Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 MAKNA HUBUNGAN ANTARPRIBADI MELALUI MEDIA ONLINE TINDER 1 Karlina Nadya1, Dasrun Hidayat2 Universitas BSI, [email protected] 2 Universitas BSI, [email protected] ABSTRACT The focus of this research is based on the meaning of the Inter-personal relationships Tinder users in Bandung. Establishing a relationship via technology should be based on the preparation of appropriate communication messages. Open attitude and the attitude of trust becomes an important thing that Inter-personal communication is still running despite using Tinder media. This study used a qualitative approach on the grounds that this approach is the approach that interprets the phenomena that occur naturally. The method used is phenomenological method as a key concept in this research is to examine the meaning of a user Tinder. Results from this study that the communication can run well with good management communication messages such as the preparation of topics and use of emoticons. Openness and trust in Tinder users can also support communication even if only by using the media. Keywords: Tinder, Inter-personal communication, social media ABSTRAK Fokus penelitian ini didasarkan pada makna hubungan Antar pribadi pengguna Tinder di Bandung. Menjalin sebuah hubungan via teknologi harus didasari dengan penyusunan pesan komunikasi yang tepat. Sikap terbuka dan sikap percaya menjadi suatu hal yang penting agar komunikasi Antar pribadi tetap berjalan walaupun dengan menggunakan media Tinder. Penelitian ini menggunakan pendekeatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi secara alamiah. Metode yang digunakan adalah metode fenomenologi karena konsep utama dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang makna seorang pengguna Tinder. Hasil dari penelitian ini bahwa komunikasi dapat berjalan dengan baik dengan pengelolaan pesan komunikasi yang baik seperti penyusunan Tema dan penggunaan emoji. Sikap terbuka dan percaya pada pengguna Tinder juga dapat menunjang komunikasi walaupun hanya dengan menggunakan media. Kata kunci : Tinder, Komunikasi Antar pribadi, media sosial PENDAHULUAN Dewasa ini, menjalin hubungan melalui teknologi sudah dianggap sebagai sebuah budaya di tengah masyarakat. Hal ini dipicu dengan pertumbuhan media sosial yang semakin menjamur, seperti halnya media sosial Tinder. Dengan berkembangnya media sosial sejenis ini, komunikasi antar pribadi sudah mengalami pergerseran, yang sebelumnya tanpa media saat ini mengalami evolusi menjadi bermedia atau menggunakan media. Komunikasi dengan tatap muka memang diakui lebih baik dengan komunikasi apapun, namun hadirnya media seperti ini juga telah mengubah cara orang berkomunikasi dan sudah memberikan konstribusi yang besar terhadap hubungan antar pribadi. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang dilakukan oleh dua ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 1 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 orang dengan efek dan feedback bisa diketahui secara langsung. Namun pada kenyataanya menjalin hubugan via teknologi tidak bisa mendapatkan respon yang langsung. Berkomunikasi dengan menggunakan saluran komunikasi seperti media sosial memang memiliki banyak kendala , seperti satu sama lainnya tidak dapat melihat ekspresi, emosi, atau gerakan tubuh dari lawan di Tinder dan lain-lain. Dari hasil pra penelitian terhadap pengguna Tinder, peneliti bisa membuat sebuah kesimpulan awal tentang beragam motif atas pengalaman pengguna Tinder, seperti beberapa pengguna Tinder menyatakan bahwa menggunakan Tinder bisa membuka jendela pada hubungan yang lebih jauh di dunia nyata. Beberapa juga menyatakan Tinder bisa membuat mereka memiliki teman dalam jumlah besar. Beberapa hal inilah yang wajib ditelaah lebih lanjut. Peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman sadar pengguna Tinder ketika memaknai media sosial ini sebagai media untuk menjalin hubungan. Inti dari menjalin hubungan harus dengan rasa kepercayaan, sebab kita tidak dapat menjalin hubungan dengan orang yang tidak kita percaya, begitupun dalam penggunaan media sosial sebagai alat menjalin hubungan. Tetapi pada realitasnya secara online, orang memang dapat memalsukan identitas dan penampilan tanpa terdeteksi. Contohnya orang dewasa bisa berperilaku seperti anak remaja atau bahkan sebaliknya. Sehingga bisa peneliti simpulkan menjalin hubungan via teknologi tidak semudah berkomunikasi secara face to face, begitupun pada aplikasi Tinder yang peneliti teliti. Keberadaan media sosial Tinder ini memang mendukung pertumbuhan hubungan yang terjalin secara online. Sejak munculnya aplikasi ini pada tahun 2012, berhasil memunculkan minat masyarakat khususnya kaum dewasa muda di Bandung untuk menggunakan media sosial tersebut sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang orang baru. Media sosial ini hampir sama dengan media sosial facebook, twitter , skype, badoo yang memungkinkan berhubungan dengan orang-orang di dunia maya, namun yang membuat media sosial Tinder berbeda dengan media sosial sebelumnya adalah caranya yang lebih mudah dan praktis sehingga tidak meyulitkan pengunanya. Kita hanya perlu menghubungkan dengan media sosial ini dengan facebook dan selanjutnya bisa memilih komunikan sesuai dengan kriteria kita. Hal itulah yang membuat media sosial ini juga bisa menjadi salah satu contoh yang bagus untuk di kaji lebih lanjut sebagai saksi bisu pergeseran yang terjadi akibat perkembangan teknologi. Bagaimana sebuah hubungan antar pribadi via teknologi bisa terjalin menjadi daya tarik dalam penelitian ini. Pengalaman individu dalam memaknai penggunaan media sosial Tinder khususunya di Bandung menjadi fokus pada penelitian ini. Adanya media sosial seperti ini bisa menghubungkan dua orang tidak saling mengenal sehingga bisa betukar informasi tanpa terbatas. Media sosial dapat memudahkan penggunanya untuk bisa berkomunikasi dengan siapapun dan kapanpun dimanapun walaupun tidak saling mengenal. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Antar pribadi Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang dilakukan oleh dua orang dengan efek dan feedback bisa diketahui secara langsung. Hanya saja seiring perkembangan teknologi, saat ini komunikasi antarpribadi bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka, yaitu menggunakan saluran media. Media sosial Tinder yang peneliti teliti memungkinkan penggunanya bisa berkomunikasi dengan orang asing tanpa harus bertatap muka yaitu dengan menggunakan media. Kajian komunikasi Antar pribadi yang peneliti gunakan adalah kajian komunikasi yang dikemukakan Rakhmat (Hidayat, 2012:56). Rakhmat memberikan catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi Antar pribadi, ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 2 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. 1. Percaya (trust) adalah upaya mengandalkan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati dan kejujuran. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan oranglain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang dihargai. Faktor kedua adalah empati, upaya untuk menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati juga diartikan sebagai usaha untuk memahami orang lain. Faktor ketiga yaitu kejujuran, sikap seperti ini bisa menumbuhkan rasa saling percaya. 2. Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujut dan tidak empati. Dengan sikap defensif, komunikasi antarpribadi akan gagal karena orang yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan pengalaman defensif). 3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi. Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita dimasa kini tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji dua faktor diatas, yaitu Percaya dan sikap terbuka. Inti dari menjalankan suatu hubungan menggunakan teknologi tentu harus adanya rasa percaya dan sikap terbuka sebab hal itulah yang bisa membuat komunikasi bisa terjalin secara efektif. Bagaimana pengguna Tinder mempercayai lawan bicaranya di Tinder sementara mereka tidak pernah saling bertemu dan bagaimana pengguna Tinder bisa saling terbuka sementara mereka hanya berkomunikasi melalui media sosial Tinder. Pesan Komunikasi Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari isi pesan (The content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan adaalah pikiran atau perasaan atau gagasan, ide, sedangakan lambang adalah bahasa. Walter lippman dalam (Hidayat, 2012 : 21) menyebutkan isi pesan itu “picture in our Head” . Proses “mengemas” atau membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan yang kemudian ditransmisikan atau dioperkan atau dikirimkan kepada komunikan. Proses dalam diri komunikan disebut decoding yang seolah-olah membuka kemasan/ bungkus pesan yang diterima dari komunikator. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator maka terjadilah komunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana para pengguna Tinder membungkus sebuah pesan agar komunikasi yang terjalin dalam aplikasi tersebut dapat efektif. Media sosial Media sosial adalah media dimana penggunanya dengan mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan pesan. Media sosial yang peneliti maksud disini adalah media sosial Tinder. Media sosial ini tidak ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 3 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 berbeda jauh dengan media sosial lainnya seperti Facebook, Twitter dan Skype, dimana penggunanya bisa berkomunikasi dengan orang dunia maya. Tentunya setiap bentuk situs media sosial memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing, misalnya Twitter menonjolkan percakapan interaktif dalam pesan text yang disebut tweet, Facebook menonjolkan jaringan relasi pertemanan, youtube menonjolkan database dan sharing video serta Second Life menonjolkan dunia virtual 3D dimana setiap orang dapat melakukan aktivitas harian layaknya di kehidupan nyata. Sementara Tinder sendiri menonjolkan caranya yang mudah untuk mencari pasangan atau teman baru. Tinder Media sosial yang peneliti maksud adalah aplikasi Tinder. Alasan peneliti meneliti aplikasi ini adalah karena aplikasi ini sedang hits ditengah masyarakat dewasa muda. Yang membuat aplikasi ini berbeda dengan aplikasi sejenis adalah dimana penggunanya hanya dapat berkomunikasi jika satu sama lain memiliki “matches” atau menekan tombol “love” bersamaan.. Aplikasi ini yang pertama kali diluncurkan pada Agustus 2012 oleh Sean Rad, Justen Mateen, dan Jonathan Badeen. Saat diluncurkan ketiga pendiri Tinder ini menyebutkan bahwa media Sosial Tinder merupakan inovasi terbaru dalam mencari relasi terutama teman kencan. Itulah yang membuat Tinder berbeda dibandingkan dengan media sosial online dating lainnya. Tinder menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan seseorang dengan teman yang memiliki hobi yang sama atau bahkan dapat menemukan pasangan idaman. Tidak hanya itu, Tinder juga memberikan suatu ruang untuk mengabadikan momen kemudian di simpan di album yang tersedia dalam Tinder. Media Sosial Tinder dapat diunduh gratis. Aplikasi ini bekerja dengan mengandalkan system satelit navigasi yang dapat mengatur jarak dan lokasi tertentu. Tinder termasuk aplikasi yang cukup populer di Apple Store dan Google Store. Di kedua platform diastribusi aplikasi, Tinder termasuk dalam 10 besar daftar aplikasi favorit untuk kategori gaya hidup. Sean Rad mengungkapkan aplikasi ini dibuat berdasarkan pengamatannya terhadap gaya hidup masyarakat modern yang super sibuk sehingga tidak sempat untuk bertemu dengan teman kencan. Maka dari itu Sean Rad memutuskan untuk membuat aplikasi Tinder untuk memudahkan seseorang yang super sibuk dalam mencari jodoh. Dalam konferensi pers nya Sean Rad juga mengatakan bahwa dalam dunia nyata biasanya seseorang mengirimkan sinyal secara tidak sadar kepada orang-orang apakah menunjukan ketertarikan atau tidak, dan dirinya menginginkan hal tersebut menjadi suatu norma. Teori Penetrasi Sosial Salah satu proses yang paling luas dikaji atas perkembangan hubungan adalah penetrasi sosial. Secara garis besar, ini merupakan ide bahwa hubungan manjadi akrab seiring waktu ketika patner meberitahukan semakin banyak informasi mengenai mereka sendiri. Gerald Miller dan rekannya secara literal mengartikan komunikasi interpersonal dalam term penetrasi. Semakin bertambah yang saling diketahui oleh masing-masing komunikator, semakin bertambah karakter interpersonal yang berperan dalam komunikasi mereka. Semakin sedikit yang mereka ketahui tiap personalnya, semakin inpersonal komunikasi itu. Komunikasi interpersonal merupakan beragam proses penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan salah satu karya penting dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan (relationship development). Pada tahap awal penelitian penetrasi ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 4 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 sosial perhatian para peneliti sebagian besar dicurahkan pada perilaku dan motivasi individu bedasarkan tradisi sosiopsikologi yang sangat kental. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena objek penelitian merupakan realitas sosial yang dipandang sebagai suatu peristiwa yang bersifat dinamis, holistic dan penuh makna. Seperti halnya realitas pada perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Penelitian ini menekankan pada bagaimana pengguna Tinder memaknai hubungan antar pribadi pada media sosial Tinder. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan seharihari. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Peneliti melakukan penelitian ini dengan kondisi yang alamiah dan peneliti berperan sebagai instrumen kunci dengan bantuan orang lain dalam mengumpulkan data. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi sedalam mungkin pada pengguna Tinder dewasa muda di Bandung yang diperoleh benar-benar murni tanpa rekayasa. Penelitian ini juga melakukan sebuah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi sebagai sebuah disiplin ilmu, yang mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang petama) bersama dengan kondisikondisi yang relevan. Feneomenologi akan memimpin kita pada latar belakang dan kondisi kondisi di balik sebuah pengalaman. Pusat dari struktur kesadaran adalah kesengajaan, yakni bagaimana makna dan isi pengalaman terhubung langsung dengan objek. Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk membangun makna dengan melihta lebih dalam atas pengalaman pengguna Tinder dalam menjalin hubungan melalui media sosial. Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert, seorang filsuf Jerman, ditulis tentang ilmu yang tak nyata. Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik anta individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin dimaknai. Paradigma yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma ini adalah paradigma yang hampir merupakan anitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti menggunakan paradigma (pandangan) konstruktivis ini untuk mengetahui pengalamanpengalaman dari pengguna Tinder di bandung. Peneliti mencoba untuk mengungkap bagaimana makna hubunngan antarpribadi yang dibangun dalam aplikasi Tinder. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Dalam penelitian ini, subjek penelitian meliputi empat informan pengguna Tinder dewasa muda yang terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mkna hubungan antar pribadi dari penggunaan media Tinder yang meliputi proses berkomunikasi melalui media. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 5 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 Pemilihan informan berdasarkan kriteria individu yang dekat dengan subjek dan paham akan permasalahan yang diteliti. PEMBAHASAN Analisis pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi dalam Tinder. Melakukan komunikasi secara efektif itu memang tidaklah mudah. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang melalukan komunikasi yang sebenarbenarnya efektif. Seperti halnya yang terjadi dalam fenomena ini bahwa isi pesan dalam sebuah komunikasi sangatlah penting dalam membentuk suatu hubungan yang baik melalui media Tinder. Menurut hanafi, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu kode pesan, isi pesan, dan wujud pesan. Peneliti kaji pertama adalah wujud pesan, dimana dalam berkomunikasi , seorang pengguna Tinder harus bisa membuat membuat pesan yang jelas dan bisa membuat hubungan berkepanjangan dengan cara menyusun tema agar lawan terus tertarik untuk berhubungan. Seperti yang diungkapkan Rima Noviyanti (A2) dalam wawancara, ia mengaku bahwa terkadang ia harus menyusun tema untuk dibahas agar komunikasi dengan lawannya terus berkelanjutan. Hal ini ia lakukan agar lawannya di Tinder tertarikpadanya. Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengkaji bahwa walaupun belum saling mengenal isi pesan tetap harus menarik perhatian pengguna lain agar bisa tercipta suatu komunikasi yang berkelanjutan. Seperti memikirkan atau merencanakan tema juga bisa membuat percakapan menjadi lebih berkembang dan mengasyikan untuk keduanya. Menurut peneliti sendiri merencakan suatu tema pembahasan pada media komunikasi Tinder seperti bisa menjadi suatu hal yang patut dipikirkan. Bagaimana seseorang ingin mengenal lebih jauh lawannya jika komunikasi yang terjalin atau tema pembahasan membuat salah satunya merasa bosan. Merencakan tema akan membuat komunikasi yang terjalin semakin intim. Dengan menyusun tema sendiri pun kita menjadi tahu apa yang disukai dan tidak disukai lawan chat kita. Yang kedua adalah isi pesan, dimana isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengkomunikasikan maksudnya. A1 merasa bawha pembahasan mengenai pekerjaan dan kegiatan sehar-hari adalah awal perkenalan melalui media Tinder. Tema mengenai pekerjaan atau kegiatan sehari-hari memang suatu pembahasan awal dalam chat di media Tinder. Tentu kita juga tidak akan langsung menanyakan suatu informasi yang lebih sebab hal itu akan membuat lawan chat menjadi tidak nyaman. Selain mengenai pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, tema pembahasan tentang hobi juga menjadi hal yang sering dibahas di media Tinder. Hobi akan membuat suatu pembahasan menjadi lebih menarik apalagi jika keduanya mempunyai hobi yang sama. Pada hal ini, A5 lebih memilih membahas hobi dan A5 sendiri sering mendapatkan lawan chat yang memiliki ketertarikan yang sama. Media Tinder memang membuat penggunanya bisa memilih dengan siapa akan berbagi informasi, info pada profil di media Tinder akan memudahkan penggunanya menemukan apa yang dicarinya. Yang ketiga dari pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi adalah kode pesan, atau sederetan simbol seperti kata atau huruf yang mempunyai arti. Kode pesan yang peneliti maskud disini adalah penggunaan emoticon dalam pesan di media Tinder juga cukup diperhitungkan. Dengan menggunakan emoticon, lawan chat kita di Tinder tidak akan menganggap kita terlalu formal dan susah didekati. Bisa kita lihat sendiri bahwa penggunaan emoticon menjadi suatu keharusan dalam melakukan chat dalam media Tinder. Emoticon membuat penggunanya terlihat ramah dan mudah didekati, hal ini tentu saja berdampak pada hubungan yang akan terjalin, terutama karena kita tidak bisa melihat lawan chat di Tinder, ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 6 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 emoticon bisa membuat kalimat menjadi lebih bernada, menjadi lebih seru. Tahap Perkenalan, dimana pada tahap perkenalan, hubungan antarpribadi dikategorikan sebagai kenalan karena jenis hubungan antarpribadi seperti itu sangat terbatas pada pertukaran informasi. Dua pribadi tidak terlibat dalam cerita-ceritayang bersifat pribadi apalagi menukar informasi pribadi. Tahap pengiriman pesan pengguna Tinder pada lawannya adalah salah satu tahap perkenalan, dimana komunikator merencanakan suatu tema untuk dibahas dengan komunikan yang dimaksud. Memberikan suatu informasi yang bukan sifatnya pribadi seperti pekerjaan, hobi dan kegiatan sehari-hari ini bisa dikatakan sebuah tahap perkenalan. Selain itu penggunaan emoticon juga menjadi tahap perkenalan dimana membuat sebuah komunikasi menjadi lebih dirasa santai dan tidak formal. Tentu kita tidak mau membuat lawan kita berpikir kita tidak ramah, dan penggunaan emoticon bisa membuat tahap perkenalan ini menjadi lebih baik. Hal ini pun dipertegas pada tahap teori penetrasi sosial (Morrisan), yaitu Tahap orientasi, dimana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi. Para individu yang terlibat hanya menyanpaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Analisis pengguna Tinder memaknai keterbukaan melalui media Tinder. Pada tahap ini peneliti akan mengkaji tentang keterbukaan memalui media Tinder. Disini peneliti akan lebih menguraikan bagaimana pengguna Tinder menjalin keterbukaan dengan lawannya di aplikasi Tinder. Keterbukaan yaitu kemauan untuk menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dialam suatu hubungan yang terjalin. Keterbukaan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi Antar pribadi yang efektif. Dengan saling keterbukaan, upaya-upaya menjalin hubungan akan menjadi semakin erat dan proses komunkasi pun akan berjalan lancar. Menjalani hubungan via teknologi seperti Tinder, pengguna tentunya diharapkan memiliki sikap terbuka. Keterbukaan sendor. diawali dengan memulai komunikasi, sebab jika tidak ada yang memulai maka komunikasi tetntunya tidak akan berjalan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengguna laki-laki lebih memiliki keterbukaan daripada pengguna wanita. Dimana mereka selalu mengawali percakapan pada media Tinder. Pengguna Laki-laki memang selalu mengawali percakapan. Hal ini bisa ditandai dengan sikap keterbukaan pengguna Laki-laki, sementara para pengguna perempuan lebih cenderung menunggu pengguna laki-laki untuk memulai lebih dulu. Walaupun begitu belum tentu pengguna Laki-laki lebih terbuka mengenai informasi pribadi. Pada tahap keterbukaan ini peneliti akan mengaitkan dengan teori penetrasi sosial, dimana teori ini merupakan ide bahwa hubungan menjadi lebih akrab seiring waktu ketika partner memberitahukan semakin banyak informasi mengenai mereka sendiri. Selanjutnya, social penetration merupakan proses peningkatan disclosure dam keakraban dalam hubungan. Pada tahap ini pengguna Tinder laki-laki memulai keterbukaannya untuk memulai sebuah percakapan, kemudian pengguna Lakilaki menempatkan diri mereka untuk menjadi seorang pendengar yang baik dimana dalam tahap ini hal itu penting agar membuat hubungan yang terjalin semakin lebih akrab, sementara pengguna perempuan sendiri mulai bercerita dan memberikan informasi yang mulai dianggap sebagai informasi pribadi. Dalam proses komunikasi tidak terlepas dari hambatan-hambatan komunikasi yang sering mengakibatkan komunikasi tidak berhasil, walaupun melalui media. Hambatan yang melibatkan sinyal pada media adalah suatu hal yang wajar, namun dalam hal ini peneliti lebih menemukan hambatan pada lawan chatnya sendiri. Ada empat hal yang menjadi hambatan pada saat berkomunikasi melalui media Tinder. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 7 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 Yang pertama adalah hambatan waktu. Waktu menjadi faltor penting dalam komunikasi melalui media Tinder. Hambatan waktu akan menghambat komunikasi yang terjalin, tentunya ini akan membuat komunikasi tidak efektif. Selain itu A4 mengungkapkan bahwa faktor penting pada percakapan itu adalah wawasan komunikator dan komunikannya haruslah luas. Memang benar komunikasi dapat berjalan dengan baik jika komunikan dapat menerima pesan yang jelas sehingga menimbulkan feedback yang langsung, dalam hal ini jika komunikan atau komunikator memiliki keterbatasan wawasan, komunikasi akan tidak bisa berjalan lama. Tentu ini bisa berdampak pada lawan chatting yang jadi tidak berniat untuk berkomunikasi lagi. Sementara A5 mengungkapkan bahwa lawan chat yang terlalu jaim juga menyebabkan komunikasi akan menjadi tidak efektif. Dalam media Tinder, kita memang bisa memilih dengan siapa akan terbuka, tapi tentunya hal ini bisa menjadi penghambat pengguna lain untuk mengenal lawan chattingnya. Tetapi kembali lagi media sosial Tinder pun tidak melarang dengan siapa kita akan terbuka. Analisis pengguna Tinder memaknai Kepercayaan melalui media Tinder Tinder adalah aplikasi media sosial dimana kita bisa berhubungan dengan orang-orang yang berada di dunia maya. Itu artinya ketika kita berhubungan dengan orang baru kita harus memiliki sikap percaya kalau tidak komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif. Dalam hal ini peneliti akan lebih mengkaji tentang bagaimana pengguna Tinder memaknai kepercayaan yang terjadi di media Tinder. Kepercayaan adalah sebuah proses dalam menjalani hubungan yang baik. Kepercayaan ditandai dengan sikap jujur, empati dan menerima. Yang pertama adalah sikap jujur. Sikap jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan sebuah informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam hal ini media sosial adalah aplikasi yang bisa digunakan semua orang, artinya identitas bisa saja dirahasiakan. Jika dalam tahap keterbukaan seorang pengguna menceritakan informasi pada pengguna lain, dalam tahap kepercayaan akan dipertanyaan apakah informasi yang di ceritakan adalah benar atau bohong. Teori penetrasi sosial tidak lagi sekedar menggambarkan perkembangan linera, dari informasi umum kepada informasi pribadi. Sikap seseorang untuk terbuka dan tertutup merupakan suatu siklus dan siklus keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki pola perubahan reguler, atau perubahan yang dapat diperkirakan. Yang kedua adalah rasa empati. Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondiri yang dihadapi. Dalam hal ini, dengan mengerti suasana lawan chatting, maka komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Seorang pengguna Tinder yang memiliki sikap ini tentu saja akan membuat lawannya merasa nyaman saat berkomunikasi meskipun hanya melalui media chatting. Meskipun hanya menggunakan media Tinder, pengguna akan memiliki rasa empati pada pengguna lainnya seperti memberikan saran. Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya. Tentunya ini bisa membuat komunikasi semakin baik. Poin terakhir pada bagaimana pengguna Tinder memaknai kepercayaan adalah sikap menerima. Sikap menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Dalam sikap menerima pengguna Tinder disini adalah mereka tidak bisa mengendalikan pengguna lain, sebab mereka hanya berkomunikasi melalui media. Bisa kita lihat A2 tidak bisa mengendalikan lawannya dengan cara langsung membalas pesan yang dikirim oleh A2. Media sosial adalah jaringan internet yang artinya akan ada selalu jarak disana. A2 menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa mengendalikan sehingga ia hanya akan bersikap menerima jika pesannya lama dibalas. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 8 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 Respon yang lama bisa menyebabkan komunikasi menjadi terhenti, sebab dalam suatu hubungan, kita biasanya menginginkan respon yang langsung dan jelas. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat pengguna Tinder mulai pada tahap yang ketiga, yaitu tahap keakraban dan keintiman. Tahap ini dimana pengguna bisa merasakan bahwa hubuungan semakin dalam, hal ini ditandai dengan rasa empati yang terjadi pada kedua penggunanya. Seperti bertanya mengenai suasana hati dan memberikan saran pada komunikan. Hal seperti ini tentu membuat salah satunya merasa diperhatikan dan tentu menimbulkan suatu tahap yang mulai intim. Suatu keterlambatan respon akan membuat komunikasi berjalan tidak baik dalam tahap ini, sebab dalam tahap ini, keintiman sudah dimulai. Tidak mungkin seseorang akan merasakan sebuah keintiman dengan orang lain jika intensitas interaksinya tidak sering. Seperti pada data wawancara, para pengguna Tinder yang sudah berada pada tahap ini akan merasakan sebuah perasaan yang tidak menentu pada lawan chatnya jika ada keterlambatan respon pada chat. Hal ini menimbulkan suatu pikiran bahwa lawan mereka tidak tertarik lagi pada mereka padahal bisa saja keterlambatan respon terjadi karena faktor lain, seperti tidak ada signal atau lain-lain yang bukan merupakan faktor kesengajaan. Analisis pengguna Tinder memaknai perbedaan hubungan antara dunia maya dan dunia nyata dapat dianalisa menggunakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas di antara mereka. Devito (1976). Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung. Namun dalam perkembangan teknologi, komunikasi bisa lakukan dengan media. Tinder adalah salah satu media yang dimaksud oleh peneliti. Komunikasi yang baik seharusnya memang dilakukan secara face to face, tetapi media membuat komunikasi bisa dilakukan dengan media. Pada tahap terakhir makna hubungan antar pribadi melalui media Tinder adalah mengetahui bagaimana perbedaan hubungan antara dunia maya dan dunia nyata. Disini peneliti akan mengkaji lebih lanjut mengenai perbedaan komunikasi antara dunia maya dan dunia nyata. Pengguna Tinder yang menggunakan Tinder sebagai alat menjalin hubungan tentunya akan berada dalam tahap ingin mengenal lebih jauh mengenai lawan Tindernya, dan hal ini di lakukan dengan cara bertemu secara langsung pada waktu yang ditentukan oleh keduanya sehingga mereka bisa melanjutkan hubungan ketahap selanjutnya. Dari hasil data lapangan para pengguna Tinder yang bertemu secara langsung tidak akan langsung akrab, ada proses dimana keduanya saling terdiam sebelum akhirnya dapat menjalin komunikasi yang baik. A1 mengakui rasa nyaman saat bertemu dengan langsung akan terjalin jika keduanya bisa saling berkomunikasi dengan baik, jika keduanya tidak bisa saling menyesuaikan diri, ini akan berdampak pada tingkat kenyamanan yang menyebabkan komunikasi akan terjalin dengan buruk. Selain itu suasana komunikasi di media dan ketika bertemu langsung juga akan terasa berbeda. Komunikasi via teknologi tidak akan seefektif dengan komunikasi secara langsung atau face to face. Dalam media tinder, walaupun kita sudah merasa sangat mengenal lawan kita, hasilnya akan berbeda jika kita bertemu secara langsung. Ketika bertemu secara langsung informasi akan bertambah banyak sebab kita bisa memperhatikan hal-hal yang tidak bisa diperhatikan saat komunikasi dengan media, seperti ekspresi, emosi dan lain-lain. Dengan bertemu secara langsung kita juga bisa saling mengenal lawan kita. Komunikasi menggunakan media memang sudah menjadi suatu budaya saat ini, namun tetap saja komunikasi secara langsung bisa membuat hubungan ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 9 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 menjadi lebih erat. Dalam komunikasi langsung pun kita tidak akan tertipu oleh rupa dari lawan, sebab kita berhadapan langsung dengan lawan. Sementara dalam hubungan melalui media seperti Tinder, kita hanya dapat melihat foto tanpa tahu kebenarannya. Informasi yang ditaruh di media seperti Tinder keakuratannya tidak akan sebaik informasi secara langsung dengan tatap muka. Pada media Tinder kita bisa menaruh informasi apapun dan menggunakan foto siapapun atau menggunakan foto yang diedit dengan sedemikian rupa agar lawan di Tinder tertarik, tapi hal ini bisa menyebabkan komunikasi yang semula baik menjadi buruh. Seperti yang dijelaskan pada tahap kejujuran dan keterbukaan, dimana untuk menjalin hubungan yang baik dengan menggunakan media adalah informasi harus asli agar komunikasi bisa terjalin secara berkelanjutan. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; 1. Pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi pada media Tinder dengan cara memikirkan tema agar lawan tertarik untuk berkomunikasi. Selain itu wawasan yang kurang terhadap akan membuat komunikasi tidak lancar , sebab jika wawasan mengenai pembahasan yang terbatas membuat salah satunya merasa tidak nyaman yang mengakibatkan membuat terhentinya suatu proses komunikasi. Dalam komunikasi melalui media Tinder, penggunaan emoticon akan membuat percakapan terlihat lebih santai dan ramah karena emoticon dianggap sebuah nada dalam percakapan melalui chatting. 2. Pengguna Tinder memaknai keterbukaan pada media Tinder dengan cara yang selalu diawali oleh para pengguna Laki-laki. Laki-laki selalu mengawali percakapan, sementara para pengguna perempuan lebih gengsi untuk mengawalinya. Namun pengguna perempuan akan lebih terbuka setelah pengguna laki-laki memulai. Walaupun begitu, tetap saja pengguna bisa memilih untuk dapat lebih terbuka dengan siapa. 3. Pengguna Tinder memaknai Kepercayaan dpada media Tinder dengan berbagai hal, mempunyai rasa empati pada lawannya dengan cara bertanya pada apa yang dirasakan saat itu. Selain itu respon yang terlambat pada media chat akan membuat lawan merasa kesal, sebab komunikasi dinilai tidak akan lancar. 4. Pengguna Tinder memaknai perbedaan komunikasi dunia maya dan dunia nyata yaitu pengguna Tinder merasa bahwa pembahasan lebih banyak ketika bertemu secara langsung, sementara dalam dunia maya pembahasan lebih sedikit sebab identitas yang masih belum lengkap. Penggunaan foto pada Tinder juga bisa sangat menipu itulah mengapa hal itu bisa membuat komunikasi langsung berantakan. Namun komunikasi akan berkelanjutan setelah keduanya saling bertemu dan tergantung pada sikapnya masing-masing. REFERENSI Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu Moleong, LJ. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya : Bandung. Morrisan, (2013). Teori Komunikasi. Kencana : Jakarta. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya : Bandung Mulyana, Deddy. Solatun. (2007). Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 10 Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA) Vol. III No. 1 April 2016 BIODATA PENULIS Karlina Nadya, S.I.Kom. Bercita-cita menjadi seorang sutradara sekaligus penulis terkenal. Kini masih bergelut dengan kesehariannya menjadi mahasiswi Jurusan Televisi dan Film sejak tahun 2012 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung. Perempuan yang lebih akrab dipanggil Iin ini lahir di Bandung, 28 April 1994. Di usianya yang masih muda, Iin bermimpi suatu hari nanti bisa tinggal di kota New York Amerika. Jurnal ini merupakan tulisan ilmiah pertama yang di tulis oleh Karlina dibantu oleh Dasrun Hidayat dan Maya Retnasari. Dasrun Hidayat, S.Sos., M.I.Kom. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung sejak tahun 2013. Sedang dalam proses disertasi S3 di Universitas Padjajaran. Serius di bidang Ilmu Komunikasi Dasrun Hidayat juga telah menyelesaikan Magister Ilmu Komunikasi di kampus yang sama pada tahun 2010. Lahir di Sukabanjar, 16 November 1978. Hidayat telah menulis 3 buku ilmiah dengan judul Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya, Be A Good Communicator dan Media Public Relations. Pernah berkesempatan mengikuti beberapa seminar seperti; Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Seminar Nasional Public Relations 2015 dan Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) Tahun 2014. Maya Retnasari, M.I.Kom Alumi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 2012. Lahir Purwakarta, 7 Maret 1986. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 Jurusan Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 2009. Pernah berkesempatan mengikuti Peran Civitas Akademica Dalam Mendukung Pertahanan Negara di Laut di tahun 2010 juga Ruang Film Bandung (Konfrensi Film Bandung 2013). Saat ini aktif mengajar di Universitas BSI Bandung. ISSN: 2355-0287 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jkom 11