai formatif II. Nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 82,4 nilai ini meningkat
367
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
dibandingkaan formatif I dan telah tuntas,
ketuntasan klasikal telah mencapai 89%.
Mengacu pada Kriteria ketuntasan
klasikal minimum sebesar 85% maka nilai
ini telah berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM
siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas.
Hal ini didukung oleh data aktivitas
belajar yang membaik dimana aktivitas
individual menulis dan membaca menurun
(23,0%) yang berarti siswa mulai memahami tugasnya dalam diskusi yang
aktif. Sejalan pula dengan aktivitas
mengerjakan dalam diskusi yang meningkat (53,0%) menandakan siswa mulai
ada bahan pembahasan masalah untuk
diselesaikan. Sehingga meningkat pula
aktivitas bertanya sesama teman (12,0%)
dan menurunya aktivitas yang tidak
relevan dengan KBM (1%).
Secara keseluruhan Hasil belajar
siswa meningkat dari pretes, formatif I,
sampai formatif II. Namun peningkatan
yang terjadi baik pada siklus I maupun
pada siklus II masih meninggalkan beberapa siswa yang belum tuntas Hasil
belajarnya. Kodisi ini muncul karena
berbagai kendala yang muncul dari beberapa siswa tersebut dalam pembelajaran.
Hasil-hasilnya
adalah
sebagai
berikut: Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn
sudah sesuai dengan harapan, karena
sudah menggunakan pendekatan belajar
Kooperatif tipe TPS dengan baik dan
benar. Sehingga siswa memiliki minat
dalam belajar berkaitan dengan tindak
mengajar yang dilakukan guru PKn kelas
VII-4 adalah selalu memberikan tujuan
pembelajaran, inti materi ajar dan kegiatan yang akan dilakukan, membimbing
dan mengarahkan siswa yang bertujuan
menciptakan hubungan baik dengan
siswa, mendorong dan membimbing
siswa dalam menyampaikan ide, berlaku
adil pada semua siswa, mengingatkan
siswa untuk mengulangi materi yang telah
diajarkan, memberi semangat siswa
dalam belajar, menciptakan suasana yang
membuat siswa terlibat secara aktif
dengan memberi latihan soal-soal.
Proses pembelajaran yang dilakukan
dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya mengajar
guru. Pembenahan yang diupayakan
antara lain model pembelajaran klasikal,
yang cenderung dilaksanakan tanpa
variasi dibenahi menjadi model belajar
klasikal,
kelompok
dan
individual.
Pembenahan ini dilaksanakan dengan
strategi pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang
dalam pembelajarannya serta guru selalu
menarik dan memelihara minat belajar
siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah data-data tes hasil belajar,
dan aktivitas belajar siswa terkumpul
kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain:
1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di
Kelas VII-4 SMPN 15 Medan. Data
aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I
antara lain
menulis/membaca
(47,0%),
mengerjakan
LKS
(23,0%), bertanya sesama teman
(17,0%), bertanya kepada guru
(9,5%), dan yang tidak relevan
dengan KBM (3,5%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan
pada Siklus II antara lain menulis/membaca (23,0%), mengerjakan LKS (53,0%), bertanya
sesama teman (12,0%), bertanya
kepada guru (11,0%), dan yang
tidak relevan dengan KBM (1%).
2. Dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share hasil belajar siswa dari
Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar
siswa dengan menerapkan model
pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Think Pair Sharepada Formatif I
dan Formatif II menunjukkan 18
orang siswa tuntas secara individu,
sedangkan kelas tidak tuntas.
Pada Siklus II, tuntas secara
individu sebanyak 34 orang siswa,
sedangkan kelas adalah tuntas
dengan rata-rata siklus I dan siklus
II adalah 73,4 dan 82,4.
Saran
Setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar selama empat kali atau disebut
dua Siklus maka perlu saran agar
pengguna atau yang memanfaatkan LKS
368
Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian.
1. Bagi para peneliti yang ingin
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share ini agar
menggunakan sampel dengan
tingkatan yang lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan siswa di tingkat
rendah (misalnya kelas VII), cenderung kesulitan untuk mengungkapkan ide-ide mereka dalam
bentuk tulisan.
2. Bagi guru yang ingin meneliti
lebih lanjut dengan model pembelajaran yang sama diharapkan
dapat mengkondisikan waktu
yang disediakan terkhusus pada
tahap diskusi kelompok. Pembagian kelompok harus heterogen
dan para anggota kelompok perlu
diberi kesempatan untuk saling
mengenal satu sama lain dalam
kegiatan tatap muka dan interaksi
pribadi
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan tes
hasil belajar dalam bentuk uraian.
Hal ini bertujuan agar keberhasilan strategi ini benar-benar
terlihat dari kemampuan siswa
menguraikan jawaban dari tes
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. 2006. Peneltian Tindakan Kelas.
Penerbit, Yrama Widya, Bandung
Arends, R. 2009. Learning to Teach. New
York
:
Penerbit
McGraw-Hill
Companies
Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2006.
Startegi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 2002. psikologi belajar.
Rineksa Putra
Lie,
A. 2008. Cooperative Learning
Mempraktikkan
Cooperative
Learning Di Ruang- Ruang Kelas.
Jakarta: Penerbit PT. Grasindo
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi
Belajar Mengajar. Surabaya Usaha
Nasional.
Trianto. 2009. Mendesain Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta : Penerbit
Kencana
Download