analisis pembentukan pola graf pada kalimat

advertisement
i
ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT
BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE
KNOWLEDGE GRAPH
YASIN YUSUF
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul analisis pembentukan pola
graf kalimat bahasa Indonesia menggunakan metode knowledge graph adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Yasin Yusuf
NIM G551100071 ii
RINGKASAN
YASIN YUSUF. Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan
BIB PARUHUM SILALAHI.
Analisis bahasa secara sintaksis (tata bahasa) memiliki keunggulan lebih
cepat diproses dibandingkan dengan analisis secara semantis. Namun, analisis
sintaksis tanpa diikuti analisis semantis cenderung menyebabkan ambiguitas.
Misalnya ada sebuah kalimat kucing memakan tikus mati. Kalimat ini memiliki dua
makna, yaitu kucing mati setelah memakan tikus atau kucing memakan tikus yang
sudah mati. Oleh karena itu, analisis semantik dibutuhkan untuk menjelaskan
makna dari kalimat tersebut.
Knowledge graph adalah metode yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis semantik. Metode ini merupakan sebuah pendekatan baru dalam
pemahaman bahasa alami. Metode ini memiliki 9 relasi biner dan 4 relasi frame. Di
dalam knowledge graph, kata direpresentasikan dengan word graph dan kalimat
direpresentasikan dengan sebuah sentence graph. Analisis suatu kalimat dengan
menggunakan knowledge graph membutuhkan aturan pemotongan kalimat
(chunking). Aturan chunking sudah ada pada struktur kalimat bahasa Inggris dan
Cina, tetapi belum ada untuk struktur kalimat bahasa Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah membentuk aturan chunking pada struktur
kalimat bahasa Indonesia dan membuat pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan
metode knowledge graph. Manfaat penelitian ini adalah memberikan aturan
pembentukan graf kalimat bahasa Indonesia dan terciptanya pola graf kalimat
bahasa Indonesia dengan metode knowledge graph.
Hasil dari penelitian ini adalah aturan chunking kalimat bahasa Indonesia
dengan indikator sebanyak 8, yaitu koma dan titik, kata ganti petunjuk, kata kerja
bantu (adverbia), kata depan (preposisi), lompatan (jump), kata-kata logika (logic
word), jeda nafas, kata sambung (konjungsi). Selain itu, diperoleh pula pola graf
kalimat bahasa Indonesia yang sekaligus menunjukkan arti (aspek semantik) dari
kalimat yang dianalisis.
Kata kunci: knowledge graph, sentence graph, chunk graph, chunk indicators.
iii
SUMMARY
YASIN YUSUF. Analysis of Contruction Indonesian Sentence Graph Using
Knowledge Graph. Supervised by SRI NURDIATI and BIB PARUHUM
SILALAHI.
The syntactic analysis of a language has an advantage as compared to the
semantic analysis in terms of the time used to process the language, that is faster
than semantic analysis. But, if the syntactic analysis is not followed by its semantic
analysis it tends to cause ambiguity. For example is an Indonesian sentence kucing
memakan tikus mati. In Indonesian, this sentence has an ambiguity whether the cat
died after eating the rat or the rat has died eaten by the cat. Therefore, semantic
analysis is needed to explain the meaning of this sentence. In such a case the method
of knowledge graph can be used to explain the meaning of the sentence.
This method is a new approach for natural language understanding. There are
9 binary relationships and 4 frame relationships as components of the knowledge
graph. Using this method, a word is represented by a word graph, and a sentence is
represented by a sentence graph. Analyzing the sentence using knowledge graph
needs a chunking rule. This rule has already existed in the structure of English and
Chinese, but it has not existed in Indonesian yet.
The objective of this research is to constructs a chunking rule in Indonesian
sentences and a sentence graph in Indonesian with the knowledge graph method.
The benefits of this research is to provide the rules of constructing Indonesian
sentence graph and to create an Indonesian sentence graph.
The result of this research is Indonesian chunking rule with 8 indicators, they
are comma and period sign, pronoun, adverb, preposition, jumps, logic words,
interlude of breath, and conjunction. The other result is Indonesian sentences graph
that describes semantics aspect of the sentence.
Keywords: knowledge graph, sentence graph, chunk graph, chunk indicators.
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
ANALISIS PEMBENTUKAN POLA GRAF PADA KALIMAT
BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE
KNOWLEDGE GRAPH
YASIN YUSUF
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Matematika Terapan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Fahren Bukhari MSc
iii
Judul Tesis : Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph
Nama
: Yasin Yusuf
NIM
: G551100071
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Sri Nurdiati, MSc
Ketua
Dr Ir Bib Paruhum Silalahi, MKom
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Matematika Terapan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Jaharuddin, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian:
7 Februari 2014
Tanggal Lulus:
,----,,----_._--
III
Judul Tesis : Analisis Pembentukan Pola Graf pada Kalimat Bahasa Indonesia
Menggunakan Metode Knowledge Graph
: Yasin Yusuf
Nama
: G551100071
NIM
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Sri Nurdiati, MSc
Ketua
Dr Ir Bib Paruh
Ang
MKom
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Matematika Terapan
Dr Jaharuddin, MS
Tanggal Ujian:
7 Februari 2014
Tanggal Lulus:
o7 APR
2014
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah
knowledge graph, dengan judul analisis pembentukan pola graf pada kalimat bahasa
Indonesia menggunakan metode knowledge graph.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc dan
Bapak Dr. Ir. Bib Paruhum Silalahi, M.Kom selaku pembimbing. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada istri serta seluruh keluarga atas segala doa,
semangat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Yasin Yusuf
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
2
2
2
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kalimat Bahasa Indonesia
Knowledge Graph
Chunk Indicators
2
2
7
14
3 METODE
Studi Pustaka Berbahasa Indonesia
Pembuatan Chunk Indicator pada Kalimat Bahasa Indonesia
Pemotongan Kalimat Bahasa Indonesia
Pembuatan Chunk Graph
Penggabungan Chunk Graph menjadi Sebuah Sentence Graph
15
15
16
17
17
17
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi Literatur Awal
Analisis Struktur Kalimat
Aturan Chunking
Pembuatan Pola Graf Kalimat Bahasa Indonesia
17
17
18
22
29
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
49
49
49
DAFTAR PUSTAKA
50
RIWAYAT HIDUP
51
vi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Hubungan bentuk, kategori, dan fungsi.
Graf logika simbolik
Analisis struktur kalimat (1)
Analisis struktur kalimat (2)
Analisis struktur kalimat (3)
Analisis struktur kalimat (4)
Analisis struktur kalimat (5)
Analisis struktur kalimat (6)
Daftar Chunk indicator kalimat bahasa Indonesia
Word Graph kata benda
Word Graph kata kerja
Word graph preposisi
Word graph pada kalimat (1)
Chunk kalimat (1)
Sentence graph pola S-P-O
Pola graf kalimat bahasa Indonesia
4
13
18
19
20
20
21
21
27
32
34
35
36
37
40
46
DAFTAR GAMBAR
1 Bagan struktur kalimat bahasa Indonesia
2 Bagan kalimat majemuk setara
3 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa I lebih tinggi
4 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa II lebih tinggi
5 Bagan kalimat majemuk kompleks
6 Relasi ALI
7 Contoh penggunaan relasi ALI pada word graph kata padi
8 Relasi CAU
9 Contoh penggunaan relasi CAU
10 Relasi EQU
11 Penggunaan relasi EQU
12 Relasi SUB
13 Contoh penggunaan relasi SUB
14 Relasi DIS
15 Contoh penggunaan relasi DIS
16 Relasi ORD
17 Contoh penggunaan relasi ORD
18 Relasi PAR
19 Contoh penggunaan relasi PAR
20 Relasi SKO
21 Contoh penggunaan ontology focus pada suatu token.
22 Contoh penggunaan empat buah frame relationships
23 Frame bahasa logika and
25 Frame bahasa logika or
26 Frame bahasa logika if ... then
27 Flowchart pengujian chunk indicator
4
5
6
6
7
8
8
9
9
9
10
10
10
10
11
11
11
11
12
12
12
13
14
14
14
16
vii
28 Word graph kata benda
29 Graf kata kerja aktif
30 Graf kata kerja pasif
31 Graf kata adjektiva utama
32 Graf numeralia 1892
33 Sentence graph kalimat 1
34 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 1
35 Bentuk umum graf pola S-P
36 Bentuk umum graf pola S-P-O
37 Sentence graph kalimat 2
38 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja pasif
39 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja aktif
40 Bentuk umum sentence graph pada kalimat 3
41 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 3
42 Bentuk umum sentence graph kalimat 3
43 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 4
44 Bentuk umum sentence graph kalimat 4
45 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5
46 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja aktif
47 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
48 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
49 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
50 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
51 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif
52 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif
32
33
33
35
36
37
38
38
39
39
40
40
41
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
45
46
DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-OError! Bookmark not defined.
2 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-PelError!
Bookmark
not
defined.
3 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-KetError!
Bookmark
not
defined.
4 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-O-PelError! Bookmark not
defined.
5 Proses kontruksi graf kalimat berpola S-P-O-KetError! Bookmark not
defined.
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa memiliki peran strategis dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
yaitu sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan konsep-konsep dalam ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, bahasa tidak boleh menyebabkan ambiguitas agar
makna yang ingin disampaikan benar-benar dipahami.
Analisis bahasa secara sintaksis (tata bahasa) memiliki keunggulan lebih
cepat diproses dibandingkan dengan analisis secara semantis. Namun, analisis
sintaksis tanpa diikuti analisis semantis lebih cenderung menyebabkan ambiguitas.
Misalnya ada sebuah kalimat kucing memakan tikus mati. Kalimat ini memiliki dua
makna yaitu kucing mati setelah memakan tikus atau kucing memakan tikus yang
sudah mati. Secara sintaksis kalimat ini sudah benar, namun untuk mengetahui
makna yang terkandung dalam kalimat ini dibutuhkan analisis semantis sehingga
diperoleh makna yang dimaksud kalimat tersebut. Dengan demikian, analisis
semantis lebih berperan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah
kalimat. Salah satu metode untuk menganalisis bahasa secara semantis adalah
dengan knowledge graph. Hal ini sekaligus dapat dipandang sebagai sebuah
aplikasi matematika dalam bidang linguistik.
Knowledge graph merupakan metode baru dalam merepresentasikan
pengetahuan. Metode ini membuat model penjelasan semantis berbentuk graf untuk
pengolahan informasi (Zhang 2002). Penelitian tentang knowledge graph dalam
jangka panjang bertujuan untuk merancang sebuah metode yang dapat membaca
sembarang dokumen berbahasa Indonesia serta menghasilkan informasi dalam
bentuk graf. Informasi yang dihasilkan tersebut merupakan intisari dari
pengetahuan yang ada dalam dokumen yang dipelajari dengan harapan
meminimumkan ambiguitas.
Upaya menerapkan metode knowledge graph untuk menganalisis bahasa
Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya adalah
Haerul (2007) yang menganalisis word graph kata benda, Muslik (2009) yang
menganalisis word graph kata kerja, Anggraini (2009) yang menganalisis word
graph preposisi, Rahmat (2009) yang menganalisis word graph kata sifat dan
Samba (2010) yang menganalisis word graph kata keterangan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan digunakan sebagai bahan
rujukan untuk menganalisis kalimat Bahasa Indonesia menggunakan metode
knowledge graph.
Menurut Abney (1994), dalam mengucapkan sebuah kalimat, seseorang akan
mengucapkannya dalam beberapa bagian atau potongan yang disebut dengan chunk.
Oleh karena itu, analisis suatu kalimat dengan menggunakan knowledge graph
membutuhkan aturan pemotongan kalimat (chunking) sehingga dapat diketahui
letak potongan kalimat ketika diucapkan. Aturan chunking yang telah diteliti oleh
Rusiyamti (2008) masih menggunakan aturan dari struktur bahasa Inggris yang
2
diterapkan pada struktur kalimat bahasa Indonesia. Penelitian tersebut belum
diujikan pada pola kalimat bahasa Indonesia. Konstruksi pola graf kalimat bahasa
Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat, melainkan perlu waktu yang
relatif lama, apalagi kalimat bahasa Indonesia yang luas dan kompleks. Oleh karena
itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang knowledge graph dan
membatasinya pada pembentukan aturan chunking kalimat bahasa Indonesia untuk
membentuk pola graf kalimat dasar bahasa Indonesia.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang diteliti adalah:
1 bagaimana aturan chunking pada struktur kalimat bahasa Indonesia?
2 bagaimana pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan metode knowledge
graph?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1 membentuk aturan chunking pada struktur kalimat bahasa Indonesia.
2 membuat pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan metode knowledge graph.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan aturan pembentukan graf kalimat
bahasa Indonesia dan terciptanya pola graf kalimat bahasa Indonesia dengan
metode knowledge graph.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis kalimat berbahasa
Indonesia pada pola kalimat dasar.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kalimat Bahasa Indonesia
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Whijono 2011). Chaer (2011) menambahkan definisi tersebut, yaitu sebuah
3
kalimat juga harus lengkap. Lengkap berarti di dalam satuan bahasa terdapat bagian
yang menjadi pokok pembicaraan yang disebut subjek, bagian yang menjadi
komentar tentang subjek yang disebut predikat, bagian yang merupakan pelengkap
dari predikat yang disebut objek, dan bagian yang yang merupakan penjelasan lebih
lanjut terhadap predikat dan subjek yang disebut keterangan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan
yang mencegah terjadinya perpaduan asimilasi bunyi ataupun proses fonologis
lainnya (Alwi et al. 2003). Namun, kalimat dalam wujud tulisan diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya
(Whijono 2011).
Kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau
gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi
berjalan dengan baik dan benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar
juga, yaitu kalimat yang dapat mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak
menimbulkan keraguan pembaca atau pendengarnya. Untuk itu, kalimat harus
disusun berdasarkan struktur kalimat yang benar.
Struktur kalimat dibentuk berdasarkan unsur subjek, predikat (disertai objek
jika predikat menggunakan kata kerja transitif), pelengkap (disertai pelengkap jika
predikat menggunakan kata kerja intransitif), dan keterangan (jika diperlukan).
Unsur-unsur ini disebut dengan fungsi kata atau frasa dalam kalimat (Alwi et al.
2003). Unsur-unsur tersebut bisa berbentuk kata, frasa, atau klausa (Whijono 2011).
Kata terdiri atas beberapa kategori yaitu:
1 verba (V)
2 adjektif (Adj)
3 adverbia (Adv)
4 nomina (N)
5 preposisi (Prep)
6 konjungtor (Konj)
7 interjeksi (Interj)
8 partikel (Part)
Selain kategori kata, terdapat juga kategori frasa yang dibedakan
berdasarkan unsur utamanya yaitu:
1 frasa nomina (FN)
2 frasa verba (FV)
3 frasa adjektival (FAdj)
4 frasa adverbial (FAdv)
5 frasa preposional (FPrep)
Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing secara
berurutan termasuk dalam kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep. Di lain pihak, frasa
meja itu, sudah pergi, agak sakit, seringkali, dan kepada saya masing-masing
secara berurutan tergolong FN, FV, FAdj, FAdv, dan FPrep (Alwi et al. 2003).
Berdasarkan uraian di atas, struktur kalimat dapat digambarkan seperti pada
Gambar 1.
4
Gambar 1 Bagan struktur kalimat bahasa Indonesia
Berdasarkan bagan di atas terlihat bahwa sebuah kalimat tersusun atas
beberapa bentuk yaitu kata, frasa, atau klausa. Setiap bentuk memunyai fungsi yaitu
S, P, O, Ket., Pel. Setiap klausa bisa dibentuk dari beberapa frasa dan kata. Frasa
terbagi menjadi lima kategori yaitu FN, FV, Fadj, FAdv, Fprep, sedangkan kata
terdiri atas beberapa kategori yaitu V, Adj, Adv, N, Prep, Konj, Interj, Part.
Misalnya kalimat Ibu saya tidak membeli baju baru untuk kami minggu lalu.
Hubungan antara bentuk, kategori, dan fungsi unsur-unsur pembentuk kalimat
tersebut dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hubungan bentuk, kategori, dan fungsi.
Bentuk
Ibu
Kategori
Kata
Frasa
Fungsi
N
saya
tidak membeli baju baru untuk kami minggu lalu
Pron. Adv.
V
N
Adj
N
N
V
N
FN
FV
FN
FPep
FN
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Dari Tabel 1, tampak lima fungsi yang digunakan, namun tidak selalu kelimalimanya dipakai. Paling tidak harus ada yang menjadi subjek dan predikat, sehingga
di dalam sebuah kalimat ada bagian yang tidak bisa dihilangkan, ada yang bisa
dihilangkan.
Kalimat memiliki jumlah dan ragam yang sangat banyak, namun pada
hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya.
Berdasarkan polanya, kalimat terbagi menjadi dua jenis, yaitu pola kalimat dasar
dan pola kalimat majemuk.
5
Pola Kalimat Dasar
Menurut Whijono (2011) pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek (S) dan predikat (P). Pola kalimat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1 Berupa kalimat tunggal (satu S, satu P, satu O, satu pel, satu K).
2 Sekurang-kurangnya terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
3 Selalu diawali dengan subjek.
4 Berbentuk kalimat aktif.
5 Unsur tersebut ada yang berupa kata, adapula yang berbentuk frasa.
6 Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek. predikat,
objek, dan keterangan.
Beberapa pola kalimat dasar menurut Alwi et al. (2003) adalah sebagai
berikut.
1 S–P
2 S–P–O
3 S – P – Pel
4 S – P – Ket
5 S – P – O – Pel
6 S – P – O – Ket
Pola Kalimat Majemuk
Pola kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, bertingkat, dan
kompleks masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda. Berikut ini adalah
penjelasan tentang kalimat majemuk.
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif atau tidak saling menerangkan
(Whijono 2011). Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat setara ini adalah sama
derajatnya, klausa yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau
klausa yang satu tidak mengikat yang lain. Klausa-klausa itu memunyai kedudukan
yang bebas, sehingga kalau yang satu ditanggalkan maka yang lain masih tetap
berdiri sebagai sebuah klausa (Chaer 2011). Perhatikan bagan berikut ini.
Gambar 2 Bagan kalimat majemuk setara
Menurut Whijono (2011) kalimat majemuk setara terbagi menjadi empat
macam, yaitu:
6
1
2
3
4
setara gabungan menggunakan kata dan, serta
setara pilihan menggunakan kata atau
setara urutan menggunakan kata kata lalu, lantas, dan kemudian
setara berlawanan menggunakan kata tetapi.
b. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibedakan berdasarkan jenis anak kalimat atau
klausanya. Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat bertingkat ini tidak sama
derajatnya. Salah satu anak kalimat memunyai kedudukan lebih tinggi dari yang
lain atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain (Chaer 2011). Gambar
berikut menggambarkan struktur kalimat bertingkat.
Gambar 3 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa I lebih tinggi
Jika klausa II lebih tinggi maka bagan kalimat majemuk tergambar seperti di
bawah ini.
Klausa II
Klausa I
Kata penghubung
Gambar 4 Bagan kalimat majemuk bertingkat dengan klausa II lebih tinggi
Klausa yang kedudukannya lebih tinggi memunyai kedudukan yang bebas,
sehingga tanpa klausa yang lain tetap dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat.
Namun, klausa yang kedudukannya lebih rendah memunyai kedudukan yang tidak
bebas, sehingga tidak mungkin dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat (Chaer
2011).
Jika kalimat majemuk bertingkat dibedakan berdasarkan jenis anak
kalimatnya (AK), maka terdapat delapan macam (Whijono 2011) yaitu:
1 AK keterangan waktu yaitu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah,
sebelum.
7
2
3
AK keterangan sebab yaitu menggunakan kata sebab, lantaran, karena.
AK keterangan hasil (akibat) yaitu menggunakan kata hingga, sehingga,
akhirnya.
4 AK keterangan syarat yaitu menggunakan keterangan jika, apabila, kalau,
andaikata.
5 AK keterangan tujuan yaitu menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna.
6 AK keterangan cara yaitu menggunakan kata dengan, dalam.
7 AK keterangan posesif yaitu menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun.
8 AK keterangan pengganti nomina yaitu menggunakan kata bahwa.
c. Kalimat majemuk kompleks
Kalimat majemuk kompleks dibentuk dari tiga klausa atau lebih yang
kedudukan klausa-klausanya itu merupakan campuran dari struktur kalimat
majemuk setara dan bertingkat (Chaer 2011). Penggabungannya biasanya dibantu
dengan berbagai kata penghubung, baik yang dipakai dalam kalimat majemuk
setara maupun bertingkat. Gambar berikut menunjukkan bentuk kalimat majemuk
kompleks.
Gambar 5 Bagan kalimat majemuk kompleks
Knowledge Graph
Metode knowledge graph merupakan sebuah pendekatan baru yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan bahasa manusia yang lebih terfokus pada aspek
semantis daripada aspek sintaksis. Keuntungan menggunakan knowledge graph
adalah lebih bisa menggambarkan dan mengekspresikan aspek semantis lebih
dalam, menggunakan relasi yang minimum, dapat meniru pengamatan manusia,
dan sebagainya. Pendekatan ini merupakan jalan baru untuk penelitian pemahaman
komputer terhadap bahasa manusia. Knowledge graph terdiri atas concept (token,
type, dan name) dan relationship (Zhang 2002).
1
Concept
Token adalah suatu node pada knowledge graph yang ditandai dengan “”,
yang menyatakan suatu pengalaman pada dunia nyata atau konsep yang ada pada
8
dunia kita. Faktanya, pengamatan seseorang atas suatu hal menandakan ada hal
seperti itu pada dunia kita. Oleh karena itu, dalam knowledge graph segala sesuatu
akan berkorespondensi dengan token. Token merupakan konsep yang dipahami
manusia menurut cara pandang masing-masing sehingga bersifat subjektif (Zhang
2002). Misalnya kata jagung dapat diasosiasikan secara subjektif mengenai bentuk,
warna, rasa dan sebagainya.
Type menyatakan concept umum yang ditentukan oleh himpunan atribut yang
melekat padanya (James 1992). Contohnya buah, binatang, dan sebagainya. Name
adalah suatu yang bersifat individual dan unik (van den Berg 1993). Contohnya
Yani adalah sebuah name dari seorang perempuan.
2 Relationships
Menurut Zhang (2002) serta Nurdiati dan Hoede (2009), ontologi word graph
terdiri atas token (yang direpresentasikan dengan node), sembilan macam relasi
biner, dan empat macam relasi frame. Kesembilan relasi biner tersebut adalah
Equality (EQU), Subset relationships (SUB), Alikeness (ALI), Disparateness (DIS),
Causality (CAU), Ordering (ORD), Attribution (PAR), Information dependency
(SKO) dan Ontology Focus (F), sedangkan keempat relasi frame adalah Focusing
on a situation (FPAR), Negation of a situation (NEGPAR), Possibility of a situation
(POSPAR), dan Necessity of a situation (NECPAR).
Berikut ini adalah penjelasan tentang kesembilan relasi biner di atas.
a) Relasi alikeness (ALI)
Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan token dengan type, tujuannya
untuk mengekspresikan bahwa token tersebut memunyai type tertentu.
Gambar 6 Relasi ALI
Contoh: padi adalah type karena padi adalah konsep yang berupa informasi
umum, maka grafnya adalah:
padi
Gambar 7 Contoh penggunaan relasi ALI pada word graph kata padi
b) Relasi causality (CAU)
Relasi ini menyatakan hubungan di antara penyebab dan akibat, atau sesuatu
hal yang memengaruhi hal lainnya.
9
Gambar 8 Relasi CAU
Muslik (2009) menerapkan relasi CAU untuk menghubungkan konsep
berupa kata benda dan kata kerja. Contohnya pada kata memakan yang memiliki
graf sebagai berikut.
CAU
CAU
ALI
makan
ALI
memakan
Gambar 9 Contoh penggunaan relasi CAU
Dari gambar di atas, maka kita bisa membaca bahwa kata memakan
merupakan kata kerja yang terlihat adanya hubungan sebab akibat sehingga
dinyatakan dengan relasi CAU.
c) Relasi equality (EQU)
Relasi ini menyatakan penamaan concept melalui arc dari label menuju
concept. Relasi ini juga dapat digunakan untuk memberi nilai pada sesuatu hal.
Contohnya merah pada pemberian nilai warna. Pada teori himpunan relasi EQU
simetris digunakan untuk menyatakan kesamaan dua buah himpunan dan digunakan
untuk menggabungkan dua buah himpunan. Relasi EQU simetris juga dapat
digunakan untuk menunjukkan dua buah konsep yang sama.
Relasi EQU
Relasi EQU simetris
Gambar 10 Relasi EQU
Contoh penggunaan relasi EQU adalah pada frasa burung kakak tua yang
memiliki graf sebagai berikut.
10
ALI
EQU
kakak tua
burung
Gambar 11 Penggunaan relasi EQU
d) Relasi subset (SUB)
Jika ada dua token yang berturut-turut menyatakan dua buah himpunan, dan
yang satu merupakan himpunan bagian dari yang lain, maka terdapat relasi SUB di
antara dua token tersebut.
Jika a SUB b, maka terdapat dua penafsiran yang berbeda.
1) Concept a adalah bagian dari concept b. Contohnya, ekor SUB kucing. Ini
menyatakan bahwa ekor kucing dapat dianggap sebagai bagian dari kucing
karena molekul dari ekor membentuk suatu himpunan bagian dari molekul dari
kucing.
2) Concept a lebih umum daripada concept b. Oleh karena itu, concept b berisi
sedikitnya semua karakteristik dari concept a. Contohnya, mamalia SUB kucing.
Ini menyatakan bahwa kucing adalah jenis dari mamalia.
π‘†π‘ˆπ΅
Gambar 12 Relasi SUB
Contoh penggunaan relasi SUB pada frasa biji jambu yang memiliki graf
sebagai berikut.
biji
ALI
π‘†π‘ˆπ΅
ALI
jambu
Gambar 13 Contoh penggunaan relasi SUB
e) Relasi disparateness (DIS)
Relasi DIS membandingkan dua konsep yang tidak sama. Bentuk graf dengan
relasi DIS adalah sebagai berikut.
𝐷𝐼𝑆
Gambar 14 Relasi DIS
11
Contoh penggunaan relasi DIS pada kata pertanian dengan pertambangan.
Kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda grafnya adalah sebagai berikut.
ALI
pertanian
𝐷𝐼𝑆
ALI
pertambangan
Gambar 15 Contoh penggunaan relasi DIS
f) Relasi ordering (ORD)
Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal memunyai urutan tertentu satu sama
lain. Relasi ini selain digunakan untuk menunjukkan urutan waktu dan tempat, juga
dapat digunakan untuk menyatakan relasi “<” pada matematika. Ketika
menggunakan relasi ORD, tanda panah ORD biasanya mengarah dari token yang
memunyai nilai concept rendah menuju token dengan nilai concept tinggi.
𝑂𝑅𝐷
Gambar 16 Relasi ORD
Contoh penggunaan relasi ORD pada frasa dari depan sampai belakang.
Frasa tersebut memiliki makna urutan sehingga memiliki graf sebagai berikut.
bawah
ALI
𝑂𝑅𝐷
ALI
atas
Gambar 17 Contoh penggunaan relasi ORD
g) Relasi attribution (PAR)
Relasi PAR menyatakan bahwa sesuatu hal merupakan atribut (sifat) dari hal
lainnya. Representasi graf relasi ini dari concept atribut menuju entity concept.
𝑃𝐴𝑅
Gambar 18 Relasi PAR
Contoh penggunaan relasi PAR pada frasa apel manis. Kata manis
merupakan atribut dari kata apel sehingga memiliki graf sebagai berikut.
12
apel
𝑃𝐴𝑅
ALI
ALI
manis
Gambar 19 Contoh penggunaan relasi PAR
h) Relasi information dependency (SKO)
Sebuah token pada knowledge graph menerima relasi SKO dari token lainnya,
jika token tersebut informasinya bergantung pada token lainnya. Misalnya dalam
pernyataan ∀π‘₯ ∈ 𝑁, ∃ 𝑦 ∈ 𝑁(π‘₯ 2 = 𝑦) berakibat y bergantung pada x digambarkan
grafnya sebagai berikut.
π‘₯
𝐴𝐿𝐼
𝐴𝐿𝐼
𝑆𝐾𝑂
𝑦
Gambar 20 Relasi SKO
i) Ontology focus (F)
Menurut Zhang (2002) serta Nurdiati dan Hoede (2009), ontology focus
digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graf. Fokus digambarkan dengan
pemberian tanda tertentu berupa arsiran atau warna hitam pada token. Penggunaan
ontologi ini, misalnya graf ulat memakan daun dengan fokus terletak pada token
ulat dapat dinyatakan sebagai berikut.
memakan
𝐴𝐿𝐼
ulat
𝐴𝐿𝐼
πΆπ΄π‘ˆ
πΆπ΄π‘ˆ
𝐴𝐿𝐼
𝐴𝐿𝐼
makan
Gambar 21 Contoh penggunaan ontology focus pada suatu token.
daun
13
Relasi selanjutnya adalah relasi frame yang terdiri atas FPAR, NEGPAR
(NEG), POSPAR (POS), dan NECPAR (NEC). Misalkan suatu graf
merepresentasikan pernyataan p : hari ini hujan yang dinyatakan dengan frame
(Gambar 22 a). Negasi dari p dengan graf yang sama diberi frame relasi NEG,
menjadi pernyataan hari ini tidak hujan (Gambar 22 b). Possibility dari p
dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame relasi POS menjadi pernyataan
mungkin hari ini hujan (Gambar 22 c). Necessity dari p dinyatakan dengan graf
yang sama dan diberi frame relasi NEC menjadi pernyataan seharusnya hari ini
hujan (Gambar 22 d).
Gambar 22 Contoh penggunaan empat buah frame relationships
Selain keempat relasi frame di atas, dalam perkembangannya telah
dikembangkan graf logic word. Pierce dalam Zhang (2002) telah memberikan
representasi graf untuk logika simbolik. Misalnya p, q, dan r adalah proposisi pada
logika simbolik, maka graf simbol dari p, q, dan r adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Graf logika simbolik
Grafik simbolik
Standar logika simbolik
𝑝∧π‘ž∧π‘Ÿ
¬
∼ (𝑝 ∧ π‘ž ∧ π‘Ÿ)
οƒ˜
οƒ˜ οƒ˜
¬ ¬
∼ (∼ (𝑝 ∧ π‘ž ∧ π‘Ÿ))
Ket: p, q, dan r adalah proposisi
Berikut ini adalah representasi bahasa logika ke dalam bentuk frame, seperti
bahasa logika and, or, dan if ... then (Zhang 2002).
14
Gambar 23 Frame bahasa logika and
Gambar 24 Frame bahasa logika or
Gambar 25 Frame bahasa logika if ... then
Chunk Indicators
Menurut Abney (1994) dalam mengucapkan sebuah kalimat, seseorang akan
mengucapkannya dalam beberapa bagian atau potongan yang disebut dengan
chunk. Hal ini ditandai dengan selaan nafas atau pemberhentian ketika
mengucapkannya (Rusiyamti 2008).
Chunk indicators adalah indikator yang digunakan untuk menentukan pada
bagian mana suatu kalimat harus dipotong ketika kalimat tersebut dianalisis.
Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah memotong atau memecah
sebuah kalimat menjadi bagian-bagian kalimat (kata) yang menyusunnya serta
menyatakannya dalam bentuk word graph. Chunk indicator yang telah digunakan
oleh Rusiyamti (2008) untuk menganalisis teks berbahasa Indonesia antara lain:
Indikator 1 : koma atau titik
Koma atau titik menandakan bahwa suatu kalimat terbagi menjadi beberapa
bagian yang disebut dengan chunk, misalnya pada kalimat “bumi, nama”.
15
Indikator 2 : kata penunjuk atau kata penghubung
Kata penunjuk atau kata penghubung seperti “yang, tersebut, adalah” dapat
digunakan sebagai chunk indicator.
Indikator 3 : kata kerja bantu
Kata kerja bantu dalam hal ini adalah kata dapat, harus, boleh, bisa, sanggup
dan sebagainya.
Indikator 4 : kata depan (preposisi)
Contoh kata depan adalah di, ke, dari, oleh, lekas, pada, dan seterusnya.
Indikator 5 : jump (Lompatan)
Lompatan terjadi jika dua buah kota berurutan tidak dapat diletakkan dalam
satu chunk. Contoh pada kalimat Adik makan setelah pulang sekolah. Kata makan
dan setelah tidak mungkin terletak dalam satu chunk, atau terjadi lompatan pada
kedua kata tersebut sehingga harus diletakkan pada chunk yang berbeda.
Indikator 6 : Kata-kata logika (logic word)
Kata-kata dalam logika seperti dan dan atau juga berfungsi bagian yang satu
dengan yang lainnya dalam suatu kalimat. Kata-kata tersebut juga menandakan
chunk indicator.
Sebelum dilakukan analisis terhadap kalimat-kalimat yang telah dipilih,
terlebih dahulu akan diberikan prosedur pemotongan (chunking) yang merupakan
urutan proses pemotongan kalimat. Pemotongan kalimat tersebut merupakan suatu
proses iterasi prosedur dengan urutan chunk indicator sebagai berikut.
1 Koma atau titik.
2 Logika
3 Kata penunjuk atau penghubung
4 Kata depan atau preposisi
5 Kata kerja bantu
6 Jump (lompatan)
3 METODE
Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Studi Pustaka Berbahasa Indonesia
Pada tahapan ini, akan dilakukan pengumpulan berbagai bahan pustaka yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu bahan pustaka tentang kalimat
bahasa Indonesia, knowledge graph, dan pengumpulan teks atau dokumen bahasa
Indonesia untuk dipilih unsur kalimatnya. Pustaka-pustaka yang digunakan antara
lain:
a. Bahan pustaka tentang kalimat bahasa Indonesia Alwi et al. (2003), Chaer
(2011), Whijono (2011).
16
b. Bahan pustaka tentang knowledge graph.
c. Bahan pustaka tentang chunking kalimat yang diperoleh dari buku karangan
Zhang (2002) dan hasil penelitian Rusiyamti (2008).
d. Teks atau dokumen berbahasa Indonesia untuk dipilih unsur kalimatnya.
Pembuatan Chunk Indicator pada Kalimat Bahasa Indonesia
Setelah diperoleh kalimat melalui studi pustaka, selanjutnya dilakukan
pembuatan chunk indicator yang akan digunakan sebagai kriteria pemotongan
kalimat menjadi beberapa kata yang menyusunnya. Dalam penelitian sebelumnya,
telah diperoleh 6 chunk indicator. Namun, chunk indicator tersebut belum diujikan
pada pola dasar kalimat bahasa Indonesia. Pada tahap ini, mungkin saja terjadi
penambahan atau pengurangan chunk indicator. Berikut ini flowchart tahapan
dalam pembuatan chunk indicator.
Mulai
Serangkain
chunk indicator
Penyempurnaan
chunk indicator
tidak
Uji kesesuaian
pada kalimat
Bahasa Indonesia
Apakah
sudah sesuai?
Selesai
ya
Chunk indicator
pada kalimat
bahasa Indonesia
Gambar 26 Flowchart pengujian chunk indicator
Pembuatan chunk indicator diawali dengan serangkaian chunk indicator yang
sudah ada, yaitu chunk indicator yang ada dalam struktur kalimat bahasa Inggris.
Indikator-indikator tersebut diuji kesesuaiannya pada struktur kalimat Bahasa
17
Indonesia. Sebuah chunk indicator dikatakan sudah sesuai jika terdapat sebuah
kalimat berbahasa Indonesia yang dapat dipotong dengan chunk indicator tersebut.
Jika sudah sesuai, maka bisa dijadikan chunk indicator, dan jika belum sesuai, maka
perlu disempurnakan dan diujikan kembali. Hasil proses ini adalah diperoleh chunk
indicator yang sudah sesuai dengan struktur kalimat bahasa Indonesia.
Pemotongan Kalimat Bahasa Indonesia
Setelah diperoleh chunk indicator yang sesuai untuk struktur kalimat bahasa
Indonesia, selanjutnya dilakukan pemotongan kalimat-kalimat yang sudah
terkumpul pada tahap studi pustaka. Hasil dari tahap ini adalah diperoleh kata
(word) yang telah dipotong menggunakan chunk indicator.
Pembuatan Chunk Graph
Kalimat-kalimat yang telah dilakukan pemotongan dibuat graf dengan
metode knowledge graph dan disebut chunk graph. Setiap chunk graph bisa terdiri
atas sebuah word graph atau gabungan beberapa word graph.
Penggabungan Chunk Graph menjadi Sebuah Sentence Graph
Setiap chunk graph yang telah dibuat, dirangkai menjadi satu kalimat utuh
yang disebut dengan sentence graph.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Studi Literatur Awal
Hasil studi literatur awal diperoleh beberapa kalimat yang mampu mewakili
pola-pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Jumlah kalimat yang dipilih sebanyak
enam kalimat yang bertema pertanian. Pemilihan kalimat ini dilakukan dengan cara
manual, artinya kalimat-kalimat dipilih berdasarkan polanya. Berikut ini
pengelompokan kalimat-kalimat yang akan diteliti dalam penelitian ini.
1. S-P
Kalimat (1) : Nyamuk malaria berbahaya.
S
P
2. S-P-O
Kalimat (2) : Tumbuhan paku dimanfaatkan manusia.
S
P
O
18
3. S-P-Pel
Kalimat (3) : Cahaya matahari merupakan sumber energi utama.
S
P
Pel.
4. S-P-Ket
Kalimat (4) : Lumut daun hidup di daerah tropis.
S
P
Ket.
5. S-P-O-Pel
Kalimat (5) : Sirip membantu ikan untuk berenang.
S
P
O
Pel.
6. S-P-O-Ket
Kalimat (6) : Dmitri Ivanovski meneliti penyakit mosaik pada tahun 1892.
S
P
O
Ket.
Analisis Struktur Kalimat
Kalimat-kalimat yang sudah terkumpul dalam studi literatur awal dianalisis
terlebih dahulu agar diketahui kategori kata, frasa, fungsi, dan peran semantisnya.
Analisis ini sangat berguna ketika melakukan proses pemotongan (chunking) dan
pembuatan graf. Analisis peran semantis berfungsi untuk mengetahui relasi dalam
pembuatan graf. Berikut ini adalah analisis hasil analisis struktur kalimat-kalimat
tersebut.
(1) Nyamuk malaria berbahaya.
Kalimat ini terdiri atas tiga kata yaitu nyamuk, malaria dan berbahaya. Dalam
kalimat (1) terdapat sebuah frasa yaitu frasa nomina, yaitu nyamuk malaria. Makna
dari frasa ini yaitu bahwa malaria merupakan nama dari salah satu jenis nyamuk.
Kata berbahaya merupakan kata kerja yang memunyai makna bahwa nyamuk
malaria itu berbahaya. Pola kalimat ini adalah S-P dengan subjeknya adalah nyamuk
malaria yang memiliki peran sebagai pelaku, sedangkan fungsi predikat terdapat
pada kata berbahaya yang memiliki peran perbuatan dari pelaku. Berikut ini adalah
tabel tentang analisis struktur kalimat (1).
Tabel 3 Analisis struktur kalimat (1)
No
Bentuk
1
2
3
Nyamuk
Malaria
Berbahaya
Kategori
Kata
Nomina
Nomina
Verba
Frasa
Frasa
Nomina
-
Fungsi
Subjek
Peran
Semantis
Pelaku
Predikat
Perbuatan
Fungsi dan peran memiliki hubungan satu sama lain. Jika sebuah kata menjadi
subjek, maka kata tersebut memiliki peran menjadi pelaku. Kondisi yang lain yaitu
19
jika sebuah kata berfungsi sebagai predikat, maka memiliki peran perbuatan.
Namun, hal ini juga perlu dilihat kata kerjanya. Jika kata kerjanya berupa kata kerja
aktif, maka subjek sebagai pelaku, sedangkan jika kata kerja pasif, maka subjek
menjadi sasaran. Menurut Alwi et al. (2003) fungsi merupakan suatu tempat dalam
struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk yang tergolong dalam kategori
tertentu dan memunyai peran semantis tertentu pula. Dengan kata lain, setiap fungsi
memiliki peran semantis masing-masing dalam kalimat.
(2) Tumbuhan paku dimanfaatkan manusia.
Kalimat (2) terdiri atas empat kata yang berbentuk nomina dan verba. Nomina
dalam kalimat (2) yaitu tumbuhan, paku, dan manusia, sedangkan kategori verba
adalah dimanfaatkan. Dalam kalimat ini terdapat frasa nomina yaitu tumbuhan paku
yang artinya adalah tumbuhan ini bernama paku.
Peran subjek dalam kalimat (2) adalah sebagai sasaran, sedangkan objek
sebagai pelaku. Hal ini disebabkan oleh kata kerjanya termasuk dalam kategori kata
kerja pasif. Berbeda dengan kalimat aktif yang menjadikan objek sebagai sasaran.
Makna dari kalimat ini adalah manusia memanfaatkan tumbuhan yang berjenis atau
bernama tumbuhan paku. Analisis kalimat (2) dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 4 Analisis struktur kalimat (2)
Kategori
Kata
Frasa
Fungsi
Peran
Semantis
Frasa
Nomina
Subjek
Pelaku
Verba
-
Predikat
Perbuatan
Verba
-
Objek
Pelaku
No
Bentuk
1
Tumbuhan
Nomina
2
Paku
Nomina
3
Dimanfaatkan
4
Manusia
(3) Cahaya matahari merupakan sumber energi utama.
Kalimat (3) terdiri atas enam kata. Kategori kata nomina mendominasi
kalimat ini, yaitu cahaya, matahari, sumber, dan energi. Verba dalam kalimat (3)
adalah merupakan, sehingga sumber energi utama berfungsi sebagai pelengkap.
Pelengkap dan objek memang memiliki kemiripan, yaitu sama-sama berada setelah
predikat. Namun, jika dalam sebuah kalimat muncul objek, maka pelengkap berada
setelah objek tersebut. Berikut ini adalah tabel tentang analisis struktur kalimat (3).
20
Tabel 5 Analisis struktur kalimat (3)
No
Bentuk
1
2
3
4
5
6
Cahaya
Matahari
Merupakan
Sumber
Energi
Utama
Kategori
Kata
Frasa
Nomina
Frasa
Nomina
Nomina
Verba
Nomina
Frasa
nomina
Nomina
Adjektiva
Subjek
Peran
Semantis
Pelaku
Predikat
Perbuatan
Pelengkap
Sasaran
Fungsi
Makna dari kalimat (3) adalah bahwa cahaya matahari memiliki peran
sebagai sumber energi yang paling utama.
(4) Lumut daun hidup di daerah tropis.
Kalimat (4) memiliki tujuh kata dengan bentuk seperti dalam Tabel 6.
Tabel 6 Analisis struktur kalimat (4)
No
Bentuk
1
2
3
Lumut
Daun
Dapat
4
5
6
7
Dijumpai
Di
Seluruh
Indonesia
Kategori
Kata
Frasa
Nomina
Frasa
Nomina
Nomina
Kata kerja
Frasa verba
bantu
Verba
Preposisi
Frasa
Numeralia Preposisional
Nomina
Subjek
Peran
Semantis
Pelaku
Predikat
Perbuatan
Keterangan
tempat
Tempat
Fungsi
Tabel 6 menunjukkan bahwa kalimat (4) memiliki 3 kata benda yaitu lumut,
daun, dan tropis. Dalam kalimat ini, terdapat preposisi di yang menunjukkan
tempat. Frasa dalam kalimat ini terdiri atas frasa nomina dan frasa preposisional.
Frasa nomina terdapat pada lumut daun yang berungsi subjek, sedangkan frasa
preposisional terdapat pada frasa di daerah tropis yang berfungsi sebagai
keterangan tempat. Arti dari lumut daun adalah sebuah jenis tumbuhan lumut yang
bernama lumut daun karena hidupnya di dedaunan. Makna dari kalimat (4) adalah
lumut daun hidupnya di tempat atau daerah yang bersifat tropik.
21
(5) Sirip membantu ikan untuk berenang.
Kalimat (5) terdiri atas lima kata. Dua diantaranya adalah berbentuk
nomina, yaitu sirip dan ikan. Kata membantu merupakan kata kerja aktif transitif
sehingga membutuhkan objek, yaitu kata ikan. Kata untuk termasuk dalam kategori
preposisi yang menyatakan tujuan, sedangkan berenang merupakan kata kerja
dengan kata dasar renang dan berimbuhan ber-. Berikut ini adalah tabel tentang
analisis struktur kalimat (25).
Tabel 7 Analisis struktur kalimat (5)
No
Bentuk
1
2
3
4
5
6
Gurat
Sisi
Membantu
Ikan
Untuk
Berenang
Kategori
Kata
Frasa
Nomina
Frasa Nomina
Nomina
Kata kerja
Nomina
Preposisi
Frasa
Preposisional
Kata kerja
Fungsi
Subjek
Peran
Semantis
Pelaku
Predikat
Objek
Pelengkap
Perbuatan
Sasaran
Tujuan
Dalam tabel 7, subjek menjadi pelaku, sedangkan objeknya menjadi sasaran.
Hal ini disebabkan kata kerja dalam kalimat ini adalah kalimat kerja aktif transitif.
Makna dari kalimat ini adalah sirip yang merupakan bagian anggota tubuh ikan,
membantu ikan dalam berenang.
(6) Dmitri Ivanovski meneliti penyakit mosaik pada tahun 1892.
Kalimat ini terdiri atas tujuh kata yang didominasi oleh nomina yaitu Dmitri
Ivanovski, penyakit, mosaik, dan tahun. Kata kerja dalam kalimat ini adalah
meneliti yang merupakan kata kerja aktif transitif sehingga membutuhkan objek,
yaitu penyakit mozaik. Kalimat ini terdapat preposisi pada yang menunjukkan
waktu kejadian. Analisis struktur kalimat (6) dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 8 Analisis struktur kalimat (6)
No
Bentuk
1
2
3
Dmitri Ivanovski
Meneliti
Penyakit
4
5
6
7
Mosaik
Pada
Tahun
1892
Kategori
Kata
Nomina
Verba
NominaFrasa
Nomina
Nomina
Preposisi
Nomina
Numeralia
Frasa
Frasa
Nomina
Frasa
Preposisional
Subjek
Predikat
Objek
Peran
Semantis
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
Keterangan
Waktu
Fungsi
22
Makna dari kalimat ini adalah seorang peneliti bernama Dmitri Ivanovski
meneliti sebuah penyakit yang bernama mozaik. Waktu penelitian tersebut adalah
pada tahun 1892.
Berdasarkan analisis di atas, kata-kata yang telah dianalisis bentuknya dapat
dikelompokkan berdasarkan kategori katanya. Langkah ini berguna untuk
mempermudah dalam pembuatan graf pada tahap penelitian selanjutnya.
Berikut ini adalah hasil dari pengelompokan kata-kata setelah dialakukan
analisis.
1. S-P
: Nyamuk 𝑁 malaria𝑁 berbahaya𝑉 .
: Tumbuhan𝑁 paku𝑁 dimanfaatkan𝑉 manusia𝑁 .
2. S-P-O
3. S-P-Pel
: Cahaya𝑁 matahari𝑁 merupakan𝑉 sumber 𝑁 energi𝑁 utama𝐴 .
: Lumut 𝑁 daun𝑁 hidup𝑉 di𝑃 daerah𝑁 tropis 𝑁 .
4. S-P-Ket
5. S-P-O-Pel : Sirip𝑁 membantu𝑉 ikan𝑁 untuk 𝑃 berenang 𝑉 .
6. S-P-O-Ket : Dmitri Ivanovski𝑁 meneliti𝑉 penyakit 𝑁 mosaik 𝑁 pada𝑃
tahun𝑁 1892π‘π‘ˆπ‘€ .
Keterangan : N : Nomina; V : Verba; A : Adjectiva P : Preposisi NUM : Numeralia
Selain menganalisi berdasarkan katanya, kalimat-kalimat di atas juga
dianalisis berdasarkan kategori frasa. Berikut adalah hasil analisis berdasarkan
kategori frasa.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
S-P
S-P-O
S-P-Pel
S-P-Ket
S-P-O-Pel
S-P-O-Ket
: Nyamuk malariaFN berbahaya.
: Tumbuhan pakuFN dimanfaatkan manusia.
: Cahaya matahariFN merupakan sumber energi utamaFN .
: Lumut daunFN hidup di daerah tropis FP .
: Sirip membantu ikan untuk berenang FP .
: Dmitri Ivanovski meneliti penyakit mosaik FN pada tahun 1892FP
Keterangan : FN : Frasa Nomina, FP : Frasa Preposisional
Aturan Chunking
Chunking merupakan proses pemotongan kalimat menjadi beberapa bagian.
Proses chunking ini membutuhkan indikator yang disebut (chunk indicators)
sebagai acuan pemotongan kalimat-kalimat tersebut. Pada awalnya, chunk
indicators yang telah berhasil diciptakan untuk struktur kalimat bahasa Inggris dan
Cina sebanyak 5. Dalam perkembangannya, Nurdiati dan Hoede (2009) telah
berhasil mengembangkan chunk indicators ini menjadi enam chunk indicators,
yaitu dengan penambahan chunk indicators logic word. Berikut ini adalah chunk
indicator yang telah berhasil dikembangkan dalam struktur kalimat bahasa Inggris
dan Cina.
1. Indikator 1: koma dan titik
2. Indikator 2: kata penunjuk dan penghubung
23
3.
4.
5.
6.
Indikator 3: kata kerja bantu dan adverbia
Indikator 4: kata depan (preposisi)
Indikator 5: lompatan (jump)
Indikator 6: kata-kata logika (logic word)
Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji 6 chunk indicators di atas ke dalam
kalimat bahasa Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk melakukan pemotongan
kalimat bahasa Indonesia.
Hasil Pengujian Chunk Indicator
Chunk indicator adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan pada
bagian mana suatu kalimat harus dipotong saat kalimat tersebut dianalisis. Analisis
yang dimaksud pada penelitian ini adalah memotong atau memecah sebuah kalimat
menjadi bagian-bagian kalimat (kata, frasa, klausa) yang menyusunnya serta
menyatakannya dalam bentuk word graph. Potongan-potongan kalimat ini
selanjutnya disebut chunk. Chunk indicators yang digunakan untuk menganalisis
teks bahasa Inggris sebanyak enam indikator. Keenam indicator tersebut harus diuji
terlebih dahulu agar dapat digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia. Berikut
adalah hasil pengujian indikator-indikator tersebut dalam kalimat bahasa Indonesia.
1. Indikator 1: koma dan titik
Koma dan titik menandakan bahwa suatu kalimat terbagi menjadi beberapa
bagian. Chunk indicator ini dapat digunakan untuk melakukan chunking dalam
kalimat bahasa Indonesia. Misalnya pada kalimat berikut ini.
a. Manusia selalu membutuhkan manusia lain, hewan, tumbuhan, dan bahkan
organisme.
Kalimat ini terdapat tanda koma dan titik yang dapat memotong kalimat ini
menjadi 4 chunk yaitu [manusia selalu membutuhkan manusia lain], [hewan],
[tumbuhan], [dan bahkan organisme].
b. Ada dua mikoriza yang paling umum, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.
Tanda koma dalam kalimat ini dapat memotong kalimat ini menjadi dua
chunk yaitu [ada dua mikoriza yang paling umum] dan [yaitu ektomikoriza dan
endomikoriza].
Berdasarkan pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa koma dan titik dapat
digunakan sebagai chunk indicators.
2. Indikator 2: Kata ganti petunjuk dan penghubung
Kata penghubung seperti ini, itu, yang, tersebut, adalah dapat digunakan
sebagai chunk indicator. Kata ganti petunjuk dan penghubung dapat diuji pada
kalimat berikut ini.
24
a. Keaneragaman ekosistem tersebut menunjukkan keaneragaman spesies yang
hidup di dalamnya.
Kata tersebut dapat memotong kalimat dengan kata sebelum dan setelahnya.
Demikian juga kata yang juga dapat memotong kalimat dengan kata sebelum dan
setelahnya, sehingga dengan indikator kedua ini, kalimat tersebut dapat menjadi 5
chunks yaitu [keaneragaman ekosistem], [tersebut] , [menunjukkan keaneragaman
spesies], [yang], [hidup di dalamnya].
b. Keaneragaman hayati adalah sumber daya alam yang sangat penting.
Dalam kalimat ini terdapat dua kata penghubung adalah dan yang. Kedua
kata penghubung ini dapat memotong kalimat di atas menjadi 5 chunks, yaitu :
[keaneragaman hayati], [adalah], [sumber daya alam], [yang], dan [sangat penting].
Jadi, kata penghubung dapat digunakan sebagai chunk indicator dalam
kalimat bahasa Indonesia.
3. Indikator 3: Kata kerja bantu dan adverbia
Kata kerja bantu dalam hal ini, misalnya kata dapat, sering, harus, boleh,
bisa,sanggup, juga, dan sebagainya. Misalnya penggunaan dalam kalimat berikut
ini.
a. Tikus sering merusak barang-barang dan mengambil bahan-bahan makanan
yang ditimbun manusia.
Dalam kalimat ini terdapat kata sering yang dapat digunakan untuk
memotong kalimat ini menjadi beberapa bagian.
b. Alkohol juga merupakan pelarut lipid.
Kata juga dalam kalimat ini dapat memotong kalimat menjadi 3 chunks yaitu
[alkohol], [juga], [merupakan pelarut lipid]. Jadi, kata kerja bantu tersebut
menandakan sebuah chunk indicator.
4. Indikator 4: Kata depan (preposisi)
Jika ditinjau dari makna semantisnya, preposisi menandai berbagai hubungan
makna antara konstituen sebelum dan sesudah preposisi. Dalam frasa pergi ke pasar
misalnya, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.
Jika ditinjau dari perilaku sintaksisnya, preposisi berada di depan nomina,
adjektiva, atau adverbia sehingga terbentuk frasa yang dinamakan frasa
preposisional.
Preposisi juga mengisyaratkan sebuah chunk. Hal ini dapat diuji pada kalimat
berikut ini.
a. Lumut hati tumbuh di palung sungai.
Preposisi di dalam kalimat di atas dapat memotong kalimat (4c) menjadi 3
chunks, yaitu [lumut hati tumbuh], [di], [palung sungai]. Dengan kata lain kata di
dapat dijadikan chunk indicators.
b. Gas karbon dioksida berasal dari proses alam.
25
Preposisi dari menandai tempat asal gas karbon dioksida. Kata ini dapat
memotong kalimat menjadi tiga chunks, yaitu [gas karbon dioksida berasal] ,
[dari] , dan [proses alam].
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa preposisi dapat
digunakan menjadi chunk indicators.
5. Indikator 5: Lompatan (jump)
Jump atau lompatan terjadi jika dua buah kata berurutan tidak dapat
diletakkan dalam satu chunk. Jump dapat diuji dalam kalimat berikut ini.
a. Setiap hari kita selalu melakukan aktifitas.
Dalam kalimat ini kata hari dan kita tidak bisa dalam satu chunk karena jika
kedua kata tersebut dalam chunk, maka maknanya akan menjadi salah, sehingga
kata hari dan kita harus dipisah. Pemisahan ini menggunakan indikator jump.
b. Pecahan botol dan toples kaca dapat didaur ulang menjadi botol dan toples baru.
Dalam kalimat ini kata botol dan dan tidak mungkin dijadikan dalam satu
chunk, sehingga kedua kata ini harus dipisahkan. Selain itu, kata kaca dan dapat
juga tidak dapat dikumpulkan menjadi satu chunk. Pemotongan kata-kata ini
menggunakan indikator jump. Jadi, jump dapat digunakan sebagai chunk indicator.
6. Indikator 6: Kata-kata logika (logic word)
Kata-kata dalam logika seperti dan, atau juga berfungsi menghubungkan
bagian yang satu dengan bagian lain dalam suatu kalimat. Kata-kata tersebut juga
menandakan chunk indicator. Pengujian indikator ini terdapat pada kalimat berikut
ini.
a. Dosen dan mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif.
Kata dan dalam kalimat ini memisahkan antara kata dosen dan mahasiswa,
sehingga kata dan dapat digunakan sebagai chunk indicator.
b. Sampah yang diproses menjadi kompos harus selalu dalam keadaan lembab
atau basah.
Kata atau dapat memotong kalimat ini menjadi 3 chunks, yaitu [sampah yang
diproses menjadi kompos harus selalu dalam keadaan lembab] , [atau] ,dan [basah].
Jadi, kata logika dapat digunakan sebagai chunk indicator dalam kalimat bahasa
Indonesia.
7. Indikator 7: Jeda nafas
Selain keenam chunk indicators di atas, dalam penelitian ini dikembangkan
chunk indicators yang lain yaitu jeda nafas. Jeda nafas adalah tempat pemotongan
kalimat berdasarkan jeda pengambilan nafas. Indikator ini dapat diuji dalam
kalimat-kalimat berikut ini.
26
a. Sampah-sampah itu dimasukkan ke dalam bak penampungan.
Kalimat ini dapat dipotong menjadi beberapa 2 chunk dengan indikator jeda
nafas, yaitu menjadi [sampah-sampah itu], [dimasukkan ke dalam bak
penampungan]. Jeda nafas ketika kalimat ini diucapkan secara lisan terletak di
antara kata itu dengan dimasukkan sehingga hasil pemotongan ini dapat dibuat graf
masing-masing. Jeda nafas tidak bisa diletakkan di antara kata sampah dan itu, atau
di antara kata ke dengan dalam, karena hasil jeda nafas ini tidak dapat dibuat
menjadi graf atau memiliki makna berbeda.
b. Dampak perubahan lingkungan dapat dirasakan baik secara lokal maupun
global.
Jeda nafas pada kalimat ini terletak di antara kata lingkungan dengan dapat,
dirasakan dengan baik, lokal dengan maupun. Chunks yang terbentuk adalah
[dampak perubahan lingkungan], [dapat dirasakan], [baik secara lokal], dan
[maupun global]. Jika jeda nafas diletakkan di antara kata baik dan secara, maka
makna yang terkandung akan berubah.
Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa kalimat, indikator jeda nafas
memiliki sifat berikut ini.
1) Selalu berada sebelum kata kerja.
Contoh:
| Singa | memakan daging|.
Jeda nafas terdapat sebelum kata memakan yang merupakan kata kerja.
2) Selalu berada sebelum frasa verba
Contoh :
| Kuda | sangat cepat larinya|.
Jeda nafas terdapat sebelum frasa sangat cepat yang merupakan frasa kata
kerja.
Jump secara definisi adalah lompatan pada dua buah kata berurutan yang
tidak dapat diletakkan dalam satu chunk (Rusiyamti 2008). Indikator jump tidak
bisa memotong antara kata singa dengan memakan karena kata singa memakan bisa
diletakkan dalam satu chunk, dengan demikian perlu adanya indikator yang lain
untuk memotong frasa singa memakan. Berdasarkan uraian di atas, maka jeda dapat
digunakan sebagai chunk indicator dalam kalimat bahasa Indonesia.
8. Indikator 8 : Kata sambung (konjungsi)
Konjungsi, konjungtor, atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Indikator ini merupakan
indikator yang baru dalam penelitian ini. Indikator ini dapat diuji dalam kalimat
berikut ini.
a. Lumut tanduk berkerabat dekat dengan ganggang laut.
Kata dengan termasuk dalam jenis konjungsi subordinatif hasil. Kata ini
dapat memotong kalimat di atas menjadi tiga chunk, yaitu [Lumut tanduk
berkerabat dekat], [dengan], dan [ganggang laut].
27
b. Daun-daun suplir itu tampak rimbun dan menjuntai sehingga menciptakan
nuansa hijau yang menyejukkan.
Kata sehingga termasuk dalam jenis konjungsi subordinatif hasil. Kata ini
dapat memotong kalimat di atas menjadi tiga chunk, yaitu [Daun-daun suplir itu
tampak rimbun dan menjuntai], [sehingga], [menciptakan nuansa hijau yang
menyejukkan].
Ada beberapa konjungsi yang berada di indikator lain yaitu kata logic word,
kata-kata tersebut adalah dan dan atau. Jika dilihat secara makna kalimat logic word
tidak bisa mewakili semua konjungsi karena logic word lebih cenderung berada
pada kalimat majemuk setara. Untuk kalimat majemuk bertingkat dan campuran
logic word kurang tepat digunakan untuk chunking. Contohnya berikut ini.
Petani menanam padi ketika musim hujan telah tiba.
Logic word tidak bisa digunakan untuk memotong kalimat tersebut karena
kalimat tersebut bukan kalimat majemuk setara. Kalimat tersebut lebih tepat
dipotong dengan chunk indicator konjungsi, yaitu pada kata ketika. Induk kalimat
terdapat pada frasa petani menanam padi, sedangkan anak kalimatnya adalah
musim hujan telah tiba. Jika dibuat sebuah graf, maka fokus kalimat ini terdapat
pada kalimat induknya. Namun, jika logic word digunakan, maka fokusnya terdapat
pada kedua kalimat, sehingga graf yang terbentuk menjadi tidak benar. Oleh karena
itu chunk indicator konjungsi lebih berfungsi ketika memotong kalimat majemuk
bertingkat dan campuran.
Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kata sambung dapat digunakan
sebagai chunk indicator dalam kalimat bahasa Indonesia, sehingga secara
keseluruhan chunk indicator dalam kalimat bahasa Indonesia sebanyak 8 chunk
indicator yaitu:
Tabel 9 Daftar chunk indicator kalimat bahasa Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Chunk Indicators
Koma dan titik
Kata ganti petunjuk dan penghubung
Kata kerja bantu (adverbia)
Kata depan (preposisi)
Lompatan (jump)
Kata-kata logika (logic word)
Jeda nafas
Kata sambung (konjungsi)
Pembentukan Aturan Chunking
Langkah selanjutnya adalah membuat aturan pemotongan pada kalimat
bahasa Indonesia. Aturan ini berupa prosedur pemotongan yang merupakan urutan
28
proses pemotongan kalimat. Pemotongan kalimat tersebut merupakan suatu proses
iterasi. Dengan kata lain, mengidentifikasi satu persatu bagian dari kalimat melalui
chunk indicators yang telah terbentuk. Prosedur yang dimaksud adalah:
1. Pertama akan dilihat apakah kalimat yang dianalisis memuat chunk indicator 1
yaitu koma atau titik. Chunk indicator 1 menduduki urutan pertama untuk
diidentifikasi pada proses analisis setiap kalimat.
2. Langkah ke-2 adalah mengidentifikasi jeda nafas (chunk indicator 7). Indikator
ini menduduki urutan ke-2 karena pemotongan dengan jeda nafas berhubungan
langsung dengan makna kalimat.
3. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi ada tidaknya konjungtor (chunk
indicator 8) dalam kalimat tersebut.
4. Urutan selanjutnya akan diidentifikasi apakah kalimat tersebut memuat kata
ganti petunjuk atau penghubung. Chunk indicator 2 menduduki urutan ketiga
untuk diidentifikasi pada proses analisis tersebut.
5. Selanjutnya diidentifikasi apakah kalimat tersebut memuat kata kerja bantu atau
adverbial, seperti: dapat, harus, bisa, sanggup, akan, dan seterusnya. Chunk
indicator 3 menduduki urutan kelima untuk diidentifikasi pada proses analisis
setiap kalimat.
6. Langkah berikutnya diidentifikasi apakah kalimat tersebut memuat kata depan
atau preposisi. Chunk indicator 4 menduduki urutan keempat untuk
diidentifikasi pada proses analisis setiap kalimat.
7. Langkah ke-7 mengidentifikasi apakah kalimat tersebut memuat kata-kata logika,
seperti dan, atau.
8. Langkah terakhir diidentifikasi apakah pada kalimat tersebut terjadi lompatan
atau jump, yaitu apabila terdapat dua kata berurutan yang tidak dapat diletakkan
dalam satu chunk.
Misalnya ada sebuah kalimat matahari telah terbit dari timur. Pemotongan kalimat
ini adalah sebagai berikut.
Langkah 1 : terdapat titik sehingga kalimat dapat dilakukan pemotongan di akhir
kalimat, seperti berikut ini.
| Matahari terbit dari timur1|.
Tanda | menunjukkan letak chunking, sedangkan 1 menunjukkan nomor
indikator yang digunakan yaitu chunk indicator titik dan koma.
Langkah 2 : jeda nafas terletak di antara kata matahari dengan terbit, sehingga
hasilnya adalah sebagai berikut.
| Matahari7 | terbit dari timur1|.
Langkah 3 : tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4 : tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5 : tidak terdapat kata kerja bantu dan adverbia.
Langkah 6 : terdapat preposisi dari sehingga hasilnya adalah sebagai berikut.
| Matahari7 | terbit dari 4| timur1|.
Langkah 7 : tidak terdapat logic word.
29
Langkah 8: jump terletak di antara kata terbit dan dari, sehingga hasil
pemotongannya adalah sebagai berikut.
| Matahari7 | terbit5| dari 4| timur1|.
Hasil chunking diperoleh 4 chunk yaitu [matahari], [terbit], [dari], dan
[timur]. Setiap chunk selanjutnya akan dibuat graf.
Pembuatan Pola Graf Kalimat Bahasa Indonesia
Setelah diperoleh aturan chunking, bagian ini menguraikan penggunaan
aturan tersebut ke dalam kalimat-kalimat yang telah dianalisis pada bagian
sebelumnya. Pembahasan diawali dengan pemotongan kalimat, kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan word graph dan diakhiri penggabungan word graph
yang terbentuk sehingga terbentuk pola graf kalimat bahasa Indonesia.
Pemotongan Kalimat (Chunking)
Pada tahap ini semua kalimat yang telah dipilih dilakukan pemotongan
dengan menggunakan chunk indicator yang telah diperoleh. Pemotongan dilakukan
dengan prosedur iterasi, artinya setiap indikator secara bergantian memotong
kalimat.
(1) Nyamuk malaria berbahaya.
Langkah 1: terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (1) dapat dilakukan
pemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
| Nyamuk malaria berbahaya1|.
Langkah 2: jeda nafas terletak di antara kata malaria dengan berbahaya, sehingga
hasilnya adalah sebagai berikut.
| Nyamuk malaria7| berbahaya1|.
Langkah 3: tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4: tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5: tidak terdapat kata kerja bantu dan adverbia.
Langkah 6: tidak terdapat preposisi.
Langkah 7: tidak terdapat logic word.
Langkah 8: tidak terdapat jump sehingga hasil chunk adalah sebagai berikut.
| Nyamuk malaria7| berbahaya1|.
Hasil chunking diperoleh 2 chunk yaitu [Nyamuk malaria] dan [berbahaya].
(2) Tumbuhan paku dimanfaatkan manusia.
Langkah 1: terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (2) dapat dilakukan
pemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
30
| Tumbuhan paku dimanfaatkan manusia1|.
Langkah 2: jeda nafas terletak di antara kata paku dengan dimanfaatkan, sehingga
hasilnya adalah sebagai berikut.
| Tumbuhan paku7 | dimanfaatkan oleh manusia1|.
Langkah 3: tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4: tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5: tidak terdapat kata kerja bantu dan adverbia.
Langkah 6: terdapat preposisi oleh sehingga hasil proses pemotongannya adalah
sebagai berikut.
| Tumbuhan paku7 | dimanfaatkan oleh4 | manusia1|.
Langkah 7: tidak terdapat logic word.
Langkah 8: jump terletak di antara kata dimanfaatkan dengan oleh sehingga hasil
pemotongannya adalah sebagai berikut.
| Tumbuhan paku7 | dimanfaatkan5 | oleh4 | manusia1|.
Hasil chunking diperoleh 4 chunk yaitu [Tumbuhan paku], [dimanfaatkan],
[oleh], dan [manusia].
(3) Cahaya matahari merupakan sumber energi utama.
Langkah 1 : terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (3) dapat
dilakukanpemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
| Cahaya matahari merupakan sumber energi utama1|.
Langkah 2 : jeda nafas terletak di antara kata matahari dengan merupakan, sehingga
hasilnya adalah sebagai berikut.
| Cahaya matahari7| merupakan sumber energy utama1|.
Langkah 3 : tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4 : tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5 : tidak terdapat kata kerja bantu adverbia.
Langkah 6 : tidak terdapat preposisi.
Langkah 7 : tidak terdapat logic word.
Langkah 8 : tidak terdapat jump.
| Cahaya matahari7| merupakan sumber energi utama1|.
Hasil chunking diperoleh 2 chunk yaitu [Cahaya matahari], dan [merupakan
sumber energi utama].
(4) Lumut daun hidup di daerah tropis.
Langkah 1 : terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (4) dapat dilakukan
pemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
| Lumut daun hidup di daerah tropis 1|.
Langkah 2 : jeda nafas terletak di antara kata daun dengan dapat, dijumpai dengan
di, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut.
31
| Lumut daun7| hidup di daerah tropis 1|.
Langkah 3: tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4: tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5: tidak terdapat kata kerja bantu adverbia.
Langkah 6: terdapat preposisi di sehingga hasilnya adalah sebagai berikut.
| Lumut daun7| hidup di4| daerah tropis 1|.
Langkah 7: tidak terdapat logic word.
Langkah 8: jump terletak di antara kata hidup dengan di, sehingga hasil
pemotongannya adalah sebagai berikut.
| Lumut daun7| hidup5| di4| daerah tropis 1|.
Hasil chunking diperoleh 4 chunk yaitu [lumut daun], [hidup], [di], dan
[daerah tropis].
(5) Sirip membantu ikan untuk berenang.
Langkah 1: terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (5) dapat dilakukan
pemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
| Sirip membantu ikan untuk berenang1|.
Langkah 2: jeda nafas terletak di antara kata sirip dengan membantu, ikan dengan
untuk, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut.
| Sirip7| membantu ikan7| untuk berenang1|.
Langkah 3: tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4: tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5: tidak ditemukan kata kerja bantu dan adverbia.
Langkah 6: terdapat preposisi untuk sehingga hasil pemotongannya adalah sebagai
berikut.
| Sirip7| membantu ikan7| untuk4| berenang1|.
Langkah 7: tidak terdapat logic word.
Langkah 8: tidak terdapat jump sehingga hasil akhirnya adalah sebagai berikut.
| Sirip7| membantu ikan7| untuk4| berenang1|.
Hasil chunking diperoleh 4 chunk yaitu [sirip], [membantu ikan], [untuk], dan
[berenang].
(6) Dmitri Ivanovski meneliti penyakit mosaik pada tahun 1892.
Langkah 1: terdapat titik di akhir kalimat sehingga kalimat (6) dapat dilakukan
pemotongan di akhir kalimat seperti berikut ini.
| Dmitri Ivanovski meneliti penyakit mosaik pada tahun 18921|.
Langkah 2: jeda nafas terletak di antara kata Dmitri Ivanovski dengan meneliti,
mosaik dengan pada, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut.
32
| Dmitri Ivanovski7| meneliti penyakit mosaik7| pada tahun 18921|.
Langkah 3: tidak ditemukan konjungtor.
Langkah 4: tidak terdapat kata ganti petunjuk atau penghubung.
Langkah 5: tidak ditemukan kata kerja bantu dan adverbia.
Langkah 6: terdapat preposisi pada sehingga hasil pemotongannya adalah sebagai
berikut.
| Dmitri Ivanovski 7| meneliti penyakit mosaik7| pada4| tahun 18921|.
Langkah 7: tidak terdapat logic word.
Langkah 8: tidak terdapat jump sehingga hasil akhir pemotongannya adalah sebagai
berikut.
| Dmitri Ivanovski 7| meneliti penyakit mosaik7| pada4| tahun 18921|.
Hasil chunking diperoleh 4 chunk yaitu [Dmitri Ivanovski], [meneliti
penyakit mosaik], [pada], dan [tahun 1892].
Berdasarkan analisis di atas, maka hasil chunking adalah sebagai berikut.
1. | Nyamuk malaria7| berbahaya1|.
2. | Tumbuhan paku7 | dimanfaatkan5 | oleh4 | manusia1|.
3. | Cahaya matahari7| merupakan sumber energi utama1|.
4. | Lumut daun7| hidup5| di4| daerah tropis 1|.
5. | Sirip7| membantu ikan7| untuk4| berenang1|.
6. | Dmitri Ivanovski 7| meneliti penyakit mosaik5| pada4| tahun 18921|.
Pembuatan Word Graph
Kata benda disimbolkan dengan sebuah token yang dihubungkan dengan
relasi ALI yang artinya bahwa setiap kata benda memiliki tipe tertentu (Haerul
2009). Bentuk umum graf kata benda adalah sebagai berikut.
ALI A
kata benda
LI
Gambar 27 Word graph kata benda
Berdasarkan pola graf di atas, maka kata benda yang telah diperoleh pada
dapat dibuat graf sebagai berikut.
Tabel 10 Word Graph kata benda
Kata Benda
Nyamuk
Graf
ALI A
nyamuk
LI
Kata Benda
Daerah
Graf
ALI A
daerah
LI
33
Malaria
Tumbuhan
Paku
ALI A
malaria
LI
ALI A
tumbuhan
LI
ALI A
paku
LI
Tropis
Sirip
Ikan
ALI A
tropis
LI
ALI
LI
ALI
LI
A
sirip
A
ikan
ALI A
penyakit
LI
Manusia
ALI A
manusia
LI
Penyakit
Cahaya
ALI A
cahaya
LI
Mosaik
Matahari
ALI
LI
ALI
LI
A
matahari
Tahun
A
sumber
Lumut
ALI A
lumut
LI
Daun
ALI A
daun
LI
Sumber
Energi
ALI A
energi
LI
ALI A
mosaik
LI
ALI A
tahun
LI
Kata kerja terbagi menjadi dua yaitu kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Pola
graf kedua kata kerja tersebut hampir sama, perbedaaannya hanya pada arah panah
relasi. Kedua bentuk umum graf kata kerja, telah diteliti oleh Muslik (2009) dengan
bentuk umum sebagai berikut.
Gambar 28 Graf kata kerja aktif
Gambar 29 Graf kata kerja pasif
34
Selain arah relasi, perbedaan yang lain adalah pada frame yang menunjukkan
fokus dari graf tersebut. Pada kata kerja aktif, frame berada pada token pertama dan
kedua, sedangkan pada kata kerja pasif, frame berada pada token kedua dan ketiga.
Frame ini menunjukkan makna pelaku yang melakukan kata kerja tersebut. Relasi
CAU menunjukkan bahwa ada hubungan penyebab dan akibat.
Dengan mengacu bentuk graf di atas, maka kata kerja yang diperoleh pada
bagian (4.2) sebagai berikut.
Tabel 11 Word graph kata kerja
Kata kerja
dimanfaatkan
Graf
ALI
berbahaya
merupakan
ALI
hidup
berenang
membantu
35
meneliti
Selain kata benda dan kata kerja, dalam kalimat-kalimat yang diteliti terdapat
preposisi yang memiliki bentuk graf sebagai berikut.
Tabel 12 Word graph preposisi
Preposisi
Graf
di
untuk
pada
Graf preposisi di dan pada memiliki kesamaan bentuk. Relasi yang digunakan
adalah relasi SUB yang artinya bahwa preposisi ini menghubungkan dua token yang
memiliki makna bahwa suatu token merupakan bagian dari token yang lain. Relasi
CAU pada graf preposisi memiliki arti bahwa ada hubungan penyebab dan akibat
pada graf tersebut. Graf adjektiva pada kata utama adalah sebagai berikut.
Gambar 30 Graf kata adjektiva utama
Gambar di atas menunjukkan dua token yang dihubungkan dengan relasi
PAR. Artinya bahwa kata utama merupakan atribut dari token yang lain. Selain kata
benda, kerja, preposisi, dalam sampel kalimat terdapat juga kategori kata numeralia
yaitu 1892 yang menunjukkan sebuah bilangan, interval waktu, dan himpunan
waktu, sehingga graf dari numeralia adalah sebagai berikut.
36
Gambar 31 Graf numeralia 1892
Dari gambar di atas terlihat bahwa 1892 dihubungkan dengan relasi EQU
yang memiliki arti 1892 merupakan nama dari sebuah tahun.
Mengkontruksi Sentence Graph
Setelah dilakukan pembuatan word graph, maka langkah selanjutnya adalah
mengkontruksi sentence graph dengan menggabungkan masing-masing word
graph. Proses mengkontruksi sentence graph adalah menyusun sentence graph dari
word graph yang telah dibuat dengan memberi relasi antar potongan kalimat
(chunk). Pada bagian ini, beberapa kalimat akan dipaparkan langkah-langkah
konstruksi sentence graph secara lengkap, namun beberapa kalimat yang lain
proses mengkontruksi sentence graph tidak ditampilkan dan dapat dilihat pada
lampiran.
1. Pola S-P
Kalimat yang digunakan pada pola ini adalah sebagai
berikut.
| Nyamuk malaria7| berbahaya1|.
S
P
Pada kalimat ini, subjek terdiri atas dua kata yaitu nyamuk dan malaria yang
merupakan kalimat benda, sedangkan kata berbahaya merupakan predikat yang
berbentuk kata kerja. Ketiga kata tersebut dapat dibentuk graf sebagai berikut.
Tabel 13 Word graph pada kalimat (1)
Kata
nyamuk
malaria
Word graph
37
berbahaya
Berdasarkan hasil proses pemotongan pada bagian sebelumnya terdapat dua
chunk yaitu nyamuk malaria dan berbahaya. Masing-masing chunk memiliki graf
sebagai berikut.
Tabel 14 Chunk kalimat 1
Chunk
Graf
nyamuk
ALI
EQU
nyamuk malaria
malaria
berbahaya
Pada graf nyamuk malaria terdapat relasi PAR yang menunjukkan bahwa
malaria merupakan atribut dari kata nyamuk. Di sisi lain relasi EQU juga
menunjukkan bahwa malaria merupakan nama dari nyamuk. Dari kedua chunk di
atas, maka sentence graph yang dapat dikonstruksi adalah sebagai berikut.
ALI
CAU
ALI
berbahaya
nyamuk
EQU
malaria
Gambar 32 Sentence graph kalimat 1
Relasi yang digunakan untuk menghubungkan kedua chunk tersebut adalah
relasi CAU yang berarti bahwa nyamuk malaria memiliki hubungan penyebab dan
akibat dengan kata berbahaya. Arah relasi CAU dari chunk nyamuk malaria menuju
chunk berbahaya. Hal ini menunjukkan makna semantis bahwa nyamuk memiliki
38
peran pelaku. Dari ulasan di atas, bentuk graf gambar (32) dapat disederhanakan
menjadi bentuk berikut ini.
Gambar 33 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 1
Jika graf di atas dibuat berdasarkan pola kalimat tersebut, maka pola graf
yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Gambar 34 Bentuk umum graf pola S-P
Berdasarkan gambar 34 diperoleh hasil bahwa jika terdapat kalimat yang
memiliki pola S-P, maka akan memiliki pola graf seperti Gambar 34.
2. Pola S-P-O
Pola kalimat S-P-O memiliki predikat berbentuk kata kerja aktif maupun
pasif. Contoh kalimat yang digunakan pada pola S-P-O adalah :
| Tumbuhan paku7 | dimanfaatkan5 | manusia1|.
S
P
O
Kalimat di atas merupakan kalimat dengan predikat kata kerja pasif, sehingga
pelaku dari kalimat tersebut menduduki posisi objek yaitu manusia, sedangkan
yang dikenai perlakuan adalah tumbuhan paku yang menduduki sebagai subjek.
Berbeda jika kalimat tersebut diubah menjadi manusia memanfaatkan tumbuhan
paku, maka yang manusia menduduki peran sebagai pelaku (S), sedangkan
tumbuhan paku memiliki peran sebagai objek atau yang mendapat perlakuan.
Dalam pembuatan graf, kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan pada arah
relasi. Berikut ini adalah bentuk graf dari kalimat yang menggunakan kata kerja
pasif.
39
Gambar 35 Bentuk umum graf pola S-P-O
Relasi CAU menunjukkan bahwa antara token manusia memiliki hubungan
penyebab atau pelaku dalam kalimat tersebut, sehingga relasi yang tepat adalah
CAU. Selain itu, relasi CAU juga digunakan untuk menghubungkan token
dimanfaatkan dengan token tumbuhan karena tumbuhan berfungsi sebagai objek.
Jika dalam kalimat tersebut kata kerjanya berbentuk kata kerja pasif, maka graf
yang dibentuk adalah sebagai berikut.
Gambar 36 Sentence graph kalimat 2
Jika kita lihat perbedaan antara kalimat yang menggunakan kata kerja aktif
dan pasif hanya terdapat pada arah relasi saja. Dengan demikian, jika ada sebuah
graf yang relasinya dari objek menuju predikat, maka kalimat tersebut
40
menggunakan kata kerja pasif. Demikian juga jika suatu graf arah relasinya dari
subjek menuju predikat, maka kata kalimat tersebut menggunakan kata kerja aktif.
Dari uraian di atas, bentuk graf Gambar 36 dapat disederhanakan menjadi
bentuk bentuk berikut ini.
Gambar 37 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja pasif
Kalimat dengan predikat kata kerja aktif adalah sebagai berikut.
Gambar 38 Sentence graph kalimat 2 dengan kata kerja aktif
Jika graf di atas dibuat berdasarkan pola kalimat tersebut, maka pola graf
yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 15 Sentence graph pola S-P-O
Bentuk kata kerja
Sentence graph pola S-P-O
Aktif
Pasif
3. S-P-Pel
Kalimat dengan pola kalimat S-P-Pel memiliki predikat kata kerja aktif
intransitif. Artinya, kata kerjanya tidak dapat dijadikan kata kerja pasif dan subjek
41
berperan sebagai pelaku dan pelengkap berperan sebagai sasaran. Contoh kalimat
yang digunakan pada pola S-P-Pel adalah :
| Cahaya matahari7| merupakan sumber energi utama1|.
S
P
Pel.
Kalimat tersebut terbagi menjadi dua chunk yaitu cahaya matahari dan
merupakan sumber energi utama. Pola graf pada kalimat berpola S-P-Pel sama
dengan pola S-P-O dengan kata kerja aktif. Berikut adalah sentence graph pada
kalimat di atas.
Gambar 39 Bentuk umum sentence graph pada kalimat 3
C
cahaya matahari
AALI
U
merupakan
ALI
sumber energi utama
Gambar 40 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 3
Relasi yang menghubungkan antara cahaya matahari dengan merupakan
adalah CAU karena cahaya matahari berperan sebagai pelaku dalam kalimat
tersebut. Di lain pihak sumber energi utama berperan sebagai sasaran sehingga
relasi yang menghubungkan adalah dengan relasi CAU.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk umum graf pola
S-P-Pel adalah :
Gambar 41 Bentuk umum sentence graph kalimat 3
42
4. S-P-Ket
Keterangan dalam sebuah kalimat berfungsi menerangkan dari suatu
kejadian. Dengan demikian relasi yang digunakan dalam pembuatan graf adalah
relasi PAR. Keterangan bisa berbentuk waktu dan tempat. Semua token keterangan
dihubungkan dengan predikat. Contoh kalimat yang digunakan pada pola S-P-Ket
adalah :
| Lumut daun7| hidup5| di4| daerah tropis 1|.
S
P
Ket.
Kalimat di atas memiliki empat chunk yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya. Keempat chunk tersebut dibuat graf kemudian mengkontruksi graf
kalimat tersebut. Bentuk detail graf kalimat ini dapat dilihat di lampiran. Bentuk
sederhana graf kalimat di atas adalah sebagai berikut.
CAU
Lumut
PAR
hidup
di daerah tropis
daun
Gambar 42 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 4
Relasi CAU menghubungkan antara lumut daun dan hidup. Arah relasi dari
lumut daun menuju hidup. Ini artinya bahwa lumut daun memiliki peran sebagai
pelaku. Relasi PAR menghubungkan keterangan di daerah tropis dengan hidup
artinya bahwa di daerah tropis merupakan atribut dari kata hidup. Secara umum
bentuk graf pola S-P Ket adalah sebagai berikut.
Gambar 43 Bentuk umum sentence graph kalimat 4
5. S-P-O-Pel
Kalimat yang dijadikan contoh dalam pola S-P-O-Pel adalah:
| Sirip7| membantu ikan7| untuk4| berenang1|.
S
P
O
Pel.
43
Kalimat ini terbagi menjadi empat chunk yaitu sirip, membantu ikan, dan
untuk berenang. Setiap chunk dibuat graf, kemudian digabung menjadi satu
sehingga diperoleh sebuah sentence graph berpola S-P-O-Pel. Graf secara lengkap
dapat dilihat dalam lampiran. Dari graf yang terbentuk dapat disederhanakan dalam
bentuk graf seperti berikut ini.
Gambar 44 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5
Relasi yang menghubungkan antara sirip dan membantu adalah relasi CAU
dengan arah dari sirip menuju membantu. Artinya bahwa sirip merupakan pelaku.
Relasi CAU juga menghubungkan kata membantu dengan ikan, sehingga relasi ini
memberikan makna bahwa ikan adalah objek. Relasi CAU juga digunakan untuk
menghubungkan kata membantu dengan untuk berenang, sehingga dapat diartikan
bahwa untuk berenang merupakan pelengkap dalam kalimat tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, maka bentuk umum graf pola S-P-O-Pel dapat digambarkan dengan
bentuk sebagai berikut.
Gambar 45 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja aktif
Token pelengkap tidak dihubungkan dengan token predikat karena pelengkap
lebih memunyai hubungan sebab akibat dengan predikat. Oleh karena itu, relasi
yang digunakan adalah relasi CAU.
44
Jika kalimat di atas diubah menjadi kalimat dengan predikat kata kerja pasif,
maka menjadi
Ikan dibantu sirip untuk berenang
S
P
O
Pel.
Secara sederhana graf yang diperoleh adalah:
Gambar 46 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
Bentuk umum graf yang diproleh adalah sebagai berikut.
Gambar 47 Bentuk umum sentence graph kalimat 5 dengan kata kerja pasif
Perbedaan antar kalimat aktif dengan pasif adalah terletak pada arah relasi.
Pada bentuk pasif relasi CAU dari predikat menuju subjek. Ini menunjukkan bahwa
Subjek yang menjadi sasaran. Selain itu relasi CAU juga dari objek menuju
predikat. Hal ini menunjukkan bahwa objek menjadi pelaku.
6. S-P-O-Ket
Bentuk pola terakhir dalam kalimat bahasa Indonesia adalah S-P-O-Ket.
Kalimat yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah :
45
| Dmitri Ivanovski 7| meneliti penyakit mosaik7| pada4| tahun 18921|.
S
P
O
Ket.
Kalimat di atas menunjukkan bahwa fungsi keterangan menerangkan waktu
kegiatan meneliti. Dengan demikian graf yang diperoleh adalah sebagai berikut.
penyakit Mozaik
CAU
CAU
Dmitri Ivanovski
PAR
meneliti
pada tahun 1982
Gambar 48 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
Relasi yang digunakan untuk menghubungkan fungsi keterangan dengan
predikat adalah PAR karena pada waktu 1892 sebagai atribut kata meneliti. Bentuk
graf hampir sama dengan pola S-P-O-Pel. Perbedaannya adalah terletak pada relasi
yang digunakan, sehingga secara umum bentuk graf pola S-P-O-Ket dengan
predikat berbentuk kata kerja aktif adalah sebagai berikut.
Gambar 49 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja aktif
Jika kalimat diubah menjadi kalimat pasif, maka menjadi
Penyakit mosaik diteliti Dimtri Ivanovski pada tahun 1892
S
P
O
Ket.
Bentuk grafnya adalah sebagai berikut.
Dmitri Ivanovski
CAU
penyakit Mozaik
CA
U
meneliti
PAR
pada tahun 1982
Gambar 50 Bentuk sederhana sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif
46
Arah relasi CAU dari diteliti menuju penyakit mosaik. Hal ini menunjukkan
bahwa penyakit mosaik yang menjadi sasaran dalam kalimat tersebut. Relasi CAU
juga terlihat dari Dmitri Ivanovski menuju kata diteliti, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa Dmitri Ivanovski merupakan pelaku dalam kalimat tersebut.
Bentuk umum graf pola S-P-O-Ket dengan predikat berbentuk kata kerja pasif
adalah sebagai berikut.
Gambar 51 Bentuk umum sentence graph kalimat 6 dengan kata kerja pasif
Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh hasil graf kalimat bahasa
Indonesia dalam Tabel 16.
Tabel 16 Pola graf kalimat bahasa Indonesia
Pola
Jenis Kata
Kerja
S-P
Aktif
Graf
47
Aktif
S-P-O
Pasif
S-P-Pel
Aktif
S-P-Ket
Aktif
S-P-O-Pel
Aktif
48
Pasif
Aktif
S-P-O-Ket
Pasif
Cara membuat pola graf bahasa Indonesia dengan cara mengubah pola
kalimat menjadi graf bisa juga digunakan, namun cara tersebut mempunyai
kelemahan yaitu sebagai berikut.
1. Teknologi belum bisa mendeteksi pola kalimat.
Jika sebuah kalimat diinput ke dalam komputer, maka komputer tidak bisa
mendeteksi pola kalimatnya. Pola kalimat cenderung dilakukan secara manual.
Dengan demikian metode ini tidak cocok jika digunakan untuk ranah teknologi.
Berbeda dengan cara membuat pola graf dengan melalui chunking. Komputer bisa
membaca jenis-jenis kata yang diinput. Jadi, cara ini lebih tepat jika digunakan
dalam ranah teknologi.
2. Pola kalimat majemuk tidak bisa langsung dibuat pola.
Pembuatan sentence graph tidak bisa secara langsung dibuat dari pola kalimat
karena cara ini tidak bisa digunakan pada kalimat majemuk, baik kalimat majemuk
setara, bertingkat maupun kalimat majemuk campuran (kompleks). Hal ini
49
disebabkan dalam kalimat majemuk terdapat induk kalimat dan anak kalimat.
Untuk mengetahui kalimat manakah yang merupakan induk kalimat dan manakah
yang merupakan anak kalimat, maka perlu dilakukan chunking.
Contoh :
Indonesia selalu berusaha meningkatkan sektor pertanian agar ketahanan
pangan nasional terwujud.
Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk bertingkat dengan relasi
penghubung agar yang bermakna tujuan. Pola kalimat ini akan terlihat jika kita
melakukan pemotongan dari kalimat tersebut. Jika menggunakan metode chunking,
maka terdapat chunk indicator ke 8 yaitu konjungsi, sehingga kalimat tersebut
diperoleh dua kalimat yaitu Indonesia selalu berusaha meningkatkan sektor
pertanian dan ketahanan pangan nasional terwujud.
Hal ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh graf kalimat majemuk harus
melalui chunk indicator. Berdasarkan dua alasan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk mengkontruksi kalimat bahasa Indonesia harus
melakukan proses chunking.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa aturan
pemotongan kalimat (chunking) pada kalimat bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan cara iterasi menggunakan beberapa chunk indicators antara lain koma dan
titik, kata ganti petunjuk, kata kerja bantu (adverbia), kata depan (preposisi),
lompatan (jump), kata-kata logika (logic word), jeda nafas, dan kata sambung
(konjungsi). Selain itu, dari penelitian ini juga berhasil dikonstruksi sentence graph
berdasarkan 6 pola kalimat bahasa Indonesia. Sentence graph yang terbentuk
sekaligus menunjukkan arti (aspek semantik) dari kalimat yang dianalisis.
Saran
Topik yang dapat diangkat dalam penelitian lanjutan adalah penggunaan
knowledge graph pada jenis-jenis paragraf berbahasa Indonesia yang meliputi
paragraf induktif dan deduktif serta penggunaan knowledge graph pada teks
berbahasa Indonesia dengan menggunakan pola sentence graph untuk mengetahui
inti dari sebuah teks.
50
DAFTAR PUSTAKA
Alwi H, Dardjowidjojo S, Lapoliwa H, Moeliono AM. 2003. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Ed ke-3. Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Anggraeni W. 2009. Analisis Pembentukan Word Graph Preposisi Bahasa
Indonesia Menggunakan Metode Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Chaer A. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Berri. 2008. Algoritme Pembentukan Text Graph dari Dokumen Berbahasa
Indonesia. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hulliyah K. 2007. Rekayasa Memahami Teks Menggunakan Metode Knowledge
Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ikhwati A. 2007. Analisis Masalah Kemiskinan Menggunakan Teori Knowledge
Graph. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
James P. 1992. Knowledge Graph. Enschede (NL): University of Twente.
Mahmuda. 2010. Konstruksi Pola Word Graph Frasa Kata Menggunakan Metode
Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Muslik A. 2009. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Kerja Menggunakan
Metode Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurdiati S, Hoede C. 2009. Word Graph Construction on Certain Aspects of
Indonesian Language. Supplementary Proceeding of the 17th International
Conference on Conceptual Structures. [terhubung berkala]. Tersedia pada:
http://sunsite.informatik.rwth-aachen.de/Publications/CEUR-WS/Vol483/paper7.pdf [24 Juni 2012].
Rahmat U. 2009. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Sifat Menggunakan
Metode Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rusiyamti. 2008. Analisis Teks Berbahasa Indonesia Menggunakan Teori
Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saleh H. 2009. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Benda Menggunakan
Teori Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samba R. 2010. Analisis Pembentukan Word Graph Kata Keterangan
Menggunakan Metode Knowledge Graph [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Van Den Berg H. 1993. Knowledge Graphs and Logic: One of Two Kinds.
[Dissertation], Enschede (NL): University of Twente
Whijono Hs. 2011. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta (ID): Grasindo.
Wulandari. 2008. Algoritme Pembentukan Combined Graph dan Simplified Graph dari
Dokumen Berbahasa Indonesia. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zhang L. 2002. Knowledge Graph Theory and Structural Parsing. Enschede (NL):
Twente University Press.
RIWAYAT HIDUP
Yasin Yusuf, terlahir di kota Semarang pada tanggal 5 Oktober 1986 dari
ayah bernama Masyhari dan ibu bernama Ngatinah. Semenjak duduk di SMA N 15
semarang, sudah bercita-cita menjadi pendidik dan penulis. Demi mewujudkan citacitanya ini, ia mengambil jurusan matematika di Universitas Negeri Semarang
(UNNES) pada tahun 2004 dan gelar sarjana pendidikan diperoleh pada tahun 2008.
Sekarang aktivitas kesehariannya adalah guru di Pondok Pesantren Daar El-Qolam
Tangerang. Prestasi yang pernah diperoleh adalah ia bersama istri Umi Auliya
pernah menjadi juara 1 tingkat nasional dalam lomba Inovasi Media Pembelajaran
yang diadakan oleh Kemendiknas. Kemudian pada tahun 2011, karya tersebut
diterbitkan oleh Visimedia Jakarta berjudul “Sirkuit Pintar, Melejitkan Kemampuan
Matematika dan Bahasa Inggris dengan metode Ular Tangga”. Melalui buku ini,
Sirkuit Pintar diteliti di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Download