usaha kerupuk ikan

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK-SYARIAH)
USAHA KERUPUK IKAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK-SYARIAH)
USAHA KERUPUK IKAN
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Cetakan Syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank
Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah
satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini,
telah tersedia 76 judul komoditi. Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem
konvensional (suku bunga).
Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang makin pesat
pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan penyediaan buku pola pembiayaan
dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan syariah yang disediakan merupakan konversi dari
data dan informasi buku yang sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin
memanfaatkannya diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
Dari 76 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, Bank Indonesia mengkonversikan
ke sistem syariah sebanyak 15 judul buku pada tahun 2006 dan 4 judul buku pada tahun 2007.
Satu diantara buku pola pembiayaan yang dikonversikan ke sistem syariah adalah usaha kerupuk
ikan. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah murabahah (jual beli)
Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia memperoleh
bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola
pembiayaan syariah ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan
UMKM (BUMKM-DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi
penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat
menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM-DKBU)
menyampaikan terimakasih.
Gedung Tipikal (TP), Lt. V
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951
Email: [email protected]
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi
yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta, Desember 2007
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
USAHA KERUPUK IKAN
No
UNSUR PEMBIAYAAN
1 Jenis Usaha
Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan
2 Lokasi usaha
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
3 Dana yang Diperlukan
- Investasi
= Rp299.339.000,- Modal Kerja = Rp74.873.568,- Total
= Rp374.212.568,-
4 Sumber Dana
Lembaga Keuangan Syariah dan modal
sendiri
5 Plafon Pembiayaan
Pembiayaan LKS untuk:
- Pembiayaan Investasi : Rp103.500.000,- Pembiayaan Modal Kerja : Rp44.400.000,- Total Pembiayaan : Rp147.900.000,-
6 Jangka Waktu Pembiayaan
Pembiayaan investasi 3 tahun, tanpa masa
tenggang (grace period) dan pembiayaan
modal kerja 1 tahun
7 Tingkat Margin Murabahah
9% (setara flat per tahun pada bank
konvensional)
8 Periode Pembayaran Pembiayaan
Angsuran pembiayaan pokok dan margin
dibayarkan setiap bulan
9 Kelayakan Usaha
a. Periode proyek
b. Skala usaha
c. Tingkat Teknologi
d. Produk yang dihasilkan
e. Pemasaran produk
10 Kelayakan Usaha
ii
URAIAN
5 tahun
176.700 kg per tahun (Rp.1.060.200.000 per
tahun)
Teknologi menengah
Kerupuk siap goreng
Dijual kepada pedagang atau pengumpul
a. Total margin yang diperoleh dari
pembiayaan investasi dan modal kerja
adalah Rp.31.941.000,b. Usaha pengolahan kerupuk ikan mampu
menghasilkan keuntungan yang dapat
digunakan untuk membayar kewajiban
pembiayaan kepada LKS.
c. Dengan demikian, pengolahan kerupuk
ikan layak untuk diusahakan.
USAHA KERUPUK IKAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
……………..................................………………………………......…
RINGKASAN EKSEKUTIF
………………………………………………………………………
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL
…………………………………………………………………………..…….
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………………………………………......
i
ii
iii
v
vi
BAB I PENDAHULUAN
...……………………………………………………….…………......
1
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
.........................................................
2.1 Profil Usaha Kerupuk Udang ..........................................................................
2.2 Pola Pembiayaan ............................................................................................
5
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
...................................................................
3.1 Aspek Pasar ………………….……………………….........................................
3.1.1 Permintaan ..........................................................................................
3.1.2 Penawaran ..........................................................................................
3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Usaha ................................................
3.2 Aspek Pemasaran ………………………………................................................
3.2.1 Harga ..................................................................................................
3.2.2 Rantai Pemasaran ................................................................................
3.2.3 Kendala Pemasaran .............................................................................
5
6
9
9
9
10
11
11
11
12
14
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI
..…………………………….......................................
4.1 Lokasi Usaha ………………………………………...........................................
4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ……………………………..............................
4.3 Bahan Baku Produksi …………………………………......................................
4.4 Tenaga Kerja …………………………………..................................................
4.5 Teknologi.............................................………………………………...............
4.6 Proses Produksi …………………………………………....................................
4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi …………………………………………….....
4.8 Produksi Optimum …………………………....................................................
4.9 Kendala Produksi ………………………………………….................................
15
BAB V ASPEK KEUANGAN
..……………………………..................................................
5.1 Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ………………………………………...
5.2 Pemilihan Pola Usaha …………………………….............................................
5.2.1 Karakteristik Usaha Kerupuk Ikan .......................................................
29
15
15
18
19
19
20
26
26
27
29
30
30
iii
5.3
5.4
5.5
5.6
5.2.2 Pola Pembiayaan .................................................................................
5.2.3 Produk Murabahah ..............................................................................
Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ………………………….......
Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ......................
5.4.1 Biaya Investasi ....................................................................................
5.4.2 Biay Operasional ..................................................................................
Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .........................................
Proyeksi Produksi dan Pendapatan ………………………………….................
30
31
32
33
33
34
35
37
5.7 Proyeksi Rugi Laba ………………………………….........................................
5.8 Proyeksi Arus Kas …………………………………...........................................
5.9 Perolehan Margin …………………………………..........................................
37
38
38
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN ………………..........
6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………………….…………………….....................
6.2 Aspek Dampak Lingkungan ………………………………………….................
41
41
42
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………………
7.1 Kesimpulan ………………….……………………............................................
7.2 Saran …………………………………………..................................................
43
43
43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
USAHA KERUPUK IKAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan ................................................
1
Tabel 1.2 Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram) ..................................
2
Tabel 1.3 Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidiarjo ......................................................
3
Tabel 3.1 Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Wilayah ................................................................ ....................................
9
Tabel 3.2 Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan
Pengeluaran per Kapita Sebulan .................................................................
10
Tabel 3.3 Volume Ekspor Kerupuk Indonesia menurut Jenisnya (ton) .........................
10
Tabel 3.4 Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidiarjo ......................................................
14
Tabel 4.1 Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk .......................
20
Tabel 4.2 Standar Mutu Kerupuk ………………………………………………………...
26
Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ….…................................
32
Tabel 5.2 Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan per Tahun ………………………………
34
Tabel 5.3 Biaya Operasional UsahaKerupuk Ikan per Tahun …………………………...
35
Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ………………………….
36
Tabel 5.5 Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun ………………………………….
37
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
Gambar 3.1 Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004 .......................................
13
Gambar 3.2 Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan ........................................
13
Gambar 4.1 Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004 ....................
16
Gambar 4.2 Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004 ........................
17
Gambar 4.3 Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004 .................
18
Gambar 4.4 Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004 ..........
22
Gambar 4.5 Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004 .............
23
Gambar 4.6 Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita,
2004 ....................................................................................................
24
Gambar 4.7 Diagram Alir Pembuatan Kerupuk IKan .................................................
25
USAHA KERUPUK IKAN
vii
USAHA KERUPUK IKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan
perairan. Ikan merupakan salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan
merupakan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mudah didapat
dengan harga yang relatif murah sehingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang rendah sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia.
Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
KOMPONEN
KADAR (%)
Kandungan air
Protein
Lemak
Mineral dan Vitamin
76,00
17,00
4,50
2,52-4,50
Sumber: www.ristek.go.id
Karena manfaat yang tinggi tersebut banyak orang mengkonsumsi ikan baik berupa daging
ikan segar maupun makanan-makanan yang merupakan hasil olahan dari ikan. Bahkan di Jepang
dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari.
Ikan merupakan produk yang banyak dihasilkan oleh alam dan diperoleh dalam jumlah
melimpah. Akan tetapi ikan juga merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses
pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi adalah kondisi yang
memberikan kesempatan bagi perkembangbiakan bakteri secara cepat. Kelemahan-kelemahan
yang dimiliki ikan dirasakan menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang
menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak
dahulu masyarakat telah berusaha melakukan berbagai cara pengawetan ikan agar dapat
dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan bagian penting dari
mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya proses tersebut,
usaha peningkatan produksi
perikanan akan menjadi sia-sia karena tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.
Pada dasarnya usaha pengawetan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang tinggi di
tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan ikan dari usaha tradisional sampai
1
Pendahuluan
usaha modern. Usaha pengawetan ikan dilakukan melalui penggaraman, pengeringan,
pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan
tersebut sangat tergantung pada proses pengawetannya. Untuk mendapatkan mutu terbaik dari
proses pengawetan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan bahan dan alat yang
digunakan, termasuk ikan yang benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha
pengawetan ikan tidak hanya sebatas pada pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk
ikan tetapi juga pengolahan menjadi bentuk lain setelah dicampur dengan bahan-bahan lain.
Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena
produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour),
rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering
dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat.
Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan
ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini
menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang
enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Komposisi zat-zat kimia dalam kerupuk disajikan dalam Tabel 1.2. berikut:
Tabel 1.2. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram)
Komponen
Karbohidrat (%)
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Kalsium (mg/100 gram)
Fosfor (mg/100 gram)
Besi (mg/100 gram)
Vitamin A (mg)
Vitamin B1 (mg)
Sumber: www.ristek.go.id
Kerupuk Ikan
Kerupuk Udang
65,6
16,6
16
0,4
2,0
20,0
0,1
0
-
68,0
12,0
17,2
0,6
332,0
337,0
1,7
50,0
0,04
Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kandungan protein ikan segar dan
kerupuk ikan tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein pada ikan tidak
banyak yang hilang setelah mengalami pengolahan. Jika dibandingkan dengan kerupuk udang,
kandungan vitamin dan mineral pada kerupuk ikan lebih rendah.
2
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri ini
banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Di samping dapat
diusahakan dengan peralatan modern, usaha ini juga dapat dijalankan dengan peralatan
tradisional. Oleh sebab itulah usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang
merupakan industri mikro.
Dari segi skala perusahaan, usaha kerupuk ikan dilakukan oleh perusahaan besarmenengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut
adalah pada teknologi dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses
produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern dengan pangsa pasar tersebar baik
di daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusahaan skala besarmenengah, usaha pengolahan kerupuk kecil rumah tangga sebagian besar menggunakan
peralatan dengan teknologi yang sederhana dan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar
lokal.
Usaha kerupuk ikan banyak tersebar di wilayah Indonesia diantaranya adalah Kepulauan
Belitung, Jawa Timur dan Kalimantan. Di Jawa Timur sendiri, hasil olahan perikanan merupakan
salah satu produk andalan dengan salah satu wilayah sentra produksinya di Kabupaten Sidoarjo.
Sebagai salah satu daerah dengan hasil perikanan yang cukup tinggi, Sidoarjo memiliki potensi
yang sangat besar dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan
produk perikanan yang terkenal dari Sidoarjo diantaranya adalah kerupuk udang, kerupuk ikan,
petis serta bandeng presto. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di wilayah
Sidoarjo, pada kecamatan tertentu memiliki sentra industri yang menghasilkan produk spesifik.
Industri kerupuk misalnya banyak berkembang di kecamatan Candi, Tulangan, Jabon dan Prambon.
Tabel 1.3. Sentra Industri Kerupuk Ikan di Sidoarjo
Kecamatan
Tulangan
Jabon
Lokasi
Desa Selasih
Desa Kedung Rejo
Desa Kedung Pandan
Prambon
Desa Jati Kalang
Sumber: www.sidoarjo.go.id
Pemasaran
Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan
Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan
USA, Jepang, Taiwan, Hongkong, Arab Saudi
-
Penyusunan pola pembiayaan usaha kerupuk ikan ini didasarkan pada informasi dari studi
lapangan yang dilakukan di wilayah kabupaten Sidoarjo. Survey dilakukan pada industri
pengolahan kerupuk ikan yang merupakan industri kecil rumah tangga. Industri-industri ini pada
3
Pendahuluan
dasarnya tidak hanya memproduksi kerupuk ikan saja tetapi juga kerupuk jenis lain seperti kerupuk
udang dan kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat
menguntungkan. Peluang pasar dalam negeri maupun ekspor untuk komoditi ini masih sangat
terbuka. Hal ini dikarenakan kerupuk ikan merupakan konsumsi sehari-hari masyarakat sehingga
permintaan untuk kerupuk ikan relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan. Selain
mampu meningkatkan pendapatan bagi pengusaha, usaha ini juga mampu membantu
meningkatkan pendapatan penduduk sekitar yang akhirnya berpengaruh pada perekonomian
daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai dampak sosial yang positif.
Industri kecil rumah tangga ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak
langsung ini merupakan upaya penciptaan lapangan kerja yang mengurangi jumlah pengangguran
di suatu wilayah. Dilihat dari sisi dampak lingkungan, usaha kerupuk ikan tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha ini hanyalah air sisa pembersihan yang
tidak mengandung zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.
4
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha Kerupuk Ikan
Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil
rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat
dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang
dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek
atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung
diantaranya adalah kerupuk Kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli
dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala
dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek.
Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja. Alasan dari
memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses pembuatan kerupuk
hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga untuk memproduksi jenis yang
lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk
yang diproses. Usaha dengan jenis produksi lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam
variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya,
memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu
kerupuk puli. Jumlah produksi kerupuk puli ini disesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga
dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan. Pada saat harga kerupuk puli naik ataupun saat harga
kerupuk ikan kurang menguntungkan pengusaha akan meningkatkan jumlah produksi kerupuk
puli.
Di wilayah Sidoarjo, usaha pembuatan kerupuk ikan terdiri atas usaha perorangan dan
usaha kelompok. Usaha perorangan banyak tersebar di seluruh wilayah di luar kecamatan sentra
industri, sedangkan usaha kelompok banyak terdapat di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah
produksi usaha perorangan relatif lebih rendah dengan wilayah pemasaran di dalam negeri,
sementara, usaha kelompok mempunyai skala usaha yang lebih besar karena merupakan
gabungan dari beberapa usaha individu dengan jumlah produksi lebih banyak dan wilayah
pemasaran lebih luas sampai ke luar negeri terutama wilayah Asia, Amerika dan Arab.
5
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
2.2. Pola Pembiayaan
Dari segi pembiayaan, usaha pembuatan kerupuk ikan memerlukan biaya yang relatif
sedikit. Untuk memulai usaha dengan 1 (satu) unit peralatan teknologi menengah diperlukan dana
kurang lebih Rp500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dicukupi dengan modal sendiri ataupun
sebagian dapat dipenuhi dengan pembiayaan dari bank baik bank konvensional maupun bank
syariah. Kebutuhan biaya untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan dapat dipenuhi
dengan pembiayaan bank, yang umumnya dari bank konvesional.
Pinjaman dari bank (konvensional) tersebut dapat berupa kredit investasi maupun kredit
modal kerja. Dari survey di Sidoarjo, pengusaha kerupuk ikan yang merupakan industri kecil
memperoleh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI).
Kebanyakan dari usaha kerupuk ikan yang memperoleh kredit ini merupakan usaha perorangan.
Pada umumnya pengusaha yang mendapatkan kredit adalah nasabah yang telah lama
berhubungan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga pengusaha yang mendapatkan kredit
dari Bank BRI, dua nasabah memperoleh kredit sebesar Rp500.000.000,- dan satu nasabah
memperoleh kredit sebesar Rp350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit Rp500.000.000,telah mendapat kredit dari Bank BRI sebanyak 2 kali dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar
Rp300.000.000,-. Untuk nasabah dengan kredit Rp500.000.000,- yang lainnya baru memperoleh
kredit dari Bank BRI 1 (satu) kali. Nasabah dengan kredit Rp350.000.000,- telah mendapatkan
kredit dari Bank BRI sebanyak 3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah tersebut memiliki jangka waktu
kredit selama 1 tahun yang dapat diperpanjang sesuai dengan kemampuannya.
Pembiayaan selain dari bank konvesional di atas juga dapat berasal dari perbankan syariah.
Merujuk pada perkembangan perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh
pembiayaan syariah. Salah satu contoh alternatif
produk syariah yang digunakan untuk
pembiayaan usaha kerupuk ikan adalah murabahah (jual beli).
Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis pembiayaan kepada
nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral
(jaminan) dan condition (kondisi).
Analisis pembiayaan dengan prinsip 5C menekankan pada aspek karakter calon nasabah.
Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya didasarkan pada aspek jaminan. Disamping itu
prospek pemasaran dan sistem pembayaran dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting
karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha
tersebut.
6
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Selain itu, karena usaha kerupuk ikan merupakan industri pengolahan makanan, maka ia
harus mendapat ijin dari instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta
Departemen Kesehatan. Perijinan tersebut diantaranya adalah tanda daftar industri, Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan dan ijin SB/MD
dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO).
7
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
8
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pada bab ini akan dibahas aspek pasar dan pemasaran dari usaha kerupuk ikan. Aspek
pasar menyangkut hal permintaan dan penawaran dari kerupuk ikan sedangkan aspek pemasaran
meliputi masalah harga, rantai pemasaran, peluang pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam pemasaran kerupuk ikan.
3.1.
Aspek Pasar
3.1.1. Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan pedagang.
Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun
demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan
olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), penduduk wilayah perkotaan (urban) lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding
penduduk wilayah pedesaan (rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk
konsumsi kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk
penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi dibanding pedesaan
dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan
pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk yang sehari-harinya bekerja di kota telah
menumbuhkan usaha penjualan makanan. Selain itu sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini
sering diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan yang lebih
pokok.
Tabel 3.1 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di wilayah
perkotaan dan pedesaan.
Tabel 3.1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita
untuk Kerupuk Menurut Wilayah
Wilayah
Banyaknya (ons)
Nilai (Rp)
Perkotaan (Urban)
0.193
154
Pedesaan (Rural)
0.147
99
Perkotaan + Pedesaan
0.166
122
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
9
Aspek Pasar dan Pemasaran
Dikatakan bahwa kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas
baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut
dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar
jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 3.2. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk
Menurut Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan
Golongan Pengeluaran (Rp)
Konsumsi (ons)
Kurang dari 40.000
40.000-59.999
0.075
60.000-79.999
0.087
80.000-99.999
0.085
100.000-149.999
0.128
150.000-199.999
0.140
200.000-299.999
0.196
300.000-499.999
0.250
500.000 dan lebih
0.305
Rata-rata konsumsi per kapita
0.166
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan juga telah diekspor ke luar negeri
antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun
jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton)
Tahun
Kerupuk Udang
Kerupuk Lainnya
1993
5.484.933
2.268.430
1994
4.436.580
2.184.394
1995
4.798.040
1.499.143
1996
6.056.580
2.293.738
1997
3.719.562
1.169.470
1998
1.532.735
1.113.172
Sumber: HTTP://www.investasi.belitungisland.com
3.1.2. Penawaran
Usaha kerupuk ikan banyak diusahakan di daerah-daerah yang banyak menghasilkan ikan
terutama daerah-daerah pantai dan sungai-sungai besar seperti di Kalimantan. Meskipun beberapa
daerah telah memproduksi kerupuk ikan, data mengenai jumlah produksi kerupuk ikan baik di
10
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
tingkat nasional maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survey yang
mengidentifikasi jumlah usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Kerupuk ikan dapat diproduksi sehari-hari dan tidak tergantung pada musim. Hanya saja
kemungkinan terjadi penurunan pasokan kerupuk pada musim hujan karena produksinya
menurun. Tetapi dengan berkembangnya teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim
hujan dapat teratasi sehingga pada musim hujan proses produksi masih bisa dilakukan meskipun
tidak sebanyak pada musim kemarau. Selain itu pasokan ikan yang bisa diperoleh tiap hari dapat
menjamin keberlangsungan usaha sekaligus pasokan kerupuk.
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan untuk usaha ini cukup tinggi karena jumlah usaha pembuatan kerupuk relatif
banyak dan jenis kerupuk yang sangat bervariasi. Peluang pasar untuk produk kerupuk ini dapat
diperoleh dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih enak dan
warna ataupun bentuk yang lebih menarik. Berbagai jenis kerupuk yang ada di pasaran membuat
konsumen semakin mempunyai banyak pilihan.
Selain produk inovasi baru peluang pasar untuk kerupuk ikan adalah segmen pasar yang
sangat luas. Produk ini dikonsumsi secara luas dari masyarakat berpenghasilan rendah sampai
masyarakat penghasilan tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau oleh
semua lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk ikan akan meningkat seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan gaya hidup masyarakat yang
menjadikan kerupuk ikan sebagai makanan pelengkap sehari-hari.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga kerupuk ikan mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Jika penawaran
menurun maka harga kerupuk cenderung naik. Banyaknya jumlah usaha dengan berbagai jenis
kerupuk yang dihasilkan menyebabkan jumlah penawaran yang cukup besar. Dalam masalah
harga, produsen tidak bisa menentukan harga seperti pada pasar persaingan sempurna. Pihak yang
dapat mempengaruhi harga adalah pedagang. Banyaknya jenis kerupuk di pasar membuat
konsumen bebas memilih produk sesuai selera, sehingga produk yang laku tersebut akan naik
harganya dan dapat menurunkan harga kerupuk jenis lain.
11
Aspek Pasar dan Pemasaran
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada tahun 2004 di
Sidoarjo mencapai Rp30.000,- sampai Rp32.500,- per bal isi 5 kg kerupuk siap goreng atau
Rp6.000,- sampai Rp6.500,- tiap kg. Harga kerupuk ikan ini cukup fluktuatif. Perubahan harga
tersebut bervariasi tetapi biasanya masih berada pada kisaran 10 persen. Kenaikan harga terjadi
pada saat jumlah produksi menurun yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku dan
penurunan produksi terutama pada musim penghujan.
3.2.2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana kerupuk ikan sampai kepada konsumen.
Pengusaha kerupuk ikan sebagian besar hanya menghasilkan produk sampai pada kerupuk mentah
siap goreng.
Hasil produksi berupa kerupuk siap goreng dipasarkan ke konsumen akhir (rumah tangga)
melalui 3 cara yaitu:
1. Usaha penggorengan
Usaha penggorengan merupakan usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan lanjutan dari
kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng siap konsumsi yang dikemas
kemudian dijual ke konsumen melalui toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen
akhir.
2. Agen/toko
Agen/toko ini berfungsi sebagai pengepul yang akan menjual produk kerupuk siap goreng
pada penjual eceran atau langsung kepada konsumen akhir.
3. Pedagang
Pedagang merupakan penjual eceran.
Dari pola pemasaran produk di atas, dapat diketahui bahwa produk akan sampai pada
konsumen akhir dalam dua bentuk yaitu kerupuk mentah siap goreng dan kerupuk goreng siap
konsumsi.
Dalam hal pengiriman produk dari produsen ke konsumen ada dua cara yaitu:
1. Diambil langsung ke produsen
2. Dikirim oleh produsen kepada agen atau toko pemesan
12
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Gambar 3.1. Kerupuk Ikan Siap Dikirim ke Pedagang,2004
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
Gambar 3.2. Diagram Alir Rantai Pemasaran Kerupuk Ikan
Produsen
Kerupuk Ikan
Agen /toko
Usaha
Penggorengan
Pedagang
Konsumen
akhir
13
Aspek Pasar dan Pemasaran
3.2.3. Kendala Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah masalah harga. Harga kerupuk ikan
maupun udang per kilogramnya relatif lebih mahal dibandingkan jenis kerupuk lain yang tidak
memakai ikan dan udang sebagai campuran. Mahalnya harga kerupuk ikan/udang ini
menyebabkan pembeli untuk produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan pendapatan
menengah ke atas mungkin akan membeli kerupuk ikan/udang sebagai kebutuhan sehari-hari,
tetapi untuk masyarakat dengan pendapatan yang masih rendah, konsumsi untuk kerupuk
ikan/udang ini masih terbatas pada acara-acara tertentu yang dianggap istimewa. Sementara,
untuk konsumsi sehari-hari masyarakat golongan ini lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih
murah. Berikut perbandingan harga beberapa jenis kerupuk di tingkat produsen di Sidoarjo untuk
jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Jenis Kerupuk dan Harganya di Sidoarjo
Jenis Kerupuk
Kerupuk Ikan
Kerupuk Udang
Kerupuk Puli
Kerupuk Kasandra
Kerupuk Impala
Sumber: Data primer
Harga per kg
6.000,8.000,3.000,2.900,3.000,-
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat produsen, harga kerupuk ikan/udang
mencapai dua kali lipat dari harga jenis kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat
harga kerupuk udang mempunyai harga yang paling tinggi, sebab bahan baku berupa udang
harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain. Dengan komposisi harga yang
demikian tidak mengherankan jika permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah terutama pada
masyarakat berpenghasilan rendah.
14
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknis pembuatan kerupuk ikan. Secara teknis
pembuatan kerupuk ikan relatif mudah dilakukan karena bahan-bahan yang mudah didapat dan
alat-alat yang digunakan relatif sederhana.
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya dilakukan di daerah-daerah yang dekat
dengan wilayah perairan baik wilayah dekat pantai ataupun sungai-sungai besar agar dapat
memperoleh bahan baku dengan harga yang lebih murah. Untuk pembuatan kerupuk ikan tidak
memerlukan lokasi usaha yang spesifik. Rumah tangga pada umumnya dapat melakukan usaha ini
sepanjang memiliki tanah lapang yang cukup terutama untuk proses penjemuran. Pada lokasi
usaha yang hanya memiliki tanah sempit dapat melakukan penyesuaian dengan membuat tempat
penjemuran pada bagian atas bangunan yang dibuat bertingkat.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
4.2.1. Fasilitas Produksi
a. Bangunan untuk proses produksi
Bangunan digunakan untuk aktivitas proses produksi yang meliputi penyiapan bahan baku,
pembuatan
adonan,
pencetakan,
pengukusan,
pendinginan,
pemotongan,
pengeringan/
penjemuran dan penyimpanan. Luas lahan yang digunakan tergantung pada jenis dan banyaknya
fasilitas yang dimiliki atau dengan kata lain skala usaha yang dimiliki.
Lay out pabrik diatur sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini memudahkan
untuk proses pemindahan barang dari masing-masing tahap. Ruangan untuk tempat pemotongan
misalnya merupakan ruangan yang langsung tembus ke lahan penjemuran untuk memudahkan
proses pengangkutan kerupuk setelah dipotong untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan
output disesuaikan dengan jumlah produksi.
15
Aspek Teknis Produksi
Gambar 4.1. Kerupuk yang Disimpan di Gudang Siap Dipasarkan,2004
Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
b. Lahan penjemuran
Lahan penjemuran untuk pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas dibandingkan bangunan
tempat produksi yang lain. Tanah yang digunakan untuk penjemuran disemen agar kerupuk basah
yang dijemur tidak kotor oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap untuk
penyimpanan sementara kerupuk yang belum kering pada waktu malam hari atau saat hujan.
4.2.2. Peralatan
Kerupuk ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana atau dengan peralatan dengan
teknologi modern. Untuk industri rumah tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik untuk
dikonsumsi sendiri ataupun dijual dengan skala yang masih kecil dapat menggunakan alat-alat
yang sederhana. Adapun alat-alat sederhana yang digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan
yaitu:
1. Baskom
2. Dandang
3. Alat penghancur bumbu (cobek)
4. Pisau
5. Tampah (Nyiru)
6. Kompor
7. Loyang
8. Sendok.
16
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Usaha pembuatan kerupuk ikan dengan skala yang besar menggunakan alat-alat dengan
teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi modern ini dapat mengurangi jumlah pekerja
sekaligus menghasilkan produk dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang singkat.
Adapun peralatan modern yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan antara lain:
1. Alat penghancur ikan
Digunakan untuk melumatkan ikan yang telah dibersihkan kepala dan sisiknya sehingga
diperoleh daging ikan yang telah ditumbuk halus dan siap dicampur dengan bahan lain.
2. Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini digunakan untuk melembutkan campuran ikan yang telah dihaluskan dan adonan
tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas hingga 10 kg dan dapat dijalankan oleh 1 (satu)
orang tenaga kerja.
3. Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter dan lebar 1 meter
yang terbuat dari kayu. Ukuran bak ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas muatan
yang diinginkan.
4. Pencetak
Mesin pencetak ini digunakan untuk mencetak adonan berbentuk silinder sebelum dimasukkan
ke cetakan sesuai ukuran yang diinginkan. Terdapat juga meja press agar adonan yang tercetak
menjadi lebih padat dan kenyal. Mesin cetak ini membutuhkan 1 (orang) tenaga kerja untuk
menjalankannya.
5. Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium.
Gambar 4.2. Dandang untuk Mengukus Adonan Kerupuk Ikan,2004
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
17
Aspek Teknis Produksi
6. Mesin pemotong
Mesin pemotong ini digunakan untuk memotong kerupuk yang telah didinginkan selama 1 hari
(24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua) orang tenaga kerja.
7. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan kerupuk terutama pada saat sinar matahari kurang atau
pada saat musim hujan. Oven berbentuk persegi panjang yang terbuat dari cor-coran semen
dan pasir yang terbagi dalam dua bagian. Bagian atas merupakan tempat kerupuk yang akan
dikeringkan sedangkan bagian bawah berupa kolong untuk mengalirkan panas. Oven terdiri
dari dryer dan mesin diesel.
Gambar 4.3. Oven untuk Pengeringan Kerupuk Pada Musim Hujan,2004
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
4.3. Bahan Baku Produksi
Terdapat bermacam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya menggunakan bahan baku
yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan merupakan kerupuk yang berbahan baku ikan.
Berbagai jenis ikan dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk ikan, namun tidak semua jenis
ikan dapat dibuat kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering dibuat kerupuk antara lain ikan
tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan lainnya. Selain ikan, usaha ini menggunakan bahan baku
lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur. Bumbu juga digunakan dalam
pembuatan kerupuk ikan untuk menambah rasa lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang
digunakan adalah garam, gula dan penyedap rasa. Zat pewarna sering digunakan sebagai bahan
tambahan untuk memberikan warna agar lebih menarik.
18
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
4.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pembuatan kerupuk tidak memerlukan keahlian
khusus. Dalam hal ini tenaga kerja pria dan wanita dapat dipekerjakan pada semua tahap
pembuatan. Akan tetapi tenaga kerja laki-laki sebagian besar ditempatkan pada proses penyiapan
bahan, pencetakan, pengukusan, dan pemotongan sedangkan tenaga kerja wanita banyak
digunakan pada tahap pemotongan, penjemuran dan pengepakan. Selain tenaga kerja tetap,
terkadang diperlukan tenaga kerja borongan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau
pada musim kemarau dimana proses produksi meningkat.
4.5. Teknologi
Dalam usaha pembuatan kerupuk ikan dapat menggunakan teknologi tradisional ataupun
teknologi modern. Perbedaan teknologi ini berkaitan dengan jenis peralatan yang digunakan
selama proses produksi.
a. Teknologi tradisional
Peralatan yang digunakan pada teknologi ini mudah diperoleh sebab merupakan peralatan
yang sering dipakai dalam rumah tangga pada umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan
faktor utama dalam hasil produksi kerupuk, sebab beberapa proses dari produksi ini mengandalkan
tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat mempengaruhi jumlah produksi yang
dihasilkan dan mutu. Dengan hanya menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat
menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat sederhana ini sangat kecil
dengan mutu yang kurang baik.
b. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern adalah proses dengan menggunakan
peralatan yang lebih modern seperti mesin cetak otomatis yang menghasilkan bentuk yang lebih
variatif, mesin pemotong yang lebih cepat dan penggunaan oven. Penggunaan teknologi ini dapat
menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan teknologi sederhana.
Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan
menghemat jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional.
c. Teknologi menengah
Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah ini menggunakan peralatan yang
terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih rendah.
19
Aspek Teknis Produksi
4.6. Proses Produksi
Usaha pembuatan kerupuk ikan hanya melakukan pengolahan dari bahan mentah sampai
pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan digunakan, tepung serta
bumbu-bumbu yang digunakan beserta perhitungan komposisi masing-masing bahan untuk
setiap adonan.
Dalam mempersiapkan bahan baku pembuatan kerupuk ikan yang perlu
mendapat perhatian utama adalah penyiapan ikan yang akan dijadikan bahan utama. Mutu
ikan yang digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena itu perlu
dipilih ikan yang masih segar. Dengan demikian diperlukan pengetahuan untuk mengetahui
tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar).
Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan cara menghilangkan sisik, insang,
maupun isi perutnya kemudian dicuci sampai bersih. Bagian tubuh yang keras, seperti duri
maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya
ikan tersebut digiling sampai halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta
bumbu disiapkan untuk proses adonan.
Tabel 4.1. Ciri-ciri Utama Ikan Segar dan Ikan yang Mulai Membusuk
Ikan Segar
Kulit
- Warna kulit terang dan jernih
- Kulit masih kuat membungkus
tubuh, tidak mudah sobek,
terutama pada bagian perut
- Warna-warna khusus yang ada
masih terlihat jelas
Ikan yang Mulai Membusuk
- Kulit berwarna suram, pucat dan
berlendir banyak
- Kulit mulai terlihat mengendur di
beberapa tempat tertentu
- Kulit mudah robek dan warnawarna khusus sudah hilang
Sisik
- Sisik menempel kuat pada tubuh
sehingga sulit dilepas
Mata
- Mata tampak terang, jernih,
menonjol dan cembung
Insang
- Insang berwarna merah sampai
merah tua, terang dan lamella
insang terpisah
20
- Sisik mudah terlepas dari tubuh
- Mata tampak suram, tenggelam
dan berkerut
- Insang berwarna coklat suram atau
abu-abu dan lamella insang
berdempetan
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Ikan Segar
- Insang tertutup oleh lendir
berwarna terang dan berbau
segar seperti bau ikan
Daging
- Daging kenyal, menandakan
rigor mortis masih berlangsung
- Daging dan bagian tubuh lain
berbau segar
- Bila daging ditekan dengan jari
tidak tampak bekas lekukan
- Daging melekat kuat pada tulang
- Daging perut utuh dan kenyal
- Warna daging putih
Ikan yang Mulai Membusuk
- Lendir insang keruh dan berbau
asam, menusuk hidung
- Daging lunak, menandakan rigor
mortis telah selesai
- Daging dan bagian tubuh lain
mulai berbau busuk
- Bila ditekan dengan jari tampak
bekas lekukan
- Daging mudah lepas dari tulang
- Daging lembek dan isi perut sering
keluar
- Daging berwarna kuning kemerahmerahan terutama di sekitar tulang
punggung
Bila ditaruh dalam air
- Ikan segar akan tenggelam
- Ikan yang sudah membusuk akan
terapung di permukaan air
Sumber: Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan Ikan, Kanisius,
Yogyakarta, 1989.
2. Proses pembentukan adonan
Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang digunakan.
Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental. Bumbu dan ikan yang telah
digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan diaduk/diremas hingga lumat dan rata.
Adonan ini kemudian dimasukkan ke dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh
adonan yang kenyal dengan campuran bahan merata.
3. Pencetakan
Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dengan
menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang lebih 30 cm dan
diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa.
Kemudian adonan berbentuk silinder ini di “press” untuk mendapatkan adonan yang lebih
padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang
terbuat dari aluminium.
21
Aspek Teknis Produksi
Gambar 4.4. Proses Pencetakan Adonan Kerupuk Ikan sebelum Dikukus,2004
Sumber : Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
4. Pengukusan
Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 2 jam
sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah
dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan
telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat
dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula,
artinya adonan telah masak.
5. Pendinginan
Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk melepaskan dari
cetakan, biasanya adonan tersebut diguyur dengan air. Adonan tersebut kemudian didinginkan
di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi
keras dan mudah diiris.
6. Pemotongan
Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin. Sebuah mesin
pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu
mengiris adonan dengan pisau yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal
kira-kira 2 mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau
dilumuri dahulu dengan minyak goreng.
22
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
7. Penjemuran/pengovenan
Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran dilakukan di bawah
sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan untuk pengeringan kerupuk yang
masih basah ini dapat dilakukan dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi
kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika
menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih
mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan kerupuk dan
akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari
lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan oven.
Gambar 4.5. Proses Penjemuran Kerupuk Ikan dengan Sinar Matahari,2004
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
8. Pengepakan
Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering ini dapat
segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng ini dikemas dalam plastik
sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal
dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk.
23
Aspek Teknis Produksi
Gambar 4.6. Pengepakan Kerupuk Ikan yang Dikerjakan oleh Tenaga Kerja Wanita, 2004
Sumber: Sri Giyanti, Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSE-KP) UGM
24
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.7. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk IKan
Ikan dibersihkan, dibuang
tulang dan durinya, dicuci
kemudian dihaluskan
Gula, garam dan telur
dicampur
Ikan dan bumbu
dicampur hingga bumbu
merata
Adonan tepung tapioka
(tepung tapioka yang
diberi air dingin)
Pencetakan
Pengukusan
Pendinginan
Pemotongan
Penjemuran
Pengepakan
25
Aspek Teknis Produksi
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Dengan menggunakan teknologi sederhana, jumlah produksi kerupuk per hari yang
dihasilkan sedikit. Dengan peralatan yang masih sederhana dan kapasitas produksi yang masih
rendah, serta mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, pembuatan kerupuk ikan memerlukan
waktu yang lebih lama sehingga dalam sehari terkadang hanya dapat melakukan 1 (satu) kali
adonan dengan jumlah produksi rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi
modern dalam satu hari dapat dilakukan 2-3 kali adonan dengan jumlah produksi per adonan bisa
lebih dari 1 ton.
Dalam usaha kerupuk ikan biasanya tidak hanya mengusahakan satu jenis kerupuk ikan
saja. Usaha ini juga menghasilkan jenis kerupuk lain seperti kerupuk udang atau kerupuk tepung
sebagai diversifikasi usaha. Usaha tersebut dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari
konsumen tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak
macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang
digunakan.
Dari berbagai jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk tersebut harus memenuhi
standar mutu produk kerupuk ikan yang ditetapkan. Selain itu kerupuk ikan harus bebas dari
bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar mutu
kerupuk disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel.4.2. Standar Mutu Kerupuk
STANDAR MUTU
KARAKTERISTIK
Kadar air (%) maksimum
Kadar protein (%) minimum
Kadar abu tidak larut dalam asam (%) maksimum
Benda asing (%) maksimum
Bau (mg)
I
Udang
12,0
4,0
1,0
1,0
Khas
II
Ikan
12,0
5,0
1,0
1,0
Khas
Udang
12,0
2,0
1,0
1,0
Khas
Ikan
12,0
5,0
1,0
1,0
Khas
Sumber: www.ristek.go.id
4.8. Produksi Optimum
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari studi lapangan, komposisi adonan tepung
tapioka dan bumbu yang digunakan memiliki perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung
tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap dan pewarna secukupnya.
26
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Komposisi ini dapat menghasilkan kerupuk dengan kualitas yang baik yaitu jika digoreng akan
mengembang dengan baik. Apabila proses pembuatan kerupuk ikan berjalan optimal maka dari 1
adonan tepung tapioka yang dicampur dengan bahan-bahan lainnya tersebut dapat dihasilkan
300-330 kg kerupuk (rendemen 76-85 persen)
4.9. Kendala Produksi
Dilihat dari sisi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak menemui kesulitan. Setiap proses
produksi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja tanpa memerlukan keahlian khusus. Kesulitan yang
sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan
produksi pada saat musim hujan.
Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan harga
ikan naik. Pada kondisi ini pengusaha kerupuk mengalami penurunan pasokan ikan karena jumlah
produksi ikan yang menurun tersebut lebih banyak dialihkan untuk konsumsi sehari-hari secara
langsung. Di pihak lain pengusaha tidak dapat menaikkan harga sesuai dengan kenaikan harga
bahan bakunya karena tidak dapat mempengaruhi harga kerupuk ikan di pasar. Hal inilah yang
menyebabkan pengusaha mengurangi jumlah produksinya.
Pada musim hujan terjadi penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produk.
Penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya sinar matahari yang menghambat proses
penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat dilakukan dengan oven (dryer), tetapi jumlah
produk yang dihasilkan juga sedikit sebab mutunya tidak sebagus dengan pengeringan dengan
sinar matahari. Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan juga menurunkan mutu kerupuk
karena harus dijemur berhari-hari.
Kendala produksi di atas biasanya diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam
jumlah yang besar pada musim kemarau untuk stok musim hujan, karena pada musim hujan terjadi
kenaikan harga kerupuk yang diakibatkan oleh jumlah permintaan yang tidak bisa dipenuhi oleh
produsen seperti hari-hari biasanya.
27
Aspek Teknis Produksi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
28
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Analisa aspek keuangan membantu pihak Lembaga Keuangan Syariah/LKS untuk
memperoleh gambaran tentang prospek usaha yang akan dibiayai. Aspek keuangan juga dapat
membantu pihak pengusaha dalam mengelola dana pembiayaan untuk usaha bersangkutan.
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah
Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal satu macam
produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pada pola syariah mempunyai
keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.
Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah, musyarakah, salam,
istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap produk juga masih
mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan syariah satu usaha bisa
memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.
Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa menggunakan
sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih harga beli dengan harga jual
sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang
diharapkan dari suatu usaha. Pada perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode
bagi untung dan rugi (profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue
sharing). Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitung -kan setelah dikurangi seluruh biaya
(keuntungan bersih). Sementara revenue sharing perhitungan nisbah berbasis dari pendapatan
usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini dapat memberi
keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha untuk memilih
produk
pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS,
pemilihan ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan tingkat resiko terhadap nasabah dan
usahanya. Sehingga bisa terjadi untuk usaha yang sama, mendapat produk pembiayaan maupun
besaran margin atau nisbah per nasabahnya berbeda.
29
Aspek Keuangan
5.2. Pemilihan Pola Usaha
5.2.1. Karakteristik Usaha kerupuk ikan
Usaha kerupuk ikan didukung oleh ketersedian bahan baku ikan. Sejauh ini, bahan baku
tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, hanya kuantitasnya yang berfluktuasi diperngaruhi oleh musim
penangkapan ikan. Dengan demikian mengacu pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha
kerupuk ikan relatif dapat dijalankan. Selain itu, usaha kerupuk ikan dapat dilakukan baik dengan
peralatan sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha kerupuk ikan
dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri.
Sedangkan untuk pasar kerupuk ikan masih terbuka lebar, hal ini mengingat kerupuk
merupakan makanan pelengkap yang sangat digemari oleh masyarakat. Kegemaran akan kerupuk
ini tidak hanya dari kalangan masyarakat domestik tetapi juga di luar negeri. Berdasarkan potensi
pasarnya, maka usaha pengolajan kerupuk ikan memiliki prospek untuk dikembangkan.
5.2.2. Pola Pembiayaan
Pada umumnya seorang pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk
saja, tetapi juga memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini merupakan salah satu
strategi untuk memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang lebih luas.
Untuk menganalisis aspek keuangan dari usaha kerupuk ikan sebenarnya dipengaruhi juga
oleh jenis kerupuk lain yang diproduksi, akan tetapi dalam analisis ini hanya akan menganalisis
aspek keuangan dari usaha yang hanya memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi yang
digunakan dalam proses produksi adalah teknologi menengah dengan kapasitas produksi optimal
310 kg kerupuk setiap satu kali adonan.
Perhitungan analisis keuangan didasarkan pada kelayakan usaha kerupuk ikan.
Model
kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha kerupuk ikan yang telah berjalan dan untuk
menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya replikasi usaha di wilayah lain.
Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak ragam produk
pembiayaan, maka pada aspek keuangan ini akan disajikan contoh produk pembiayaan dengan
cara murabahah (jual beli) baik untuk pembiayaan investasi maupun untuk pembiayaan modal
kerja. Pertimbangannya adalah karena produk murabahah ini sudah banyak diterapkan dalam
praktek LKS) dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta mengakses pola pembiayaan
tersebut.
30
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun
nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad. Di
samping
itu,
pembiayaan
murabahah
juga
memberi
pilihan
pada
bank
maupun
nasabah/pengusaha apakah pembiayaan akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen
usaha (biaya investasi dan modal kerja) atau hanya untuk komponen-komponen tertentu saja.
Pada contoh perhitungan, akan disampaikan pembiayaan untuk membeli komponenkomponen tertentu. Contoh yang disajikan diasumsikan untuk usaha baru atau peremajaan usaha.
Pembiayaan investasi untuk pengadaan mesin molen, mesin cetak, mesin potong, jrebeng dan
dryer/oven dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. Sedangkan pembiayaan modal kerja dipergunakan
untuk membeli bahan baku (tepung tapioka dan ikan) dalam jangka waktu satu tahun.
5.2.3. Produk Murabahah
Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang paling banyak
dimanfaatkan baik oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun oleh nasabah. Untuk mengenal
produk murabahah lebih jauh, berikut disampaikan penjelasan tentang produk murabahah yang
diambil dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bank Indonesia No:
7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah harus memenuhi rukun yaitu ada
penjual (bai’), ada pembeli (musytari), obyek barang yang diperjual belikan jelas, harga (tsaman)
dan ijab qabul (sighat).
Syarat-syarat yang berlaku pada murabahah antara lain:
1. Harga yang disepakati adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan.
2. Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad dan tidak berubah selama
periode akad.
3. Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah ke bank /Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) berdasarkan kesepakatan.
4. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
5. Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka akad
murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.
6. Pembayaran secara murabahah dapat dilakukan secara tunai atau dengan cicilan.
31
Aspek Keuangan
7. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani
kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah. Dalam hal bank meminta nasabah
untuk membayar uang muka maka berlaku ketentuan:
a. Jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka
biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan
kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai
kerugian yang ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta pembayaran sisa
kerugiannya kepada nasabah,
b. Jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah
menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut. Jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
5.3. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum
dalam tabel 5.1. Periode proyek 5 (lima) tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan adalah
tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan mesin/peralatan dan jumlah
tenaga kerja seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang pengusaha mampu memproduksi
310 kg kerupuk. Angka rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp6.000,-.
Hari kerja selama setahun sebanyak 285 hari. Tenaga kerja borongan bekerja selama 200 hari.
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No
1
2
Asumsi
Periode proyek
Luas tanah
- Luas bangunan
3
4
5
6
32
Satuan
Jumlah/Nilai
tahun
5
m
2
2.000
m
2
500
2
- Luas tanah penjemuran
Sarana Transportasi
Hari kerja selama 1 tahun
- tenaga kerja tetap
- tenaga borongan
Produksi dan Harga
- Produksi per hari
m
unit
1.500
1
hari
hari
285
200
kg
620
- Harga kerupuk ikan
Penggunaan tenaga kerja
kg
6.000
Keterangan
Periode 5 tahun
Mobil box
2 adonan per hari.
produksi @310 kg
kerupuk
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
No
Asumsi
- Tenaga Manajerial
- Tenaga kerja tetap
- Tenaga kerja borongan
7 Upah tenaga kerja
- Tenaga Manajerial
- Tenaga kerja tetap
- Tenaga kerja borongan
8 Penggunaan bahan baku
- Tepung tapioka
- Ikan
- Garam
- Gula
- Telur
- Penyedap
- Pewarna
Sumber: Lampiran 2
Satuan
Jumlah/Nilai
orang
orang
orang
2
14
4
Rp/hr
Rp/hr
Rp/hr
36.000
18.000
22.000
Keterangan
Untuk satu kali adonan
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
300
50
10
12,5
10
2
0,25
5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional
Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha kerupuk ikan dibedakan menjadi dua yaitu
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha. Sedangkan, biaya operasional adalah
seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.
5.4.1. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari beberapa komponen
diantaranya biaya perijinan, sewa tanah, pembelian mesin atau peralatan produksi, peralatan
pendukung dan sarana transportasi.
Biaya perijinan meliputi ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan
Departemen Kesehatan dengan jumlah biaya Rp600.000,- dan masa berlaku selama 3 tahun. Sewa
tanah dibayarkan tiap tahun, sehingga setiap tahun harus dikeluarkan biaya untuk komponen sewa
tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan
produksi yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada
tahun 0 adalah Rp299.339.000,-.
33
Aspek Keuangan
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan
No
1
2
3
4
5
Jenis Biaya
Perijinan
Sewa Tanah dan Bangunan
Mesin/Peralatan Produksi
Peralatan lain
Mobil box
Jumlah Biaya Investasi
Sumber: Lampiran 3
Nilai
600.000
150.000.000
107.030.000
1.709.000
40.000.000
299.339.000
Penyusutan
0
0
43.994.750
221.800
4.000.000
48.216.550
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah sewa tanah yang mencapai 50,11%
dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian
mesin/peralatan produksi yaitu sebesar 35,74% dari total biaya investasi. Sedangkan 14,15% sisa
biaya untuk investasi merupakan biaya investasi untuk pembelian peralatan lainnya, mobil
angkutan dan perijinan.
5.4.2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah
produksi. Komponen dari biaya operasional adalah pengadaan bahan baku dan pembantu,
peralatan operasional, biaya transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja.
Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi
kerupuk. Jumlah hari kerja dalam setahun sebanyak 285 hari (asumsi yang digunakan adalah 1
tahun=365 hari, dikurangi hari libur minggu dan libur nasional 64 hari dan jumlah hari tidak
berproduksi selama 16 hari).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp711.298.900,-. Biaya
bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total biaya operasional per tahun. Komponen biaya
terbesar kedua adalah biaya penggunaan tenaga kerja yang mencapai 15,45% dari total biaya
operasional tiap tahunnya. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja tetap dan
borongan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasal dari anggota keluarga dengan
upah/gaji tenaga manajerial diasumsikan dua kali lipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja
borongan hanya digunakan dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, karena hanya dibutuhkan
pada saat terjadi kenaikan permintaan.
34
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan per Tahun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Biaya
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Peralatan Operasional
Biaya Transportasi
Biaya Listrik
Biaya telepon
Tenaga Kerja
Biaya Pemeliharaan
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
Sumber: Lampiran 4
Nilai (Rp)
520.125.000
16.200.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
29.933.900
711.298.900
5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk usaha kerupuk ikan terdiri dari kebutuhan investasi dan modal
kerja. Dana investasi dan modal kerja tersebut ada yang bersumber dari pembiayaan LKS dan dana
milik sendiri.
Kebutuhan dana investasi, pada contoh untuk usaha baru (start up) atau peremajaan
usaha, komponen biaya investasi yang memperoleh pembiayaan LKS hanya untuk pengadaan
mesin mulen, mesin cetak, mesin pemotong, jrebeng dan dryer/oven. Sedangkan komponen yang
lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai bagian dari
kontribusinya dalam usaha.
Besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu
kali siklus produksi. Usaha kerupuk ikan mempunyai siklus produksi (dari pembuatan sampai
memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 30 hari atau 1 bulan. Sehingga
jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah:
Kebutuhan modal kerja
= (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x
biaya operasional selama 1 tahun
= (30/285) x Rp711.298.900
= Rp74.873.568,-
35
Aspek Keuangan
Kebutuhan modal kerja yang dibiayai dari LKS hanya untuk pembeliaan bahan baku (ikan
dan tepung tapioka) yaitu sebesar Rp. 44.400.000,-.. Kebutuhan komponen-komponen biaya
modal kerja yang lainnya juga diasumsikan sebagai bagian dari kontribusi pengusaha yang
bersangkutan.
Pengadaan mesin dan peralatan investasi serta pengadaan bahan baku yang dimaksud
pada pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah dimiliki oleh
pihak LKS. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS dapat menggunakan pihak lain
dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.
Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh pembiayaan
syariah ditampilkan pada tabel 5.4 (lampiran 9)
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No
I
Rincian Biaya Proyek
Kebutuhan Modal Investasi
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
II
Kebutuhan Modal Kerja (1 bulan)
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
III Total dana proyek yang bersumber dari
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
Sumber: Lampiran 9
Total Biaya (Rp)
299.339.000
103.500.000
195.839.000
74.873.568
44.400.000
30.473.568
374.212.568
147.900.000
226.312.568
Jangka waktu pembiayaan untuk investasi selama tiga tahun tanpa grace period,
sedangkan pembiayaan modal kerja yang digunakan dalam analisis ini berjangka waktu satu tahun.
Pembiayaan modal kerja pada kenyataannya dapat diperpanjang lagi masa jatuh temponya
disesuaikan dengan kemampuan pengusaha membayarnya. Tingkat margin pembiayaan yang
digunakan untuk usaha baru (start up) adalah 9% (konvensional setara dengan suku bunga flat
p.a)
Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan secara tetap
dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan dengan mempertimbangkan
siklus produksinya.
36
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Jumlah produksi selama satu tahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini diperoleh dari jumlah
adonan per tahun dikalikan dengan jumlah produksi per adonan. Dalam satu tahun dilakukan
adonan sebanyak 570 kali dengan jumlah produksi per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga
kerupuk ikan diasumsikan sebesar Rp6.000,- tiap kg, sehingga pendapatan dari produksi kerupuk
per tahun sebesar Rp1.060.200.000,-. Pendapatan sampingan diperoleh dari penjualan kantong
bekas tepung tapioka (sak) per tahun rata-rata Rp1.368.000,-. Tabel penerimaan kotor dalam
setahun disajikan dalam tabel 5.5. berikut:
Tabel 5.5. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No
Uraian
1 Produksi per tahun
2 Penjualan per tahun
3 Penjualan sak per tahun
4 Pendapatan kotor
Sumber: Lampiran 5
Satuan
Kg
Kg
Sak
Jumlah
176.700
176.700
3.420
Harga
satuan
6.000
400
Nilai (Rp)
1.060.200.000
1.368.000
1.061.568.000
Dari Tabel 5.5. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha pengolajan kerupuk ikan
adalah Rp1.061.568.000 per tahun.
5.7. Proyeksi Rugi Laba
Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian
penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih
antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya ditampilkan pada lampiran 6, menunjukkan
keuntungan (surplus) selama periode proyek.
Hasil perhitungan proyeksi laba rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama setelah
dikurangi pajak (15%), usaha ini telah menghasilkan keuntungan sebesar Rp245.430.318-. dengan
tingkat profit margin sebesar 23,12%. Laba dan profit margin ini akan meningkat untuk tahuntahun berikutnya karena komponen biaya angsuran margin pembiayaan yang semakin berkurang.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan kerupuk ikan,
dari hasil analisis diperoleh BEP rata-rata selama 5 tahun untuk usaha ini adalah sebesar
Rp146.130.922,- atau dengan jumlah produksi sebesar 24.355 kg per tahunnya dengan harga
kerupuk ikan per kg sebesar Rp6.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7
37
Aspek Keuangan
5.8. Proyeksi Arus Kas
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus
masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk
utama kerupuk ikan dan produk sampingan yaitu kantong bekas tepung tapioka (zak) selama satu
tahun. Diasumsi kapasitas usaha berpengaruh pada besarnya volume produksi yang akan
menentukan nilai total penjualan. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel
termasuk angsuran pembiayaan dan pajak penghasilan.
Evaluasi kelayakan untuk usaha kerupuk ikan dengan pembiayaan murabahah dapat diukur
dari tingkat kemampuan membayar kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui
karena pada produk murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada
analisa laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari pendapatan
yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada tingkat margin 9 % p.a flat,
usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan
demikian usaha kerupuk ikan tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk
memperoleh pembiayaan.
Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum digunakan
pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C
Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai IRR bisa menjadi indikator untuk
mengukur kelayakan usaha, semakin tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang
untuk menciptakan keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu
untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus ditetapkan atas
dasar kesepakatan kedua belah pihak yaitu LKS dan pengusaha.
Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha kerupuk ikan selengkapnya ditampilkan pada
lampiran 8.
5.9. Perolehan Margin
Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha kerupuk ikan adalah murabahah
(jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk usaha
baru atau perluasan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat margin 9% per tahun, selama tiga
tahun menghasilkan margin sebesar Rp.31.941.000,-. Tingkat margin ini diberlakukan flat (tetap)
per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya, perhitungan perolehan
margin dapat dilihat pada lampiran 9.
38
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data rujukan)
untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat ini data tersebut belum
tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari praktek umum yang
diterapkan oleh perbankan syariah dan kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data
pola pembiayaan pada perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 10.
39
Aspek Keuangan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
40
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dalam bab ini akan dibahas aspek ekonomis, sosial dan dampak lingkungan dari usaha
kerupuk ikan. Aspek ekonomis berkaitan dengan dampak usaha ini terhadap perekonomian baik
bagi pengusaha maupun bagi perekonomian secara umum di wilayah tempat tinggal. Aspek
ekonomis sangat terkait erat dengan aspek sosial karena dampak yang ditimbulkan bersifat sosial
yaitu menyangkut kebutuhan orang lain terutama di sekitar wilayah usaha. Sedangkan aspek
lingkungan menyangkut dampak dari usaha kerupuk ikan terhadap lingkungan sekitarnya. Dampak
terhadap lingkungan terutama timbul karena setiap usaha menghasilkan limbah yang mungkin
dapat mengganggu ekosistem lain.
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Usaha kerupuk ikan mempunyai dampak yang positif baik bagi pengusaha, penduduk
wilayah setempat. Bagi pengusaha dampak ekonomis dari usaha ini adalah peningkatan
pendapatan. Usaha kerupuk ikan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan karena
mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Banyaknya industri rumah tangga untuk usaha ini
dapat memacu kenaikan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan rumah tangga
meningkat. Secara makro produksi kerupuk ikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi kepada
pendapatan daerah setempat. Meskipun bisa dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah,
tetapi perlu diingat bahwa komoditi ini dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam waktu yang
singkat. Kesempatan untuk ekspor ke luar negeri masih terbuka lebar sehingga dapat menjadi
peluang untuk menambah devisa.
Selain merupakan bisnis yang menguntungkan, usaha ini akan memberi dampak sosial
yang positif melalui penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada biasanya berasal dari saudara,
tetangga sekitar atau penduduk wilayah setempat. Dengan menciptakan pekerjaan yang dapat
menyerap pekerja dari wilayah sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini telah membantu
mengurangi jumlah pengangguran khususnya di daerah tersebut.
41
Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
6.2. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan dampak limbah yang dihasilkan, dapat
dikatakan bahwa usaha ini relatif tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia
maupun lingkungan sekitarnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor sisa pembersihan.
Biasanya air ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah ini
tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat mencemari tanah dan tanaman. Selain air usaha ini
juga menimbulkan bau amis dari ikan yang diolah. Akan tetapi bau ini tidak sampai mengganggu
udara secara luas. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman
bagi lingkungan.
42
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. Usaha kerupuk ikan yang dilakukan oleh masyarakat di Sidoarjo merupakan usaha dengan
skala kecil.
b. Kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi menengah.
c. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai lapisan masyarakat.
d. Usaha kerupuk ikan mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk
konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor.
e. Harga kerupuk ikan pada tahun 2004 di tingkat produsen berkisar antara Rp6.000,- sampai
Rp6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir mencapai Rp9.000,- sampai
Rp10.000,- per kg. Harga ini sering mengalami fluktuasi dengan kisaran 10%.
f.
Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat mudah dan cepat diadopsi oleh masyarakat karena
prosesnya sangat sederhana.
g. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pendirian usaha baru dengan
produk mudarabah (jual beli), maka diperlukan modal usaha sebesar Rp 374.212.568,- yang
terdiri dari modal investasi sebesar Rp299.339.000,- dan modal kerja sebesar Rp74.873.568,-.
Modal tersebut diasumsikan berasal dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan dari
pemilik/pengusaha.
h. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha kerupuk ikan layak untuk diusahakan. Dengan
masa proyek 5 tahun dan tingkat margin 9%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada
LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.
7.2. Saran
a. Untuk menjaga kelangsungan produksi dengan biaya yang relatif rendah pengusaha kerupuk
ikan perlu menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku, terutama untuk tepung tapioka
yang jumlah produsennya terbatas dengan harga yang fluktuatif.
43
Kesimpulan dan Saran
b. Untuk meningkatkan jumlah penjualan perlu pemasaran yang baik, pada usaha kerupuk ikan
ini hubungan personal antara produsen dengan penjual merupakan kunci untuk melebarkan
jaringan pemasaran.
c. Secara finansial proyek ini layak untuk dibiayai, namun LKS tetap perlu melakukan analisis
pembiayaan yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam
penyaluran pembiayaan investasi untuk usaha baru ataupun peremajaan usaha.
44
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta, 1989.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah. 2003. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank
Indonesia
Peraturan Bank Indonesia No: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana
bagi Bank. 2005. Bank Indonesia
Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, Susenas, 2003
Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2002, Badan Pusat Statistik, 2003
DAFTAR WEBSITE
1.
http://www.investasi.belitungisland.com/
2.
http://www.ristek.go.id/
3.
http://www.sidoarjo.go.id
4.
http://www.warintek.progressio.or.id
5.
http://www.islamicfinanceonline.com
6.
http://www.ifsb.org
7.
http://www.isdb.org
8.
http://www.bankislam.com.my
9.
http://www.lariba.com
10. http://www.amss.net
45
Daftar Pustaka
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
46
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin
tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah penduduk
Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk
menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun
pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun dalam
menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka,
manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini menjadi
data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis
informasi yang dimaksud antara lain:
1.
2.
3.
4.
Informasi data nasabah
Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Proyeksi laporan keuangan
Akad pembiayaan
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan
melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat data
pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara
individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah
atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.
b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah
terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati.
Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena
pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.
47
Lampiran
Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus
usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan
kebijakan LKS masing-masing.
c. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan
persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan keuangan yang
dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi) dengan analisa kelayakan seperti NPV,
IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang
dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam
menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif
tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini
sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis
pembiayaan usaha nasabah.
Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada tabel di bawah
ini:
Tabel Pengenalan Produk Syariah
Prinsip Dasar
Bagi Hasil (Profit
Sharing)
Jenis – Jenis
Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and
Participation)
Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal)
untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu
usaha
tertentu,
dengan
pembagian
keuntungan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal
berdasarkan bagian dana/modal masing-masing
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)
Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak
shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib
menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan
nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat
menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss
sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing)
Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing)
Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan
lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen
48
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on
Certain Portion of Yield)
Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah dimana si
penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan
pemeliharaan.
Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu
dari hasil panen
Jual Beli (Sale and
Payment Sale)
Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)
Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati
Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas
kuantitas, kualitas dan spesifikasinya
Bai’ as Salam (in front Payment Sale)
Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih
dahulu secara penuh
Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture)
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
Sewa (Operational
Lease and Financial
Lease)
Al-Ijarah (operational Lease)
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau
upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa
AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with
Purchase Option)
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang
ditangan si penyewa
Jasa (Fee-Based
Services)
Al Wakalah (Deputyship)
Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat
kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal
yang diwakilkan
Al-Kafalah (Guaranty)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan
tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang
pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
Al-Hawalah (Transfer service)
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya
49
Lampiran
Ar-Rahn (Mortgage)
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterima.
Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
Al-qardh (soft and Benevolent Loan)
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Kerupuk Ikan
50
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
No
Asumsi
Satuan Jumlah/ Nilai
1
Periode proyek
2
Luas tanah
m
Luas bangunan
m
Luas tanah penjemuran
Sarana Transportasi
Hari kerja selama 1 tahun
Hari kerja tenaga borongan
Produksi dan Harga
Produksi per hari
Harga kerupuk ikan
Penggunaan tenaga kerja
Tenaga Manajerial
Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja borongan
Upah tenaga kerja
Tenaga Manajerial
Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja borongan
Penggunaan bahan baku
Tepung tapioka
Ikan
Garam
Gula
Telur
Penyedap
Pewarna
Margin Pembiayaan
3
4
5
6
7
8
9
tahun
2
5
Keterangan
Periode 5 tahun
2,000
2
500
m
unit
hari
hari
2
1,500
1
285
200
kg
kg
620
6,000
orang
orang
orang
2
14
4
Rp/hr
Rp/hr
Rp/hr
36,000
18,000
22,000
kg
kg
kg
kg
kg
kg
kg
%
300
50
10
12.5
10
2
0.25
9%
Mobil box
2 adonan per hari, produksi @310 kg kerupuk
Untuk satu kali adonan
setara p.a flat
51
Lampiran
Lampiran 3. Biaya Investasi Usaha Kerupuk Ikan
No
Jenis Biaya
Satuan
1
Perijinan
2
3
Sewa tanah dan bangunan
Mesin/Peralatan Produksi
- Penghancur ikan
- Mulen
- Bak adonan
- Mesin cetak
- Cetakan
- Dandang (plus kompor)
- Mesin pemotong
- Jrebeng*)
- Dryer/Oven
Sub jumlah
Peralatan lain
- Bak tempat air
- Gledegan
- Timbangan 5 kg
- Plastik terpal
- Alat lain
Sub jumlah
Mobil Box
Jumlah biaya investasi
4
5
Harga/
satuan
Jumlah
Nilai
Umur
Ekonomis
(tahun)
3
Penyusutan
per tahun
Nilai Sisa
satu paket
1
600.000
600.000
m2
2000
75.000
150.000.000
1
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
1
1
2
1
30
3
4
9000
1
275.000
11.000.000
300.000
12.000.000
8.500
800.000
7.000.000
4.500
12.000.000
275.000
11.000.000
600.000
12.000.000
255.000
2.400.000
28.000.000
40.500.000
12.000.000
107.030.000
20
20
5
20
5
15
20
1
20
13.750
550.000
120.000
600.000
51.000
160.000
1.400.000
40.500.000
600.000
43.994.750
206.250
8.250.000
0
9.000.000
0
1.600.000
21.000.000
0
9.000.000
49.056.250
unit
unit
unit
unit
4
2
2
10
6.000
325.000
450.000
3.500
5
10
20
5
1
unit
1
40.000.000
24.000
650.000
900.000
35.000
100.000
1.709.000
40.000.000
299.339.000
4.800
65.000
45.000
7.000
100.000
221.800
4.000.000
48.216.550
0
325.000
675.000
0
0
1.000.000
20.000.000
70.056.250
10
0
0
*) termasuk waring (digunakan untuk menjemur kerupuk)
Rekap Jumlah Biaya Investasi
No
1
2
3
4
5
52
Jenis Biaya
Perijinan
Sewa Tanah dan Bangunan
Mesin/Peralatan Produksi
Peralatan lain
Mobil box
Jumlah Biaya Investasi
Nilai
600.000
150.000.000
107.030.000
1.709.000
40.000.000
299.339.000
Penyusutan
0
0
43.994.750
221.800
4.000.000
48.216.550
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Lampiran 4. Biaya Operasional Usaha Kerupuk Ikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Biaya
Bahan Baku
- Tepung tapioka
- Ikan
- Garam
- Gula
- Telur
- Penyedap
- Pewarna
Sub jumlah
Bahan Pembantu
- Minyak tanah
Sub jumlah
Peralatan Operasional
- Plastik
- Biaya cetak label
- Peralatan operasional lain
Sub jumlah
Biaya Transportasi
Biaya listrik
Biaya telepon
Tenaga Kerja
- Tenaga Manajerial
- Tenaga Kerja Tetap
- Tenaga Kerja Borongan
Sub jumlah
Biaya Pemeliharaan
Jumlah Biaya Operasional
Satuan
Jumlah untuk
1 tahun
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
171.000
28.500
5.700
7.125
5.700
1.140
143
1.750
4.300
4.000
3.800
6.000
10.000
20.000
299.250.000
122.550.000
22.800.000
27.075.000
34.200.000
11.400.000
2.850.000
520.125.000
Liter
18.000
900
16.200.000
16.200.000
Kg
Kg
Unit
600
600
1
11.000
7.500
600.000
Bulan
Bulan
Bulan
12
12
12
1.200.000
600.000
150.000
6.600.000
4.500.000
600.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
Hari
Hari
Hari
2
14
4
36.000
18.000
22.000
Harga/satuan
Nilai (Rp)
20.520.000
71.820.000
17.600.000
109.940.000
29.933.900
711.298.900
53
Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Biaya
Bahan Baku
Bahan Pembantu
Peralatan Operasional
Biaya Transportasi
Biaya Listrik
Biaya telepon
Tenaga Kerja
Biaya Pemeliharaan
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
Nilai (Rp)
520.125.000
16.200.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
29.933.900
711.298.900
Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional
Jenis Biaya
Harga/satuan
Nilai (Rp)
Jumlah dana modal kerja*)
30/285
74.873.568
*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 30 hari kerja operasional
Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan :
= (30/285) x biaya operasoional 1 th.
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Penjualan Kerupuk Ikan
53
Lampiran
No
1
2
Uraian
Produksi per tahun
Penjualan per tahun
Satuan
Kg
Kg
Jumlah
176.700
176.700
Harga
satuan
6.000
Nilai (Rp)
1.060.200.000
Pendapatan Sampingan
No
1
Uraian
Penjualan sak
Satuan
Sak
jumlah
3.420
harga
satuan
400
Nilai (Rp)
1.368.000
Harga
satuan
Nilai (Rp)
Total Pendapatan Per Tahun
No
1
2
3
4
54
Uraian
Produksi per tahun
Penjualan per tahun
Penjualan sak per tahun
Pendapatan kotor
Satuan
Kg
Kg
Sak
Jumlah
176.700
176.700
3.420
6.000
400
1.060.200.000
1.368.000
1.061.568.000
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Lampiran 6. Proyeksi Pendapatan dan Biaya Usaha Kerupuk Ikan
No.
Tahun
Uraian
0
1
2
3
Pendapatan
a. Penjualan
Penjualan sak
b. Nilai Sisa
Jumlah (a+b)
Pengeluaran
a. Investasi
- Perijinan
- Sewa tanah dan
Bangunan
- Mesin/Peralatan
Produksi
- Peralatan Lainnya
- Mobil box
Jumlah a
0
0
0
1
2
3
4
5
1.060.200.000
1.368.000
1.060.200.000
1.368.000
1.060.200.000
1.368.000
1.060.200.000
1.368.000
1.061.568.000
1.061.568.000
1.061.568.000
1.061.568.000
1.060.200.000
1.368.000
70.056.250
1.131.624.250
600.000
600.000
150.000.000
150.000.000
150.000.000
150.000.000
150.000.000
107.030.000
1.709.000
40.000.000
299.339.000
40.500.000
100.000
40.500.000
100.000
40.500.000
100.000
40.500.000
100.000
0
190.600.000
190.600.000
191.200.000
190.600.000
520.125.000
16.200.000
520.125.000
16.200.000
520.125.000
16.200.000
520.125.000
16.200.000
520.125.000
16.200.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
11.700.000
14.400.000
7.200.000
1.800.000
109.940.000
29.933.900
711.298.900
711.298.900
350.269.100
29.933.900
711.298.900
901.898.900
159.669.100
29.933.900
711.298.900
901.898.900
159.669.100
29.933.900
711.298.900
902.498.900
159.069.100
29.933.900
711.298.900
901.898.900
229.725.350
b. Biaya operasional
- Modal kerja
- Bahan Baku
- Bahan Pembantu
- Peralatan
Operasional
- Biaya Transportasi
- Biaya Listrik
- Biaya telepon
- Tenaga Kerja
- Biaya Pemeliharaan
Mesin
Jumlah b
Jumlah a + b
Surplus
74.873.568
374.212.568
-374.212.568
Total Surplus
Rata-rata per tahun
684.189.182
34.209.459
74.873.568
55
Lampiran
Lampiran 7. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Kerupuk Ikan
Pajak
No
Uraian
1
Pendapatan
2
Pengeluaran
a. Biaya operasional
b. Penyusutan
c. Margin pembiayaan
Jumlah
Laba sebelum pajak
e. Pajak %
3
Laba rugi
4
Profit margin %
BEP (nilai penjualan)
BEP (produksi kerupuk)
BEP rata-rata
- Nilai penjualan (Rp)
- Produksi Kerupuk (kg)
56
15%
1
15%
2
TAHUN
3
4
5
Jumlah
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
5,307,840,000
711,298,900
48,216,550
13,311,000
772,826,450
288,741,550
43,311,233
711,298,900
48,216,550
9,315,000
768,830,450
292,737,550
43,910,633
711,298,900
48,216,550
9,315,000
768,830,450
292,737,550
43,910,633
711,298,900
48,216,550
759,515,450
302,052,550
45,307,883
711,298,900
48,216,550
759,515,450
302,052,550
45,307,883
3,556,494,500
241,082,750
3,797,577,250
1,510,262,750
226,539,413
245,430,318
248,826,918
248,826,918
256,744,668
256,744,668
1,283,723,338
23.12%
23.44%
23.44%
24.19%
24.19%
24.19%
186,472,852
31,079
174,362,090
29,060
174,362,090
29,060
146,130,922
24,355
146,130,922
24,355
730,654,610
121,776
146,130,922
24,355
USAHA KERUPUK IKAN
USAHA KERUPUK IKAN
Lampiran 8. Proy eksi Arus Kas dan Analisis Kelay akan Usaha Kerupuk Ikan
TAHUN
Uraian
0
1
2
3
4
5
Arus kas masuk
a. Pendapatan
-
b. Dana sendiri
226,312,568
c. Pembiayaan investasi
103,500,000
d. Pembiayaan modal kerja
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,131,624,250
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,061,568,000
1,131,624,250
190,600,000
190,600,000
191,200,000
190,600,000
711,298,900
711,298,900
44,400,000
e. Nilai sisa
70,056,250
Total arus kas masuk
374,212,568
Arus kas masuk bersih
-
Arus kas keluar
a. Biaya investasi
299,339,000
b. Biaya modal kerja
-
74,873,568
c. Biaya operasional
711,298,900
711,298,900
711,298,900
d. Angsuran pembiayaan
78,900,000
34,500,000
34,500,000
-
e. Margin pembiayaan
13,311,000
9,315,000
9,315,000
-
43,311,233
43,910,633
43,910,633
45,307,883
45,307,883
f. Pajak %
15%
-
Total arus kas keluar
374,212,568
846,821,133
989,624,533
989,624,533
947,806,783
947,206,783
Arus kas keluar bersih
374,212,568
754,610,133
945,809,533
945,809,533
947,806,783
947,206,783
Total arus kas
-
214,746,868
71,943,468
71,943,468
113,761,218
184,417,468
Kumulatif total arus kas
-
214,746,868
286,690,335
358,633,803
472,395,020
656,812,488
Kumulatif arus kas bersih (-nilai sisa)
-
214,746,868
286,690,335
358,633,803
472,395,020
586,756,238
306,957,868
115,758,468
115,758,468
113,761,218
184,417,468
Arus kas bersih (arus kas masuk bersih - arus kas keluar bersih)
-374,212,568
Perhitungan NPV, Net B/ C ratio, IRR dan PBP
57
Lampiran
Lampiran 9. Perolehan Margin Pembiayaan Usaha Kerupuk Ikan
Uraian
1 Total Biay a Inv estasi
Pembiayaan untuk mesin mulen, mesin cetak, mesin
pemotong,jrebeng dan oven
2 Total Biay a modal kerja
Pembiayaan untuk pembelian bahan baku
(tepung tapioka dan ikan)
Jumlah
299,339,000
103,500,000
74,873,568
44,400,000
3 Total Biay a produksi
a. Pembiayaan
b. Modal sendiri
374,212,568
147,900,000
226,312,568
4 Total pembiay aan dan Margin
a. Pembiayaan investasi
Margin Investasi
b. Pembiayaan modal kerja
Margin Modal kerja
c. Total margin
179,841,000
103,500,000
27,945,000
44,400,000
3,996,000
31,941,000
Keterangan:
Angsuran pengembalian pembiay aan
1 tahun
Margin
58
12
9.0%
bulan
(setara flat rate per tahun)
A
Pembiay aan Inv estasi
Jangka waktu pembiayaan
Besarnya margin
Uang muka
Angsuran pokok
Angsuran margin
103,500,000
3
tahun
27,945,000
0
34,500,000
9,315,000
B
Pembiay aan modal kerja
Jangka waktu pembiayaan
Besarnya margin
Uang muka
Angsuran pokok
Angsuran margin
44,400,000
1
tahun
3,996,000
0
44,400,000
3,996,000
USAHA KERUPUK IKAN
Download